PENDAHULUAN
pertanian.
Keberadaan
gulma
menurunkan
hasil
karena
mengganggu
pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak
mengikat suatu spesies tumbuhan.
Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya,
tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu.
Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap
sebagai gulma, namun pada sistemtumpang sari keduanya merupakan tanaman utama.
Meskipun
tumbuhan dikenal
sebagai
gulma utama,
seperti teki dan alang-alang. Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki
penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis). Kelompok ini memiliki
daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di
dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan
jalurfotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian
secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat,
dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak
memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua
anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus
rotundus), udelan (Cyperus kyllinga).
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok
ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman
utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif
terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih
banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang.
Contoh
gulma
conyzoides L.), sembung rambut(Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica).
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan gulma
pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut.
1. Terjadinya
budidaya)
kompetisi
atau
persaingan
dengan
tanaman
pokok
(tanaman
annus membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air
terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.
2.4. Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan
subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup (di musim
penghujan) berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan
yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena
itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain yang
lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhannya yang terdahulu serta
pertumbuhannya akan terhambat. Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih efisien
menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing berebut cahaya pada
keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu penting untuk memberantas gulma dari familia
Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun-rumpun padi yang berjalur C3.
Dari peristiwa persaingan antara gulma dan tanaman pokok didalam memperebutkan unsur
hara,
air
dan
cahaya
matahari,
Eussen
(1972)
menelorkan
rumus
kerapatan awal teki 25, 50 dan 100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per
tanaman masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.
2.5. Pengaruh Gulma Terhadap Produktivitas Tanaman
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman. Gulma menyerap
hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok (Gupta 1984). Pada tanaman padi, biaya
pengendalian gulma mencapai 50% dari biaya total produksi (IRRI 1992). Komunitas
gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan kultur teknis. Spesies gulma
yang tumbuh bergantung pada pengairan, pemupukan, pengolahan tanah, dan cara
pengendalian gulma (Noor dan Pane 2002). Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui
persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya,
hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah,
kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma
mulai bersaing (Jatmiko et al. 2002). Di tingkat petani, kehilangan hasil padi karena
persaingan dengan gulma mencapai 10-15%. Karena terbatasnya tenaga kerja untuk
menyiang, dalam mengendalikan gulma petani mulai beralih dari penyiangan secara
manual kepemakaian herbisida (Pane et al. 1999). Selain itu, penggunaan herbisida lebih
ekonomis dan efektif mengendalikan gulma dibanding cara lain, terutama pada hamparan
yang luas. (Caseley 1994; Moody 1994; Heong dan Escalada 1995).
Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi populasi gulma
sehingga penurunan hasil secara ekonomis menjadi tidak berarti (Mulyono et al. 2003).
Clomazon, kalium MCPA, dan 2,4 D dimetil amina merupakan herbisida dengan
persistensi rendah. Jatmiko et al. (2002).