SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Ika Retna Wardhani
NIM 11508047
ii
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Ika Retna Wardhani
NIM 11508047
iii
iv
vi
vii
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S. Al Mujadillah : 11)
PERSEMBAHAN
Untuk orang tuaku dan adikku yang ku sayangi,
anakku yang selalu menjadi pelita dalam setiap langkahku,
para dosen dan karyawan STAIN Salatiga,
teman-teman PGMI 2008.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pada
kesempatan yang berbahagia ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
3. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd., pembimbing yang telah membimbing dengan
sabar dan teliti hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan begitu banyak
ilmunya.
6. Ibu Sugiyanti, S.Pd., Kepala SD Negeri 2 Cepogo Kabupaten Boyolali yang
telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan
skripsi.
ix
7. Para guru SD Negeri 2 Cepogo yang telah membantu penulis dalam proses
penelitian.
8. Kedua orangtuaku dan seluruh keluargaku yang senantiasa menyayangi dan
mencintaiku.
9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan, yang telah memberikan
kontribusi, dorongan yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna baik isi maupun
penyajiannya. Maka dari itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr Wb
Penulis
ABSTRAK
Wardhani, Ika Retna. 2012. Manajemen Pembelajaran Inklusi untuk Anak
Berkebutuhan Khusus SD Negeri 2 Cepogo. Skripsi. Jurusan Tarbiyah.
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd.
Kata kunci: manajemen
berkebutuhan khusus
pembelajaran,
pendidikan
inklusi
untuk anak
Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia tidak
terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi
merupakan implementasi pendidikan tanpa diskriminasi. Pendidikan inklusi
merangkul anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama anak-anak normal
lain di sekolah reguler.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam tentang manajeman
pembelajaran inklusi di SD Negeri 2 Cepogo. Ada tiga fokus dalam penelitian ini
yaitu (1) bagaimana langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran
inklusi di SD Negeri 2 Cepogo?, (2) bagaimana pelaksanaan pembelajaran inklusi
di SD Negeri 2 Cepogo?, (3) bagaiamana evaluasi pembelajaran inklusi di SD
Negeri 2 Cepogo?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi (1)
wawancara, (2) observasi, (3) studi dokumentasi. Data yang diperoleh dari ketiga
teknik tersebut ditafsirkan dan dianalisis. Keabsahan data diuji dengan teknik
triangulasi. Selain itu dengan menggunakan teknik ketekunan pengamatan.
Temuan penelitian ini yaitu (1) langkah-langkah penyusunan perencanaan
pembelajaran inklusi, untuk siswa berkebutuhan khusus saat ini adalah melalui
identifikasi, asesmen atau pengukuran, penyusunan PPI. Pada pembelajaran
reguler pembelajaran disusun berdasarkan silabus dengan modifikasi bahan ajar
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang bersangkutan; (2) dalam
pelaksanaan pembelajaran inklusi guru pembimbing menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi, siswa ABK selalu ditempatkan di meja depan dekat
dengan guru; (3) evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi pada kelas
reguler dan evaluasi pada kelas khusus; (4) faktor pendukung dari pembelajaran
inklusi antara lain, warga sekolah khususnya guru dan guru pembimbing khusus,
dukungan masyarakat dan komite sekolah, dan dukungan orang tua; (5) faktor
penghambat dari pembelajaran inklusi adalah kurangnya bimbingan belajar oleh
orang tua di rumah; (6) upaya untuk mengatasi masalah kurangnya bimbingan
belajar oleh orang tua adalah peningkatan pertemuan orang tua dan sekolah
tentang perkembangan belajar anak.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL. i
LEMBAR LOGO.
ii
JUDUL..............
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..
iv
LEMBAR PENGESAHAN.
vi
vii
KATA PENGANTAR..
viii
ABSTRAK....
DAFTAR ISI.
xi
xiv
BAB I PENDAHULUAN
10
C. Tujuan Penelitian 10
D. Manfaat Penelitian.. 10
E. Penegasan Istilah
11
F. Metode Penelitian... 12
G. Sistematika Penulisan. 21
xii
22
22
33
D. Manajemen Pembelajaran..
41
53
53
B. Paparan Data..
62
BAB IV PEMBAHASAN.
75
75
77
81
84
85
BAB V PENUTUP
86
A. Kesimpulan
86
B. Saran...........
87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Identitas Sekolah..
58
Tabel 3.2
58
Tabel 3.3
Keadaan Siswa.
58
Tabel 3.4
59
Tabel 3.5
Tabel 3.6
59
Tabel 3.7
60
Tabel 3.8
61
xi
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
: Nota Pembimbing
Lampiran 3
Lampiran 4
: Lembar Konsultasi
Lampiran 5
Lampiran 6
: Pedoman wawancara
Lampiran 7
: Reduksi Wawancara
Lampiran 8
: Triangulasi Data
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
: Dokumentasi Foto
xv
BAB I
PENDAHULUAN
lembaga khusus
tertua,
menampung
anak
berkebutuhan khusus dengan jenis kelainan yang sama, sehingga ada SLB
tunanetra,
SLB
tunalaras,
tunarungu,
SLB
tunadaksa,
SLB
SLB
anak
tunanetra,
itupun
perkembangannya
kurang
berkebutuhan
khusus
tersebar
hampir
di
seluruh
daerah
merupakan
implementasi
pendidikan
yang
berwawasan
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri
atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika di (yang terdakwa)
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya).
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang
dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang
kamu kerjakan.
Di Indonesia, landasan yuridis manajemen pendidikan inklusi
adalah: (1) Undang-Undang Dasar 1945, pasal 31 ayat1 dan 2, (2)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 pasal 51, tentang Perlindungan
Anak, (3) Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003: pasal 3, pasal 4 ayat 1,
pasal 5 ayat 1,2,3,4, pasal 11 ayat 1, pasal 12 ayat 1b,
tentang Sistem
Sebelum
menerapkan
inklusi,
sebaiknya
sekolah
sudah
tersebut pastilah
menggunakan
bimbingan tertentu
dalam
menangani para ABK karena mereka belajar bersama-sama dengan anakanak normal lainnya.
Menurut Smart (2010: 90), pendidikan inklusi adalah pendidikan
pada sekolah umum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang
memerlukan pendidikan khusus pada sekolah umum dalam satu kesatuan
yang sistemik. Sekolah inklusi menyediakan program pendidikan yang
layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan
setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh
para guru, agar anak-anak berhasil.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 70 Tahun 2009 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan inklusi adaalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan dan yang memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam lingkungan
karakteristik anak yang berbeda yaitu ABK dan anak normal. Peneliti akan
mengkaji bagaimana manajemen pembelajaran tersebut dilaksanakan.
Menurut Yamin & Maisah (2009: 165), manajemen pembelajaran
adalah kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien
terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran,
sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut
norma atau standar yang berlaku. Manajemen pembelajaran berisi proses
kegiatan mengelola bagaimana mengajarkan si pembelajar dengan
kegiatan yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
atau pengendalian, dan penilaian.
Ada tiga komponen pokok dalam pembelajaran yaitu guru, siswa
dan perencanaan. Guru adalah pelaku pembelajaran dan sekaligus faktor
yang terpenting. Di tangan gurulah letak keberhasilan pembelajaran.
Komponen guru tidak dapat dimanipulasi oleh komponen lain, dan
sebaliknya guru dapat mampu memanipulasi komponen lain menjadi
bervariasi.
Siswa merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai satu atau serangkaian tujuan mengajar.
Perencanaan
adalah
segala
sesuatu
yang
berhubungan
dengan
pembelajaran baik berupa isi pesan atau cara menyampaikan pesan. Dalam
perencanaan pembelajaran mencakup strategi pembelajaran serta teknik
dan alat evaluasi demi tercapainya tujuan pendidikan.
1
0
SD Negeri 2 Cepogo
Kecamatan Cepogo
B. FOKUS PENELITIAN
Fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah langkah-langkah menyusun perencanaan pembelajaran
untuk ABK?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran untuk ABK?
3. Bagaimana cara mengevaluasi pembelajaran untuk ABK?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Langkah-langkah menyusun perencanaan pembelajaran untuk ABK.
2. Pelaksanaan pembelajaran untuk ABK.
3. Cara mengevaluasi pembelajaran untuk ABK.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah
ilmu pengetahuan khususnya pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus.
1
1
wawasan
alternatif
bagi
E. PENEGASAN ISTILAH
1. Manajemen Pembelajaran
Menurut Yamin & Maisah (2009: 165), manajemen pembelajaran
adalah kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien
terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran,
sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut
menurut norma atau standar yang berlaku.
2. Pendidikan Inklusi
Menurut Yusuf dkk (2003: 58), pendidikan inklusi adalah model
pendidikan yang menekankan keterpaduan penuh, menghilangkan
labelisasi anak (normal atau tidak normal) dengan prinsip education
for all. Jadi, pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang
mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus untuk belajar di
sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama teman seusianya.
1
2
pembelajaran
pendidikan
inklusi
untuk
anak
perencanaan
dalam
pelaksanaan pembelajaran,
pembelajaran, (b)
ada
(d) ada anak yang termasuk kategori learning disorders, (d) anakanak learning disorders belajar
normal dalam
pada
bersama
dengan anak-anak
pada
pembelajaran
perencanaan,
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
1
3
dan dengan
memanfaatkan
berbagai metode
alamiah
(Moleong, 2008:6).
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi
kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang
individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan
sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh
deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus
menghaslkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan
teori.
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan
kepada hasil pengamatan peneliti. Sehingga peran manusia sebagai
instrumen penelitian menjadi suatu keharusan.
Bahkan, dalam
1
4
diamati
atau
1
5
memperhatikan
kemampuan
generalisasinya
(Patton
dalam
1
6
adalah percakapan
yang
terstruktur
dilakukan
dengan
(wawancara
dua
bentuk
yaitu
yangpewawancaranya
dan
hasil
wawancara
dapat
dipahami
dalam
1
7
yang
dimaksud
di
sini
adalah
metode
misalnya
buku-buku
analisisdataialah
mengelompokkan,
mengatur,
memberikan
mengkatogorikannya.
mengurutkan,
kode,
dan
1
8
perhatian,
keteralihan
(transferability),
kebergantungan
1
9
berkaitan
dengan
upaya
kepala
sekolah
pembelajaran
yang apik
tujuan pembelajaran.
untuk
Sementara
dokumentasi
digunakan
sekunder yang
dapat
diangkat
dari
studi
berbagai
bahwa
pelaksanaan
konsultasi
usulan penelitian.
fokus
penelitian, penyusunan
2
0
dilakukan
permasalahan
yang
penafsiran
data
diteliti selanjutnya
sesuai
dengan
melakukan
konteks
pengecekan
keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan
metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar
dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses
penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan
hasil
2
1
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah dalam mengkaji penulisan ini, maka penulis
menyusun sistematika penulisan ini:
BAB I :
BAB II :
Dalam bab ini berisi tentang landasan teori yang terdiri dari,
definisi
manajemen
pembelajaran,
anak
berkebutuhan
khusus, definisi learning disorders atau kesulitan belajar, ciriciri learning disorders, dan manajemen pembelajaran inklusi.
BAB III :
BAB IV :
BAB V :
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Inklusi
Menurut UU Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Secara filosofis pendidikan merupakan hak asasi manusia. Sejalan
dengann UUD 1945, sesungguhnya pendidikan bersifat terbuka,
demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara
tanpa terkecuali. Dalam konteks pendidikan untuk semua anak-anak
yang mengalami kelainan fisik, intelektual, sosial emosional, gangguan
perseptual, gangguan motorik merupakan warga negara yang memiliki
hak yang sama untuk menikmati pendidikan seperti warga negara yang
lain. Untuk itu pemikiran dan realisasi ke arah upaya memenuhi
pendidikan bagi mereka harus terus dilakukan.
22
2
3
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri
atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika di (yang terdakwa)
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan
(kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan
(kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha
Teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.
Menuntut Ilmu merupakan kewajiban bagi setiap manusia, seperti
dalam hadis berikut ini:
( )
Artinya: menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim (HR. Ibn
Majah)
Hal tersebut berarti bahwa setiap manusia khususnya orang Islam wajib
menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan, tidak mengenal tua muda,
laki-laki atau perempuan. Jadi pendidikan diperuntukkan bagi siapa saja
tanpa ada perbedaan atau diskriminasi.
Sejalan dengan perkembangan pendidikan bagi ABK terdapat
kecenderungan baru dalam pelayanan pendidikan luar biasa, yaitu
model
inklusi.
Model
ini
menekankan
keterpaduan
penuh,
Kelas Khusus
Sistem pelayanan dalam bentuk kelas
khusus biasnya
Pada kelas
khusus
sepanjang
hari belajar,
anak-anak
sebagian
waktu,
anak-anak
berproblema
belajar
Ruang Sumber
Ruang sumber merupakan ruang yang disediakan oleh sekolah
untuk memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi anak-anak
yang membutuhkan, terutama yang berproblema belajar. Di dalam
ruang sumber terdapat guru remedial atau guru sumber dan
berbagai media belajar. Aktivitas utama dalam ruang sumber
umumnya berkonsentrasi pada upaya memperbaiki ketrampilan
dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Guru sumber atau
guru remedial dituntut untuk menguasai bidang keahlian yang
berkenaan dengan pendidikan anak berproblema belajar. Guru
sumber juga diharapkan dapat menjadi pengganti guru kelas dan
menjadi konsultan bagi guru reguler. Anak belajar di ruang sumber
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Guru di ruang sumber
biasanya melayani 15 sampai 20 anak berproblema belajar tiap hari
(Yusuf dkk, 2003: 59-60).
dapat
bergaul
dengan
anak yang
tidak
berproblema belajar.
Kekurangan atau kelemahannya antara lain, (a) banyak waktu
terbuang unuk pindah dari kelas reguler ke ruang sumber dan
sebaliknya, (b) menngurangi kemampuan guru kelas atau guru
reguler dalam menangani anak secara individual, (c) meningkatkan
kemungkinan terjadinya inkonsistensi pendekatan pembelajaran,
(d) meningkatkan jumlah spesialis yang bekerja untuk anak yang
dapat menimbulkan pelayanan yang terpecah-pecah, (e) dapat
menimbulkan konflik antara kebutuhan kelompok dan kebutuhan
individual (Yusuf dkk, 2003: 59-60).
3.
Kelas Reguler
Sistem pelayanan dalam bentuk kelas reguler dimaksudkan
untuk mengubah citra adanya dua
anak
3
0
individu
3
1
maupun
diklasifikasikan
temporer (tidak
berdasrkan
permanen).
tingkat
gangguan
gangguan
pendengaran
ringan
(41-55
dB),
gangguan
pendengaran sedang (56-70 dB), gangguan pendengaran berat (7190 dB), gangguan pendengaran ekstrem/tuli (di atas 91 dB).
Hambatan dalam pendengaran pada individu tunarungu berakibat
terjadinya hambatan dalam berbicara. Sehingga, mereka disebut
tunawicara.
Cara
berkomunikasi
dengan
individu
tunarungu
di
adalah
bawah
individu
yang
memiliki
tingkat
rata-rata
dan
disertai
dengan
3
2
3
3
6. Kesulitan belajar
Individu mengalami
kemampuan
dasar
psikologis,
khususnya
pemahaman
dan
mempengaruhi
kemampuan
berpikir,
membaca,
3
4
sulit.
Kesulitan
merupakan
suatu
kondisi
yang
3
5
3
6
bukan
3
7
ketidakwajaran
dalam
perkembangan
alaminya,
3
8
menghindari
tugas
yang
memerlukan
pemikiran,
bergerak, memainkan jari atau kaki saat duduk, sulit duduk diam
dalam waktu yang lama, berlarian atau memanjat secara berlebihan,
impulsifitas dalam perilaku yang langsung menjawab sebelum
pertanyaan selesai diajukan, sulit menunggu giliran dan senang
menginterupsi atau mengganggu orang lain (Subini, 2011: 16-17).
Ada beberapa faktor penyebab anak mengalami problema
belajar atau kesulitan belajar yaitu faktor intelektual, faktor kondisi
fisik dan kesehatan, termasuk kondisi kelainan, dan faktor sosial.
Yusuf juga mengemukakan gejala yang tampak pada anak kesulitan
belajar atau berproblema belajar, yaitu (a) tidak dapat mengikuti
pelajaran seperti yang lain, (b) sering terlambat atau tidak mau
menyelesaikan tugas, (c) menghindari tugas-tugas yang agak berat,
(d) ceroboh atau kurang teliti dalam banyak hal, (e) acuh tak acuh
atau masa bodoh, (f) menampakkan semangat belajar yang rendah,
(g) tidak mampu berkonsentrasi, (h) perhatian terhadap suatu objek
3
9
kelambatan
dibandingkan
dengan
kemampuan
di bawah
mempertimbangkan
kemampuan yang
tingkat
seharusnya
intelegensi,
usia,
dengan
dan
4
0
bukanlah
sekalipun
sesuatu
memang
yang
langka
kasusnya
dan
tidak
sulit
sebanyak
4
1
symbol
untuk
berpikir,
mencatat,
dan
2)
3)
4)
5)
D. Manajemen Pembelajaran
Menurut Syaifuddin, dkk (2007: Bab 1 hal 3), manajemen adalah
proses mengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan.
Ditinjau dari aspek pendidikan, manajemen diartikan sebagai
segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka
4
2
pendidikan
sebelumnya
semuanya
diatur
oleh
pada
potensi
atau
kemampuan
sekolah
itu
sendiri
mengorganisasikan,
mengawasi,
pengawasan, dan
kepemimpinan.fungsi-fungsi
inio
dilaksanakan oleh sekolah, baik kepala sekolah, guru, dan atau komite
sekolah. Kedua, bidang teknis yang dikelola oleh sekolah dengan
fungsi-fungsi tersebut, yaitu: (a) perencanaan dan evaluasi, (b)
pengembangan kurikulum, (c) proses pembelajaran, (d) personil
(ketenagaan), (e) keuangan, (f) fasilitas sekolah (sarana-prasarana), (g)
4
3
pembelajaran,
diperkirakan
dan
pembelajaran,
kedua,
biasanya
ketiga,
dikenal
timbul
dikuasainya
dan
masalah-maslah
yang
dapat
iklim
berbagai
merusak
pendekatan
dalam
pengelolaaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana
suatu pendekatan digunakan.
Menurut Hunt dalam Syaifuddin, dkk (2007: Bab 6 hal 10)
menyatakan bahwa, pembelajaran itu efektif jika siswa memperoleh
pengalaman baru dan perilakunya berubah menuju titik akumulasi
kompetensi
4
4
dalam mendifinisikan
istilah
4
5
siswa,
apakah
bentuknya
berupa
individual
4
6
penyusunan
satuan
pelajaran
4
7
yang
diri
sistematis
pada
yang
area
membantu
para
pendidik
pembelajaran
yang
penting
referal,
identifikasi,
eligibiliti,
pengembangan
PPI,
implementasi PPI, dan diikuti oleh evaluasi dan review. Proses ini
dapat dibagi menjadi tahap pengumpulan data, tahap pertemuan, dan
4
8
terlibat dalam
4
9
sama-sama
5
0
2. Pelaksanaan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari rencana
pelaksanaan
pembelajaran.
Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
rencana
pembelajaran
tersebut
tujuan
pembelajaran,
materi
telah ditetapkan
pembelajaran,
kegiatan
ini
guru
melaksanakan
program
pembelajaran
serta
5
1
3. Evaluasi Pembelajaran
Untuk
mengetahui
keberhasilan
guru
dalam
membantu
kekurangan-kekurangannya.
Dengan
demikian
5
2
telah dilakukan sejak awal sampai akhir, apakah tepat atau tidak, baik
pproses assesmen maupun proses dan isi program PPI yang dibuat.
Jadi, harus dicari faktor-faktor penyebabnya sehingga dapat diadakan
perbaikan dan penyempurnaan seperlunya. Demikian seterusnya
sehingga anak dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik dan
optimal (Yusuf dkk, 2003: 50).
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
53
5
4
kinerja penyelanggaraan
5
5
2. Subjek Penelitian
Peneliti memilih SD N 2 Cepogo karena SD N 2 Cepogo telah
melaksanakan pendidikan inklusi dengan baik, melalui kelas reguler dan
kelas khusus. Hal ini dapat dilihat dari perencanaannya, pelaksanaannya,
serta evaluasi yang dilakukan. Penyelenggaraan pendidikan inklusi
didukung penuh oleh masyarakat setempat. Tiap programnya selalu
dibicarakan dengan komite sekolah serta orang tua/wali murid. Ini
terbukti bahwa SD N 2 Cepogo mempunyai hubungan yang erat dengan
masyarakat setempat.
Penyelenggaraan pendidikan inklusi sebenarnya sudah diterapkan
di SD N 2 Cepogo sejak lama sebelum inklusi masuk ke Indonesia,
namun belum teradministrasi dengan baik. Ini berarti bahwa SD N 2
Cepogo sudah berpengalaman menangani murid dengan kebutuhan
khusus. Serta SD N 2 Cepogo juga menjadi center/pusat inklusi untuk
Kabupaten Boyolali. Salah seorang guru pembimbing khusus di SD N 2
Cepogo sering menjadi pemateri saat diadakan pertemuan rutin inklusi
se-kabupaten Boyolali. Alasan tersebut di atas sudah jelas bagi peneliti
untuk memilih SD N 2 Cepogo sebagai subjek penelitian.
3. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi
Terwujudnya pendidikan yang demokratis dan bermutu, berakhlak
mulia, cerdas, terampil, disiplin, kreatif dalam berkarya, serta
berwawasan kebangsaan.
5
6
b. Misi
1) Menanamkan sikap dan perilaku yang didasari nilai-nilai moral
terhadap lingkungannya.
2) Mengembangkan kemampuan dasar siswa melalui pendidikan
sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
3) Melaksanakan pembelajaran secara tertib dan disiplin.
4) Menciptakan
lingkungan
inklusi
yang
ramah
terhadap
pembelajaran.
5) Memberikan layanan bagi anak berkebutuhan khusus sesui
kebutuhannya secara optimal baik akademis maupun non
akademis.
6) Meningkatkan kerjasama antar sekolah, siswa, orang tua, dan
masyarakat.
4. Tujuan Sekolah
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar mengacu pada
tujuan umum pendidikan dasar yaitu meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sedangkan secara
khusus, sesuai dengan visi dan misi sekolah serta tujuan SD Negeri 2
Cepogo.
5
7
komputer,
5
8
5. Profil Sekolah
Berdasarkan dokumen profil sekolah, diperoleh data tentang SD
Negeri 2 Cepogo sebagai berikut:
a. Identitas Sekolah
Tabel 3.1 Identitas Sekolah
1
2
3
4
Nama Sekolah
No. Pokok Sekolah Nasional
Nomor Induk Sekolah
Alamat Sekolah
5
6
7
8
9
10
11
12
Kode Pos
Nomor Telp/Fax Sekolah
Alamat E-mail
Status Sekolah
Tahun Berdiri
Luas Tanah
Luas Bangunan Sekolah
Status Kepemilikan Tanah dan
Bangunan Sekolah
Status Akreditasi Sekolah
No. Surat Ket. Akreditasi Sekolah
Nama Kepala Sekolah
13
14
15
SD N 2 Cepogo
20309136
101030903002
Jl. Raya BOyolali-Magelang Km 10
Cepogo
Boyolali
(RT
1/01,
Sukabumi, Cepogo, Boyolali)
57362
Negeri
1951
2.200 m
575 m
Kas Desa
B/2008
De.037058
Sugiyanti, S.Pd
Jenis SDM
Guru
Karyawan
Juml;ah
9
1
10
PNS
7
1
8
Status Ketenagaan
Ttp. Yay
Td. Ttp
2
2
c. Keadaan Siswa
Tabel 3.3 Keadaan Siswa
NO KELAS
JUMLAH MURID
L
P
JML
1
I
8
7
15
2
II
13
4
17
3
III
5
11
16
Lanjutan Tabel 3.3
L
1
1
-
JUMLAH ABK
P
JML
1
1
2
2
2
5
9
4
5
6
IV
V
VI
JUMLAH
12
9
5
54
7
6
5
40
19
15
10
94
1
1
4
1
1
5
2
2
9
Khusus
Tanggal lahir
10-11-05
02-06-05
27-01-05
03-10-00
10-12-03
01-05-00
20-02-02
12-06-97
03-02-99
Kelas
I
II
II
III
III
IV
IV
V
V
Jenis Kelainan
Lamban belajar
Autis
Lamban belajar
Lamban belajar
Lamban belajar
Tuna ganda
Lamban belajar
Lamban belajar
Lamban belajar
IPA
7
7.22
7.25
7.43
7.82
Jumlah
Peserta ABK
3
4
2
3
f. Keadaan Guru/Karyawan
Tabel 3.6 Keadaan Guru dan Karyawan
No
1.
Nama
Sugiyanti, S.Pd
19521116 197501 2 002
2.
Suwarso, A.Ma.Pd
19531004 197501 1 001
3
Siti Sunarni, S.Pd
19611108 198304 2 004
4.
Siti Maryati, S.Pd
19600922 198405 2 001
5.
Muchsinatin, A.Ma
19530123 198405 2 002
6.
Sukani, S.Pd
19640913 199203 2 006
Lanjutan Tabel 3.6
L/P
Jabatan
Tahun Ijazah
terakhir
S1-02/PPKn
KS
Tugas
Mengajar
IV-VI
Ket
DII-00/PGSD
GR
III
S1-03/PKH
GR
GPK
S1-03/PKH
GR
VI
GPK
DII-99/PAI
GAIS
I-VI
S1-11/Psi
GR
6
0
7.
8.
9.
10.
Purnani, S.Pd
19820418 200501 2 006
Siti Khalimah, S.Pd
Siti Nuryati, S.Pd
Joko Waluyo
19590606 197911 1 007
S1-11/PGSD
GR
IV
P
P
L
S1-05/B.Ing
S1-11/PGSD
SLTP
GML
GR
PJG
III-VI
II
-
S1 PKH
S1 PKH
Keahlian
Khusus
Ketr.
komputer
Akademik
Status
PNS
Bertugas di
sekolah ini
sejak tahun
1983
PNS
1990
Pembina
: Pengawas TK/SD
Penanggung Jawab
: Kepala Sekolah
Manajer
Sekretaris
: Suwarso, A.Ma.Pd
Bendahara
Koordinator Kegiatan
: Purnani, S.Pd
Anggota
: 1. Sukani, S.Pd
2. Muchsinatin, A.Ma
3. Sri Nuryati, S.Pd
4. Siti Khalimah, S.Pd
5. Joko Waluyo
WB
WB
6
1
Pembina
: Pengawas TK/SD
Penanggung Jawab
: Kepala Sekolah
Ketua
: Surat J W
Sekretaris
: 1. Sunarto
2. Supanto
Bendahara
: Ngatimin
Seksi-seksi
1) Bidang Pemerintahan
: Suharno
2) Bidang pendidikan
: 1. Suwarso
2. Sholeh
6
2
3) Bidang Usaha
: 1. Sujono
2. Han Dwi
4) Tokoh Masyarakat
: Slamet ND
: Hartono
6) Alumni
: 1. Kartin
2. Prapto Mulyono
7) Wali Murid
: 1. Mintiyas
2. Parjanto
pada kurikulum
6
3
yang memuat
perencanaan
pembelajaran
inklusi,
6
4
ABK.
6
5
siswa
yang
memiliki
masalah
dalam
belajar.
6
6
Gambaran
pelaksanaan
pembelajaran
inklusi
dapat
6
7
6
8
6
9
7
0
7
1
Faktor Pendukung
Dalam pembelajaran inklusi pastilah pembelajaran tersebut
tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya faktor yang
mendukung terlaksananya
7
2
7
3
b.
Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung, ada juga faktor yang menghambat
penyelenggaraan pembelajaran inklusi itu sendiri. Kepala Sekolah
Sugiyanti, S.Pd menyatakan sebagai berikut:
Faktor yang menghambat penyelenggaraan inklusi di
sekolah ini adalah kurangnya motivasi dan bimbingan dari
orang tua. Bimbingan orang tua di rumah sangat penting
diperlukan anak, karena waktu di rumah lebih lama
daripada di sekolah jika si anak hanya mendapatkan
bimbingan di sekolah saja maka anak tersebut tidak dapat
maksimal tentunya. Itu saja faktor yang mennghambat
penyelanggaraan inklusi di sekolah ini.
Hal serupa juga diungkapkan oleh guru pembimbing
khusus Siti Sunarni, S.Pd:
Sebenarnya faktor yang menghambat penyelenggaraan
inklusi itu satu yaitu kurangnya bimbingan orang tua
setelah anak pulang dari sekolah, karena kebanyakan
keluarga dari si ABK itu sendiri termasuk keluarga miskin
(gakin) jadi orang tua itu sibuk dalam mencari nafkah
sehingga anak kurang mendapat bimbingan orang tuanya
secara maksimal. Yang saya katakan di sini kurang bukan
tidak sama sekali. Anak hanya mendapat bimbingan yang
optimal hanya di sekolah dan di rumahnya masih kurang.
Dari petikan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor yang menghambat jalannya penyelenggaraan pendidikan
inklusi di SD N 2 Cepogo adalah kurangnya bimbingan yang
diberikan oleh orang tua kepada anaknya di rumah. Orang tua
merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama. Dalam
7
4
BAB IV
PEMBAHASAN
75
7
6
ditangani, apakah seluruh mata pelajaran, sebagian mata pelajran atau hanya
sebagian tertentu dari suatu mata pelajaran, (b) menetapkan pendekatan
pembelajaran yang akan dipilih termasuk rencana pengorganisasian siswa,
apakah bentuknya berupa pelajaran remedial, penambahan latihan-latihan di
dalam kelas atau luar kelas, pendekatan kooperetif atau kompetitif, (c)
menyusun program pembelajaran individual (Yusuf dkk, 2003: 48).
Sebelum melakukan penyusunan RPP maupun PPI, sekolah melakukan
musyawarah dengan komite sekolah maupun orang tua murid mengenai
layanan yang akan diberikan kepada siswa ABK serta sekolah bekerja sama
atau meminta bantuan tenaga profesional di bidang psikologi agar anak dapat
diberikan tes standar. Hasil tes tersebut dapat digunakan untuk menentukan
apakah seseorang memiliki intelegensi rata-rata, di atas rata-rata, atau dibawah
rata-rata. Hasil ini juga dapat digunakan dalam pertimbangan memilih
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan anak tersebut. Hal tersebut
sangat penting karena sebagai guru hendaknya memahami kondisi individu
siswa, semangat/motivasi belajar, dan perbedaan karakter secara umum.
Dengan mengetahui kondisi individual siswa, guru dapat merencanakan
pembelajaran yang sesuai.
Hasil penelitian di SD N 2 Cepogo mengenai perencanaan pembelajaran
sudah
terlaksana
dengan
baik.
Sebelum
sekolah
menyelenggarakan
7
7
pendekatan
pembelajaran
merupakan modal
utama
dalam
melaksanakan pembelajaran.
B. Pelaksanaan Pembelajaran Inklusi
Pelaksanaan pembelajaran
dari
pelaksanaan
merupakan
rencana pelaksanaan
pembelajaran
implementasi
pembelajaran.
Rencana
tujuan
tersebut telah
pembelajaran,
materi
pembelajaran
harus
senantiasa
disesuaikan
dengan
7
8
untuk
berprestasi
dalam
belajarnya.
Dengan
berdasarkan
yang
dilaksanakan
harus
selalu
memperhatikan
kelas
khusus,
pelaksanaan
pembelajaran
juga
harus
7
9
menggunakan
ukuran
kemampuan
awal
anak.
Pengembangan
kemampuan tiap individu secara opimal, karena tiap ABK memiliki paket
sendiri-sendiri yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual. Dalam
PPI tersebut sudah memuat kesulitan belajar anak, metode yang digunakan,
8
0
tujuan, dan
evaluasinya.
Dalam
memberikan
layanan
khusus,
guru
pembimbing tinggal melaksanakan apa yang tertera dalam PPI yang telah
disusunnya. Pelaksanaan layanan khusus diharapkan sebagai solusi mengatasi
kesulitan belajar anak.
Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran inklusi di SD N 2 Cepogo melalui dua tipe kelas yaitu kelas
reguler dan kelas khusus. Kelas reguler ditempati oleh beberapa siswa ABK
dan siswa normal lain. Pelaksanaan pembelajaran dikelas reguler merupakan
implementasi RPP yang dimodifikasi untuk ABK. Dalam proses pelaksanaan
pembelajarannya, guru menggunakan metode yang sesuai dengan ABK agar
tercipta suasana belajar yang kondusif dan tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dapat dicapai.
Sedangkan pada kelas khusus, merupakan implementasi dari PPI. Kelas
khusus ini memberikan kesempatan dan keleluasaan siswa ABK untuk belajar
sesuai dengan kemampuannya. Satu siswa ABK memiliki paket pembelajaran
sendiri disesuaikan dengan kemampuannya tadi dan tujuan yang akan dicapai.
Dalam pelaksanaan kelas khusus guru semaksimal mungkin menggunakan alat
peraga dan metode yang mampu dipahami oleh anak. Jadi PPI dilaksanakan
berdasarkan kemampuan anak masing-masing individu, sehingga anak dapat
secara optimal belajar di dalam kelas dan secara optimal pula dalam
menguasai kompetensi yang diajarkan.
8
1
8
2
dicapai.
8
3
berikutnya atau
menyempurnakan
program
individual yang telah dan akan dilaksanakan. Evaluasi akhir semester dan/atau
8
4
kenaikan kelas maupun UAN bagi ABK dilaksanakan bersama dengan anak
normal lain.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Inklusi
Pelaksanaan pembelajaran inklusi di SD N 2 Cepogo dapat terlaksana
dengan baik, karena adanya faktor pendukung diantaranya:
1. Adanya dukungan penuh dari warga sekolah, khususnya kepala sekolah
dan guru.
2. Adanya dukungan dari komite sekolah selaku mitra sekolah dalam
mengembangkan diri menuju peningkatan kualitas pendidikan.
3. Adanya dukungan dari masyarakat setempat, karena pendidikan yang
dilaksanakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Adanya dukungan dari orang tua. Orang tua sebagai mitra sekolah yang
dapat berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
Sedangkan kendala yang dihadapi sekolah dalam penyelenggaraan
pembelajaran inklusi adalah kurangnya bimbingan yang dilakukan oleh orang
tua di rumah. Orang tua mendukung penuh penyelenggaraan pembelajaran
inklusi namun disisi lain orang tua menjadi penghambat pembelajaran inklusi
itu sendiri, kurangnya bimbingan belajar oleh orang tua dikarenakan sebagian
besar orang tua dari siswa ABK dari keluarga miskin. Orang tua sibuk mencari
nafkah bagi keluarga, hingga sedikit sekali waktu yang diluangkan bagi
anaknya untuk membimbingnya belajar. Orang tua merupakan sumber
pendidikan yang pertama dan utama. Dalam sehari semalam terdapat 24 jam,
sedangkan pendidikan di sekolah hanya berlangsung sekitar 8 jam. Sisanya
8
5
adalah pendidikan di luar sekolah yang menjadi tanggung jawab orang tua.
Dalam konteks ini, orang tua berperan sebagai pengganti guru di rumah.
Sebagai mitra sekolah diharapkan melalui orang tua kegiatan belajar anak di
rumah dapat dipantau, sehingga anak mendapatkan bimbingan belajar bukan
hanya di sekolah saja.
penyelenggaraan
pendidikan
inklusi mengenai
kurangnya
bimbingan belajar di rumah oleh orang tua, dapat diselesaikan dengan sekolah
mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang tua, sekolah lebih bersifat
transparan dalam perencanaan pendidikan, maka sudah semestinya orang tua
merasa ikut memiliki sekolah sehingga orang tua bisa meningkatkan mutu
pendidikan melalui bimbingan belajar di rumah. Serta peningkatan pertemuan
orangtua dengan pihak sekolah khususnya pembicaraan tentang perkembangan
belajar anak.
Dari uraian solusi masalah tersebut membuktikan bahwa SD N 2 Cepogo
benar-benar ingin memberikan yang terbaik bagi siswanya serta hubungan
dengan masyarakat khususnya orang tua senantiasa ditingkatkan agar
komunikasi berjalan semakin baik. Jadi antara pihak sekolah dan pihak orang
tua diharapkan sama-sama memiliki sekolah dan berjalan beriringan untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa Sekolah
Dasar Negeri 2 Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2012/2013, dapat diambil kesimpulan :
1. Langkah-langkah
perencanaan
pembelajaran
inklusi
untuk
siswa
86
8
7
jangka pendek dan jangka panjang yang sudah ditetapkan. Pada kelas
reguler, evaluasi dilakukan bersama dengan anak normal yang lain dengan
waktu yang sama dan soal yang sama. Hal tersebut juga diterapkan pada
ujian akhir semester dan/atau ujian kenaikan kelas maupun UAN.
B. Saran
Sehubungan hasil penelitian ini, penulis dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah, hendaknya lebih meningkatkan kualitas sekolah dan
memperhatikan kuantitas anak berkebutuhan khusus dalam kelas dengan
melihat kemampuan guru.
2. Bagi orangtua siswa, sebaiknya orang tua memberikan perhatian yang
besar pada perkembangan anak selama di rumah dan di sekolah.
3. Bagi peneliti lain, agar dapat meneliti pembelajaran inklusi dai substansi
manajemen pendidikan yang lainnya atau tetap pada substansi yang sama
akan tetapi pada latar penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
A. Identitas Diri
1. Nama
: Perempuan
4. Alamat
5. Tempat Penelitian
B. Pendidikan
1. TK Pertiwi Mrawun Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali Tahun 1991
2. SD N Mrawun Desa Gladagsari Kecamatan Ampel kabupaten Boyolali
Tahun 1997
3. SMP N 1 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2001
4. SMA N 1 Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun
2004
5. S1 STAIN Salatiga Tahun 2012