Anda di halaman 1dari 7

Soal Hidrogeologi

1. Apa yang dimaksud dengan aquifer tertekan dan aquifer setengah tidak tertekan?
Beri ilustrasinya!
2. Apakah hubungan catchment area dengan sistem penyaliran tambang?
3. Bagaimana cara mendeteksi air tanah dengan menggunakan metode geolistrik?
4. Diketahui data sebagai berikut:
a.

b.

lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Data Curah Hujan M


Mm mg
m/sec
0.5
0.25
3.4
1
0.76
2
3
0.6
1
0.7
0.065
1
0.3
0.52
3
0.9
1
2.8
0.4
3
3
0.8
0.4
22
0.5
2
1.7
2
0.34
2.1
1
0.09
2.6

Tentukan
jarak (M)
12
5
6
20
10
15
13
15
11
10

perhitungan
curah

hujan

dengan
metode
aljabar!
Tentukan
derajat

curah

hujan,

keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan tersebut!


5. Bagaimana air asam tambang dapat terbentuk? Beri salah satu cara
penanganannya!

Jawab:
1.

Akuifer tertekan adalah akuifer yang sebelah atas dan bawahnya


dibatasi oleh lapisan yang nilai kelulusannya sangat kecil, sehingga tekanan pada
batas atas air tanah lebih besar daripada tekanan atmosfer.

ILUSTRASI AKUIFER TERTEKAN


Akuifer setengah tidak tertekan merupakan peralihan antara akuifer setengah
tertekan dengan akuifer tidak tertekan. Angka kelulusan lapisan pengekang yang
lebih besar sehingga aliran horizontal dalam lapisan pengekang tidak dapat
diabaikan.

ILUSTRASI AKUIFER SETENGAH TIDAK TERTEKAN


2.

Catchment area adalah suatu area ataupun daerah tangkapan hujan


dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi
sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup, yang mana polanya
disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti arah aliran air. Catchment
sangat penting dipelajari untuk menentukan sistem drainase yang akan dipakai pada
suatu daerah penambangan. Karena sistem drainase dengan catchment area ini

menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer,
kanal-kanal atau sungai-sungai. Topografi yang detail mutlak diperlukan dalam
perencanaan sistem drainase ini.
3.

Air tanah dalam dapat dideteksi dengan menggunakan alat resistivity meter atau
terameter melalui survei geolistrik. Terameter bekerja dengan cara menembakkan
arus listrik ke dalam tanah dengan memakai elektrode kemudian mengukur nilai
hambatannya. Alat ini dapat menunjukkan material di bawah permukaan bumi pada
kedalaman lebih dari 100 m tanpa melalui pengeboran. Survei geolistrik merupakan
salah satu metode geofisika untuk menduga kondisi geologi di bawah permukaan
tanah, terutama jenis dan sifat batuan berdasarkan sifat-sifat kelistrikan batuan.
Data sifat kelistrikan batuan atau tahanan jenis dikelompokkan dan ditafsirkan
dengan mempertimbangkan data kondisi geologi setempat. Sifat kelistrikan batuan
dapat berbeda antara lain karena perbedaan mineral penyusunnya, porositas dan
permeabilitas batuan, kandungan air, dan suhu. Dengan mempertimbangkan
beberapa faktor tersebut, kondisi air tanah dalam di suatu daerah dapat
diinterpretasi dengan melokalisir lapisan batuan yang berpotensi air tanah.
Pengukuran besarnya tahanan jenis batuan di bawah permukaan tanah dilakukan
untuk mengetahui susunan lapisan batuan bawah tanah secara vertikal, yaitu dengan
cara memberikan arus listrik ke dalam tanah dan mencatat perbedaan potensial
terukur. Nilai tahanan jenis batuan yang diukur langsung di lapangan merupakan
nilai tahanan jenis semu. Dengan demikian nilai tahanan jenis di lapangan harus
dihitung dan dianalisis untuk mendapatkan nilai tahanan jenis sebenarnya.
Pengolahan dan penghitungan data lapangan untuk mendapatkan nilai
tahanan jenis yang sebenarnya, serta interpretasi kedalaman dan ketebalannya
dilakukan menggunakan perangkat lunak komputer. Berdasarkan nilai tahanan
jenis sebenarnya, dapat diinterpretasi jenis batuan, kedalaman, ketebalan, dan
kemungkinan kandungan air bawah tanahnya. Dengan demikian dapat diperoleh
gambaran daerah-daerah yang berpotensi mengandung air tanah serta dapat
ditentukan titik-titik pemboran. Untuk membatasi zona yang berpotensi
mengandung air tanah, dilakukan analisis spasial dengan memadukan peta

ketebalan akuifer dan overburden, peta kemiringan lereng (slope), peta kelurusan
(lineament), dan peta drainase sehingga menghasilkan peta potensi air tanah.
Untuk melihat keadaan geologi daerah berdasarkan nilai tahanan jenisnya dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tahanan Jenis (m)
< 45

45-300
> 300

Formasi Batuan
Interpretasi Geologi
Sebagian besar berupa Overburden umumnya
liat
berada di zona tak
jenuh, sangat sedikit
akuifer pada setip
kedalaman, tidak lolos
air.
Batu pasir, keras, dan Akuifer, akuifer utama
udah retak
jenuh air yang dapat
diminum, lolos air.
Batu pasir, keras, dan Bedrock, tidak mudah
kompak
retak, sangat sedikit
akuifer.

4.

Lokasi

Tinggi Curah

Data Curah Hujan M


Berat Curah Hujan

Hujan (R) (mm)

yang ditampung (mg)

0.5
1
3
0.7
0.3
0.9
0.4
0.8
0.5
2
1

0.25
0.76
0.6
0.065
0.52
1
3
0.4
2
0.34
0.09

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

a. Curah Hujan dengan Metode Aljabar

Kecepatan

Jarak (meter)

(m/sec)
3.4
2
1
1
3
2.8
3
22
1.7
2.1
2.6

12
5
6
20
10
15
13
15
11
10

mm

Jadi curah hujan rata-rata yang diperoleh dari metode aljabar adalah 1,00909
mm.
b. Intensitas Curah Hujan

Dimana Xt = 1,00909 mm dan waktu diasumsikan 24 jam sehingga:


Ri = 1,00909 ( (1218(24) + 54) / (1,00909(1 24) + 1272 x 24) )
Ri = 1,00909 (29286/30504,79093)
Ri = 0,968772735 mm

Sehingga intensitas curah hujannya:

Diasumsikan intensitas dalam satu minggu jadi t = 168 jam


I = 0,968772735 /24 (24/168)^2/3
I = 0,04036553063 (0,2732758833)
I = 0,0110309 mm/jam (untuk perhitungan 1 minggu)
Keadaan Curah Hujan

No.

Keadaan Curah Hujan

1
2
3
4
5

Hujan Sangat Ringan


Hujan Ringan
Hujan Normal
Hujan Lebat
Hujan sangat Lebat

Intensitas Curah Hujan (mm)


Per jam
Per 24 jam
<1
<5
15
5 20
5 10
20 50
10 20
50 100
> 20
> 100

Berdasarkan data diatas dapat ditunjukkan bahwa curah hujn dengan


intensitas sebesar 0,0110309,mm/jam memiliki keadaan curah hujan berupa
Hujan Sangat Ringan, dikarenakan Intensitas curah hujan per 24 jam-nya
kurang dari 5 mm/jam.

Derajat Curah Hujan


Derajat Curah
Hujan
Hujan sangat
Lemah

Intensitas Curah
hujan (mm/mnt)

Hujan lemah

0,02 0,05

Hujan Normal

0,05 0,25

Hujan deras

0,25 1,00

Hujan sangat
deras

>1,00

No.
1

< 0,02

Kondisi
Tanah agak basah atau
dibasahi sedikit
Tanah
menjadi
basah
semuanya,
tapi
sulit
membuat puddel, bunyi
curah
hujan
kurang
terdengar.
Tanah menjadi basah semua
dan dapat membuat puddel,
curah hujan cukup terdengar.
Air tergenang di seluruh
permukaan tanah dan bunyi
keras hujan terdengar dari
genangan.
Hujan seperti ditumpahkan,
saluran dan drainasi meluap.

Berdasarkan data diatas dapat ditunjukkan bahwa curah hujan dengan


intensitas sebesar 0,0110309 mm/jam memiliki derajat curah hujan berupa Hujan
Sangat Lemah, dikarenakan Intensitas curah hujannya (mm/menit) kurang dari
0,02 mm/menit.
5.

Terbentuknya air asam tambang disebabkan karena teroksidasinya mineral sulfida


(umumnya mineral pyrit) yang terdapat pada tanah atau batuan penutup, dan lapisan
roof atau floor batubara dengan air dan oksigen.
Penanganan yang dilakukan sebelum air asam tambang terbentuk bisa dengan cara
menutup dan menimbun lokasi penambangan agar tidak terjadi reaksi antara
ketiganya. Bahan penutup yang efektif digunakan adalah bahan yang bersifat non
asam dan kedap air (impermeable).
Sedangkan penanganan yang dilakukan setelah air asam tambang terbentuk dapat
dilakukan dengan cara penetralan dengan menambahkan kapur (hydrated lime) ke
dalam air. Jumlah penambahan bahan-bahan tersebut selalu didasarkan pada hasil
percobaan dan perhitungan dengan metode titrasi.
Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk
menetralkan air asam tambang. Hydrated lime dapat diperoleh dengan
menggunakan proses kalsinasi terhadap batu gamping.

Anda mungkin juga menyukai