Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes mellitus
A.1. Definisi
Diabetes mellitus merupakan kelompok penyakit metabolik
yang ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan karena gangguan
sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya. Penyakit
metabolik ini berlangsung kronik dan dapat mengakibatkan kerusakan
jangka panjang, kemunduran fungsi organ-organ tubuh yaitu kerusakan
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
A.2. Klasifikasi
Menurut WHO diabetes mellitus diklasifikasikan sebagai
berikut : (1) Diabetes mellitus tipe 1, meliputi autoimun dan idiopatik,
(2) Diabetes mellitus tipe 2, (3) Diabetes kehamilan (Gestasional
Diabetes Mellitus / GDM), (4) Diabetes mellitus tipe lain, meliputi
defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas (pankreatitis, neoplasma, fibrosis kistik),
endokrinopati (akromegali, sindroma cushing), karena obat / zat kimia,
infeksi (rubella congenital, CMV), sindroma genetik lain (sindrom
down, sindrom klinefelter, Sindrom Turner).
A.3. Patofisiologi
A. Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II
Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari
makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak
menjadi asam lemak. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu
harus masuk terlebih dahulu ke dalam sel agar dapat diolah. Di dalam sel, zat
makanan terutama glukosa dibakar melalui proses metabolisme, yang hasil
akhirnya adalah timbulnya energi. Dalam proses metabolisme ini insulin
memegang peran yang sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel,
untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hidrat arang dalam
makanan diserap oleh usus halus dalam bentuk glukosa. Glukosa darah dalam
tubuh manusia diubah menjadi glikogen hati dan otot oleh insulin. Sebaliknya, jika
glikogen hati maupun otot akan digunakan, dipecah lagi menjadi glukosa oleh
adrenalin. Jika kadar insulin darah berkurang, kadar glukosa darah akan melebihi
normal, menyebabkan terjadinya hiperglikemia.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai
anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin
tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa akan
tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah
meningkat. Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber
energi di dalam sel. Inilah yang terjadi pada Diabetes Mellitus.
B. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe II
Pada penatalaksanaan diabetes mellitus, langkah pertama yang harus
dilakukan adalahpenatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga.
Apabila dalam
langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasi
dengan
langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau
kombinasi keduanya.
Terapi non farmakologi
1. Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan pengobatan diet pada diabetes adalah:
a. Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal.
b. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
c. Mencegah komplikasi akut dan kronik.
d. Meningkatkan kualitas hidup.
Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua pasien diabetes mellitus,
yang terpenting dari semua terapi nutrisi adalah pencapian hasil metabolis
yang optimal dan pencegahan serta perawatan komplikasi. Untuk pasien
DM tipe 1, perhatian utamanya pada regulasi administrasi insulin dengan
diet seimbang untuk mencapai dan memelihara berat badan yang sehat.
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin
dan memperbaiki respon sel-sel terhadap stimulus glukosa.
2. Olah raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Prinsipya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal
dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Beberapa
contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda,
berenang, dan lain sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlahdan juga
meningkatkan penggunaan glukosa (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
Terapi farmakologi
1. Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel pankreas dalam merespon
glukosa. Insulin merupakan polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino
tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri
dari 30 asam amino. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas
dalam pengendalian metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu transport
glukosa dari darah ke dalam sel.
Macam-macam sediaan insulin:
a. Insulin kerja singkat
Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa, mulai kerjanya baru
sesudah setengah jam (injeksi subkutan), contoh: Actrapid, Velosulin,
Humulin Regular.
b. Insulin kerja panjang (long-acting)
Sediaan insulin ini bekerja dengan cara mempersulit daya larutnya di
cairan jaringan dan menghambat resorpsinya dari tempat injeksi ke
dalam darah. Metoda yang digunakan adalah mencampurkan insulin
dengan protein atau seng atau mengubah bentuk fisiknya, contoh:
Monotard Human.
c. Insulin kerja sedang (medium-acting)
Sediaan insulin ini jangka waktu efeknya dapat divariasikan dengan
mencampurkan beberapa bentuk insulin dengan lama kerja berlainan,
contoh: Mixtard 30 HM .
dalam
tubuh
cepat
sekali
mengalami
biotransformasi,
masa paruh plasma 0,5-2 jam. Tetapi dalam tubuh obat ini diubah
menjadi
1-hidroksilheksamid
yang
ternyata
lebih
kuat
efek
hipoglikemianya daripada asetoheksamid sendiri. Selain itu itu 1hidroksilheksamid juga memperlihatkan masa paruh yang lebih
panjang, kira-kira 4-5 jam.
Klorpropamid cepat diserap oleh usus, 70-80% dimetabolisme di
dalam hati dan metabolitnya cepat diekskresi melalui ginjal. Dalam
Golongan Biguanida
Golongan
ini
yang
tersedia
adalah
metformin,
metformin
kelainan
hipoglikemia
yaitu
dan
juga
resistensi
tidak
insulin
tanpa
menyebabkan
menyebabkan
kelelahan
sel
Obat
ini
bekerja
di
lumen
usus
dan
tidak
e. Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau
kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan
risiko terkena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat
menganggu fungsi pankreas dan mengakibatkan gangguan
sekresi insulin. Sedangkan kelebihan berat badan dapat
mengakibatkan gangguan kerja insulin.
f. Penyakit pada pankreas : pankreatitis, neoplasma, fibrosis
kistik.
g. Alkohol
Alkohol dapat menyebabkan terjadinya inflamasi kronis pada
pankreas yang dikenal dengan istilah pankreatitis. Penyakit
tersebut dapat menimbulkan gangguan produksi insulin dan
akhirnya dapat menyebabkan diabetes mellitus.
A.4. Gambaran Klinis
Gejala pada penderita diabetes mellitus disebut juga dengan
istilah 3 P, yaitu Polifagia (banyak makan), Polidipsia (banyak minum),
dan Poliuria (banyak kencing). Bila keadaan ini tidak cepat diobati,
dalam jangka waktu yang panjang gejala yang dirasakan bukan 3 P lagi,
melainkan 2 P saja (Polidipsia dan Poliuria) dan beberapa keluhan lain
seperti nafsu makan mulai berkurang, penurunan berat badan, cepat
lelah, badan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Di samping gejala diatas, ada
juga gejala yang sering tampak setelah terjadi komplikasi kronis antara
lain : kesemutan, kulit terasa panas (neuropati), kram, mata kabur,
infeksi jamur pada alat reproduksi wanita, kemampuan seksual
menurun bahkan impotensi, luka lama sembuh, pada ibu hamil sering
mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau
melahirkan dengan berat badan lahir bayi lebih dari 4000 gram.
A.5. Diagnosis
Diagnosis diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan gejala
klasik yaitu Polifagia, Polidipsia, Poliuria, penurunan berat badan yang
tidak jelas sebabnya, dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan
hiperglikemia positif.
B. Hipertensi
B.1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan suatu keadaan
dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik
90 mmHg.
B.2. Klasifikasi
1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan etiologi :
a. Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi esensial (primer) adalah suatu kondisi tekanan
darah tinggi yang tidak diketahui dengan pasti penyebabnya
atau tanpa ada tanda-tanda kelainan organ di dalam tubuh.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi tekanan darah tinggi
yang penyebabnya dapat diketahui. Penyebab hipertensi
sekunder antara lain toksemia gravidarum, gangguan
hormonal, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal,
penyakit pembuluh darah, tumor kelenjar adrenal, serta
pemakaian obat-obatan.
2. Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC-7
Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 7 (Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment
on High Blood Pressure 7).
Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan JNC-7
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
Hipertensi
1)
2)
B.3. Etiologi
Hipertensi menurut etiologinya dibagi menjadi dua yaitu,
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan
hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti penyebabnya. Sedangkan
putih.
4. Faktor keturunan
Berdasarkan data statistik telah terbukti bahwa seseorang yang
orang tuanya menderita hipertensi memiliki risiko lebih besar akan
menderita hipertensi.
5. Menderita diabetes mellitus
Kadar glukosa darah yang tinggi dapat merusak organ dan jaringan
pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
aterosklerosis, penyakit ginjal, dan penyakit jantung. Hal tersebut
dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah.
6. Konsumsi garam tinggi
Berdasarkan data statistik menunjukkan bahwa hipertensi jarang
terjadi pada penduduk atau suku bangsa yang mengkonsumsi
garam yang rendah. Dalam dunia kedokteran telah membuktikan
bahwa membatasi asupan garam dapat menurunkan tekanan
darah.
7. Obesitas
Berdasarkan penelitian kesehatan yang banyak dilakukan, terbukti
bahwa ada hubungan antara kegemukan (obesitas) dengan
hipertensi. Seseorang yang obesitas cenderung memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi daripada mereka yang kurus. Meskipun
mekanisme obesitas yang menimbulkan hipertensi belum diketahui
secara jelas, tetapi telah terbukti bahwa penurunan berat badan
dapat menurunkan tekanan darah.
8. Stres
Stres atau ketegangan jiwa berupa murung, rasa marah, rasa takut,
rasa tertekan, rasa bersalah, dendam dapat merangsang anak ginjal
untuk melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung untuk
berdenyut lebih cepat dan lebih kuat, sehingga tekanan darah dapat
meningkat.
9. Merokok
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Zat-zat
kimia dalam rokok akan terserap ke dalam aliran darah dari paruparu
kemudian beredar ke seluruh tubuh. Zat-zat kimia ini sering
C.2. Klasifikasi
Osteoarthritis terjadi dalam 2 pola :
1. OA Primer Terjadi dinovial terutama pada laki-laki usia pertengahan dan
pada
wanita usia lebih tua.
2. OA Sekunder Terjadi pada setiap usia dan abnormal sejak lahir.
C.3. Faktor resiko
1. Obesitas
OA panggul, lutut, dan tangan sering dihubungkan dengan peningkatan
berat badan. Obesitas merupakan penyebab yang mengawali OA, bukan
sebaliknya bahwa obesitas disebabkan immobilitas akibat rasa sakit karena
OA. Pembebanan lutut dan panggul dapat menyebabkan kerusakan kartilago,
kegagalan ligamen dan dukungan struktural lain. Setiap penambahan 1 kg
meningkatkan risiko terjadinya OA sebesar 10%. Bagi orang yang
mengalami obesitas, setiap penurunan berat walau hanya 5 kga akan
mengurangi faktor risiko OA dikemudian hari.
2. Okupasi, Olahraga, Trauma
Hubungan antara okupasi dengan risiko terserang OA tergantung dari
tipe dan intensitas aktivitas fisiknya. Aktivitas dengan gerakan berulang atau
cedera akan meningkatkan risiko terjadinya OA. Aktivitas fisik dengan
tekanan berulang pada tangan atau tubuh bagian bawah akan meningkatkan
risiko OA pada sendi yang terkena tekanan. Yang menarik adalah pada pelari
jarak jauh mempunyai risiko terjadinya OA tidak lebih besar. Umur pada saat
cedera akan mempengaruhi peningkatan risiko OA. Cedera ligamen pada
manula cenderung menyebabkan OA berkembang lebih cepat dibanding
orang muda dengan cedera yang sama.
3. Genetik
Faktor keturunan mempunyai peran terhadap terjadinya OA. Sinovitis
yang terjadi acapkali dihubungkan dengan adanya mutasi genetik, yaitu gen
Ank. Gen tersebut berkaitan dengan peningkatan pirofosfat intraselular dua
kali lipat, dimana deposit pirofosfat diyakini dapat menyebabkan sinovitis.
Tabel 1
Faktor Risiko untuk OA
C.4. Patofisiologi
Perubahan yang paling mencolok pada Osteoarthritis biasanya dijumpai
didaerah tulang rawan yang mendapat beban pada stadium awal, tulang rawan
lebih tebal daripada normal, tetapi seiring dengan perkembangan OA
permukaan sendi menipis, tulang rawan melunak, integritas permukaan
terputus dan terbentuk celah vertikal (Fibrilasi). Dapat terbentuk ulkus
kartilago dalam yang meluas ke tulang. Dapat timbul daerah perbaikan
fibrokartilaginosa, tetapi mutu jaringan perbaikan ini lebih rendah daripada
kartilago sendi hialin asli, dalam kemampuannya menahan stres mekanis.
Pertumbuhan kartilago dan tulang di tepi sendi menyebabkan terbentuknya
osteofit (spur), yang mengubah kontur sendi dan mungkin membatasi gerakan.
Perubahan jaringan lunak terdiri dari sinovitis kronik bebercak dan penebalan
kapsul sendi, yang membatasi gerakan lebih lanjut, sering juga terjadi
pengecilan otot periartikularis.
BAB III
ILUSTRASI KASUS
1. SKENARIO 4
Case 1.
A 60 yers old man with type 2 diabetes mellitus was seen for an annual
physical examination at his primary care providers office. The patient does not
exercise regulary and admit to frequent dietary indiscretions. Altough he denies
chest discomfort or shortness of breath, the patient has recently noticed mild
swelling of his feet. He is conceeerned and asks for an opinion regarding his
condition.
Medical history
The patient had a history of type 2 diabetes mellitus for 20 years,
hypertension for 10 years, and dyspidilemia for 8 years. He suffered severe
osteoarthritis since 3 years ago. He also suffered diabetic ulcer in his right palmar
feet since 3 month ago.