Anda di halaman 1dari 7

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian
karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Kehadiran
gulmasebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) pada lahan pertanian dapat
mengakibatkan terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok. Batasan
gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu
tanaman

pertanian.

Keberadaan

gulma

menurunkan

hasil

karena

mengganggu

pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak
mengikat suatu spesies tumbuhan.
Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya,
tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu.
Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap
sebagai gulma, namun pada sistemtumpang sari keduanya merupakan tanaman utama.
Meskipun

demikian, beberapa jenis

tumbuhan dikenal

sebagai

gulma utama,

seperti teki dan alang-alang. Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki
penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis). Kelompok ini memiliki
daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di
dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan
jalurfotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian
secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat,
dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak
memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua
anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus
rotundus), udelan (Cyperus kyllinga).
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok
ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman
utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif
terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih
banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang.

Contoh

gulma

ini ceplukan (Physalis

angulata L.), wedusan (Ageratum

conyzoides L.), sembung rambut(Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica).
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan gulma
pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut.
1. Terjadinya
budidaya)

kompetisi

atau

persaingan

dengan

tanaman

pokok

(tanaman

dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam

tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.


2. Sebagian besar tumbuhan gulma
bersifat

dapat mengeluarkan zat atau cairan yang

toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan

menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan


istilah allelopati.
3. Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil,
insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang
biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman
pokok ataupun tanaman budidaya.
4. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan
tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakanya praktikum gulma tentang kompetisi adalah
untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya kompetisi polykultur dan kompetisi
monokultur pada suatu areal tanam. Sehingga dapat mengetahui cara pengendalian yang
tepat.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kompetisi Gulma terhadap Tanaman


Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk
berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di
dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya
matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik
kualitas dan kuantitas.
2.2. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai
pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang
dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh
karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu
berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan,
tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan
gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.Yang paling diperebutkan antara
pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam
jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak
unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar
nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5
kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali. Dapat
dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang
dikelola manusia.
2.3. Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air
untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan
air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan
(transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis.
Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 1900 liter air. Kebutuhan
yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman. Contoh gulma Helianthus

annus membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air
terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.
2.4. Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan
subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup (di musim
penghujan) berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan
yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena
itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain yang
lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhannya yang terdahulu serta
pertumbuhannya akan terhambat. Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih efisien
menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing berebut cahaya pada
keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu penting untuk memberantas gulma dari familia
Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun-rumpun padi yang berjalur C3.
Dari peristiwa persaingan antara gulma dan tanaman pokok didalam memperebutkan unsur
hara,

air

dan

cahaya

matahari,

Eussen

(1972)

menelorkan

rumus

TCV=CVN+CVW+CVL di mana TCV = total competition value, CVN = competition


value for nutrient, CVW = competition value for water dan CVL = competition value for
light. Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma terhadap tanaman pokok
merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air +
nilai persaingan untuk cahaya.
Besar kecilnya (derajad) persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan
berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya
akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya
persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya
atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika
dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini.Kerapatan
gulma semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok
semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin
menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok
merupakan suatu korelasi negatif. Suroto dkk. (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan

kerapatan awal teki 25, 50 dan 100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per
tanaman masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.
2.5. Pengaruh Gulma Terhadap Produktivitas Tanaman
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman. Gulma menyerap
hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok (Gupta 1984). Pada tanaman padi, biaya
pengendalian gulma mencapai 50% dari biaya total produksi (IRRI 1992). Komunitas
gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan kultur teknis. Spesies gulma
yang tumbuh bergantung pada pengairan, pemupukan, pengolahan tanah, dan cara
pengendalian gulma (Noor dan Pane 2002). Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui
persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya,
hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah,
kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma
mulai bersaing (Jatmiko et al. 2002). Di tingkat petani, kehilangan hasil padi karena
persaingan dengan gulma mencapai 10-15%. Karena terbatasnya tenaga kerja untuk
menyiang, dalam mengendalikan gulma petani mulai beralih dari penyiangan secara
manual kepemakaian herbisida (Pane et al. 1999). Selain itu, penggunaan herbisida lebih
ekonomis dan efektif mengendalikan gulma dibanding cara lain, terutama pada hamparan
yang luas. (Caseley 1994; Moody 1994; Heong dan Escalada 1995).
Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi populasi gulma
sehingga penurunan hasil secara ekonomis menjadi tidak berarti (Mulyono et al. 2003).
Clomazon, kalium MCPA, dan 2,4 D dimetil amina merupakan herbisida dengan
persistensi rendah. Jatmiko et al. (2002).

Anda mungkin juga menyukai