Anda di halaman 1dari 133

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM DALAM

PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI SISWA
PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA KELAS
XI SMK DIPONEGORO BANYUPUTIH BATANG

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Kimia

Oleh:
NUNIK HIDAYATI
NIM: 083711019

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012

ii

iii

iv

ABSTRAK
Judul

Penulis
NIM

: Penerapan Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia


untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI
SMK Diponegoro Banyuputih Batang
: Nunik Hidayati
: 083711019

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan


1) Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kimia menggunakan
metode praktikum dapat meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi
peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia. 2) Untuk
mengetahui peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik
pada pelajaran kimia materi pokok kesetimbangan kimia dengan metode
praktikum.
Dari hasil wawancara peneliti kepada guru mata pelajaran kimia,
peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar
sehingga daya pikir peserta didik kurang berkembang. Penerapan metode
ceramah menghasilkan dampak yang kurang baik pada taraf berfikir
peserta didik untuk menemukan konsep, mengembangkan pengetahuan,
serta kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya untuk
mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam memecahkan
permasalahan yang dijumpai. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang
dapat meningkatkan taraf berfikir, pemahaman konsep serta keaktifan
peserta didik.
Obyek penelitian adalah peserta didik kelas XI TKJ 1 SMK
Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah
siswa 30 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tin dakan kelas yang
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Hasil pengamatan untuk kemampuan berfikir tingkat tinggi pada
peserta didik SMK Diponegoro dalam pembelajaran kesetimbangan kimia
dengan mengunakan metode praktikum, belum baik. Hal ini terlihat pada
siklus I, akan tetapi pada siklus II pola pikir peserta didik mulai terlihat
adanya peningkatan yang baik sehingga peserta didik dapat mengolah
pemikirannya yang dituangkan dalam hasil belajar.
Hasil yang di dapat dari pembelajaran praktikum, pada siklus I
rata-rata belajar peserta didik 70,40 dengan ketuntasan klasikal sebesar
76,67%, Sedangkan pada siklus 2 setelah diadakan refleksi pelaksanaan
tindakan pada siklus I, rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami
peningkatan yaitu sebesar 73,60 dengan ketuntasan klasikal sebesar
90,00% pada siklus II. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa taraf
berfikir peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia dengan
metode praktikum meningkat.

vi

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur alhamdulillah selalu terpanjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan segala rahmat, inayah dan hidayahNya kepada penulis yang
tidak memiliki kekuatan sedikit sehingga hanya berkat rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah meluruskan
umat manusia ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Skripsi ini berjudul Penerapan Pembelajaran Kimia Mengunakan
Metode Praktikum dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK Diponegoro
Banyuputih Batang, disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
skripsi ini sangat sulit terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dukungan dan
doa dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada :
1. DR. Sujai, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang
2. Atik Rahmawati, S.Pd.,M.Si, selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Mahfud Junaedi, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, terkhusus Segenap dosen Kimia yang
tidak bosan-bosannya memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

vii

5. H. Ali Sodiqin, S.Pd.I, selaku kepala sekolah SMK Diponegoro Banyuputih


Batang dan seluruh guru, karyawan dan stafnya terimakasih telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Arini Ainul Hanifah, S.Pd, selaku guru mata pelajaran kimia di SMK
Diponegoro Bamyuputih Batang, terima kasih atas bantuan, arahan dan
bimbingannya selama penulis melaksanakan penelitian.
7. Ayahanda Abdul Ghofur dan Ibunda Sadisah selaku orang tua penulis, yang
telah memberikan segalanya baik doa semangat, cinta, kasih sayang, ilmu dan
bimbingan, yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, serta dukungan
materil dan spritualnya.
8. Nenek tercinta Hj. Maryam, yang telah memberikan dorongan untuk menjadi
yang terbaik beserta keluarga.
9. Teman-teman seperjuangan kimia angkatan 2008 yang memberikan semangat
baik moral, material maupun spiritual.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
bersifat konstruktif penulis harapkan. Penulis berharap semoga penyusunan
skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca.

Semarang, 15 April 2012


Penulis

Nunik Hidayati
NIM. 083711019

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................................

ii

PENGESAHAN ...........................................................................................

iii

NOTA PEMBIMBING ................................................................................

iv

ABSTRAK ...................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR .................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

ix

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................

BAB II : LANDASAN TEORI


A. Kajian Pustaka ..........................................................................

B. Metode Praktikum ....................................................................

1. Pengertian metode praktikum...............................................

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran


Praktikum .............................................................................

3. Tahap-tahap Metode Praktikum ...........................................

11

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Praktikum ...................

12

C. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi ......................................

13

1. Pengertian Berfikir ...............................................................

13

2. Teori Perkembangan Kemampuan Berfikir .........................

14

3. Konsep Kemampuan Berfikir ..............................................

15

4. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi .................................

16

D. Kesetimbangan Kimia ..............................................................

17

E. Rumusan Hipotesis ...................................................................

24

ix

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ........................................................................

25

B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................

27

C. Pelaksana dan Kolabolator .......................................................

29

D. Rancangan Penelitian ...............................................................

30

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................

36

F. Teknik Analisis Data ................................................................

37

G. Indikator Pencapaian ................................................................

39

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian .........................................................................

41

1. Pra Siklus .............................................................................

41

2. Siklus 1 .................................................................................

41

3. Siklus 2 .................................................................................

49

B. Pembahasan ..............................................................................

55

1. Pra Siklus .............................................................................

55

2. Siklus 1 .................................................................................

56

3. Siklus 2 .................................................................................

59

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................

65

B. Saran-saran ...............................................................................

66

C. Penutup .....................................................................................

66

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi dewasa ini, kehidupan masyarakat banyak
dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Banyak permasalahan
yang muncul dalam kehidupan sehari-hari memerlukan informasi ilmiah
dalam pemecahannya. Oleh karena itu, literasi sains menjadi kebutuhan setiap
individu agar memiliki peluang yang lebih besar untuk menyesuaikan diri
dengan dinamika kehidupan.
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta
didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya
dengan demikian akan menimbulkan perubahan pada dirinya. Pengajar
bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu tercapai
sebagaimana yang diinginkan.1 Menurut pemikiran al-Ghazali bahwa tujuan
pendidikan adalah tingkat kedekatan diri kepada Allah yang kemudian
berimbas secara empiris di masyarakat terutama dalam pembentukan moral.2
Sebagaimana dalam firman Allah SWT yaitu, Q.S Ar-Rad ayat 11:

y#ur& !#s)u 3 r'/ $t (#it 4Lym Bs)/ $t it !$# )...........


@#u i s9 $tu 4 s9 tt s #[ 5s)/ !$#
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan, yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.3
1

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 79.

Abdurrahman, Meaningful Learning


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 15.

Re-invensi

Kebermaknaan

Pembelajaran,

Fadhal AR Badafal, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,


2006), hlm. 250.

Tugas seorang pendidik yang berkewajiban untuk mengatasi berbagai


masalah yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan. Dan guru memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan
belajar bagi peserta didiknya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.4
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), termasuk kimia,
dikembangkan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami gejala alam.
Rasa keingin tahuan mendorong ilmuan untuk melakukan proses penyelidikan
ilmiah hingga ditemukan suatu jawaban yang kemudian menjadi produk sains,
seperti konsep, prinsip, teori dan hukum. Dalam istilah psikologi pengetahuan
tentang proses ilmiah disebut pengetahuan prosedural, dan pengetahuan yang
berkaitan dengan produk ilmiah disebut pengetahuan deklaratif.5
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya.
Unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia. Untuk
mengetahui ciri suatu senyawa, kita perlu mengetahui sifat-sifat fisisnya, yang
dapat diamati tanpa mengubah identitasnya, dan sifat-sifat kimia, yang dapat
ditunjukkan hanya melalui perubahan kimia. Ilmu kimia terkesan sulit pada
tingkat dasarnya diantaranya: kimia memiliki perbendaharaan kata yang
sangat khusus dan beberapa konsepnya bersifat abstrak.6
Untuk mempelajari kimia tidak hanya dengan pemberian fakta dan
konsep saja, tetapi peserta didik perlu dilatih untuk menemukan fakta dan
konsep tersebut. Peserta didik tidak hanya mengetahui fakta, konsep atau
prinsip, tetapi juga terampil untuk menerapkan pengetahuannya dalam

Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.

11.
5

Wiyanto, Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium,


(Semarang: UNNES Press, 2008), hlm. 1.
6

Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, (Jakarta: Erlangga, 2005), jil. 1,

hlm.3-4.

menghadapi masalah dalam kehidupan dan teknologi, hal ini dapat


meningkatkan keterampilan berfikir tinggkat tinggi. Telah kita ketahui bahwa
peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi telah menjadi salah satu
prioritas dalam pembelajaran eksakta dalam sekolah. Pengajaran keterampilan
berfikir tingkat tinggi dilandasi dua filosof: harus ada materi atau pelajaran
khusus tentang berfikir dan mengintegrasi kegiatan berfikir kedalam
pembelajaran kimia. Dengan demikian, keterampilan berfikir terutama berfikir
tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari pelajaran kimia
sehari-hari. Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan
dengan cara membantu peserta didik menjadi problem solving yang lebih
baik. Untuk itu guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan
peserta didik mengunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi.
Berdasarkan observasi awal dan keterangan yang diperoleh dari guru
pengampu mata pelajaran kimia SMK Diponegoro Banyuputih Batang bahwa
pembelajaran yang dilakukan selama ini masih menggunakan metode
ceramah. Guru hanya menerangkan dan peserta didik hanya mendengar.
Sehingga peserta didik menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran. Untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif dan mencapai tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai harus ditunjang dengan metode yang efektif. Dan metode
yang dapat mencapai tujuan pembelajaran.7
Permasalahan yang sangat umum bagi kurang minat peserta didik
dalam mengikuti proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran kimia
karena pembelajaran hanya menggunakan ceramah atau pembelajaran yang
monoton. Sehingga, peserta didik kurang terampil dalam menemukan
pengetahuan atau informasi sendiri. Dan sebagian besar peserta didik dalam
mengikuti pelajaran kurang peran aktif sehingga sulit menangkap materi
pelajaran. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses
komunikasi. Proses penyampaian pesan harus diciptakan atau diwujudkan

Wawancara dengan Arini Ainul Hanifah,S.Pd (guru kimia SMK Diponegoro Banyuputih
Batang), Tanggal 28 Nopember 2011.

melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh
setiap guru dan peserta didik.8
Praktikum merupakan proses pemecahan masalah melalui kegiatan
manipulasi variabel dan pengamatan variabel. Praktikum merupakan salah
satu pengajaran yang berpusat pada peserta didik yang mengambarkan
strategi-strategi pengajaran dimana guru lebih memfasilitasi dari pada
mengajar langsung. Dalam strategi pengajaran yang berpusat pada peserta
didik, guru secara sadar menempatkan perhatian yang lebih banyak pada
keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial peserta didik. Tujuan-tujuan yang
banyak dicapai dengan efektif dengan strategi pembelajaran yang berpusat
pada

peserta

didik

meliputi:

pengembangan

proses

keterampilan

berkomunikasi, pengembangan pemahaman yang mendalam tentang pelajaran


kimia

dan

pengembangan

keterampilan-keterampilan

penelitian

dan

pemecahan masalah.
Melalui praktikum peserta didik juga dapat mempelajari sains dan
pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses sains,
dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah, dapat menanamkan dan
mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai
masalah baru melalui metode ilmiah dan lain sebagainya. Kemampuan ini bisa
dikembangkan melalui kegiatan praktikum.
Dalam mempelajari kimia tanpa menemukan fakta dan konsep adalah
tidak sesuai dengan proses belajar bermakna. Kesulitan peserta didik dalam
menemukan fakta dan konsep apabila tidak diatasi akan menghambat
tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu, keterampilan berfikir tingkat
tinggi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 1.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang timbul adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia untuk
meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada
materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro
Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012?
2. Apakah penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia
meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada kelas
XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dilakukan penelitian adalah
1. Untuk mengetahui penerapan metode praktikum dalam pembelajaran
kimia dapat meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta
didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK
Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta
didik pada pelajaran kimia materi pokok kesetimbangan kimia dengan
metode praktikum kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang
tahun ajaran 2011/2012
Dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi pihak yang
bersangkutan (peneliti dan objek yang diteliti), antara lain:
1. Bagi peneliti.
Menambah pengetahuan khususnya di bidang pendidikan, yaitu
penerapan metode-metode dalam pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan berfikir tingkat tinggi. Dalam penelitian ini peneliti
menetapkan metode praktikum.
2. Bagi peserta didik
a. Memberikan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.

b. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kesetimbangan


kimia.
c. Meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi
3. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi tentang alternatif
pembelajaran kimia untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat
tinggi peserta didik.
4. Bagi Sekolah
a. Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijaksanaan yang akan
diambil guna meningkatkan mutu peserta didik.
b. Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran
untuk semua pelajaran.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara
masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta
hubungannya dengan penelitian yang terdahulu yang relevan. Pada dasarnya
urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan atau kritik terhadap penelitian
yang ada baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya sekaligus sebagai
bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Untuk menghindari
terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang
sama baik dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk lainnya, maka
peneliti akan memaparkan karya-karya yang relevan dalam penelitian ini.
1. Renee E. Weiss, Designing Problems To Promote Higher Order
Thingking, New Directions For Taeching and Learning, No 95, Fall
2003. Penelitian ini bertujuan untuk mempromosikan pemikiran tingkat
tinggi dikalangan mahasiswa dengan desain Problem Based Learning
(PBL), penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan memperhatikan
PBL dapat meningkatkan pemikiran tingkat tinggi pada mahapeserta didik.
2. Michael H. Hopson, Richard L. Simms dan Gerald A. Knezek, Using a
Technolog-Enriched Environment to Improve Higher-Order Thinking
Skills, Journal of Research on Technology in Education, Volume 34, No
2, 2001-2002. Penelitian ini meneliti efek dari teknologi dikelas pada
pengembangan peserta didik keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap
mahasiswa

didik

terhadap

komputer.

Dengan

adanya

teknologi

menimbulkan efek positif pada peserta didik dalam kecakapan berfikir


tingkat tinggi
3. Kartina A. Meyer, Face-To-Face Versus Theaded Discussions: The Role
of Time and Higher-Order Thinking, JALN volume 7, Issue 3, 2003.
Dalam penelitian ini membandingkan pembelajaran diskusi dengan tatap
muka dan online dalam meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi,

dengan berbagai tema. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran yang


lebih cocok digunakan untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat
tinggi dengan berdiskusi tatap muka.
4. Akyuni, Efektivitas Pembelajaran Praktikum Kimia Materi Pokok Reaksi
Kimia Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP
IPA (Islam Plus Assalamah) Ungaran jurusan Tadris Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo. Menyimpulkan bahwa metode praktikum dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran. Skripsi ini mengkaji tentang bagaimana meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas VII SMP melalui pembelajaran praktikum.
Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan kemampuan kognitif dan
psikomotorik pada tiap siklusnya untuk melihat hasil belajar peserta didik
yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode praktikum
dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran.

B. Metode Praktikum
1. Pengertian Metode Praktikum
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

kegiatan

mengajar, metode

diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan


yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.1 Dalam kitab-kitab klasik
juga menjelaskan bahwa:

  
   

 

 !"#

'

. $ %

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), hlm. 46.
2 Muhammad Atiyah Al-Abrosyi, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arobiyah, (tt: Rukhu al tarbiyah
wa al ta lim, 1950), hlm. 267

(!)
* 
+,-
.   $  /* 
0  
>

.1!-
 23
43 4*
"*56 7 8 9: ;$ <=

Metode adalah media yang kita ikuti guna memahamkan atau


memberikan pemahaman pada murid pada setiap pelajaran di
berbagai materi.
Metode adalah sebab-sebab yang digunakan guru guna
meningkatkan kegiatan pembelajaran dalam mewujudkan
sampainya pengetahuan pada murid dengan cara termudah dan
waktu tercepat.
Metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dimana peserta
didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode
percobaan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai
suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Praktikum
Menurut Lazarowitz dan Tamir (1994), ada lima faktor yang dapat
memfasilitasi keberhasilan pembelajaran praktikum yaitu: kurikulum,
sumber daya, lingkungan belajar, keefektifan mengajar, dan strategi
asesemen.
a. Kurikulum
Kurikulum dapat diidentifikasikan menjadi tiga fase yaitu:
kurikulum yang diharapkan (intended curriculum), ditunjukkan pada
tujuan kurikulum; kurikulum yang dipahami (perceived curriculum),
direfleksikan oleh pandangan guru dan peserta didik; dan kurikulum
yang diimplementasikan (implemented curriculum), tercermin dalam
proses mengajar, belajar dan lingkungan belajar.

Muhammad Abdul Qodir, Thuruqu Talimi Al-Lughoh Al-Arabiyah, (Kairo : Maktabah


Al-Nahdlah Al- Misriayah 1979), hlm. 60.

Dinamika

kurikulum

yang

diimplementasikan

sangat

bergantung pada bahan-bahan kurikulum yang tersedia. Demikian juga


pelaksanaan kegiatan praktikum sangat bergantung pada bahan-bahan
kurikulum, misalnya: (a) petunjuk praktikum yang terdiri dari
beberapa percobaan, baik yang terintegrasi maupun tak terintegrasi
dengan kegiatan non praktikum, (b) lembar kerja, (c) buku teks yang
memuat percobaan praktikum.4
b. Sumber Daya
Sumber daya, mencakup bahan dan peralatan, ruang dan
perabotan, asisten dan tenaga laboran serta teknisi.5
c. Lingkungan Belajar
Keberhasilan belajar terkait dengan lingkungan tempat belajar
itu terselengara, kegiatan di laboratorium bersifat kurang formal,
peserta didik bebas untuk mengamati, berbuat dan berinteraksi secara
individual maupun kelompok.6
d. Keefektifan Mengajar
Sikap, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku guru dapat
mempengaruhi

keberhasilan

dalam

pencapaian

tujuan

belajar.

Mengajar sebuah praktikum memerlukan penguasaan keterampilan


proses ilmiah (metode ilmiah) dan pengetahuan materi subyek, serta
memerlukan pengetahuan khusus tentang iklim kelas dan cara
mengelolanya.7

Wiyanto, Menyiapkan, hlm 36-37.

Wiyanto, Menyiapkan, hlm 37

Wiyanto, Menyiapkan, hlm 37

Wiyanto, Menyiapkan, hlm 38

10

e. Strategi Asesmen
Menurut Lazarowitz dan Tamir (1994), ketika objek yang di
pelajari diperlihatkan pada peserta didik, ternyata tes performance
menunjukkan sebagai alat ukur yang lebih valid untuk mengukur
keterampilan proses maupun penalaran logis, dibandingkan dengan
mengunakan paper pencil test.8
3. Tahap-tahap Metode Praktikum
Pada pelaksanaan praktikum agar hasil yang diharapkan dapat
dicapai dengan baik maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:9
a. Langkah persiapan
Persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil
kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang dapat muncul.
Persiapan untuk metode praktikum antara lain:
1) Menetapkan tujuan praktikum.
2) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3) Mempersiapkan tempat praktikum.
4) Mempertimbangkan jumlah peserta didik dengan jumlah alat yang
tersedia dan kapasitas tempat praktikum
5) Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang akan
dilakukan.
6) Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum.
7) Membuat petunjuk dan langkah-langkah praktikum.

Wiyanto, Menyiapkan, hlm 38

Byarlina Gyamirti, Penerapan Metode Praktikum Pada Pembelajaran Fisika Topik


Getaran Dan Gelombang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik SMP, (Bandung:
UPI,2010), hlm. 14-15

11

b. Langkah pelaksanaan
1) Sebelum melaksanakan praktikum, peserta didik mendiskusikan
persiapan dengan guru, setelah itu baru meminta keperluan
praktikum (alat dan bahan).
2) Selama berlangsungnya proses pelaksanaan metode praktikum,
guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang
sedang dilaksakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok.
c. Tindak lanjut metode praktikum
Setelah melaksanakan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah:
1) Meminta peserta didik membuat laporan praktikum.
2) Mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi selama praktikum.
3) Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali semua
perlengkapan yang telah digunakan.
4. Kelebihan dan kekurangan metode praktikum
Metode praktikum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:10
a. Kelebihan Metode Praktikum
1. Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya.
2. Dapat membina peserta didik untuk membuat trobosan-trobosan
baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia.
3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
b. Kekurangan Metode Praktikum
1. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.

10

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hlm. 84-85.

12

3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.


4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar
jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Dari semua hal yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
metode praktikum merupakan suatu cara dimana peserta didik melakukan
percobaan dengan

mengalami

untuk

membuktikan

sendiri

suatu

pertanyaan ataupun hipotesis yang dipelajari sehingga dapat memupuk dan


mengembangkan sikap ilmiah dalam diri peserta didik, juga memberikan
gambaran dan pengertian yang lebih jelas dari pada hanya penjelasan lisan
sehingga sangat bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari.
C. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
1. Pengertian Berfikir
Ketika seseong melakukan aktifitas yang terkait dalam jasmani dan
rohani, maka aspek berfikir tidak dapat dilepaskan, terlebih jenis aktifitas
tersebut melibatkan unsur persoalan yang harus dicarikan jalan keluar.
Dengan demikian, berfikir dapat dikatakan memegang peran dalam
melakukan, memecahkan dan memutuskan persoalan yang sedang atau
telah dihadapi.
Beberapa pendapat tentang definisi berfikir antara lain: 11
a. Suatu kondisi yang letak hubungannya diantara bagian pengetahuan
yang ada dalam diri seseorang dan dikontrol oleh akal. Jadi berfikir
berarti meletakkan hubungan diantara bagian pengetahuan (mencakup
segala konsep, gagasan dan pengertian yang telah dimiliki oleh
manusia) yang diperoleh manusia.
b. Menurut pandangan kaum assosiasionist, berfikir sebagai suatu proses
asosiasi. Menurut pandangan kaum fungsionalist, berfikir sebagai
suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut

11

Romlah, Psikologi Pendidikan,(Malang, UMM Press, 2010), Hlm. 57.

13

pandangan umum, berfikir adalah suatu kegiatan spikis untuk mencari


hubungan antara dua objek atau lebih melalui proses berfikir.
c. Berfikir

adalah

menemukan

hubungan-hubungan,

menetapkan

sangkut-paut.
Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa berfikir
merupakan aktifitas psikis yang intensional terhadap suatu hal atau
persoalan dan tetap berupaya untuk memecahkannya, dengan cara
menghubungkan satu persoalan dengan yang lain, sehingga mendapatkan
jalan keluar.
Bentuk proses berfikir yang dilakukan oleh setiap orang dalam
memecahkan masalah tidak harus sama, tetapi dapat disesuaikan dengan
persoalan yang sedang dihadapinya. Hal ini sangat tergantung pada ringan
dan beratnya persoalan yang sedang dihadapi. Ada dua cara yang harus
digunakan oleh seseorang agar memperoleh pemahaman terhadap sesuatu
hal atau hasil dari pemecahan persoalan yang dihadapinya. Adapun dua
cara tersebut adalah: pengalaman dan pengertian ilmiah
Oleh karena itu, proses dalam memperoleh pengertian dapat
melalui beberapa tingkat antara lain: 12
a. Menganalisa
Pada tingkat ini seseorang dapat mengadakan analisa jenis
beserta ciri-cirinya.
b. Mengadakan Komparasi
Setelah mengetahui ciri-cirinya, maka ciri satu dengan yang
lainnya dikomparasikan, sehingga menghasilkan ciri yang berbeda.
c. Mengadakan Abstraksi
Dalam tahap ini seseorang menyatukan ciri-ciri yang sama dan
mengesampingkan ciri-ciri yang berbeda.

12

Romlah, Psikologi, Hlm. 58-59.

14

d. Kesimpulan
Setelah mengadakan abstraksi, selanjutnya menarik kesimpulan
dengan tetap memberikan batasan pada pengertian yang diangkat.
2. Teori Perkembangan Kemampuan Berfikir
Sesuai

pandangan

Piaget,

struktur

pengetahuan

deklaratif

merupakan hasil pembentukan yang bergantung pada tindakan (interaksi


individu dengan lingkungannya), sehingga individu harus belajar
bagaimana mengelola tindakannya. Untuk dapat bertindak, diperlukan
pengetahuan prosedural yang dapat menuntunnya. Jadi proses mengetahui
atau

memperoleh

pengetahuan

deklaratif melibatkan

pengetahuan

prosedural (kertampilan berfikir), oleh karena itu pembelajaran diharapkan


juga mampu mengembangkan pengetahuan prosedural itu.
Piaget telah mengembangkan teori perkembangan pengetahuan
prosedural atau pengetahuan operatif, yang terdiri dari empat tahap, yaitu
tahap sensori motor (0-18 bulan), pra operasional (18 bulan - 7 tahun),
operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11-15 tahun).
Implikasi dari pemahaman terhadap teori perkembangan berfikir
tersebut pada pembelajaran kimia adalah bagaimana membantu peserta
didik mengalami pergeseran proses berfikir. Jadi tugas guru adalah
memfasilitasi perkembangan berfikir peserta didik. Di tingkat SD, sains
akan lebih sesuai dibelajarkan melalui pengalaman empirik yang
melibatkan pengamatan langsung, sehingga memungkinkan peserta didik
memperoleh pengetahuan melalui proses induksi. Selain itu bertolak dari
pengamatan langsung itu peserta didik juga mulai dilatih untuk
mengembangkan inferensi logika jika...dan...maka.... menurut Piaget
mulai usia sekitar 11 tahun anak sudah mampu berfikir yang berawal dari
kemungkinan, maka pembelajaran di SMP diharapkan dapat memfasilitasi
terjadinya pergeseran tingkat berfikir ke arah itu dengan mulai melatih
mengembangkan inferensi logika jika...dan...maka.... yang berawal dari
kemungkinan-kemungkinan. Di tingkat SMK, kemampuan-kemampuan

15

tersebut perlu terus dikembangkan sehingga dapat menjadi kebiasaan


dalam pemecahan masalah.13
3. Konsep Kemampuan Berfikir
Kemampuan berfikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif,
kritis dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang
melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang
terkumpul atau yang dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi
dan komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan dan tindakan.
Menurut beberapa pakar dalam bidang psikologi menyatakan
bahwa pengertian kemampuan berfikir, sebagai berikut: 14
a. Menurut Beyer (1984), berfikir adalah upaya manusia untuk
membentuk konsep, memberi sebab atau membuat penentuan.
b. Menurut

fraenkel

(1980),

berfikir

merupakan

pembentukan

pengalaman dan penyusunan keterangan dalam bentuk tertentu.


c. Menurut Moore dan Parker (1986), kemampuan berfikir adalah
keyakinan berlandasan tindakan yang cermat dan disengaja dalam
menerima, menolak dan menangguhkan suatu keputusan berhubungan
dengan suatu dakwaan.
4. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
Peningkatan keterampilan keterampilan berfikir tingkat tinggi telah
menjadi salah satu prioritas dalam pembelajaran eksakta dalam sekolah.
Pengajaran keterampilan berfikir tingkat tinggi dilandasi dua filosof: harus
ada materi atau pelajaran khusus tentang berfikir dan mengintegrasi
kegiatan berfikir kedalam pembelajaran kimia. Dengan demikian,
keterampilan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan
dan menjadi bagian dari pelajaran kimia sehari-hari. Dengan pendekatan
ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu

13

Wiyanto, Menyiapkan, hlm. 15-23.

14

Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 86-87.

16

peserta didik menjadi problem solver yang lebih baik. Untuk itu guru
harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan peserta didik
mengunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi.
Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat,
yaitu:

15

(a) menghafal (recall thinking) adalah tingkat berfikir paling

rendah. Keterampilan ini hampir otomatis atau refleksi sifatnya; (b) dasar
(basic thinking), keterampilan ini meliputi memahami konsep-konsep; (c)
kritis (critical thinking) adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan,
dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah. Termasuk
didalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat dan menganalisa
informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan
pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang
diberikan dan mampu menentukan ketidak konsistenan dan pertentangan
dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir
kritis. Dengan kata lain, berfikir kritis adalah analitis atau reflektif; (d) dan
kreatif (creative thinking) yang sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari
keterampilan ini adalah sesuatu yang komplek. Kegiatan yang dilakukan
diantaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru dan menentukan
efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik
kesimpulan yang biasanya mengeluarkan hasil akhir yang baru.
Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan berfikir
kreatif) yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang
harus dikembangkan dalam pembelajaran kimia.

D. Kesetimbangan Kimia
Kimia adalah ilmu tata susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat.
Sedangkan ilmu kimia adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Natural

15

S Krulik dan Rudnick, Innovative Tasks to Improve Critical-and Creative-Thingking


Skills,Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12, hlm. 138-145.

17

Science) yang mengambil materi (matter) sebagai objek. Yang dikembangkan


oleh ilmu kimia adalah deskripsi tentang materi, khususnya kemungkinan
perubahan menjadi benda lain (transformation of matter) secara permanen
serta energi yang terlibat dalam perubahan termasud.16
Chemical equilibrium is the state reached when the concertrations of
reactants and products remain constant over time.17
Kesetimbangan kimia adalah reaksi yang dicapai ketika konsentrasi
dari reaktan dan prodak konstan
1. Keadaan Kesetimbangan
Reaksi kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi dua reaksi
Reversible dan Ireversible. Perhatikan reaksi yang ada dialam kita seperti
reaksi pembakaran dan korosi besi, reaksi seperti itu kita golongkan
sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik
(irreversible). Di lain pihak ada juga reaksi yang berlangsung dua arah
atau reaksi yang dapat balik (reversible).
Contohnya:
Campuran gas nitrogen dan hidrogen jika dipanaskan menghasilkan gas
amonia, reaksinya sebagai berikut:
N2g  3H2g 2NH3g
Amonia jika dipanaskan akan terurai menjadi gas nitrogen dan hidrogen,
reaksinya sebagai berikut:
2NH3g N2g  3H2g
Pengabungan antara kedua reaksi menjadi:
N2g  3H2g
2NH3g

16

I Made Sukarna, JICA Kimia Dasar 1, ( Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Matematika


dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES), hlm 1
17

John E McMURRY and ROBERT C. FAY, Chemistry, (United States of America:


Pearson), hlm. 493

18

Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang


berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi
tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur.
Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung
pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat.
Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup.
Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem
terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan
lain sebagainya.
Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase disebut
kesetimbangan homogen, sedangkan yang terdiri dari dua fase atau lebih
disebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat berupa
sistem gas atau larutan. Kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan
komponen padat-gas atau cair-gas.
Contoh kesetimbangan homogen:
a. N2(g) + 3H2(g)
2NH3(g)
b. H2O(l)
H+(aq) + H+(aq)
Contoh kesetimbangan heterogen:
a. Ag2CrO4(s)
2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
b. CaCO3(s)
CaO(s) + CO2(g)18
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan
Perubahan kondisi percobaan dapat menggangu kesetaraan dan
mengeser posisi kesetimbangan sehingga produk yang diinginkan bisa
terbentuk lebih banyak atau kurang. Ada suatu aturan umum yang
membantu kita memprediksi kearah mana reaksi kesetimbangan akan
bergeser bila terjadi perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu.
Aturan ini dikenal dengan asas Le Chatelier, yang menyatakan bahwa:

18

Harun Nasution, Kesetimbangan Kimia, modul kim. 11, (Departemen Pendidikan


Nasional, 2004), hlm. 7-15

19

jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang


setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk
mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang
kembali.19
Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Reaksi = - Aksi
Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri
atau ke kanan. Penerapan Asas Le Chatelier terhadap pergeseran
kesetimbangan:20
a. Pengaruh Konsentrasi
Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika
konsentrasi pereaksi ditambahkan atau hasil reaksi dikurangi, maka
reaksi bergeser ke arah pereaksi. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi
dikurangi reaksi bergeser ke arah hasil reaksi.
Gejala perubahan dapat diperhatikan [Fe(SCN)3] dalam air
berwarna merah. Warna merah menunjukkan adanya ion FeSCN2+.
Kesetimbangan antara ion-ion FeSCN2+ yang tidak terurai dan Fe3+
dan SCN- ditulis sebagai berikut:
FeSCN2+(aq)

merah

Fe3+(aq)

kuning pucat

SCN-(aq)
tidak berwarna

Jika ditambah NaSCN pada larutan maka konsentrasi dari SCNakan bertambah. Akibatnya ion Fe3+ akan bereaksi dengan ion SCN-,
sehingga kesetimbangan bergeser dari kanan ke kiri, dengan
persamaan:
FeSCN2+(aq)

Fe3+(aq)

SCN-(aq)

19

Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, (Jakarta: Erlangga, 2005), jild 2,
hlm. 79-80
20

Raymond Chang, Kimia, hlm. 80-84.

20

Akibatnya warna merah dalam larutan akan bertambah tua. Jika


ditambah H2C2O4 pada larutan awal C2O42- akan berikatan dengan
Fe3+. Akibatnya ion Fe3+ akan membentuk ion Fe(C2O4)33- yang dapat
dilihat dari warna kuning dalam larutan. Persamaan yang terjadi antara
lain:
FeSCN2+(aq)

Fe3+(aq)

SCN-(aq)

Dari eksperimen tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan


bahwa kesetimbangan reaktan dan produk terdapat dalam sistem,
kenaikan konsentrasi produk akan menyebabkan kesetimbangan
bergeser kearah kiri dan penurunan konsentrasi produk akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan.

Gambar 2.1 Pengaruh perubahan konsentrasi pada posisi


kesetimbangan. (a) larutan berair Fe(FCN)3, warna larutan yang
timbul karena spesi FeSCN2+ yang merah dan spesi Fe3+ yang kuning.
(b) sesudah ditambahkan sedikit NaSCN kedalam larutan a,
kesetimbangan bergeser ke kiri. (c) sesudah ditambah sedikit
Fe(NO3)3 ke dalam larutan a, kesetimbangan bergeser ke kiri. (d)
sesudah ditambahkan sedikit H2C2O4 ke dalam larutan a,
kesetimbangan bergeser ke kenan, warna kuning disebabkan oleh ion
Fe(C2O4)33-.
b. Pengaruh tekanan
Semakin besar tekanan, semakin kecil volume. Maka, reaksi
bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil. Sebaliknya jika
semakin kecil tekanan, semakin besar volume. Maka, reaksi bergeser
ke arah jumlah molekul yang lebih banyak.

21

Contoh: 2PbS(s) + 3O2(g) 2PbO(s) + 2SO2(g)


Yang diperhatikan molekul gas saja. Pada persamaan yang setara, ada
3 mol reaktan gas dan 2 mol produk gas. Jadi, reaksi akan bergeser ke
arah produk (ke kanan).
c. Pengaruh suhu
Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah
posisi kesetimbangan, tetapi tidak mengubah nilai konstanta
kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah
konstanta kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi
endotermik (menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor).
Jadi peningkatan suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan
suhu menghasilkan reaksi eksotermik.
Contoh: N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Jika suhu dinaikkan reaksi bergeser ke kiri (N2 dan H2)
Perubahan

konsentrasi,

tekanan

atau

volume

akan

menyebabkan pergeseran reaksi tetapi tidak akan merubah nilai


tetapan kesetimbangan. Hanya perubahan temperatur yang dapat
menyebabkan perubahan tetapan kesetimbangan.
Reaksi Pembentukan NO2

dari N2O4

adalah proses

endotermik, seperti terlihat pada persamaan reaksi berikut :


N2O4(g) 2NO2(g)

 58,0 

Dan reaksi baliknya adalah proses eksotermik:


2NO2(g) N2O4(g)

 58,0 

Jika temperatur dinaikkan, maka pada proses endotermik akan


menyerap panas dari lingkungan sehingga membentuk molekul NO2
dari N2O4.
Kesimpulanya,

peningkatan suhu menghasilkan reaksi

endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik.

22

(a)

(b)

Gambar 2.2 (a) Dua bola mengandung gas NO2 dan N2O4 pada
kesetimbangan. (b) Bila suatu bola direndam dalam air es (kiri),
warnanya akan lebih muda, yang menunjukkan pembentukan gas
N2O4 yang tak berwarna. Bila bola lainnya direndam dalam air panas
(kanan), warnanya akan menjadi lebih tua yang menunjukkan
peningkatan NO2.
d. pengaruh katalis
Katalis

meningkatkan

laju

terjadinya

reaksi.

Katalis

mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi,
keberadaan katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan
tidak mengeser posisi sistem kesetimbangan.
Panambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak berada
pada kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi maju dan reaksi
balik sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat.
Campuran kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis,
tetapi kita mungkin harus menunggu lama agar kesetimbangan terjadi.
Pengaruh katalis terhadap kesetimbangan kimia ditunjukkan pada
gambar 1.1

23

Tan

Deng

Gambar 2.3 Katalis menurunkan Ea untuk reaksi maju dan reaksi


balik.
Katalis mempengaruhi laju reaksi ke kanan maupun ke kiri
dan pengaruhnya sama. Keadaan setimbang tidak berubah (tidak
dipengaruhi

katalis)

tetapi

hanya

mempercepat

tercapainya

kesetimbangan.

E. Rumusan Hipotesis Tindakan


Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti di bawah dan thesa
yang berarti kebenaran. Hipotesis yang di maksud adalah suatu kesimpulan
yang masih kurang atau kesimpulan yang belum sempurna. Pengertian ini
kemudian di perluas menjadi kesimpulan penelitian yang belum sempurna,
sehingga perlu di sempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu
melalui penelitian.21 Sehubungan dengan pengertian hipotesis tersebut, maka
hipotesis yang penulis ajukan adalah penerapan pembelajaran kimia
mengunakan metode praktikum dapat meningkatkan keterampilan berfikir
tingkat tinggi peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI
TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012.

21

Muchamad Fauzi, Metode Penelitian Kuantitatif, (Semarang: IAIN Walisongo Press,


2009), hlm. 127.

24

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan salah satu bentuk penelitian yang
dilakukan di kelas. PTK umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan
peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian
individu di kelas, sekolah atau tempat ia mengajar dengan tujuan
penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. PTK sesuai namanya
bersifat terbatas dalam arti keluasan objek dan sasaran yang menjadi pusat
perhatian penelitiannya.1
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang
nyata yang terjadi di dalam kelas. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan
kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya. Pada intinya PTK
bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam
peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam
interaksi antara guru dengan peserta didik yang sedang belajar.2
Untuk mempermudah penerapan prinsip-prinsip tindakan, sebelum
mulai melaksankan tindakan guru perlu menyusun rencana tindakan. Dalam
penyusunan rencana, sebaiknya menggunakan prinsip perencanaan SMART
yang artinya cerdas. Istilah tersebut adalah singkatan dari huruf depan katakata SMART, yang rinciannya adalah sebagai berikut:
1. S, kata depan dari specific, artinya khusus.
2. M, kata depan dari managable, artinya dapat dilaksanakan, tidak rumit.

Jasa Ungguh Muliawan, Penelitian Tindakan Kelas (Claaroom Action Researth),


(Yogyakarta: Gava Media, 2010), hlm. 1.
2

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008),

hlm. 60.

25

3. A, kata depan dari acceptable, artinya dapat diterima oleh pihak pelaku
tindakan atau achievable, artinya dapat dicapai.
4. R, kata depan dari realistic, artinya dalam kegiatan nyata, terdukung
sumber daya yang ada.
5. T, kata depan dari time-bound, artinya dilaksanakan dalam batas waktu
tertentu.3
PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam
siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu:
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Permasalahan
.

Perencanaan
tindakan I

Pelaksanaan
tindakan I

Refleksi I

Pengamatan
data I

Perencanaan
tindakan II

Pelaksanaan
tindakan II

Refleksi II

Pengamatan
data II

Siklus I

Permasalahan
baru hasil
refleksi
siklus II

Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan

Dilanjutkan
ke siklus
berikutnya
Gambar 3.1 Siklus PTK4

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2010) hlm. 11

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian, hlm. 74

26

Siklus-siklus tersebut dijelaskan sebagai berikut:5


1. Siklus I
a. Perencanaan.
Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika
akan melalui tindakan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah
dibuat.
c. Pengamatan
Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan
tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan
dalam pelaksanaan.
d. Refleksi
Refleksi atau peristiwa perenungan adalah langkah menggigat
kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru
maupun peserta didik.
2. Siklus II
Serupa dengan siklus I, siklus II terdiri dari tahap perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan setiap tahap pada siklus II
sama dengan pelaksanaan setiap siklus I

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di
kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang.
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan januari tahun 2012
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.1.

Suharsimi Arikunto, Penelitian, hlm. 17-19

27

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Tanggal/
Bulan
28-30
Nopember
2011

Alokasi
Waktu
3 hari

Pra Siklus

3
Desember
2011

2 x 45
menit

3.

Siklus I
(pertemuan I)

7 Januari
2012

2 x 45
menit

4.

Siklus I
(pertemuan II)

14 Januari
2012

2 x 45
menit

5.

Siklus II
(pertemuan I)

21 Januari
2012

2 x 45
menit

No

Tahapan

1.

Observasi
Awal

2.

Kegiatan
a. Wawancara
dengan
guru kimia kelas XI
b. Persiapan
dan
pencarian data yang
mendukung rencana
pelaksanaan penelitian
a. Perkenalan
peneliti
dengan peserta didik
b. Mengamati
guru
dalam mengajar kimia
c. Mengamati keaktifan
peserta didik
a. Penjelasan
peneliti
tentang materi yang
akan
disampaikan
dengan menggunakan
metode praktikum
b. Pelaksanaan
pembelajaran dengan
metode
praktikum
pada
materi
kesetimbangan kimia.
c. Pemberian pekerjaan
rumah
a. Pembahasan PR
b. Persiapan tes evaluasi
c. Pelaksanaan
tes
evaluasi
siklus
I
dengan sub materi
pokok kesetimbangan
kimia.
a. Penjelasan
peneliti
tentang materi yang
akan
disampaikan
dengan menggunakan
metode praktikum.
b. Pelaksanaan
pembelajaran dengan
menggunakan metode
praktikum pada sub
materi Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi

28

6.

Siklus II
(pertemuan II)

28 Januari
2012

2 x 45
menit

Kesetimbangan kimia.
c. Pemberian pekerjaan
rumah
a. Pembahasan PR
b. Persiapan tes evaluasi
c. Pelaksanaan
tes
evaluasi siklus II
dengan sub materi
pokok Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Kesetimbangan kimia.

C. Pelaksana dan Kolaborator


1. Pelaksana dan Kolaborator
Dalam penelitian PTK ini yang menjadi pelaksana adalah peneliti
sendiri. Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi atau kerjasama
antara praktisi (guru, kepala sekolah, peserta didik, dan lain-lain) dan
peneliti

dalam

pemahaman,

kesepakatan

tentang

permasalahan,

pengambilan keputusan, dan akhirnya melahirkan kerjasama tindakan


(action). Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerjasama
(kolaborasi) antara guru dengan peneliti menjadi hal sangat penting.
Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masingmasing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan
dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama
(kolaborasi) sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan
mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian,
menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.6
Tujuan dari kolaborator adalah untuk membantu kita dalam mengamati
pelaksanaan tindakan kelas dan memberikan penilaian dari instrumen yang
kita buat sebagai alat ukur penelitian. Selain itu kolaborator dapat
memberikan umpan balik ( feedback ) pada saat evaluasi refleksi yang
tujuannya perbaikan tindakan yang kita lakukan. Kolaborasi dalam

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian, hlm. 63.

29

penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kimia SMK Diponegoro


Banyuputih Batang.

D. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, siklus I berupa implementasi
serangkaian kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan untuk
mengatasi masalah. Siklus 2, 3 dan seterusnya
serangkaian kegiatan pembelajaran

berupa implementasi

yang telah direvisi untuk mengatasi

masalah pada siklus pertama yang belum tuntas. Masing-masing siklus terdiri
dari 4 tahapan yaitu terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini peneliti melihat kreatifitas berfikir tingkat
tinggi kimia pada materi pokok laju reaksi yang diampu oleh Ibu Arini
Ainul Hanifah, S.Pd. peneliti mengamati metode pembelajaran yang
digunakan, apakah terjadi komunikasi antara guru dan peserta didik atau
tidak?, perilaku peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Peneliti akan melakukan wawancara kepada Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd
selaku guru kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro tentang keaktifan
peserta didik dan bahasa yang digunakan ketika menanyakan pelajaran
atau diskusi. Dengan itu peneliti dapat menafsirkan kreatifitas berfikir
tingkat tinggi peserta didik.
Hal

ini

dilakukan

sebagai

dasar

untuk

membandingkan

keberhasilan pembelajaran kimia dengan metode praktikum pada siklus I


dan siklus II.

30

2. Siklus I
a. Perencanaan
1) Guru

menyusun

dan

menyiapkan

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) tentang sub materi pokok macam-macam


kesetimbangan kimia dengan metode praktikum.
2) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.
3) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
4) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
1) Guru mengadakan presensi kepada peserta didik.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru menggali pengetahuan awal peserta didik pada sub materi
reaksi kesetimbangan.
4) Guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan percobaan sub
materi pokok macam-macam kesetimbangan

dengan langkah-

langkah sebagai berikut:


a) Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok (tiap kelompok
anggotanya 5 peserta didik).
b) Masing-masing peserta didik mendapatkan petunjuk praktikum.
c) Masing-masing kelompok melakukan praktikum.
d) Setelah semua kelompok melakukan praktikum, kemudian
semua kelompok berdiskusi dan mengumpulkan laporan
sementara kemudian guru menyimpulkan kembali materi
perkembangan reaksi kesetimbangan sehingga peserta didik
menjadi paham.
e) Secara individual peserta didik diberi PR
c. Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan
dengan beberapa aspek yang diamati adalah sebagai berikut:

31

1. Pengamatan terhadap peserta didik


a) Antusias peserta didik dalam pembelajaran praktikum.
b) Keaktifan peserta didik dalam percobaan.
c) Ketelitian peserta didik dalam menentukan hasil.
d) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan percobaan.
e) Hubungan kerjasama antar peserta didik dalam kelompok.
f) Sikap peserta didik dalam memperhatikan langkah-langkah
percobaan.
g) Keterampilan peserta didik dalam membuat laporan.
2. Pengamatan terhadap guru
a) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum.
b) Suara guru saat menyampaikan materi.
c) Pemerataan perhatian guru kepada setiap kelompok.
d) Ketepatan guru mengelola waktu pembelajaran.
e) Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan peserta didik.
f) Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan percobaan.
g) Keruntutan melaksanakan prosedur praktikum.
h) Cara guru memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta
didik.
i) Kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi yang timbal
balik.
j) Kemampuan guru dalam meluruskan prosedur praktikum saat peserta
didik melakukan praktikum.

k) Membantu peserta didik yang kesulitan melakukan praktikum.


l) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri.
m) Kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik
dalam mengamati reaksi yang terjadi.

n) Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik.


o) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang
aktif.

32

p) Membantu peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum


melalui diskusi kelompok.

q) Ketelitian guru dalam mengoreksi laporan.


r) Keterampilan guru dalam mengelola kelas.
s) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan materi.
d. Refleksi
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja dan
aktivitas peserta didik. Analisis dilakukan untuk mengukur baik
kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I kemudian
mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi untuk perbaikan pada
pelaksanaan siklus II.
3. Siklus II
a.

Perencanaan
1) Mengidentifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan
permasalahan yang muncul dari siklus I.
2) Guru

menyusun

Pembelajaran

dan

(RPP)

menyiapkan
tentang

sub

Rencana Pelaksanaan
materi

pergeseran

kesetimbangan kimia dengan metode praktikum.


3) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.
4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b.

Tindakan
1) Guru mengadakan presensi kepada peserta didik.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru menggali pengetahuan awal peserta didik pada sub materi
pokok pergeseran kesetimbangan.

33

4) Guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan percobaan sub


materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok (tiap kelompok
anggotanya 5 peserta didik).
b) Masing-

masing

peserta

didik

mendapatkan

petunjuk

praktikum.
c) Masing-masing kelompok melakukan praktikum.
d) Setelah semua kelompok melakukan praktikum, kemudian
semua kelompok berdiskusi dan mengumpulkan laporan
sementara kemudian guru menyimpulkan kembali materi
perkembangan reaksi kesetimbangan sehingga peserta didik
menjadi paham.
e) Secara individual peserta didik diberi PR.
c.

Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan
dengan beberapa aspek yang diamati adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan terhadap peserta didik
a) Antusias peserta didik dalam pembelajaran praktikum.
b) Keaktifan peserta didik dalam percobaan.
c) Ketelitian peserta didik dalam menentukan hasil.
d) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan percobaan.
e) Hubungan kerjasama antar peserta didik dalam kelompok.
f) Sikap peserta didik dalam memperhatikan langkah-langkah
percobaan.
g) Keterampilan peserta didik dalam membuat laporan.
2. Pengamatan terhadap guru
a) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum.
b) Suara guru saat menyampaikan materi.
c) Pemerataan perhatian guru kepada setiap kelompok.
d) Ketepatan guru mengelola waktu pembelajaran.

34

e) Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan peserta didik.


f) Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan percobaan.
g) Keruntutan melaksanakan prosedur praktikum.
h) Cara guru memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta
didik.
i) Kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi yang timbal
balik.
j) Kemampuan guru dalam meluruskan prosedur praktikum saat
peserta didik melakukan praktikum.

k) Membantu peserta didik yang kesulitan melakukan praktikum.


l) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri.
m) Kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik
dalam mengamati reaksi yang terjadi.

n) Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik.


o) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang
aktif.
p) Membantu peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum
melalui diskusi kelompok.

q) Ketelitian guru dalam mengoreksi laporan.


r) Keterampilan guru dalam mengelola kelas.
s) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan materi.
d.

Refleksi
Hasil pengamatan pada siklus II dikumpulkan untuk dianalisis
dan dievaluasi oleh peneliti dan

kolaborator. Diharapkan setelah

berakhir siklus II dengan metode


kesetimbangan kimia

maka

praktikum pada materi

ketrampilan berfikir tingkat tinggi

peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ


1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang meningkat.

35

E. Teknik Pengumpulan Data


Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI TKJ 1
SMK Diponegoro Banyuputih

Batang tahun ajaran 2011/2012. Dalam

mengumpulkan data mengenai ketrampilan berfikir tingkat tinggi

peserta

didik pada praktikum kimia, peneliti menggunakan tehnik observasi,


dokumentasi dan tes.
a. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan.7 Metode observasi akan lebih efektif jika informasi yang
hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil
kerja responden dalam situasi alami.8
Metode ini digunakan untuk mengambil data pada saat subyek melakukan
praktikum yaitu untuk mengamati ketrampilan berfikir tingkat tinggi
peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi akan
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya.9 Dalam penelitian ini metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan peserta didik
kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang yaitu nama peserta
didik yang termasuk dalam sampel.

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafinda Persada, 1996),

hlm. 76.
8

Sukardi, Metodolagi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT


Bumi Aksara, 2008), hlm. 78.
9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: PT Rineka


Cipta, 2006), hlm. 67

36

c. Tes
Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian.
Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapat jawaban-jawaban yang dijadikan
penetapan skor angka.10 Instrumen tes digunakan untuk mengukur
kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Untuk mengukur
kemampuan dasar antara lain: tes untuk mengukur intelegensi (IQ), tes
minat, tes bakat khusus dan lainnya. Khusus tes prestasi belajar yang biasa
digunakan di sekolah dapat dibedakan menjadi 2 meliputi: tes buatan guru
dan tes terstandar.11 Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis tes
essay, karena dalam analisis data yang dilihat adalah taraf ketrampilan
berfikir peserta didik. Tes essay, yang dalam literaturnya disebut juga
essay examination, merupakan alat penilaian hasil belajar. Secara umum
tes essay ini adalah pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawabnya
dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan
memberi alasan dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan peserta
didik dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.12

F. Teknik Analisa Data


Data hasil pengamatan penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk
menggambarkan keadaan peningkatan indikator keberhasilan tiap siklus dan
untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran melalui metode praktikum.
Data penelitian yang terkumpul, setelah ditabulasi kemudian dianalisis untuk

10

Hamzah B Uno, dkk, Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011),hlm.104
11

Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 223.

12

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya,2009), hlm.35

37

mencapai tujuan-tujuan penelitian. Adapun langkah-langkahnya adalah


sebagai berikut:
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif diolah dengan menggunakan deskriptif persentase.
Nilai yang diperoleh peserta didik dirata-rata untuk ditemukan
keberhasilan individu dan keberhasilan klasikal sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan.
a. Menghitung Rata-rata
Untuk menghitung nilai rata-rata digunakan rumus:13
_

x =

Keterangan:

= rata-rata nilai.

= jumlah seluruh nilai.

= jumlah peserta didik

b. Ketuntasan Belajar klasikal


Ketuntasan belajar secara klasikal tercapai jika 85% dari
seluruh peserta didik dalam kelas tersebut telah mencapai nilai 65.
Untuk menghitung kriteria ketuntasan belajar secara klasikal
digunakan rumus:



 100%


Keterangan:
P = Presentase ketuntasan belajar
S = Jumlah peserta didik yang mencapai tuntas belajar
N = Jumlah total peserta didik
Ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas 65
dengan ketuntasan klasikal minimal 85%14

13

Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: PT. Transito, 2002), hlm.67

38

2. Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang berupa informasi berbentuk
kalimat. Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran dengan metode praktikum. Keberhasilan dalam
pembelajaran ditandai dengan semakin meningkatnya kreatif berfikir
tingkat tinggi dan pemahaman konsep peserta didik yang diperoleh
melalui hasil belajar.
Perhitungan persentase pengelolaan pembelajaran oleh guru:

Persentase (%)=

Jumlah Skor
x100%
Skormaksimum

G. Indikator Pencapaian
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
apabila terjadi peningkatan kreatif berfikir tingkat tinggi peserta didik serta
hasil belajar kimia dalam materi kesetimbangan kimia di atas Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) peserta didik kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro
Banyuputih

Batang. Pembelajaran kimia dengan penerapkan metode

praktikum dikatakan meningkatkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi peserta


didik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Proses
Indikator proses dalam penelitian ini adalah pembentukan
kompetensi dapat dikatakan berhasil dan berkualitas apabila 85% peserta
didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran.15
14

E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, (Bandumg: PT. Remaja Rosdakarya,


2009), hlm. 208.
15

E. Mulyasa, KTSP Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008),

hlm. 256.

39

2. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep peserta didik diperoleh dari hasil pekerjaan
peserta didik pada hasil tes evaluasi pada tiap akhir siklus. Dalam
penelitian ini yang dapat dijadikan tolak ukur ketuntasan belajar suatu
kelas adalah apabila nilai rata-rata kelas 65 dengan ketuntasan klasikal
minimal 85%16

16

Masynur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,


(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 36.

40

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
1. Pra Siklus
Tahap pra

siklus dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2011,

peneliti mengamati proses pembelajaran kimia pada materi pokok laju


reaksi yang diampu oleh Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd. Berdasarkan
pengamatan, kegiatan pembelajarannya

masih menggunakan metode

ceramah, sehingga komunikasi antar guru dengan peserta didik hanya satu
arah. Peserta didik yang duduk di belakang juga terlihat ada yang main hp
dan ada yang mengobrol dengan temannya. Informasi keaktifan peserta
didik juga didapatkan dari wawancara peneliti dengan Ibu Arini Ainul
Hanifah, S.Pd selaku guru kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro
Banyuputih Batang. Beliau menyatakan bahwa peserta didik kurang aktif
dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga daya pikir peserta didik
kurang berkembang.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Proses perencanaan dalam siklus I merupakan persiapan yang
dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Perencanaan
tersebut meliputi:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
disusun bersama guru kelas yang memuat standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran dengan metode praktikum, dan materi pembelajaran
yaitu kesetimbangan kimia.
2) Melakukan kolabolator dengan guru kelas.
3) Membuat daftar kelompok praktikum peserta didik.
4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).

41

5) Mempersiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktikum.


6) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Tindakan pada siklus I berupa pelaksanaan dari rencana yang
telah disusun dan disiapkan yaitu peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan metode praktikum. Deskripsi pelaksanaan
tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan I
Siklus I pada pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 7 Januari 2012, dengan alokasi waktu 2x45 menit.
a) Pendahuluan
Dimulai dengan ucapan salam dari guru yang
dilanjutkan dengan jawaban salam secara serempak oleh
peserta didik. Kemudian guru mengadakan presensi kepada
peserta didik. Peserta didik ada yang absen dalam pertemuan
ini yaitu Novia Trisna Sari dikarenakan sedang sakit.
Dilanjutkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu
mempelajari kesetimbangan kimia dengan menggunakan
metode praktikum. Peserta didik mendengarkan guru dengan
sungguh-sungguh, tetapi ada lima peserta didik yang duduk di
bangku belakang terlihat asyik berbicara sendiri dengan
temannya,

sehingga

tidak

mendengarkan

apa

yang

disampaikan oleh guru.


b) Kegiatan Inti
Guru menjelaskan secara garis besar konsep reaksi
dalam kehidupan sehari-hari. Semua peserta didik terlihat
tenang mendengarkan penjelasan dari guru. Kemudian guru
membagikan lembar kerja praktikum kepada seluruh peserta
didik dan membagi peserta didik menjadi 6 kelompok
berdasarkan absen. Setelah guru selesai membacakan daftar

42

kelompok, peserta didik segera membentuk kelompok dan


mengambil alat praktikum yang sudah disediakan.
Dalam

pembelajaran

praktikum

peserta

didik

melakukan pekerjaan dalam masing-masing kelompok. Pada


setiap kelompok terjadi sebuah percakapan diantaranya sebagai
berikut:
Pada praktikum reaksi reversibel Agus Muntaha dari
kelompok 1 bertanya kepada temannya mengapa ketika larutan
PbSO4 di campurkan dengan NaI menjadi warna kuning? Lalu
Amelia sari menjawab karena Pb bereaksi dengan I yang akan
menghasilkan PbI dengan warna kuning. Kelompok ini
memahami prosedur yang harus di lakukan ketika praktikum.
Pada kelompok 2 peserta didik yang bernama Dwi
Rahmawati bertanya kepada guru, kenapa ketika endapan PbI
terbentuk harus di cuci dengan aquades? Lalu guru menjawab
agar endapan PbI yang terjadi bersih dari pengotornya.
Sehingga pada waktu penambahan larutan yang lain tidak
merusak

reaksi

yang

akan

terjadi.

Teman-teman

sekelompoknya juga mendengarkan dengan seksama.


Pada kelompok 3 peserta didik yang bernama Kursiana
ternyata telah menemukan konsep praktikum yang akan
dilakukan di kelas, jadi pada kelompok ini mereka mencoba
untuk menyamakan hasil yang mereka lakukan dengan materi
yang mereka peroleh dari internet. Ketika mereka melakukan
percobaan masih ada kebingungan kenapa waktu PbSO4
ditambah dengan NaI menjadi kuning dan ketika ditambah
dengan Na2SO4 menjadi putih lagi? Pada kelompok 3 ini
mereka mencoba menganalisis reaksi yang terjadi, menurut
Imam Muzani hal itu bisa terjadi karena ini termasuk reaksi
reversibel sebagaimana kita ketahui bahwa reaksi reversibel
merupakan reaksi yang dapat balik. Ketika PbSO4 yang

43

warnanya putih ditambah dengan NaI berubah menjadi kuning


dan ketika ditambah dengan Na2SO4 menjadi putih lagi.
Pada kelompok 4 paserta didik masih bingung dengan
prosedur praktikum, bagaimana perlakuan yang harus mereka
lakukan dengan bahan yang ada. Lalu guru menyampaikan
ulang prosedur praktikum yang harus dilakukan lalu perhatikan
warna endapan yang terjadi. Hal ini terjadi karena pada
kelompok 4 tidak memperhatikan penjelasan dari guru.
Pada kelompok 5

peserta didik telah melakukan

percobaan sebagaimana dalam petunjuk praktikum. Akan


tetapi dalam kelompok ini juga ada masalah yang mereka
belum menemukan titik terangnya, paserta didik yang bernama
Nur Ulfi Alfiani mendiskusikan dengan teman-temannya
sebenarnya endapan yang berwana kuning itu berasal dari apa?
Dan endapan berikutnya dapat menjadi warna putih lagi.
Mushofa teman sekelompok memberikan alasan mengapa
dapat mendapatkan endapan warna kuning karena Pb2+
bereaksi dengan I-. Lalu Muhammad Rozikin mengemukakan
argumennya ketika endapan berubah menjadi putih lagi,
dikarenakan Pb2+ bereaksi dengan SO42- lalu munghasilkan
endapan PbSO4, seperti awal sebelum perlakuan.
Pada kelompok 6 peserta didik melakukan praktikum
sebagaimana dalam petunjuk praktikum. Dalam kelompok ini
tidak ada peserta didik yang mendiskusikan hasil dari
percobaan.
Selain terjadi percakapan dalam kelompok peserta
didik terlihat aktif dalam pembelajaran, mereka melakukan
percobaan dalam setiap kelompok akan tetapi belum
mengetahui secara pasti yang mereka lakukan itu untuk apa?.
Di sini guru bertindak sebagai fasilitator sehingga peserta didik
memahami secara pasti percobaan apa yang mereka lakukan.

44

Dalam prosesnya masih banyak peserta didik hanya melakukan


percobaan saja, mereka merasa senang akan perubahan warna
yang terjadi. Tetapi tidak mengetahui alasan terjadinya
perubahan warna.
Setelah masing-masing kelompok selesai melakukan
praktikum, mereka memulai menyusun laporan praktikum
dengan berdiskusi kelompok. Pada proses diskusi ini masingmasing kelompok bekerjasama dengan temannya untuk
membuat kesimpulan dari praktikum. Perbedaan pendapat
yang banyak terjadi pada setiap kelompok mengawali peserta
didik untuk berfikir lebih dalam lagi tentang hasil praktikum.
Dalam sela-sela diskusi, guru mengigatkan agar mengaitkan
hasil praktikum dengan materi yang berkaitan. Sehinga peserta
didik mengkaji materi yang telah mereka peroleh. Setelah
semuanya selesai masing-masing kelompok mengumpulkan
laporan praktikum.
c) Penutup
Guru memberikan PR kepada peserta didik berupa 5
soal essay, dan harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Kemudian Guru mengumumkan akan diadakannya evaluasi
pada

pertemuan

berikutnya

berkaitan

dengan

materi

kesetimbangan kimia. Lalu guru mengakhiri pertemuan dengan


berpesan kepada peserta didik agar belajar di rumah untuk
mempersiapkan

materi

evaluasi.

Selanjutnya

guru

mengucapkan salam.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Januari
2012, dengan alokasi waktu 2x45 menit.
a) Pendahuluan
Guru mengawali pertemuan dengan salam pembuka dan
dijawab serempak oleh peserta didik. Dilanjutkan dengan

45

pembahasan PR oleh peserta didik dengan guru sebagai


fasilitator. Semua peserta didik mengeluarkan PR yang telah
mereka kerjakan dan ditukar dengan teman sampingnya untuk
selanjutnya
memberikan

dikoreksi

bersama-sama.

pengarahan

sebelum

Kemudian
evaluasi

guru

siklus

dilaksanakan. Peserta didik tenang mendengarkan pengarahan


dari guru, akan tetapi masih terlihat ada yang gaduh karena
minta segera diadakan evaluasi.
b) Kegiatan Inti
Peserta didik melakukan persiapan evaluasi dengan
berdoa. Lalu guru memberikan instruksi agar semua buku
dimasukkan ke dalam tas. Kemudian guru membagikan lembar
evaluasi kepada peserta didik berupa 10 soal uraian.
Dilanjutkan peserta didik mengerjakan soal evaluasi dengan
tenang dan sungguh-sungguh. Guru berkeliling mengawasi
peserta didik mengerjakan soal. Ketika sampai di bangku
belakang, guru mengetahui Ahmad Rozikin dan teman
sekelilingnya membawa contekan. Akhirnya guru mengambil
contekan dan menegurnya.
c) Penutup
Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal,
peserta didik mengumpulkan lembar jawab. Guru memberikan
arahan agar besok belajar untuk pertemuan berikutnya tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia. Dan
guru mengakhiri pertemuan dengan salam penutup.
Adapun hasil nilai evaluasi siklus I dapat dilihat pada
lampiran 14. Berdasarkan nilai evaluasi siklus I dari jumlah peserta
didik sebanyak 30, diperoleh peserta didik yang memenuhi kriteria
tuntas yaitu yang memperoleh nilai 65 sebanyak 23 peserta didik,
sedangkan yang tidak tuntas yaitu yang memperoleh nilai <65

46

sebanyak 7 peserta didik. Dan nilai rata-rata kelas sebesar 70,4


serta ketuntasan klasikal sebesar 76,67%.
c. Observasi (pengamatan)
Selama

proses

tindakan

berlangsung,

dilakukan

juga

pengamatan atau observasi terhadap proses tindakan yang telah


dilaksanakan. kolabolator mengamati jalannya proses pembelajaran
dengan berpedoman pada format lembar observasi yang telah
disiapkan. Hasil observasi peneliti pada siklus I adalah sebagai berikut:
Hasil pengamatan kepada guru
Adapun hasil pengamatan oleh kolabolator terhadap kinerja guru
pada saat pembelajaran praktikum diantaranya: penjelasan guru
tentang prosedur praktikum dikegiatan pendahuluan kurang jelas dan
penyampaiannya terlalu cepat sehingga kurang dimengerti oleh
peserta didik. Suara guru saat menyampaikan materi kurang keras
sehingga peserta didik meminta untuk diulang beberapa kali dan
peserta didik yang berada di bangku belakang ada yang kurang
memperhatikan. Perhatian guru pada setiap kelompok ketika peserta
didik melakukan praktikum juga kurang merata sehingga ada peserta
didik yang merasa diacuhkan. Ketepatan guru dalam mengelola waktu
pembelajaran menggunakan praktikum ini masih kurang. Kemampuan
guru dalam menjawab pertanyaan dari peserta didik baik. Guru
memperhatikan dengan cukup serius saat peserta didik melakukan
percobaan.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah cukup sesuai
dengan prosedur di lembar kerja praktikum. Demikian juga guru dapat
memberikan arahan kepada peserta didik, menciptakan komunikasi
yang timbal balik disaat pembelajaran berlangsung dan guru
memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika peserta didik
melaksanakan praktikum sehingga dapat meluruskan prosedur
praktikum ketika peserta didik menyimpang.

47

Guru membantu peserta didik yang kesulitan dalam melakukan


praktikum sehingga peserta didik menjadi mengerti dan guru kurang
dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik. Demikian
halnya kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta
didik dalam mengamati reaksi yang terjadi. Guru cermat dalam
mengamati

keaktifan

peserta

didik.

Guru

belum

seluruhnya

mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif saat pembelajaran.


Guru membantu peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum
melalui diskusi kelompok.
Guru teliti dalam mengoreksi laporan yang dikerjakan oleh
peserta

didik,

sehingga

ketika

peserta

didik

salah

dalam

menyimpulkan laporan guru langsung memberikan kesempatan


kepada kelompok lain untuk membetulkannya. Guru sangat terampil
dalam mengelola kelas. Akan tetapi guru belum menyimpulkan materi
dikegiatan akhir karena waktunya tidak mencukupi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus I berupa observasi peneliti terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I yaitu tentang kelebihan
dan kekurangannya. Dengan memperhatikan hal-hal yang perlu
diambil dan dilaksanakan untuk perbaikan pada siklus berikutnya yaitu
siklus II.
Pada

siklus

ini

pelaksanaan

pembelajaran

materi

kesetimbangan kimia dengan menggunakan metode praktikum masih


belum berjalan sesuai rencana tindakan. Hal ini disebabkan peserta
didik

belum

memahami

mekanisme

pembelajaran

dengan

menggunakan metode praktikum dengan benar. Untuk itu perlu adanya


perbaikan ulang mengenai perencanaan yang nantinya akan digunakan
dalam pembelajaran pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus I adalah:
1) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum kurang jelas
2) Suara guru kurang keras.

48

3) Perhatian guru kepada kelompok peserta didik dalam pembelajaran


kurang merata.
4) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam pembelajaran
praktikum kurang tepat.
5) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri
kurang maksimal.
6) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan praktikum belum
maksimal.
7) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif
perlu ditingkatkan.
8) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan
materi kurang tepat.
9) Hasil keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik belum
memenuhi standar.
10) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator yang
ditentukan.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Proses perencanaan dalam siklus II merupakan persiapan yang
dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Perencanaan
tersebut meliputi:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
disusun bersama guru kelas yang memuat standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran dengan metode praktikum, dan materi pembelajaran
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia.
2) Melakukan kolaborator dengan guru kelas.
3) Membuat daftar kelompok praktikum peserta didik.
4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
5) Mempersiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktikum.

49

6) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.


b. Tindakan
Tindakan pada siklus II berupa pelaksanaan dari rencana yang
telah disusun dan disiapkan yaitu guru melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan metode praktikum. Deskripsi pelaksanaan
tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan I
Siklus II pada pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 21 januari 2012, dengan alokasi waktu 2x45 menit.
a) Pendahuluan
Dimulai dengan ucapan salam dari guru yang
dilanjutkan dengan jawaban salam secara serempak oleh
peserta didik. Kemudian guru mengadakan presensi kepada
peserta didik. Semua peserta didik tidak ada yang absen dalam
pertemuan ini. Dilanjutkan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran

yaitu

mempelajari

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kesetimbangan kimia dengan menggunakan


metode praktikum. Peserta didik mendengarkan guru dengan
sungguh-sungguh, tetapi ada peserta didik yang duduk di
bangku belakang terlihat asyik berbicara sendiri dengan
temannya,

sehingga

tidak

mendengarkan

apa

yang

disampaikan oleh guru.


b) Kegiatan Inti
Guru menjelaskan secara garis besar konsep pergeseran
reaksi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bidang industri.
Semua peserta didik terlihat tenang mendengarkan penjelasan
dari guru. Kemudian guru membagikan lembar kerja
praktikum kepada seluruh peserta didik dan membagi peserta
didik menjadi 6 kelompok berdasarkan absen. Setelah guru
selesai membacakan daftar kelompok, peserta didik segera

50

membentuk kelompok dan mengambil alat praktikum yang


sudah disediakan.
Masing-masing

kelompok

melakukan

praktikum

sebagaimana dalam lembar kerja praktikum. Pada siklus ini


peserta didik terlihat pandai dalam melakukan praktikum,
seperti caranya mengambil larutan, cara mencampurkan dan
melakukan pengamatan sangat baik. Pelaksanaan siklus II juga
banyak peserta didik yang tanya seperti pada siklus I, terlihat
pada kelompok 2 peserta didik dengan nama Andi setiawan
menayakan kenapa saat penambahan FeCl3 dan KSCN
semuanya bertambah merah, lalu Dwi Rahmawati dari
kelompok

menjelaskan

kepada

temannya

karena

penambahan konsentrasi akan mengakibatkan reaksi bergeser


ke kanan, maka dari itu setiap penambahan sedikit larutan
maka warnanya akan semakan merah.
Dari kelompok 6 peserta didik yang bernama Rovilatul
Hasanah menanyakan kenapa pada saat campuran HNO3 dan
Lempeng Cu dimasukkan kedalam air es larutan menjadi
tambah biru, hal itu dikarenakan mengalami reaksi eksoterm
(mengeluarkan panas) jadi reaksi akan bergeser ke kanan dan
warnanya akan menjadi lebih biru.
Pada praktikum ini peserta didik lebih sering
mendiskusikan apa yang belum paham dengan kelompoknya,
hanya beberapa saja yang ditanyakan ke guru. Setelah masingmasing kelompok selesai melakukan praktikum, mereka
memulai menyusun laporan praktikum dengan berdiskusi
kelompok. Pada proses diskusi ini masing-masing kelompok
bekerjasama dengan temannya untuk membuat kesimpulan
dari praktikum. Setelah semuanya selesai masing-masing
kelompok mengumpulkan laporan praktikum.

51

c) Penutup
Guru memberikan PR kepada peserta didik berupa 5 soal
essay, dan harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Kemudian Guru mengumumkan akan diadakannya evaluasi
pada pertemuan berikutnya berkaitan dengan materi faktorfaktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia. Lalu Guru
mengakhiri pertemuan dengan berpesan kepada peserta didik
agar belajar di rumah untuk mempersiapkan materi evaluasi.
Selanjutnya guru mengucapkan salam.
2). Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari sabtu, 28 Januari 2012
dengan alokasi waktu 2x45 menit.
a) Pendahuluan
Guru mengawali pertemuan dengan salam pembuka dan
dijawab serempak oleh peserta didik. Dilanjutkan dengan
pembahasan PR oleh peserta didik dibimbing guru. Semua
peserta didik megeluarkan PR yang telah mereka kerjakan dan
ditukar dengan teman sampingnya untuk selanjutnya dikoreksi
bersama-sama. Kemudian guru memberikan pengarahan
sebelum evaluasi siklus II dilaksanakan. Dan peserta didik
tenang mendengarkan pengarahan dari guru.
b) Kegiatan Inti
Peserta didik melakukan persiapan evaluasi dengan
berdoa. Guru memberikan instruksi agar semua buku
dimasukkan ke dalam tas. Guru membagikan lembar evaluasi
kepada peserta didik berupa 10 soal essay. Kemudian peserta
didik mengerjakan soal evaluasi dengan tenang dan sungguhsungguh.

Guru

berkeliling

mengawasi

peserta

didik

mengerjakan soal evaluasi. Semua peserta didik tenang dan


sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal evaluasi. Tidak ada
satupun peserta didik yang mencontek.

52

c) Penutup
Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal, peserta
didik mengumpulkan lembar jawab. Dan guru mengakhiri
pertemuan dengan salam penutup.
Adapun hasil nilai tes evaluasi siklus II pada materi faktorfaktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia ini, dari 30 peserta
didik diperoleh peserta didik yang tuntas dengan memperoleh nilai
65 sebanyak 27 peserta didik, sedangkan peserta didik yang tidak
tuntas yaitu yang memperoleh nilai <65 sebanyak 3 peserta didik. Dan
nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II ini sebesar 73,9 dengan
ketuntasan klasikal 90,00%. Adapun daftar nilai evaluasi peda siklus
II dapat dilihat pada lampiran 15.
c.

Observasi
Selama proses tindakan berlangsung, dilakukan juga pengamatan
atau observasi terhadap proses tindakan yang telah dilaksanakan.
Kolabolator

mengamati

jalannya

proses

pembelajaran

dengan

berpedoman pada format lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil


observasi peneliti pada siklus II adalah sebagai berikut:
Hasil pengamatan peneliti terhadap kinerja guru pada saat
pembelajaran praktikum diantaranya: penjelasan guru tentang
prosedur praktikum dikegiatan pendahuluan sudah

jelas dan

penyampaiannya tidak terlalu cepat sehingga dimengerti oleh peserta


didik. Suara guru saat menyampaikan materi keras sehingga peserta
didik dapat mendengarkannya dengan baik. Perhatian guru pada setiap
kelompok ketika peserta didik melakukan praktikum baik sehingga
peserta didik merasa nyaman dalam pembelajaran. Ketepatan guru
dalam mengelola waktu pembelajaran menggunakan praktikum ini
sudah baik. Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan dari
peserta didik sangat baik. Guru memperhatikan dengan serius saat
peserta didik melakukan percobaan. Dalam proses pembelajaran guru
mecoba memancing pikiran peserta didik agar mengaitkan apa yang

53

terjadi dengan materi yang sudah di pelajari di sekolah maupun di luar


sekolah.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan
prosedur di lembar kerja praktikum. Demikian juga guru dapat
memberikan arahan kepada peserta didik sangat baik, sehingga dapat
menciptakan komunikasi yang timbal balik disaat pembelajaran
berlangsung dan guru memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika
peserta didik melaksanakan praktikum sehingga dapat meluruskan
prosedur praktikum ketika peserta didik menyimpang.
Guru membantu peserta didik yang kesulitan dalam melakukan
praktikum sehingga peserta didik menjadi mengerti dan guru dapat
menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik. Demikian halnya
kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik
dalam mengamati reaksi yang terjadi. Guru cermat dalam mengamati
keaktifan peserta didik. Guru dapat mengkondisikan peserta didik
yang kurang aktif saat pembelajaran. Guru memfasilitasi peserta didik
dalam menyimpulkan hasil praktikum melalui diskusi kelompok.
Guru teliti dalam mengoreksi laporan yang dikerjakan oleh
peserta didik, sehingga ketika peserta didik salah dalam menyimpulkan
laporan guru langsung memberikan kesempatan kepada kelompok lain
untuk membetulkannya. Guru sangat terampil dalam mengelola kelas.
Guru dapat menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan ini.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11.
c. Refleksi
Refleksi pada siklus II berupa perenungan peneliti terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II yaitu tentang kelebihan
dan kekurangannya. Dengan memperhatikan hal-hal yang memerlukan
pemikiran ilmiah dan dilaksanakan untuk perbaikan pada siklus
berikutnya.
Pada pelaksanaan siklus II ini pelaksanaan pembelajaran materi
faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia dengan

54

menggunakan metode praktikum sudah berjalan sesuai rencana


tindakan. Hasil refleksi pada siklus I adalah:
1) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum sudah jelas
2) Suara guru sudah keras.
3) Perhatian guru kepada kelompok peserta didik dalam pembelajaran
sangat merata.
4) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam pembelajaran
praktikum sudah sesuai.
5) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri
sudah maksimal.
6) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan praktikum baik.
7) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif
sangat baik.
8) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan
materi sudah tepat.
9) Keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik sangat baik.
10) Hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator yang
ditentukan.

B. PEMBAHASAN
1. Pra Siklus
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada kelas XI
TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang materi pokok laju reaksi,
sebelum

dilakukan

tindakan

pada

siklus

I.

Didapatkan

bahwa

pembelajaran kimia di SMK Diponegoro Banyuputih Batang masih sering


menggunakan metode ceramah, sehingga komunikasi antar guru dan
peserta didik hanya terjadi satu arah. Di sini guru masih menjadi pusat
dalam pembelajaran, sehingga peserta didik hanya dianggap sebagai
sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh seorang guru. Dari
wawancara peneliti dengan Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd selaku guru
kimia kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang. Beliau menyatakan

55

bahwa peserta didik masih rendah aktif dalam mengikuti proses belajar
mengajar sehingga daya pikir peserta didik. Penerapan metode ceramah
menghasilkan dampak yang kurang baik pada taraf berfikir peserta didik
untuk menemukan konsep, mengembangkan pengetahuan, serta kurang
terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya untuk mengaplikasikan
konsep-konsep yang dipelajarinya dalam memecahkan permasalahan yang
dijumpai. Hasil yang didapat dari pembelajaran peserta didik kurang
mengikuti apa yang dikonsepkan oleh guru. Dilihat dari keaktifan peserta
didik masih sangat minim, sehingga sangat jarang peserta didik dapat
memahami konsep dasar dari pembelajaran tersebut.
2. Siklus I
Dalam penelitian ini mengunakan metode praktikum karena
metode ini merupakan suatu pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik. Melalui praktikum peserta didik dapat mengembangkan kreatif
berfikir tingkat tinggi dengan menarik kesimpulan sebagai kemampuan
untuk menghubungkan berbagai petunjuk dan fakta, atau informasi dengan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir
yang terumuskan. Terdapat empat tahap yang harus dilakukan untuk
menarik kesimpulan meliputi: mengidentifikasi pertanyaan atau fokus
kesimpulan yang akan dibuat, mengidentifikasi fakta yang diketahui,
mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah diketahui
sebelumnya dan membuat perumusan prediksi hasil akhir.
Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan dari lembar
observasi, pelaksanaan pembelajaran praktikum pada siklus I ini, hasil
belajar pada aspek afektif peserta didik yang dilihat dari keaktifan peserta
didik belum sesuai dengan yang diharapkan, hal ini tidak terlepas dari
kinerja guru. Penjelasan guru tentang prosedur praktikum di kegiatan
pendahuluan kurang jelas sehingga peserta didik belum dapat memahami
prosedur pembelajarannya.
Suara guru saat menyampaikan sub materi keadaan setimbang
kurang keras dan terlalu cepat dalam penyampaian sehingga peserta didik

56

yang duduk di belakang tidak dapat mendengarkan dengan jelas. Hal ini
merupakan dasar pengetahuan yang akan digunakan peserta didik untuk
merumuskan masalah yang ada dengan mengaitkan fakta yang terjadi, jika
pengetahuan dasar ini tidak diserap dengan sempurna maka peserta didik
tidak mempunyai landasan pengetahuan yang kuat.
Perhatian guru pada setiap kelompok ketika peserta didik
praktikum belum merata, sehingga ada peserta didik yang merasa kurang
diperhatikan. Hal ini mengakibatkan kecemburuan sosial yang akan
mematikan semangat peserta didik dalam pembelajaran. Ketika peserta
didik ada yang bertanya, guru dapat menjawab dengan baik dan
memancing peserta didik untuk mengaitkan materi yang disampaikan.
Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan praktikum sudah
baik, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak peserta didik yang
kurang memahami prosedur praktikum. Dalam hal ini guru memberikan
arahan kepada peserta didik agar dapat melakukan secara runtut dan
memahaminya, serta menciptakan komunikasi timbal balik dengan peserta
didik. Beberapa kesulitan yang dialami dalam praktikum, meliputi
bagaimana cara memakai pipet tetes, mengukur larutan yang tepat (larutan
bening

meniskus

atas

dan

larutan

berwarna

meniskus

bawah),

mencampurkan larutan, sampai pengamatan pada reaksi yang terjadi.


Pengamatan yang dilakukan peserta didik dapat memberikan kesimpulan
yang terjadi dengan arahan dari guru untuk mengaitkan dengan materi
yang mereka ketahui agar peserta didik terbimbing untuk berfikir. Rasa
percaya diri mereka terlihat kurang ketika peserta didik mencampurkan
larutan, masih terlihat ragu-garu dan takut salah. Walaupun peserta didik
sudah dibantu oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran, tujuannya
belum sepenuhnya tercapai yaitu menciptakan pembelajaran yang berpusat
ada peserta didik karena peserta didik masih belum memahami apa yang
mereka kerjakan.
Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik baik,
guru mengamati peserta didik dimulai dari awal praktikum, persiapan alat,

57

larutan yang akan digunakan, pencampuran larutan yang menghasilkan


suatu prodak baru, pengamatan pada prodak baru (hasil) yang dikaitkan
dengan materi dan hasil percobaan para peneliti yang menyerupai hingga
menulis laporan. Guru sebagai fasilitator dalam menyimpulkan hasil
praktikum melalui diskusi kelompok. Ketelitian guru dalam mengoreksi
laporan yang dikerjakan oleh peserta didik sangat baik. Cara guru dalam
mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif saat pembelajaran kurang
maksimal, terlihat belum semua peserta didik aktif khususnya ketika
melakukan praktikum. Keterampilan guru dalam mengelola kelas baik.
Ketepatan guru dalam menyimpulkan materi di kegiatan akhir kurang,
disebabkan pengelolaan waktu dalam pembelajaran kurang tepat sehingga
meyebabkan kurangnya waktu untuk kesimpulan.
Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik, banyak peserta
didik yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran praktikum ini,
hal ini disebabkan peserta didik belum memahami benar tentang prosedur
pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum yang dijelaskan
oleh guru. Keaktifan peserta didik pada saat praktikum juga masih dalam
kategori kurang baik dikarenakan belum semua peserta didik khususnya
dalam kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam praktikum. Ada yang
berbicara sendiri dengan temannya dan ada pula yang hanya menjadi
pengamat saja.
Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan laporan masih
kurang baik, dikarenakan peserta didik masih kurang memahami materi.
Dari aspek lain, hubungan kerjasama dalam kelompok cukup bagus,
terlihat peserta didik yang sudah memahami prosedur praktikum
membantu temannya yang kesulitan. Keterampilan peserta didik dalam
mengkomunikasikan hasil praktikum sudah baik. Semua kelompok juga
sudah menuliskan laporan dari hasil diskusinya dengan baik.
Berdasarkan pengamatan dari peneliti, peserta didik sudah mulai
ada perubahan dalam pola berfikir. Di lihat dari cara mereka
mengkomunikasikan pendapat dalam diskusi. Walaupun masih ada peserta

58

didik yang asal mensetujui pendapat temannya tanpa mengaitkan dengan


materi. Dari nilai evaluasi siklus I pada sub materi kesetimbangan kimia,
dari jumlah peserta didik sebanyak 30, diperoleh peserta didik yang
memenuhi kriteria tuntas yaitu yang memperoleh nilai 65 sebanyak 23
peserta didik, sedangkan yang tidak tuntas yaitu yang memperoleh nilai
<65 sebanyak 7 peserta didik. Dan nilai rata-rata kelas sebesar 70,4 serta
ketuntasan klasikal sebesar 76,67%. Ini menunjukkan hasil belajar kognitif
pada siklus I dengan menggunakan metode praktikum sudah cukup baik,
namun ketuntasan klasikalnya belum memenuhi indikator keberhasilan
yang ditetapkan yaitu sebesar 85%. Sehingga perlu dilaksanakan siklus II
sebagai perbaikan.
3. Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II pembelajaran telah berlangsung dengan
lebih baik. Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan dari
lembar observasi, pelaksanaan pembelajaran praktikum pada siklus II ini,
hasil berfikir peserta didik sangat baik dilihat dari proses praktikum dan
pemahaman konsep peserta didik sehingga dalam berdiskusi menentukan
hasil akhir dapat mengaitkan hasil dengan materi yang bersangkutan.
Keaktifan peserta didik sudah sesuai dengan harapan, hal ini tidak terlepas
dari kinerja guru pula.
Penjelasan

guru

tentang

prosedur

praktikum

dikegiatan

pendahuluan sudah jelas sehingga peserta didik dapat melaksanakan


pembelajaran sesuai prosedur. Suara guru saat menyampaikan sub materi
faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia juga sudah keras
sehingga peserta didik yang duduk di belakang dapat mendengarkan
dengan jelas. Hal ini merupakan dasar pengetahuan yang akan digunakan
peserta didik untuk merumuskan masalah yang ada dengan mengaitkan
fakta yang terjadi, jika pengetahuan dasar ini diserap dengan sempurna
maka peserta didik mempunyai landasan pengetahuan yang kuat.
Perhatian guru pada setiap kelompok ketika peserta didik
praktikum sudah merata, sehingga tidak ada peserta didik yang merasa

59

kurang diperhatikan. Hal ini menumbuhkan semangat peserta didik dalam


pembelajaran. Ketika peserta didik ada yang bertanya, guru dapat
menjawab dengan baik dan memancing peserta didik untuk mengaitkan
materi yang disampaikan.
Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan praktikum sudah
baik, hal ini ditunjukkan dalam pelaksanaannya banyak peserta didik yang
memahami prosedur praktikum. Dalam hal ini guru memberikan arahan
kepada peserta didik agar dapat melakukan secara runtut dan
memahaminya, serta menciptakan komunikasi timbal balik dengan peserta
didik. Beberapa kesulitan yang dialami dalam praktikum, meliputi
bagaimana cara memakai pipet tetes, mengukur larutan yang tepat (larutan
bening

meniskus

atas

dan

larutan

berwarna

meniskus

bawah),

mencampurkan larutan, sampai pengamatan pada reaksi yang terjadi sudah


tidak terjadi lagi.
Dari pengamatan yang dilakukan, guru dapat memberikan arahan
untuk mengaitkan dengan materi yang mereka ketahui dengan hasil yang
terjadi agar peserta didik terbimbing untuk berfikir. Rasa percaya diri
mereka terlihat sangat bagus ketika pesrta didik mencampurkan larutan
tidak lagi merasa ragu-ragu karena sudah mengetahui konsep yang akan
dilakukan. Sehingga peserta didik yang dibantu oleh guru dalam
pelaksanaan pembelajaran mencapai tujuannya yaitu menciptakan
pembelajaran yang berpusat ada peserta didik karena peserta didik masih
sangat memahami apa yang mereka kerjakan.
Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik sangat
baik, guru mengamati peserta didik dimulai dari awal praktikum persiapan
alat, larutan yang akan digunakan, pencampuran, pengamatan yang
dilakukan hingga menulis laporan. Guru membantu peserta didik dalam
menyimpulkan hasil praktikum melalui diskusi kelompok. Ketelitian guru
dalam mengoreksi laporan yang dikerjakan oleh peserta didik sangat baik.
Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif saat
pembelajaran sudah maksimal, terlihat ketika peserta didik aktif

60

khususnya ketika melakukan praktikum. Keterampilan guru dalam


mengelola kelas sudah baik. Guru dapat menyimpulkan materi di kegiatan
akhir dengan bagus, disebabkan pengelolaan waktu dalam pembelajaran
sangat tepat sehingga menyisakan waktu untuk kesimpulan.
Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik, banyak peserta
didik yang sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran praktikum ini,
hal ini disebabkan peserta didik memahami benar tentang prosedur
pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum yang dijelaskan
oleh guru. Keaktifan peserta didik pada saat praktikum juga dalam
kategori sangat baik dikarenakan semua peserta didik khususnya dalam
kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam praktikum.
Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan laporan sangat
baik, dikarenakan peserta didik memahami materi awal dan dapat
mengaitkan sehingga mendapatkan kesimpulan atas apa yang mereka
kerjakan. Dari aspek lain, hubungan kerjasama dalam kelompok bagus,
terlihat peserta didik yang sudah memahami prosedur praktikum
membantu temannya yang kesulitan. Keterampilan Peserta didik dalam
memberikan keterangan hasil praktikum sudah baik. Semua kelompok
juga sudah menuliskan laporan dari hasil diskusinya dengan baik.
Berdasarkan nilai evaluasi siklus II pada sub materi pokok faktorfaktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia, diperoleh nilai rata-rata
kelas sebesar 73,6 dengan ketuntasan klasikal 90%. Dari 30 peserta didik
terdapat 37 peserta didik mencapai kriteria tuntas, dan 3 peserta didik yang
belum tuntas. Hasil belajar ini sudah memenuhi indikator keberhasilan
yang ditetapkan yaitu sebesar 85 % sehingga tidak perlu diadakan siklus
berikutnya. Adapun hasil analisis yang diperoleh adalah seperti pada tabel
4.1.

61

Tabel 4.1. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I dan Siklus II


No

Pelaksanaan Siklus

Rata-rata

Ketuntasan Klasikal

Siklus I

70,40

76,67%

Siklus II

73,60

90,00%

Dilihat dari tabel 4.1, perbandingan rata-rata hasil tes akhir pada
siklus I dan siklus II menunjukkan adanya sebuah peningkatan dari tiaptiap siklus. Karena peserta didik sudah terbiasa dengan metode
pembelajaran praktikum yang diterapkan.
Setelah observasi selesai dilaksanakan, peneliti bersama guru mitra
sebagai kolaborator dalam penelitian tindakan kelas di kelas XI SMK
Diponegoro kemudian mengadakan diskusi berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode praktikum pada siklus
II. Hasil diskusi tersebut berkaitan pembahasan hasil tindakan dari tahap
pra siklus, siklus I dan siklus II yaitu: Terjadi peningkatan hasil belajar
aspek efektif dan aspek kognitif pesera didik dari tahap pra siklus, siklus
I dan siklus II.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum juga
berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan
evaluasi yang dilakukan setelah menggunakan pembelajaran praktikum
terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan. Hasil
belajar aspek kognitif siklus I adalah 70,40 dengan ketuntasan belajar
76,67%, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata evaluasi peserta didik
adalah 73,60 dengan ketuntasan klasikal sebesar 90,00%.
Dalam metode praktikum mencakup unsur percobaan yang dapat
melatih peserta didik untuk dapat menemukan hasil yang nyata dan dapat
mengaitkan hasil dengan materi yang mereka ketahui, sehingga peserta
didik dapat menggunakan pikirannya untuk menyimpulkan hasil yang di
dapatnya. kemudian unsur diskusi untuk memantapkan hasil yang telah
dirumuskan. Selanjutnya peserta didik dilatih untuk membuat laporan agar
pembelajaran yang sudah terjadi dapat di tulis dengan sangat runtut.

62

Aktivitas peserta didik pada siklus I ini belum mencapai indikator


keberhasilan yang ditetapkan sehingga perlu dilakukan siklus II. Setelah
dilakukan refleksi pada siklus I, selanjutnya dilakukan perbaikanperbaikan pada siklus II. Pada siklus II ini aktivitas peserta didik
mengalami peningkatan. Rata-rata tes akhir pada siklus I dengan
menerapkan pembelajaran praktikum, 70,40 dengan jumlah peserta didik
yang mencapai kriteria tuntas sebesar 23 peserta didik, dan pada siklus II
meningkat menjadi 73,60 dengan jumlah peserta didik tuntas sebanyak 27
peserta didik.
Setelah penulis melakukan penelitian selama 3 bulan di SMK
Diponegoro Banyuputih

Batang, diperoleh hasil

menyatakan bahwa metode praktikum

penelitian

yang

memang dapat meningkatkan

kreativitas berfikir dan hasil belajar pesrta didik. Dalam pra siklus, guru
cenderung menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik hanya
duduk manis saja menerima materi dari guru seolah-olah peserta didik
merupakan sebuah wadah yang akan di isi ilmu oleh guru tanpa ada
keaktifan untuk memperoleh materi diluar penyampaian guru. Setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus I, yaitu dengan menerapkan metode
pembelajaran praktikum, peserta didik dituntut untuk aktif melakukan
pembelajaran, melakukan percobaan dan menyimpulkan hasil praktikum
yang di tuangkan dalam bentuk laporan. Ketika metode praktikum ini,
Guru juga dituntut untuk memfasilitasi proses pembelajaran yang
memungkinkan

partisipan

dalam

suatu

komunitas

untuk

mengkonstruksikan makna bersama-sama yang mengarah pada tujuan


pembelajaran yang dibahas.
Pada siklus I hasil belajar peserta didik sudah mengalami
peningkatan. Walaupun dengan jumlah peserta didik dalam satu kelasnya
terdiri dari 30 peserta didik, metode praktikum ini dapat mengaktifkan
pesrta didik untuk bekerjasama dalam kelompok maupun antar kelompok.
Mereka tidak hanya menggantungkan materi dari guru saja, terlihat ketika
mereka berdiskusi guna mengerjakan laporan, sebagian peserta didik

63

mengemukakan pendapatnya. Tetapi ada juga yang mengambil dari buku


paket lain yang peserta didik bawa.
Dalam siklus I dari 30 peserta didik ada 23 peserta didik yang
memenuhi kriteria tuntas dan 7 peserta didik yang belum tuntas, Setelah
diadakan refleksi pada siklus I, kemudian kekurangan-kekurangannya
diperbaiki pada siklus II. Keaktifan dan hasil belajar peserta didik lebih
baik dari siklus I, dari 30 peserta didik ada 27 peserta didik yang sudah
memenuhi kriteria tuntas dan 3 peserta didik yang belum tuntas. Pada
siklus II ini sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Pada siklus I dan siklus II bagi peserta didik yang mendapat skor
paling tinggi pada pelaksanaan tes akhir siklus diberikan penghargaan.
Penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk pujian dan hadiah. Dengan
pujian, peserta didik akan termotifasi untuk belajar lebih baik.

64

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan

hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka

skripsi dengan judul Penerapan Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode


Praktikum dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Peserta
didik pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK Diponegoro
Banyuputih Batang dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Implementasi metode pembelajaran praktikum pada mata pelajaran kimia
materi pokok kesetimbangan kimia di SMK Diponegoro Banyuputih
Batang dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II.
Penerapannya diawali dengan pembagian petunjuk praktikum oleh guru
yang kemudian dilakukan praktikum oleh peserta didik dalam kelompok
dan didiskusikan. Selanjutnya peserta didik membuat laporan hasil
praktikum dengan mengaitkan materi yang mendasarinya.
2. Hasil pengamatan untuk kemampuan berfikir tingkat tinggi pada peserta
didik SMK Diponegoro Banyuputih Batang dalam pembelajaran
kesetimbangan reaksi dengan mengunakan metode praktikum, belum baik.
Hal ini terlihat pada siklus I, akan tetapi pada siklus II kreatif berfikir
tingkat tinggi peserta didik terlihat meningkat sehingga peserta didik dapat
mengolah pemikirannya yang dituangkan dalam hasil belajar. Hasil belajar
peserta didik kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang setelah
diterapkan metode pembelajaran praktikum rata-rata hasil belajar peserta
didik 70,40 dengan ketuntasan kelas sebesar 76,67% pada siklus I, dan
mendapatkan rata-rata hasil belajar 73,60 dengan ketuntasan klasikal
sebesar 90,00% pada siklus II.

65

B. SARAN
Berdasarkan pada simpulan diatas maka peneliti mengajukan saransaran sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran kimia, proses pembelajaran disarankan menggunakan
model, strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan
situasi di dalam kelas dan materi yang diajarkan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.
2. Perlu dilakukan penelitian yang sejenis dengan ruang lingkup yang lebih
luas.

C. PENUTUP
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam pembuatan skripsi ini, tentunya
peneliti tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal itu disebabkan karena
keterbatasan yang peneliti miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat peneliti harapkan untuk perbaikan.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri
pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

66

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Meaningful Learning Re-invensi Kebermaknaan Pembelajaran,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Abdul Qodir, Muhammad, Thuruqu Talimi Al-Lughoh Al-Arabiyah, Kairo :
Maktabah Al-Nahdlah Al- Misriayah 1979.
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Grafinda Persada,
1996.
AR Badafal, Fadhal, Lajnah, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2006.
Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan, Yogyakarta: Aditya Media, 2010.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006.
Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi Aksara,
2008.
Atiyah Al-Abrosyi, Muhammad, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arobiyah, tt: Rukhu al
tarbiyah wa al ta lim, 1950
Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006.
B Uno, Hamzah, dkk, Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011.
Chang, Raymond, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Jild. 1, Jakarta: Erlangga,
2005.
............................, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, Jild. 2, Jakarta: Erlangga,
2005.

E McMURRY, John and ROBERT C. FAY, Chemistry, United States of


America: Pearson.
Fauzi, Muchamad, Metode Penelitian Kuantitatif, Semarang: IAIN Walisongo
Press, 2009.
Gyamirti, Byarlina, Penerapan Metode Praktikum Pada Pembelajaran Fisika
Topik Getaran Dan Gelombang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
SMP, Bandung: UPI, 2010.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Iskandar, Psikologi Pendidikan, Ciputat: Gaung Persada Press, 2009.
Krulik, S dan Rudnick, Innovative Tasks to Improve Critical-and CreativeThingking Skills,Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12.
Made Sukarna, I, JICA Kimia Dasar 1, Yogyakarta : Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES.
Mulyasa, E, Kurikulum yang Disempurnakan, Bandumg: PT. Remaja Rosdakarya,
2009.
.................., KTSP Sebuah
Rosdakarya,2008.

Panduan

Praktis,

Bandung:

PT

Remaja

Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,


Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Nasution, Harun, Kesetimbangan Kimia, modul kim. 11, Departemen Pendidikan
Nasional, 2004.
Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Romlah, Psikologi Pendidikan,Malang, UMM Press, 2010.

Sudjana, Metode Statistika, Bandung: PT. Transito, 2002.


Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Sukardi, Metodolagi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2008.
Ungguh Muliawan, Jasa, Penelitian Tindakan Kelas (Claaroom Action Researth),
Yogyakarta: Gava Media, 2010.
Wawancara dengan Arini Ainul Hanifah,S.Pd (guru kimia SMK Diponegoro
Banyuputih Batang), Tanggal 28 Nopember 2011.
Wiyanto, Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium,
Semarang: UNNES Press, 2008.

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian...................................................

28

Tabel 4.1 : Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I dan Siklus II ..................

62

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengaruh perubahan konsentrasi pada posisi kesetimbangan .....

21

Gambar 2.2 Pengaruh perubahan suhu pada posisi kesetimbangan ................

22

Gambar 2.3 Katalis menurunkan Ea untuk reaksi maju dan reaksi balik .......

23

Gambar 3.1 Siklus PTK ..................................................................................

26

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Nama Peserta Didik


Lampiran 2 : Daftar Kelompok Praktikum
Lampiran 3 : Silabus SMK
Lampiran 4 : RPP Siklus I
Lampiran 5 : RPP Siklus II
Lampiran 6 : Petunjuk Praktikum Siklus I
Lampiran 7 : Jawaban Petunjuk Praktikum Siklus II
Lampiran 8 : Petunjuk Praktikum Siklus II
Lampiran 9 : Jawaban Petunjuk Praktikum Siklus II
Lampiran 10 : Lembar Instrumen Observasi Kegiatan Guru Siklus I
Lampiran 11 : Lembar Instrumen Observasi Kegiatan Guru Siklus II
Lampiran 12 : Kisi-kisi Soal Siklus I
Lampiran 13 : Kisi-kisi Soal Siklus I
Lampiran 14 : Soal Siklus I
Lampiran 15 : Soal Siklus II
Lampiran 16 : Jawaban Soal Siklus I
Lampiran 17 : Jawaban Soal Siklus II
Lampiran 18 : Nilai Siklus I
Lampiran 19 : Nilai Siklus II
Lampiran 20 : Daftar keterangan ketuntasan siswa kelas XI TKJ 1 siklus II
Lampiran 21 : Daftar keterangan ketuntasan siswa kelas XI TKJ 1 siklus I
Lampiran 22 : Dokumentasi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Nunik Hidayati

Tempat /Tanggal Lahir

: Batang, 15 Januari 1989

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Ngepung Rt. 02 Rw. 02 Subah Batang

Riwayat Pendidikan

1. MI Islamiyah Subah Lulus 1999


2. SMP Takhassus Al-Quran Kalibeber Wonosobo Lulus 2003
3. MA NU 01 Banyuputih Batang Lulus 2008
4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Jurusan Tadris kimia. Lulus
2011/2012

Pengalaman Organisasi

Semarang, 15 April 2012

Nunik Hidayati
NIM. 083711019

Lampiran 1

DAFTAR NAMA SISWA KELAS XI TKJ 1


SMK DIPONEGORO BANYUPUTIH BATANG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

No

Nama

No

Nama

Achmad Chafid Masyruchan

16

Lutfi Fauzi

Agus Muntaha

17

Miftahudin

Ahmad Ghufron

18

Misbakhul Huda

Akhmad Kamaludin

19

Muhammad Farid Athoillah

Amelia Sari

20

Muhammad Rizqi Aulia

Andi Setiawan

21

Muhammad Riziqin

Angga Prasetyo

22

Mushofa

Deni Kurniawan Semukti

23

Novia Trisna Sari

Dergo Nurhadi

24

Nur Ulfi Alfiani

10

Dwi Rahmawati

25

Prasetyo Wijoyo

11

Imam Muzani

26

Riza Adibussoleh

12

Indra Iswanto

27

Rovilatul Hasanah

13

Khaerur Roziqin

28

Siti Munawaroh

14

Khorisatul Latifah

29

Sulis

15

Kursiana

30

Wiwit Nurchayatun

Lampiran 2

DAFTAR KLOMPOK PRAKTIKUM

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

1. Achmad Chafid

1. Andi Setiawan

1. Imam Muzani

Masyruchan

2. Angga Prasetyo

2. Indra Iswanto

2. Agus Muntaha

3. Deni Kurniawan

3. Khaerur Roziqin

3. Ahmad Ghufron
4. Akhmad
Kamaludin

Semukti
4. Dergo Nurhadi
5. Dwi Rahmawati

4. Khorisatul
Latifah
5. Kursiana

5. Amelia Sari

Kelompok 4

Kelompok 5

1. Lutfi Fauzi

1. Muhammad

2. Miftahudin

Riziqin

3. Misbakhul Huda

2. Mushofa

4. Muhammad Farid

3. Novia Trisna

Athoillah
5. Muhammad Rizqi
Aulia

Sari

Kelompok 6
1. Riza
Adibussoleh
2. Rovilatul
Hasanah
3. Siti Munawaroh

4. Nur Ulfi Alfiani

4. Sulis

5. Prasetyo Wijoyo

5. Wiwit
Nurchayatun

Lampiran 3

SILABUS
NAMA SEKOLAH

: SMK Diponegoro Banyuputih

MATA PELAJARAN

: KIMIA

KELAS/SEMESTER

: XI/2

STANDAR KOMPETENSI : Memahami Konsep Kesetimbangan kimia


ALOKASI WAKTU

KOMPETENSI
DASAR
1. 1Menguasai reaksi
kesetimbangan

: 4 X 45 Menit

INDIKATOR

- Menjelaskan reaksi
kesetimbangan
- Menjelaskan
kesetimbangan homogen
dan heterogen

MATERI

KEGIATAN

PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN

Kesetimbangan kimia - Mengamati dan


menyimpulkan reaksi
reversibel dan ireversibel
- Mengelompokkan reaksi
reversibel dan ireversibel
- Membuat laporan hasil
percobaan
- Review

ALOKASI
WAKTU

PENILAIAN

TM PS
- Tes tertulis

PI

SUMBER
BELAJAR
- Buku

- Penilaian

kimia

proses

untuk

- Tugas

SMK
atau
MAK
- LKS
- Alat dan
Bahan
Praktik

KOMPETENSI

INDIKATOR

DASAR
1. 2Menguasai faktor-

- Meramalkan arah

MATERI

KEGIATAN

PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN

Faktor-Faktor yang

- Mengamati reaksi

faktor yang

pergeseran

Mempengaruhi

kesetimbangan dan faktor-

mempengaruhi

kesetimbangan dengan

Kesetimbangan kimia

faktor yang

pergeseran

menggunakan azas Le

kesetimbangan

Chatelier
- Menganalisis pengaruh
perubahan suhu,

mempengaruhinya.

TM PS
- Tes tertulis

PI

contoh

BELAJAR

- Penilaian

kimia

proses

untuk

- Tugas

SMK
atau
MAK

- Menjelaskan prinsip asas Le

volum pada pergeseran

SUMBER

- Buku

percobaan.

Chatelier melalui contoh-

percobaan.

WAKTU

PENILAIAN

- Membuat laporan hasil

konsentrasi, tekanan dan

kesetimbangan melalui

ALOKASI

- LKS
- Alat dan
Bahan

- Berlatih menentukan

Praktik

pergeseran kesetimbangan
setelah terjadinya reaksi.
Batang, 2 Januari 2012

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia SMK Diponegoro Banyuputih

Peneliti

Arini Ainul Hanifah, S.Pd

Nunik Hidayati

NIP. -

NIM. 083711019

Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I

Satuan Pendidikan

: SMK Diponegoro Banyuputih

Mata Pelajaran

: KIMIA

Kelas / Semester

: XI TKJ 1 / 2

Pertemuan

: ke-1

Alokasi Waktu

: 2 x 45 menit

I.

Standar Kompetensi
1. Memahami konsep kesetimbangan kimia.

II.

Kompetensi Dasar
1.1. Menguasai reaksi kesetimbangan.

III.

Indikator
1. Menjelaskan reaksi kesetimbangan.
2. Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen.

IV.

Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang reaksi kesetimbangan.
2. Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen.
3. Membedakan reaksi homogen dan heterogen.

V.

Analisis Materi Pembelajaran


1. Kesetimbangan kimia
Reaksi kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi dua reaksi
Reversible dan Ireversible. Perhatikan reaksi yang ada di alam kita seperti
reaksi pembakaran dan korosi besi, reaksi seperti itu kita golongkan
sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik
(irreversible). Di lain pihak ada juga reaksi yang berlangsung dua arah
atau reaksi yang dapat balik (reversible).

Contohnya:
Pembentukan es dari air (H2O(l) H2O(s)).
Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang
berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi
tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur.
Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung
pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat.
Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup.
Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem
terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan
lain sebagainya.
2. Macam-macam reaksi kesetimbangan
Berdasarkan keadaan zat atau tinggkat wujud zat yang turut dalam
reaksi setimbang dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Reaksi Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan yang semua
komponennya satu fase.
Contoh kesetimbangan homogen:
1. N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
b. Reaksi Kesetimbangan Heterogen
Kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan yang semua
komponennya dua fase atau lebih.
Contoh kesetimbangan heterogen:
1. Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
2. CaCO3(s)
VI.

CaO(s) + CO2(g)

Kegiatan Pembelajaran
1. Metode

: Praktikum dan diskusi

2. Pendekatan

: Konsep

Kegiatan
Kegiatan
Awal

Pengorganisasian

Rincian

Siswa

 Apresepsi

Waktu
10 menit

1. Guru mengucap salam

2. Guru mengabsen

3. Siswa menjawab pertanyaan-

pertanyaan berikut
a. Pernahkah anda melihat

perubahan es menjadi air ?


begitu juga sebaliknya dari
air menjadi es?
b. Dari reaksi di atas

merupakan reaksi bolakbalik atau reaksi satu arah?


 Motivasi
Siswa

mendengarkan

penjelasan

dari guru tentang informasi berikut :


Sudah kita ketahui bahwa sebuah
reaksi di alam ada yang dapat balik
dan ada yang tidak dapat balik. Pada
kesempatan

kali

ini

akan

mempelajari kesetimbangan kimia,


dimana kesetimbangan kimia ini
terjadi pada reaksi yang dapat balik.
Kegiatan
Inti

70 menit

Eksplorasi
Siswa

mendengarkan

tetang

reaksi

reaksi

reversibel dan ireversibel


Siswa

mengelompokkan

reversibel dan ireversibel, (pembakaran


kertas,

pembentukan

amonia,

pembentukan es)
Siswa menggolongkan reaksi homogen

dan heterogen yang terjadi di alam


Elaborasi
Siswa melakukan praktikum:

Reaksi reversibel

Reaksi ireversibel

Siswa

melakukan

praktikum

sebagaimana dalam petunjuk praktikum.


Siswa

mendiskusikan

dan

menyimpulkan hasil praktikum yang


telah dilakukan.
Konfirmasi
Guru mempertegas hasil praktikum

yang telah dilakukan.


Kegiatan
Akhir

Siswa mengumpulkan laporan

10 menit

Guru memberikan tugas baca (faktorfaktor

yang

mempengaruhi

kesetimbangan kimia) untuk pertemuan


berikutnya
Guru menutup pelajaran dan mengucap
salam.

Keterangan : I = individual, P = berpasangan, G = grup, K = klasikal


VII.

Media, Alat dan Sumber Belajar


Media

: LKS, buku paket

Alat

: tabung reaksi. Pipet tetes, penjepit.

Sumber belajar :
1. Paket Kimia kelas XI SMK dan MAK, Michael Purba, Jakarta:
Erlangga,2007.
2. Internet

VIII.

Penilaian
1. Kognitif
Bentuk : tes tertulis (individu)
No Item Soal
I

Kunci Jawaban

Bobot / Skor

Soal evaluasi siklus I terlampir. Terlampir


Berjumlah 10 item soal.
Berupa essay.

Skor Maksimal

2. Afektif
Bentuk : Pengamatan / Observasi
-

Keaktifan peserta didik (terlampir)

Batang, 7 Januari 2012

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia

Peneliti

SMK Diponegoro Banyuputih

Arini Ainul Hanifah, S.Pd

Nunik Hidayati

NIP. -

NIM. 083711019
Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih

H. Ali Sodiqin, S.Pd.I


NIP.-

Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II

Satuan Pendidikan

: SMK Diponegoro Banyuputih

Mata Pelajaran

: KIMIA

Kelas / Semester

: XI TKJ 1/ I

Pertemuan

: ke -2

Alokasi Waktu

: 2 x 45 menit

I.

Standar Kompetensi
1. Memahami konsep kesetimbangan kimia

II.

Kompetensi Dasar
1.2 Menguasai faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan

III.

Indikator
1. Meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas
Le Chatelier
2. Menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan dan volum
pada pergeseran kesetimbangan melalui percobaan.

IV.

Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu :
1. Menentukan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas Le
Chatelier
2. Menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan dan volum
pada pergeseran kesetimbangan melalui percobaan.

V.

Analisis Materi Pembelajaran


Seorang ahli kimia dari Prancis Henri Louis Le Chatelier berpendapat
bahwa: jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang
setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk
mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang
kembali. Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut:

Reaksi = - Aksi
Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran kekiri atau
kekanan. Penerapan Asas Le Chatelier terhadap pergeseran kesetimbangan:
a. Pengaruh Konsentrasi
Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika konsentrasi
pereaksi ditambahkan atau hasil reaksi dikurangi, maka reaksi bergeser ke
arah pereaksi. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi dikurangi reaksi
bergeser ke arah hasil reaksi.
b. Pengaruh tekanan
Semakin besar tekanan, semakin kecil volume. Maka, reaksi
bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil. Sebaliknya jika semakin
kecil tekanan, semakin besar volume. Maka, reaksi bergeser ke arah
jumlah molekul yang lebih banyak.
Contoh: 2PbS(s) + 3O2(g) 2PbO(s) + 2SO2(g)
Yang diperhatikan molekul gas saja. Pada persamaan yang setara, ada 3
mol reaktan gas dan 2 mol produk gas. Jadi, reaksi akan bergeser kearah
produk (ke kanan).
c. Pengaruh suhu
Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah
posisi

kesetimbangan,

tetapi

tidak

mengubah

nilai

konstanta

kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta


kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi endotermik
(menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan
suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu menghasilkan
reaksi eksotermik.
Contoh: N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Jika suhu dinaikkan reaksi bergesr ke kiri (N2 dan H2)
d. Pengaruh katalis
Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Katalis mempengaruhi
laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi, keberadaan katalis

tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan tidak mengeser posisi


sistem kesetimbangan.
VI.

Kegiatan Pembelajaran
1. Metode

: Praktikum

2. Pendekatan

: Konsep

Kegiatan
Kegiatan
Awal

Pengorganisasian

Rincian

Siswa

 Apresepsi

10 menit

1. Guru mengucap salam

2. Guru mengabsen

3. Siswa menjawab pertanyaan-

pertanyaan berikut
a. Dalam musim hujan dan
panas, lebih cepat mana
ketika es mencair dan air
membeku?
b. Apakah suatu reaksi dapat
dipengaruhi oleh faktor luar?
 Motivasi
Siswa

mendengarkan

penjelasan

dari guru tentang informasi berikut :


Dengan mempelajari faktor-faktor
alam yang sangat mempengaruhi
reaksi yang terjadidisekitar kita.
Kita akan lebih peka terhadap
lingkungan

Waktu

sekitar

dan

dapat

merasakan indahnya karunia Allah


yang sangat sempurna.

70 menit

Kegiatan

Eksplorasi

Inti

Siswa mendengarkan tetang faktor-

faktor yang mempengaruhi perubahan


reaksi.
Siswa mengelompokkan reaksi yang

ada di alam, menurut faktor yang


mempengaruhinya.
Elaborasi
Siswa melakukan praktikum:

Pengaruh

temperatur

terhadap

pergeseran kimia

Pengaruh

konsentrasi

terhadap

pergeseran kimia
Siswa

melakukan

praktikum

sebagaimana dalam petunjuk praktikum.


Siswa mendiskusikan dan menyimpulka
G

hasil praktikum yang telah dilakukan.


Konfirmasi
Guru mempertegas hasil praktikum
yang telah dilakukan.

Kegiatan

Siswa mengumpulkan laporan.

Akhir

Guru menutup pelajaran dan mengucap


salam.

10 menit

Keterangan : I = individual, P = berpasangan, G = grup, K = klasikal


VII.

Media, Alat dan Sumber Belajar


Media

: LKS, buku paket

Alat

: Tabung reaksi, pipet tetes, penjepit, bunsen.

Sumber belajar :
1. Paket Kimia kelas XI SMK dan MAK, Michael Purba, Jakarta:
Erlangga,2007.
2. Internet
VIII.

Penilaian
1. Kognitif
Bentuk : tes tertulis (individu)

Kunci

Item Soal

No

Soal evaluasi siklus I terlampir.

Jawaban

Bobot / Skor

Terlampir

Berjumlah 10 item soal.


Berupa essay.
Skor Maksimal
2. Afektif
Bentuk : Pengamatan / Observasi
-

Keaktifan peserta didik (terlampir)

Batang, 21 Januari 2012


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia

Peneliti

SMK Diponegoro Banyuputih

Arini Ainul Hanifah, S.Pd

Nunik Hidayati

NIP. -

NIM. 083711019

Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih

H. Ali Sodiqin, S.Pd.I


NIP.-

Lampiran 6

Petunjuk praktikum
Reaksi Reversibel

I.

Tujuan
Siswa dapat mengetahui reaksi reversibel dalam suatu reaksi kimia.

II.

Dasar Teori
Reaksi kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi dua reaksi
Reversible dan Ireversible. Perhatikan reaksi yang ada di alam kita seperti
reaksi pembakaran dan korosi besi, reaksi seperti itu kita golongkan sebagai
reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik
(irreversible). Di lain pihak ada juga reaksi yang berlangsung dua arah atau
reaksi yang dapat balik (reversible).
Contohnya:
Pembentukan es dari air (H2O(l) H2O(s)).
Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang
berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi tidak
ada perubahan yang dapat diamati atau diukur.
Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung
pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat.
Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup.
Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem
terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan lain
sebagainya.

III.

Alat dan Bahan


A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Rak tabung reaksi
4. Pengaduk
5. Gelas ukur
B. Bahan
1. Aquades
2. Kristal PbSO4
3. Larutan NaI 1 M
4. Larutan Na2SO4 1 M

IV.

Cara Kerja
1. Masukkan sedikit kristal PbSO4 kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 4 mL larutan NaI 1 M. Campurkan hingga homogen
3. Amati perubahan warna yang terjadi
4. Cuci endapan yang terjadi dengan aquades
5. Tambahkan larutan Na2SO4 1 M 4 mL, campurkan hingga homogen
6. Amati perubahan warna yang terjadi

V.

VI.

Hasil Pengamatan
No

Bahan

Penambahan

1.

PbSO4 mula-mula

2.

4 mL larutan NaI 1 M

3.

4 mL larutan Na2SO4 1 M

Pertanyaan
1. Tuliskan semua persamaan reaksi yang terjadi!

Warna yang terjadi

2. Bagaimana kesimpulan dari praktikum yang sudah anda lakukan dan


bagaimana hubungan antara kedua reaksi?

Batang, 7 Januari 2012

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia

Peneliti

SMK Diponegoro Banyuputih

Arini Ainul Hanifah, S.Pd

Nunik Hidayati

NIP. -

NIM. 083711019

Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih

H. Ali Sodiqin, S.Pd.I


NIP.-

Lampiran 7
Jawaban Petunjuk praktikum
Reaksi Reversibel

1. Reaksi ketika kristal PbSO4 ditambahkan larutan NaI membentuk endapan


kuning dari PbI2, reaksinya sebagai berikut:
PbSO4(s) + 2NaI(aq)  PbI2(s) + Na2SO4(aq)
Reaksi ketika endapan dari reaksi I di tambahkan Na2SO4 membentuk
endapan putih dari PbSO4, reaksinya sebagai berikut:
PbI2(s) + Na2SO4(aq)  PbSO4(s) + 2NaI(aq)
2. Kesimpulan dari praktikum adalah reaksi pembentukan endapan kuning dari
PbI2 merupakan reaksi kebalikan dari pembentukan endapan putih dari PbSO4.
Hubungan dari kedua reaksi adalah reaksi ke dua merupakan kebalikan dari
reaksi pertama.

Lampiran 8

Petunjuk praktikum
Pengaruh Temperatur dan Konsentrasi terhadap
Pergeseran Kesetimbangan

I.

Tujuan
Siswa dapat mengetahui pengaruh temperatur dan konsentrasi terhadap
pergeseran kesetimbangan kimia.

II.

Dasar Teori
Segala sesuatu yang berbeda di dunia ini senantiasa mencapai
kesetabilan atau keseimbangan. Dalam suatu reaksi dikatakan dalam
setimbang apabila keadaan zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksi terdapat
bersama-sama, tetapi tidak ada lagi perubahan yang dapat diamati.
Kesetimbangan kimia terjadi apabila reaksi bolak-balik berlangsung dalam
sistem tertutup, dimana jumlah masing-masing zat tidak berubah lagi (jumlah
partikel zat bereaksi dalam satuan waktu sama dengan jumlah zat yang
terbentuk).
Hukum kesetimbangan yaitu hasil kali konsentrasi setimbang zat
diruas kanan dibagi menjadi hasil kali konsentrasi setimbang zat diruas kiri,
masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya.
Ungkapan hukum kesetimbangan kimia bisa disebut dengan tetapan
kesetimbangan. Persamaan kesetimbangan sesuai dengan stokiometri reaksi.
Secara umum reaksi adalah:
mA + nB pC + qD
persamaan tetapan kesetimbangannya adalah:

Berdasarkan wujud zat yang ada dalam keadaan setimbang, reaksi


kesetimbangan dibagi menjadi dua yaitu kesetimbangn heterogen dan
kesetimbangan

homogen.

Kesetimbangan

heterogen

adalah

suatu

kesetimbangan yang didalamnya terdapat zat-zat dengan wujud yang berbeda.


Sedangkan kesetimbangan homogen adalah suatu kesetimbangan yang
didalamnya terdapat zat-zat dengan wujud yang sama.
Seorang ahli kimia dari Prancis Henri Louis Le Chatelier berpendapat
bahwa: jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang
setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk
mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang
kembali. Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut:
Reaksi = - Aksi
Pada reaksi kesetimbangan jumlah zat-zat pereaksi maupun hasil
reaksi tidak berubah terhadap waktu, tetapi pada dasarnya jumlah zat-zat
pereaksi maupun hasil reaksi dapat ditambah maupun dikurangi berdasarkan
perlakuan tertentu yang diberikan pada reaksi kesetimbangan tersebut. Untuk
mengeser

kesetimbangan

tersebut

diperlukan

perlakuan

yang

dapat

mengganggu keadaan kesetimbangan, yaitu mengubah suhu, konsentrasi,


tekanan dan katalis.
Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika konsentrasi
pereaksi ditambahkan atau hasil reaksi dikurangi, maka reaksi bergeser ke
arah pereaksi. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi dikurangi reaksi bergeser
ke arah pereaksi.
Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah posisi
kesetimbangan, tetapi tidah mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Hanya
perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta kesetimbangan. Pada reaksi
kesetimbangan, terdapat reaksi endotermik (menyerap kalor) dan reaksi
eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan suhu menghasilkan reaksi
endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik.

III.

Alat dan Bahan


A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Gelas kimia
3. Pipet tetes
4. Rak tabung reaksi
5. Pengaduk
6. Sumbat karet
7. Bunsen dan kaki tiga
B. Bahan
1. Aquades
2. Larutan FeCl3 1 M
3. Larutan KSCN 1M
4. Air es
5. Larutan HNO3 pekat
6. Lempeng Cu
7. Air panas

IV.

Cara Kerja
A. Pengaruh konsentrasi
1. Masukkan 50 mL aquades ke dalam gelas kimia
2. Tambahkan 4 tetes larutan FeCl3 1 M dan 4 tetes larutan KSCN
1M
3. Aduk campuran sampai warnanya homogen
4. Masukkan masing-masing 5 mL larutan tersebut ke dalam 3 buah
tabung reaksi
5. Perlakuan:
a. Tabung I

: sebagai pembanding

b. Tabung II

: ditambahkan 2 tetes FeCl3 1 M

c. Tabung III

: ditambahkan 2 tetes KSCN 1 M

6. Amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi

7. Catat reaksi yang terjadi


B. Pengaruh temperatur
1. Masukkan masing-masing 5 tetes HNO3 pekat kedalam 3 tabung
reaksi
2. Tambahkan 1 lempeng Cu ke dalam masing-masing tabung, kemudian
tutup dengan sumbat karet
3. Perlakuan:
a. Tabung I

: sebagai pembanding

b. Tabung II

: masukkan tabung ke dalam air es

c. Tabung III

: masukkan tabung ke dalam air panas

4. Amati reaksi yang terjadi pada ke 3 tabung reaksi


5. Catat gejala yang terjadi

V.

Hasil Pengamatan
A. Pengaruh konsentrasi
No

Aquades+FeCl3+KSCN

Penambahan

1.

5 mL

2.

5 mL

2 tetes FeCl3 1 M

3.

5 mL

2 tetes KSCN 1 M

Perubahan

B. Pengaruh temperatur
No

Bahan

Perlakuan

1.

HNO3 + Lempeng Cu

2.

HNO3 + Lempeng Cu

Masukkan ke air es

3.

HNO3 + Lempeng Cu

Masukkan ke air

Perubahan

panas

VI.

Pertanyaan
1. Reaksi apa saja yang terjadi pada pratikum pengaruh konsentrasi dan
temperatur terhadap pergeseran kesetimbangan kimia!

2. Jelaskan bagaimana pengaruh temperatur dan konsentrasi terhadap


pergeseran kesetimbangan kimia!

Batang, 21 Januari 2012

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia

Peneliti

SMK Diponegoro Banyuputih

Arini Ainul Hanifah, S.Pd

Nunik Hidayati

NIP. -

NIM. 083711019

Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih

H. Ali Sodiqin, S.Pd.I


NIP.-

Lampiran 9
Jawaban Petunjuk praktikum
Pengaruh Temperatur dan Konsentrasi terhadap
Pergeseran Kesetimbangan

1. Pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap pergeseran kesetimbangan


kimia adalah:
a. Pengaruh konsentrasi
Reaksi yang terjadi adalah pergeseran ke arah prodak ketika ditambah
dengan 2 tetes FeCl3 1 M dan 2 tetes KSCN 1 M
b. Pengaruh temperatur
Reaksi yang terjadi adalah reaksi endoterm (ketika tabung dimasukkan ke
air panas) dan eksoterm (ketika tabung dimasukkan ke air es)
2. Pengaruh temperatur dan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan
kimia adalah:
a. Pengaruh konsentrasi
1) Aquades+FeCl3+KSCN, ketika ditambahkan 2 tetes FeCl3 1 M reaksi
bergeser ke arah kanan
2) Aquades+FeCl3+KSCN, ketika ditambahkan 2 tetes KSCN 1 M reaksi
bergeser ke arah kanan
b. Pengaruh temperatur
1) HNO3 + Lempeng Cu, dimasukkan ke air es reaksi bergeser ke arah
kanan
2) HNO3 + Lempeng Cu, dimasukkan ke air panas reaksi bergeser ke arah
kiri

Lampiran 10
INSTRUMEN OBSERVASI KEGIATAN GURU
SIKLUS I

Jenis Penelitian

: Penelitian Tindakan Kelas.

Mata Pelajaran

: Kimia

Waktu Pelaksanaan

: 7 Januari 2012

Tempat Pelaksanaan : SMK Diponegoro Banyuputih Batang


Siklus Ke

No
1.

:I

Penilaian

Aspek yang diamati


Penjelasan

guru

tentang

0
prosedur

praktikum.
2.

Suara guru saat menyampaikan materi.

3.

Pemerataan perhatian guru kepada


setiap kelompok.

4.

Ketepatan

guru

mengelola

waktu

pembelajaran.
5.

Kurang

Kurang

Kurang

Kurang

Kemampuan guru dalam menjawab

Perhatian

guru

ketika

siswa

melaksanakan percobaan.
7.

Keruntutan melaksanakan prosedur


praktikum.

8.

Cara guru memberikan arahan dan


bimbingan kepada siswa.

9.

Keterangan

pertanyaan peserta didik.


6.

Baik

Kurang

Kurang

Baik

Baik

Kemampuan guru dalam menciptakan


komunikasi yang timbal balik.

10.

Kemampuan guru dalam meluruskan


prosedur

praktikum

saat

siswa

didik

yang

Baik

Baik

melakukan praktikum.
11.

Membantu

peserta

kesulitan melakukan praktikum.


12.

Membantu

peserta

didik

dalam

menumbuhkan rasa percaya diri.


13.

Kurang

Kemampuan guru dalam memberikan


arahan kepada peserta didik dalam

Baik

Baik

mengamati reaksi yang terjadi.


14.

Kecermatan guru dalam mengamati


keaktifan siswa.

15.

Cara guru dalam mengkondisikan


siswa yang kurang aktif.

16.

Membantu

peserta

menyimpulkan

didik

hasil

Kurang

dalam

praktikum

Baik

Baik

Baik

melalui diskusi kelompok.


17.

Ketelitian guru dalam mengoreksi


laporan.

18.

Keterampilan guru dalam mengelola


kelas.

19.

Ketepatan waktu yang diperlukan guru


dalam menyimpulkan materi.

Kurang

Lampiran 11
INSTRUMEN OBSERVASI KEGIATAN GURU
SIKLUS II

Jenis Penelitian

: Penelitian Tindakan Kelas

Mata Pelajaran

: Kimia

Waktu Pelaksanaan

: 21 Januari 2012

Tempat Pelaksanaan : SMK Diponegoro Banyuputih Batang


Siklus Ke

No
1.

: II

Penilaian

Aspek yang diamati


Penjelasan

guru

tentang

0
prosedur

praktikum.
2.

Suara guru saat menyampaikan materi.

3.

Pemerataan perhatian guru kepada


setiap kelompok.

4.

Ketepatan

guru

mengelola

waktu

pembelajaran.
5.

Kemampuan guru dalam menjawab


pertanyaan peserta didik.

6.

Perhatian

guru

ketika

siswa

melaksanakan percobaan.
7.

Keruntutan melaksanakan prosedur


praktikum.

8.

Cara guru memberikan arahan dan


bimbingan kepada siswa.

9.

Keterangan

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Kemampuan guru dalam menciptakan


komunikasi yang timbal balik.

10.

Kemampuan guru dalam meluruskan


prosedur

praktikum

saat

siswa

didik

yang

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

melakukan praktikum.
11.

Membantu

peserta

kesulitan melakukan praktikum.


12.

Membantu

peserta

didik

dalam

menumbuhkan rasa percaya diri.


13.

Kemampuan guru dalam memberikan


arahan kepada peserta didik dalam
mengamati reaksi yang terjadi.

14.

Kecermatan guru dalam mengamati


keaktifan siswa.

15.

Cara guru dalam mengkondisikan


siswa yang kurang aktif.

16.

Membantu

peserta

menyimpulkan

didik

hasil

dalam

praktikum

melalui diskusi kelompok.


17.

Ketelitian guru dalam mengoreksi


laporan.

18.

Keterampilan guru dalam mengelola


kelas.

19.

Ketepatan waktu yang diperlukan guru


dalam menyimpulkan materi.

Lampiran 12
KISI-KISI SOAL SIKLUS I

Satuan Pendidikan : SMK Diponegoro Banyuputih

Jumlah Soal : 10 Butir

Mata Pelajaran

: Kimia

Waktu

Kelas/Semester

: XI TKJ 1/2

Bentuk Soal : Essay

Materi Pokok

: Kesetimbangan reaksi

: 90 Menit

Standar Kompetensi : Memahami Konsep Kesetimbangan Reaksi

Kompetensi Dasar
1.1 Menguasai
reaksi

Indikator
- Menjelaskan reaksi
kesetimbangan

Materi Pelajaran
Kesetimbangan
Reaksi

Nomor Soal
1, 2, 3, 4, 5, 6, 9,

Banyak
Butir Soal
8

Bentuk Tes
Essay

10

Aspek yang
Diukur
C3, C3, C3. C3,
C4, C3, C4, C4, C4

kesetimbangan
- Menjelaskan
kesetimbangan
homogen dan
heterogen

7, 8

Essay

C4, C3

Lampiran 13
KISI-KISI SOAL SIKLUS II

Satuan Pendidikan : SMK Diponegoro Banyuputih

Jumlah Soal : 10 Butir

Mata Pelajaran

: Kimia

Waktu

Kelas/Semester

: XI TKJ 1/2

Bentuk Soal : Essay

Materi Pokok

: Kesetimbangan Reaksi

: 90 Menit

Standar Kompetensi : Memahami Konsep Kesetimbangan Reaksi

Kompetensi Dasar
1. 2Menguasai

Indikator
- Meramalkan arah

Materi Pelajaran
Faktor-Faktor

faktor-faktor

pergeseran kesetimbangan

yang

dengan menggunakan azas Mempengaruhi

mempengaruhi

Le Chatelier

pergeseran
kesetimbangan

- Menganalisis pengaruh
perubahan suhu,
konsentrasi, tekanan dan
volum pada pergeseran
kesetimbangan melalui
percobaan.

Nomor Soal

Banyak
Butir Soal

Bentuk Tes

Aspek yang Diukur

5, 6, 7

Essay

C4, C4, C4,

1, 2, 3, 4, 8, 9,

Essay

C4, C4, C4, C4, C4,

yang

Kesetimbangan
Reaksi

10

C3, C4,

Lampiran 14

Soal Evaluasi Siklus I


Jawablah soal di bawah ini dengan benar!
1. Dalam kehidupan sehari-hari banyak reaksi yang terjadi di sekitar kita,
diantaranya: pembentukan es, pembakaran pohon. Dari reaksi di atas manakah
yang termasuk reaksi reversibel dan ireversibel? Mengapa?
2. Terdapat dua macam reaksi yang berlangsung di alam, reaksi reversibel dan
ireversibel. Reaksi yang seperti apa yang dikatakan dengan keadaan
setimbang? Mengapa dikatakan keadaan setimbang?
3. Dalam kehidupan sehari-hari sulit menemukan reaksi yang dapat balik.
Proses-proses alami umumnya berlangsung searah, tidak dapat balik. Tetapi
dilaboratorium maupun industri, banyak reaksi dapat balik. Salah satu
diantaranya ialah reaksi antara nitrogen dan hidrogen membentuk amonia.
Tuliskan persamaan reaksinya jika campuran gas nitrogen dan hidrogen
dipanaskan akan membentuk amonia?
4. Dari pertanyaan no 2 .Tuliskan persamaan reaksinya jika amonia dipanaskan
akan membentuk gas nitrogen dan hidrogen! Bagaimana hasilnya jika kedua
reaksi tersebut digabungkan?
5. Kapankah reaksi dapat balik (reversibel) mencapai kesetimbangan?
6. Dalam reaksi kimia ada dua reaksi yaitu reaksi reversibel dan ireversibel,
reaksi yang bagaimana jika berlangsung dalam sistem tertutup akan berakhir
dengan kesetimbangan?
7. Dalam reaksi kesetimbangan terdapat dua macam reaksi kesetimbangan yaitu
kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Bedakanlah kedua
reaksi kesetimbangan tersebut!
8. Fase apa sajakah yang terlibat dalam reaksi kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen? Sertakan jawaban anda dengan contoh

9. Jabarkan apa yang dimaksud dari kurva perubahan konsentrasi menuju


keadaan setimbang di bawah ini!

10. Jabarkan apa yang dimaksud dari kurva perubahan laju reaksi menuju keadaan
setimbang di bawah ini!

Selamat mengerjakan......

Lampiran 15

Soal Evaluasi Siklus II


Jawablah soal di bawah ini dengan benar!
1. Dalam suatu ruangan terdapat dalam kesetimbangan gas-gas SO3, SO2, dan
O2 sesuai dengan persamaan:
2SO3(g)  2SO2(g) + O2(g)
Bagaimana jika dalam suhu tetap ditambahkan gas oksigen, maka: kearah
mana

kesetimbangan

bergeser?

Dan

bagaimana

pengaruh

terhadap

konsentrasi SO3 dan SO2 terhadap kesetimbangan?


2. Kenaikan konsentrasi salah satu reaktan atau produk dari kesetimbangan akan
mengakibatkan kesetimbangan bergeser untuk mencoba mengurangi kenaikan
konsentrasi tersebut, bagaiman jika penambahan gas hidrogen mempengaruhi
sistem kesetimbangan berikut?
3H2(g) + N2(g)  2NH3(g)
3. Bagaimana efek meningkatnya volume sistem terhadap kesetimbangan, yang
semua reagennya adalah gas?
H2(g) + I2(g)  2HI(g)
4. Jika dalam suatu reaksi kesetimbangan, Iwan memberikan peningkatan efek
tekanan maka akan menurunkan volume sistem.
3H2(g) + N2(g)  2NH3(g)
Dari akibat di atas Iwan menyatakan sebagian nitrogen dan hidrogen akan
terkonversi menjadi amonia dan kesetimbangan bergeser ke arah kiri. Akan
tetapi bu Anissa mengatakan akibat yang dinyatakan Iwan salah. Manakah
yang salah?
5. Reaksi kesetimbangan telah ditentukan dengan berbagai percobaan, yang
menyatakan:
a. 3H2(g) + N2(g)  2NH3(g)
b. 2HI(g)  H2(g) + I2(g)
Kearah manakah kesetimbangan akan bergeser jika tekanan diperbesar?

6. Diketahui reaksi kesetimbangan dalam volume tetap dan suhu sistem


dinaikkan.
a. 3H2(g) + N2(g)  2NH3(g)

  92,2

b. 2H2O (g)  2H2(g) + O2(g)

  242

Kearah manakah kesetimbangan bergeser? Bagaimana pengaruhnya terhadap


nilai tetapan kesetimbangan?
7. Diketahui reaksi kesetimbangan kimia
BiCl3(aq) + H2O (l)  BiOCl(s) + 2HCl(aq)
Kearah manakah kesetimbangan bergeser jika pada suhu tetap:
a. Ditambahkan BiCl3(aq)
b. Ditambahkan air
8. Diketahui reaksi kesetimbangan
3Fe(aq) + 4H2O(g)  Fe3O4(s) + 4H2(g)
a. Kearah manakah kesetimbangan bergeser jika pada suhu tetap volume
campuran diperkecil?
b. Bagaimana pengaruh aksi tersebut terhadap konsentrasi?
9. Tulislah sebuah persamaan untuk menambahkan kalor pada

es untuk

menghasilkan lebih banyak air. Kearah manakah kesetimbangan bergeser bila


anda mencoba menurunkan suhunya?
10. Diketahui reaksi kesetimbangan sebagai berikut:
2C(s) + O2(g)  2CO(g)
Bagaimana efek peningkatan volume sistem terhadap kesetimbangan pada
suhu 500oC

Selamat mengerjakan......
mengerjakan......

Lampiran 16
KUNCI JAWABAN DAN KRITERIA PENILAIAN
SIKLUS I

No
1

Jawaban

Indikator Penilaian

Pembentukan es termasuk reaksi Siswa


reversibel

karena

es

dapat

menyebutkan

skor
3

yang reaksi yang terjadi

menyerap kalor akan membentuk Siswa


air kembali.

dapat

menyebutkan

menyebutkan

alasannya

Pembakaran

pohon

termasuk Siswa

dapat

reaksi ireversibel karena abu dari reaksi yang terjadi


hasil pembakaran pohon tidak
Siswa

dapat kembali menjadi pohon.

dapat

menyebutkan

menyebutkan

alasannya
2

Reaksi reversibel yang dikatakan Siswa

dapat

sebagai keadaan setimbang karena reaksi keadaan setimbang


keadaan setimbang terjadi bila Siswa

menyebutkan

menuliskan

menuliskan

menuliskan

Siswa dapat menuliskan fase

kedua proses yang berlawanan alasannya


arah berlangsung secara terusmenerus

tetapi

tidak

ada

perubahan yang dapat diamati atau


diukur.
3

campuran

gas

hidrogen
menghasilkan

nitrogen

jika

dan Siswa

dapat

dipanaskan rumus kimia


gas

amonia, Siswa

reaksinya sebagai berikut:


N2g  3H2g 2NH3g

dapat

persamaan reaksi
Siswa

dapat

koefisien reaksi

reaksi

Amonia

jika

akan Siswa

dipanaskan

dapat

menuliskan

menuliskan

menuliskan

Siswa dapat menuliskan fase

terurai menjadi gas nitrogen dan rumus kimia


hidrogen,

reaksinya

sebagai Siswa

berikut:

dapat

persamaan reaksi

2NH3g N2g  3H2g

Siswa

dapat

koefisien reaksi

reaksi
Pengabungan antara kedua reaksi siswa
reaksi

menjadi:
N2g  3H2g
2NH3g
5

dapat

bolak-balik

dapat

saat laju reaksi maju sama dengan alasan

Reaksi

dengan

benar

Kesetimbangan akan tercapai pada Siswa

laju reaksi balik

menuliskan

menyebutkan

10

tercapainya

kesetimbangan
yang Siswa

reversibel

dapat

menyebutkan

10

berlangsung dalam sistem tertutup jenis reaksi kesetimbangan


akan

berakhir

dengan

kesetimbangan
7

Perbedaannya

pada

komponen Siswa dapat menyebutkan ciri

pembentuk. Kesetimbangan yang yang

membedakan

pada

komponennya satu fase di sebut kesetimbangan homogen


dengan
homemogen

kesetimbangan
sedangkan

yang

terdiri dari dua fase atau lebih di


sebut kesetimbangan heterogen.
8

Kesetimbangan

homogen

Siswa dapat menyebutkan ciri


yang

dapat Siswa

dapat
pada

kesetimbangan homogen

heterogen umumnya melibatkan

pada

kesetimbangan heterogen

berupa fase gas atau larutan, fase


sedangkan

membedakan

menyebutkan
kesetimbangan

fase padat-gas atau cair-gas.

Siswa

Contoh kesetimbangan homogen:

fase

1. N2(g) + 3H2(g)

heterogen

2NH3(g)
H+(aq) + H+(aq)

2. H2O(l)

Contoh kesetimbangan heterogen:

dapat

menyebutkan

pada

Siswa

kesetimbangan

dapat

contoh

memberikan

masing-masing

2Ag+(aq) + kesetimbangan

1. Ag2CrO4(s)
CrO42-(aq)
2. CaCO3(s)

CaO(s) +

CO2(g)
9

Kurva

perubahan

menuju

keadaan

konsentrasi Siswa
setimbang, keadaan

dapat

menjabarkan

konsentrasi

yang

konsentrasi

pereaksi

berkurang terjadi

sedangkan

konsentrasi

produk Siswa dapat menyimpulkan

bertambah.

Pada

keadaan keadaan yang timbul akibat

setimbang

konsentrasi

masing- konsentrasi yang terjadi

masing komponen tidak berubah


lagi
10

Kurva

perubahan

laju

reaksi Siswa

dapat

menjabarkan

menuju keadaan setimbang, laju keadaan laju reaksi yang


reaksi

(V1) menurun sedangkan terjadi

laju reaksi (V2) bertambah. Jadi Siswa dapat menyimpulkan


keadaan setimbang tercapai saat keadaan yang timbul akibat
V1 = V2

laju reaksi yang terjadi

Lampiran 17
KUNCI JAWABAN DAN KRITERIA PENILAIAN
SIKLUS II

No
1.

Jawaban

Indikator Penilaian

sesuai dengan azas Le Chatelier,

Siswa dapat menyebutkan

penambahan oksigen akan

arah pergeseran

skor
5

mengeser kesetimbangan ke kiri.


Pergeseran kesetimbangan ke kiri

Siswa dapat menyebutkan

akan menambahkan SO3 dan

arah pergeseran

mengurangi SO2
2.

Dengan penambahan hidrogen

Siswa dapat menyebutkan

pertama-tama akan meningkatkan

arah pergeseran

konsentrasi hidrogen.
Kesetimbangan dengan demikian
akan bergeser untuk mengurangi
sebagian kenaikan konsentrasi itu,
maka reaksi akan bergeser ke

Siswa dapat menyimpulkan

kanan. Yang artinya sebagian

sebab terjadinya pergeseran

hidrogen yang ditambahkan akan


bereaksi dengan sebagian nitrogen
yang semula ada untuk
menghasilkan amonia lagi.
3.

Efek meningkatnya volum akan

Siswa dapat menyebutkan

menurunkan/memperkecil tekanan

arah pergeseran

dari setiap gas, namun

Siswa dapat menyimpulkan

kesetimbangan tidak akan bergeser

sebab terjadinya pergeseran

sebab jumlah mol gas di kedua sisi


sama.

4.

Kesalahan

Iwan

pergeseran,
nitrogen

pada

karena
dan

arah Siswa dapat menyebutkan

sebagian arah pergeseran

hidrogen

akan Siswa dapat menyimpulkan

terkonversi menjadi amonia maka sebab terjadinya pergeseran


kesetimbangan akan bergeser ke
arah kanan (pembentukan)
5.

1. 3H2(g) + N2(g) 2NH3(g)

Siswa dapat menyebutkan

Kesetimbangan akan bergeser

arah pergeseran

ke kanan, karena jumlah

Siswa dapat menyimpulkan

koefisien diruas kanan (2) lebih

sebab terjadinya pergeseran

kecil daripada di ruas kiri (4)


2. 2HI(g) H2(g) + I2(g)

Siswa dapat menyebutkan

Kesetimbangan tidak akan

arah pergeseran

bergeser karena jumlah

Siswa dapat menyimpulkan

koefisien gas pada kedua ruas

sebab terjadinya pergeseran

sama yaitu kanan 2 dan kiri 2.


6.

Pada kenaikan suhu, kesetimbangan


reaksi bergeser ke pihak reaksi
endoterm
1. Kesetimbangan akan bergeser

Siswa dapat menyebutkan

ke kiri dan nilai tetapan

arah pergeseran

kesetimbangan berkurang

Siswa dapat menetapkan

tetapan kesetimbangan yang


2. Kesetimbangan akan bergeser

terjadi

ke kanan dan nilai tetapan

Siswa dapat menyebutkan

kesetimbangan bertambah

arah pergeseran
Siswa dapat menetapkan
tetapan kesetimbangan yang
terjadi

7.

1. Penambahan BiCl3(aq), salah satu Siswa dapat menyebutkan


pereaksi mengeser

arah pergeseran

kesetimbangan ke kanan
2. Penambahan air mengakibatkan
memperbesarnya volum, maka

Siswa dapat menyebutkan

arah pergeseran

kesetimbangan akan bergeser ke


kanan, yaitu ke arah kooefisian
yang lebih besar. Koefisien ruas
kiri 1 dan kanan 2.
8.

1. Pengaruh volum akan

Siswa dapat menyebutkan

menggeser reaksi ke arah yang

arah pergeseran

jumlah koefisien terkecil,

Siswa dapat menyimpulkan

karena jumlah kedua koefisien

sebab terjadinya pergeseran

ke dua ruas sama maka


kesetimbangan reaksi ini tidak

Siswa dapat menganalisis

bergeser.

pengaruh aksi

2. Jumlah mol H2 tidak berubah


9.

H2O(s) + kalor H2O(l)

Siswa dapat menuliskan

Kesetimbangan akan bergeser ke

reaksi

arah es

Siswa dapat menyebutkan

arah pergeseran
10. Kesetimbangan akan bergeser ke

Siswa dapat menyebutkan

arah kanan karena kenaikan volume

arah pergeseran

akan menurunkan tekanan gas

Siswa dapat menyimpulkan


sebab terjadinya reaksi

Lampiran 18
DAFTAR NILAI SISWA KELAS XI TKJ 1
SIKLUS I

No
1

Nama

2 3 4

10

Nilai

10 6 8 8

7 10

10

80

Achmad Chafid
Masyruchan

Agus Muntaha

10 7 8 8

8 10

81

Ahmad Ghufron

10 5 8 8

5 10

70

10 5 7 7

6 10

68

Akhmad
Kamaludin

Amelia Sari

10 8 8 8

8 10

10 10

90

Andi Setiawan

5 6 6

60

Angga Prasetyo

10 6 7 6

70

8 8 7

7 10

78

Deni Kurniawan
Semukti

Dergo Nurhadi

7 7 8

7 10

77

10

Dwi Rahmawati

10 7 8 8

9 10 10 10 10

91

11

Imam Muzani

6 8 8

70

12

Indra Iswanto

10 6 8 8

73

13

Khaerur Roziqin

65

14

Khorisatul Latifah

10 8 8 9 10 8 10

89

15

Kursiana

10 8 8 7

74

16

Lutfi Fauzi

6 6 5

56

17

Miftahudin

8 8 5

60

18

Misbakhul Huda

6 6 7

7 10

10

77

8 8 6

8 10

78

10 6 6 5

67

19

20

5 6 6

Muhammad Farid
Athoillah
Muhammad Rizqi
Aulia

21

Muhammad
Riziqin

8 8 7

66

22

Mushofa

8 8 6

65

23

Novia Trisna Sari

10 6 6 7

67

24

Nur Ulfi Alfiani

8 8 7

72

25

Prasetyo Wijoyo

6 6 8

69

26

Riza Adibussoleh

10 5 8 8

8 10

75

27

Rovilatul Hasanah

10 8 8 9

9 10

10

89

28

Siti Munawaroh

10 8 8 9

9 10 10 10

91

29

Sulis

8 8 7

70

10 8 8 7

10

79

30

Wiwit
Nurchayatun

Jumlah skor

2112

Rata-rata

70,4
76,67%

Ketuntasan klasikal

Kesimpulan:
Rata-rata yang diperoleh yaitu 70,4. Nilai ini telah mencapai KKM yang
ditetapkan yaitu 65. Tetapi, ketuntasan klasikalnya belum terpenuhi yaitu 76,67%,
sedang indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 85%. Karena siklus I belum
mencapai indikator yang ditetapkan, maka perlu adanya siklus II sebagai
perbaikan.

Lampiran 19
DAFTAR NILAI SISWA KELAS XI TKJ 1
SIKLUS II

No
1

Nama

10

Nilai

10

10

80

Achmad Chafid
Masyruchan

Agus Muntaha

10

81

Ahmad Ghufron

70

10

68

Akhmad
Kamaludin

Amelia Sari

10

8 10

10

90

Andi Setiawan

60

Angga Prasetyo

70

7 10

78

Deni Kurniawan
Semukti

Dergo Nurhadi

77

10

Dwi Rahmawati

10

10 10 6 10 9

10 10

91

11

Imam Muzani

70

12

Indra Iswanto

10

73

13

Khaerur Roziqin

65

10

10

10 10

89

14

Khorisatul
Latifah

15

Kursiana

10

74

16

Lutfi Fauzi

56

17

Miftahudin

10

60

18

Misbakhul Huda

10 10

77

10

78

19

Muhammad Farid
Athoillah

10

20

21

Muhammad Rizqi
Aulia

10

10

67

10

66

Muhammad
Riziqin

22

Mushofa

10

65

23

Novia Trisna Sari

10

10

67

24

Nur Ulfi Alfiani

10

72

25

Prasetyo Wijoyo

69

26

Riza Adibussoleh

75

10

9 10 8

10

89

27

Rovilatul
Hasanah

28

Siti Munawaroh

10

10

7 10 8

10

91

29

Sulis

70

7 10

79

30

Wiwit
Nurchayatun

Jumlah skor

2217

Rata-rata

73,9

Ketuntasan klasikal

90,00%

Kesimpulan:
Rata-rata yang diperoleh yaitu 73,6. Nilai ini telah mencapai KKM yang
ditetapkan yaitu 65. Ketuntasan klasikalnya telah terpenuhi yaitu 90,00%, sedang
indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 85%. Karena siklus II telah
mencapai indikator yang ditetapkan, maka tidak perlu adanya siklus berikutnya.

Lampiran 20
DAFTAR KETERANGAN KETUNTASAN SISWA
KELAS XI TKJ 1 SIKLUS II

No

Nama

Nilai

Keterangan

Achmad Chafid Masyruchan

80

TUNTAS

Agus Muntaha

81

TUNTAS

Ahmad Ghufron

70

TUNTAS

Akhmad Kamaludin

68

TUNTAS

Amelia Sari

90

TUNTAS

Andi Setiawan

60

TIDAK TUNTAS

Angga Prasetyo

70

TUNTAS

Deni Kurniawan Semukti

78

TUNTAS

Dergo Nurhadi

77

TUNTAS

10

Dwi Rahmawati

91

TUNTAS

11

Imam Muzani

70

TUNTAS

12

Indra Iswanto

73

TUNTAS

13

Khaerur Roziqin

65

TUNTAS

14

Khorisatul Latifah

89

TUNTAS

15

Kursiana

74

TUNTAS

16

Lutfi Fauzi

56

TIDAK TUNTAS

17

Miftahudin

60

TIDAK TUNTAS

18

Misbakhul Huda

77

TUNTAS

19

Muhammad Farid Athoillah

78

TUNTAS

20

Muhammad Rizqi Aulia

67

TUNTAS

21

Muhammad Riziqin

66

TUNTAS

22

Mushofa

65

TUNTAS

23

Novia Trisna Sari

67

TUNTAS

24

Nur Ulfi Alfiani

72

TUNTAS

25

Prasetyo Wijoyo

69

TUNTAS

26

Riza Adibussoleh

75

TUNTAS

27

Rovilatul Hasanah

89

TUNTAS

28

Siti Munawaroh

91

TUNTAS

29

Sulis

70

TUNTAS

30

Wiwit Nurchayatun

79

TUNTAS

Lampiran 21
DAFTAR KETERANGAN KETUNTASAN SISWA
KELAS XI TKJ 1 SIKLUS II

No

Nama

Nilai

Keterangan

Achmad Chafid Masyruchan

80

TUNTAS

Agus Muntaha

81

TUNTAS

Ahmad Ghufron

70

TUNTAS

Akhmad Kamaludin

68

TUNTAS

Amelia Sari

90

TUNTAS

Andi Setiawan

60

TIDAK TUNTAS

Angga Prasetyo

70

TUNTAS

Deni Kurniawan Semukti

78

TUNTAS

Dergo Nurhadi

77

TUNTAS

10

Dwi Rahmawati

91

TUNTAS

11

Imam Muzani

70

TUNTAS

12

Indra Iswanto

73

TUNTAS

13

Khaerur Roziqin

65

TUNTAS

14

Khorisatul Latifah

89

TUNTAS

15

Kursiana

74

TUNTAS

16

Lutfi Fauzi

56

TIDAK TUNTAS

17

Miftahudin

60

TIDAK TUNTAS

18

Misbakhul Huda

77

TUNTAS

19

Muhammad Farid Athoillah

78

TUNTAS

20

Muhammad Rizqi Aulia

67

TUNTAS

21

Muhammad Riziqin

66

TUNTAS

22

Mushofa

65

TUNTAS

23

Novia Trisna Sari

67

TUNTAS

24

Nur Ulfi Alfiani

72

TUNTAS

25

Prasetyo Wijoyo

69

TUNTAS

26

Riza Adibussoleh

75

TUNTAS

27

Rovilatul Hasanah

89

TUNTAS

28

Siti Munawaroh

91

TUNTAS

29

Sulis

70

TUNTAS

30

Wiwit Nurchayatun

79

TUNTAS

Lampiran 22

Peserta didik mengamati perubahan konsentrasi terhadap pergeseran


kesetimbangan kimia

Peserta didik mengamati pengaruh temperatur terhadap pergeseran


kesetimbangan kimia

Proses diskusi dalam pembuatan laporan praktikum

Proses evaluasi dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai