Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN

Life Form

Disusun Oleh:
Nama

: Nurfitriani

NIM

: 1214141002

Kelas

:B

Kelmpok

: IV

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Ekologi Tumbuhan dengan Judul Life Form yang disusun
oleh:
Nama

: Nurfitriani

NIM

: 1214141002

Kelas / Kelompok

: B / IV

telah diperiksa secara seksama oleh Dosen Penanggung Jawab, maka dinyatakan diterima.

Makassar, November 2014


Dosen Pembimbing

Praktikan

DR. Ir. Muh. Wiharto, M.Si


NIP: 19660930 199203 1 004

Nurfitriani
NIM.1214141002

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab Praktikum,

DR. Ir. Muh. Wiharto, M.Si


NIP: 19660930 199203 1 004

ABSTRAK
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran
berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Dilakukan dengan membuat
plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Pengamatan dilakukan di
kawasan samping Mesjid Uli Al-bab UNM Parangtambung, hari sabtu, 27 september 2014,
adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tali rafia, meteran, dan lain
sebagainya. Metode yang digunakan yaitu metode kuadrat dimana analisis vegetasi untuk
menentukan jumlah spesies baru yang terdapat pada suatu wilayah dilakukan dengan
membuat kurva spesies area dan mengelola data dengan program R. Analisis yang dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat 10 spesies baru pada 7 plot yang dibuat.
Kata kunci: Analisis Vegetasi, Vegetasi, Metode Kuadrat, Kurva Spesies Area, Program R
ABSTRACT
Analysis of vegetation is a great way to find out the extent of the distribution of
various species in a given area through direct observation. Done by creating plots andobserve
the morphology as well as the identification of existing vegetation. The observations carried
out in the area next to the mosque of Al-bab Uli UNM Parangtambung, Saturday, september
27, 2014, as for the tools and materials used inteaching the ropes of Raphia, meter, etc.
Methods used i.e. quadratic method where the vegetation analysis to determine the number
of new species found in an area is carried out by creating a species of curve area and manage
data with R. analysis carried out indicates that there are 10 new species at the plot made 7.
Key words: Vegetation, Vegetation Analysis, method of Quadratic Curves, species, Area,
Program R

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri. Di sekitar kita juga
terdapat makhluk hidup. Kita hidup dalam suatu kelompok manusia, dimana
masing-masing individu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Makhluk hidup yang lain juga melakukan aktivitas makan, bergerak, dan
berkembang biak untuk kelangsungan hidupnya.
Tumbuhan juga melakukan fotosintesis dan bernafas untuk mempertahankan
hidupnya. Semua makhluk hidup yang tinggal di suatu tempat saling berinteraksi
dan saling mempengaruhi. Seperti manusia yang memelihara ternak untuk
dimanfaatkan daging atau telurnya, hewan ternak pun bergantung pada manusia
dalam hal penyediaan makanannya. Sehingga manusia dan hewan ternak saling
menguntungkan. Berbagai makhluk hidup dan benda tak hidup yang ada di sekitar
kita saling mempengaruhi sehingga terbentuklah suatu hubungan timbal balik.
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, mengingat bahwa
didalamnya tercakup organisme dan ligkungan abiotik yang satu terhadap yang lain
saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan benda nyata dan mempunyai ukuran
yang beraneka, bergantung pada tingkat organisasinya.
Pada dasarnya makhluk hidup bergantung pada makhluk hidup lainnya ataupun
habitatnya sehingga terjadi hubungan timbal balik antara suatu makhluk hidup
dengan makhluk hidup lainnya

ataupun dengan habitatnya. Hubungan antar

makhluk hidup ataupun dengan habitatnya inilah yang merupakan interaksi yang
dapat bersifat predasi, parasitisme, komensalisme, dan mutualisme. Ilmu yang
mempelajari mengenai hubungan antar makhluk hidup dengan makhluk hidup lain
serta dengan benda mati didalam lingkungannya disebut ekologi. Hubungan timbal
balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya disebut ekosistem. Komponen-

komponen yang menyusun lingkungan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
komponen abiotik (benda tak hidup) dan komponen biotik (mahluk hidup).
Ekologi tumbuhan adalah kajian pada tingkatan hirarkhi organisme dan
populasi, serta ekosistem yang ditempati, berkaitan dengan kondisi tersebut maka
kajian dimulai dari pengenalan tanaman, analisis berdasarkan parameter ekologi
yang digunakan, dimulai dari tingkatan yang paling luas yang menutup permukaan
bumi yang disebut sebagai vegetasi. Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk
keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang
tersusun

dari

tetumbuhan

yang

menempati

suatu ekosistem.

Beraneka

tipe hutan,kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.


Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari
kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat. Bentuk
pertumbuhan vegetasi dapat berupa herba anual, perenial, perenial berkayu, pohon
ataupun pohon merambat
Vegetasi herba merupakan penyusun tumbuhan bawah untuk ekosistem darat.
Herba beserta tumbuhan lain berperan besar dalam menentukan corak suatu
ekosistem. Daun-daun tumbuhan dan herba menyaring teriknya sinar matahari
sehingga hanya sebagian sinar matahari yang sampai pada lahan terbuka, dan
dengan penyaringan sinar matahari tersebut maka suhu udara dan tanah tidak terlalu
tinggi.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis
suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan

lainnya, tetapi

tetap harus

diperhitungkan bebrbagai kendala yang ada. Metodologi-metodologi yang umum


dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk praktikum/penelitian, yaitu
metode kuadrat, metode kuadran, metode garis menyinggung, dan profil arsitektur.
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan

petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat Kurva Spesies
Area.
Bentuk petak contoh dalam metode kuadrat pada dasarnya ada 3 ,bentuk
lingkaran, bentuk bujur sangkar, dan bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga
bentuk petak contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan
kekurangannya, seperti bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dipakai
untuk analisis vegetasi herba yang bergerombol, karena ukurannya dapat diperluas
dengan cepat dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik
pusat lingkaran. Untuk vegetasi herba rendah, bentuk empat persegi panjang akan
lebih efisien dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada luas yang sama. Hal
ini disebabkan karena kelompok tumbuhan cenderung akan tumbuh membentuk
lingkaran, sehingga bentuk petak contoh berbentuk empat persegi panjang akan
lebih banyak kemungkinannya untuk memotong kelompok tumbuhan dibandingkan
dengan bentuk bujur sangkar pada luasan yang sama, dengan demikian jumlah jenis
yang teramati akan lebih banyak.
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu
luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi
secara keseluruhan.yang disebut luas minimum area. Praktikum ini bertujuan untuk
mempelajari keragaman jenis tumbuhan dalam suatu lingkungan dan untuk
menentukan luas peta minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang
dianalisis guna keperluan ekologi.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami
struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan herba di samping mesjid ulil albab UNM
Parangtambung.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan herba di samping mesjid
ulil albab UNM Parangtambung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi berasal dari bahasa yunani, yang terdiri atas dua kata yaitu oikos yang
artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan
sebagai ilmu yang mengkaji baik mengenai interaksi antar makhluk hidup maupun
interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya. Ekologi tidak lepas dari
pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik
dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan
organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
mempengaruhi

dan

merupakan

suatu

sistem

yang

menunjukkan

kesatuan

(Abdurrahman, 2008)
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisa vegetasi adalah cara
mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon,
perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas
tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu
seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi
vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang
saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut
sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan
dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenic (Marsono, 1997)

Menurut Abdurrahman, 2008 berdasarkan vegetasi pembentuknya , ekosistem


daratan terbagi atas :
a) Vegetasi dataran rendah (Pamah)
Vegetasi ini berada didataran rendah, seperti pantai. Makhluk hidup yang
mendiami ekosistem ini adalah tumbuhan bakau, tumbuhan kelapa, kepiting
dan beberapa jenis alga.
b) Vegetasi dataran tinggi
Vegetasi ini berada didataran tinggi seperti gunung atau pegunungan.
Komunitas yang berkembang antara lain tumbuhan paku, tumbuhan alga,
dan tumbuhan lumut.
c) Vegetasi Monsun
Vegetasi ini terdapat didaerah hutan musim. Hutan ini memiliki pergantian
antara musim kemarau dan musim penghujan yang silih berganti.
Sistem analisis pada praktikum ini adalah dengan metode kuadrat: Keragaman
spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu
atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang
ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau
indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi
ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi
makin stabil (Michael, 1995)
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh tumbuhan. Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan startifikasi dan penutupan tajuk. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuanitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan. Metode ini harus dipilih sebab meletakkan plot secara
sembarang tidak akan mencapai tujuan. Letak dan distribusi plot harus diatur sesuai
dengan tujuannya, selain itu untuk mempermudah analisis/ interpretasi data. Cara
pengambilan plot harus secara random, tersebar dengan jarak yang sama (cara

kuadran), mengikuti arah kompas yang telah ditentukan (arah transek), transek
arahnya alternasi dan berbentuk kuadran atau stratified (Syafei, 1990)
Menurut Irwanto, 2005 berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas
vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :
(1) Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis
dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda;
(2) Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan
(3) Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan
tertentu atau beberapa faktor lingkungan
Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies tumbuhan dalam suatu
wilayah (flora) dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang (spatial) dan waktu
(temporal). Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Sehingga terdapat berbagai
tipe vegetasi. Tiap tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan (growth form atau
life form) tumbuhan dominan (terbesar, paling melimpah, dan tumbuhan
karakteristik). Contoh bentuk pertumbuhan (growth form): termasuk herba tahunan
(annual), pohon selalu hijau berdaun lebar, semak yang meranggas pada waktu kering,
tumbuhan dengan umbi atau rhizome, tumbuhan selalu hijau berdaun jarum, rumput
menahun (perennial), dan semak kerdil (Soetjipta, 1994)
Konsep dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat beragam tergantung
kepada keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Adapun tekhnik analisa vegetasi
dapat dilakukan dengan metode kuadrat dan metode intersepsi titik. Metode kuadrat,
yaitu petak contoh dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas
area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan
dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Teknik
sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan
dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang dibuat dalam teknik

sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin
akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat
homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random
atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak contoh
yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensisampling pola
penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan
menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan data komposisi vegetasi
yang lebih akurat dibanding petak berbentuk lingkaran, terutamabila sumbu panjang
dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan lingkunganatau habitat
(Suwena, 2007)
Hal utama dalam analisis vegetasi adalah cara mendapatkan data, terutama data
kuantitatif dari semua spesies tumbuhan penyusun vegetasi, parameter kuantitatif dan
kualitatif yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data agar dapat
mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh
dan menyeluruh. Beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan, antara lain
fisiognomi, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, dan bentuk pertumbuhan:
a. Fisiognomi adalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang
dapat dideskripsikan berdasarkan pada penampakan spesies tumbuhan
dominan, penampakan tinggi tumbuhan, dan warna tumbuhan yang tampak
oleh mata.
b. Stratifikasi adalah distribusi tumbuhan dalam ruangan vertikal. Semua spesies
tumbuhan dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara vertikal tidak
menempati ruang yang sama.
c. Kelimpahan adalah parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relatif
spesies organisme dalam komunitas. Menurut penaksiran kualitatif,
kelimpahan dapat dikelompokkan menjadi sangat jarang, jarang, sering,
banyak atau berlimpah, dan sangat banyak (sangat berlimpah).

d. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan


spesies organisme pada ruang secara horizontal, antara lain random, seragam,
dan berkelompok.
e. Bentuk pertumbuhan adalah penggolongan tumbuhan menurut bentuk
pertumbuhannya, habitat, atau menurut karakteristik lainnya. Misalnya
pohon, semak, perdu, dan herba.
Sedangkan untuk parameter parameter kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan,
antara lain densitas (kerapatan), frekuensi, dan dominansi. Berbagai jenis tumbuhan
yang dominan dalam komunitas dapat diketahui dengan mengukur dominansi tersebut.
Ukuran dominansi dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, antara lain biomassa,
penutupan tajuk, luas basal area, dan indeks nilai penting (INP) (Arisandi, 2014)
Menurut Arisandi 2014, seorang peneliti dapat memperoleh informasi/data yang
diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila
dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metoda sensus) pada anggota suatu
populasi dengan menggunakan sampling. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun
suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki
tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya
pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai
daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya
tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan
biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau
belukar.

6. Terna (Herba) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai


rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang
kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a.

Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari
1.5 m.

b.

Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan


berdiameter kurang dari 10 cm.

c.

Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.


Dalam ekologi komunitas bearti suatu kumpulan populasi yang terdiri dari

spesies yang berlainan yang menempati daerah tertentu. Komunitas tidak harus
merupakan suatu daerah luas dengan tumbuhan biasanya bersifat rumit dan tidak
mudah diberi warna menurut satu, dua spesies yang paling berkuasa sebagai mana
umum didaerah beriklim sedang. Suatu komposisi suatu komunitas ditentukan oleh
seleksi tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu hidup ditempat
tersebut dalam kegiatan anggota-anggota komunitas ini bergantung pada penyesuaian
dari setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada ditempat tersebut
(Heddy,1994)
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (spesies
ricaness) jumlah yang mereka miliki. Mereka juga berada dalam dalam kelimpahan
relatif (relatif abdance), spesies, beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang
umum dan beberapa spesies yang jarang semenetara yang lainnya mengandung jumlah
spesies yang di dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri
umumnya, konsep ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan spesies yang
sama tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam. Istilah keragaman spesies

seprti yang digunakan oleh para ahli ekologi. Mepertimbangkan kedua komponen
keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kelimpahan relatif (Campbell, 2004)
Variasi struktur dan komposisi umbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi
antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu
baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga
terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies. Untuk suatu
kondisi padang rumput, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah
petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan
(Kimmins, 1987)
Keberadaan organisme pada suatu tempat sangat didukung oleh area yang
ditempati sehingga apakah suatu organisme dapat bertahan atau berhasil berkembang
tergantung pada kondisi lingkungan yang ditempati. Keadaan lingkungan seperti
iklim, keadaan tanah, topografi baik secara terpisah maupun secara bersama-sama
merupakan factor yang sangat menentukan macam ekosistem (Marsono, 1991).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif
bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan
vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon
dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah,
pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi
pada suatu area memberikan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai
contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya
tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah
tersebut. Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara
mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuhtumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara
horizontal, ini disebut stratifikasi (Syafei, 1990)

Menurut Arisandi 2014, ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode


untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang
dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya,
tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei dalam Bhima
Wibawa Santoso).Macam-macam metode analisis vegetasi yaitu metode destruktif,
metode nondestruktif, metode floristik, dan metode nonfloristik.
1. Metode Destruktif (Pengukuran yang bersifat merusak)
Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk vegetasi yang
sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai
lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi
hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan
kualitas suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan
dan sekaligus menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik
untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan
taksonomi tumbuhan.
2.

Metode nondestruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu
berdasarkan penelaahan organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan pada
taksonominya), dan pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan
organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.

3.

Metode non-floristika
Metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi,
seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951), yang
kemudian diekspresikan oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973) yang membagi
dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi
daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap
karakteristiknya di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang
pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar.

Untuk memahami metode non-floristika ini sebaiknya perlu dikaji


dasar-dasar pemikiran dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka
berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi
pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan, mereka
membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
4.

Metode floristic
Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi. Metode

ini

dapat

menentukan

kekayaan

floristika

atau

keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan


terhadap

semua

populasi

spesies

pembentuk

masyarakat

tumbuhan

tersebut, sehingga pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi


adalah sangat dibutuhkan.
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut,maka makin luas petak contoh
yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujursangkar, empat persegi
panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi
dengan metode kuadrat (Sugianto, 1994)
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar
individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika
kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili

komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA).
Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan :
(1)

Luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan
diukur,

(2)

Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau
panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.

Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk


menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luasan petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.
Makin beragam jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas kurva spesies
areanya. Bentuk luasan kurva spesies area dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Petak contoh dapat ditambahkan
jika terjadi penambahan spesies dalam petak contoh yang sedang diamati lebih dari 10
%. Luasan petak contoh pada praktikum yaitu 25 cm / 0,25 m. Pemilihan ukuran
tersebut dikarenakan pada vegetasi padang rumput selain tumbuhannya kecil juga pada
analisis vegetasinya dalam ukuran petak contoh belum mencapai 1 m semua spesies di
situ sudah terdata semua (Andre, 2009).
Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari
ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor
lingkungn dari sejarah dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan
demikian analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan
informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem.
Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang
masing-masing

menghasilkan

berbagi

konsep

pendekatan

yang

berlainan.

Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan
kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani
dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi
vegetasi secara alami itu sendiri (Andriecaale, 2011)

Secara umum pola penyebaran tumbuhan di alam dapat dikelompokkan


kedalam 3 pola, yaitu acak(random),mengelompok(clumped), dan teratur(regular).
Tiap-tiap jenis tumbuhan tentunya mempunyai pola penyebaran yang berbeda-beda
tergantung pada model reproduksi dan lingkungan mikro. Untuk mengetahui skala
perubahan-perubahan komponen ekosistem di alam dapat dilakukan penelitian yang
didalamnya terdapat parameter-parameter yang diukur antara lain:nilai kerapatan
(densitas), dominansi, frekuensi, indeks nilai penting(INP), dan indeks dominansi(ID).
Berdasarkan parameter-parameter tersebut, maka dapat diketahui pola penyebaran
vegetasi herbal tersebut di alam (Nuri, 2010)
Suatu wilayah berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol sehingga terdapat berbagai
tipe vegetasi.Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies tumbuhan dalam
suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu. Tipe-tipe
vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan tumbuhan dominan tau paling besar atau
paling melimpah dan tumbuhan karakteristik (Harjosuwarno, 1990)
Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Sehingga terdapat berbagai
tipe vegetasi. Contoh bentuk pertumbuhan (growth form): termasuk herba tahunan
(annual), pohon selalu hijau berdaun lebar, semak yang meranggas pada waktu kering,
tumbuhan dengan umbi atau rhizome, tumbuhan selalu hijau berdaun jarum, rumput
menahun (perennial), dan semak kerdil (Soetjipta, 1994)
Luas minimum atau Kurva Spesies Area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang
dgunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi

panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi
dengan metode kuadrat (Hendra, 2013)
Ploting merupakan suatu cara untuk mengambil sampel unit dari ekosistem
dengan cara membuat dan menentukan daerah pada areal yang dipandang sebagai
lokasi studi. Plot yang dibuat biasanya berbentuk persegi. Kegunaan plot yang dibuat
tersebut adalah untuk mempelajari struktur ekosistem suatu daerah yang didasarkan
atas banyaknya plot yang dipelajari, mengetahui secara kuantitatif maupun secara
kualitatif masing-masing individu yang ada di daerah tersebut, dan untuk mengetahui
perkembangan atau perubahan kehidupan dari satu tempat ke tempat lain atau dari
waktu ke waktu. Ploting biasanya sangat efektif bila digunakan untuk studi vegetasi
walaupun kadang-kadang juga efektif untuk studi hewan (Marsono, 1997)
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki.
Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan
lingkungan. Transek terdiri dari :
1) Belt transect (transek sabuk). Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya
sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk
menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m.
Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya
pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m dampak positif,
tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan yang baik. Panjang
transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya
(Kershaw,1979)
2) Line transect (transek garis). Dalam metode ini garis-garis merupakan petak
contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa
kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabelvariabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP
(indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi.
Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.

Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu


tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan
garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat
(Syafei, 1990)
Di dalam suatu objek vegetasi terdapat bermacam-macam vegetasi yang hidup
diantaranya tumbuhan di mana dalam tumbuahan musiman dan tumbuhan tahunan.
Tumbuhan musiman, segera akan tumbuh apabila hujan turun umumnya relatif
pendek, tetapi bijinya tahan lama. Sedangkan untuk tumbuhan menahun dengan ciricirinya:
(1) Berdaun kecil dan berdaun lebar.
(2) Terdiri dari kecambah, tumbuhan muda, tumbuhan dewasa, dan tumbuhan
tua.
(3) Ada yang terdiri dari bunga, buah, dan biji.
Vitalitas bertujuan untuk mengetahui derajat kesuburan dari suatu jenis tanaman dalam
perkembangannya, sebagai reaksi dengan lingkungan. Hal ini dapat di lakukan dengan
lengkap tidaknya siklus hidup dari spesies tadi di dalam vegetasi. Salah satu cara
dalam menggambarkan vitalitas ini adalah memperhatikan empat keadaan sehubungan
dengan siklus hidupnya, yaitu: adanya kecambah, adanya tumbuhan muda, adanya
tumbuhan dewasa, dan adanya tumbuhan tua (Harun, 1993)
Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia
dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum
kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan komposisi vegetasi yang tumbuh pada
daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah,
tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi
vegetasi daerah tersebut. Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai
hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan
Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari
atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati

lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap


lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda
seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana
(Syafei, 1990)

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan lokasi praktikum


Hari / Tanggal

: Sabtu, 27 September 2014

Waktu

: Pukul 09.00 s.d 12.00 WITA

Tempat

: Lapangan samping masjid Ulil Albab UNM

B. Bahan dan alat kerja


1. Alat
a. Patok
b. Meteran
c. Tali rafia
d. Gunting
e. Kamera
f. Pulpen dan buku
2. Bahan
a. Tumbuhan yang diamati
b. Lahan yang akan diedintifikasi
C. Metode praktikum kerja
1. Menentukan lahan/lokasi yang akan dilakukan analisis terhadap vegetasi
tumbuhan.
2. Membuat plot ukuran 0,5 m x 0,5 m dengan cara menarik tali sepanjang 0,5 m
hingga membentuk lahan kecil pada tempat yang telah ditentukan.
3. Mengidentifikasi/menganalisis species yang berada pada lahan tersebut (plot 0,5
m x 0,5 m).
4. Mencatat species apa saja yang ditemukan.
5. Memperluas plot ukuran 0,5 m x 1 m dengan cara yang sama.
6. Mencatat species baru pada lahan plot ukuran 0,5 m x 1 m.
7. Memperluas plot hingga 7x hingga mencapai ukuran 4 m x 4 m.

8. Mengolah data yang diperoleh dengan program R untuk menentukan kurva


species area
D. Analisis data
Rumus Mengolah Data di R
Lampiran R Editor
#--- Kurva spesies area ----------------------------#------------------------------#--- Programer : Nurfitriani --------------------------------------#--- Makassar 11 Oktober 2014 ------------------------------------rm(list=ls(all=TRUE))
#--- Ambil data ---------------------------------------------------#--- Penentuan lokasi direkturi -----------------------------------setwd ('D:/movie')
dataku<-read.table("kurvaspesies2.csv",header=TRUE,sep=",",dec=".")
dataku
#--- mengatur 3 angka di belakang koma ------------options(digits=3)
#--- fungsi menghitung luas plot ----------------------------------#--- dalam meter persegi ----------------luas.mt<-function(x,y)
{ls.m<-x*y
return(ls.m)
}
#------------------------------------------------------------------Luas.m<-luas.mt(dataku$Panjang,dataku$Lebar)
Luas.m
#------------------------------------------------------------------#---------------fungsi menghitung luas plot-------------------#---------------dalam hektar------------------------------------luas.ha<-function(x)
{ ls.ha<-x/10000
return (ls.ha)
}
#-----------------------------------------------------------------Luas.ha<-luas.ha (Luas.m)
Luas.ha
#---------------------------------------------------------------#------------Menghitung Akumulasi Spesies------------akumulasi<-cumsum(dataku$Sp.Baru)
akumulasi
#------------------------------------------------------

#-----------Menghitung presentasi pertambahan-------------#--------------------Spesies---------------------------------------persen<-function(x,y)


{x/y*100}
Persentase<-persen (dataku$Sp.Baru[-1], akumulasi)
Persentase
#-----------------------------------------------------------#------------menggabungkan data-----------------------dataku <-data.frame(dataku,Luas.m,Luas.ha,akumulasi,Persentase)
dataku
#-----------------------------------------------------------------#---------menyimpan data di excel-----------------------write.table(dataku,file="Kurva Spesies
ita.csv",append=FALSE,sep=",",dec=".",row.names=FALSE,col.names=TRUE)
#------------------membuat grafik--------------#--------------------------------------------------------------------plot(dataku$Kode,dataku$akumulasi,type='b',ylim=c(1,25), pch=16, col=3,
cex=1.5, ylab='Akumulasi Spesies', xlab='Ukuran Plot')
#---------membuat grid----------grid(lty=1,lwd=1)
lines(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col='red')
points(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col='blue')
#-------- membuat sumbu x perhatikan berapa banyak---------------#-------- plot yang dibuat ----------------------------------axis (1, at=1:7, lab= c ("1", "2", "3", "4", "5", "6", "7" ))
#----------------------------------------------------------------#----- species accumulation curve ----------------------

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Hasil R Console

2. Plot Area Vegetasi


0,5 x
0,5

0,5 x
0,5

0,5 x 1

1x2

1x1

2x4

2x2

4x4

3. Tabel Hasil Pengamatan


Tabel Analisis Vegetasi (Kurva Spesies Area) Kawasan Lapngan Masjid Ulil
Al-Bab Universitas Negeri Makassar
Kode Panjang Lebar
Sp.Baru Luas.m Luas.ha
akumulasi Persentase
1
0.5
0.5
2
0.25 2.50E-05
2
0
2
0.5
1
0
0.5 5.00E-05
2
100
3
1
1
2
1 1.00E-04
4
75
4
1
2
3
2 2.00E-04
7 14.2857143
5
2
2
1
4 4.00E-04
8
25
6
2
4
2
8 8.00E-04
10
0
7
4
4
0
16
0.0016
10
0

15
10
5

Akumulasi Spesies

20

25

4. Gravik Kurva Spesies Area

Ukuran Plot

B. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil pengamatan di kawasan samping mesjid ulil albab
UNM Parangtambung, memperlihatkan bahwa jumlah plot yang digunakan adalah
7 plot. Adapun ukuran plot yang digunakan adalah ukuran 0,5 m x 0,5 m ; 0,5 m x
1m ; 1 m x 1 m ; 1m x 2 m ; 2m x 2 m ; 2 m x 4 m dan 4m x 4 m. Dilihat dari tabel
diatas, bahwa spesies baru yang paling banyak ditemukan adalah pada plot ke 4.
Jadi mulai dari plot pertama sampai dengan plot ke tujuh, jumlah spesies baru yang
di dapatkan jumlahnya sangat tidak teratur, dilihat pada plot pertama spesies baru
ada 2, plot ke 2 spesies baru tidak ditemukan, pada plot ke tiga speies baru ada 2,
kemudian yang ke 4 ada peningkatan dengan ditemukannya spesies baru berjumlah
3, lalu plot 5,6,7 berturut-turut yaitu 1,2,0.
Pada plot pertama dengan ukuran 0,5m x 0,5m spesies yang ditemukan adalah
berasal dari familia Graminae atau rumput-rumputan. Akan tetapi, belum diketahui
jenis rumputnya termasuk ke dalam rumput apa namun kemungkinan besar kedua
rumput tersebut merupakan rumput gajah dan rumput bintang. Untuk plot yang

kedua ditemukan spesies yang sama dengan spesies baru yang ditemukan di plot
pertama. Selanjutnya, pada plot ketiga dengan ukuran 1m x 1m spesies yang
ditemukan adalah berasal dari familia Fabaceae atau kacang-kacangan, terdapat
Ptericarpus indicus. Pada plot keempat ditemukan adanya spesies baru terbanyak
dari semua plot dengan identifikasi tumbuhan berupa mengkudu, spesies berkayu
berbangun daun sudipsedangkan untuk plot kelima ditemukan spesies yang hasil
identifikasinya berupa daunnya licin mengkilap berbentuk jorong, dan batang
berkayu. Pada plot keenam ditemukan spesies dimana hasil identifikasinya berupa
batang beruas, berwarna putih, terdapat buah dibatang, merambat dengan
menggunakan sulur mirip rumput bintang, dan yang terakhir plot ke 7, di plot ini
tidak ditemukan spesies baru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa telah
ditemukan jumlah spesies sebanyak 10 dan tumbuhan yang mendominasi adalah
spesies dari familia Graminae atau rumput-rumputan. Adapun spesies baru yang
paling banyak ditemukan adalah pada plot ke empat.
Adapun

menurut

Harun

(1993),

bahwa

faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah adalah iklim, keragaman


habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam
membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan
sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi
jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah. Habitat dengan
daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih besar di
bandingkan habitat yang lebih seragam.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan samping
lapangan mesjid Ulil Al-bab UNM Parangtambung, disimpulkan bahwa analisis
vegetasi (Kurva Spesies Area) dimana dari ketujuh plot yang dibuat, plot keempat
merupakan plot yang paling banyak ditemukan spesies barunya. Dan dari
pengamatan yang dilakukan tidak semua plot selalu memiliki spesies baru.
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam mengukur
plot dan mengidentifikasi spesies apa yang terdapat dalam plot tersebut. Dan juga
menyediakan alat-alat yang diperlukan saat melakukan praktikum di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Arisandi, 2014. Analisis Vegetasi. http://biologinatural.blogspot.com/2014/04/analisisvegetasi.html. diakses 17 Oktober 2014


Andre.

M.
2009.Apa
dan
Bagaimana
Mempelajari
Analisa
Vegetasi.
http://boymarpaung.wordpress.com.. Diakses pada Tanggal 17 Oktober 2014.

Andriecaale. 2011. Laporan Tetap Analisis Vegetasi Metode Kuadran (Ekologi).


http://andriecaale.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 17 Oktober 2014
Campbell, Neil.A, Mitchell, Ritche. 2004. Biologi Jilid 4. Erlangga. Jakarta.
Deden Abdurrahman. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. 2008. PT Grafindo Media
Pratama : Bandung
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Bina Pustaka.
Harjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM.
Yogyakarta.
Heddy, Suasono, dan Metikurniati. 1994.PrinsipPrinsip Dasar Ekologi. Raja Grafindo
:Surabaya.Rahardjanto, A. 2001. Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang.
Irwanto. 2006. Analisis Struktur dan Komposisi Vegetasi Untuk Pengelolaan Kawasan Hutan
Lindung Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.
http://www.geocities.com/irwantoshut/proposal_s2.zip. 18 Oktober 2014.
Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold
Publishers.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Marsono, D.J. 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia Buletin
Instiper Volume 2 No.2. Yogyakarta: Institut Pertanian Stiper.
Marsono, DJ. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Yayasan Pembina
Fakultas Kahutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Michael,P.1995.Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboraturium. Jakarta: UI
Press.

Nuri. 2010. Analisis Vegetasi Herba. http://nurichem.blogspot.com/2010/03/analisis-vegetasiherba.html. diakses 17 Oktober 2014


Soetjipta.1994. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Dan Peningkatan Mutu
Tenaga Pendidikan. Yogyakarta.
Sugianto, A. 1994. Ekologi Kwantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunita. Usaha
:Persada. Malang.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Ucapan Terima Kasih

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang


memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan
dan kekuatan didalam penyusunan laporan ini. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada Sayyidina Muhammad SAW
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak DR. Ir.
Muh. Wiharto, M.Si. untuk memberikan petunjuk hingga terselesaikannya laporan ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah senantiasa penulis berharap semoga segala
sesuatunya yang dengan tulus dan ikhlas telah diberikan dan penulis dapatkan akan selalu
mendapat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Amin.

Makassar, Oktober 2014

Penulis

LAMPIRAN
Data R Console
> #--- Kurva spesies area -----------------------------------------------------------> #----------------------------------------------------------------------------------------> #--- Programer : Nurfitriani -----------------------------------------------------> #--- Makassar 11 Oktober 2014 ----------------------------------------------> rm(list=ls(all=TRUE))
>
> #--- Ambil data --------------------------------------------------------------------> #--- Penentuan lokasi direkturi ------------------------------------------------> setwd ('D:/movie')
> dataku<-read.table("kurvaspesies2.csv",header=TRUE,sep=",",dec=".")
> dataku
Kode Panjang Lebar Sp.Baru
1 1 0.5 0.5
2
2 2 0.5 1.0
0
3 3 1.0 1.0
2
4 4 1.0 2.0
3
5 5 2.0 2.0
1
6 6 2.0 4.0
2
7 7 4.0 4.0
0
> #--- mengatur 3 angka di belakang koma ------------options(digits=3)
> #--- fungsi menghitung luas plot -------------------------------------------> #--- dalam meter persegi ----------------> luas.mt<-function(x,y)
+
{ls.m<-x*y
+
return(ls.m)
+
}
> #-------------------------------------------------------------------> Luas.m<-luas.mt(dataku$Panjang,dataku$Lebar)
> Luas.m
[1] 0.25 0.50 1.00 2.00 4.00 8.00 16.00
> #--------------------------------------------------------------------> #---------------fungsi menghitung luas plot-------------------> #---------------dalam hektar------------------------------------> luas.ha<-function(x)

+ { ls.ha<-x/10000
+ return (ls.ha)
+}
> #-----------------------------------------------------------------> Luas.ha<-luas.ha (Luas.m)
> Luas.ha
[1] 2.5e-05 5.0e-05 1.0e-04 2.0e-04 4.0e-04 8.0e-04 1.6e-03
> #------------------------------------------------------------------------> #------------Menghitung Akumulasi Spesies------------> akumulasi<-cumsum(dataku$Sp.Baru)
> akumulasi
[1] 2 2 4 7 8 10 10
> #-----------------------------------------------------> #-----------Menghitung presentasi pertambahan-------------> #--------------------Spesies---------------------------------------> persen<-function(x,y)
+ {x/y*100}
> Persentase<-persen (dataku$Sp.Baru[-1], akumulasi)
Warning message:
In x/y : longer object length is not a multiple of shorter object length
> Persentase
[1] 0.00000 100.00000 75.00000 14.28571 25.00000 0.00000 0.00000
> #-----------------------------------------------------------> #------------menggabungkan data-----------------------> dataku <-data.frame(dataku,Luas.m,Luas.ha,akumulasi,Persentase)
> dataku
Kode Panjang Lebar Sp.Baru Luas.m Luas.ha akumulasi Persentase
1 1 0.5 0.5
2 0.25 2.5e-05
2 0.00000
2 2 0.5 1.0
0 0.50 5.0e-05
2 100.00000
3 3 1.0 1.0
2 1.00 1.0e-04
4 75.00000
4 4 1.0 2.0
3 2.00 2.0e-04
7 14.28571
5 5 2.0 2.0
1 4.00 4.0e-04
8 25.00000
6 6 2.0 4.0
2 8.00 8.0e-04
10 0.00000
7 7 4.0 4.0
0 16.00 1.6e-03
10 0.00000
> #-----------------------------------------------------------------> #---------menyimpan data di excel------------------------

>
write.table(dataku,file="Kurva
ita.csv",append=FALSE,sep=",",dec=".",row.names=FALSE,col.names=TRUE)
> #------------------membuat grafik--------------> #--------------------------------------------------------------------> plot(dataku$Kode,dataku$akumulasi,type='b',ylim=c(1,25), pch=16, col=3,
ylab='Akumulasi Spesies', xlab='Ukuran Plot')
> #---------membuat grid----------> grid(lty=1,lwd=1)
> lines(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col='red')
> points(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col='blue')
> #-------- membuat sumbu x perhatikan berapa banyak---------------> #-------- plot yang dibuat ----------------------------------> axis (1, at=1:7, lab= c ("1", "2", "3", "4", "5", "6", "7" ))
> #----------------------------------------------------------------> #----- species accumulation curve --------------------->
>

Spesies

cex=1.5,

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar keseluruhan plot

Gambar plot ke-1

Gambar plot ke-2

Gambar plot ke-3

Gambar plot ke- 4

Gambar plot ke-5

Gambar plot ke-6

Gambar plot ke-7

Tumbuhan pada plot 1

Tumbuhan pada plot 3

Tumbuhan pada plot 4

Tumbuhan pada plot 5

Tumbuhan plot 6

Anda mungkin juga menyukai