SKRIPSI
Diajukan dalam rangka Menyelesaikan Studi Strata 1
untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama
NIM
: 1314000018
Jurusan
Retno Dwi Astuti, 2005. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian
Siswa Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten
Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006.
Skripsi ini ditulis dengan alasan bahwa pola asuh orang tua merupakan
faktor penting yang mempengaruhi kemandirian siswa dalam belajar, dari latar
belakang keluarga yang berbeda akan membentuk pola asuh orang tua yang
berbeda-beda dan diprediksikan dari pola asuh orang tua yang berbeda-beda itu
mempengaruhi kemandirian siswa dalam belajar. Secara kenyataan di SMA
Negeri Sumpiuh belum pernah diadakan penelitian tentang pengaruh pola asuh
orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian
siswa dalam belajar.
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu pola asuh Otoriter (X1), pola
asuh demokratis (X2), pola asuh permisive (X3) sebagai variabel bebas dan
kemandirian siswa dalam belajar (Y) kriterium sebagai variabel terikat. Dalam
penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah seluruh siswa kelas XI di
SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006 yang
berjumlah 199 siswa. Dalam pengambilan sampel ditentukan 25 % dari populasi
yakni sebanyak 50 siswa dan dalam pengambilan sampel tersebut menggunakan
Propotional Random Sampling yang menjadi anggota sampel untuk masingmasing kelas dilakukan secara acak sederhana/undian. Metode pengumpulan data
dengan skala psikologi yaitu skala pola asuh orangtua dan skala kemandirian
siswa dalam belajar, analisis data yang terkumpul menggunakan analisis regresi
ganda dengan tiga prediktor.
Dari perhitungan yang dilakukan yang dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi ganda dengan tiga prediktor diperoleh harga Freg = 43,692 dan
Ftabel = 2,81 pada taraf signifikan 5% , harga Freg > Ftabel , dengan demikian
hipotesis kerja yang berbunyi ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap
kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri Sumpiuh
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006 diterima dan kontribusi pola
asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam belajar sebesar 63,92 %. Hal ini
berarti bahwa meningkat atau menurunnya kemandirian siswa dalam belajar
ditentukan oleh pola asuh orangtua sebesar 63,92% sedangkan sisanya 36,08 %
ditentukan oleh faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kemandirian siswa
dalam belajar.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis mengajukan saran yaitu 1).
Hendaknya untuk meningkatkan kemandirian anak dalam belajar orang tua
menerapkan pola asuh demokratis dan untuk penanaman nilai-nilai agama dengan
pola asuh otoriter.2). Guru pembimbing lebih meningkatkan materi layanan dan
bidang bimbingan mengenai belajar dan lebih memperhatikan siswa-siswa yang
menunjukkan gejala kemandirian rendah dengan cara memberikan layanan
konseling individual.
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari
: Selasa
Tanggal
: 26 Juli 2005
Panitia Ujian
Ketua
Sekretaris
1. Dra. Martensi.K.Dj
NIP. 130345750
Pembimbing II
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas berkat dan kasih
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kemandirian Siswa dalam Belajar pada
Siswa Kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2005/2006. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Motto
Aku tidak melihat masa lalu, karena Allah tahu semua usahaku sia-sia,
pemborosan waktu, perbuatan dosa dan penyesalan.
Kuserahkan semua kepada Dia yang menghapus segala noda dengan murah
hati mengampuni, lalu melupakan.
Allah tahu masa depanku, dekat atau jauhkah jalanku, aku pasti dipimpin
pulang.
Dengan Dia ada sukacita, kasih, damai sejahtera yang sempurna dan
pengharapan menjadi kenyataan
(Annie J. Flint)
Persembahan
Skripsi ini teruntuk:
1. Bapak, Ibu tercinta dan Mas Ari terima kasih
atas segalanya, dan yang tak henti-hentinya
mendukungku di dalam doa dan semangat.
2. Teman-teman RTB MenThari dan temanteman pelayanan yang memberikan semangat
ketika aku lelah, dukungan doa dan kesabaran.
3. Sahabatku Vic Chou, Anisa, Ester Jupiter Z ,
Anggit, Hindun, Yayan, Kak Seto, Kursin dan
seluruh teman-teman BK angkatan 2000.
4. Almamaterku.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................
ii
iii
iv
vi
ix
xi
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................
BAB II
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
33
2.
46
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.
33
4.
46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pola Asuh Orang Tua dan Kemandirian Siswa dalam Belajar .
29
Gambar 2. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Siswa dalam
Belajar .33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
59
60
61
62
63
66
67
68
70
72
73
74
75
80
85
16. Data hasil penelitian tentang kemandirian siswa dalam belajar ............
87
89
90
94
95
96
97
98
99
100
BAB I
PENDAHULUAN
oriented) ciri-ciri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus
ditaati oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa
yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-olah menjadi robot,
sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah
diri, minder dalam pergaulan, tetapi disisi lain anak bisa memberontak, nakal atau
melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba (alchohol
or drug abuse).
Pola Asuh Permisif, sifat pola asuh ini children centered
yakni segala
aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak
diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak
cenderung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua, ia bebas
melakukan apa saja yang diinginkan, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan
sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara
bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif,
inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
Pola Asuh Demokratis, kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu
keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak
diberi kebebasan yang bertanggung jawab artinya apa yang dilakukan oleh anak
tetapi harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan
secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena, anak diberi
kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya,
tidak munafik dan jujur.
Siswa SMA Negeri Sumpiuh berasal dari latar belakang kelarga yang
berbeda. Ada yang berasal dari keluarga pegawai negeri, pegawai swasta, TNI,
petani, buruh tani, buruh pabrik dan dari keluarga dengan latar belakang pekerjaan
musiman. Dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda tersebut telah
membentuk pola asuh orang tua yang berbeda-beda di dalam keluarga. Pada
penelitian ini, penulis melihat secara kenyataan di lapangan bahwa kemampuan
siswa antara yang satu dengan lainnya berbeda-beda, siswa yang satu memiliki
tipe belajar A sedangkan lainnya memiliki tipe belajar B dan seterusnya. Setiap
remaja yang tercatat sebagai siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda
dengan teman-temannya hal ini disebabkan oleh karena siswa memiliki potensi
yang berbeda-beda dengan siswa yang lain. Seorang Guru di SMA Negeri
Sumpiuh menggambarkan siswa yang kurang memiliki kemandirian dalam belajar
terlihat ketika dalam mengikuti proses belajar mengajar bersikap pasif, tidak
berani bertanya apabila menghadapi kesulitan, dlam ulngan mempunyai kesukaan
untuk mencontek pekerjaan teman atau mencontek dari lembaran-lembaran yang
telah dipersiapkan dari rumah dan kurang berfikir kritis.
Mencermati kenyataan tersebut di atas, bahwa dari latar belakang keluarga
yang berbeda akan membentuk pola asuh orang tua yang berbeda-beda dan
diprediksikan dari pola asuh orang tua yang berbeda-beda itu mempengaruhi
kemandirian siswa dalam belajar. Secara kenyataan di SMA Negeri Sumpiuh
belum pernah diadakan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap
kemandirian siswa dalam belajar. Hal tersebut mendorong penulis untuk
mengadakan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Adakah Pengaruh Pola Asuh Orang tua terhadap Kemandirian Siswa
dalam Belajar pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Sumpiuh ?
C. Penegasan Judul
1.
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya
( Syaiful Bahri, 2002:12)
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian siswa dalam
belajar adalah perilaku siswa dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya
secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa
tersebut mampu melakukan belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang
efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik mampu untuk
melakukan aktivitas belajar secara mandiri serta bertujuan agar siswa mampu
menemukan sendiri apa yang harus dilakukan dan memecahkan masalah di dalam
belajar dengan tidak bergantung pada orang lain.
Dengan demikian yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah
Pengaruh metode atau cara yang dipilih orang tua dalam mengasuh dan mendidik
anak-anak mereka untuk menghadapi masalah dan dalam proses mencapai
kemandirian dalam belajar.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa dalam
belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri Sumpiuh.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai
berikut :
1. Secara Teoritis
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
bimbingan dan konseling yang khususnya dapat dimanfaatkan sebagai
kajian bersama mengenai pengaruh pola asuh orang tua sehingga dapat
dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.
2. Secara Praktis
a. Dapat dipergunakan sebagai pemahaman dan gambaran realitas bagi
orang tua siswa dalam menerapkan pola asuh di dalam meningkatkan
kemandirian dalam belajar.
b. Hasil
penelitian
ini
dapat
menjadi
masukan
bagi
guru
BAB II
LANDASAN TEORI
Kemandirian Belajar
Pengertian Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting
bagi individu. Seseorang dalam menjalani kehidupan ini tidak pernah lepas dari
cobaan dan tantangan. Individu yang memiliki kemandirian tinggi relatif mampu
menghadapi segala permasalahan karena individu yang mandiri tidak tergantung
pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada.
Menurut Antonius (2000:145) seseorang yang mandiri adalah suatu
suasana dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak atau keinginan
dirinya yang terlihat dalam tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan
sesuatu (barang atau jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.
Mutadin (2002, www.e_psikologi.com) kemandirian adalah suatu sikap individu
yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu akan terus
belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan,
sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri
dengan kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat
berkembang dengan lebih mantap.
Menurut Drost (1993:22) kemandirian adalah individu yang mampu
menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan mampu bertindak secara
dewasa.
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat,
bagi para pelajar atau siswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing.
Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan
mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.
Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri (2002:13) belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto mengatakan bahwa suatu
kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak
raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan
perubahan, perubahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah perubahan sebagai
hasil dari proses belajar dan perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang. Menurut Hasan Basri (1994:92), mendefinisikan bahwa belajar adalah
proses perubahan di dalam diri seseorang, setelah belajar seseorang mengalami
perubahan dalam dirinya seperti mengetahui, memahami, lebih terampil, dapat
melakukan sesuatu dan sebagainya.
Hasan Basri menekankan bahwa dengan belajar seseorang akan mengalami
proses perubahan di dalam diri seseorang, setelah belajar seseorang mengalami
perubahan dalam dirinya seperti mengetahui, memahami, lebih terampil, dapat
melakukan sesuatu.
Menurut James (dalam Syaiful Bahri, 2002:12) merumuskan belajar
sebagai proses tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Sedangkan C.T Morgan dalam Singgih D. Gunarsa (2003:22) belajar
adalah sesuatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat
(hasil) pengalaman yang lalu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan di dalam diri seseorang yang di sengaja dan terarah
untuk menuju pada suatu tujuan kepribadian yang lebih utuh dan tangguh.
Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan proses siswa yang tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.
Dengan demikian belajar dalam penelitian adalah unsur yang terkait
dengan kemandirian, belajar yang dimaksud adalah belajar yang mandiri, yang
dapat menjadikan siswa mampu belajar secara mandiri.
Percaya diri
Menghargai waktu
Bertanggung jawab
kehidupan
yang
dihadapi
individu
sangat
mempengaruhi
itu
Chabib Thoha
tanpa
argumentasi
akan
menghambat
perkembangan
dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun yang berasal dari
luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan sosial ekonomi dan
lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh seorang individu
bersikap dan berfikir secara mandiri dalam kehidupan lebih lanjut.
Dengan demikian, penulis berpendapat dalam mencapai kemandirian
seseorang tidak lepas dari faktor-faktor tersebut diatas dan kemandirian siswa
dalam belajar akan terwujud sangat bergantung pada siswa tersebut melihat,
merasakan dan melakukan aktivitas belajar atau kegiatan belajar sehari-hari di
dalam lingkungan tempat tinggalnya.
Havighurst
dalam
Mutadin
(2002,www.e_psikologi.com)
disekitarnya.
ada beberapa
kemampuan-kemampuannya
dan
akan
sangat
penting
untuk
adalah
ikhtisar
tentang
hal-hal
esensial
yang
terkandung dalam bahan bacaan atau pemaparan lisan yang kita simak
tersebut yang lebih ramping. Rangkuman membantu seseorang ketika
mengulang pekerjaan aatau ketika mencoba mengingat kembali apa yang
telah dibacanya. Setelah selesai membaca dan membuat rangkuman dapat
membuat pertanyaan-pertanyaan untuk dijwab sendiri.
2). Membuat pemetaan konsep-konsep penting
Pemetaan merupakan gambaran konsep-konsep yang berhubungan,
dalam hal pemetaan konsep-konsep penting maka ada konsep utama dan ada
konsep pelengkap yang diasosiasikan dengan konsep utama. Konsep
pelengkap dan konsep asosiasi ini dapat diperoleh dari bahan bacaan itu
sendiri .
3). Mencatat hal-hal yang esensial dan membuat komentar
Cara mencatat semacam ini dapat dilakukan pada kertas yang
terpisah, yang dibagi menjadi dua bagian ; di sebelah kiri dibuat catatancatatan penting yang sifatnya deskriptif sesuai dengan apa yang dibaca atau
yang didengar . Di sebelah kanan dibuat catatan-catatn yang sifatnya lebih
personal, dapat berupa kesan atau perintah-perintah kepada diri sendiri
untuk mengasosiasikan atau menghubungkan pengalaman sebelumnya.
4). Membaca secara efektif
a). Skimming
Skimming berarti membaca selintas dan cepat untuk melihat
gambaran sangat umum dengan membaca judul-judul bab dan bagian
lainnya secara garis besar.
b). Scanning
Scanning adalah cara membaca dengan melihat judul bab
kemudian judul-judul sub bab atau pasal-pasal di dalam suatu bab serta
dengan membaca kalimat-kalimat awal pada tiap-tiap paragraf yang
sering disebut topic sentence.
c). Membaca simpulan
Setiap simpulan berisi ide-ide pokok tentang apa yang telah
dipaparkan sebelumnya dan berfungsi untuk mengingatkan kembali
kepada pembacanya bahwa inilah ide-ide pokok dari penulis.
adalah
pekerjaan
yang
memerlukan
pengerahan
Ciri-cri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus
ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh
anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang
diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak seolah-olah mejadi robot,
sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut tidak percaya diri, pencemas, rendah
diri, minder dalam pergaulan tetapi disisi lain, anak bisa memberontak, nakal, atau
melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba. Dari segi
positifnya, anak yang dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan menjadi
disiplin yakni mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau
menunjukkan kedisiplinan di hadapan orang tua, padahal dalam hatinya berbicara
lain, sehingga ketika di belakang orang tua, anak bersikap dan bertindak lain. Hal
itu tujuannya semata hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak
cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
b.
anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua. Orang tua menuruti
segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena , tanpa
pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi
negatif lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila
anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab , maka
anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu
mewujudkan aktualisasinya.
anaknya. Semua apa yang telah dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu
mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan.
Tembong Prasetya (2003: 27-32) membagi bentuk pola asuh orang tua
menjadi empat, yaitu :
1. Pola pengasuhan autoritatif
Pada umumnya pola pengasuhan ini hampir sama dengan bentuk pola asuh
demokratis oleh Agoes Dariyo (2004) dan Chabib Thoha (1996) namun hal yang
membedakan pola asuh ini yaitu adanya tambahan mengenai pemahaman bahwa
masa depan anak harus dilandasi oleh tindakan-tindakan masa kini. Orang tua
memprioritaskan kepentingan anak dibandingkan dengan kepentingan dirinya,
tidak ragu-ragu mengendalikan anak, berani menegur apabila anak berperilaku
buruk. Orang tua juga mengarahkan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak
agar memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang akan
mendasari anak untuk mengarungi hidup dan kehidupan di masa mendatang.
2. Pola pengasuhan otoriter
Pada pola pengasuhan ini, orang tua menuntut anak untuk mematuhi
standar mutlak yang ditentukan oleh orang tua. Kebanyakan anak-anak dari pola
pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan cukup bertanggung jawab,
namun kebanyakan cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan dan
tampak kurang percaya diri.
3. Pola pengasuhan penyabar atau pemanja
Pola pengasuhan ini, orang tua tidak menmgadalikan perilaku anak sesuai
dengan kebutuhan perkembangan kepribadian anak, tidak pernah menegur atau
tidak berani menegur anak. Anak-anak dengan pola pengasuhan ini cenderung
lebih energik dan responsif dibandingkan anak-anak dengan pola pengasuhan
otoriter, namun mereka tampak kurang matang secara sosial (manja), impulsif,
mementingkan diri sendiri dan kurang percaya diri (cengeng).
4. Pola pengasuhan penelantar
Pada pola pengasuhan ini, orang tua kurang atau bahkan sama sekali tidak
mempedulikan perkembangan psikis anak. Anak dibiarkan berkembang sendiri,
orang tua juga lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri dari pada
kepentingan anak. Kepentingan perkembangan kepribadian anak terabaikan,
banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri dengan berbagai
macam alasan . Anak-anak terlantar ini merupakan anak-anak yang paling
potensial terlibat penggunaan obat-obatan terlarang (narkoba) dan tindakantindakan kriminal lainnya. Hal tersebut dikarenakan orang tua sering mengabaikan
keadaan anak dimana ia sering tidak peduli atau tidak tahu dimana anak-anaknya
berada, dengan siapa anak-anak mereka bergaul, sedang apa anak tersebut.
Dengan bentuk pola asuh penelantar tersebut anak merasa tidak diperhatikan oleh
orang tua, sehingga ia melakukan segala sesuatu atas apa yang diinginkannya.
Dari beberapa uraian pendapat para ahli di atas mengenai bentuk pola asuh
orang tua dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat tiga pola asuh yang
diterapkan orang tua yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh
bebas (permisif). Dari ketiga bentuk pola asuh orang tua tersebut, ada
kecenderungan bahwa pola asuh demokratis dinilai paling baik dibandingkan
bentuk pola suh yang lain. Namun demikian, dalam pola asuh demokratis ini
bukan merupakan pola asuh yang sempurna, sebab bagaimanapun juga ada hal
yang bersifat situsional seperti yang dikemukakan oleh Agus Dariyo (2003),
bahwa tidak ada orang tua dalam mengasuh anaknya hanya menggunakan satu
pola asuh dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Dengan demikian, ada
keenderungan bahwa tidak ada bentuk pola asuh yang murni diterapkan oleh
orang tua tetapi orang tua dapat menggunakan ketiga bentuk pola asuh tersebut
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat itu.
Dalam penelitian ini penulis mengacu pada tiga bentuk pola asuh orang tua
yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. Adapun pengaruh ketiga bentuk
pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa adalah meliputi aktivitas
pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik anak, cara mengasuh
dan cara hidup orang tua yang berpengaruh secara langsung terhadap kemandirian
anak dalam belajar.
Pengaruh Pola asuh Orang tua terhadap Kemandirian siswa dalam belajar
Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola
asuh orang tua. Di dalam keluarga, orang tualah yang berperan dalam mengasuh,
membimbing, dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri.
Meskipun dunia pendidikan juga turut berperan dalam memberikan kesempatan
kepada anak untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar dan pertama dalam
membentuk anak untuk mandiri. Bila pendidikan orang tua yang pertama dan
utama ini tidak berhasil maka akan dapat menimbulkan sikap dan perilaku yang
kurang mandiri dalam mendidik atau mengasuh anak menjadi anak menjadi
mandiri, tidaklah mudah ada banyak hal yang harus dipersiapkan sedini mungkin
oleh orang tua ketika mendidik atau mengasuh anak. Peran orang tua sangatlah
besar dalam proses pembentukan kemandirian seseorang, orang tua diharapkan
dapat memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan
mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala
perbuatannya.
X2 = Demokratis
Y = Kemandirian siswa
dalam belajar.
X3 = Permisive
Pola asuh orang tua dalam mendidik dan membimbing anak sangat
berpengaruh dalam perkembangan terutama ketika anak telah menginjak masa
remaja. Ada berbagai macam cara orang tua dalam mengasuh dan membimbing
anaknya, keanekaragaman tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan latar
belakang, pengalaman, dan pendidikan orang tua.
Mengingat masa remaja merupakan masa yang penting dalam proses
perkembangan kemandirian maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan
orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian krusial.
Menurut Jacquelin Marie T (2002) seorang staff pengajar Fakultas Psikologi
UGM mengatakan bahwa anak tumbuh menjadi remaja, tingkat ketergantungan
dirinya. Ia mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada
dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan diri dan kalau tingkah
lakunya tidak berkenan bagi orang lain ia mampu menunda dan menghargai
tuntutan pada lingkungannya. Baldwin (dalam Gerungan, 1998:189) mengatakan
bahwa didikan demokratis akan membuat anak menjadi mandiri, tidak takut dan
lebih bertujuan dalam hidupnya.
Sedangkan bila anak dididik oleh orang tua secara permisive, orang tua
membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi
batasan-batasan dari tingkah laku. Anak terbiasa mengatur dan menentukan
sendiri apa yang dianggapnya baik. Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat
pada keluarga yang terlalu sibuk. Orang tua hanya bertindak sebagai polisi yang
mengawasi, menegur, dan mungkin memarahi. Orang tua tidak terbiasa bergaul
dengan anak, hubungan tidak akrab dan merasa bahwa anak harus tahu sendiri.
Pada anak tumbuh keakuan (egocentrisme) yang terlalu kuat dan kaku dan mudah
menimbulkan kesulitan-kesulitan kalau harus mengahadapi larangan-larangan
yang ada dalam lingkungan sosialnya. Pada pola asuh ini anak dibiarkan berbuat
sesuka hati dengan sedikit kekangan dan memenuhi kehendak anak agar anak
mereka senang sehingga menjadikan anak tidak mandiri.
Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Suharsimi Arikunto, 2000:64).
BAB III
METODE PENELITIAN
Kelas
XI IIA 1
Jumlah Siswa
41
2.
XI IIA 2
40
25% x 40
10
3.
XI IIS 1
40
25% x 40
10
4.
XI IIS 2
38
25% x 38
10
5.
XI IIS 3
40
25% x 40
10
Perhitungan
25% x 41
Jumlah Sampel
10
2.
3. Mengocok gulungan kertas yang ada dalam kotak agar berbaur secara
tidak teratur.
4. Mengambil satu persatu gulungan kertas tersebut sebanyak sampel yang
diperlukan untuk masing-masing kelas sebanyak 10 siswa.
C. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (1998:99) variabel adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto, ada dua
jenis variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab
sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel akibat.
Dalam penelitian ini variabel-variabel tersebut adalah :
1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah (X1 = pola asuh otoriter, X2 =
pola asuh deokratis, X3 = pola asuh permisive).
2. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Kemandirian Siswa dalam
Belajar
Sub variabel
Indikator
Item
(+)
Kemandirian
Siswa dalam
Belajar
a. Aspek Intelektual
b. Aspek Sosial
c. Aspek Emosi
(-)
Jmlh
1, 4
7, 8, 9
3, 9
11
2, 12
6, 10
5, 14
1. Mempunyai kesediaan
untuk membantu teman
dalam belajar.
2. Memiliki
hubungan
yang baik dengan teman.
3. Belajar untuk tidak
bergantung
dengan
teman.
27, 28
17, 23
25
15, 18
21, 26
16, 19
20
22, 24
42
1. Memiliki
motivasi 40, 43
d. Aspek Ekonomi
1. Memiliki
kemauan 53, 56
untuk
tetap
belajar
walaupun kemampuan
ekonomi terbatas.
2. Mampu
mengatur 51, 44
keuangan dengan baik.
3. Mampu memanfaatkan 45
sarana dan prasarana
belajar dengan benar.
29, 31
34, 36
32, 37
47, 52
54
55, 48
50
49, 46
5
3
Sub variabel
a. Otoriter
Indikator
1.
2.
3.
4.
b. Demokratis
(+)
Kontrol terhadap anak 2, 10
bersifat kaku
15
Komunikasi
bersifat 11, 14
memerintah.
17
Penekanan
pada 3, 9
pemberian hukuman.
Disiplin pada orang tua 6, 16
bersifat kaku.
Item
(-)
1, 18
Jmlh
5
4, 8
13
5, 7
12, 19
22
24, 26
29
34, 36
5
4
23, 32
komitmen bersama.
c. Permisive
46, 50
40, 51
44, 49
37, 43
41, 52
45, 47
54
53, 39
38, 42
48
adalah
suatu
ukuran
yang
menunjukkan
tingkat-tingkat
rxy =
NXY - (X ) . (Y )
{NX
- (X )
}{NY
- (Y )
Keterangan :
rxy
skor item
skor total
X2
Y2
XY
jumlah responden
2.
Reliabilitas
Setelah harus valid, alat ukur juga harus dapat memenuhi standar
reliabilitas. Suatu instrumen dapat dikatakan reliable jika alat tersebut dapat
dipercaya atau diandalkan. Menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menentukan
reliabilitas adalah dengan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto, 1998:186)
2
k b
r11 =
1
t 2
k -1
Keterangan :
r11
= reliabilitas instrumen
b2
t2
= varians total
Jika r11 > r
tabel
tabel
instrumen
R y.123 =
b1 x1y + b 2 x 2 y + b3 x 3 y
Keterangan :
Ry.123 =
x1y
Jumlah
produk
antara
pola
asuh
demokratis
dengan
x2y
x3y
b1
b2
b3
Kriterium
adalah
suatu
ukuran
yang
menunjukkan
tingkat-tingkat
rxy =
NXY - (X ) . (Y )
{NX
- (X )
}{NY
rxy
skor item
- (Y )
Keterangan :
skor total
X2
Y2
XY
jumlah responden
2. Reliabilitas
Setelah harus valid, alat ukur juga harus dapat memenuhi standar
reliabilitas. Suatu instrumen dapat dikatakan reliable jika alat tersebut dapat
dipercaya atau diandalkan. Menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menentukan
reliabilitas adalah dengan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto, 1998:186)
2
k b
r11 =
1 t 2
k -1
Keterangan :
r11
= reliabilitas instrumen
b2
t2
= varians total
Jika r11 > r
tabel
tabel
instrumen
a1 x1 y + a 2 x 2 y + a3 x3 y
y 2
Ry(1,2,3) =
Keterangan:
Ry(1,2,3)
x 1 y
x 2 y
= jumlah
produk
antara
pola
asuh
demokratis
dengan
x 3 y
a1
a2
a3
= kriterium
R 2 ( N m 1)
m 1 R2
JK
RK
R2(y2)
R 2 ( y 2 )
m
(1 R )(y )
2
N m 1
Residu (Res)
Total (T)
Nm1
N1
(1 R )(y )
2
y2
a1x1 y
x100 %
JKreg
SRX2 =
a 2 x 2 y
x100 %
JKreg
SRX3 =
a 3 x 3 y
x100 %
JKreg
a1x1 y
xEfektivitas garis regresi
JKreg
SE X2 =
a 2 x 2 y
xEfektivitas garis regresi
JKreg
SE X3 =
a 3 x 3 y
xEfektivitas garis regresi
JKreg
JK (reg )
x100 %
y 2
(Oi Ei )2
i =1
Ei
x2 =
(Oi Ei )2
i =1
Ei
> x2 =
Keterangan :
x2
: chi-kuadrat
Oi
Ei
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan laporan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2005/2006 pada bulan Juli sampai September. Sebelum itu, disajikan terlebih
dahulu
persiapan
penelitian,
pelaksanaan
penelitian,
analisis
data
dan
pembahasan.
Persiapan Penelitian
1. Proses Perizinan
Sebelum melakukan penelitian di lapangan, peneliti terlebih dahulu
mengurus surat izin penelitian. Berdasarkan surat izin dari Dekan FIP UNNES,
kemudian penelitian menemui Kepala SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten
Banyumas untuk selanjutnya setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah,
kemudian peneliti berkonsultasi mengenai pelaksanaan penelitian dengan guru
pembimbing di sekolah.
Arikunto (1998) yaitu jika subjeknya lebih dari 100 lebih baik diambil antara 10%
- 15% atau lebih. Karena jumlah anggota populasi sebanyak 199 siswa, maka
banyaknya sampel adalah 25% dari populasi yaitu 50 siswa.
5. Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan waktu penelitian yang telah disepakati bersama antara
peneliti dan guru pembimbing, selanjutnya peneliti melaksanakan pengambilan
data dengan memberikan skala pola asuh orang tua dan skala kemandirian siswa
dalam belajar, yaitu pada tanggal 21 Juli 5 Agustus 2005.
6. Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data.
Ada pun tujuan analisis data ini agar data yang terkumpul dan dianalisis tersebut
mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
statistik analisis regresi ganda dengan 3 prediktor. Dengan teknik tersebut
dimaksudkan
untuk
mendapatkan
hasil
yang
benar
dan
dapat
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus 2 dengan kriteria
bahwa data berdistribusi normal apaila harga 2hitung < 2tabel pada taraf
signifikansi 5%. Hasil perhitungan uji normalitas data pola asuh orang tua dan
kemandirian siswa dalam belajar diperoleh hasil seperti tabel berikut :
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data
Variabel
dk
3
X1
X2
3
X3
3
Y
3
Sumber : Data Hasil Penelitian
hitung
2,4649
1,5019
1,9687
0,4075
tabel
7,81
7,81
7,81
7,81
Kriteria
Normal
Normal
Normal
Normal
siswa dalam belajar sebesar 37,03% dan untuk pola asuh permisive berpengaruh
terhadap kemandirian siswa dalam belajar sebesar 15,83%. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa yang memberikan pengaruh paling besar terhadap
kemandirian siswa dalam belajar adalah pola asuh demokratis, kemudian diikuti
oleh pola asuh permisive dan yang terakhir yaitu pola asuh otoriter.
7. Pembahasan
Di dalam keluarga, orang tua yang berperan dalam mengasuh,
membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Keluarga
tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus keturunan saja. Masa anak-anak
dan remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan
kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada
anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian sangat besar.
Meski dunia pendidikan (sekolah) juga turut berperan dalam memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama
dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri, karena segala pengetahuan
dan kecerdasan intelektual serta ketrampilan diperoleh pertama kali dari orang tua.
Pada siswa yang diasuh dengan pola asuh demokratis ini menunjukkan
bahwa sikap siswa lebih dapat bertanggung jawab terhadap dirinya berkaitan
tugas belajar yang dibebankan kepadanya.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan Chabib Thoha (1996:111) bahwa
dalam pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua
terhadap kemampuan anak, dan anak diberi kesempatan untuk mengembangkan
memiliki risiko berperilaku anti sosial dan anak perempuan cenderung menjadi
tergantung (dependent) pada orang tua.
Pada pola asuh otoriter yang cenderung memaksakan kehendaknya akhirnya
sulit menciptakan kreativitas, menjadi penakut dan tidak percaya diri. Dari hal
tersebut diperkuat oleh pendapat Siti Rahayu H dalam Chabib Toha (1996:113)
yang menambahkan bahwa pola asuh otoriter pada akhirnya membuat anak tidak
mandiri, karena segala sesuatunya orang tua memegang kendali (yang mengatur).
Pada pola asuh permisive yang ditandai dengan cara orang tua mendidik
anak secara bebas, kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak
memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya (Chabib Thoha,
1996:112).
Pernyataan tersebut di atas didukung oleh Agoes Dariyo (2004:98) yang
menyatakan bahwa apa yang diberlakukan oleh anak diperbolehkan orang tua,
orang tua menuruti segala keamanan anak, dari sisi negatif lain, anak kurang
disiplin. Hal tersebut memungkinkan kemandirian siswa dalam belajar lebih
rendah daripada yang diasuh dengan pola asuh demokratis. Namun, bila anak
mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak
akan menjadi seorang yang mandiri.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pola asuh orang tua
berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada
siswa kelas XI SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2005/2006. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi yang memperoleh Fhitung
= 43,692 > Ftabel = 2,81 pada tarif signifikansi 5%. Dengan demikian
menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh orang tua dalam mendidik anaknya,
maka akan semakin tinggi pula kemandiriannya dalam belajar.
Pengaruh yang diberikan oleh pola asuh orang tua otoriter (X1), demokratis
(X2) dan Permisive (X3) terhadap Y (kemandirian siswa dalam belajar) secara
bersama-sama ditentukan oleh Koefisien R2 atau 63,92%. Hal ini berarti bahwa
meningkat/menurunnya kemandirian siswa dalam belajar ditentukan oleh pola
asuh orang tua sebesar 63,92%. Sedangkan sisanya 36,08% ditentukan oleh
perubahan lain yang juga berpengaruh terhadap kemandirian siswa dalam belajar.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh yang paling
berpengaruh terhadap kemandirian siswa dalam belajar pada siswa kelas XI SMA
Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006 adalah pola
asuh demokratis sebesar 37,03%. Mengacu dari hasil tersebut maka memberi
gambaran kepada para orang tua siswa bahwa dengan mendidik anaknya dengan
pola asuh demokratis dapat menumbuhkan kemandirian yang tinggi dalam belajar
dan anak dapat memperoleh sesuatu yang positif dalam kegiatan belajarnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Singgih D. Gunarsa (2003:84) yang
menyatakan bahwa dengan pola asuh demokratis, orang tua memperhatikan dan
menghargai kepentingan anak, kebebasan yang tidak mutlak dan dengan
bimbingan yang penuh pengertian antara kedua belah pihak, anak dan orang tua.
Orang tua juga mengarahkan perilaku anak sesuai dengan norma-norma kepada
anak diterangkan secara rasional dan obyektif, kalau baik perlu dibiasakan dan
kalau tidak baik hendaknya tidak diperlihatkan lagi. Dengan cara demokratis ini
pada anak tumbuh rasa tanggung jawab yang besar. Dari rasa tanggung jawab
yang besar itu mendasari anak memiliki kemauan untuk memiliki kemandirian
dalam belajar.
Pada kenyataannya orang tua tidak dapat menggunakan salah satu pola asuh
saja misalnya hanya menerapkan pola asuh demokratis, sebab untuk mendidik
anak berkaitan dengan hal-hal yang prinsip dan tidak bisa ditawar-tawar lagi
seperti penanaman norma-norma/aturan-aturan yang berlaku di masyarakat,
penanaman ajaran-ajaran keagamaan maupun yang lainnya. Hal ini sesuai
pernyataan Agoes Dariyo (2003:98), bahwa tidak ada orang tua dalam mengasuh
anaknya hanya menggunakan satu pola asuh dalam mendidik dan mengasuh
anaknya. Dengan demikian ada kecenderungan bahwa tidak ada bentuk pola asuh
yang murni dan diterapkan oleh orang tua tetapi orang tua dapat menggunakan
ketiga bentuk pola asuh tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
terjadi saat itu.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada Bab IV dapat disimpulkan :
Pola asuh orang tua memberikan pengaruh positif terhadap kemandirian siswa
dalam belajar. Besarnya pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa
dalam belajar adalah 63,92%. Untuk pola asuh otoriter 11,06%, pola asuh
demokratis 37,03% dan pola asuh permisive 15,83%.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi pihak orang tua hendaknya untuk meningkatkan kemandirian anak dalam
belajar orang tua menerapkan pola asuh demokratis dan untuk penanaman
nilai-nilai agama dengan pola asuh otoriter.
2. Bagi guru pembimbing
-
55
DAFTAR PUSTAKA
Kartawijaya, Anne & Kay Kuswanto. 2004. Artikel Tentang Mendidik Anak
Untuk Mandiri. http://www.geoogle.com.e-psikologi.
Prasetya, G. Tembong. 2003. Pola Pengasuhan Ideal. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
.
Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Surya, Hendra. 2003. Kiat mengajak Anak Belajar dan Berprestasi, Jakarta : PT.
Gramedia.
Soeparno, Suhaenah. 2000. Membangun Kompetisi Belajar. Jakarta: Pustaka
pelajar.
Usman, Husaini. 2000. Remaja Berkualitas, Problematika Remaja dan Solusinya,
Yogyakarta. Pustaka pelajar.
Thoha, chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka
pelajar (IKAPI)