Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN KEJADIAN

GANGGUAN SIKLUS
MENSTRUASI ANTARA WANITA
DEWASA USIA 19-25 TAHUN
YANG MENGALAMI OBESE
DAN NON-OBESE

Asniya Rakhmawati
G2C008010

GANGGUAN
MENSTRUASI

indikator penting adanya


gangguan fungsi ovarium

Perubahan panjang dan gangguan keteraturan siklus


menstruasi menggambarkan adanya perubahan
produksi hormon ovarian

Faktor penyebab gangguan


siklus menstruasi

Gangguan hormonal

Gangguan pertumbuhan organ


reproduksi
Status gizi
Tingkat stress
Usia

Hasil penelitian sebelumnya:


-Di Australia, risiko terjadinya
gangguan siklus menstruasi 2
kali lebih besar pada wanita
obese dibandingkan dengan
wanita
non-obese.
3,6%
polimenore
dan
10%
oligominore
-Di India, wanita yang berusia
20-25 tahun dan memiliki
siklus menstruasi yang normal
hanya sebesar 39,8%

Tempat: kec. Tuntang


Kab. Semarang
Waktu : AgustusSeptember 2012
Observasional cross-sectional

consecutive sampling, Besar sampel 60 orang

Analisi bivariat
Chi square

Analisis multivariat
Regresi logistik ganda

Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Subjek penelitian


Karakteristik
Status obesitas berdasarkan persen lemak tubuh
Non-obese (21-34,99%)
Obese (>40%)

30
30

50,0
50,0

Kejadian gangguan siklus menstruasi


Normal (panjang siklus 21-35 hari)
Gangguan siklus menstruasi (panjang siklus <21 hari atau >35 hari)

34
26

56,7
43,3

Jenis gangguan siklus menstruasi


Normal (panjang siklus 21-35 hari)
Poliminore (panjang siklus <21 hari)
Oligominore (panjang siklus >35 hari)
Aminore (panjang siklus >3 bulan)

34
9
12
5

56,7
15,0
20,0
8,3

Tingkat stress
Tidak stress (skor 0-14 poin dari kuesioner DASS 42)
Stress (skor 15-42 poin dari kuesioner DASS 42)

38
22

63,3
36,7

Tabel 2. Analisis bivariat kejadian gangguan siklus menstruasi


berdasarkan status obesitas
Kejadian gangguan siklus menstruasi
Normal

Status
obesitas

Non-obese
Obese

Gangguan siklus
menstruasi

Analisis bivariat

OR (95% CI)

21
13

35,0
21,7

9
17

15,0
28,3

0,037

3,051
(1,053-8,839)

Tabel 3. Analisis bivariat jenis gangguan siklus menstruasi


berdasarkan status obesitas
Jenis gangguan siklus menstruasi
Normal

Status
obesitas

Non-obese
Obese

Poliminore

Oligominore

Aminore

21
13

35,0
21,7

5
4

8,3
6,7

4
8

6,7
13,3

0
5

0,0
8,3

Tabel 4. Analisis bivariat kejadian gangguan siklus


menstruasi berdasarkan tingkat stress
Kejadian gangguan siklus
menstruasi
Gangguan siklus
Normal
menstruasi
n
%
n
%
Tingkat
stress

Tidak stress
stress

26
8

43,3
13,3

12
14

Analisis bivariat

20,0
23,3

OR (95% CI)

0,016

3,792
(1,255-11,455)

Tabel 4. Analisis bivariat kejadian gangguan siklus


menstruasi berdasarkan tingkat stress
Normal
Tingkat stress

Tidak stress
Stress

n
26
8

%
43,3
13,3

Jenis gangguan siklus menstruasi


Poliminore
Oligominore
n
3
6

%
5,0
10,0

n
9
3

%
15,0
5,0

Aminore
n
0
5

%
0,0
8,3

Variabel

OR

95% CI

Persen lemak
Skor stress

0,041
0,004

1,072
1,162

1,003-1,147
1,048-1,287

Tidak

dapat menggambarkan secara langsung


peran hormonal dalam menyebakan kejadian
gangguan siklus menstruasi pada wanita yang
obese karena tidak dilakukan pengukuran
laboratorium terhadap hormon-hormon yang
mempengaruhi gangguan siklus menstruasi
Dalam pengukuran tingkat stress yang hanya
menggunakan kuesioner, memungkinkan
adanya perbedaan interpretasi hasil yang
diakibatkan oleh subjektivitas subjek.

Terdapat perbedaan kejadian gangguan siklus menstruasi


pada wanita usia 19-25 tahun yang mengalami obese dan
non-obese

Wanita obese memiliki risiko 3 kali lebih besar mengalami


gangguan siklus menstruasi dibandingkan pada wanita nonobese dan subjek yang mengalami stress memiliki risiko 4
kali lebih besar untuk mengalami gangguan siklus
menstruasi.

Tingkat stress dan status obesitas merupakan faktor risiko


terjadinya gangguan siklus menstruasi. Hanya saja faktor
stress memiliki pengaruh lebih kuat dalam menyebabkan
kejadian gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan
status obesitas.

TERIMA KASIH

--------

Anda mungkin juga menyukai