PENDAHULUAN
Beton merupakan bahan yang banyak digunakan dalam industri konstruksi, baik untuk
bangunan gedung, jalan, jembatan, saluran, bendungan, pelabuhan dan lainnya.
Hal ini dikarenakan beberapa keunggulan yang dimiliki diantaranya adalah mutu dapat
direncanakan, mudah dibentuk, relatif tahan terhadap lingkungan agresif dan suhu
tinggi, dapat diproduksi secara prabrikasi dan cor setempat, bahan baku terdapat
dimana-mana, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan beton antara lain pemilihan bahan yang baik, proporsi yang tepat,
cara pengerjaan sesuai dengan metode baku, yang meliputi cara penakaran bahan,
pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan yang baik.
Beberapa kriteria beton yang baik diantaranya meliputi pemenuhan persyaratan
terhadap kemudahan pengerjaan, homogen, kuat, awet dan stabil. Beton yang mudah
dikerjakan biasanya akan mencapai tingkat kepadatan yang lebih baik, sehingga akan
lebih padat, kedap dan stabil, serta menjadi kuat dan awet karena lebih kompak dan
tidak mudah diserang oleh bahan-bahan yang dapat merusak kedalam beton.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam teknologi
beton juga banyak mengalami perubahan akibat ditemukannya bahan-bahan
pembentuk baru seperti penambahan fly ash dan silica fume sebagai mineral
admixture, penambahan serat organic untuk mempertinggi kekuatan tarik, dan
sebagainya, hal ini semuanya ditujukan untuk memperoleh sifat-sifat khusus sesuai
tujuan penggunaannya.
Secara umum penggunaan beton dalam konstruksi dibedakan atas jenis bangunan
dan kondisi lingkungan dimana konstruksi beton akan didirikan seperti didalam atau
luar ruang bangunan, kondisi korosif atau tidak, terlindung dari cuaca atau tidak, selalu
terendam air tawar atau laut, dan sebagainya, dimana semuanya akan mempengaruhi
terhadap sifat keawetannya sehingga perlu digunakan jenis semen yang sesuai
dengan jumlah yang cukup.
Keseragaman mutu beton baik yang diproduksi di lapangan maupun di pabrik
merupakan hal yang harus senantiasa dijaga karena akan menentukan kinerja dari
konstruksi secara menyeluruh dan untuk menghindari kegagalan struktur akibat
perlemahan disuatu tempat atau titik tertentu.
Produk hidrasi
Pasta
Rongga gel
Semen
Rongga kapiler
Rongga udara
Agregat halus
Agregat kasar
Mortar
Beton
Keseragaman mutu beton dalam suatu produk dalam industri konstruksi sangat
diharapkan untuk menjaga stabilitas konstruksi secara menyeluruh. Hal ini untuk
menjaga adanya perlemahan pada salah satu bagian/elemen yang dapat
mengakibatkan keruntuhan pada struktur tersebut.
1. Semen Portland
Semen sebagai bahan pengikat (bonding materials) dalam pembuatan beton,
memegang peranan penting karena selain akan menentukan karakteristik beton
yang dihasilkan juga dapat memberikan indikasi apakah beton cukup tahan terhadap
lingkungan agresif, pengaruh cuaca, dan sebagainya.
Untuk tujuan tersebut, maka semen Portland dibedakan atas 5 jenis selain juga
terdapat produk semen lainnya seperti semen portland pozolan, mixed Portland
cement, semen alumina, dan lainnya. Masing-masing jenis tersebut memiliki
karakteristik dan sifat yang berbeda sehingga dalam penggunaannya perlu
disesuaikan jenis konstruksi dan kondisi lingkungan dimana bangunan akan didirikan
sehingga tidak terjadi kesalahan teknis yang dapat merugikan.
Karena semen merupakan hasil pembuatan pabrik dengan pengendalian mutu yang
ketat, maka untuk menjaga kualitas dilapangan yang perlu diperhatikan adalah cara
penyimpanan yang baik dengan jangka waktu tertentu sehingga belum terjadi
perubahan sifat akibat pengaruh lembab. Sebagai acuan dalam pengendalian
mutu sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standard lainnya yang berkaitan
dengan semen portland seperti ;
SNI No. 15-2049-1994 tentang Mutu dan cara uji Semen Portland
SNI No. 15-0302-1989 tentang Mutu dan cara uji Semen Portland Pozolan
ASTM C-150-95, BS-812-92 ATAU JIS R-5210 tentang Specification for Portland
cement.
2. Agregat
Agregat sebagai bahan pengisi dalam pembuatan beton mempunyai peranan
penting karena beberapa fungsi yang dimiliki diantaranya adalh untuk menambah
kekuatan, mengurangi penyusutan, dan mengurangi penggunaan semen. Mutu
agregat sangat menentukan kualitas beton yang dihasilkan, oleh karena itu harus
dilakukan pengendalian mutu (quality control) sebelum digunakan sebagai bagian
dari jaminan mutu (quality assurance) terhadap beton yang akan dihasilkan.
Klasifikasi agregat dapat dibedakan atas beberapa criteria misalnya berdasarkan
besar butirnya, berat jenis atau sumbernya.
Berdasarkan besar butir, agregat dibagi atas 2 jenis yaitu ;
Agregat Halus/Pasir
Agregat halus dapat berupa pasir alami atau pasir buatan dari proses pemecahan
batuan dengan kehalusan butir lolos saringan 4,8 (5,0) mm. Pasir harus memenuhi
syarat SNI No. 03-1750-1990 dengan bagian yang lolos saringan 0,3 mm tidak
kurang dari 15 % agar dapat berfungsi dengan baik terhadap sifat workabilitas dan
kepadatan adukan.
Agregat halus harus bersih dari kotoran organic dengan kandungan lumpur
maksimum 5,0 %, mempunyai gradasi yang baik, keras, kekal dan stabil.
Beberapa standar lainnya yang dapat digunakan sebagai acuan adalah ;
Agregat Kasar/Kerikil
Agregat kasar dapat berupa kerikil alami atau pecah dari proses pemecahan batu
gunung
memenuhi syarat SNI No. 03-1750-1990 tentang spesifikasi agregat untuk beton,
dengan kadar Lumpur maksimum 1,0 %. Agregat kasar harus mempunyai gradasi
yang baik, keras, kekal dan stabil.
Beberapa standar lainnya yang dapat digunakan sebagai acuan adalah ;
3. Air
Air yang dimaksud disini adalah air sebagai bahan pembantu dalam konstruksi
bangunan yang meliputi kegunaannya untuk pembuatan dan perawatan beton,
pemadaman kapur, pembuatan adukan pasangan dan plesteran dan sebagainya.
Air harus memenuhi persyaratan SK SNI No. S-04-1989-F yang meliput ;
Tidak mengandung Lumpur, minyak dan bahan terapung lainnya yang dapat
dilihat secara visual,
Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton, seperti Cl maks. 500 ppm
dan SO4 maks. 1.000 ppm,
Kuat tekan mortar dari air contoh minimum 90 % dari kuat tekan mortar yang
menggunakan air suling,
4. Bahan Tambahan
Bahan tambahan untuk beton dapat berupa bahan kimia (chemical admixtures) atau
bahan mineral (mineral admixtures) yang dicampurkan kedalam adukan beton untuk
memperoleh sifat-sifat khusus dari beton seperti kemudahan pengerjaan, waktu
pengikatan, pengurangan air pencampur, peningkatan keawetan dan sifat lainnya.
Jenis B
Jenis C
Jenis D
Jenis E
padat, kompak dan kedap air sehingga beton dengan tambahan bahan tersebut
akan lebih awet karena susah ditembus oleh bahan perusak beton.
Mikrosilika merupakan produk sampingan dari suatu proses industri Silikon Metal
sebagai hasil pembakaran Quartz (>99% SiO2)dalam tungku listrik, dengan hahan
pembantu charcoal berkualitas.
Bila ditambahkan dalam adukan beton bubukan tersebut akan tersebar dalam poripori beton membentuk struktur dalam beton menjadi padat, kompak sekaligus
meningkatkan daya lekat antara pasta semen dengan agregat sehingga porositas
beton menjadi kecil.
Reaksi mikrosilika dalam adukan beton dapat diilustrasikan sebagai sberikut ;
C2S C3S + H2O
Semen
SiO2 + Ca (OH2)
3 CaO.2SiO2.3H2O
Kalsium-silikat hidrat
Keplastisan pasta,
Gradasi agregat,
2. Homogenitas
Keseragaman dan kekompakan adukan akan mempengaruhi masa pelaksanaan
pekerjaan beton, serta beton menjadi kuat, kedap air dan stabil.
Bila hal tersebut tidak dapat dicapai maka adukan menjadi segregasi yang
disebabkan oleh beberapa factor ;
3. Kekuatan
Mutu dari beton dinilai dari keteguhannya yang dalam hal ini adalah kekuatan tekan
pada umur 28 hari yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji. Dengan diketahui
kekuatan tekan, maka kekuatan lainnya dari beton senantiasa dapat dihitung
berdasarkan rumus empiris.
Kekuatan tekan dari beton terutama dipengaruhi oleh factor air semen dan derajat
kekompakan adukan, karenanya dalam perencanaan proporsi campuran harus
diperhatikan nilai factor air semen maksimum dan jumlah semen minimum untuk
kelas beton tertentu.
4. Kawetan
Keawetan beton merupakan fungsi dari kekedapannya, semakin kedap beton akan
semakin awet karena ketahanannya terhadap serangan dari luar semakin besar
berhubung sukar ditembus oleh zat-zat perusak yang dapat menimbulkan korosi
pada tulangan. Beton yang kurang awet dapat ditunjukkan dengan adanya nodanoda pada permukaan, timbulnya retak-retak karena pengaruh cuaca, zat kimia atau
pengaruh mekanik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keawetan beton adalah ;
interaksi air-semen,
mutu bahan,
proporsi campuran,
cara pencampuran,
cara pengangkutan,
Untuk memperoleh beton yang kuat, padat dan stabil diperlukan proporsi yang tepat,
dimana didalamnya terkandung butiran-butiran yang lengkap dari berbagai ukuran
sehingga dapat saling mengisi keseluruh rongga dengan baik serta mempunyai
kandungan mortar dan ultra finer yang cukup.
Pengertian mortar dalam campuran beton adalah seluruh bagian yang lolos pada
ayakan 2,4 mm atau mortar = agregat lolos 2,4 mm + semen + air + udara + filer
(liter/m3), sedangkan ultra finer (butiran sangat halus) adalah seluruh partikel yang
lolos ayakan 0,3 mm termasuk filer atau ultra fines = agregat lolos 0,3 mm + semen
+ filler (kg/m3).
Untuk menjaga kemudahan pengerjaan dan kepadatan yang optimal kandungan
mortar dalam beton yang dianjurkan dapat dilihat pada table 1.
No
Jenis pengecoran
Kandungan mortar
52 - 53
54 55,5
Beton ekspose, . %
55,7 - 57
56 - 58
Sedangkan kandungan ultra fines (butiran sangat halus) dalam beton yang dianjurkan
seperti table 2 berikut.
Tabel. 2 Kandungan Ultra Fines dalam Beton
No
10
525
20
450
25
425
30
400
63
325
Permasalahan lain yang harus dijaga dalam produksi beton adalah penambahan air
campuran yang kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dilapangan, karena adanya
penurunan kelecakan beton akibat pengaruh suhu udara dan lamanya proses
pengangkutang sebelum ditempatkan.
Bila hal tersebut terpaksa harus dilakukan, maka harus seizing tenaga ahli serta didasari
perhitungan yang tepat untuk menjamin bahwa mutu beton yang akan diperoleh masih
dapat memenuhi persyaratan. Sejauh mana pengaruh penambahan air serta prediksi
mutu beton yang akan diperoleh dapat diperkirakan melalui rumus sebagai berikut ;
untuk w/c = 40 50 %
untuk w/c = 50 70 %
Sehingga apabila terjadi penambahan air dari w/c 45 % menjadi w/c = 60 % maka akan
terjadi penurunan kekuatan sebesar ;
kekuatan rencana
= 128 (kg/cm2)
Kedua
Ketiga
Keempat
Proporsi campuran bahan dasar harus ditetapkan agar beton yang dihasilkan
memenuhi target yang diinginkan,
10
Untuk beton dengan fc diatas 20 Mpa proporsi campuran harus mengacu pada
SNI 03-2834-1992 (Revisi 2001) tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal.
3. Metode Pelaksanaan
Beberapa langkah yang harus diikuti dalam pelaksanaan pekerjaan beton sesuai
dengan SNI No. 03-3976-1995 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran
Beton, yang diantaranya adalah ;
11
Pengangkutan
Pada saat pengangkutan adukan beton hal-hal yang harus dijaga adalah ;
Hindari terjadinya segregasi,
Kekentalan beton harus tetap terjaga dengan baik,
Lama pengangkutan tidak boleh lebih dari 30 menit atau 90 menit bila digunakan
truck mixer.
12
4. Pengendalian Mutu
Salah satu langkah penting dalam pekerjaan beton adalah pengendalian mutu, agar
produk yang dihasilkan tidak menyimpang dari rencana. Kegiatan ini dilakukan
secara bertahap seperti yang telah diuraikan diatas, mulai dari pemeriksaan mutu
bahan, penetapan proporsi campuran, pelaksanaan dilapangan yang mencakup
penakaran, pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, penyelesaian
dan perawatan.
Selanjutnya untuk mengetahui mutu beton dalam masa produksi dapat dilakukan
pengujian terhadap sifat-sifat beton segar seperti slump, temperatur, factor
pemadatan, berat jenis, kadar udara dan pembuatan benda uji berbentuk kubus atau
silinder.
Beberapa jenis pengujian dan kegunaannya dari beton segar dapat dilihat dalam
table 3 berikut ;
Tabel. 3 Jenis pengujian dan kegunaannya
No
Jenis Pengujian
Untuk Mengetahui
Kegunaan/efek
Slump
Tingkat kelecakan
Kemudahan pengerjaan
Kadar udara
Kandungan rongga
Kekompakan&Kekedapan
Temperatur
Suhu beton
Retak rambut
Bobot isi
Berat satuan
Bliding
Porositas
13
Pengujian beton keras dapat dilakukan dari contoh uji yang dicetak pada saat
pelaksanaan yang biasanya dilakukan setelah berumur 28 hari, tetapi dapat pula
pada umur 3 hari, 7 hari atau lainnya yang dapat dikonversikan kedalam umur 28
hari dengan rumus pendekatan ;
h
h =
28
4 + 0,85 h
dimana, h = umur beton (hari)
Untuk beton normal, hubungan antara umur dan kuat tekan dapat diperkirakan
sebagai berikut :
- umur 3 hari : 0,40
- umur 7 hari : 0,65
- umur 21 hari : 0,95 dan
- umur 28 hari : 1,00.
Kekuatan beton dinyatakan mencapai yang disyaratkan bila nilai rata-rata yang
dihasilkan tidak kurang dari fc + 0,82 Sr, dimna Sr adalah standar deviasi, dan tidak
terdapat kekuatan dibawah 0,85 fc.
Bila diperoleh hasil yang meragukan sehingga kekuatan telah berkurang secara
mencolok, maka perlu dilakukan pengujian lanjutan seperti non destructive test
(dengan hammer test) dan semi destructive test (core drill) sebagai langkah
pembuktian kualitas beton terpasang.
Pengujian dengan palu beton bukan merupakan pengujian alternatif sebagai dasar
keputusan atas kualitas struktur tersebut, tetapi hanya digunakan sebagai prediksi
kekuatan yang ada dan langkah pengujian lanjutan yang perlu dilakaukan.
Sedangkan pengujian dengan core drill (cores) dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan atas kualitas struktur bersangkutan.
Bila langkah tersebut telah ditempuh dan masih timbul keraguan mengenai
kemampuan struktur, maka harus dilakukan uji beban (loading test) sebagai langkah
akhir sesuai Pd. M-17-1995-03 untuk mengetahui kapasitas beban dan perilaku
struktur yang sebenarnya, serta perhitungan beban rencana atau tingkat layannya
sesuai SNI 03-2847-1992.
Beberapa Standar nasional Indonesia (SNI) dan standar lainnya yang relevan untuk
pengujian beton dapat dilihat dalam abel 4 berikut ;
14
15
TARGET
KUAT TEKAN
TARGET
SLUMP
FAKTOR
AIR-SEMEN
AIR
BEBAS
SEMEN
UDARA
1,5 %
BETON
PASIR &
FILLER
AGREGAT
KERIKIL
16
1. Umum
STATEMENT
PROSEDUR
INTRUKSI
PROSEDUR
INTRUKSI
17
3. Pengadukan beton
STATEMENT
PROSEDUR
INTRUKSI
Metoda pencampuran beton
harus sesuai dengan standar
yang berlaku.
Setiap pencampuran harus
dibuat laporan berikut bahan
yang digunakan dan
disampaikan kepada
konsultan untuk mendapat
persetujuannya.
4. Pengangkutan(transportation) beton
STATEMENT
PROSEDUR
INTRUKSI
STATEMENT
PROSEDUR
INTRUKSI
STATEMENT
PROSEDUR
INTRUKSI
5. Pengecoran beton
6. Pemadatan beton
18
7. Perawatan beton
STATEMENT
Beton akan dijaga dalam
kondisi lembab, perubahan
temperatur yang tinggi,
getaran, dan gangguan
lainnya yang akan
mempengaruhi mutu beton.
PROSEDUR
Kontraktor harus
mempersiapkan rencana
perawatan beton sesuai
dengan kondisi cuaca
dilapangan dan
menyampaikan permohonan
kepada konsultan untuk
persetujuannya.
INTRUKSI
Metoda perawatan beton
harus sesuai dengan standar
yang berlaku. Laporan cara
perawatan beton harus
disampaikan kepada
konsultan.
8. Pembukaan bekisting
STATEMENT
Jangka waktu pembukaan
bekisting harus didasarkan
pada kekuatan beton yang
telah dicapai, dan kondisi
cuaca serta mendapat
persetujuan dari konsultan.
PROSEDUR
Kontraktor harus mengajukan
permohonan kepada
konsultan mengenai jangka
waktu pembukaan bekisting
untuk mendapat persetujuan.
INTRUKSI
Pembukaan bekisting harus
sesuai dengan stadar yang
berlaku. Laporan pembukaan
bekisting harus mencakup
setiap bagian pekerjaan,
lengkap dng data kekuatan
beton yang telah dicapai dan
disampaikan kepada
konsultan.
19
Persyaratan untuk fc harus didasarkan pada hasil pengujian benda uji silinder
dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, yang dibuat dan diuji
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Bila benda uji terpaksa menggunakan kubus dengan sisi 150 mm, maka
dilakukan konversi kedalam kekuatan silinder dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
fc
: fc
= fcr = fc + 1,64 Sr
fcr = fc + 12 MPa
fcr
Sr
2) Rancangan campuran harus diperbaiki bila hasil uji coba adukan (trial
mixed) menunjukkan hasil :
fcr kurang dari fc + 1,26 Sr.
Dimana
: fc
fcr
Sr
3) Mutu beton :
Mutu beton ditentukan oleh perencana, yang diseduaikan dengan
kemampuan dan keperluan dilapangan.
4) Deviasi standar
20
Tabel
Faktor koreksi
Keterangan
< 15
Fcr = fc + 12 Mpa
15
1,16
20
1,08
25
1,03
30
1,00
Mutu beton (fc) minimum untuk struktur beton bertulang tahan gempa
harus > 20 Mpa.
7.2.2
pengambilan
contoh
setiap, ...........................................
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
10 M3
20 M3
50 M3
atau
atau
atau
10 adukan
20 adukan
50 adukan
21
Keterangan
Beton kelas 2 adalah untuk struktur beton yang tidak termasuk kelas
1 dan kelas 3,
Beton
kelas
adalah
jenis
pekerjaan
beton
yang
lebih
7.2.3
7.2.4
7.2.5
Cara uji
Pengujian kuat tekan sesuai SNI 03-1974-1990, tentang Metode
Pengujian Kuat Tekan Beton.
7.2.6
22
2. Tidak satupun dari hasil uji kuat tekan mempunyai nilai dibawah 0,85
fc.
7.2.7
7.2.8
23
KEPUSTAKAAN
1. Hansen T.C. (1978), Manual on Concrete Mix Design and Quality Controls, Technical
Report No. 21 - Bandung,
2. Ulla Kjaer dan Z. Aksa (1980), Pemeriksaan Mutu Beton dan Mutu Pelaksanaan
selama Pekerjaan Beton, Bandung.
3. Lanneke Tristanto (1984), Perencanaan dan Pengendalian Adukan Beton, Buku
Petunjuk Pelaksanaan Beton, Bandung.
4. Suhartopo (1996), Pengaruh Mortar dan Ultra Fines dalam Beton, PT. Beton Cilegon
Agung, Cilegon.
5. Lasino (1997) Report of Training Course on Building Materials for MSRB, Japan.
6. Lasino (1997), Quality Control of Concrete Works, Bandung
7. Pusat Pelatihan Jasa Konstruksi (1995), Beton dan Pembesian, Bahan pelatihan
tenaga mandor, Jakarta
8. Standar Nasional Indonesia, tentang Beton
9. Lasino (2006), Pengantar Teknologi Beton dan Pengendalian Mutu, Katalog dalam
Terbitan No. ISBN 979-8954-35-1, Jakarta Perpustaan RI.
24
DAFTAR ISI
Halamam
Kata Pengantar, .
Daftar isi, .
I. PENDAHULUAN, ...
II. BAHAN PEMBENTUK BETON
1. Semen,
2. Agregat, ..
3. Air,
4. Bahan tambahan, ..
III. SIFAT-SIFAT BETON
1. Kemudahan Pengerjaan, .
2. Homogenitas, .
3. Kekuatan,
4. Keawetan, ..
5. Kekekalan Bentuk, .
6. Hal-hal yang mempengaruhi mutu beton, .
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN BETON
1. Pemeriksaan mutu bahan, ..
2. Penentuan proporsi campuran, ..
3. Metode Pelaksanaan,
(penakaran bahan, pencampuran, pengangkutan, pengecoran,
pemadatan, penyelesaian dan perawatan)
4. Pengendalian mutu, ..
i
ii
1
2
3
4
5
6
6
7
7
8
8
10
10
11
13
15
15
17
17
18
18
18
18
19
19
19
19
KEPUSTAKAAN, .
24
ii
25
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun sebagai upaya pemasyarakatan teknologi khususnya dalam
perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton (concrete mix`design and quality
control) yang banyak diperlukan bagi para pelaksana, pengawas lapangan dan teknisi
laboratorium dalam merencanakan dan mengendalikan pekerjaan beton.
Diakui bahwa beton merupakan bahan yang banyak digunakan dalam industri
konstruksi, baik untuk bangunan gedung, jalan, jembatan, saluran, bendungan,
pelabuhan dan lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa keunggulan yang dimiliki
diantaranya adalah mutu dapat direncanakan, mudah dibentuk, relatif tahan terhadap
lingkungan agresif dan suhu tinggi, dapat diproduksi secara prabrikasi dan cor setempat,
bahan baku terdapat dimana-mana, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan beton antara lain pemilihan bahan yang baik, proporsi
yang tepat, cara pengerjaan sesuai dengan metode baku, yang meliputi cara penakaran
bahan, pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan yang baik.
Berbagai usaha telah dilakukan dalam menghasilkan suatu produk yang lebih
baik, termasuk bidang industri konstruksi. Khusus dalam pekerjaan beton, rekayasa
teknologi telah banyak ditemukan seperti penggunaan bahan-bahan baru dan peralatan
yang lebih canggih, teknik pelaksanaan, sistem pengendalian mutu dan sebaginya.
Penerapan standar sebagai acuan dalam pengendalian mutu serta penyediaan
tenaga pelaksana yang sesuai dengan bidang tugasnya merupakan upaya dalam
memperoleh suatu produk yang lebih baik sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi
pemborosan baik dari aspek waktu, bahan, dan biaya. Untuk meningkatkan
pemanfaatan teknologi dan pengenalan terhadap perkembangan standardisasi
berkaitan dengan bidang industri konstruksi bagi tenaga lapangan, maka dipandang
perlu untuk menyusun buku panduan ini yang dapat digunakan secara praktis.
Akhirnya disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berupaya
menyumbangkan pemikirannya sehingga tersusunnya makalah ini.
Bandung, September 2007
Penyusun,
Lasino
NIP. 110019630
26
Oleh :
Lasino
Pusat Litbang Permukiman Bandung
DAN
PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
812
27