Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEMANDIRIAN

SISWA DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI


SMA NEGERI SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS
TAHUN PELAJARAN 2005/2006

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka Menyelesaikan Studi Strata 1
untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Nama

: Retno Dwi Astuti

NIM

: 1314000018

Jurusan

: Bimbingan dan Konseling / S1

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
ABSTRAK

Retno Dwi Astuti, 2005. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian
Siswa Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten
Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006.
Skripsi ini ditulis dengan alasan bahwa pola asuh orang tua merupakan
faktor penting yang mempengaruhi kemandirian siswa dalam belajar, dari latar
belakang keluarga yang berbeda akan membentuk pola asuh orang tua yang
berbeda-beda dan diprediksikan dari pola asuh orang tua yang berbeda-beda itu
mempengaruhi kemandirian siswa dalam belajar. Secara kenyataan di SMA
Negeri Sumpiuh belum pernah diadakan penelitian tentang pengaruh pola asuh
orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian
siswa dalam belajar.
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu pola asuh Otoriter (X1), pola
asuh demokratis (X2), pola asuh permisive (X3) sebagai variabel bebas dan
kemandirian siswa dalam belajar (Y) kriterium sebagai variabel terikat. Dalam
penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah seluruh siswa kelas XI di
SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006 yang
berjumlah 199 siswa. Dalam pengambilan sampel ditentukan 25 % dari populasi
yakni sebanyak 50 siswa dan dalam pengambilan sampel tersebut menggunakan
Propotional Random Sampling yang menjadi anggota sampel untuk masingmasing kelas dilakukan secara acak sederhana/undian. Metode pengumpulan data
dengan skala psikologi yaitu skala pola asuh orangtua dan skala kemandirian
siswa dalam belajar, analisis data yang terkumpul menggunakan analisis regresi
ganda dengan tiga prediktor.
Dari perhitungan yang dilakukan yang dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi ganda dengan tiga prediktor diperoleh harga Freg = 43,692 dan
Ftabel = 2,81 pada taraf signifikan 5% , harga Freg > Ftabel , dengan demikian
hipotesis kerja yang berbunyi ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap
kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri Sumpiuh
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006 diterima dan kontribusi pola
asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar sebesar 63,92 %. Hal ini
berarti bahwa meningkat atau menurunnya kemandirian siswa dalam belajar
ditentukan oleh pola asuh orangtua sebesar 63,92% sedangkan sisanya 36,08 %
ditentukan oleh faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kemandirian siswa
dalam belajar.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis mengajukan saran yaitu 1).
Hendaknya untuk meningkatkan kemandirian anak dalam belajar orang tua
menerapkan pola asuh demokratis dan untuk penanaman nilai-nilai agama dengan
pola asuh otoriter.2). Guru pembimbing lebih meningkatkan materi layanan dan
bidang bimbingan mengenai belajar dan lebih memperhatikan siswa-siswa yang
menunjukkan gejala kemandirian rendah dengan cara memberikan layanan
konseling individual.

HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari
: Selasa
Tanggal

: 26 Juli 2005

Panitia Ujian
Ketua

Sekretaris

Drs. Siswanto, M.M


NIP. 130515769
Pembimbing I

Drs. H. Suharso, M.Pd


NIP. 131754158
Anggota Penguji

Drs. H. Anwar Sutoyo, M.Pd


NIP. 131570048

1. Dra. Martensi.K.Dj
NIP. 130345750

Pembimbing II

2. Drs. H. Anwar Sutoyo, M.Pd


NIP. 131570048

Dra. Hj. Ninik Setyowani


NIP. 130788543

3. Dra. Hj. Ninik Setyowani


NIP.130788543
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas berkat dan kasih
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kemandirian Siswa dalam Belajar pada
Siswa Kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2005/2006. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan Studi Strata 1 guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada


Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas
kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
yang terhormat :
1. Dr. A.T Soegito, S.H., M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Siswanto, M.M., Dekan FIP UNNES yang telah memberikan izin
penelitian.
3. Drs. Suharso, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP UNNES,
yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.
4. Dra. Catharina Tri Anni, M.Pd., Pembimbing I atas bimbingan dan arahan
serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Soeparwoto, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dan
arahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Tim penguji skripsi jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
7. Drs. Edi Prasetyo, Kepala SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas yang
telah memberikan izin dan bantuannya kepada peneliti saat melakukan
penelitian.
8. Dra. Sri Yuningsih, Guru pembimbing SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten
Banyumas yang telah berkenan memberi bantuan informasi, dan kesempatan
untuk melakukan penelitian.

9. Siswa-Siswa kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas atas


partisipasinya dalam penelitian ini.
10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan 2000
atas semangat dan dukungannya selama ini.
11. Teman-teman RTB MenThari dan teman-teman pelayanan atas dukungan doa
dan semangatnya selama ini.
12. Pihak-pihak lain yang langsung maupun tidak langsung yang telah
mendukung baik moril maupun materiil demi terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Semarang, September 2005
Penulis
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto
Aku tidak melihat masa lalu, karena Allah tahu semua usahaku sia-sia,
pemborosan waktu, perbuatan dosa dan penyesalan.
Kuserahkan semua kepada Dia yang menghapus segala noda dengan murah
hati mengampuni, lalu melupakan.
Allah tahu masa depanku, dekat atau jauhkah jalanku, aku pasti dipimpin
pulang.
Dengan Dia ada sukacita, kasih, damai sejahtera yang sempurna dan
pengharapan menjadi kenyataan
(Annie J. Flint)

Persembahan
Skripsi ini teruntuk:
1. Bapak, Ibu tercinta dan Mas Ari terima kasih
atas segalanya, dan yang tak henti-hentinya
mendukungku di dalam doa dan semangat.
2. Teman-teman RTB MenThari dan temanteman pelayanan yang memberikan semangat
ketika aku lelah, dukungan doa dan kesabaran.
3. Sahabatku Vic Chou, Anisa, Ester Jupiter Z ,
Anggit, Hindun, Yayan, Kak Seto, Kursin dan
seluruh teman-teman BK angkatan 2000.
4. Almamaterku.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...............................................................................

ABSTRAK ................................................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................

iii

KATA PENGANTAR ..............................................................................

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................

vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii


DAFTAR TABEL ....................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

xi

BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................

A. Latar Belakang Masalah ......................................................

B. Rumusan Masalah ...............................................................

C. Penegasan Judul ..................................................................

D. Tujuan Penelitian ................................................................

E. Manfaat Penelitian ..............................................................

F. Sistematika Penulisan Skripsi ..............................................

LANDASAN TEORI ..............................................................

A. Kemandirian Belajar ...........................................................

1. Pengertian Kemandirian ................................................

BAB II

2. Pengertian Belajar ......................................................... 10


3. Kemandirian Siswa dalam Belajar ................................. 12
4. Ciri-ciri Kemandirian Belajar ........................................ 13
5. Faktor yang mempengaruhi Kemandirian Belajar .......... 14
6. Aspek-aspek Kemandirian Siswa dalam Belajar ............ 17
7. Ketrampilan-ketrampilan Belajar Secara Mandiri .......... 18

B. Pola Asuh Orangtua ............................................................ 22


1. Pengertian Pola Asuh Orangtua ..................................... 23
2. Jenis Pola Asuh Orangtua .............................................. 23
C. Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kemandirian
Siswa dalam Belajar ............................................................ 28
D. Hipotesis ............................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 34
A. Populasi .............................................................................. 34
B. Sampel dan Teknik Sampling .............................................. 35
C. Variabel Penelitian .............................................................. 37
D. Metode Pengumpulan Data ................................................. 37
E. Validitas dan Reliabilitas .................................................... 41
1. Validitas ........................................................................ 41
2. Reliabilitas .................................................................... 42
F. Metode Analisis Data .......................................................... 42
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 46


A. Persiapan Penelitian ............................................................ 46
B. Pelaksanaan Penelitian......................................................... 48
C. Analisis Data ...................................................................... 49
D. Pembahasan ....................................................................... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 56


A. Simpulan ............................................................................. 56
B. Saran ................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 58

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Jumlah Sampel setiap kelas ....................................................................

33

2.

Hasil Uji Normalitas Data ......................................................................

46

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.

Jumlah Sampel setiap kelas ....................................................................

33

4.

Hasil Uji Normalitas Data ......................................................................

46

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pola Asuh Orang Tua dan Kemandirian Siswa dalam Belajar .

29

Gambar 2. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Siswa dalam
Belajar .33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Surat izin penelitian ...........................................................................

59

2. Surat keterangan penelitian dari SMA Negeri Sumpiuh ....................

60

3. Nama-nama responden uji coba instrumen ........................................

61

4. Nama-nama responden penelitian ......................................................

62

5. Data hasil uji coba skala pola asuh orangtua .....................................

63

6. Perhitungan validitas skala pola asuh orangtua ..................................

66

7. Perhitungan reliabilitas skala pola asuh orangtua ...............................

67

8 . Data hasil ujicoba skala instrumen skala kemandirian siswa


dalam belajar ........................................................................................

68

9. Perhitungan validitas skala kemandirian siswa dalam belajar .............

70

10. Perhitungan reliabilitas skala kemandirian siswa dalam belajar .........

72

11. Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian pola asuh orangtua .....

73

12. Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian kemandirian siswa


dalam belajar.........................................................................................

74

13. Instrumen penelitian pola asuh orangtua...............................................

75

14. Instrumen penelitian kemandirian siswa dalam belajar.........................

80

15. Data hasil penelitian tentang pola asuh orangtua .................................

85

16. Data hasil penelitian tentang kemandirian siswa dalam belajar ............

87

17. Tabel persiapan analisis regresi .............................................................

89

18 Analisis regresi .....................................................................................

90

19. Uji normalitas data pola asuh otoriter .................................................

94

20. Uji normalitas data pola asuh demokratis ............................................

95

21. Uji normalitas data pola asuh permisive ..............................................

96

22. Uji normalitas data kemandirian siswa dalam belajar ..........................

97

23. Tabel harga kritik dari r product moment .............................................

98

24. Daftar kritik uji F .................................................................................

99

25. Tabel nilai chi kuadrat ..........................................................................

100

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga merupakan wadah pendidikan yang sangat besar pengaruhnya
dalam perkembangan kemandirian anak, oleh karena itu pendidikan anak tidak
dapat dipisahkan dari keluarganya karena keluarga merupakan tempat pertama
kali anak belajar menyatakan diri sebagai mahkluk sosial dalam berinteraksi
dengan kelompoknya. Orang tua yaitu ayah dan ibu merupakan orang yang
bertanggung jawab pada seluruh keluarga. Orang tua juga menentukan kemana
keluarga akan dibawa dan apa yang harus diberikan sebelum anak-anak dapat
bertanggung jawab pada dirinya sendiri, ia masih tergantung dan sangat
memerlukan bekal pada orang tuanya sehingga orang tua harus mampu memberi
bekal kepada anaknya tersebut.
Orang Tua memegang peranan utama dan pertama bagi pendidikan anak,
mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak
lepas dari berbagai halangan dan tantangan, sedangkan guru disekolah merupakan
pendidik yang kedua setelah orang tua di rumah. Pada umunnya murid atau siswa
adalah merupakan insan yang masih perlu dididik atau diasuh oleh orang yang
lebih dewasa dalam hal ini adalah ayah dan ibu, jika orang tua sebagai pendidik
yang pertama dan utama ini tidak berhasil meletakan dasar kemandirian maka
akan sangat berat untuk berharap sekolah mampu membentuk siswa atau anak
menjadi mandiri.

Menurut Zainum Mutadin (2002, www.e_psikologi.com) Kemandirian adalah


suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan,
dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi
berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu
berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandiriannya.
Kemandirian anak harus dibina sejak anak masih bayi, jikalau kemandirian
anak diusahakan setelah anak besar, kemandirian itu akan menjadi tidak utuh.
Kunci kemandirian anak sebenarnya ada di tangan orang tua. Kemandirian yang
dihasilkan dari kehadiran dan bimbingan orang tua akan menghasilkan
kemandirian yang utuh. Untuk dapat mandiri anak membutuhkan kesempatan,
dukungan dan dorongan dari keluarga khususnya pola asuh orang tua serta
lingkungan sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri.
Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh
orang tua didalam keluarga, orang tualah yang berperan dalam mengasuh,
membimbing, membantu dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Meski
dunia pendidikan atau sekolah juga juga turut berperan dalam memberikan
kesempatan kepada anak untuk mandiri, pola asuh orang tua tetap merupakan
pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri. Orang tua mana
yang tidak mau leihat anaknya tumbuh menjadi anak mandiri. Tampaknya
memang itulah salah satu tujuan yang ingin dicapai orang tua dalam mendidik
anak-anaknya.
Baumrind dalam Agoes Dariyo (2004:97) membagi pola asuh orang tua
menjadi tiga yakni Otoriter, Permisif, dan Demokratis. Pola Asuh Otoriter (parent

oriented) ciri-ciri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus
ditaati oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa
yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-olah menjadi robot,
sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah
diri, minder dalam pergaulan, tetapi disisi lain anak bisa memberontak, nakal atau
melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba (alchohol
or drug abuse).
Pola Asuh Permisif, sifat pola asuh ini children centered

yakni segala

aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak
diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak
cenderung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua, ia bebas
melakukan apa saja yang diinginkan, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan
sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara
bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif,
inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
Pola Asuh Demokratis, kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu
keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak
diberi kebebasan yang bertanggung jawab artinya apa yang dilakukan oleh anak
tetapi harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan
secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena, anak diberi
kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya,
tidak munafik dan jujur.

Siswa SMA Negeri Sumpiuh berasal dari latar belakang kelarga yang
berbeda. Ada yang berasal dari keluarga pegawai negeri, pegawai swasta, TNI,
petani, buruh tani, buruh pabrik dan dari keluarga dengan latar belakang pekerjaan
musiman. Dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda tersebut telah
membentuk pola asuh orang tua yang berbeda-beda di dalam keluarga. Pada
penelitian ini, penulis melihat secara kenyataan di lapangan bahwa kemampuan
siswa antara yang satu dengan lainnya berbeda-beda, siswa yang satu memiliki
tipe belajar A sedangkan lainnya memiliki tipe belajar B dan seterusnya. Setiap
remaja yang tercatat sebagai siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda
dengan teman-temannya hal ini disebabkan oleh karena siswa memiliki potensi
yang berbeda-beda dengan siswa yang lain. Seorang Guru di SMA Negeri
Sumpiuh menggambarkan siswa yang kurang memiliki kemandirian dalam belajar
terlihat ketika dalam mengikuti proses belajar mengajar bersikap pasif, tidak
berani bertanya apabila menghadapi kesulitan, dlam ulngan mempunyai kesukaan
untuk mencontek pekerjaan teman atau mencontek dari lembaran-lembaran yang
telah dipersiapkan dari rumah dan kurang berfikir kritis.
Mencermati kenyataan tersebut di atas, bahwa dari latar belakang keluarga
yang berbeda akan membentuk pola asuh orang tua yang berbeda-beda dan
diprediksikan dari pola asuh orang tua yang berbeda-beda itu mempengaruhi
kemandirian siswa dalam belajar. Secara kenyataan di SMA Negeri Sumpiuh
belum pernah diadakan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap
kemandirian siswa dalam belajar. Hal tersebut mendorong penulis untuk
mengadakan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap

kemandirian siswa dalam belajar di sekolah tersebut, dan akhirnya penulis


merumuskan ke dalam penelitian yang berjudul sebagai berikut : Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Siswa dalam Belajar pada Siswa Kelas XI
SMA Negeri I Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005 / 2006.

B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Adakah Pengaruh Pola Asuh Orang tua terhadap Kemandirian Siswa
dalam Belajar pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Sumpiuh ?

C. Penegasan Judul
1.

Pola Asuh Orang Tua


Pola Asuh adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua untuk mengasuh

(merawat, menjaga atau mendidik) anak (Singgih D. Gunarsa, 1991 : 108-109).


Dalam penelitian ini, pola asuh orang tua yang dimaksudkan adalah
Gambaran yang dipakai oleh orang tua dalam mengasuh, membesarkan, merawat
dan mendidik yang berpengaruh secara langsung terhadap kemandirian anak
dalam belajar.
2.

Kemandirian Siswa dalam Belajar


Menurut Drost (1993:22) Kemandirian adalah individu yang mampu

menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan mampu bertindak secara


dewasa.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya
( Syaiful Bahri, 2002:12)
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian siswa dalam
belajar adalah perilaku siswa dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya
secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa
tersebut mampu melakukan belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang
efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik mampu untuk
melakukan aktivitas belajar secara mandiri serta bertujuan agar siswa mampu
menemukan sendiri apa yang harus dilakukan dan memecahkan masalah di dalam
belajar dengan tidak bergantung pada orang lain.
Dengan demikian yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah
Pengaruh metode atau cara yang dipilih orang tua dalam mengasuh dan mendidik
anak-anak mereka untuk menghadapi masalah dan dalam proses mencapai
kemandirian dalam belajar.

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam
belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri Sumpiuh.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai
berikut :
1. Secara Teoritis
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
bimbingan dan konseling yang khususnya dapat dimanfaatkan sebagai
kajian bersama mengenai pengaruh pola asuh orang tua sehingga dapat
dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.
2. Secara Praktis
a. Dapat dipergunakan sebagai pemahaman dan gambaran realitas bagi
orang tua siswa dalam menerapkan pola asuh di dalam meningkatkan
kemandirian dalam belajar.
b. Hasil

penelitian

ini

dapat

menjadi

masukan

bagi

guru

pembimbing di sekolah untuk lebih memperhatikan kemandirian


yang dimiliki oleh siswa dalam belajar.

F. Sistematika Penulisan Skripsi


Untuk memberikan gambaran umum mengenai isi skripsi ini, maka
disajikan beberapa garis sistematika skripsi dengan bagian-bagian yaitu 1) Bagian
awal skripsi, 2) Bagian isi skripsi 3) Bagian akhir skripsi. Bagian awal skripsi
terdiri atas judul skripsi, sari (abstrak) skripsi, halaman pengesahan, motto dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Bagian
isi skripsi terdiri atas lima bab, yang dapat dirinci sebagai berikut :

Bab pertama pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan


masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab dua landasan teori, berisi teoritis mengenai maslah yang dibahas
dalam penelitian ini dan pengajuan hipotesis.
Bab tiga metode penelitian terdiri dari populasi, sampel penelitian,
teknik dan pengumpulan data, validitas dan reliabilitas secara teknik analisis data.
Bab empat hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi
pembahasan dari hasil penelitian.
Bab lima penutup terdiri dari simpulan hasil penelitian dan saransaran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian. Sedangkan bagian akhir dari
skripsi ini berisi daftar pusataka dan lampiran-lampiran.

BAB II
LANDASAN TEORI

Kemandirian Belajar
Pengertian Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting
bagi individu. Seseorang dalam menjalani kehidupan ini tidak pernah lepas dari
cobaan dan tantangan. Individu yang memiliki kemandirian tinggi relatif mampu
menghadapi segala permasalahan karena individu yang mandiri tidak tergantung
pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada.
Menurut Antonius (2000:145) seseorang yang mandiri adalah suatu
suasana dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak atau keinginan
dirinya yang terlihat dalam tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan
sesuatu (barang atau jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.
Mutadin (2002, www.e_psikologi.com) kemandirian adalah suatu sikap individu
yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu akan terus
belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan,
sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri
dengan kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat
berkembang dengan lebih mantap.
Menurut Drost (1993:22) kemandirian adalah individu yang mampu
menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan mampu bertindak secara
dewasa.

Hasan Basri (1994:53) mengatakan bahwa kemandirian adalah keadaan


seseorang dalam kehidupannya mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu
tanpa bantuan orang lain.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
adalah kemampuan seseorang dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya
secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain.
Dengan demikian yang dimaksud dengan kemandirian dalam penelitian ini
adalah perilaku siswa dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara
nyata dengan tidak bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa
tersebut mampu melakukan belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang
efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu untuk
melakukan aktivitas belajar secara mandiri.

Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat,
bagi para pelajar atau siswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing.
Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan
mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.
Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri (2002:13) belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto mengatakan bahwa suatu
kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak
raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan

perubahan, perubahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah perubahan sebagai
hasil dari proses belajar dan perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang. Menurut Hasan Basri (1994:92), mendefinisikan bahwa belajar adalah
proses perubahan di dalam diri seseorang, setelah belajar seseorang mengalami
perubahan dalam dirinya seperti mengetahui, memahami, lebih terampil, dapat
melakukan sesuatu dan sebagainya.
Hasan Basri menekankan bahwa dengan belajar seseorang akan mengalami
proses perubahan di dalam diri seseorang, setelah belajar seseorang mengalami
perubahan dalam dirinya seperti mengetahui, memahami, lebih terampil, dapat
melakukan sesuatu.
Menurut James (dalam Syaiful Bahri, 2002:12) merumuskan belajar
sebagai proses tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Sedangkan C.T Morgan dalam Singgih D. Gunarsa (2003:22) belajar
adalah sesuatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat
(hasil) pengalaman yang lalu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan di dalam diri seseorang yang di sengaja dan terarah
untuk menuju pada suatu tujuan kepribadian yang lebih utuh dan tangguh.
Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan proses siswa yang tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.
Dengan demikian belajar dalam penelitian adalah unsur yang terkait
dengan kemandirian, belajar yang dimaksud adalah belajar yang mandiri, yang
dapat menjadikan siswa mampu belajar secara mandiri.

Kemandirian Siswa dalam Belajar


Setiap siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda dengan temantemannya, hal ini disebabkan karena siswa memiliki potensi yang berbeda dengan
orang lain.
Menurut Hendra Surya (2003:114),
Belajar mandiri adalah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan
dari dalam diri individu yang belajar untuk menggerakkan potensi
dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing
di luar dirinya. Dengan demikian belajar mandiri lebih mengarah pada
pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar
Dari pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang di dorong oleh kemauan sendiri,
pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu
mempertanggung jawabkan tindakannya.
Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila ia telah
mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Ciri-ciri
pokok siswa mampu mandiri dalam belajar dapat dilihat dari bagaimana ia
memulai belajarnya, mengatur waktu dalam belajar sendiri melakukan belajar
dengan cara dan teknik sesuai dengan kemampuan sendiri serta mampu
mengetahui kekurangan diri sendiri. Sebagai syarat agar siswa dapat belajar
mandiri, siswa tersebut harus memiliki dan melatih metode belajar yang baik,
sehingga sejak awal dari pemberian tugas belajar, harus sudah timbul dalam jiwa
dan pikiran anak untuk menata kegiatan belajar sendiri berdasarkan metodologi
belajar yang baik dan pada tahapan-tahapan dalam proses belajar tersebut tidak
harus diperintah . Siswa mengetahui arah tujuan serta langkah yang harus

diperbuatnya dalam menyelesaikan tugas yang dihadapkan kepadanya. Siswa


memiliki kemahiran dalam menyelesaikan tugas belajarnya dan mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diperolehnya tersebut.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian siswa dalam
belajar adalah perilaku yang akan diukur yaitu siswa sebagai subyek yang akan
diteliti, hal ini terkait dengan kemandirian siswa tersebut belajar, bertujuan agar
siswa mampu menemukan sendiri apa yang harus dilakukan dan memecahkan
masalah di dalam belajar dengan tidak bergantung pada orang lain.

Ciri-ciri Kemandirian Belajar


Agar siswa dapat mandiri dalam belajar maka siswa harus mampu berfikir
kritis, bertanggung jawab atas tindakannya, tidak mudah terpengaruh pada orang
lain, bekerja keras dan tidak tergantung pada orang lain. Ciri-ciri kemandirian
belajar merupakan faktor pembentuk dari kemandirian belajar siswa.
Menurut Chabib Thoha (1996: 123-124) membagi ciri kemandirian belajar
dalam delapan jenis, yaitu :
a. Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif.
b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
c. Tidak lari atau menghindari masalah.
d. Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.
e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta
bantuan orang lain.
f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.

g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.


h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

Sementara itu Yohanes Babari (2002:145) membagi ciri-ciri kemandirian


dalam lima jenis, yaitu :
1

Percaya diri

Mampu bekerja sendiri

Menguasai keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan kerjanya

Menghargai waktu

Bertanggung jawab

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa ciri-ciri


kemandirian belajar pada setiap siswa akan nampak jika siswa telah menunjukkan
perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk bertanggung jawab terhadap tugas
yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar


Menurut Hasan Basri (1994:54) kemandirian belajar siswa dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor
endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen).
Faktor endogen (internal)
Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari
dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak
dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan

perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan


ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi
intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.
Faktor eksogen (eksternal)
Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang
berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan.
Lingkungan

kehidupan

yang

dihadapi

individu

sangat

mempengaruhi

perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif.


Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan
kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam
hal kemandiriannya.
Sementara

itu

Chabib Thoha

(1996:124-125) faktor-faktor yang

mempengaruhi kemandirian dapat dibedakan dari dua arah, yakni :


1. Faktor dari dalam
Faktor dari dalam diri anak adalah antara lain faktor kematangan usia dan
jenis kelamin. Di samping itu inteligensia anak juga berpengaruh terhadap
kemandirian anak.
2. Faktor dari luar
Adapun faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian anak adalah
a. Kebudayaan, masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya
cenderung

mendorong tumbuhnya kemandirian dibanding dengan

masyarakat yang sederhana.

b. Keluarga, meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan


cara mendidik anak, cara memberikan penilaian kepada anak bahkan
sampai cara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemandirian anak.
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori (2002: 118-119) menyebutkan
sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian, yaitu :
c. Gen atau keturunan orangtua. Orang tua memiliki sifat kemandirian tinggi
sering kali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.
d. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh dan mendidik anak akan
mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya.
e. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak
mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menenkankan
indoktrinasi

tanpa

argumentasi

akan

menghambat

perkembangan

kemandirian remaja sebagai siswa.


f. Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang
terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang
aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja
dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan
kemandirian remaja atau siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai kemandirian
seseorang tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendasari terbentuknya
kemandirian itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian sangat menentukan sekali
tercapainya kemandirian seseorang, begitu pula dengan kemandirian belajar siswa

dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun yang berasal dari
luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan sosial ekonomi dan
lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh seorang individu
bersikap dan berfikir secara mandiri dalam kehidupan lebih lanjut.
Dengan demikian, penulis berpendapat dalam mencapai kemandirian
seseorang tidak lepas dari faktor-faktor tersebut diatas dan kemandirian siswa
dalam belajar akan terwujud sangat bergantung pada siswa tersebut melihat,
merasakan dan melakukan aktivitas belajar atau kegiatan belajar sehari-hari di
dalam lingkungan tempat tinggalnya.

6. Aspek-aspek Kemandirian Siswa dalam Belajar


Dalam keseharian siswa sering dihadapkan pada permasalahan yang
menuntut siswa untuk mandiri dan menghasilkan suatu keputusan yang baik.
Robert

Havighurst

dalam

Mutadin

(2002,www.e_psikologi.com)

menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu :


a. Aspek intelektual, aspek ini mencakup pada kemampuan berfikir, menalar,
memahami beragam kondisi, situasi dan gejala-gejala masalah sebagai dasar
usaha mengatasi masalah.
b. Aspek sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif
membina

relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain

disekitarnya.

c. Aspek emosi, mencakup kemampuan individu untuk mengelola serta


mengendalikan emosi dan reaksinya dengan tidak bergantung secara emosi
pada orang tua.
d. Aspek ekonomi, mencakup kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan
kebutuhan-kebutuhan ekonomi tidak lagi bergantung pada orang tua.
Dari pejelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek tersebut
saling terkait satu sama lainnya, karena aspek tersebut mempunyai pengaruh yang
sama kuat dan saling melengkapi dalam membentuk kemandirian belajar dalam
diri seseorang.

7. Keterampilan-keterampilan Belajar secara Mandiri


Menurut A.

Suhaenah Suparno (2001: 106-126),

ada beberapa

keterampilan-keterampilan belajar yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat


meningkatkan kemandirian dalam belajarnya, yaitu :
a. Mengenali diri sendiri
Memahami diri sendiri menjadi sangat penting karena banyak orang
yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya baik karena menilai
terlalu optimis maupun sebaliknya karena terlalu pesimistik dan menilai
rendah

kemampuan-kemampuannya

dan

akan

sangat

penting

untuk

memahami apa yang sebenarnya ingin dicapai atau dicita-citakan, yang


merupakan visi terhadap kehidupan yang akan datang.

b. Memotivasi diri sendiri


Motivasi ada yang bersifat instrinsik yaitu yang memang tumbuh
di dalam orang itu sejak awal, tetapi ada juga motivasi yang sifatnya ekstrinsik
yaitu yang berasal dari luar dirinya, apakah itu dari orang tua, guru, teman
ataupun tuntutan pekerjaan. Menumbuhkan motivasi ini sebenarnya bisa
dipelajari yaitu dengan cara membuat daftar keuntungan-keuntungan yang
akan diperoleh tatkala memutuskan untuk mempelajari sesuatu.
c. Mempelajari cara-cara belajar efektif
Tipe atau gaya orang untuk belajar merupakan hal yang unik untuk
dirinya dan mungkin sangat berbeda dengan gaya belajar orang lain. Namun
ada beberapa tips yang dapat dicatat tentang tindakan-tindakan yang dapat
membantu mengefektifkan seseorang dalam belajar, diantaranya :
1). Membuat rangkuman
Rangkuman

adalah

ikhtisar

tentang

hal-hal

esensial

yang

terkandung dalam bahan bacaan atau pemaparan lisan yang kita simak
tersebut yang lebih ramping. Rangkuman membantu seseorang ketika
mengulang pekerjaan aatau ketika mencoba mengingat kembali apa yang
telah dibacanya. Setelah selesai membaca dan membuat rangkuman dapat
membuat pertanyaan-pertanyaan untuk dijwab sendiri.
2). Membuat pemetaan konsep-konsep penting
Pemetaan merupakan gambaran konsep-konsep yang berhubungan,
dalam hal pemetaan konsep-konsep penting maka ada konsep utama dan ada
konsep pelengkap yang diasosiasikan dengan konsep utama. Konsep

pelengkap dan konsep asosiasi ini dapat diperoleh dari bahan bacaan itu
sendiri .
3). Mencatat hal-hal yang esensial dan membuat komentar
Cara mencatat semacam ini dapat dilakukan pada kertas yang
terpisah, yang dibagi menjadi dua bagian ; di sebelah kiri dibuat catatancatatan penting yang sifatnya deskriptif sesuai dengan apa yang dibaca atau
yang didengar . Di sebelah kanan dibuat catatan-catatn yang sifatnya lebih
personal, dapat berupa kesan atau perintah-perintah kepada diri sendiri
untuk mengasosiasikan atau menghubungkan pengalaman sebelumnya.
4). Membaca secara efektif
a). Skimming
Skimming berarti membaca selintas dan cepat untuk melihat
gambaran sangat umum dengan membaca judul-judul bab dan bagian
lainnya secara garis besar.
b). Scanning
Scanning adalah cara membaca dengan melihat judul bab
kemudian judul-judul sub bab atau pasal-pasal di dalam suatu bab serta
dengan membaca kalimat-kalimat awal pada tiap-tiap paragraf yang
sering disebut topic sentence.
c). Membaca simpulan
Setiap simpulan berisi ide-ide pokok tentang apa yang telah
dipaparkan sebelumnya dan berfungsi untuk mengingatkan kembali
kepada pembacanya bahwa inilah ide-ide pokok dari penulis.

d). Membaca untuk pendalaman


Dalam membaca untuk mendalami sesuatu, orang melakukannya
secara cermat dan penuh kesadaran, artinya tidak sambil melamun,
mendalami isi bacaan kalimat per kalimat. Dalam kegiatan ini
seseorang harus dapat menangkap ide yang tersirat (reading between
the lines).
e). Memanfaatkan indeks
Indeks menolong pembaca untuk mengetahui ada tidaknya atau
dimana suatu informasi yang diperlukannya dipaparkan dalam buku.
5). Membuat situasi yang kondusif
Belajar

adalah

pekerjaan

yang

memerlukan

pengerahan

penglihatan, pendengaran, latihan dan pikiran. Oleh karena itu diperlukan


suasana yang menunjang seperti tempat yang relatif tenang dan pikiran
yang konsentrasi . Cara belajar yang sehat adalah cara yang rileks tidak
mengganggu postur tubuh dan tidak mengganggu konsentrasi.
6). Mengenal lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan belajar atau
sumber-sumber belajar yang tidak terhitung jumlahnya. Sumber-sumber
belajar berupa orang, bahan bacaan, lembaga atau institusi, maupun setting
yang sengaja maupun yang semula tidak disengaja untuk dijadikan sumber
belajar tetapi dapat berfungsi sebagai sumber belajar.

d. Mengarahkan diri sendiri dalam belajar


Yang dimaksud dengan mengarahkan diri sendiri dalam belajar
adalah memulai kegiatan belajar karena lingkungan yang mendorongnya
melakukan sesuatu. Adapula orang yang mengarahkan diri sendiri di
dalam belajar karena memang sistem dalam lingkungannya memberikan
peluang, selain itu ada juga orang yang melaksanakan kegiatan pengarahan
diri dalam belajar itu karena faktor kebetulan ketika ia sudah mempunyai
waktu luang untuk mempelajari sesuatu yang menjadi minatnya.
e. Catatan harian
Catatan harian bertujuan untuk mencatat apa yang harus dilakukan,
apa yang telah dicapai, serta apa yang harus dicapai, masalah-masalah
yang harus diselesaikan, dengan catatan harian ini membantu ingatan
seseorang

Pola Asuh Orang Tua


Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Keluarga merupakan tempat untuk pertama kalinya seorang anak
memperoleh pendidikan dan mengenal nilai-nilai maupun peraturan-peraturan
yang harus diikutinya yang mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial
dengan lingkungan yang lebih luas. Namun dengan adanya perbedaan latar
belakang, pengalaman, pendidikan dan kepentingan dari orang tua maka terjadilah
cara mendidik anak.

Menurut Chabib Thoha (1996:109) yang mengemukakan bahwa pola asuh


orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam
mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Peran
keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama,
tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jika pendidikan
keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan
perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap
positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan
rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh orang tua
adalah cara mengasuh dan metode disiplin orang tua dalam berhubungan dengan
anaknya dengan tujuan membentuk watak, kepribadian, dan memberikan nilainilai bagi anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dalam
memberikan aturan-aturan atau nilai terhadap anak-anaknya tiap orang tua akan
memberikan bentuk pola asuh yang berbeda berdasarkan latar belakang
pengasuhan orang tua sendiri sehingga akan menghasilkan bermacam-macam pola
asuh yang berbeda dari orang tua yang berbeda pula.

Jenis Pola Asuh Orang tua


Agus Dariyo (2004:97) membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi empat,
yaitu :
a. Pola Asuh Otoriter (parent oriented)

Ciri-cri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus
ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh
anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang
diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-olah mejadi robot,
sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut tidak percaya diri, pencemas, rendah
diri, minder dalam pergaulan tetapi disisi lain, anak bisa memberontak, nakal, atau
melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba. Dari segi
positifnya, anak yang dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan menjadi
disiplin yakni mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau
menunjukkan kedisiplinan di hadapan orang tua, padahal dalam hatinya berbicara
lain, sehingga ketika di belakang orang tua, anak bersikap dan bertindak lain. Hal
itu tujuannya semata hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak
cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
b.

Pola Asuh Permisif (children centered)


Sifat pola asuh ini, yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan

anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua. Orang tua menuruti
segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena , tanpa
pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi
negatif lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila
anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab , maka
anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu
mewujudkan aktualisasinya.

c. Pola Asuh Demokratis


Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil
bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan
yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus
dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral.
Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan
dan dilatih untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya. Akibat positif
dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang
lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur.
Namun akibat negatif, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas
orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan anak dan orang tua.
d. Pola Asuh Situsional
Pada pola asuh ini orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh
tertentu. Tetapi kemungkinan orang tua menerapkan pola asuh secara fleksibel,
luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.
Menurut Hourlock dalam Chabib Thoha (1996 : 111-112) mengemukakan
ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yakni :
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturanaturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya
(orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak
jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua

menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu


dipertimbangkan dengan anak.
Pola asuh yang bersifat otoriter juga ditandai dengan penggunaan
hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga
diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan
meskipun sudah menginjak usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam suasana
semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu-ragu, lemah kepribadian dan tidak
sanggup mengambil keputusan tentang apa saja.
2. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua
terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung
pada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih
apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam
pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak
diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit
demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak
dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.
Pola Asuh Permisive
Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas,
anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluasluasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap
anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi

anaknya. Semua apa yang telah dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu
mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan.
Tembong Prasetya (2003: 27-32) membagi bentuk pola asuh orang tua
menjadi empat, yaitu :
1. Pola pengasuhan autoritatif
Pada umumnya pola pengasuhan ini hampir sama dengan bentuk pola asuh
demokratis oleh Agoes Dariyo (2004) dan Chabib Thoha (1996) namun hal yang
membedakan pola asuh ini yaitu adanya tambahan mengenai pemahaman bahwa
masa depan anak harus dilandasi oleh tindakan-tindakan masa kini. Orang tua
memprioritaskan kepentingan anak dibandingkan dengan kepentingan dirinya,
tidak ragu-ragu mengendalikan anak, berani menegur apabila anak berperilaku
buruk. Orang tua juga mengarahkan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak
agar memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang akan
mendasari anak untuk mengarungi hidup dan kehidupan di masa mendatang.
2. Pola pengasuhan otoriter
Pada pola pengasuhan ini, orang tua menuntut anak untuk mematuhi
standar mutlak yang ditentukan oleh orang tua. Kebanyakan anak-anak dari pola
pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan cukup bertanggung jawab,
namun kebanyakan cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan dan
tampak kurang percaya diri.
3. Pola pengasuhan penyabar atau pemanja
Pola pengasuhan ini, orang tua tidak menmgadalikan perilaku anak sesuai
dengan kebutuhan perkembangan kepribadian anak, tidak pernah menegur atau

tidak berani menegur anak. Anak-anak dengan pola pengasuhan ini cenderung
lebih energik dan responsif dibandingkan anak-anak dengan pola pengasuhan
otoriter, namun mereka tampak kurang matang secara sosial (manja), impulsif,
mementingkan diri sendiri dan kurang percaya diri (cengeng).
4. Pola pengasuhan penelantar
Pada pola pengasuhan ini, orang tua kurang atau bahkan sama sekali tidak
mempedulikan perkembangan psikis anak. Anak dibiarkan berkembang sendiri,
orang tua juga lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri dari pada
kepentingan anak. Kepentingan perkembangan kepribadian anak terabaikan,
banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri dengan berbagai
macam alasan . Anak-anak terlantar ini merupakan anak-anak yang paling
potensial terlibat penggunaan obat-obatan terlarang (narkoba) dan tindakantindakan kriminal lainnya. Hal tersebut dikarenakan orang tua sering mengabaikan
keadaan anak dimana ia sering tidak peduli atau tidak tahu dimana anak-anaknya
berada, dengan siapa anak-anak mereka bergaul, sedang apa anak tersebut.
Dengan bentuk pola asuh penelantar tersebut anak merasa tidak diperhatikan oleh
orang tua, sehingga ia melakukan segala sesuatu atas apa yang diinginkannya.
Dari beberapa uraian pendapat para ahli di atas mengenai bentuk pola asuh
orang tua dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat tiga pola asuh yang
diterapkan orang tua yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh
bebas (permisif). Dari ketiga bentuk pola asuh orang tua tersebut, ada
kecenderungan bahwa pola asuh demokratis dinilai paling baik dibandingkan
bentuk pola suh yang lain. Namun demikian, dalam pola asuh demokratis ini

bukan merupakan pola asuh yang sempurna, sebab bagaimanapun juga ada hal
yang bersifat situsional seperti yang dikemukakan oleh Agus Dariyo (2003),
bahwa tidak ada orang tua dalam mengasuh anaknya hanya menggunakan satu
pola asuh dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Dengan demikian, ada
keenderungan bahwa tidak ada bentuk pola asuh yang murni diterapkan oleh
orang tua tetapi orang tua dapat menggunakan ketiga bentuk pola asuh tersebut
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat itu.
Dalam penelitian ini penulis mengacu pada tiga bentuk pola asuh orang tua
yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. Adapun pengaruh ketiga bentuk
pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa adalah meliputi aktivitas
pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik anak, cara mengasuh
dan cara hidup orang tua yang berpengaruh secara langsung terhadap kemandirian
anak dalam belajar.
Pengaruh Pola asuh Orang tua terhadap Kemandirian siswa dalam belajar
Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola
asuh orang tua. Di dalam keluarga, orang tualah yang berperan dalam mengasuh,
membimbing, dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri.
Meskipun dunia pendidikan juga turut berperan dalam memberikan kesempatan
kepada anak untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar dan pertama dalam
membentuk anak untuk mandiri. Bila pendidikan orang tua yang pertama dan
utama ini tidak berhasil maka akan dapat menimbulkan sikap dan perilaku yang
kurang mandiri dalam mendidik atau mengasuh anak menjadi anak menjadi
mandiri, tidaklah mudah ada banyak hal yang harus dipersiapkan sedini mungkin

oleh orang tua ketika mendidik atau mengasuh anak. Peran orang tua sangatlah
besar dalam proses pembentukan kemandirian seseorang, orang tua diharapkan
dapat memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan
mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala
perbuatannya.

Pola Asuh Orang tua


X1 = Otoriter

X2 = Demokratis

Y = Kemandirian siswa
dalam belajar.

X3 = Permisive

Pola asuh orang tua dalam mendidik dan membimbing anak sangat
berpengaruh dalam perkembangan terutama ketika anak telah menginjak masa
remaja. Ada berbagai macam cara orang tua dalam mengasuh dan membimbing
anaknya, keanekaragaman tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan latar
belakang, pengalaman, dan pendidikan orang tua.
Mengingat masa remaja merupakan masa yang penting dalam proses
perkembangan kemandirian maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan
orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian krusial.
Menurut Jacquelin Marie T (2002) seorang staff pengajar Fakultas Psikologi
UGM mengatakan bahwa anak tumbuh menjadi remaja, tingkat ketergantungan

berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan aspek-aspek


kepribadian dalam diri mereka. Kemandirianpun menjadi sangat berbeda pada
rentang usia tertentu. Kermandirian sangat tergantung pada proses kematangan
dan proses belajar anak. Remaja tumbuh dan berkembang dalam lingkup sosial.
Lingkup sosial, awal yang meletakkan dasr perkembangan pribadi anak adalah
keluarga. Dengan demikian, orang tua memiliki porsi terbesar untuk membawa
anak mengenal kekuatan dan kelemahan diri untuk berkembang termasuk
perkembangan kemandiriannya.
Pola asuh orang tua menurut Gunarsa (2003: 82-84) terdiri dari pola
asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Orang tua yang
menerapkan pola asuh otoriter yaitu pola asuh yang menitikberatkan aturan-aturan
dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak. Anak harus patuh dan
tunduk dan tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan kemauan atau pendapatnya
sendiri. Orang tua memerintah dan memaksa tanpa kompromi, yang
mengakibatkan anak cenderung untuk memiliki sikap yang acuh, pasif, takut, dan
mudah cemas. Cara otoriter menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak,
inisiatif dan aktivitas-aktivitasnya menjadi tumpul secara umum kepribadianya
lemah demikian pula kepercayaan dirinya. Orang tua yang menerapkan pola asuh
demokratis yang ditandai oleh sikap orang tua yang memperhatikan dan
menghargai kebebasan anak, namun kebebasan yang tidak mutlak dan dengan
bimbingan yang penuh pengertian antara kedua belah pihak, anak dan orang tua.
Dengan cara demokratis ini pada anak tumbuh rasa tanggung jawab untuk
memperlihatkan sesuatu tingkahlaku dan selanjutnya memupuk kepercayaan

dirinya. Ia mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada
dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan diri dan kalau tingkah
lakunya tidak berkenan bagi orang lain ia mampu menunda dan menghargai
tuntutan pada lingkungannya. Baldwin (dalam Gerungan, 1998:189) mengatakan
bahwa didikan demokratis akan membuat anak menjadi mandiri, tidak takut dan
lebih bertujuan dalam hidupnya.
Sedangkan bila anak dididik oleh orang tua secara permisive, orang tua
membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi
batasan-batasan dari tingkah laku. Anak terbiasa mengatur dan menentukan
sendiri apa yang dianggapnya baik. Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat
pada keluarga yang terlalu sibuk. Orang tua hanya bertindak sebagai polisi yang
mengawasi, menegur, dan mungkin memarahi. Orang tua tidak terbiasa bergaul
dengan anak, hubungan tidak akrab dan merasa bahwa anak harus tahu sendiri.
Pada anak tumbuh keakuan (egocentrisme) yang terlalu kuat dan kaku dan mudah
menimbulkan kesulitan-kesulitan kalau harus mengahadapi larangan-larangan
yang ada dalam lingkungan sosialnya. Pada pola asuh ini anak dibiarkan berbuat
sesuka hati dengan sedikit kekangan dan memenuhi kehendak anak agar anak
mereka senang sehingga menjadikan anak tidak mandiri.
Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Suharsimi Arikunto, 2000:64).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah Ada pengaruh secara


signifikan pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada
siswa kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas
Tahun Pelajaran 2005/2006.

BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam pelaksanaan penelitian untuk dapat memperoleh hasil yang optimal


maka suatu penelitian ilmiah harus mendasarkan pada metode yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam bab ini akan dibahas hal-hal
sebagai berikut : populasi, sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data,
validitas instrumen, reliabilitas instrumen dan metode analisis data.
A. Populasi
Sebelum menentukan sampel, maka populasi penelitian harus ditetapkan
terlebih dahulu. Menurut Suharsimi Arikunto (1998:115), populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan menurut Husaini Usman (1995:181)
pengertian populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun
pengukuran baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu
mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulan bahwa populasi dalah semua
individu dari keseluruhan subjek yang jelas dan mempunyai ciri yang sama yang
hendak dikenai dalam penelitian. Dalam populasi ini yang menjadi populasi
penelitian adalah siswa kelas XI SMU Negeri Sumpiuh Tahun Pelajaran 2005 /
2006.

B. Sampel dan Teknik Sampling


Menurut Suharsimi Arikunto (1998:117) yang dimaksud sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti sedangkan menurut Irawan
Soehartono (2000:57) yang dimaksud dengan sampel adalah suatu bagian dari
populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian
atau wakil dari populasi yang dimiliki atau diteliti dan diambil dengan teknik atau
cara-cara tertentu.
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:120), bahwa apabila dalam pengambilan
sampel yang jumlah subjeknya besar (lebih dari 100 orang) maka dapat diambil
antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dengan demikian dari populasi siswa
kelas II SMA Negeri Sumpiuh Tahun Pelajaran 2005/2006 yang berjumlah 199
orang siswa yang akan diambil sampel sebesar 25%-nya yaitu 50 orang siswa.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Proportional Random Sampling ( Husaini, 2000:185).
Adapun yang menjadi alasan, peneliti menggunakan teknik Proportional
Random Sampling adalah :
1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, dana dan tenaga.
2. Banyaknya subjek yang terdapat pada setiap kelas tidak sama, oleh karena itu
untuk memperoleh sampel yang representatif maka pengambilan subjek dari
setiap kelas di tentukan seimbang atau sebanding.
3. Teknik ini juga dimaksudkan bahwa dalam pengambilan sampel masingmasing kelas mengikuti perbandingan besar-kecilnya jumlah siswa tiap kelas.

Tabel 1. Jumlah Sampel Setiap Kelas


No.
1.

Kelas
XI IIA 1

Jumlah Siswa
41

2.

XI IIA 2

40

25% x 40

10

3.

XI IIS 1

40

25% x 40

10

4.

XI IIS 2

38

25% x 38

10

5.

XI IIS 3

40

25% x 40

10

Perhitungan
25% x 41

Jumlah Sampel
10

Tabel tersebut dapat diketahui besarnya anggota sampel untuk masing-masing


kelas yang keseluruhannya berjumlah 50 siswa.
Pemilihan objek yang menjadi anggota sampel untuk masing-masing kelas
dilakukan secara acak sederhana dengan cara undian, dengan cara ini setiap
subjek memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagi berikut :
1.

Membuat atau memberi nomor pada setiap individu secara berurutan


untuk masing-masing kelas.

2.

Setiap nomor individu ditulis dalam kertas kemudian di gulung dan


dimasukan dalam kotak.

3. Mengocok gulungan kertas yang ada dalam kotak agar berbaur secara
tidak teratur.
4. Mengambil satu persatu gulungan kertas tersebut sebanyak sampel yang
diperlukan untuk masing-masing kelas sebanyak 10 siswa.

C. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (1998:99) variabel adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto, ada dua
jenis variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab
sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel akibat.
Dalam penelitian ini variabel-variabel tersebut adalah :
1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah (X1 = pola asuh otoriter, X2 =
pola asuh deokratis, X3 = pola asuh permisive).
2. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Kemandirian Siswa dalam
Belajar

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
penulis untuk menghimpun data dari sejumlah populasi yang menjadi sampel
penelitian.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode Skala Psikologi. Menurut Azwar (1999: 3-4) metode skala sebagai alat
ukur psikologi memiliki karakteristik yaitu :
1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang mengungkap indikator
perilaku dari atribut yang bersangkutan. Jawaban subjek tergantung pada
interpretasi subjek terhadap pertanyaan dan jawabannya berupa proyeksi dari
perasaan atau kepribadiannya.

2. Atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator


perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk item yang selalu banyak.
3. Respon tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua
jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguhsungguh.
Skala Psikologis dalam penelitian ini meliputi skala kemandirian siswa
dalam belajar dan skala pola asuh orang tua. Bentuk skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala tertutup yang diberikan terstruktur, yaitu jawaban
pertanyaan yang diajukan sudah disediakan. Subjek diminta untuk memilih satu
jawaban yang sesuai dengan dirinya. Jadi pertanyaan bersifat tertutup. Dalam
penelitian ini menggunakan 4 alternatif jawaban instrumen yaitu sangat sesuai
(SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) adapun yang
menjadi alasan peneliti adalah :
1. Lebih Efektif
2. Agar responden tidak seenaknya sendiri dalam memberi jawaban tanpa
berfikir.
3. Mudah ditafsirkan oleh responden.
4. Bersifat luwes.
5. Bentuknya lebih umum dan mudah dipahami.
(Irawan Soehartono, 2000: 77-78)
Skala ini terdiri atas dua kelompok item yaitu item bagi setiap gejala, yaitu
item yang mendukung pernyataan (favorable) dan item yang tidak mendukung

pernyataan (unfavorable). Sistem penilaian untuk jawaban yang favorable adalah


sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).
Pada pernyataan yang bersifat favorable subjek akan memperoleh nilai 4
jika menjawab sangat sesuai (SS), nilai 3 jika menjawab sesuai (S), nilai 2 jika
menjawab tidak sesuai (TS) dan jawaban sangat tidak sesuai (STS) nilai 1
sedangkan pernyataan unfavorable subyek akan memperoleh nilai 4 jika
menjawab sangat tidak sesuai (STS), nilai 3 jika jawaban tidak sesuai (TS)
sedangkan untuk jawaban sesuai (S) mendapat nilai 2 dan jawaban sangat sesuai
(SS) mendapat nilai 1.
Adapun langkah-langkah dalam menyusun instrumen adalah dengan
menyusun kisi-kisi pengembangan instrumen.
Tabel 2. Kisi-kisi Pengembangan Skala Kemandirian Siswa dalam Belajar
Variabel

Sub variabel

Indikator

Item
(+)

Kemandirian
Siswa dalam
Belajar

a. Aspek Intelektual

b. Aspek Sosial

c. Aspek Emosi

(-)

Jmlh

1. Percaya diri dengan


kemampuan kognitifnya.
2. Mampu
mengerjakan
sendiri tugas-tugasnya
dalam belajar.
3. Memiliki ketrampilanketrampilan
belajar
secara mandiri.

1, 4

7, 8, 9

3, 9
11

2, 12

6, 10

5, 14

1. Mempunyai kesediaan
untuk membantu teman
dalam belajar.
2. Memiliki
hubungan
yang baik dengan teman.
3. Belajar untuk tidak
bergantung
dengan
teman.

27, 28

17, 23
25

15, 18

21, 26

16, 19
20

22, 24

42

1. Memiliki

motivasi 40, 43

belajar yang tinggi.


2. Bertanggung
jawab 30, 39
terhadap
peranannya
sebagai pelajar.
3. Mampu
menyikapi 33, 35
masalah-masalah
belajarnya secara positif.
4. Tidak mudah putus asa 38, 41
terhadap
kesulitan
belajar yang muncul.

d. Aspek Ekonomi

1. Memiliki
kemauan 53, 56
untuk
tetap
belajar
walaupun kemampuan
ekonomi terbatas.
2. Mampu
mengatur 51, 44
keuangan dengan baik.
3. Mampu memanfaatkan 45
sarana dan prasarana
belajar dengan benar.

29, 31

34, 36

32, 37

47, 52
54

55, 48
50
49, 46

5
3

Tabel 3. Kisi-kisi Pengembangan Skala Pola Asuh Orang Tua


Variabel
Pola asuh
orang tua

Sub variabel
a. Otoriter

Indikator
1.
2.
3.
4.

b. Demokratis

(+)
Kontrol terhadap anak 2, 10
bersifat kaku
15
Komunikasi
bersifat 11, 14
memerintah.
17
Penekanan
pada 3, 9
pemberian hukuman.
Disiplin pada orang tua 6, 16
bersifat kaku.

1. Kontrol terhadap anak 20, 27


relatif longgar
30
2. Komunikasi dua arah.
21, 25
3. Hukuman
diberikan 28, 33
sesuai dengan tingkat
kesalahan anak.
4. Disiplin terbentuk atas 31, 35

Item
(-)
1, 18

Jmlh
5

4, 8
13
5, 7

12, 19

22

24, 26
29
34, 36

5
4

23, 32

komitmen bersama.
c. Permisive

1. Kontrol terhadap anak


lemah
atau
sangat
longgar
2. Komunikasi
sangat
bergantung pada anak.
3. Hukuman
atau
konsekuensi
perilaku
tergantung pada anak.
4. Disiplin terhadap anak
sangat longgar, orang
tua bersifat bebas.

46, 50

40, 51

44, 49

37, 43

41, 52

45, 47
54
53, 39

38, 42
48

E. Validitas dan Reliabilitas


1. Validitas
Validitas

adalah

suatu

ukuran

yang

menunjukkan

tingkat-tingkat

kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998:160).


Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang variabel yang dimaksud.
Untuk mencari validitas alat ukur dengan menggunakan rumus product
moment yaitu sebagai berikut :

rxy =

NXY - (X ) . (Y )

{NX

- (X )

}{NY

- (Y )

Keterangan :
rxy

koefisien korelasi antara x dan y

skor item

skor total

jumlah skor butir

jumlah skor total

X2

jumlah kuadrat butir

Y2

jumlah kuadrat total

XY

jumlah perkalian skor butir dengan skor total

jumlah responden

(Suharsimi Arikunto, 1998:162)


Jika rxy > rtabel butir angket dikatakan valid dan jika rxy < rtabel instrumen
dikatakan tidak valid

2.

Reliabilitas
Setelah harus valid, alat ukur juga harus dapat memenuhi standar

reliabilitas. Suatu instrumen dapat dikatakan reliable jika alat tersebut dapat
dipercaya atau diandalkan. Menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menentukan
reliabilitas adalah dengan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto, 1998:186)
2
k b

r11 =
1

t 2
k -1

Keterangan :
r11

= reliabilitas instrumen

= banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal

b2

= jumlah varians butir

t2

= varians total
Jika r11 > r

tabel

instrumen dikatakan reliable dan jika r11< r

tabel

instrumen

dikatakan tidak reliable.

F. Metode Analisis Data


Data dari penelitian tidak dapat dipergunakan begitu saja, agar data tersebut
dapat memberi suatu keterangan yang dapat dipahami secara tepat dan teliti, maka
dibutuhkan suatu penelolaan data lebih lanjut. Data yang telah dikumpulkan
tersebut dianalisis secara statistik. Untuk menguji hipotesis penelitian ini
digunakan teknik analisis regresi dengan tiga prediktor.
Rumusnya :

R y.123 =

b1 x1y + b 2 x 2 y + b3 x 3 y

Keterangan :
Ry.123 =

Subyek dalam variabel dependen (terikat) yang diprediksikan

x1y

Jumlah

produk

antara

pola

asuh

demokratis

dengan

kemandirian siswa dalam belajar.

x2y

Jumlah produk antara pola asuh otoriter dengan kemandirian


siswa dalam belajar.

x3y

Jumlah produk antara pola asuh permisif dengan kemandirian


siswa dalam belajar.

b1

Koefisien prediktor pola asuh otoriter

b2

Koefisien prediktor pola asuh demoratis

b3

Koefisien prediktor pola asuh permisif

Kriterium

(Husaini Usman, 2000:242)

G. Validitas dan Reliabilitas


1. Validitas
Validitas

adalah

suatu

ukuran

yang

menunjukkan

tingkat-tingkat

kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998:160).


Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang variabel yang dimaksud.
Untuk mencari validitas alat ukur dengan menggunakan rumus product
moment yaitu sebagai berikut :

rxy =

NXY - (X ) . (Y )

{NX

- (X )

}{NY

rxy

koefisien korelasi antara x dan y

skor item

- (Y )

Keterangan :

skor total

jumlah skor butir

jumlah skor total

X2

jumlah kuadrat butir

Y2

jumlah kuadrat total

XY

jumlah perkalian skor butir dengan skor total

jumlah responden

(Suharsimi Arikunto, 1998:162)


Jika rxy > rtabel butir angket dikatakan valid dan jika rxy < rtabel instrumen
dikatakan tidak valid

2. Reliabilitas
Setelah harus valid, alat ukur juga harus dapat memenuhi standar
reliabilitas. Suatu instrumen dapat dikatakan reliable jika alat tersebut dapat
dipercaya atau diandalkan. Menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menentukan
reliabilitas adalah dengan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto, 1998:186)
2
k b

r11 =
1 t 2
k -1

Keterangan :
r11

= reliabilitas instrumen

= banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal

b2

= jumlah varians butir

t2

= varians total
Jika r11 > r

tabel

instrumen dikatakan reliable dan jika r11< r

tabel

instrumen

dikatakan tidak reliabel.

H. Metode Analisis Data


Data dari penelitian tidak dapat dipergunakan begitu saja, agar data
tersebut dapat memberi suatu keterangan yang dapat dipahamai secara tepat dan
teliti, maka dibutuhkan suatu pengelolaan data lebih lanjut. Data yang telah
dikumpulkan tersebut dianalis secara statistik. Untuk menguji hipotesis penelitian
ini digunakan teknik analisis regresi dengan 3 prediktor dan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa dalam belajar
pada siswa kelas XI SMA Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2005/2006.
1. Mencari Koefisien Korelasi Ganda
Untuk menguji keberartian persamaan regresi ganda digunakan rumus:

a1 x1 y + a 2 x 2 y + a3 x3 y
y 2

Ry(1,2,3) =
Keterangan:
Ry(1,2,3)

= subyek dalam variabel dependen (terikat) yang diprediksikan

x 1 y

= jumlah produk antara pola asuh otoriter dengan kemandirian


siswa dalam belajar

x 2 y

= jumlah

produk

antara

pola

kemandirian siswa dalam belajar

asuh

demokratis

dengan

x 3 y

= jumlah produk antara pola asuh permisive dengan kemandirian


siswa dalam belajar

a1

= koefisien prediktor pola asuh otoriter

a2

= koefisien prediktor pola asuh demokratis

a3

= koefisien prediktor pola asuh permisive

= kriterium

(Husaini Usman, 2000 : 242)


2. Mencari Persamaan Regresi
Untuk mencari persamaan regresi ganda digunakan rumus:
Y = a1X1 + a2X2 + a3X3 + K
(Sutrisno Hadi, 2000 : 28)
3. Menentukan Freg
Freg =

R 2 ( N m 1)
m 1 R2

(Sutrisno Hadi, 2000 : 34)

Persamaan regresi tersebut apabila Fhitung > Ftabel dengan db pembilan =


m dan db penyebut = N m 1.
Tabel 4. Rangkuman Analisis Regresi
Sumber variasi
db
Regresi (Reg)

JK

RK

R2(y2)

R 2 ( y 2 )
m

(1 R )(y )
2

N m 1
Residu (Res)

Total (T)

Nm1

N1

Sumber (Sutrisno Hadi, 2000 : 24)

(1 R )(y )
2

y2

4. Mencari SumbanganRelatif (SR)


SRX1 =

a1x1 y
x100 %
JKreg

SRX2 =

a 2 x 2 y
x100 %
JKreg

SRX3 =

a 3 x 3 y
x100 %
JKreg

5. Mencari Sumbanagn Efektif (SE)


SE X1 =

a1x1 y
xEfektivitas garis regresi
JKreg

SE X2 =

a 2 x 2 y
xEfektivitas garis regresi
JKreg

SE X3 =

a 3 x 3 y
xEfektivitas garis regresi
JKreg

Dimana, efektivitas garis regresi =

JK (reg )
x100 %
y 2

Sutrisno Hadi (2000:24)


6. Uji Normalitas Data
k

(Oi Ei )2

i =1

Ei

x2 =

(Oi Ei )2

i =1

Ei

> x2 =

Keterangan :
x2

: chi-kuadrat

Oi

: hasil dari penelitian

Ei

: hasil yang diharapkan

: banyaknya kelas interval

Populasi berdistribusi normal jika x2 hitung x2 tabel.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan laporan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2005/2006 pada bulan Juli sampai September. Sebelum itu, disajikan terlebih
dahulu

persiapan

penelitian,

pelaksanaan

penelitian,

analisis

data

dan

pembahasan.
Persiapan Penelitian

1. Proses Perizinan
Sebelum melakukan penelitian di lapangan, peneliti terlebih dahulu
mengurus surat izin penelitian. Berdasarkan surat izin dari Dekan FIP UNNES,
kemudian penelitian menemui Kepala SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten
Banyumas untuk selanjutnya setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah,
kemudian peneliti berkonsultasi mengenai pelaksanaan penelitian dengan guru
pembimbing di sekolah.

2. Penentuan Populasi dan Sampel


Peneliti menentukan bahwa populasi yang akan diambil dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas
Tahun Pelajaran 2005/2006, sampelnya adalah sebagian dari siswa kelas XI.
Sedangkan teknik pengambilan dengan menggunakan teknik sampel acak
sederhana dengan sistem undian. Banyaknya

sampel yang diambil dalam

penelitian ini berpijak pada ketentuan pengambilan sampel menurut Suharsimi

Arikunto (1998) yaitu jika subjeknya lebih dari 100 lebih baik diambil antara 10%
- 15% atau lebih. Karena jumlah anggota populasi sebanyak 199 siswa, maka
banyaknya sampel adalah 25% dari populasi yaitu 50 siswa.

3. Rancangan Alat Pengumpul Data


Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala
psikologi. Skala psikologi dalam penelitian ini meliputi skala kemandirian siswa
dalam belajar dan skala pola asuh orang tua. Bentuk skala yang digunakan dalam
penelitian ini diberikan

secara terstruktur. Kedua skala psikologi tersebut

berjumlah 120 item.

4. Ujicoba (Try Out)


Uji coba alat ukur ini yaitu skala sikap yang digunakan untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas sebuah alat ukur. Uji coba instrumen diberikan pada
individu yang segolongan dengan subyek penelitian. Uji coba dilaksanakan satu
kali. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2005 di kelas XI II.A1 sejumlah
20 siswa.
a. Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui dan menguji valid tidaknya
instrumen digunakan rumus product moment.
Skala pola asuh orang tua yang terdiri dari 60 item. Setelah diujicobakan
kepada 20 siswa dan dianalisis menggunakan rumus korelasi product moment
diperoleh 6 item yang tidak valid yaitu nomor 16, 17, 25, 34, 51 dan 59 (nomor

masih berurutan). Keenam item tersebut mempunyai koefisien korelasi dengan


skor totalnya yang lebih kecil dari rtabel = 0,444 untuk = 5% dengan n = 20.
Untuk keperluan penelitian nomor item yang semula berurutan kemudian diacak
terlebih dahulu, dan 6 item yang tidak valid dari skala pola asuh orang tua tersebut
dibuang, karena masih ada butir lain yang mewakili aspek yang ingin
diungkapkan. Skala kemandirian siswa dalam belajar yang semula sebanyak 60
item, ternyata diperoleh 4 item yang tidak valid yaitu nomor 3, 32, 51, dan 58.
Karena mempunyai koefisien korelasi dengan skor totalnya dengan skala pola
asuh nomor yang semula berurutan kemudian diacak terlebih dahulu ketika
penelitian di lapangan dan 4 item skala kemandirian yang tidak valid tersebut
dibuang karena masih ada butir lain yang mewakili aspek yang ingin
diungkapkan.
b. Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha, pada skala
pola asuh diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,952 dan pada skala
kemandirian siswa dalam belajar diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,953.
Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 diperoleh nilai rtabel sebesar 0,444, karena
kedua koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil pengujian ini lebih besar dari
nilai rtabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan kedua analisis tersebut, maka penelitian ini menggunakan item
pola asuh dan 56 item skala kemandirian siswa dalam belajar.

5. Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan waktu penelitian yang telah disepakati bersama antara
peneliti dan guru pembimbing, selanjutnya peneliti melaksanakan pengambilan
data dengan memberikan skala pola asuh orang tua dan skala kemandirian siswa
dalam belajar, yaitu pada tanggal 21 Juli 5 Agustus 2005.

6. Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data.
Ada pun tujuan analisis data ini agar data yang terkumpul dan dianalisis tersebut
mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
statistik analisis regresi ganda dengan 3 prediktor. Dengan teknik tersebut
dimaksudkan

untuk

mendapatkan

hasil

yang

benar

dan

dapat

dipertanggungjawabkan, serta dapat dipercaya kebenarannya. Seperti telah


disebutkan, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh pola
asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar.
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk memperoleh r, terlebih dahulu
menyiapkan tabel kerja/tabel perhitungan. Suatu garis regresi dapat dinyatakan
dalam persamaan matematika. Persamaan ini disebut persamaan regresi. Agar
hasil analisis regresi dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka analisis
regresi melakukan uji prasyarat analisis regresi. Adapun uji prasyarat dari analisis
regresi tersebut adalah data yang dianalisis harus berdistribusi normal.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus 2 dengan kriteria
bahwa data berdistribusi normal apaila harga 2hitung < 2tabel pada taraf
signifikansi 5%. Hasil perhitungan uji normalitas data pola asuh orang tua dan
kemandirian siswa dalam belajar diperoleh hasil seperti tabel berikut :
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data

Variabel
dk
3
X1
X2
3
X3
3
Y
3
Sumber : Data Hasil Penelitian

hitung
2,4649
1,5019
1,9687
0,4075

tabel
7,81
7,81
7,81
7,81

Kriteria
Normal
Normal
Normal
Normal

Pada taraf kesalahan 5%, dengan derajat kebebasan = 6 3 = 3 diperoleh


nilai kritik chi kuadrat sebesar 7,81. Pada tabel 2 terlihat bahwa nilai chi kuadrat
hitung untuk semua variabel lebih kecil dari 7,81, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data dari keempat variabel penelitian tersebut berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil analisis ini, maka analisis data penelitian dapat digunakan
analisis regresi ganda.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian (Ha) yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian
ini adalah Ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam
belajar pada siswa kelas XI SMA Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2005/2006. Untuk pengujian hipotesis secara statistik maka dirumuskan hipotesis
nihil (Ho) yang berbunyi Tidak ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap
kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA Sumpiuh Kabupaten
Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006.

Analisis statistik yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis tersebut


adalah analisis regresi ganda. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran
diperoleh persamaan regresi Y = -5,098 + 0,933X1 + 1,739X2 + 1,040X3. Untuk
menguji signifikansi dari persamaan regresi tersebut digunakan analisis varians
untuk regresi. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran diperoleh Fhitung =
43,692 > Ftabel = 2,81 untuk = 5% dengan dk pembilang = 3 dan dk penyebut =
50 3 1 = 46. Karena Fhitung > Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa persamaan
regresi tersebut signifikansi sehingga hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi Tidak
ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada
siswa kelas XI SMA Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006
ditolak dan hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi Ada pengaruh pola asuh orang tua
terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA Sumpiuh
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006 diterima.
Dari analisis diperoleh pula koefisien sebesar 0,7995 dan indeks determinasi
sebesar 0,6392. Oleh karena itu variabel kemandirian siswa dalam belajar dapat
dijelaskan oleh variabel pola asuh orang tua sebesar 63,92% sedangkan 36,09%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
Besarnya pengaruh masing-masing pola asuh orang tua terhadap
kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA Sumpiuh Kabupaten
Banyumas dapat dilihat dari sumbangan efektif dari masing-masing variabel
terikat dengan variabel bebas. Berdasarkan hasil analisis data lampiran diketahui
bahwa sumbangan pola asuh otoriter terhadap kemandirian siswa dalam belajar
yaitu 11,06%, untuk pola asuh demokratis berpengaruh terhadap kemandirian

siswa dalam belajar sebesar 37,03% dan untuk pola asuh permisive berpengaruh
terhadap kemandirian siswa dalam belajar sebesar 15,83%. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa yang memberikan pengaruh paling besar terhadap
kemandirian siswa dalam belajar adalah pola asuh demokratis, kemudian diikuti
oleh pola asuh permisive dan yang terakhir yaitu pola asuh otoriter.

7. Pembahasan
Di dalam keluarga, orang tua yang berperan dalam mengasuh,
membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Keluarga
tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus keturunan saja. Masa anak-anak
dan remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan
kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada
anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian sangat besar.
Meski dunia pendidikan (sekolah) juga turut berperan dalam memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama
dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri, karena segala pengetahuan
dan kecerdasan intelektual serta ketrampilan diperoleh pertama kali dari orang tua.
Pada siswa yang diasuh dengan pola asuh demokratis ini menunjukkan
bahwa sikap siswa lebih dapat bertanggung jawab terhadap dirinya berkaitan
tugas belajar yang dibebankan kepadanya.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan Chabib Thoha (1996:111) bahwa
dalam pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua
terhadap kemampuan anak, dan anak diberi kesempatan untuk mengembangkan

kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung


jawab kepada diri sendiri.
Pola asuh dengan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab inilah,
menyebabkan siswa lebih percaya dan lebih terbuka, mudah bekerjasama
sehingga anak akan cenderung lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri, dan
memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri. Dengan pola asuh demokratis
tersebut, anak juga lebih mampu mengontrol dan mengarahkan emosinya. Mereka
dapat lebih memahami kebiasaaan temannya dan bekerjasama dengan orang lain.
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tembong Prasetyo (2003:29). Sikap-sikap
tersebut akan mampu mendorong anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas
belajarnya secara bertanggung jawab dan mandiri dalam upaya mendapatkan hasil
belajar yang terbaik.
Berbeda dengan gaya otoriter, anak cenderung memiliki kedisiplinan dan
kepatuhan yang semu. Di dalam keluarga, orang tua lebih cenderung memaksakan
kehendaknya, dengan menerapkan aturan-aturan yang sifatnya kaku. Sikap-sikap
tersebut dalam waktu lama akan menjadi sifat yang akan dibawanya, seringkali
memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua).
Di dalam pergaulan, muncul perilaku anak yang cukup ekstrem. Anak
cenderung menjauhkan diri dari lingkungan (menarik diri secara sosial). Hal
tersebut diperkuat oleh pendapat G. Tembong Prasetyo (2003:30) yang
mengetahui bahwa ada pengaruh yang berbeda terhadap perilaku yang muncul
pada anak. Jika anak laki-laki dengan pola pengasuhan otoriter sangat mungkin

memiliki risiko berperilaku anti sosial dan anak perempuan cenderung menjadi
tergantung (dependent) pada orang tua.
Pada pola asuh otoriter yang cenderung memaksakan kehendaknya akhirnya
sulit menciptakan kreativitas, menjadi penakut dan tidak percaya diri. Dari hal
tersebut diperkuat oleh pendapat Siti Rahayu H dalam Chabib Toha (1996:113)
yang menambahkan bahwa pola asuh otoriter pada akhirnya membuat anak tidak
mandiri, karena segala sesuatunya orang tua memegang kendali (yang mengatur).
Pada pola asuh permisive yang ditandai dengan cara orang tua mendidik
anak secara bebas, kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak
memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya (Chabib Thoha,
1996:112).
Pernyataan tersebut di atas didukung oleh Agoes Dariyo (2004:98) yang
menyatakan bahwa apa yang diberlakukan oleh anak diperbolehkan orang tua,
orang tua menuruti segala keamanan anak, dari sisi negatif lain, anak kurang
disiplin. Hal tersebut memungkinkan kemandirian siswa dalam belajar lebih
rendah daripada yang diasuh dengan pola asuh demokratis. Namun, bila anak
mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak
akan menjadi seorang yang mandiri.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pola asuh orang tua
berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada
siswa kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2005/2006. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi yang memperoleh Fhitung
= 43,692 > Ftabel = 2,81 pada tarif signifikansi 5%. Dengan demikian

menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh orang tua dalam mendidik anaknya,
maka akan semakin tinggi pula kemandiriannya dalam belajar.
Pengaruh yang diberikan oleh pola asuh orang tua otoriter (X1), demokratis
(X2) dan Permisive (X3) terhadap Y (kemandirian siswa dalam belajar) secara
bersama-sama ditentukan oleh Koefisien R2 atau 63,92%. Hal ini berarti bahwa
meningkat/menurunnya kemandirian siswa dalam belajar ditentukan oleh pola
asuh orang tua sebesar 63,92%. Sedangkan sisanya 36,08% ditentukan oleh
perubahan lain yang juga berpengaruh terhadap kemandirian siswa dalam belajar.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh yang paling
berpengaruh terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA
Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006 adalah pola
asuh demokratis sebesar 37,03%. Mengacu dari hasil tersebut maka memberi
gambaran kepada para orang tua siswa bahwa dengan mendidik anaknya dengan
pola asuh demokratis dapat menumbuhkan kemandirian yang tinggi dalam belajar
dan anak dapat memperoleh sesuatu yang positif dalam kegiatan belajarnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Singgih D. Gunarsa (2003:84) yang
menyatakan bahwa dengan pola asuh demokratis, orang tua memperhatikan dan
menghargai kepentingan anak, kebebasan yang tidak mutlak dan dengan
bimbingan yang penuh pengertian antara kedua belah pihak, anak dan orang tua.
Orang tua juga mengarahkan perilaku anak sesuai dengan norma-norma kepada
anak diterangkan secara rasional dan obyektif, kalau baik perlu dibiasakan dan
kalau tidak baik hendaknya tidak diperlihatkan lagi. Dengan cara demokratis ini
pada anak tumbuh rasa tanggung jawab yang besar. Dari rasa tanggung jawab

yang besar itu mendasari anak memiliki kemauan untuk memiliki kemandirian
dalam belajar.
Pada kenyataannya orang tua tidak dapat menggunakan salah satu pola asuh
saja misalnya hanya menerapkan pola asuh demokratis, sebab untuk mendidik
anak berkaitan dengan hal-hal yang prinsip dan tidak bisa ditawar-tawar lagi
seperti penanaman norma-norma/aturan-aturan yang berlaku di masyarakat,
penanaman ajaran-ajaran keagamaan maupun yang lainnya. Hal ini sesuai
pernyataan Agoes Dariyo (2003:98), bahwa tidak ada orang tua dalam mengasuh
anaknya hanya menggunakan satu pola asuh dalam mendidik dan mengasuh
anaknya. Dengan demikian ada kecenderungan bahwa tidak ada bentuk pola asuh
yang murni dan diterapkan oleh orang tua tetapi orang tua dapat menggunakan
ketiga bentuk pola asuh tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
terjadi saat itu.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada Bab IV dapat disimpulkan :
Pola asuh orang tua memberikan pengaruh positif terhadap kemandirian siswa
dalam belajar. Besarnya pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa
dalam belajar adalah 63,92%. Untuk pola asuh otoriter 11,06%, pola asuh
demokratis 37,03% dan pola asuh permisive 15,83%.

2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi pihak orang tua hendaknya untuk meningkatkan kemandirian anak dalam
belajar orang tua menerapkan pola asuh demokratis dan untuk penanaman
nilai-nilai agama dengan pola asuh otoriter.
2. Bagi guru pembimbing
-

lebih meningkatkan bidang bimbingan atau materi layanan mengenai


belajar kepada para siswa sehingga siswa mampu memiliki kemandirian
secara optimal di dalam belajar.

lebih memperhatikan siswa yang menunjukkan gejala kemandirian rendah


dengan cara memberikan layanan konseling individual secara terprogram.

55

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja


(Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
------. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Basri, Hasan. 2000. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bahri, syaiful. 2002. Psikologi Belajar..Jakarta ; PT. Rineka Cipta.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Gea, Antonius. 2002. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta. PT. Gramedia

Gunarsa, S & Y. Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.


Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Hadi, Sutrisno. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.


Hadi, Sutrisno. 2004. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.

Kartawijaya, Anne & Kay Kuswanto. 2004. Artikel Tentang Mendidik Anak
Untuk Mandiri. http://www.geoogle.com.e-psikologi.
Prasetya, G. Tembong. 2003. Pola Pengasuhan Ideal. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
.
Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Surya, Hendra. 2003. Kiat mengajak Anak Belajar dan Berprestasi, Jakarta : PT.
Gramedia.
Soeparno, Suhaenah. 2000. Membangun Kompetisi Belajar. Jakarta: Pustaka
pelajar.
Usman, Husaini. 2000. Remaja Berkualitas, Problematika Remaja dan Solusinya,
Yogyakarta. Pustaka pelajar.
Thoha, chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka
pelajar (IKAPI)

Anda mungkin juga menyukai

  • Untitled
    Untitled
    Dokumen16 halaman
    Untitled
    Amelia Ratih Dewanti
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen16 halaman
    Untitled
    Amelia Ratih Dewanti
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen16 halaman
    Untitled
    Amelia Ratih Dewanti
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen15 halaman
    Untitled
    Amelia Ratih Dewanti
    Belum ada peringkat