Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA

(Makalah)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Maharatul Kitabah III

Disusun Oleh :
Jamil Barkah
- Faisal Abdullah
- Abdul Aziz
- Atep Sapta
- Muflihtussyarifah
- Irfan Hilmy
-

PENGARUH BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA


Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri.
(Dendi Sujono : 2008) Jadi bahasa adalah alat atau sarana untuk berinteraksi
antara seseorang dengan orang lainnya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
kehidupannya.
Bangsa Indonesia adalah negara terbesar yang berpenduduk dengan
agama Islam. Sebagai negara Islam terbesar Indonesia dalam kehidupan
masyarakatnya mendapat pengaruh yang sangat besar dari Islam dan Arab
sebagai daerah dan negara asal agama Islam. Arab mempengaruhi kehidupan
bangsa Indonesia dalam adat-budaya, seni, arsitek, bahasa dan tata kehidupan
bangsa Indonesia.
Dalam hal bahasa, bahasa Arab banyak berpengaruh pada kosa kata
bahasa, hasil sastra budaya, penulisan-penulisan kata dan huruf-huruf serapan
yang banyak menyerap dari bahasa Arab dan agama Islam. Hal ini terjadi
karena dengan masuknya Islam di nusantara pada masa-masa awal,
perkembangan dan penybaran Islam itu sendiri bersamaan dan disertai dengan
penyebaran bahasa melayu atau bahasa Indonesia ke pelosok nusantara
bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah nusantara. Bahasa
melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar
kerajaan karena bahasa melayu tidak mengenal tingkat tutur, sehingga dirasa
mudah dan lebih praktis(Dendy Sujono: 2003). Dalam kehidupan sehari-hari
kita sering mendengar dan menggunakan bahasa indonesia uang itu semua
merupakan pengaruh dari bahasa Arab.
Dalam hal penulisan kosa kata bahasa Indonesia sehari-hari kita sering
menemukan tulisan kata tertentu secara berbeda. Contoh kata izin dan ijin

serta azaz dan asas, kita tentu bertanya mana tulisan yang baku diantara
keduanya itu.
Apabila kita bandingkan antara lafal lambang bunyi bahasa Indonesia,
kita melihat adanya perbedaan-perbedaan yang cukup besar. Upaya terbaik
untuk mengataasi hal itu dalam pengindonesiaan kata bahasa Arab ialah
mencarikan lambang bunyi serupa dalam bahasa Arab. Atas dasar
pertimbangan itu, huruf (dzal) diindonesiakan menjadi (z), bukan (j).
Disamping itu huruf (zai) diindonesiakan juga menjadi (z) karena kedua lafal
lambang bunyi itu dapat dikatakan sama. Berdasarkan penjelasan itu,
penulisan yang benar ialah (izin) dengan (z), bukan (ijin) dengan (j), kata itu
dalam bahasa asalnya ditulis dengan (dzal) seperti halnya kata dzikir dan
adzan.
Sekarang mana yang baku, asas atau azaz? Jawabnya harus kita
kembalikan pada bahasa asalnya pula. Kata asas ( )di dalam bahasa Arab
ditulis dengan huruf (sin) . Huruf (sin) di dalam bahasa Arab
diindonesiakan menjadi (s) karena kedua huruf itu melambangkan bunyi yang
sama. Contoh kata lain yang berasal dari bahasa Arab yang mengandung huruf
(sin) ialah saat dan salam. Kata asas, saat dan salam di dalam bahasa Arab
ditulis seperti berikut:

(asas)

(saat)

(salam)

Walau demikian kita masih akan kesulitan untuk mengidentifikasi lafal


lambang buni huruf Arab yang ditulis rangkap seperti (cha) , (kha) , (dzal) ,
(dho) dan lainnya. Oleh sebab itu masih ada juga pedoman penulisan lain yang
menuliskan huruf-huruf tersebut dengan lambang seperti (shod) ditulis dengan
() untuk membedakan huruf sin yang ditulis dengan (s), (dzal) ditulis dengan ()
untuk membedakan dengan huruf (zai) yang ditulis dengan (z), (kho) ditulis

dengan () untuk membedakan dengan huruf (kaf) yang ditulis dengan (k) dan
lainnya (Abdul Gofur Ruskhan: 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Goffar Ruskhan, Abdul. 2007. Kompas Bahasa Indonesia, Grasindo, Jakarta.


Sujono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan
Nasional, Pusat Bahasa, Jakarta.
Sujono,Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan
Nasional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai