ABSTRACT
This study aimed at finding out the extent of the contribution of guidance and
counseling supervision, school work climate, and work motivation to the performance
of supervising teachers at public senior high schools in Badung regency both separately
and simultaneously.
The population consisted of all the 37 supervising teachers at public senior high
schools in Badung regency and 32 of them were used as the research respondent. The
sampling was carried out by using purposive sampling technique by considering the
guidance and counseling education background of the teachers. This study used ex post
facto design. The data were collected by questionnaires. The data were analyzed by
regression, correlation and analysis of determination.
The results showed that (1) there was a significant contribution of guidance and
counseling supervision to the performance of the supervising teachers through
regression linear equation Y = 130.485 + 0.439X1 with 22.23% contribution, (2) there
was a significant contribution of school work climate to the performance of the
supervising teachers through regression linear equation Y = 99.358 + 0.591X2 with
23.77% contribution, (3) there was a significant contribution of work motivation to
performance of supervising teachers through regression linear equation Y = 82.258 +
0.843X3 with 20.40% contribution, and (4) there was a significant simultaneous
contribution of guidance and counseling supervision, school work climate, and work
motivation to the performance of the supervising teachers through regression linear
Key words: guidance and counseling supervision, school work climate, work
motivation, performance of supervising teachers
I. PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan ilmu
pembangunan
adalah
dengan
pendidikan.
Sehubungan
hal
tersebut,
menuntut
pemerintah
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan
manusia.
Oleh
tujuan
sebagaimana
masih
signifikan.
sampai
rendah
peningkatan
yang
komperasi
internasional,
dan
yang
(Departemen
pendidikan
karena
itu
nasional
menjadi
warga
negara
Pendidikan
Nasional,
belum
meningkat
Nilai Ebtanas
Sekolah
dan
Murni SD
Menengah
tidak
secara
relatif
mengalami
berarti.
Dari
mutu
disurvei,
dalam mewujudkannya.
Untuk
tujuan
atas,
maka
mewujudkan
pendidikan
hendaknya
di
lingkungan
keluarga
Melihat
kesenjangan
antara
kenyataan
hasil
keinginan
dan
pendidikan
saat
(pendidikan formal).
keberadaan guru,
ini,
memunculkan
yakni rendahnya
rendahnya
dilakukan.
dan
peningkatan
Berbagai
manajemen
inovasi
pendidikan,
kinerja
guru.
Walaupun
diberikan.
salah
satu
penyebab,
Hal ini
globalisasi.
melaksanakan
yang
pembelajar
berbagai
Kinerja
akan
guru
yang
rendah
Oleh
karena
melaksanakan
sebagaimana
itu
proses
berkualitas
guru
pembelajaran
melalui
di
sekolah,
persoalan,
harus
berbagai
memiliki
pengalaman,
Untuk
itu
untuk
tugas-tugas
guru
atas,
terus
disebutkan
di
menerus
dalam
menghadapi
guru
jauh
memerlukan pembinaan
kurang
penguatan
menguntungkan
dari
termasuk
menerus
melalui
guru
pembimbing,
yang terus
supervisi
atau
sekolah,
tidak
sebanding
dengan
upaya
konseling.
Kontribusi
supervisi
yang
sifatnya
berkembang
sehingga
kinerja
guru
pembimbing.
Karena
secara
memberikan
mereka
profesional,
lebih
bahwa
personal-personal
dalamnya.
yang
Guru
terlibat
di
pembimbing
kegiatan
mampu
arah diri
supervisi
yang
konformitas .
sekali
yang
menghadapi
dihadapi
guru
adalah
tersentuh.
juga
tuntutan
yang
Supervisi
perubahan
bimbingan
diobservasi
jarang
jarang
Guru-guru
kelas.
dan
efektifnya
supervisi
Iklim
kerja
(work
climate)
juga
tenteram dan
baik
pembimbing
sekolah
beberapa
yang
rendahnya
sekolah,
di
faktor
mengindikasikan
beberapa
penyebab
masih
maupun
oleh
pengawas
antara
personil,
adanya
melaksanakan
guru
Beberapa
dalam
tugas
melaksanakan
meliputi
tugas
tanggung
(dalam
melakukan
supervisi
juga
belum
jawabnya,
dan
Sumantra
Sukmadinata
Yasa,
2004).
penyelenggaraan pendidikan
yang
jelas,
sehingga
kinerjanya
juga
iklim
kerja
untuk
termasuk
guru
pembimbing
guru,
dalam
aspek
guru pembimbing.
menunjang
pencapaian
tujuan
organisasi.
(2004)
(motivation)
mengatakan
Danim
motivasi
Dalam
tugas,
bahwa
yang
bukan
motivasi
kerja
tidak
berusaha
konseling.
guru
kinerjanya
pelaksanaan
pembimbing
kurang baik,
sehingga
ia
Badung.
Manfaat
yang
ingin dicapai
bahan
kembali
memperbaiki
melaksanakan
masukan
untuk
dan
sekaligus
kinerjanya
tugas
dan
bahwa
mengkaji
untuk
dalam
tanggung
meningkatkan
(1)
kinerja
guru
mengontrol/mengawasi
bimbingan
untuk
memberikan
menambah
betapa
kerja
wawasan
bahwa
dalam
dan
kegiatan
konseling,
pembinaan,
(2)
(3)
meningkatkan
Raga
konseling,
Kabupaten
Badung,
dapat
melakukan
pribadi
Pembinaan
pengembangan
pembimbing
kontribusi
memberikan
supervisi
bimbingan
dengan
guru
percakapan
pembimbing,
dilakukan
untuk
profesional
serta
guru
memperluas
pelayanan
bimbingan
motivasi kerja
Badung.
Secara
konsep
supervisi
Ikim
kerja
penelitian
pembinaan-pembinaan
yang
yang
atau
yang
lingkungan
berwujud
pelayanan
bimbingan
profesional,
dilakukan
oleh
baik
kepala
digunakan
dalam
ini
sekolah
sekolah
yang
pendapat
meliputi
sekolah,
untuk
meningkatkan
kinerja
guru
pembimbing
Bafadal
bahwa
(1991),
menyatakan
pelaksanaan
supervisi
ketika
serta
terpuaskan,
terjaminnya
kesehatan kerja.
sekolah
yang
keselamatan
dan
ini
akan
kebutuhan
maka
bersangkutan
terutama
orang
mengaktualisasikan
kebutuhan
tidak
puas
dengan
kreativitas,
dipenuhi
kepemimpinan
dukungan
ide,
lebih
yang
untuk
rendah
individu
mencari
tingkat
yang
sarana
pendidikan.
efektif
dan
prasarana
berikutnya
akan
adalah
menjadi
(expectancy
theory)
kerja
tinggi
dahulu
dalam
penelitian ini
Motivasi
dan
terlebih
dari
Stoner,
bahwa
Stoner,
orang-orang
tergantung
pekerjaannya
memenuhi
penghargaan
berdasarkan
komponen
untuk
pada
yang
berbagai
akan
tingkatan
utama
pilihan
diperoleh
prilaku
dari
dan
model
yang
kerjanya
bonus,
tugas
memperbaiki
pujian,
terhadap
cara
insentif.
Dorongan
motivasi
merupakan
guru
berlaku
menurut
untuk
ukuran
pekerjaan
yang
profesi
keguruan.
yang
baik
berakibat
pada
Dilihat
dari
pendekatannya,
post facto
terjadi,
diawal
tadi.
Jika
seseorang
telah
yang
kemudian
menemukan
terjadinya
menggunakan
tindakan
asosiatif
yang
akan
memberikan
faktor-faktor
merunut
peristiwa
yang
metode
adalah
penyebab
diteliti.
kuantitatif
penelitian
yang
hubungan
antar
variabel.
hubungan
yang
dimaksud
ini
digunakan
pendapat
Bentuk
yaitu
untuk
mencari
besarnya
dengan
menggunakan
penelitian.
sampling
purposive
dengan
konseling.
penelitian
ini,
data
dan
kuesioner.
digunakan
untuk
pembimbing
masing-masing
yang
SMA
ada
Negeri
pada
di
Kadang-Kadang
untuk
jawaban
Jarang
jawaban
Tidak
Pernah
Dalam
atau
dijadikan
pertanyaan
pertanyaan-
pertanyaan
negatif
diberikan
skor
sebaliknya.
Untuk
jawaban
yang
menunjukkan
dukungan
terhadap
Kadang-Kadang
untuk
jawaban
Jarang
(JR)/Tidak setuju(TS),
untuk
jawaban
dan skor 5
Tidak
Pernah
berikut:
langkah-langkah
(1)
deskripsi
sebagai
data,
garis regresi
= 130,485 + 0,439X1
sebesar
46,30%.
Dalam
(2)
hipotesis.
konseling
dengan
pembimbing
sebesar
kinerja
guru
0,680
dengan
dan
kecenderungan
menggambarkan
Kriteria
Klasifikasi
Sangat baik/
sangat tinggi
Baik/tinggi
Sedang
Kurang/rendah
Sangat kurang/
sangat rendah
Mi + 1,5 SDi
Berdasarkan
tujuan
penelitian
bahwa
supervisi
bimbingan
(SE)
variabel
konseling
hasil
pengolahan
menunjukkan
bahwa:
Bila
data
terhadap
bimbingan
kinerja
guru
supervisi
(1)
dikaitkan dengan
hasil
dilakukan
terhadap
kegiatan
konseling
terhadap
kinerja
guru
komponen
dari
sistem
manajemen
kinerja
regresi:
pengawas
sekolah
Freg
supervisor
yang
melakukan
supervisi
adalah
sebagai
guru
pembimbing,
secara
garis
(p<0,05).
Dalam
berkewajiban
terhadap
dengan
tersebut
maksud
makin
pembimbing.
sekolah
dikomuni-kasikan
dilakukan
dengan
ke
jaringan
kinerja
baik
guru
pula
pembimbing
kinerja
guru
iklim
kerja
Variabel
dapat
menjelaskan
makin
suatu
(SE)
pengawas
terhadap
melakukan
komunikasi
maupun
bahwa
variabel iklim
kinerja
iklim
kerja
guru
kerja
sekolah
pembimbing
sebesar 23,77%.
indikasi
Hasil
penelitian
ini
sesuai
pelaksanaan
bahwa
ini
bertahap,
berkesinambungan
dilaksanakan
menyeluruh,
dan
secara
iklim
kerja
organisasi
kepemimpinan
dukungan
standar.
pendidikan.
Lebih
menyatakan
jauh
dan
dan
prasarana
bahwa
dan
organisasi
aktivitas
bersama-sama
keselamatan
oleh
dan
iklim
iklim
sarana
efektif
kerja
Dengan
bahwa
Davis (1981)
yang
kesehatan
kerja
kerja.
sekolah
yang
iklim
kerja
menyenangkan.
di
yang
rasa
menyenangkan
sekolah
Dalam
dalamnya
suatu
terdapat
dilakukan
dengan
aman,
pada
secara
teratur
dan
nyaman
dan
orang
yang
maka
melaksanakan
lebih
ide,
dan
mengaktualisasikan
kreativitas,
inovasi,
kompetensi
yang
kerjasama
tugas
rasa
sehat
dalam
menyenangkan
pencapaian
tujuan
mengupayakan
maka
dengan
karyawan
hubungan
yang
signifikan
dengan
sama
(3)
kerja
pembimbing
terdapat
kontribusi
terhadap
kinerja
garis regresi
motivasi
guru
= 82,258 + 0,843X3
antara
supervisi
bimbingan
garis regresi
sama
motivasi
berhubungan
berhubungan
guru
sebesar
dengan
kinerja
sebesar
kerja
sekolah,
dapat
dengan
menjelaskan
kinerja
guru
bimbingan
20,40%.
= 69,254 + 0,211X1 +
konseling,
dan
motivasi
iklim
kerja
kerja
guru
faktor
motivasi
untuk
dan
kemampuan
Makin
baik
supervisi
bimbingan
IV.
PENUTUP
disimpulkan
bimbingan
pembimbing.
koefisien
tidak
variabel-
efektivitas
Bila dilihat
sepenuhnya
bahwa
bahwa:
(1)
konseling
supervisi
berkontribusi
supervisi
bimbingan
hubungan
yang
harmonis
pengawas
supervisor
dan
guru.
sekolah
bimbingan
kualitas
dalam
dilakukan
Hubungan
guna
guru
bersifat
melaksanakan
bidang
konseling
meningkatkan
pembimbing
dalam
antara
konseling.
dengan
terbuka,
kesetiakawanan,
Oleh
sebab
itu,
dalam
kebutuhan
guru
sebagai
pribadi,
humor;
secara
berkesinambungan.
harus
berdasarkan
pedoman
dan
(b)
supervisi
dilaksanakan
berencana
dan
Supervisi
sewaktu-waktu
bukan
dilakukan
Apabila
guru pembimbing.
guru
jika
ada
telah
berhasil
mengembangkan
dirinya,
tidaklah
berarti
tugas
selesai
supervisor,
melainkan
harus
tetap
melakukan
multi
tujuan
supervisi,
berupa;
Hal
profesional,
tersebut
sangat
logis,
karena
motivasi
guru,
dan
diarahkan
pertumbuhan
dalam
pelaksanaan
karena
itu,
supervisi.
supervisi
direncanakan,
Oleh
sebaiknya
dikembangkan,
dan
untuk
mengembangkan
dan
kreativitas
persoalan-persoalan bimbingan
dihadapi;
(g)
supervisi
guru
yang
bimbingan
supervisi
didasarkan
bimbingan
konseling
kebutuhan
nyata
dalam
samping
seperti:
program
keberhasilan
kesiswaan,
dan
administrasi,
sarana
prasarana.
instrumen
itu,
dalam
menentukan
program
pengukurannya
supervisi,
memiliki
tercipta
mengembangkan
hubungan
yang
bersinergis,
dan
supervisi
bimbingan
harmonis,
terintegrasi;
(e)
konseling
profesionalismenya,
ditindaklanjuti
dengan
pengembangan
bimbingan
analisis
pengembangan
sebelumnya.
bimbingan
program
kebutuhan
konseling
masalah-masalah,
mengindentifikasi
membantu
lingkungan
ditata
meningkatkan
bawahan
menyatu
Negeri
partisipasi
dengan organisasi,
makin
guru
dan
strategi
dalam
fisik
mengatasi
pekerjaan
dengan baik,
di
untuk
yang
fasilitas perlu
Kabupaten
Badung.
tidaklah
harus
hubungan
dipandang
berhierarki
sebagai
yang
ketat,
pada
SMA
Negeri
diperdiksikan
di
Kabupaten
berpedoman
pada
pemimpin
dan
agar
mendukung terciptanya
iklim
kerja
guru
berlomba-lomba
untuk
perlombaan
seorang
dapat
profesionalisme,
sesuai
masing-masing
kegiatan-kegiatan
pemimpin
memperlakukan
bawahan
serta
dapat
peningkatan
(b)
menjaga
rekreasi
bersama
dan
mengemukakan
melaksanakan
keluhan,
pendapat,
pada
akhirnya
guru
senang
tugasnya,
(c)
kerja
guru,
(c)
mengumpulkan
berkelanjutan,
merupakan
tugasnya,
memberikan
mengembangkan
lainnya.
wawasan
dan
(e)
di
atas
perlu
kiranya
(d)
faktor
motivasi
yang
perkembangan
diri
terpenting
psikologis
individu/siswa
pemberian
yang
merupakan
pemberian
layanan
ujung
tombak
bantuan
teknik-teknik
kepada
siswa,
dan
Secara
siswa
perkembangan
dilakukan
pada
sekolah/supervisor
ke
arah
SMA
Negeri
bimbingan
dan
di
Kabupaten
empirik
ditemukan
oleh
bahwa
pengawas
dalam
bidang
maksimal
diri
meningkatkan
melalui
membaca,
kompetensi
mengikuti
adalah
dalam
melakukan
bimbingan
sebagai
dalam
profesi
rangka
kebutuhan
individu
pengembangan
konseling
supervisi
hendaknya
senantiasa
harus
sekolah/supervisor
bidang
dalam
menggali
mampu
informasi-
memberikan
contoh,
bimbingan
konseling
hendaknya
senantiasa
memberikan
motivasi
kepadaguru
pembimbing
melaksanakan
agar
kondusif,
kepala
sekolah
secara
hendaknya
senantiasa
lingkungan
fisik
ditata
mendapatkan
(a)
dalam
konseling,
agar
kepada
guru
sehingga
dapat
pengawas
bidang
perhatian
yaitu:
sekolah/supervisor
bimbingan
melakukan
terarah,
tugasnya
yang
supervisi
pelaksanaan
jelas
tugas
pekerjaan
dengan baik,
yang
fasilitas perlu
guru
Negeri
Badung
meningkatkan
baik menyangkut
hendaknya
di
Kabupaten
selalu
profesionalisme,
bidang
adminitratif,
peembimbing
menciptakan
di
Kabupaten
personal
maupun
edukatif.
Dalam
bidang
edukatif,
kepala
sekolah
harus
(b)
in
memprogramkan
service
variabel
lain
yang
berkontribusi
DAFTAR PUSTAKA
guru
Arya
pembimbing
memperluas
sehingga
wawasan
pelaksanaan
tugas
pendidikan,
dapat
tentang
dan
dunia
khususnya
menyangkut masalah
yang
bimbingan dan
pembinaan-pembinaan
guru
melakukan
pembimbing,
penilaian
(e)
kinerja
guru
(f)
pendidikan
kesejahteraan
guru
serta
dan
tenaga
kontribusi
konseling,
supervisi
iklim
kerja
dengan korelasi
Putra.
Kontribusi
Prilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Iklim Kerja Sekolah, dan
Motivasi Berpretasi Terhadap
Kinerja Guru di SMK Negeri 3
Singaraja. Tesis. Program Pasca
Sarjana Undiksha Singaraja.
2005.
Sudarwan. 1995.
Media
Komunikasi
Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
2006.
Statistika
Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
2008.
Metode Penelitian
Pendidikan
(Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R dan
D). Bandung: Alfabeta
Sumantra Yasa Made. Ekspektasi Guru
terhadap
Kemampuan
Kepemimpinan dan Sikap Kerja
Kepala
Sekolah
dalam
Hubungannya dengan Kinerja
Guru SMA Negeri di Kabupaten
TB.
pembelajaran
I. PENDAHULUAN
Keterampilan
menulis
menulis
harus
diberi
lapangan
menunjukkan
mestinya.
bagi
mereka.
Oleh
karena
itu,
Di
bahwa
di
kelas,
pembelajaran
pembelajaran
Selama
ini
pembelajaran
SMA
yang
berhasil untuk
Negeri
menggunakan
Singaraja
pendekatan
telah
proses.
penelitian
memadai.
menulis,
mengenai
pembelajaran
Kurikulum
dalam
dalam
untuk
dan
Hal ini
(1997:143)
bahwa
bukanlah
proses.
mengembangkan
variasi dalam
kemampuan
model
pengajaran.
menyatakan
menulis
Untuk
keterampilan
menulis
memperoleh
tidak
cukup
proses
menulis
pengajaran
Penilaian
(Tompkins,
menulis
merupakan
yang
faktor
proses
pembelajaran.
penggunaan
KTSP
menyarankan
asesmen
pelatihan.
untuk
mendemonstrasikan
(meaningful)
bermakna
aplikasi
tentang
Walaupun
sangat
asesmen
dianjurkan
dalam
kinerja
penilaian
esensial
(Muller,
1989
dalam
guru
asesmen
asesmen
autentik
untuk
menilai
masih
menggunakan
konvensional.
model
Penilaian
kinerja.
masih
informasi
dan
suatu
tentang
program.
menghendaki
sesuatu
Asesmen
siswa
tugas-tugas
yang
bermakna
dengan
kinerja
menyelesaikan
kompleks
tetap
diterapkan
penilaian
dan
Dampak
yang
muncul
dari
menggunakan
termotivasi
keterampilan
meningkatkan
yang
relevan
untuk
untuk
berusaha
kemampuan
menulis
tidak
sehingga
kompetensi
kelebihan dan
spesifiknya,
mengaplikasikan
keterampilan
seperti
dan
utama
asesmen
kinerja
pengalaman
mereka
tidak
untuk
mengetahui
kekurangan masing-
masing.
memiliki
Secara
kognitif,
pengeskoran.
proses
informasi
menulis
linguistik
maupun
non-linguistik
dan
tulisan
representasi
(simbol-simbol
sebagai
ujaran)
mengandung
yang
potensi
dan
bertindak,
(3)
bebas
dalam
(4)
dapat
mengekspresikan
pada
2009).
kemandirian.
Dalam
bahasa,
proses
pengembangan
pengajaran
diri,
kegiatan-kegiatan
Berdasarkan
kreatif,
paparan
(6)
tentang
dimensi
penelitian.
manusia
Rancangan
penelitian
yang
berkualitas.
(Munandar,1999:47)
menyatakan
perbedaan
pengaruhnya
kemampuan
menulis
bahasa Inggris.
Penelitian
terhadap
siswa
ini
menyelidiki
pengaruh
kreativitas
Permasalahan
dalam
pemecahan
masalah,
atau
asesmen
dalam
kinerja
terhadap
dan
kemampuan
dirumuskan
sebagai
bahasa
orang
kreatif.
yang mengikuti
Menurut
asesmen
yang
asesmen
kinerja
dan
siswa
konvensional?
kelompok
siswa
kreativitas
rendah,
(3)
yang
Pada
memiliki
apakah terdapat
asesmen
kinerja
dan
siswa
asesmen
bahasa
antara
siswa
yang
yang
bahasa
konvensional,
(4)
untuk
pengaruh
asesmen
kreativitas
kinerja
dan
siswa
yang
terhadap
kemampuan
terdapat
pengaruh
interaksi
antara
ini
ilmu
Inggris?
bidang
mengetahui
perbedaan
bahasa
diharapkan
dapat
pendidikan,
yang
memberikan
khususnya
berkaitan
dalam
dengan
itu,
hasil
diharapkan
penelitian
dapat
ini
memberikan
penilaian
pendidikan
mantap
mata
(3)
praktisi
untuk
mengetahui
perbedaan
kinerja
sehingga
memiliki
untuk
pelajaran
konsep
praktik
yang
melaksanakannya
bahasa
pendidikan
di
Inggris
diharapkan
pengaruh
Pendidikan
Kependidikan
dapat
atas,
Tenaga
memberikan
kinerja
dan
ada
dua
instrumen
yang
diperlukan,
yaitu
instrumen
untuk
dengan
masalah
sumbangan
asesmen
penilaian
dalam
pembelajaran.
eksperimen
experiment)
rancangan
dengan
atau
semu
(quasy
menggunakan
desain
kelompok
kontrol dengan postes saja (the posttestonly control group design) terhadap
siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja.
Sampel
penelitian
diambil
X3
dan
X6
sebagai
kelas
kemampuan
bahasa
kuesioner kreativitas.
Semua siswa, baik di kelas
eksperimen maupun kontrol, dipilah
menjadi dua, yaitu kelompok yang
beranggotakan siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan kelompok yang
beranggotakan siswa yang memiliki
kreativitas rendah. Penentuan kreativitas
siswa dilakukan dengan memberikan
kuesioner kreativitas baik pada kelas
eksperimen (X3 dan X6) maupun kelas
kontrol (X4 dan X5). Skor yang
diperoleh dari kuesioner kreativitas
diperingkatkan.
kelompok
atas
Sebanyak
27%
dinyatakan
sebagai
sedangkan
27%
kelompok
perhitungan
tersebut
bahwa
memberikan
daya
pembeda
tes
(Suryabrata,
dengan
tinggi,
asesmen
dalam
konvensional,
mengikuti
(2)
bahasa
asesmen
of
deskriptif
rendah,
hipotesis penelitian.
variance).
Analisis
dalam
mengikuti
asesmen
bahasa
bahasa
Inggris siswa.
A1
A2
B1
B2
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
Mean
78,85
74,67
81,18
72,35
85,76
71,94
76,59
72,76
Modus
74,72
74,50
84,28
74,00
83,70
73,70
76,83
71,10
Median
77,50
74,59
82,50
72,75
84,75
72,75
76,50
71,50
SD
8,04
5,49
6,58
4,41
4,19
3,76
5,19
5,06
64,61
30,14
43,29
19,45
17,56
14,14
26,94
25,60
Maksimum
95
85
95
80
95
77
85
80
Minimum
64
62
68
62
80
64
68
62
Rentangan
31
23
27
18
15
13
17
18
Interval
Banyak
Kelas
A
B
dalam
hipotesis
pengaruh
digunakan
varians
keseluruhan
analisis
0,05,
analisis
dinyatakan
terdapat
pertama.
Kemudian,
interaksi
jika
signifikan,
Bertitik
tolak
dari
kriteria
secara
yang signifikan.
keseluruhan
dengan
dinyatakan
terdapat
pengaruh
uji
adanya
terhadap
perbedaan
bila
yang
hasil
signifikan,
bahasa Inggris.
JK
296,53
db
1
RJK
296,53
Fh
14,066**)
Ft = 0,05
3,99
1323,52
1323,52
62,783**)
3,99
425,00
425,00
20,160**)
3,99
1349,19
3394,24
64
67
21,081
**) signifikan
3.3 Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis
telah
sebelumnya,
yang
dilakukan
konvensional)
1. Kemampuan Menulis Bahasa
Inggris Siswa yang Mengikuti
Asesmen Kinerja dan Asesmen
Konvensional
Setelah pelaksanaan eksperimen
signifikan
berpengaruh
terhadap
SMA
Negeri
keseluruhan,
peningkatan
memperhatikan
menulis
kemampuan
secara
Singaraja.
dengan
variabel
Secara
tidak
moderator
pada
semua
Siswa
yang
asesmen
menunjukkan
Inggris
konvensional.
bahasa
Inggris siswa
kelompok
sampel.
kinerja
Secara
penelitian
ini
kualitatif,
mengungkapkan
siswa
bahwa
asesmen
terutama
meningkatkan
pada
materi
descriptive,
menjadi
Kelompok
(genre)
dan
news
sampel
siswa
narrative,
item
yang
penelitian
ini.
yang
mengikuti
yang
yang
asesmen
mengikuti
diterapkan
kinerja
kemampuan
dapat
menulis
kinerja
assessment
atau
adalah
kinerja
ketika
menampilkan
pencapaian
peserta
tes
diminta
untuk
daripada
pengaplikasian
kelompok
siswa
yang
pengetahuan
yang
asesmen konvensional.
pekerjaan
pembelajaran
penilaian
dalam
menulis,
kemudian
siswa
siswa
pada
tanpa
proses.
inilah
bagian-bagian
karangan
konvensional.
Selanjutnya,
guru
kesempatan
kepada
mengajukan
pertanyaan
menyimpulkan materi
Akhirnya,
siswa
siswa
yang
untuk
dan
pembelajaran.
disuruh
siswa
yang
bahasa
memberikan
antara
mengadakan
tersebut.
Inggris
Hal
akhir
kelas
eksperimen
dan
penerapan
menulis
diajarkan.
tahu
yang
siswa
tujuan
pembelajaran
pekerjaan
pembelajaran,
kriteria
sendiri
sebelumnya.
itu,
segera
awal
dibagikan
samping
siswa
pada
pada
untuk
terus
memperbaiki
penilaian
secara
data
kemampuan
menulis
bahasa
keseluruhan,
kemampuan
varians
FA
(anava)
hitung
dua
=
jalur
14,066,
(1:64,0,05)
= 3,99). Dengan
74,67.
A2
74,67 ).
(
Dengan
faktor
yang
menentukan
siswa
yang
memiliki
hasil
Indikator
individu
yang
memiliki
memiliki
kreativitas
tinggi
dibandingkan
dengan
yang
akan
senantiasa
analisis
gagasan-gagasan
varians
dua
siswa
jalur,
bahwa
kemampuan
mampu
berpikir
mencoba
untuk
kreatif
dan
menemukan
yang
baru
atau
yang
bermakna.
daripada
mengungkapkan
kelompok
siswa
yang
Mereka
ide
akan
mampu
yang
lebih
beragam,
selalu
ingin
untuk
kreativitas
berpengaruh
terhadap
Individu
yang
memiliki
Pembelajaran
yang
kinerja
akan
disertai
memiliki
untuk
cara
asesmen
kreativitas
lebih
memikirkan
kemampuan
dan
tinggi
menemukan
cenderung
asesmen
menulis
kinerja
memberikan
dapat
pekerjaannya
0,95
mengevaluasi
Di
pihak
konvensional
lain,
kurang
(t1-)
adalah
1,671.
Dengan
asesmen
memberikan
kelompok
siswa
siswa
untuk
menghasilkan
terbaiknya. Siswa
tulisan
hanya mengikuti
siswa
yang
yang
mengikuti
memiliki
asesmen
Y A1B1 85,76 Y
siswa
konvensional.
lebih baik.
yang
Pada
A 2 B1
76,59) . Dengan
mengikuti
kelompok
asesmen
siswa
yang
kinerja
pada
memiliki
= n1 + n2 2 = 68 2 = 66) dengan
dan
kelompok
dilihat
dari
kelompok
konvensional
siswa
yang
uji
t-Scheffe.
siswa
yang
Pada
memiliki
berpengaruh
siswa
yang
mengikuti
konvensional
sebesar
Y A1B 2 71,94 Y
A2 B 2
asesmen
72,76.
terhadap
kemampuan
(
IV. SIMPULAN DAN SARAN
72,76) .
memiliki
dapat
kreativitas
rendah,
disimpulkan
berikut.
Inggris
siswa
Terdapat
sebagai
yang
(1)
hal-hal
yang
perbedaan
bahasa
mengikuti
yang
dan
signifikan
kreativitas
antara
terhadap
menghasilkan
kemampuan
dengan
asesmen
lebih
cocok
mengikuti
sampel
rancangan
eksperimen
kompleks,
waktu
dapat diajukan
penelitian,
menggunakan
yang
lebih
pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
sebagai
asesmen
dengan
kemampuan
Inggris
bila
menulis
dibandingkan
Lembaga
pendidikan
yang
hendaknya
secara
terus-
untuk
menggunakan
model
Inggris
kemampuan
siswa.
(3)
menulis
Untuk
kemampuan
menulis
disarankan
untuk
Supervision and
Development.
Curriculum
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh peningkatan interaksi antara skemata dan teks
(Generating Interaction between Schemata and Text atau GIST) dan persepsi (beliefs)
pembelajaran bahasa terhadap kemampuan membaca pemahaman, dan untuk
mengetahui hubungan antara penggunaan GIST, teknik membaca konvensional dan
persepsi (beliefs) siswa terhadap pembelajaran bahasa. Penelitian ini dilaksanakan di
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, pada mahasiswa semester dua
jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dengan menggunakan desain penelitian
eksperimental 2x2.
Hasil analisis menggunakan ANAVA dua jalur menunjukkan bahwa kelompok
mahasiswa yang diajar dengan GIST menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam
membaca pemahaman dibandingkan dengan kelompok yang diajar dengan teknik
konvensional, dan terdapat interaksi antara jenis strategi yang digunakan dan persepsi
(beliefs) pembelajaran bahasa. Dalam hal persepsi terhadap pembelajaran bahasa, hasil
Tuckey test menunjukkan bahwa pada kelompok mahasiswa yang memiliki persepsi
positif, GIST memberikan kontribusi yang lebih baik dalam kemampuan membaca
I. Introduction
Reading is one of four language
Temple
(1994)
that
sense
and
demands
means
for
analyzing,
inferring,
of
words,
building
stated
sentence,
frameworks
and
different
associating,
synthesizing,
levels
of
predicting,
generalizing,
require knowledge.
knowledge,
information
concerning
their
own
memory
storage,
or
new material.
Schema
is
one
factor
that
comprehension.
Therefore,
it
is
influence
comprehension.
students
reading
comprehension
reading
are
text,
the
quality of
decoding
ability,
Generating
Interaction
between
teaching reading.
Based
on
researchers
personal
communication
with
the
and
Undiksha,
that the
conventional
reading
technique,
just read.
which
students
were
the
it was found
in
unnecessary
information,
help
mainly
attitudes,
understandings,
felt to be true.
motivation,
anxiety
premises,
etc.
or
perceptions,
For
beliefs,
example,
attitudes,
second
or
and
foreign
about
achievement
methodologies.
and
teaching
favourable
that
motivational
individual
students
differ
attitude
intensity,
and
use
higher
more
better
Gvozdanko
language
achievement.
(2005)
stated
Kern
that
beliefs
learning
learning.
have
taught
about
language
Students
can
also
by
conventional
between
language
considered
comprehension.
to
have
significant
GIST
and
learning
reading
beliefs
in
about
reading
the
reading
comprehension.
The
students
students
ability
beliefs
in
about
instructional
planning
significant
implementation,
and
in
reading
language
reading
to
and
provide
knowledge
different
Agathopoulou
well
Altan (2006).
as
to
to
experience
self-knowledge
and
(2007),
Bernat
&
design,
involing
an
contribution
and
to
the
students
(1991),
Pressley
(2001),
The
first
Interaction
and
Text
between
(GIST)
and
second
individual
independent
students
beliefs
variable
about
was
language
presentation
about
their
summary.
Four
presenters
in one
comprehension.
English
comprehension.
Education
Department
There
were
two
kinds
of
students.
Random
sampling
technique
Beliefs
About
Language
Learning
involved
scenario.
experimental
and
control
teaching
This
10
20
treatment
the
participants
study
in
involved
process
considering
better
achievement
in
reading
After
completing
the
while
administered
inferential
administered
to
statistics
infer
and
was
at
5%
level
of
draw
reading
learning
(B1)
showed
better
technique.
The
students
higher
(A1+B1)
showed
better
by
conventional
reading
than
the
students
reading
improve
searched
the
important
than
activity.
in
various
incoming
ways,
information
like
to
was
also
were
taught
by
beliefs
about
reading
who
relating
those
language
in
students
reading
beliefs
have
significant
taught
technique
have
stronger
favorable
motivation,
attitude
motivational
and
intensity,
hold
higher
use
more
concerned
to
third
the
hypothesis
negative
beliefs
no
students
significant
reading
difference
in
comprehension
in
students
reading
reading
71.10)
showed
no
significant
difference
reading
in
comprehension
who
were
taught
by
achievement
in
reading
conventional
( X A2B 2 =
students
learning.
by
This
result
supported
the
attitude
toward
language
achievement.
Whatever
students
would
not
show
significant
difference
in
language
learning.
choose
hypothesis
interaction
These
Rhoder.
reading comprehension.
about
The
the
significant
interaction
one
article
from
website,
studies
that
without
beliefs
about
considering
students
learning,
Generating
language
Interaction
used had
signifficant influence to
students
reading
variable,
best summary.
beliefs
comprehension.
about
language
about
significant
difference
between
the
language
about
taught
contribution
by
conventional
reading
technique.
IV.
the
had
kind
of
better
reading
reading
technique.
2. In terms of students beliefs about
language learning, it was found that
for the students who hold positive
beliefs,
to
learning
in
strategies.
CONCLUSION
taught
language
learning
GIST
contribution
gave
to
better
reading
like
information
relating
to
already
incoming
known
effective
technique
in
reading
comprehension.
Besides, the lecturers of Reading
1 course are also suggested to be aware
of beliefs about language learning
students bring to the classroom, because
Altan,
reading
using
different
Kohtz,
C.
2006.
Alternative
pedagogies and non-conventional
teaching methods in education:
Unplanned and limited change.
Available
at
http://gradworks.umi.com/32/44/3
244013.html. Accessed on 28
November 2009
Porter,
K.1994.
Pre-Reading
strategies.
Available
at
http://departments.weber.edu
teachall/reading/prereading.html.
Accessed on 20 November 2009
Pressley, M. 2001. Comprehension
instruction: What makes sense
now, what might make sense
soon. Reading Online, 5(2).
http://www.readingonline.org/
articles/art_index.asp?HREF=/arti
cles/handbook/pressley/index.htm
l. Accessed on 20 November 2009
Penelitian.
Bandung:
Pustaka Setia
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan:
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Wiersma, W. 1986. Research Methods
in Education: An Introduction. 4th
edition. Massachusetts: Allyn and
Bocon, Inc
Dunia, I Nyoman
ABSTRAK
Tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan
prestasi belajar PKn siswa sebagai hasil perlakuan antara penerapan model
pembelajaran resolusi konflik (MRK) dan model pembelajaran konvensional. Penelitian
ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan desain posttest only control
group design. Populasi berjumlah 2 kelas (80 orang) kelas XII/IPS 1,2 SMA Negeri 1
Nusa Penida sekaligus sebagai sampel.
Data penelitian ini dikumpulkan dengan kuesioner dan tes, yang dianalisis
dengan statistik uji anava 1 jalur dan anakova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
terdapat perbedaan prestasi belajar PKn yang signifikan antara siswa yang mengikuti
model pembelajaran resolusi konflik (MRK) dan siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional (Fhitung = 68,154; =0,05), (2) setelah dikendalikan oleh
pola asuh orang tua, terdapat perbedaan prestasi belajar PKn yang signifikan antara
siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik (MRK) dan siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional (F* = 12,683; =0,05), (3) terdapat
kontribusi pola asuh orang tua yang signifikan terhadap prestasi belajar PKn para siswa
SMA negeri 1 Nusa Penida, baik pada siswa yang mengikuti model pembelajaran
resolusi konflik (MRK) maupun pada siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional, masing-masing sebesar 98,40% dan 98,18%. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa (1) prestasi belajar PKn siswa yang mengikuti model pembelajaran
resolusi konflik lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional; (2) setelah dikendalikan oleh pola asuh orang tua, ternyata prestasi
belajar PKn siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik lebih tinggi
daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional; (3) kontribusi pola
asuh orang tua pada para siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik
lebih tinggi daripada para siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional di
SMA Negeri 1 Nusa Penida.
Implikasi temuan penelitian ini adalah (1) sebagai tenaga pendidik, guru
seharusnya mengetahui prestasi belajar siswanya; (2) model pembelajaran resolusi
konflik (MRK) dalam implemntasinya sangat memerlukan tekad, inovasi dan kesabaran
guru dalam merancang pembelajaran; (3) sekolah perlu berbenah untuk lebih
memberikan perhatian pada peningkatan kuantitas maupun kualitas sarana belajar.
Kata kunci: model pembelajaran resolusi konflik, model pembelajaran konvensional,
prestasi belajar PKn, pola asuh orang tua
ABSTRACT
The aims of this research is to know and describe the difference in students
citizenship education learning achievements between students given conflict resolution
learning model (MRK) and conventional learning model. This research is categorized
into experimental study by using one way Anakova. Two social studies classes (80
students) of grade XII SMAN 1 Nusa Penida were used as the sample.
The data were collected by using questionnaire and test, and analyzed by using
one path anava and anakova statistic. The research shows (1) there are significant
differences in citizenship education learning achievements between students given
conflict resolution learning model (MRK) and conventional learning model (F hitung=
68.154; <0.05), (2) there are significant differences in citizenship education learning
achievements after they are controlled by parental care between students given conflict
resolution learning model (MRK) and conventional learning model (F* = 12.683; <
(0.05), (3) there are significant parental care contribution towards citizenship education
learning achievements of the students of SMAN 1 Nusa Penida, both to students given
conflict resolution learning Model (MRK) and conventional learning model,each
98.40% and 98.18%. From the invention, it can be concluded that: 1) citizenship
education learning achievements of the students given conflict resolution learning
(MRK) is higher than students given conventional learning model. 2) After being
controlled by parental care, it is parent that citizenship education learning achievements
of the students given conflict resolution learning (MRK) is higher then students given
conventional learning mode. 3) The contribution of parental care for students joining
conflict resolution learning model (MRK) is higher than students joining conventional
learning model in SMAN 1 Nusa Penida.
The implication of the inventions of the research are (1) for the teacher, he/she
has to know his/her students achievements, (2) the implementation of conflict resolution
learning model (MRK) seriously needs strong willing, innovation, and patience in
designing the learning model, (3) The institution has to give more attentions in
increasing the quantity and the quality of learning instruments.
Key Words: conflict resolution learning model, conventional cearning model,
citizenship education learning achievements, parental care.
I.
PENDAHULUAN
Kurikulum 2006 (KTSP) yang
tentang
standar
nasional
pendidikan
2003
tentang
nasional dan
sistem
pendidikan
Peraturan Pemerintah
menengah
mengamanatkan
disusun
oleh
bahwa
satuan
yakni
oleh
Pengembangan
kurikulum
warganegara
kesadaran
yang
politik,
sanggup
kesadaran
tingkat
standar
pendidikan
menjamin
nasional
dimaksudkan
untuk
kerangka
kurikulum
terdapat
pendidikan
dijabarkan
agama
dan
empat
ahlak
dan
kegairahan
belajar
siswa
dasar
pilar
menjadi
(1)
samping
iklim
mulia;
(2)
dikembangkan
pembelajaran
yang
keberhasilan
dipengaruhi
kewarganegaraan
menekankan
pada
pembelajaran
oleh
menggunakan
siswa
akan
status,
hak
dan
sangat
kemampuan
model
dan
pembelajaran
Bila
konseptual
strategisnya
pendidikan
kewarganegaraan.
dianalisis
secara
kajian
kondisi
dan
keterampilan
teknik
yang
and
belajar.
character
building)
dan
pembelajaran
kondusif
yang
mampu
misi
adalah
mata
pelajaran
PKn
pembelajaran
yang
dipilih
dan
kondisi
tepat.
belajar
pengetahuan,
Akibatnya,
proses
sikap,
moral
dan
seperti
di
atas
sangat
dalam
1998).
didik
Adapun
yang
mendasari
untuk
menginternalisasi
mengamalkan
nilai-nilai
dan
Pancasila
PKn,
pembelajaran
variasi
sendiri
(Savage,
1996).
Kenyataan
khususnya
karena
mengajar
pada
jenjang
kurangnyanya
guru,
asumsi
salah,
bahwa
pembelajaran
PKn
yang
optimal,
tradisional;
proses
sehingga
belajar
mengajar,
kecendrungan
model
Salah
satu
alternatif
yang
kondisi
rendahnya
kualitas
proses
belajar,
evaluasi
sehingga
adalah
iklim
secara
melatih
sebagai
konseptual
melalui
optimal
fasilitasi
serta
tentang
bisa
permasalahan
dan bagaimana
agar
difokuskan
maksimal
pembelajaran
mampu
pengujian
PKn
yang
dianggap
menjembatani
ketimpangan tersebut,
model
yang
komprehensif,
mampu
model
PBM
siswa
melakukan
meningkatkan
pembelajaran,
dapat
dan
belajar
penuh
yang
dengan
makna
berbagai
yakni model
resolusi konflik.
pengajuan
masalah
dalam
bentuk
memberikan
jalan
untuk
keluar/solusi
sejumlah
kepada
guru
tunggal
menjadi
menarik,
berkualitas
baik
pembelajaran
tetapi
lebih
satunya adalah
pembelajaran
akan
faktor
pembelajaran
seperti
ini
pengendali
merupakan
dalam
karena
tempat
proses
keluarga
berlangsungnya
untuk
siswa
materi
secara
dan
moral
selama
melalui
dapat
mempelajari
otomatis
melatih
kemasyarakatan
pembelajaran
berlangsung
tumbuh
dan
Penerapan
pembelajaran
model
PKn,
ini,
adalah
dalam
sebagai
berkembang,
dan rekreasi,
orang tua
pengendali
dikarenakan
masyarakat
pembelajaran
nilai-nilai
PKn
membuat
siswa
model
asuh
kepada
dan
penelitian
orang
ini
tua
anak-anaknya.
norma-norma
yang
akhirnya
mampu
dengan
aspek
mengembangkan pengetahuan,
pembelajaran
lainnya,
salah
tujuan
PKn,
yaitu
nilai-
Nusa Penida.
posttest
siswa
PKn.
dan
dalam
Berdasarkan
pembelajaran
kajian
empiris
antara
model
siswa
model
siswa
model
Selanjutnya,
konvensional;
yang
yang
mengikuti
mengikuti
pembelajaran
untuk
konvensional
mengetahui
uji-regresi sederhana.
para
Statistik
A2X
A1Y
A2Y
Mean
121,35
114,975
34,55
26,975
Median
122
115,5
35
27
Modus
123
117
35
26
Standar Deviasi
6,8296
10,1514
4,909
4,714
Variansi
46,6435
103,050
24,10
22,230
Rentangan
27
41
19
16
Skor Maksimum
135
135
43
35
Skor Minimum
108
94
24
19
eksperimen
lebih
tinggi
daripada
hubungan
antar-variabel
bebas
penelitian
ini,
dilakukan
uji
dengan
perhitungan,
diperoleh
daripada
nilai
kritis
3,980,
JK (SS)
db
RJK
1147,6125 a-1=21=1
1313,3875 N-a=802=78
77280,487 N-1=801=79
JKdal
Total
Selanjutnya,
FTabel
= 0,05
3,980
Fhitung
1147,6124 68,154
Keputusan
Signifikan
16,8383
dengan
prestasi
eksperimen
berpengaruh terhadap
dapat
disimpulkan
bahwa
setelah
belajar
PKn
lebih
kelompok
tinggi
daripada
peningkatan
JK (SS)
db
297,603
5838,07
1
77
107,79
78
RJK
Fhitung
297,603
23,465
12,683
FTabel
= 0,05
3,980
Taraf Sig.
Signifikan
diteliti;
sedangkan
belajar
adalah
sebesar
PKn,
dipergunakan
analisis
pada
(A2XY2)
98,18%,
residunya
regresi
menunjukkan
bahwa
residunya
sebesar
1,6%
pada
A2XY2
rata-rata
prestasinya
Selanjutnya,
dengan
pembelajaran konvensional.
belajar
PKn
siswa
yang
melalui
determinasi
2
besarnya
(rxy1)
koefisien
yaitu
sebesar
(0,9909)
pola
model
pembelajaran
konvensional
asuh
orang
98,40%
pada
tua
siswa
mampu
sebesar
yang
konvensional.
Secara
bersama-sama,
pembelajaran
dikendalikan
sebelum
penelitian
pembelajaran konvensional.
ini
dikontakkan
model
dengan
pembelajaran
prosedur
atau
yang
Model
dalam
dilakukan
diterapkan
guru.
menyampaikan
materi
oleh
guru
dalam
menemukan
konflik
sebagai
salah
pembelajaran
rumpun
model
belajar
yang
sesuai
dengan
bahwa
model
resolusi
satu
model
pengolahan
informasi
sehingga
tujuan
pembelajaran
atau
sebagaimana
(1986).
dan
belajar
kepentingan
PKn
daripada
model
Model
yang
mengolah
resolusi
konflik
informasi
untuk
belajarnya.
Melalui
Penida.
pokok
dibelajarkan
pembelajaran
kaitannya
bahasan
dengan
yang
dengan
sama
disadari
bahwa
beberapa
kondisi
tersebut
akan
cocok
model
dalam
meningkatkan
otomatis
Perlu
kesempatan
bermain,
untuk
siswa
belajar
akan
sambil
memiliki
model
tunggal
pembelajaran,
tetapi
lebih
pembelajaran
akan
dari
(2003)
model
mengikuti
konvensional.
seperti
menemukan
bahwa
Selanjutnya,
menyatakan
ini
bahwa
Inten
(2004)
model
resolusi
preformansi
perolehan
belajar
model
model
pembelajaran
pembelajaran
IV. PENUTUP
pada
dan
Di
yang
konflik
hasil
harus
siswa.
diperhatikan
dalam
lebih
tinggi
dibandingkan
sebagai
konflik lebih
otoritas
tunggal
selama
tinggi
dibandingkan
pembelajaran
Lasmawan
model
resolusi
(2003),
bahwa
konvensional.
konflik
lebih
3)
tinggi
mengikuti
model
pembelajaran
konvensional.
Mengacu pada simpulan di atas,
dapat
disarankan:
(1)
model
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2007. Pengaruh Metode
Pembelajaran Preskriptif terhadap
hasil belajar statistika mahasiswa
STKIP Hamzanwadi Selong.
Tesis
(tidak
diterbitkan).
Undhiksa Singaraja.
model
alternatife
melalui
khususnya
mencoba
disarankan
menggunakan
untuk
mengikuti
model
lebih
daripada
siswa
yang
model
pembelajaran
kelas
yang
lebih beragam
Maba, Wayan.
2002. Evaluasi
Pembelajaran. Makalah yang
Disajikan dalam Penataran PBM
Dosen Kopertis Wilayah VIII,
Tanggal 27-30 Oktober 2002.
Montgomery, R. 2000. Revolution of
Learning: How We Enhance
Students
Achievement.
Journal of Scientific Education.
Vol. 19 (February 2000): 45-51.
http:/ / kagan. Olam.asu.edu/epaa
Nurmini,
2009.
Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif terhadap
prestasi belajar ekonomi ditinjau
dari sikap siswa pada pelajaran
ekonomi.
Tesis
(tidak
diterbitkan). Undiksha Sinagaraja.
Pudjiadi, A. 2002. Konstruktivisme
dan Pendekatan S-T-M: Sebuah
Alternatif Pembelajaran dalam
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi.
(Makalah).
Disampaikan pada Lokakarya
Pembelajaran MIPA Berbasis
Kompetensi di Bandung tanggal
24 Juli 2002. Bandung: Fakultas
Matematika dan IPA Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sukanta, I Ketut. 2007. Analisis
Determinasi Locus of Control,
Pola Asuh Orang Tua dan Nilai
Sosio
Kultural
Terhadap
Kreativitas Siswa SMA Negeri di
Kabupaten Gianyar. Tesis (tidak
diterbitkan). Undiksha Singaraja.
Sudjana. 1992. Metode
Bandung: Tarsito.
Statistika.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi pembelajaran untuk
keterampilan menulis dalam Bahasa Inggris bagi siswa kelas VII di SMP Negri 2
Singaraja. Penelitian ini merupakan tindak lanjut terhadap temuan penelitian- penelitian
sebelumnya menemukan fakta bahwa buku-buku teks yang digunakan oleh siswa-siswi
belum relevan dengan KTSP dan beberapa kriteria yang dipersyaratkan.
Studi ini berjenis deskriptif kualitatif. Prosedur pengembangan materi
pembelajaran menggunakan model yang direkomendasikan oleh Dick& Carey yang
meliputi analisis tujuan dan kebutuhan akan pembelajaran, mengevaluasi materi
pembelajaran yang digunakan siswa, mengumpulkan sumber-sumber pengembangan
I. INTRODUCTION
The
government
Indonesian
regulation
Republic
on
of
The
more
effective
the
materials
National
materials
education
experience,
opportunity,
improvement,
and
quality
relevance
and
during
the
their
students
learning
will
be
four
challenges
language
locally,
internationally
nationally,
or
language
skills
through
because
the
material-related
(Undang-Undang
Ideally,
material and
material-
petency reflected
in each of the
especially
is
English
education,
(School-based
conducted carefully.
The
steps
of
for
selection
sources
the
teaching
basic
competencies,
the
Curricul-um)
and
indicators
of
teaching
materials,
and
instructions,
learning
learning
list
activities,
of
and
considering
practicality,
students
addition,
target language.
their
future
life.
In
existing
really
available
textbooks
do
not
words
or
phrases;
and
assignments as follows.
the
contents of
assignments,
the
exercises
especially
or
writing
effectiveness,
quality
or
similar
1.
field
test2-based
writing
teaching
learning
process
considering
research because
the
by
Competency
the
(known as
Kurikulum
Tingkat
Pendidikan
or
curriculum).
2.
implemented
KTSP3
stands
for
Satuan
School-based
curriculum
weaknesses
The parti-
starting
materials.
4.
of
point
recently-used
for
develop-ing
Designing
developing
new
2009/2010. Based on
elements
a random
blue-print
gathered
materials
from
for
by
the
conducted in VII.B.
2
5.
Planning
and
designing
the
materials.
6.
The
materials
were
physically
8.
Experts judgment.
9.
manual
containing
model as below.
newly-
developed materials.
11. Field testing and observing the
class.
12. Distributing rubrics to the teacher,
interviewing teacher and students.
13. Analysing the result of the field test
and revising the materials based on
Model
The
data
were
obtained
by
consulting the
teacher,
students
and
two
supervisors.
toward
school-based
curriculum
in
materials.
toward
certain
criteria
of
good
grade
setting.
students
and
an
informal
classroom
observation
was
obtain
previously
more
comprehensible
mentioned
data
instruments,
development
implemented
material-related
the
materials
in
the
classroom.
and
the
implementation
of
the
of
teaching
topics,
materials,
exercises,
activities,
techniques
were
qualitatively described.
The data obtained from the rubrics
and interview guides were descriptive
qualitatively
compatibility,
practicality
and
the
analyzed
by
using
formula as follow.
Percentage =
100%
methodological, and
triangulations
were
conducted.
coursebook
and
students
The
syllabus-related
topics
the
in
the
second
semester
in
the
topics
of
instruction
and
discussion,
quizes,
practice
centered.
writing
and
and
test.
the
The
teaching
worksheet.
messaging,
things,
invitation,
expressing procedures.
designing
cards
listing
and
syllabus-related
materials,
writing.
topics,
short
interview,
and
the
other
asking
and
answering
questions,
different
Furthermore,
comprising
easy,
teaching
textbook oriented).
achieving students.
The
activities
most
types
offered
in
the
activities to be student-centered, it is
settings.
personel.
This
was
purposefully
practicing.
construct
or
describing
things,
of
using
cooking
ideas
into
places,
sentences
persons,
electronical
various
appliances,
etc.)
more
in
ideas
sensitive
developing
culinary,
and
and
capable
constructing
and
were
students
individually,
interesting.
life
The
(e.g.
topics
short
message
during
the
teaching
for
material-related
Finding,
sharing
dealing with.
developing
activities
ideas,
were
and
considered
practiced
to
connect
related
and exercises.
Most
teaching,
based
contextualization
The
materials,
activities,
are
emphasized,
and
small
learning
to
the
school-based
communicative
are
learners
varied
needs
requirements
of
according
regarding
the
syllabus,
and
competence
compris-ing
sociolinguistic;
linguistic;
and
and
large
group
activities;
discourse
materials
accuracy is prominent.
accomodated
behaviorists
implemented
in
these
proposed
them
doing
paragraphs,
exercises,
composing
sharing
for
the
form
demonstrating,
of
brainstorming
and
easier,
comfortable,
more practical,
and
more
useful,
meaningful
consistency,
format,
organization,
teacher
well
performance
positively
during
and
students
interview,
through
the
and
participated
the
classroom
sessions.
be
compatible
in
content
and
superficially.
of
evaluation
regarding
the
syllabus,
classroom sessions.
and
by Tomlinson.
same
conclusion.
Furthermore,
the
strategies,
met
the
school-based
the
compatibility,
practicality,
and
REFERENCES
IV. CONCLUSION
The products of this research
offered special features and advantages.
The
products
promoted
students
target
students
language,
diversities
accomodate
(e.g.
learning
learning
and
art
(e.g.
student-centered,
with the
syllabus
and
challenging
lovely,
with
various
inspiring,
and
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh teknik pembelajaran berbasis tugas dan gaya belajar terhadap
kemampuan berbicara mahasiswa semester II Jurusan Bahasa Inggris DIII, Universitas
Pendidikan Ganesha. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
posttest only control group design dengan rancangan factorial 2 x 2. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berbicara, rubrik penskoran
analitik, instrumen gaya belajar, catatan lapangan (field note), dan pedoman wawancara
(interview guide). Tes kemampuan berbicara, rubrik penskoran analitik, dan instrumen
gaya belajar digunakan untuk memperoleh data kuantitatif, sementara catatan lapangan
(field note) dan pedoman wawancara (interview guide) digunakan untuk memperoleh
data kualitatif. Data-data yang telah diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pembelajaran berbasis tugas dan gaya
I.
INTRODUCTION
The aim of language teaching is
communicate
and
confidently
everyday topics.
to teach speaking.
From the
The techniques
speaking
but
the
techniques
alternative
provide
sufficient
activities
were
some
exercises
on
structure.
complete it.
the
students
more
about
language
technique
for
language
to
students
In
task-based
promote
learning
technique,
introduced
that
the
low
dependent
target language.
solution
of
students
to
describe
influences
and
students
the
field
students
field
independent
classroom
arrangement
affecting
in pairs or in groups.
However, in
Conversely,
Meehan
consideration.
Instead,
they should
others
(2005)
prefer
says
learning
that
field
oriented
learning.
interest
used
in
learning.
They
feel
to
collect
qualitative
data.
The
investigate
quantitative
the
effect
of
teaching
data
analysis
and
of Universitas
Pendidikan Ganesha.
quantitatively
using
both
did
through
sampling
simple
random
affect
students
speaking
The
result
of
qualitative
learning
learning
first,
technique
was
79.18,
technique
task-based
could
influence
learning technique
was
speaking
independent
speaking
field
finding
higher
achievement
than
of
the
field
achievement
also
of
indicated
the
stages
interaction between
teaching
learning
technique
the
(task-based
of
At
task-based
pre-stage,
the
learning
focus.
tecaher
each
the
opportunity to speak.
group
to
expense
ensure
of
that
accuracy.
they
The
might
done at home.
consult
with
the
teacher;
learning
students.
This
forms/structures
problems
is
consistent
with
its
included
language
used
students,
they
by
encountered,
and
language,
and
at
the
same
time
stage.
could
task-based
the
target
language.
methodologist
and
Most
researchers
in
when
it
meets
with the
learning
provides
full
learning
could
increase
confidence.
technique
recidivated
by
the
Task-based
could
increase
learning
students
interview
dependent
learning
learning
increased
involve
learning
students.
technique
in
also
teaching
Learning
style
and
and
style
revealed
field
that
field
independent
influenced
students
another
on students
achievement.
styles
students
observation and
it was
based
could
speaking
could
learning
as
also
influence
interview,
technique
Through
group
work,
they
could
in which they
skills.
disagreeing,
purpose.
asking
and
giving
topics.
learning
However,
learners are
field
referred
independent
to
analytical
which
involves
field
analysis,
speaking,
learners
learners.
field
dependent
States.
individuals
context,
traditional,
have
more
global
dependent
States
learners.
as
low-context,
highly
learners
are
more
more
comfortably
focus
on
concluded
that
task-based
did
affect
achievement.
students
speaking
Task-based
learning
achievement
provided
sufficient
it
opportunity for
and
increased
because
students
motivation,
and
self
Meanwhile,
learning
influence
students
achievement
due
interest,
confidence.
styles
could
through
the
presentation,
implementation
practice,
of
production
speaking
teaching
culture.
to
the
students
considered
teaching
students in
less
effective
technique in helping
The
their
learning
motivation,
styles.
When
performance,
and
discouraged
low.
based
learning
technique,
about the
course.
Of
teachers
terms
learning
outcome,
teachers
should
of
learning
strengths
which
learn the
learners
ways
of
like
to
processing
and
experiences.
improve
on
their
information.
learning
instructional
Therefore,
in
teaching
techniques
and
lesson
implementation.
appealing to students.
dependent
learners
independent
learners.
styles
with
selecting
designing
In
addition,
and
this
filed
All language
students
framework
in
importance
identification.
demonstrating
of
learning
Students
the
style
are
in
language
teaching.
to
task-based
When
learning
framework.
adopting
this
willingness
observed
to
be
to
active
learn
is
receivers.
Therefore,
learning
technique
and
on
progressive
study
use
of
content
learnt
some
variables
used
which
task-based
affect
learning
includes
in
students
preferences
styles.
finding
and
out
both
advantages
REFERENCES
Altun,
Borich,
Kartika, I Komang
ABSTRAK
Tujuan penelitin ini adalah untuk (1) mengetahui perbedaan prestasi belajar
matematika
siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan matematika realistik
dengan siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional.
(2)
mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika siswa setelah dilakukan
pengendalian penalaran operasional konkret antara siswa yang mengikuti pendekatan
pembelajaran matematika realistik dengan pembelajaran konvensional (3) mengetahui
kontribusi penalaran operasional konkret terhadap prestasi belajar matematika siswa
kelas IV SD Negeri 1 Semarapura Kangin. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen
dengan menggunakan desain Posttest only Control Group Design,dengan melibatkan
sampel sebanyak 72 orang siwa kelas IV .
Data penelitian ini dikumpulkan dengan instrumen berupa tes pilihan ganda,
yang dianalisis dengan statistik uji anava 1 jalur dan anakova.. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan prestasi belajar matematika yang signifikan
antara siswa yang mengikuti pendekatan matematika realistik dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 14,669;
= 0,05), (2) pendekatan
pembelajaran matematika realistik tetap berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
matematika setelah dilakukan pengendalian penalaran operasional konkret (F* = 4,71;
= 0,05), (3) terdapat kontribusi penalaran operasional konkret yang signifikan
terhadap prestasi belajar matematika siswa SD Negeri 1 Semarapura Kangin, baik pada
siswa yang mengikuti pendekatan matematika realistik maupun pada siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional, masing-masing sebesar 95,6% dan 72 25% .
Implikasi dari temuan penelitian ini adalah (1) dalam pembelajaran matematika
realistik dengan mengadakan pengamatan secara nyata pada bendanya akan menambah
ingatan siswa akan objek yang diamati (2) pendekatan matematika realistik, dalam
implemntasinya sangat memerlukan tekad, inovasi dan kesabaran guru dalam
merancang pembelajaran yang lebih inovatif. (3) guru tidak menjadi pusat
perhatian,melainkan berfungsi sebagai fasilitator dan mediator
Kata kunci: pendekatan matematika realistik,pembelajaran konvensional, prestasi
belajar matematika, penalaran operasional konkret.
ABSTRACT
The main purposes of this research are (1) to discover the differences of
mathematics achievement of students using realistic mathematics learning approach
with students using conventional learning approach. (2) To discover the difference of
students achievement after the control of concrete operational reasoning is done
between students with realistic mathematics learning approach and students with
conventional learning and (3) to discover the contribution of concrete operational
reasoning toward 4th grade students mathematics achievement in SD Negeri 1
Semarapura Kangin. This research is an experimental study using posttest only control
group design.: involving a sample of 72 students.
The research data were collected using multiple choice test, and were analyzed
using one way ANAVA and ANACOVA. The result shows that (1) there are
differences of mathematics achievement, which is significant, between students using
math realistic approximation and students using conventional learning model (Fhitung =
14.669; =0.05), (2) math realistic approximation and concrete operational reasoning,
which keep positively affecting students math achievement after the concrete
operational reasoning was controlled (F* = 4.71;
=0.05), (3) there is a significant
contribution of concrete operational reasoning to students of SD Negeri 1 Semarapura
Kangin math achievement, either to students using math realistic approximation or to
students using conventional learning model, each is valued 95.6%. and 72.25%
The implication of these research findings are (1) direct observations on the
object in realistic math learning will significantly increase the memory of students on
the observed object. (2) Commitment, innovation and patience of teachers are strongly
needed in the implementation of realistic mathematics approximation in creating a more
innovative learning (3) Teachers are no longer as the center of their students, but rather
as a facilitator and mediator.
Key Words: math realistic approximation, conventional learning, mathematics
achievement, concrete operational reasoning
I. PENDAHULUAN
Inovasi di bidang pendidikan
telah
banyak
pemerintah,
dari
oleh
pembelajaran
lanjutan,
inovasi
dalam
proses
telah
banyak
pendidikan
tinggi
kualitas
melalui
penting
guna
mulai
dilakukan
pendidikan
meningkatkan
penataran
guru,
seminar
digarap
karena
akan
menentukan
kualitas
sumberdaya
dunia global.
matematika realistik.
Pendidikan
khususnya
perhatian siswa
konsep
operasi
hitung
merupakan
konsep
dasar
bagi
penerapan
sekolah
pendidikan
pembelajaran
6).
peningkatan
dasar.
dasar,
Mutu
(Wraag,
mutu
1996:
pembelajaran
di
yang
adalah penguasaan
Suradi
(2001
menyimpulkan
satunya
pembelajaran
matematika
lain.
menunjukkan
adalah
matematika,
karena
Karakteristik
yang
mendasar
dasar
berdampak
menyebabkan
matematika
tingkat
sekolah
khususnya
bahwa
pemahaman
belum
optimal,
pada
sehingga
prestasi
secara
belajar
keseluruhan.
mengalami
Dengan
yang
sulitnya
dasar
di
pemahaman
siswa
bahwa
24)
siswa
dalam
disebarkan
penelitian,
terdapat
kepada
pola
subjek
kesalahan
antara
lain:
mengurangkan,
menjumlahkan,
mengalikan
dan
latihan,
dalam
pembelajaran
memeriksa
lebih
latihan,
mengutamakan
dan
pengertian
kurang
dengan
konvensional
diajarkan
teori/definisi/teorema,
(2)
diberikan
contoh-contoh,
(3)
pendekatan
dan
menyajikan
konsep
strukturalistik
1). Dalam
itu, pada
siswa,
mempunyai
menggunakan
latihan soal
dan
dalam
materi
akibatnya
siswa
pengertian
buku
yang
kurang
konseptual.
teks
sebagai
konvensional
yang ada
mengakibatkan
siswa
instrumental.
Dominasi
metode
dalam
masalahnya.
Penelitian
matematika
dilakukan
sekolah
masalah
dasar
yang
pembelajaran
ceramah
di
kota
Singaraja
nyata
yang
ada
dalam
bermakna,
dan
matematikanya.
belajar
siswa
adalah
artinya
guru
mengkonstruksi
sendiri
ide
Mengaitkan
dalam
ide-ide
matematika
anak
dalam
formal.
terkait
karakteristik
konsep-konsep
analisis.
memecahkan
dengan
Dengan
demikian,
untuk
matematika
masalah
tersebut
digunakan
matematika
kehidupan
sehari-hari
adalah
pendekatan
matematika
realistik
dalam
pendekatan
dengan
pembelajaran
(PMR).
mengaplikasikan
pembelajaran
mengacu
matematika
kurang
pada
asumsi
bahwa,
masalah.
menginterpretasikan
kehidupan
untuk
sehari-hari.
Selain
itu
menemukan
mengkonstruksi
dengan
kembali
konsep
bimbingan
Upaya
ini
penjelajahan
orang
dilakukan
berbagai
pada
dan
pengetahuan
Berdasarkan
pendekatan
uraian
matematika
di
atas,
realistik
melalui
untuk
situasi
dan
mengembangkan
kreativitas
pemecahan
dewasa.
persoalan-persoalan realistik.
bahwa
sampai
siswa
matematika formal.
dan
matematika
Selanjutnya
ini
pembelajaran.
Prinsip
kembali
diinspirasikan
dapat
dalam
hal
penemuan
oleh
pembelajaran
Dasar.
Tujuan penelitian ini adalah: 1)
dengan
realistik
mengikuti
dimulai
kontekstual.
dari
Dengan
masalah
pembelajaran
pendekatan
menggunakan
atau
formal.
Dengan
implementasi
pengendalian
secara
individu
membandingkan
diskusi,
atau
kelompok,
pemecahan
penalaran
diadakan
operasional
dan
X1
O1
O2
ini
merupakan
yang
telah
dikelompokkan
E = Kelompok eksperimen
C = Kelompok Kontrol
X1 = Perlakuan Pembelajaran
dengan pendekatan
matematika realistik
O1,2 = Pengamatan akhir post
test berupa prestasi
belajar Matematika
digunakan
adalah
rancangan
posttest-Only
Control
Group
dan
kelompok
kontrol
matematika
sedangkan
kelompok
menggunakan
konvensional,
realistik
kontrol
pendekatan
dalam
jangka
waktu
pengukuran
hasil
yang
pengukuran
merupakan
akibat
sama.
yang
dari
dalam
penelitian
dapat
dan
sebagai
kelompok
kelompok,
eksperimen
dan
yaitu
kelompok
kelompok
kontrol
rata-rata
prestasi
belajar
dengan
siswa
yang
mengikuti
matematika
operasional
konkret
yang
regresi
formula a bx
Tes
sederhana
yang bertujuan
dengan
bentuk
PEMBAHASAN
prasyarat
analisis
dapat
antara
pendekatan
terhadap
hipotesis
pertama,
yang
ditemukan
24,58),
terdapat perbedaan
mengikuti
matematika
siswa
prestasi belajar
yang
mengikuti
penalaran
operasional
siswa
pembelajaran
yang
mengikuti
matematika realistik
siswa
hal-hal
sebagai
yang
mengikuti
pembelajar
matematika
sedangkan
pendekatan
siswa
yang
pembelajaran
pendekatan
hitung
> F
Tabel,
dengan
antara
yang
pembelajaran
signifikan
prestasi
matematika
antara
mengikuti
pendekatan
belajar
siswa
yang
pembelajaran
siswa
dengan
yang
mengikuti
matematika realistik
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran konvensional.
Dengan
mengikuti
belajar
pendekatan
konvensional.
2)
pengendalian
penalaran
konkret
siswa
pembelajaran
Setelah
diadakan
operasional
mengikuti
pembelajaran
pendekatan
matematika
realistik
matematika
mengikuti
siswa
pendekatan
yang
pembelajaran
yang
pembelajaran
kovariabel
mengikuti
pendekatan
konvensional
penalaran
setelah
operasional
= 12,17),
Sedangkan
mengikuti
siswa
yang
prestasi
katagori sedang (
belajar
Matematika
belajar
mengikuti
belajar
pembelajaran konvensional.
matematika
siswa
mengikuti
pendekatan
matematika
realistik
yang
Matematik
pendekatan
siswa
siswa
yang
pembelajaran
pembelajaran
tinggi
mengikuti
belajar
mengikuti
daripada
siswa
lebih
yang
matematika
pendekatan
siswa
yang
pembelajaran
mengikuti
pendekatan
pembelajaran
konvensional.
Penerapan
pembelajaran
realistik
memberikan
matematika
suasana
baru
dalam
proses
IV. PENUTUP
Berdasarkan analisis data dan
temuan
pendekatan
penelitian
di
atas
dapat
implikasi
langsung
Matematika
yang
realistik
lebih
pembelajaran
dengan
siswa
tinggi
dibandingkan
yang
mengikuti
dimaksud
adalah
1)
matematika
dalam
realistik
bendanya
belajar
Matematika
siswa
mengikuti
pendekatan
matematika
realistik
yang
akan
fasilitator
lebih
tinggi
yang
pembelajaran
operasional konkret
terhadap prestasi
belajar Matematika
mengikuti
yang
dengan
pendekatan
siswa
mengikuti
pendekatan
mediator,
Beberapa
3)
ingatan
pembelajaran
dibandingkan
dan
menambah
saran
dikemukakan
yang
pendekatan
pembelajaran konvensional.
Penelitian
ini
dengan
yang
mengikuti
terkait
siswa
hasil
menunjukkan
bahwa
prestasi belajar
Matematika
alternatif
siswa
yang
pendekatan
teman-teman
mengikuti
melalui
kegiatan-kegiatan
guru
matematika
ini
telah
terbukti
pendekatan
pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Gravemeijer, K. 1994. Developing
Realistic
Mathematics
Education. Utrech : Freudenthal
Institute.
Japa,
Karyawan, I Nyoman
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kesenjangan pelaksanaan
standar proses pada kelompok mata pelajaran IPTEK SMP di kecamatan Banjarangkan
kabupaten Klungkung pada tahun pelajaran 2010/2011 ditinjau dari perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pengawasan
pembelajaran. Penelitian ini termasuk penelitian evaluatif dengan menggunakan model
kesenjangan ( Descrepancy Model). Pengukuran efektivitas program dilakukan dengan
membandingkan dua hal yang terletak pada ujung program, yaitu permulaan dan akhir
pelaksanaan program, yaitu membandingkan kondisi ideal dengan kondisi real tentang
standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Semua variabel diukur
dengan instrumen berupa kuesioner. Sampel penelitian berjumlah 91 orang berasal dari
guru guru kelompok mata pelajaran IPTEK pada SMP yang terdapat di kecamatan
Banjarangkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan standar proses pada
kelompok mata pelajaran IPTEK SMP di kecamatan Banjarangkan kabupaten
Klungkung pada variabel perencanaan pembelajaran tidak terjadi kesenjangan; (2)
variabel pelaksanaan pembelajaran terjadi kesenjangan dengan kategori sangat kecil; (3)
variabel penilaian hasil pembelajaran tidak terjadi kesenjangan; (4) variabel
pengawasan pembelajaran terjadi kesenjangan dengan kategori sangat kecil.
Pelaksanaan standar proses pada kelompok mata pelajaran IPTEK SMP di kecamatan
Banjarangkan kabupaten Klungkung tahun pelajaran 2010/2011 belum mencapai
standar atau kondisi ideal atau belum mencapai tujuan terminal. Terdapat kesenjangan
antara kondisi real dengan kondisi ideal dengan kategori sangat kecil.
Kata Kunci: kesenjangan, standar proses, mata pelajaran IPTEK.
ABSTRACT
This study aims to determine the extent of the gap standard implementation
process of science and technology subjects in the group of junior high school in the
Banjarangkan District Klungkung Regency in the school academic year 2010/2011 in
terms of lesson planning, implementation, learning, assessment of learning outcomes,
and supervision of learning. This study belongs to evaluative research using the
descrepancy model. Measuring the effectiveness of programs conducted by comparing
two things that lie at the end of the program, namely the beginning and end of program
implementation. This research compares the ideal conditions with the real conditions of
the standard process for units of primary and secondary education. All variables
measured by the instrument like questionaire. The number of sample was 91 comprised
teachers of high science and technology subjects in junior high schouls in Banjarangkan
district. The results showed that (1) there was no gap in the implementation of the
standards process science and technology subjects in Banjarangkan District,Klungkung
Regency on learning plan variable; (2) there was a very small gap in the variable
implementation of the learning; (3) there was no gap found in learning outcomes
assessment variable; (4) there was a small gap in then control variable learning.
Implementation of the standards process in junior high science and technology subjects
in Banjarangkan District Klungkung Regency academic year 2010/2011 school year
has not reached the standard or ideal conditions or not reach the terminate objective.
There is a gap between the real conditions with ideal conditions with very small
category.
Key words: descrepancy, standard of process, IPTEK subject matter.
I. PENDAHULUAN
Dilihat dari misinya, pendidikan
nama
tanpa
makna.
Sejak
awal
pendukung
diberi
terhadap keunggulan.
kehormatan
sebagai
tulang
sistem
yang
ambigu
Penyelenggara
membuka
pintu
kemajuan
(Surakhmad,2009)
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1747
didik
untuk
dan
kurikulum,
dengan
pedoman standar.
kurang
didorong
aplikasi.
lain-lain),
kualitas
terbatasnya
mutu.
pendidik,
anggaran,
Kesemuanya
itu
Aktivitas
proses
pembelajaran
2003
tentang
sistem
nasional
dan
satu
dalam
dan
utama
rangka
mewujudkan
membimbing,
nasional
yang
nasional
mana
kapal
pendidik
pemegang
adalah
utama
menggerakkan
di
kemajuan
seseorang
mendidik,
pendidik
mengajar,
arah
salah
dan
haluan
ialah
mengamanatkan
pendidikan
bermutu.
pendidikan
perlunya
pendidikan
Standar
bertujuan
standar
penilaian,
standar
pendidik
kependidikan,
standar
proses,
dan
tenaga
perencanaan
proses
pembelajaran,
pengelolaan,
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
standar
penilaian
pembiayaan.
pembelajaran
pada
satuan
hasil
pembelajaran,
dan
Menurut
Majid
perencanaan
pendidikan
dasar
dan
menengah.
sistemik.
pendidikan
runtut,
yang
berkaitan
dengan
proses
(2008),
Sistematis
pembelajaran
berarti
secara
mulai
tinggi
lulusan.
Sistemik
Standar
proses
meliputi
secara
berkesinambungan.
berarti
mempertimbangan
perencanaan
proses
pembelajaran,
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
penilaian
pembelajaran,
dan
perkembangan
peserta
didik
prinsip
dan
prosedur,
kondisi
menghambat
rangka
menjamin
pembelajaran
pada
atau
mutu
proses
terlaksananya
setiap
satuan
Perencanaan
menunjang
pembelajaran.
proses
meliputi
sekurang-kurangnya
pembelajaran,
2009)
pengajaran,
Berdasarkan
Peraturan
silabus
pembelajaran
materi
sumber
dan
rencana
tujuan
ajar,
metode
belajar,
dan
membaca,
terjadinya
optimal
interaksi
secara
dan
mampu
dalam
pembelajaran
satuan
pendidikan
dan
ditentukan
dengan
Namun bila
harus dikuasai
didik.
Mengingat
bahwa
proses
sekadar
Penilaian secara
individual melalui
observasi
pembentukan
didik
teknik
menjamin
yang
kolokium.
Secara
dilakukan
atas
dan
perkembangan
pribadi
intensitas
estetika
peserta
peserta
interaksi
didik
dapat
dilakukan
penilaian
portofolio
umum
peserta
mencakup pengetahuan,
keterampilan.
Selain
itu
dan
penilaian
segala
pembelajaran.
sekurang-
didik
sikap,
aspek
yang
dan
budaya
Standar
pengawasan
proses
pendidikan
pembelajaran
merupakan
upaya
kelompok
kompetensi
kewarganegaraan
dan kepribadian;
kelompok
pelajaran
yang
Pengawasan perlu
ditetapkan.
didasarkan pada
umum,
kejuruan,
mata
mata
dan
pelajaran
ilmu
kewenangan,
periodik,
terbuka,
Pengawasan
supervisi,
demokratis,
dan
keberlanjutan.
meliputi
pemantauan,
evaluasi,
pelaporan,
pelajaran
jasmani,
olahraga
dan
dan
pelajaran
tersebut
telah
mendapat
kewajiban
pelaksanaan
warga
masyarakat,
negara,
dan
orangtua,
pemerintah.
Depdiknas, 2007)
Dalam
standar
proses
pada
upaya
meningkatkan
kualitas pendidikan,
standar proses
descrepancy
Sanjaya, 2006)
yakni
pada
model).
permulaan
Pengukuran
dan
akhir
sesudah
bahwa
kurikulum
untuk
program
dilaksanakan.
jenis
program.
menengah.
pembelajaran,
program
pelaksanaan
yang
kesenjangannya
antara
adalah
perencanaan
pelaksanaan
hasil
dianalisis
kesenjangan
pembelajaran,
pembelajaran,
pembelajaran,
penilaian
pengawasan
penilaian
Komponen
utama
persyaratan
pembelajaran,
pembelajaran,
dan
pengawasan pembelajaran.
b. Membandingkan standar proses
dengan
perencanaan
pembelajaran,
oleh
pelaksanaan
guru
pada
kelompok
mata
persyaratan
pembelajaran,
penilaian
2009/2010.
Evaluasi terhadap
pembelajaran,
dan
kesenjangan
ditentukan
of
dalam
program
dengan
standar
with
programme
performance)
c. Dari informasi yang dihasilkan
mengetahui
efektivitas
antara
perencanaan
pembelajaran,
persyaratan
pembelajaran,
and
programme
Acuan
standar
pembelajaran,
proses
dengan
penilaian
yang
Kesenjangan)
information
(discrepancy
atau
perencanaan
pembelajaran,
acuan ( standar)
dikonfirmasikan
suatu program.
yang
persyaratan
sebaliknya
bila
terjadi
pelaksanaan
penilaian
pembelajaran,
pembelajaran,
dan
performance
or
standard)
Analysis)
kecamatan
Banjarangkan,
pada
di
Kecamatan
Banjarangkan
yang
II.
METODE PENELITIAN
Secara metodologis, penelitian
evaluasi program
yang
prosedur
dan
proses
kesenjangan
program
(Model
variabel
pelaksanaan
variabel
penilaian
pembelajaran,
variabel
pengawasan
pembelajaran.
Variabel
perencanaan
pembelajaran
meliputi
silabus
rencana
Variabel
dan
pelaksanaan
pembelajaran.
pelaksanaan
pembelajaran
pembelajaran.
pembelajaran
Variabel
meliputi
perencanaan
penilaian
hasil
wawancara,
dokumentasi,
observasi.
analisis
menggunakan
penilaian,
tindak
lanjut
Data
dianalisis
prosedur
uji
dan
dengan
tanda
belajar.
pengawasan
pemantauan
yang
Variabel
pembelajaran
meliputi
telah
ditetapkan.
Untuk
Data
dikumpulkan
dalam
penelitian
dengan
ini
kuesioner,
STANDAR PROSES
(S)
(C)
CBS
(D)
PELAKSANAAN
STANDAR PROSES
(P)
(A)
standar proses
terdapat
kecamatan
SMP
pengawasan
di
di
kecamatan
Banjarangkan
pembelajaran
dengan
kategori
Pengawasan
standar
(belum
SSN/
mencapai
pelaksanaan
perencanaan
standar
pendidikan (SNP)
nasional
pembelajaran
belum
terminal.
Sedangkan
dan
penilaian
yang diharapkan
prosedur
berjenjang
variabel
dalam
(+/-)
pembelajaran
uji
Wilcoxom.
Skor
dan
Persentase
tanda
setiap
dicari
persentasenya.
bertanda
negatif
dimasukkan
ke
dalam
kesenjangan
yang
telah
menggunakan
(-)
kategori
acuan
patokan (PAP).
Berdasarkan hasil analisis data
dapat
diketahui
bahwa
terjadi
dan
Implikasi
dari
adalah
bagaimana
kualitas
pembelajaran
hendaknya dilanjutkan.
proses
ini
meningkatkan
berorientasi
kecil
standar
penelitian
proses
Pelaksanaan
komponen
pengawasan pembelajaran.
persyaratan
mengimplementasikan
ditetapkan
pendekatan
memenuhi
pada
pada
satuan
pendidikan
pelajaran
Kecamatan
Kesenjangan
baik
terjadi
pada
variabel
IPTEK
pada
SMP
Banjarangkan
terutama
pada
dan
setelah
komponen
perencanaan
penilaian
Setelah
dibandingkan
kondisi
Pada
komponen
ideal,
pada
dengan
komponen
pelaksanaan
melaksanakan
pendidikan
pendidikan
belum
melaksanakan
pemantauan
perencanaan,
belajar
pendidikan
juga
perhatian
harus
mendapatkan
agar
pelaksanaan
pengawasan
sesuai
pelaksanaan,
belum
melaksanakan
dan
sepenuhnya
supervisi
dan
ideal.
dalam
menyusun
perencanaan
pembelajaran,
pembelajaran,
dan
pembelajaran.
Belum
pelaporan
pada
mata
pelajaran
IPTEK
se-
Banjarangkan
mengimplementasikan
pendidikan.
kecamatan
tidak
mengalami
kelompok
pada
SMP
hambatan
pelaksanaan
penilaian
hasil
diberikannya
pada
satuan
dalam
IV. PENUTUP
Berdasarkan temuan
dalam
rangka
di atas
pelaksanaan
standar
dan
yang
belum.
Pengangkatan
mempertimbangkan
pelajaran IPTEK
kecamatan Banjarangkan,
Klungkung
pada
kabupaten
tahun
pelajaran
guru
(4)
hendaknya
kualitas
dan
profesi.
(5)
Pengangkatan
kategori sangat
Kesenjangan
dan
sehingga
kecil.
pengawasan
Selanjutnya
pembelajaran.
setiap
mata
pelajaran
direkomendasikan hal
satuan
mendiskusikan
pendidikan
memudahkan
pada
satuan
pendidikan
pengawasan
berkelanjutan,
dengan
pendidikan
berusaha
pelaksanaan
standar
untuk
mengetahui
kesenjangannya
antara
untuk
pengimplementasiannya
merata,
proses
efektifitas
pendidikan
hendaknya
perencanaan
harus
melakukan
pembelajaran
dan
dan
pendidik
memenuhi
pembelajaran.
secara
harus
persyaratan
(9)
Guru
DAFTAR PUSTAKA
Dantes,
disarankan kepada
untuk
kompetensinya
meningkatkan
melalui
kegiatan
pembelajaran
dan
proses
interaktif,
pembelajaran
inspiratif,
yang
menyenangkan,
menantang,
menggairahkan,
memotivasi.
(11)
Guru
dan
sebagai
soal
melalui
kegiatan
pembelajaran
sehingga
petunjuk
dalam
standar
proses
sebagai
evaluasi,
dan
pelaksanaan,
pengawasan
proses
untuk
lanjutan
memenuhi
mengadakan
dengan
jumlah
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
2005.Jakarta:
Depdiknas.
Popham, W. James. 1975. Educational
Evaluation ( Library of
Conggres in Publication) by
Prentice
Inc,
Englewood
Clifss, New Jersey.
Sanjaya,
Wina.
2006.
Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Prenanda Media
Group.
Sarjana, Putu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memperoleh (1) gambaran dan deskripsi tentang
kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah kategori mandiri pada SMA Negeri 1 Tejakula
ditinjau dari latar, (2) gambaran atau deskripsi tentang kesiapan pelaksanaan rintisan
sekolah kategori mandiri pada SMA Negeri 1 Tejakula ditinjau dari masukan, (3)
gambaran dan dekripsi tentang kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah kategori mandiri
pada SMA Negeri 1 Tejakula ditinjau dari proses, dan (4) gambaran atau diskripsi
tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Rintisan Sekolah Kategori
Mandiri pada SMA Negeri 1 Tejakula.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluatif dengan mengadopsi model
evaluasi CIPP (latar, masukan, proses, dan produk/hasil). Variabel latar diukur dengan
instrumen berupa kuesioner latar, variabel masukan diukur dengan instrumen berupa
kuesioner masukan, dan variabel proses diukur dengan instrument berupa kuesioner
proses. Sampel penelitian berjumlah 51 guru, 1 kepala sekolah, 9 pegawai tata usaha, 10
komite sekolah, dan 46 siswa pada SMA Negeri 1 Tejakula yang diambil dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling.
Untuk mengetahui kesiapan pelaksanaan RSKM, data yang berupa skor variabel
latar, skor varibael masukan, dan skor varibael proses selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan kreterium ideal teoretik serta dengan menstransformasikan skor-Z ke
dalam rumus skor-T. Setelah diinterprestasikan dalam kreteria kesiapan kuadran
glickman, kesiapan SMA Negeri 1 Tejakula termasuk dalam kuadran glickman sangat
siap. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 1 Tejakula sangat siap
menjadi rintisan sekolah kategori mandiri (SKM) ditinjau dari segi latar, masukan, dan
proses.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam mempersiapkan SMA Negeri 1 Tejakula
sebagai rintisan sekolah kategori mandiri adalah bahwa pengembangan sekolah yang
telah ada menjadi Rintisan SKM perlu dimaksimalkan lagi dengan beragam strategi,
terutama sekali kesiapan pada aspek masukan dan aspek proses.
Kata kunci: evaluasi, rintisan sekolah kategori mandiri, latar, masukan, dan proses
ABSTRACT
This study aimed at finding out (1) description of conducting School Preparation
of Independence in SMA Negeri 1 Tejakula from context point of view, (2) description
of conducting School Preparation of Independence in SMA Negeri 1 Tejakul from input
point of view, (3) description of conducting School Preparation of Independence in
SMA Negeri 1 Tejakul from Process point of view, (4) description of obstacles
encountered in conducting School Preparation of Independence in SMA Negeri 1
Tejakula.
This study belonged to an evaluative research that adopted the CIPP evaluation
model. The context variable was measure by an instrument in the from of context
variable questionnaire, the input variable by an instrument in the from of of input
variable questionnaire, and the Process variable by Process variable questionnaire. The
sample consisted of 51 teachers, 1 headmaster, 6 administration officers, 10 school
committees, and 46 students in SMA Negeri 1 Tejakula derived purposive sampling
technique.
The finding out in conducting School Preparation of Independence,data in the
from of score related to the context,input and process variables were analyzed by using
theoretic ideal criterion and with converting them into t-scores.
Having been interpreted into Glickmans Quadrant readiness level criteria, It
found that readiness level of SMA Negeri 1 Tejakula l to be School Preparation of
Independence was in very ready quandrant. Thus, it could be conclude that SMA Negeri
1 Tejakula was very ready to be School Preparation of Independence from the
context,input and process points of view.The main obstacle encountered in preparing of
SMA Negeri 1 Tejakula to be School Preparation of Independence is that the existed
school development system to be School Preparation of Independence has not
maximized by implementation of various strategies as inputs and Process strategies yet.
Key words : evaluation, school preparation of independence, context,input and process.
potensi peserta didik
I. PENDAHULUAN
Berbagai usaha dapat dilakukan
secara optimal
masyarakat
dan
masyarakat.
Setiap
(formal,
nonformal
serta
informal)
potensi
menyejahterakan
peserta
didik
mengetahui
peserta
harus
didik.
diikuti
yang
dimiliki
Selanjutnya,
sekolah
peserta
didik
agar
mencerdaskan
optimal.
Pada
dasarnya
kualitas
pendidikan
sekolah.
Sekolah
peningkatan
kehidupan
bangsa,
berbasis
pada
merupakan
basis
lebih
mengetahui
masalah
yang
silabus,
pelaksanaan
strategi
tujuan ini,
standar
pemerintah ini
rencana
pembelajaran
(RPP),
dalam
pendidikan
Indonesia
adalah
pemerintah
nasional
menetapkan
pendidikan
yang
dijelaskan bahwa
meningkatkan
bagi
bangsa
diterbitkannya
standar
standar
pendidikan.(Depdiknas,2008)
nasional
mengembangkan
membentuk
watak
berfungsi
kemampuan
serta
dan
peradaban
sarana
dan
pengelolaan,
prasarana,
(7)
(6)
standar
pasal
11
ayat
SMK/MAK
atau
BSNP,
Pembinaan
mengembangkan
(sks).
menetapkan SKM
Beban belajar
minimal dan
berinisiatif
kriteria
untuk
dalam
rangka
(SKS)
ditetapkan
oleh
peraturan
standar
ini
dijelaskan
khususnya
bahwa
sekolah,
SMA/MA/
SMLB,
nasional
maupun
daerah,
pendidikan.
dan
Hal
penyusunan
dan
sekolah
Pengategorian
kategori
ini
mandiri.
didasarkan
pada
Oleh
dan
karenanya,
pemerintah
daerah
dalam
kategori
standar
= x
30,00%
2) SMA kategori standar II = 30,00%
< x 50,00%
3) SMA kategori standar III = 50,00%
< x 75,00%
4) SMA kategori mandiri I
= 75,00%
< x 100,00%
kategori mandiri.
pendidikan)
ditetapkan
Manajemen
oleh
BSNP,
Dikdasmen,
100,00%
Ditjen
(memenuhi/melampaui
Ditjen
nasional pendidikan)
standar
standar)
penetapan
sekolah
dari
Pendidikan
Provinsi
Kabupaten/Kota.
Sambil
Dinas
dan
menunggu
dengan
perkembangan
penyelesaian
dari
Seberapakah
Departemen
Pendidikan
Manajemen
Pendidikan
Seberapakah
Menengah,
Direktorat
dan
kesiapan
tingkat
dari
segi
masukan?
tingkat
(3)
kesiapan
Pembinaan
mandiri/
sekolah
standar
nasional)
tahun 2008.
Sampai
saat
ini
belum
ada
Tejakula?
(5)
SMA Negeri 1
Apakah
pemecahan
melihat
rintisan
sekolah
kategori
masalah
alternatif
yang
bisa
studi
evaluasi
program
untuk
(a)
pengetahuan
yang
didalamnya
terhadap
process (yang
termasuk
delapan
pemenuhan
standar
menambah
khususnya
menerapkan
kategori
khasanah
SMA
mandiri
ilmu
pengelolaan
rintisan
sekolah
(SKM)
dalam
nasional
tersebut.
pendidikan
Menengah
setingkat
Atas.
(b)
Sekolah
memberikan
seberapakah
kesiapan
tingkat
rintisan sekolah
yaitu
kategori mandiri
analisis
yang
dilakukan
pembelajaran
menunjukkan
didukung
di
oleh
sekolah
suasana
dengan
lingkungan
kependidikan
bermutu/memadai,
(SDM)
sampai
rintisan
sekolah
pelaksanaan
kategori
mandiri
yang
pada
kesiapan
semua
guru
dan
pegawai
kelas,
sekolah-
pembina osis,
siswa,
yang
mendatang
(d)
Dapat
dijadikan
bertugas sebagai
ketua
mandiri
penanggung
kategori
(SKM)
Kecamatan
Tejakula,
yang
Kabupaten
ini
bertujuan
kesiapan
pelaksanaan
adalah
purposive
metode kuantitatif
berdasarkan
metode
kategori
digunakan
sampel
mandiri
sedangkan
sekolah
yang
pengambilan
dan kualitatif,
penelitian
yang
Menurut
tujuan
Kerlinger
penelitiannya.
(2002:135),
mengonversikannya
Instrumen pengumpulan
standar
data
deviasi
dengan
ideal.
menentukan
adalah
berupa
pedoman
kuesioner/angket,
wawancara,
dan
lembar
tingkat
Untuk
kesiapan
digunakan
kreteria
ideal
teoritik
Klasifikasi/ Predikat
Mi + 1,5SDi
Mi + 3,0 SDi
sangat siap
Mi + 0,5SDi
Mi + 1,5 SDi
siap
Mi - 0,5SDi
Mi + 0,5 SDi
cukup siap
Mi - 1,5SDi
Mi - 0,5 SDi
kurang siap
Mi 3 SDi
Mi - 1,5 SDi
Mi
PEMBAHASAN
Ada beberapa
yang
kesiapan
diperoleh
Tejakula.
dari
temuan
Evaluasi
Temuan-temuan
itu
sasaran
daerah
/program
sekolah
karena
melalui
dinas
Pendidikan
kependidikan.
kependidikan
kondisi
geografis,
Aspek
Seluruh
belum
tenaga
memenuhi
sosial-ekonomi,
dan stakeholder
termasuk kategori
dan
asri
dilatarbelakangi
oleh
sekolah
pendidik
tua,
mempelajari
inggris,
bisa
memenuhi
difahami
oleh
semua
warga
sangat
(guru).
para
guru
lambat
Sebagian
enggan
komputer
sehingga
untuk
besar
untuk
dan
bahasa
usaha
untuk
penjaminan
mutu
yang
peserta
pendidik
didik
baru
serta
tingkat
umum,
dan
tenaga
kependidikan
sangat lambat.
Aspek sarana dan prasarana
variabel
kategori
sebagai
implikasi
langsung
dari
termasuk kategori
komponen
untuk
melengkapi
sama
secara
bertahap
dengan
instansi
terkait
dan
stakeholders.
dengan
Komponen
pembiayaan
pembelajaran
pengawas
adalah
akademik
dari
Semester
pelaksanaan
(SKS).
SKS
Keterlambatan
disebabkan
oleh
pengelolaan
sekolah
peningkatan
kualitas
pendidik
dan
berbagai
peningkatan
sehingga
kualifikasi
penjaminan
akademik,
mutu
RSKM
warga
sekolah
yang
dan
dan
masyarakat
sekitar.
sekolah
kategori
mandiri
yang
baik.
kategori
penilaiaan
pendidikan
diadakan
terhadap
pada
empat
terungkap
beberapa
komponen,
penunjang
team
mengefektifkan
teaching,
tidak
terhadap
pada
seperti
tenaga
lab.
bahasa,
ada,
sehingga
standar
sarana
pemenuhan
prasarana
semua
dilanjutkan
menentukan
berarti
Variabel
arahnya
demikian,
MGMP
artinya,
tingkat
perkembangan
rintisan
siswa.
kesiapan
skor
pendidik,
Setelah
baik
dengan
arahnya
positif.
secara
positif.
Dengan
umum
pelaksanaan
untuk
membahas
kemajuan
Demikian
tidak
juga
akademis
dengan
proses
pembelajaran
kependidikan.
kependidikan
mengalami
administrasi
masih
bersifat
sekolah
oleh
pihak-pihak
berkepentingan.Sebagian besar
IV. PENUTUP
Berdasarkan analisis data dan
temuan penelitian, dapat disimpulkan
bahwa tingkat kesiapan pelaksanaan
rintisan
yang
guru
sekolah
kategori
mandiri
analisis
model
CIPP
manual.
memantapkan
meningkatkan
pelaksanaan
dan
rintisan
segi
proses,
dapat
di
secara
rutin/berkala
(4)
Kultur
sekolah,
Rekomendasi
kebijakan
untuk
komponen latar.
1) Untuk pihak Sekolah
a. Sekolah hendaknya secara terusmenerus
menyosialisasikan
visi,
dan
remidi
berkesinambungan.
c. Sekolah
secara
hendaknya
secara
berkelanjutan
anggaran
yang
memadai
bagi
berusaha
untuk
terutama
dalam
komputer,
bahasa
Inggris
tidak
berbagai
model
pembelajaran.
Sekolah
hendaknya
hanya
MUTU
dalam
tetapi
pembiayaan
juga
dalam
penguasaan
dan
membuat
pengadaan
laboratorium
beserta
fasilitas pendukungnya.
berkesinambungan
meningkatkan
kebijakan
untuk
dalam
penguasaan
ICT
dalam
komponen masukan
menjalankan
manajemen
profil RSKM.
bantuan
pendidikan
dan
dalam
pelatihan
bentuk
kerja
hendaknya
(diklat) teknis.
b. Sekolah
selalu
dapat
melaksanakan
dengan
leluasa
tugas
secara
RSKM
sesuai
dengan
belum
mencukupi
untuk
membiayai pendidikan.
waktu
Kimia,
Biologi)
bertaraf
berbagai
model
empat
tahun
berdasarkan
berdasarkan
berbagai
warga
stakeholders
masukan
dari
sekolah
dan
serta
mendapat
mampu
menggunakan
menguasai
berbagai
ICT
dan
model-model
pembelajaran.
melengkapi
kebutuhan
sekolah,
koordinasi
dan
sinkronisasi
kebijakan
dan
kewenangan
operasional
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharmini. 2004, Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2001, DasarDasar Evaluasi Pendidikan (edisi
revisi). Jakarta : Bumi Aksara.
Atmadi, A. dan Y. Setyaningsih. 2000.
Transformasi
Pendidikan
Memasuki Milenium Ketiga.
Yogyakarta:Kanisius .
Dantes, Nyoman. 2007. Metodologi
Penelitian.
Singaraja:FIP
Undiksha
Depdikbud.1991.
Pedoman
Penyelenggaraan
Pendidikan
Sekolah Lanjutan Atas. Dirjen
Dikdasmen.
Jakarta:Proyek
Peningkatan Mutu Pendidikan
Menengah.
Depdiknas, 2008. Perangkat Rintisan
SKM/SSN. Jakarta, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah
Atas (SMA).
Marhaeni ,A.A.I.N. (2007), Evaluasi
Program Pendidikan, Singaraja:
PPs Undiksha
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi
Sarwa, I Nengah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya (1) determinasi potensi akademik
terhadap prestasi belajar; (2) determinasi bakat kinestetik terhadap prestasi belajar; (3)
determinasi motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar; dan (4) determinasi secara
bersama-sama antara potensi akademik, bakat kinestetik, dan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian ex-post fakto pada mahasiswa semester 4
Jurusan Seni Karawitan Institut Seni Indonesia Denpasar, yang berjumlah 35 orang.
Data dikumpulkan dengan (1) kuesioner motivasi berprestasi; (2) tes potensi akademik;
(3) tes bakat kinestetik, dan (4) tes prestasi belajar. Analisis data menggunakan analisis
regresi linear. Dari analisis data ditemukan (1) terdapat korelasi yang positif dan
signifikan antara potensi akadiemik dan prestasi belajar, dengan koefisien korelasi
sebesar 0,720 dan determinasi sebesar 51,84%; (2) terdapat korelasi yang positif dan
signifikan antara bakat kinestetik dan prestasi belajar, dengan koefisien korelasi sebesar
0,731 dan determinasi sebesar 53,44%; (3) terdapat korelasi yang positif dan signifikan
antara motivasi berprestasi dan prestasi belajar, dengan koefisien korelasi 0,719 dan
determinasi sebesar 51,69%; (4) terdapat korelasi yang positif dan signifikan secara
bersama-sama antara potensi akademik, bakat kinestetik, serta motivasi berprestasi dan
prestasi belajar, dengan koefisien regresi sebesar 0,9330 dan determinasi sebesar
87,05% terdiri atas (a) sumbangan efektif potensi akademik 28,35% (b) sumbangan
efektif bakat kinestetik 31,72% dan (c) sumbangan efektif motivasi berprestasi 26,99%.
Kata kunci: potensi akademik, bakat kinestetik, motivasi berprestasi, dan prestasi
belajar.
ABSTRACT
This study aimed at finding out the extent of: (1) determination of Academic
Potential toward Learning Achievement; (2) determination of Kinesthetic Aptitude
toward Learning Achievement; (3) determination of Achievement Motivation toward
Learning Achievement; and (4) the simultaneous determination of Academic Potential,
Kinesthetic Aptitude, and Achievement Motivation toward Learning Achievement.
This study was an ex-post facto research, for the 35 fourth semester students of
the Karawitan Art Departement of Indonesian Art Institute Denpasar. The data were
collected with: (1) a questionnare of Achievement Motivation, (2) Academic Potential
Test, (3) Kinesthetic Aptitude Test, and (4) Learning Achievement Test. The data
were analyzed by Linear Regression Analysis. From the analysis it was found that: (1)
there was a positive and significant correlation between Academic Potential and
Learning Achievement as shown by the coefficient of correlation of 0.720 and
determination of 51.84%; (2) there was a positive and significant correlation between
Kinesthetic Aptitude and Learning Achievement as shown by the coefficient of
correlation of 0.731 and the determination of53.44%; (3) there was a positive and
significant correlation between Achievement Motivation and Learning Achievement as
shown by the coefficient of correlation of 0.719 and the determination of 51.69%; (4)
there was a positive and significant simultaneous correlation between Academic
Potentiality, Kinesthetic Aptitude, and Achievement Motivation and Learning
Achievement as shown by the regression coefficient 0.9330 and the determination
87.05%, which are formed by: the contribution of Academic Potential 28.35%, the
contribution of Kinesthetic Aptitude 31.72%, and the contribution Achievement
Motivation 26.99%.
Key words: academic potentiality, kinesthetic aptitude, achievement motivation and
learning achievement.
I. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi dewasa ini,
intelligences)
segala-galanya.
IQ
yang
meliputi
yang
meliputi
(1)
bahasa,
kecerdasan
gerak,
berkembang
konsep
anggapan
yang
adalah
Ternyata,
menjamin
berbagai
bahwa
memiliki
IQ
manusia
yang
individu
yang
tinggi
cerdas.
kesusksesan
dalam
kehidupan.
Di
(6)
(5)
kecerdasan
kecerdasan
diri,
(7)
IQ
banyak
kecerdasan
intelektual
mengantar
orang
Gardner
hidup
dalam
masih
Afriani
(2008)
yang
pada
sering
(IQ)
dalam
kesuksesan
disebut
EQ
dimiliki
Zohar
(2008)
tentang
dalam
memandang
Nggermanto
lebih
jauh
anak
didik,
agar
dapat
mempunyai
bidangnya,
yang
temuan-
neurologis
berlandaskan
temuan
ilmiah
pada
tentang
kompetensi
sehingga
dapat
sebaiknya
kearifan
psikologi
Ia banyak mengulas
transpersonal.
peranan
SpQ
akhlak
manusia
manusia
plus
dalam
itu
pembentukan
sebagai
sendiri.
jati
Ia
diri
juga
terlebih
sukses
adalah
pada
dahulu
dengan
cara
sama.
Pendidikan
pengembangan
kecerdasan
emosional
kesuksesan,
spiritual
membawa
sedangkan
membawa
kebajikan.
orang
Lalu,
pada
kecerdasan
orang
yang
ini
perlu
yang
mengembangkan
pada
bakal
diharapkan
dapat
satu
aspek
mengakibatkan
menciptakan
pada
diinginkan
Nggermanto
kurikulum seutuhnya.
(Turmudhi, 2008).
pendidikan
mengembangkan
(2008),
diperlukan
atau
ditantang
untuk
kecerdasan
yang
pendidikan
mengakomodasi
pendidikan
tipe-tipe
yang
sesuai.
matematis
dan
verbal
yang
yang
diterapkan
tipe
adalah
anak
Tidak
tidak
tersebut.
mengidentifikasi
didik
kemudian
tepat
dan
bukan
kira-kira
sebesar
2%,
dan
itu
memiliki
multiple
(kecerdasan
jamak)
bahwa
intelligences
orang
tepatnya
berkembang?
bodoh
Dalam
atau
lebih
Quantum
manusia
Learning
batas
mengolah
pengembangan
informasi.
Manusia
tertentu.
kecerdasan
Penekanan
pada
bakal
satu
aspek
mengakibatkan
visual,
kesulitan
(VAK).
ada
menyerap
auditif,
informasi,
dan
empat
kongkret,
yaitu
kinestetik
tipe
yaitu
sekuensial
sekuensial abstrak,
acak
dimensi
belajar.
kecerdasan
Sudah
yang
masanya
dimiliki
adalah
mengubah
paradigma.
belajar
terhubung
Ini
manusia
lagi
tidak
kebutuhan.
melalui
menunjukkan
internet.
bahwa
memanfaatkan
kemajuan
Hal
tersebut
apabila
dapat
manusia
teknologi
belajar
membaca
atau
membangun
suatu
keempat
adalah
pandangan
dunia
Level
tentang
dipandang
Dalam
efektif,
sebagai
upaya
suatu
peningkatan
adanya
pendidikan
perencanaan
yang
relevan,
proses
demi
Perencanaan
menunjukkan
didik
tujuan
internet.
instruksional
bahwa
anak
pendidikan
kurikuler,
yang
tersebut
dan
tujuan
ditindak
lanjuti
Learning;
meliputi
(c)
Comprehensive
seharusnya
pembelajaran
pembelajaran
serta
pengembangan
output,
dalam
rangka
mencapai
yang mengelolanya.
wajib
(KBK).
Pendidikan
Kurikulum
berbasis
menyelenggarakan Tridharma
Tinggi,
menyelenggarakan
rencana
pengajaran,
dan
pengaturan
tentang
yaitu
pendidikan
dan
menyelenggarakan
penelitian
pengabdian
Sehubungan
masyarakat.
visi
pendidikan
kepada
Dengan
demikian,
merupakan
pembekalan
subjek
didik
agar
dan
dan
menyelenggarakan
pada
dengan
misi
masyarakat.
hal
itu
sebagai
ISI
tujuan
institusional pendidikannya.
dapat
Visi
ISI
Denpasar
adalah
kecerdasannya.
pendidikan
Dalam
hal
pada
didik
didik.
Pada
kemudian,
dalam
proses
pembelajaran
perguruan
manusianya;
dipusatkan
ini
artinya,
peserta
prinsipnya
memunculkan
dan
mengembangkan
pluralitas
dan
multikulturalitas
budaya
kompetensi,
di
menginginkan
agar
rangka
lokal
dalam
tangguh,
psikomotorik,
kewirausahaan;
dan
afektif
sebagai
percaturan
unggul
(3)
global;
dan
(2)
berjiwa
meningkatkan
penelitian
dan
pengabdian
masyarakat
yang
kepada
dan
mendukung
dan
teknologi;
(4)
(Tim
Penyusun,
2006: 3-4)
budaya
Selanjutnya,
menyelenggarakan
dalam
pendidikan
pengajaran
mengantisipasi
perkembangan
lingkungan.
telah
dan
dilaksanakan
Tujuan
pendidikan
program
insan
murni,
desain
memang
belajar
desain
interior,
(1) menciptakan
pendidikan,
menjadi
mahasiswa
sehingga
ujung
harus
tombak
masih
perlu
dan
mempresentasikan
beragam
gagasan
ke
berbagai
bentuk
karya
dalam
mahasiswa
belum
mempertanggungjawabkan secara
cumlaude
(sangat
(2) mengaji
beragam
dan
seni
dan
menganalisis
fenomena
seni
dan
budaya;
(3) menyajikan karya seni secara
kreatif, inovatif, dan profesional;
banyak
yang
memuaskan).
studi.
Hal
ini
keluhan
para
pengelola
intern
Kemudian
Terfokus
dalam
ISI
Denpasar
yang
meliputi
tes
tulis,
dengan
demikian
pembelajaran
belajar,
topik
kondisi
subjek
satu
yang
mempertimbangkan
banyaknya
komponen
maka
permasalahannya
sebagai
adalah
pembelajaran,
komponen
salah
pembelajaran
(http://www.suaramerdeka.com/harian/
0507/07/opi05.htm).
keterkaitan
materi
tes
dengan
oleh
dengan
dan
calon
yang
ISI
mengutamakan
pengetahuan
Denpasar,
bakat
umum
seni
para
berasal
dari
sekolah
yang
seyogianya
pilihan
pengajian,
belum
mendapat
perhatian
yang
untuk
asesmen,
dan
hasil
kajian
akhir
analisis
tes
pembelajaran
berupa
pilihan
penciptaan
penciptaan
pembelajaran.
(2)
Masing-masing program
ini
disesuaikan
mahasiswa
masing-masing
kemampuan
adalah
kenyataan
yang
minimnya
mau
mengambil
yaitu
Dengan
mengenai
Pilihan
mahasiswa,
bagi
dengan
diperuntukkan
seni,
penciptaan
demikian
perlu
kemampuan
ada
awal
seni
minat
bersangkutan.
pengajian,
pada
(3)
program
Adanya
studi
yang
keluhan
para
mempunyai
daya
ini
melibatkan
mereka
lebih
banyak
serap
masih
mahasiswa
sangat
dalam
ingin
belajar karawitan?
untuk
diperhatikan
karena
yang
karawitan?
terhadap
proses
Keberadaan
IPK
ukur
Kenyataan
keberhasilan
ini
jelas
dosen.
juga
signifikan antara
dan
belajar karawitan?
(4) Apakah ada korelasi linear yang
sangat
positif
dan
bersama-sama
signifikan
secara
antara
potensi
akademik
(atmosphere
academic)
belajar karawitan?
Hasil
penelitian
ini
dapat
yang
salah
dapat
mahasiswa
mendorong
untuk
kemauan
belajar
secara
satu
kriteria
penerimaan
kinestetik
praktek
kemungkinan
prestasi
belajar
latar
sebagai
seni,
arahan/prediksi
sedangkan
motivasi
belakang
dalam
pengembangan
mahasiswa,
permasalahan
dalam
penelitian
ini
dan
signifikan
antara
dan
kompetensi
akhirnya
dapat
II.
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN.
melalui
seperti
pendidikan
diembannya,
bakat
motivasi
berprestasi dengan
prestasi belajar
karawitan
Fakultas
Seni
penelitian
mahasiswa
mahasiswa
data
proses
manipulasi,
kinestetik,
pada
ini
adalah
Pengumpulan
dengan
dan
metode
data
dilakukan
pengajaran
didasarkan
sesuai
empirik
dengan
bahwa
yang
rasa
hasil
mahasiswa
untuk
dalam
Data
sesama
yang
kuesioner
dan
terkumpul
dianalisis
mengelola
tricivitas
pembelajaran,
akademika
yang
linear.
baik
sehingga
prestasi
belajar
skor
potensi
15,365.
logika
matematika,
Hal
kemampuan
bahasa
verbal,
serta
kemampuan
spasial
ruang.
Kuat
prestasi
belajar
karawitan;
artinya
dengan
prestasi
dinyatakan
oleh
belajar
karawitan
koefisien
korelasi
belajar
karawitan
yang
akan
28,35 %.
belajar
mahasiswa,
berarti
bahwa
yang
belajar
karawitan
yang
akan
belajar
seni
memang
perlu
dengan seni.
mahasiswa
perlu
dalam
seleksi
rata-rata sebesar
deviasi sebesar
7,979. Motivasi
berprestasi
diartikan
dorongan
untuk
yang
dalam
rata-rata
hubungan
diperhitungkan
berkarya
bakat
memiliki
kinestetik
dengan
dalam
sebagai
penelitian
ini
potensi
belajar
akan
antara
dengan
karawitan
yang
akademik,
potensi
prestasi
variabel
bakat
akademik,
belajar
bakat
karawitan
hal
sumbangan
kategori
sedang,
bakat
kinestetik
lain
yang
agar
memberikan
tercapai
tersebut
berprestasi
tinggi
dengan
bahwa
terhadap
prestasi
variabel
memberikan
terhadap
kategori
belajar
bebas
korelasi
variabel
yang
yang
terikat.
ada
memberikan
komponen
positif
Artinya,
semua
prestasi
adalah
ikut
untuk
yang
memperoleh
pengaruh
IV. PENUTUP
variabel
terikat
bakat
kinestetik,
dan
motivasi
belajar
tingkat
karawitan
mahasiswa
seni
prestasi
belajar
mahasiswa
dengan
terus-menerus.
kondisi
yang
sama,
akan
Jurusan
karawitan
Karawitan
Dengan
adanya
berprestasi dengan
prestasi belajar
sebagai
implikasinya
adalah
(multiple
potensi akademik,
terbukti
peningkatan
diaplikasikan
maksimal,
intelligences)
perlu
termasuk
bakat kinestetik
berpengaruh
terhadap
prestasi
belajar
secara
karena
benar
sudah
dan
pasti
diinginkan,
sehingga
tujuan
sesuai,
pembelajaran,
sehingga
output
lulusan
proses
serta
akhirnya
bermuara
pada
DAFTAR PUSTAKA
Afriani,
Anita,
Teori
Multiple
Intelligences dalam Pendidikan
Anak,
http://gemasastrin.wordpress.com
/2008/08/26/teori-multipleintelligences-dalam-pendidikananak/
Candiasa, I Made. 2007. Statistik
Multivariat Disertai Petunjuk
Analisis dengan SPSS. Singaraja:
Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha.
McClelland,
D.
1987.
Human
Motivation.
New
York:
Cambridge University Press.
Cronbach, J. Lee. 1970. Essentials of
Psychological Testing. New York:
Harper & Row Publisher.
Dantes, N. 2007. Metodologi Penelitian
untuk Ilmu-ilmu Sosial dan
Humaniora.
Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
http://www.jayaschool.org/news_
detail.php?id=173
Kerlinger, Fred N. 1986. Foundation of
Behavioral
Research
(third
edition). Holth, Rinehart and
Winston inc. diterjemahkan oleh
Landung R. Simatupang. 2006.
Asas-asas Penelitian Behavioral
(edisi ketiga). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Koyan, I Wayan. 2007. Statistik
Terapan (Teknik Analisis Data
Kuantitatif) Buku Ajar. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Marhaeni, Anak Agung Istri Ngurah.
2008. Pengaruh Evaluasi-Diri
Terhadap Kemampuan Menulis
Bahasa Inggris. Makalah pada
Simposium Tahunan Penelitian
Pendidikan Balitbang Depdiknas
2008.
Maslow, Abraham. 1970. Motivation
and Personality. New York:
Harper and Row Publisher Inc.
Maulida, Dina, Pengaruh Gaya Belajar
(Visual, Auditorial,& Kinestetik)
Terhadap
Prestasi
Belajar,
http://www.infoskripsi.com/Abstra
k/Pengaruh-Gaya-Belajar-VisualAuditorial-Kinestetik TerhadapPrestasi-Belajar.html
Mini AP., Rose, Memahami Metode
Belajar
Aktif,
http://azzam18.multiply.com
/journal/item/56/memahami
belajar aktif
Narang,
1998,
http://patriotproklamasi.blogspot.
com/2006/03/motivasiberprestasi. html
Nasrum,
1998,
http://patriotproklamasi.blogspot.
com/2006/03/motivasiberprestasi. html
Nggermanto, Agus. 2008. Quantum
Quotient: Kecerdasan Quantum.
Bandung: Nuansa.
Nurkancana dan Sunartana. 1992.
Evaluasi Pendidikan. Surabaya.
Usaha Nasional.
Putranti, Nurita, Gaya belajar anda
visual auditori atau kinestetik,
http://nuritaputranti.wordpress.co
m/2007/12/28/gaya-belajar-andavisual-auditori-atau-kinestetik/
Rahmat, Aziz, Hubungan antara
Kecerdasan Emosional dengan
Penyesuaian
Diri
dan
Kecenderungan
Berperilaku
Delinkuen
pada
Remaja,
http://azirahma.blogspot.com/200
8/11/kecerdasan-emosional.html
Remmer, H.H. at.all. 1977. A Practical
Introduction to Measurement and
Evaluation.
New
York:
ApletonCentury Crafts Inc.
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan
Motivasi
Belajar
Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soegiyoharto, Rinny, Tidak Ada Orang
yang
Tak
Berbakat,
http://www.blueFrame.com/lofive
rsion/index.php/t25548.html
Suarni, Ni Ketut. 2004. Meningkatkan
Motivasi
Berprestasi
Siswa
Sekolah Menengah Umum di Bali
dengan Strategi Pengelolaan Diri
Model Yates (studi Kuasi
Statistik
Bandung:
untuk
CV
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh metode pengajaran terhadap
prestasi belajar bahasa Inggris dengan pembedaan motivasi berprestasi. Desain
penelitian adalah posttest only control group design dengan faktorial 2x2. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur motivasi berprestasi adalah kuesioner motivasi
berprestasi, sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar
bahasa Inggris adalah tes prestasi membaca dan menulis. Analisis data menggunakan
anava dua jalur dan pengujian tindak lanjut (post hoc testing). Hasil penelitian adalah
sebagai berikut: (a) terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar bahasa
Inggris antara siswa yang diajar dengan literature-based instruction dan siswa yang
diajar dengan metode konvensional, (b) terdapat interaksi yang signifikan antara metode
pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris, (c)
terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar Bahasa Inggris antara siswa
yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yang mengikuti pembelajaran literaturebased instruction dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yang
mengikuti pembelajaran konvensional, (d) terdapat perbedaan yang signifikan pada
prestasi belajar bahasa Inggris antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
rendah yang mengikuti pembelajaran literature-based instruction dan yang mengikuti
pembelajaran konvensional, (e) terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang
mempunyai motivasi berpretasi tinggi yang mengikuti pembelajaran literature-based
instruction dan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah yang mengikuti
pembelajaran literature-based instruction, (f) terdapat pengaruh yang signifikan pada
prestasi belajar Bahasa Inggris antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
Kata kunci: literature-based instruction, motivasi berprestasi, prestasi belajar bahasa
inggris
I. INTRODUCTION
Reading and writing are skills that
need
more
communicative.
technology
and
this era.
of
information
to
interact
open,
and
exchange
competitive
and
is essential if an individual is to
2006).
2006) says:
Literacy-related social
and
subject
integrate,
along
with
written
taught
at
school
from
students
able
individual
economic
and
by
promoting
UNESCO
sees
enabling
civic
participation.
literacy
as
at
to
higher
education
communicate
or
English
English.
process.
supportive
reading
instruction
which
used
(Pearson&Tierney,
1984;
manual,
Teachers
student
workbook,
ditto
of
English
(2005
in
The
reading
reader
comprehension.
intellectual
must
activities
in
basal
will
be
lead
to
the
readers
Reading
skills,
conditioned
background
in
good
must
to
lead
the
students
to
comprehension.
Meanwhile
writing
is
the
students
critical
thinking.
other
way
around,
students
achievement,
Students
some
and
about
to
important
remember,
purpose
our
social
to
help
(Hairston
life
us
and
students
with
high
achievement
achievement
students
achievement
historical
authentic
students
with
with
motivation will
low
high
achievement
perform better
fiction,
learning
nonfiction
experiences
and
in
Therefore,
the
teaching
of
achievement
motivation.
Here,
the
instruction
authors
and
developing
original
literacy
narrative
(Sorensen
and
can
be
implemented
that the
power of literature-based
stories.
literature-based
As
the
core
material
instruction,
of
stories
independent
principle
perspective
stated
that
acquisition
occurs in
that
the
students
meaningful
literature
was
used
experience
as
reading.
of
the
guiding
literature-based
literacy
book-rich
Definitions of literature-based
sophisticated
including
instruction
include
(Cooper,
scaffolding
1993).
of
These
instruction,
language
vocabulary
Several
structures
and
experimental
syntax
have
choices,
and
writing,
self-iniated
reading
cooperative
reading
and
long
been
advocated
as
vital
in
Clearly,
Morrow
and
Gambrell,
2000)
activities
in
(1992)
school.
and
Morrow
suggests
specific
recreational
reading
grade
increase
interest in books.
students
classrooms
that
to
actively
respond
the
reading,
and
that the
promotes
cooperative
reading
literature-based
the
instruction
students
active
students
English
achievement.
variables
independent
independent
literature-based
significant
to
the
development of
to
be
studied,
variable,
variable
namely
moderator
was
teaching
instruction
motivation
and
and
achievement
low
same area.
data
the
was
was
data
the
of
gained
primary
students
from
data
for
motivation
interview.
The
students
loved
the
literature-based
instruction.
(1;76;0.01)
than Fcv,
between
no
the
students
literature-based
treated
instruction
by
and
significant
interactional
effect
based
motivation
between
by
and
the
students
literature-based
treated
instruction
instruction
and
towards
the
students
based
students
English
achievement
motivation
students
treated
by
for
significant
conventional
interactional
instruction
and
towards
effect
conventional
the
students
conventional
achievement
motivation
will
be
English
the
achievement
English
achievement
students
achievement
students
with
between
high
motivation
treated
by
achievement
with
between
low
the
achievement
achievement
by
with
high
treated
motivation
treated
achievement
motivation
by conventional
instruction
students
with
low
achievement
motivation treated
best
achievement
treated
by
literature-based
by conventional
motivation
should
be
actively
motivation
are
be
innovative,
creative
dynamic,
students
students
with
challenged
and
high
motivation treated
to
achievement
involved
with
in
low
the
learning
achievement
by conventional
English achievement.
low
Even
motivation.
ideas.
achievement
motivation.
students
achievement
achievement
motivation
treated
by
with
score
score
achievement
of
the
achievement
students
motivation
with
treated
high
of
high
motivation
the
students
motivation
achievement
treated
with
treated
by
high
by
by
with
treated
literature-based
(79.51).
potential.
In
the
students
with
achievement
instruction
reading
high
session,
low
achievement
motivation
by conventional
instruction
literature-based
students
motivation treated
difference
between
achievement
literature-based
English
Therefore,
students
the
literature
based
instruction and
with
high
the
achievement
by conventional
on English achievement
the
students
motivation
with
low
treated
by
instruction
achievement
with
and
between
high
the
achievement
than those
achievement
who
were
treated
by
motivation
treated
by
conventional instruction.
IV. CONCLUSION
Some conclusions gained for the
high
achievement
students
motivation treated
achievement
instruction.
between
the
students
with
motivation
low
and
achievement
by conventional
based
based
instruction
instruction and
conventional
instruction
to
be
is
an
effective
implemented
in
motivation
students
towards
the
students
reading
and
writing
achievement.
significant
English
difference
on
By
implementing
English
School.
material.
for
Junior
High
books
of
literature
and
literature-based
instruction.
The
instruction,
the
in
especially
to
effectiveness
the
find
of
same
out
field
the
literature-based
REFERENCES
Cooper, J.D. 2000. Literacy:Helping
Children Construct Meaning. 4th
ed. Boston:Houghton Mifflin
Company.
Cooper, D. J. and Kiger, N.D. 2003.
Literacy:
Helping
Children
Construct Mean scoring. Boston :
Houghton Mifflin Company
Gabriel et.al. 1999. Using Cooperative
Learning to Intergrate Thinking
and Information Technology in a
Content-Based Writing Lesson.
The internet TESL Journal, Vol.V,
No.8 (Retrieved on August 1,
2009)
Gambrell, L.B, Morrow, L.M and
Pennington, Christina. 2000. Early
Childhood
and
Elementary
Literature-Based
Instruction,
Current Perspective and Special
Issues. Handbook of Reading
Research
Vol.III.
http://www.readingonline.org/artic
les/handbook/gambrell/index.html
-lit.based1
(Retrieved
on
September 10, 2009)
Hairston, M. And Ruszkiewicz. 1993.
The Scott, Foresman Handbook
for Writers. Third edition. New
York: Harper Collins College
publishers.
Kim, Won. 2009. Language Through
Literature.
Real
Language
Experiences in an ESL Adult
Classroom. The University of
Columbia.
https://circle.ubc.ca/bitstream/242
9/.../ubc_2009_spring_kim_won.p
df-(Retrieved on October 10,
2009)
Sudasma, I Ketut
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh pembelajaran
kooperatif berpendekatan multikultur terhadap prestasi belajar IPS ditinjau dari konsep
diri pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Dawan. Penelitian ini menggunakan
rancangan post test only control group design. Sampel penelitian berjumlah 80 orang
yang dipilih dengan menggunakan teknik random sampling. Data yang diperoleh diolah
dengan menggunakan analisis varians (anava) dua jalur melalui uji F dan dilanjutkan
dengan uji Tukey.
Hasil penelitiannya adalah (1) secara keseluruhan, prestasi belajar IPS siswa
yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif berpendekatan multikultur lebih
tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (F A =
4,926 dengan
= 0,05), (2) untuk siswa yang memiliki konsep diri positif, prestasi
belajar IPS siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif berpendekatan
multikultur lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran
konvensional (Q = 3,138 dengan
= 0,05), (3) untuk siswa yang memiliki konsep diri
negatif, prestasi belajar IPS siswa yang belajar dengan model pembelajaran
konvensional lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran
kooperatif berpendekatan multikultur (Q = 3,203 dengan
= 0,05), dan (4) terdapat
pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan konsep diri terhadap prestasi belajar
IPS siswa (FAB = 29,402 dengan
=0,05). Dari hasil temuan penelitian dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif berpendekatan multikultur
berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS ditinjau dari konsep diri pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Dawan.
Kata kunci: pembelajaran kooperatif, multikultur, prestasi belajar IPS
The result of the study show the followings : (1) on the whole, the social
science learning achievement of the students who learned with Cooperative Learning
assisted with multiculture approach was higher than those who learned with
conventional strategy (FA value of 4,926 at
= 0,05, (2) the student who had
positive Self Concept and learned by Cooperative Learning assisted with multiculture
approach had higher social science learning achievement than those who had positive
self concept and learned with conventional strategy (Q value of 3,138 at
= 0,05),
(3) the student who had negative self concept and learned with conventional strategy
had higher social science learning achievement than those who had negative self
concept and learned with Cooperative Learning assisted with multiculture approach (Q
value of 3,203 at
= 0,05), and (4) there are was an interaction effect between the use
of teaching learning model and self concept (FAB value 29,402 at
= 0,05). From the
result of the study, it can be concluded that the Cooperative Learning assisted with
multiculture approach effected the increase of learning achievement as viewed from self
concept social science teaching and learning at class VIII students of SMP Negeri 1
Dawan.
Key Words : cooperative learning, multiculture, social science learning achievement
Hisyam, 2000).
I. PENDAHULUAN
Masyarakat
dan
bangsa
kehidupan
milenium
yang
baru
mempunyai
global,
sehingga
setiap
tanpa batas.
Tidak
saja
di
Indonesia,
bukan
kalangan
hanya
merupakan tantangan
bangsa-bangsa
dunia.
dari
Kehidupan
ketiga
pada
milenium
kemajuan
IPTEKS
(ilmu
benar-benar
berada
pada
tingkat
persaingan
global
yang
sangat
yang
dengan
ketat.
tidak
Artinya,
siapa
sendirinya
saja
(Suyanto &
hanya
semata,
pertemuan
antarbudaya
orang
melainkan
perorang
sesungguhnya
semakin
mengemuka
(Dayakisni, 2008).
Indonesia dapat
menjadi
dasar
dalam
pemahaman
bersifat
modal
formalitas,
tersebut
akan
maka
menjadi
kondisi
pemicu
dan
Sekolah
kesadaran
sebagai
akan
lembaga
bangsa,
mengendurkan
ikatan-ikatan
Bhineka
perilaku
mencerminkan
Ika
melalui
kesatuan
budaya
Tunggal
yang
bangsa
dalam
pembelajaran
termasuk
terhadap
keberagaman
budaya,
serta
respon
keberagaman
fenomena
masalah
yang
keberterimaan
etnis
peneguhan
dan
jiwa
beberapa
mata
pelajaran.
Melalui
adalah
secara
mengajar
holistik
meningkatkan
pelatihan
bagaimana
dapat
pemahaman
dan
dalam
hidup
salah
dilaksanakan
belajar
diharapkan
ketrampilan
satu
adalah
mengelola
IPS
merupakan
IPS.
sarana
faktor
agar
sesuai
yang
dapat
Pendidikan
proses
kemampuan
kelas,
menggunakan
guru
dalam
model
dalam
hal
ini
pembelajaran
ini
digali
peserta
seperangkat
mengikuti
metode
Lingkungan
dalam
pembelajaran
terhadap
(1992)
pemilihan
beberapa
pembelajaran
didik
dengan
yang
mata
dimaksud
pelajaran.
Melalui
dikembangkan
pelajaran
secara
dikarenakan
akan
berpengaruh
keberhasilan dalam
mempunyai
usaha
Kosasih
pandangan
model
dan
metode
yang
sesuai
dengan
secara
merupakan
holistik
diharapkan
dapat
pemahaman
dan
meningkatkan
kemampuan
dan
Proses
Salah
diharapkan
satu
alternatif
mampu
persoalan
tersebut
belajar
dalam
model
yang
menjembatani
adalah
dengan
pada
model
model
segala aspeknya
memiliki
memfasilitasi
perkembangan potensi
siswa
melakukan
inovasi
pengorganisasian
secara
materi,
ini
diharapkan
mampu
sehingga mereka
keterampilan
Salah
satu
memahami
variabel
yang
pembelajaran
kehidupannya.
pembelajaran
model
Model
pembelajaran
kooperatif
berpendekatan multikultur.
sebuah
diri.
multikultur
sebagai
pada
model
dasarnya
konsep
adalah
pembelajaran
mengenai
untuk
diri.
menstimulasi
dan
eksplorasi
pentingnya
Pandangan
diri
positif
akan
memiliki
mengenai
konsep
membangkitkan
(Dayakisni, 2008)
dalam
pembelajaaran
IPS
untuk
multikultur
dengan
mengikuti
model
permasalahan
yang
akan
pengaruh
interaksi
siswa
yang
pembelajaran
antara
model
prestasi
mengikuti
model
pembelajaran
belajar
IPS,
(3)
multikultur
dengan
mengikuti
model
terdapat
konsep
pengaruh
interaksi
antara
diri
positif,
siswa
Untuk
yang
pembelajaran
(4)
Untuk
multikultur
dengan
model
mengikuti
model
pembelajaran
kooperatif
siswa
yang
pembelajaran
Negeri
Dawan
Klungkung,
memperhatikan
2.
satu
variabel terikat.
kesetaraan
kelas
yaitu
Variabel bebasnya
berpendekatan
variabel
kedua
multikultur
perlakuan;
sebagai
variabel
adalah konsep
bebas
diri sebagai
penelitian,
peneliti
Uji
hipotesis
data
yang
yang
pembelajaran
berpendekatan
serta
kelompok
pembelajaran
kelompok
akhir
melakukan
dilakukan.
memanipulasi
berupa
variabel
manajemen
multikultur
memberlakukannya
eksperimen,
eksperimen,
bebas
pada
dan
kontrol.
peneliti
Pada
berjumlah
112
model
konvensional
yaitu
sebesar
26,075.
Hasil
di
atas
menunjukkan
orang.
konsep
diri,
IPS
mengikuti
kelompok
kelompok
prestasi
siswa
belajar
yang
siswa
pembelajaran
yang
mengikuti
dengan
model
dibutuhkan
pembelajaran,
bersumber
berpendekatan
diperluas
multikultur
dalam
oleh
siswa
tidak
dari
selama
lagi
guru,
dengan
hanya
melainkan
menjadikan
sebagai
Negeri
Dawan.
mendasari
Alasan
model
berpendekatan
yang
kooperatif
multikultur
sumber
siswa
pembelajaran,
dari
di
perspektif
sangat
model dan
Bersandar
pada
hasil
uji
model
kooperatif
multikultur
yang
berpendekatan
open
ended
ini
29,402
itu,
bagi
siswa
kemampuan,
yang
kreativitas
memiliki
dan
target
untuk
yang
signifikan.
melangkah
pada
Hasil
=
ini
pengujian
berupaya
untuk
memperluas
mempunyai
dengan
materi
yang
sedang
banyak
energi
untuk
multikultur
karena
pembelajaran
paksaan
atau
sekadar
lebih
tinggi
IPS
daripada
dengan
model
model
yang
digunakan
pembelajaran,
konsep diri.
akan
dalam
tetapi
juga
Berdasarkan temuan-temuan di
atas,
pembelajaran
model
pembelajaran,
secara
meningkatkan
berdasarkan
belajar
terima.
IPS
kelompok
dengan
sebesar
siswa
pembelajaran
23,800
untuk
maka
model
maka
kooperatif
mereka
terus-menerus
Pada
berupaya
kualitas
balikan
konteks
yang
karyanya
yang
mereka
instruksional
yang
mengikuti
dengan
model
mendapat
kesempatan
untuk
memperoleh
balikan
yang
dibutuhkannya
sebagai
bahan
pertimbangan
prestasi belajarnya.
untuk
meningkatkan
IPS
yang
mengikuti
pembelajaran
multikultur,
dengan
yaitu
sebesar
25,500.
model
konvensional
menganggap
Angka-angka
berpendekatan
tersebut
menunjukkan
model
yang
kooperatif
multikultur
dianggap
mereka
antara
mengikuti
model
siswa
yang
pembelajaran
dengan
merasa
dikenalinya
dipergunakan.
Secara
dan
dipaksa
sudah
empiris,
untuk
terbiasa
siswa
yang
pembelajaran
model
daripada
berpendekatan
konvensional
Hurlock
dengan
lebih
tinggi
multikultur.
(1994)
seseorang
Menurut
dengan
diberikan
menunjukkan
kelemahan/kekurangan
mereka,
dan
muncul
jika
seseorang
IV.
PENUTUP
Berdasarkan
temuan-temuan
disimpulkan
(1)
kelompok
akademik
sebagai
siswa
pembelajaran
konvensional.
berikut.
yang
mengikuti
dengan
model
(2)
Ada
pengaruh
Ketiga,
yang
mereka
Kemungkinan
hasil-hasil
mencermati
kerjakan.
menggunakan
penelitian
ini
dalam
mengembangkan
dahulu
terhadap
dengan
yang
menggunakan
model
perlu
pembelajaran
dilakukan
hakikat
sesuai
mata
dan
pengkajian
pelajaran
dengan
model
multikultur.
prestasi
dibandingkan
belajar
dengan
Berdasarkan
temuan
yang
siswa
model
mempertimbangkan
pula
implikasi
multikultur.
berikut.
pengampu
pentingnya
khususnya
model
pembelajaran
(1)
Kepada
mata
guru
para
guru
pelajaran
IPS
kelas
VIII
SMP
Hurlock.
yang
berminat
untuk
melakukan
berminat
untuk
melakukan
atribut psikologis
DAFTAR PUSTAKA
Burn, R. B. 1979. Konsep Diri : Teori,
Pengukuran, dan Perilaku.
London : Longman Group Uk
Ltd.
Dantes
N.
2008.
Pendidikan
Teknohumanistik
(Suatu
Rangkian Persspektif dan
Kebijakan
Pendidikan
Mengahadapi
Tantangan
Global). Makalah Disampaikan
Pada Seminar Pendidikan
Diselenggarakan
oleh
S2
Pendas PPs Undiksha 22 Juli
2008
E.B.
1994.
Psikologi
Perkembangan:
Suatu
Pendekatan
Sepanjang
Rentang Kehidupan. Edisi 5.
Jakarta: Erlangga.
A. M. (2004). Holistika
Pemikiran Pendidikan. Jakarta:
Radja Grafindo Persada.
Sugiartha, Gede
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) satuan biaya pendidikan di SMP Negeri
1 Banjar tahun pelajaran 2008/2009, (2) komposisi biaya pendidikan yang ditanggung
oleh pemerintah dan orang tua siswa di SMP Negeri 1 Banjar tahun pelajaran
2008/2009, (3) pengaruh biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa (biaya langsung
dan biaya tidak langsung) terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Banjar tahun
pelajaran 2008/2009. Penelitian ini melibatkan 285 siswa dari 1029 siswa.
Dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis korelasi product moment, dan
analisis regresi ganda dapat diketahui bahwa satuan biaya per siswa per tahun adalah
sebesar Rp 2.225.620 perbandingan besar dana pemerintah dengan orang tua siswa
adalah 66,09% : 33,91%, perbandingan besar dana pemerintah di luar gaji, insentif, dan
investasi dengan orang tua siswa adalah 24,75% : 75,25%, ada hubungan yang
signifikan antara biaya langsung dan tidak langsung dan prestasi belajar siswa, dan ada
hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara biaya langsung dan tidak
langsung dan prestasi belajar siswa.
Kata kunci: satuan biaya, biaya langsung dan tidak langsung, prestasi belajar.
I.
PENDAHULUAN
Hampir dapat dipastikan bahwa
pendidikan ini.
desentralisasi
pendidikan,
membuat
Gelombang
demokratisasi
mengalami
kesulitan
dalam
mendapatkan
referensi
tentang
pendidikan.
bidang
komponen
biaya
pendidikan.
Masalah
kurikulum,
kesuksesan
program
manajemen
efisiensi
pemerataan.
Secara
umum
Meskipun
administrasi,
demikian,
pembiayaan
berbagai
sumber-sumber
pendidikan,
pembiayaan
pengalokasiannya,
efektivitas
efisiensi
pengguanaannya,
dalam
dan
bidang
yang
Undang-Undang
berkaitan.
Dasar
kita
tombak
pelaksanaan
UUD
mengetahui
yang
orang
dan
pendidikan
2006:164).
( Fattah, 2000:23)
bebas
untuk
Dalam
semua
konsep
dasar
yang
perlu
dikaji
atau
efisiensi
pengeluaran
dalam
pemerintah
untuk
pendekatan
yang
biaya
dikeluarkan
untuk
makro
dan
pendidikan
pendekatan
berdasarkan
murid
yang
untuk
sekolah.
merupakan
ukuran
kepentingan
menempuh
murid
pendidikan.
dalam
Satuan
biaya
Analisis
merupakan
dikeluarkan
dengan
faktor-faktor
mempengaruhinya
dapat
lain
yang
dilakukan
analisis.
Dengan
tahun
biaya
pendidikan
untuk
anggaran.
merupakan
rata-rata
melaksanakan
Satuan
fungsi
yang
dari
biaya
ini
besarnya
menganalisis
satu
penyelenggaraan
yang
Biaya
akan
pendidikan
komponen
sangat
berjalan.
merupakan
masukan
input)
menentukan.
Biaya
salah
satu
instrumental
(instrumental
jawabkan
pengelolaan
transparan.
Dalam
dana
secara
penyelenggaraan
penyelenggaraan
pendidikan.
Dalam
setiap
pencapaian
tujuan
upaya
pendidikan
memiliki peranan
yang
Lebih
mengatakan,
media
Dana
(cost)
dan
rangka
berkenaan
penyelenggaraan pendidikan.(Mulyasa,
lanjut
pada
Suriadi
pendidikan dasar
dengan
penyelenggaraan
belajar,
operasi
pendidikan
pengajaran,
sebenarnya
mencapai
tidak
tujuan
2005:168)
MBS
sebagai
bentuk
merupakan biaya.
yang
lain.
Setiap
sekolah
dengan
terdiri
atas
rombongan
belajar.
dan sore).
pembiayaan pendidikan.
pembiayaan
terakhir
berkepentingan,
seperti
komite
orang
yang
paling
dipakai
sekolah,
pedoman
Variabilitas
misalnya
tua
dalam
menentukan
menyangkut pembiayaan.
Jenis-jenis
siswa,
rangka
kebijakan-kebijakan
biaya
pendidikan
jumlah
untuk
tersebut
rangka
dijadikan
banyak
dalam
pengeluaran
masing-masing
diketahui,
siswa
komponen
maka
subsidi
dalam
tersebut
diberikan.
pedoman
rangka
oleh
pengelola
penyusunan
rencana
tidak
akuntabel,
langsung
dibayarkan
kepada
(4)
Bagi
masyarakat,
untuk
biaya
besarnya
menemukan
biaya
satuan
pendidikan
yang
masa mendatang.
ini
merupakan
langsung)
sejumlah responden.
Adapun alur
pada
beasiswa
ditambah
tabel
Krecjie,
maka
jumlah
adalah
melalui
metode
dibutuhkan
sehubungan
dengan
yang
terhadap
siswa,
(3)
Pengaruh
prestasi
biaya
belajar
siswa.
Komposisi
biaya
pendidikan
yang
ditanggung
oleh
pemerintah
dan
X1
dijaring
Y
X2
tahun
pelajaran
melalui
2008/2009,
analisis
RAPBS,
dokumen
berhubungan
Keterangan:
yang
dengan
lain
yang
kesejahteraan
X1
: Biaya langsung
pengeluaran
X2
orang
tua
dengan
siswa
(biaya
tidak
prestasi belajar
langsung)
langsung
terhadap
dan
Biaya
yang
ditanggung
oleh
Seluruh
diolah
windows
keperluan
analisis
Miskin,
5)
dana
imbal
swadaya
hasil
PEMBAHASAN
analisis
dokumentasi
tahun
2.225.620,-
tahun.
Rp 123.150.000,-
per siswa
meliputi
kontribusi
per
siswa
per
pemerintah,
Kelas
Ruang
228.000.000,-(dua
biaya
yang
Baru
ratus
(RKB)
dua
dikeluarkan
Rp
puluh
oleh
pemerintah,
maupun
baik
pemerintah
pusat
adalah
Rp
daerah
analisis
kuesioner
1029
orang,
maka
total
rupiah).
Jadi
komposisi
pendidikan
yang
ditanggang
pemerintah
(termasuk
biaya
biaya
oleh
gaji,
sebesar
Rp
3.358.056.900,
SUMBER DANA
Biaya pemerintah
Biaya orang tua siswa
Jumlah
JUMLAH
( Rp )
3.358.056.900
1.723.250.865
5.081.307.765
Biaya
PERSENTASE
(%)
66.09
33.91
100
pendidikan
yang
rupiah)
Tabel. 02 Komposisi Biaya Pemerintah (di luar gaji, insentif, investasi) dan Orang
Tua Siswa di SMP Negeri 1 Banjar pada Tahun Pelajaran 2008/2009
NO
SUMBER DANA
JUMLAH
PERSENTASE
(Rp)
(%)
566.912.500
24.75
Biaya Pemerintah
1.723.250.865
75.25
Jumlah
2.290.163.365
100
Dari tabel 02
terlihat bahwa,
tersebut
positif
prestasi
masih
kalau
yang
kontribusinya 8,1%
jauh
dibandingkan
lebih
besar
dengan
biaya
signifikan
pada
taraf
siswa
melalui
adalah
diidentifikasi
sebesar
Rp
1.330.425
menurut
10
pengeluaran. Kekuatan
jenis
hubungan
adalah
sebesar
diidentifikasi
Rp
menurut
344.260,
8
jenis
dengan
Product
Moment.
perhitungan
dengan
korelasi
Berdasarkan
bantuan
for
windows,
diperoleh
besarnya
SPSS
13.0
for
windows
korelasi
dapat
disimpulkan
bahwa
dibayarkan kepada
sekolah,
seperti
misalnya,
akan
yang
Seperti
berpengaruh
lebih
kuat
langsung
dibayarkan
kepada
sekolah.
yang
didapatkan
dalam
besar
berdasarkan
pengeluaran
perhitungan
komputer
di
antara
18
orang
komponen
tua
siswa,
transportasi.
tersebut
signifikan
pada
taraf
Besarnya
pengeluaran
antara 3 10 km.
kepada sekolah,
dalam
atau
Seperti
8,8%.
Berarti
kontribusinya
rangka
sangat bermanfaat
meningkatkan
mutu
sebesar 8,8%
Menarik untuk dicermati, bahwa
yang langsung
IV. PENUTUP
Berdasarkan
temuan
dan
dengan
kontribusinya
dibandingkan
meningkatkan
miskin (BSM)
Rp
biaya
dilakukan
adalah
pendidikan
sebesar
sebesar
Rp
mutu
karena
pendidikan.
keterbatasan
sumber
investasi)
untuk
dengan
biaya
yang
dana
di
membiayai
luar
BOS
bisa
kegiatan-kegiatan
biaya
tidak langsung
dikeluarkan oleh
orang
tua
yang
siswa
yang
signifikan
secara
simpulan
yang
sekolah
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Buku Panduan
Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dan BOS Buku. Jakarta:
Depdiknas, Departemen Agama
-----------.
2003.
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta:
Biro Hukum dan Organisasi
Sekjen Depdiknas.
-----------. 2005. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas.
Fatah, Nanang. 2000. Ekonomi dan
Pembiayaan
Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
rangka
Werti, Ni Nengah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan (1) aktivitas belajar calistung, (2)
prestasi belajar membaca, (3) prestasi belajar menulis, dan (4) prestasi belajar berhitung
peserta didik kelas III SDN 1 Semarapura Tengah. Subjek penelitian tindakan kelas ini
peserta didik kelas III A SDN 1 Semarapura Tengah yang berjumlah 49 orang.
Penelitian dilakukan dalam dua siklus pembelajaran. Model pembelajaran yang
digunakan adalah pembelajaran tematik berbantuan cerita dalam pembelajaran
calistung. Untuk mengukur aktivitas belajar peserta didik digunakan lembar
pengamatan aktivitas belajar, sedangkan untuk mengukur prestasi belajar digunakan tes
prestasi belajar. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai aktivitas belajar peserta
didik pada siklus I sebesar 59,83 dengan kategori sedang, pada siklus II meningkat
menjadi 73,84 dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata nilai prestasi belajar peserta
didik pada siklus I untuk kemampuan membaca, dari 72,41, berkategori sedang pada
siklus II meningkat menjadi 78,45, dengan kategori tinggi, kemampuan menulis
peningkatannya dari 70,39 berkategori sedang menjadi 78,02 berkategori tinggi pada
siklus II, sedangkan kemampuan berhitung siklus I rata-ratanya 63,61 berkategori
sedang, pada siklus II meningkat menjadi 72,99 berkategori tinggi. Hasil wawancara
dengan peserta didik menunjukkan bahwa rata-rata peserta didik menyatakan sangat
senang dengan penerapan pembelajaran tematik berbantuan cerita. Pendidik dapat
mengembangkan model pembelajaran ini pada pokok bahasan lain, bahkan dapat
mengolaborasikan dengan seting inkuiry terbimbing sehingga dapat memberikan
suasana baru dan menyenangkan dalam belajar yang akhirnya dapat memotivasi peserta
didik untuk belajar.
Kata kunci: model pembelajaran tematik, aktivitas, dan prestasi belajar calistung.
ABSTRACT
This study aimed at: 1) enhancing learning activities in reading, writing and
math, 2) improving students achievement in reading, 3) improving students
achievement in writing; and 4) improving students achievement in math of grade III at
SDN 1 Semarapura Tengah. The number of the subject was 49 students. This research
was carried out in three cycles. The learning model which was implemented through
this research was thematic learning model assisted by stories to improve students
activities and achievement in reading, writing and math. Observation sheet was used to
measure students activities in learning. Meanwhile, students achievement test was
used to measure students achievement and it was given at the end of every cycle. In
this research, the obtained data were analyzed descriptively.
The result of the study shows that: 1) the implementation of thematic learning
model assisted by stories can improve students activities of IIIA class at SDN 1
Semarapura Tengah. This can be seen from the students average score of learning
activities on the first cycle the mean score was 59.83 which could be categorized into
medium category improve become 73.84 which was categorized into high category, on
the second cycle. 2) the implementation of thematic learning model assisted by picture
can improve the students achievement of class IIIA of SDN 1 Semarapura Tengah.
This can be seen from students average score in reading On the first cycle, from 72.41
(medium category). On the second cycle it improved become 78.45, and it can be
categorized into high category. The improvement of students average score in writing
from 70.39 which can be categorized into medium category on the first cycle. On the
second cycle it improved become 70.82 which can be categorized into high category.
The students achievement in math on the first cycle can be seen from the average score
that is 63.61 which can be categorized into medium category. On the second cycle, it
improved become 72.99 which can be categorized into high category. 3) The result of
the interview about the implementation of thematic learning model assisted by Stories
shows that most of the students have positive appreciation toward the implementation of
the learning model. The teacher are able to develop this learning model in various theme
and also able to collaborate this model with discovery inquiry model in order to give a
new and fun learning environment that can motivate the students to learn.
Key words : thematic learning model, activities and students achievement
I. PENDAHULUAN
Undang-Undang
Sistem
Pembelajaran
pada
Pendidikan
dilaksanakan
melalui
Nasional
(Sisdiknas),
kelas
III
pendekatan
penyelenggaraan
pendidikan
diselenggarakan
dengan
membaca,
undang-undang
mengembangkan
budaya
tersebut
berupa
persiapan
untuk
pendekatan
mata
penelitian,
tersebut,
menumbuhkan
kemampuan
berpikir
diperjelas
dengan
terungkap
permasalahan
Pembelajaran
didik
mampu
meningkatkan
peserta
didik
dalam
keterampilan
merefleksikan
yaitu
hasil
menulis,
dan
dipergunakan
mampu
dan
sampai saat
dilaksanakan
(terintegrasi).
membaca,
sekolah.
menulis,
Selanjutnya,
bahwa
berhitung
dalam
yang
pembelajaran
ini belum
sepenunya
secara
terpadu
dengan
mesti
akan
kognitif
mampu
memahami
ilmu
mengembangkan kemampuan
peserta
didik
dalam
mengalami
kesulitan
mengembangkan
dalam
kemampuannya
Salah satu
dipilih
adalah
implementasi
cerita.
telah
mengeluarkan
tindakan
Pengimplementasian
kelas
dengan
judul:
Aktivitas
dan
Membaca,
Menulis
diberikan
pancingan
menarik sehingga
pelajaran
yang
cerita-cerita
tertarik
sedang
terhadap
diajarkan.
bertujuan
Prestasi
dan
Berhitung
untuk
peningkatan:
1)
Belajar
mengetahui
aktivitas
belajar
diberikan
dengan
diajarkan.
hitungan
kompetensi
Briggs
dasar
(dalam
menyatakan
sesuai
yang
Lasmawan
bahwa
dengan
kelas
(classroom
action
2007)
merupakan
persoalan
praktis
teknik
kehidupan
dan
berhitung,
sekaligus
terjadi
sehari-hari;
kualitas
secara
efektif
dan
menyenangkan.
Terkait
pengimplementasian
dapat
peneliti
yang
2)
yang
dirasakan
direncanakan
siklus,
selalu
tingkatan
dalam
atau
daur
bentuk
yang
memungkinkan
kerja
yang
mengajukan
Berlatar
terjadinya
dari
meliputi
aktivitas
pertanyaan,
dalam
menjawab
karakteristik
kegiatan
observasi
awal.
Secara
rinci,
langkah-langkah
konsep
dasar
penelitian
yang
yang
akan
dilakukan
pada
tahap
selanjutnya.
atau
tingkat
keberhasilan
siklus
sudah
sebagai berikut:
didapatkan
hasil
yang
Fase
Pelaksanaan
Fase
Perencanaan
Fase
Pemantauan
Fase
Evaluasi
dan
belajar
asesmen
assesmen),
kualitatif.
data
data,
(2)
data
prestasi
Prosedur
analisis
reduksi
data
pengelompokan
kategori,
interpretasi,
(4)
dan
melalui
(3)
pengambilan
kinerja
(Performance
observasi,
pembimbing
dengan
pertanyaan,
menggunakan
sebelum
telah
diamati,
dicatat,
dan
tes
tersebut
digunakan.
dari distribusi
dari skor
memiliki frekuensi
frekuensi
kumulatif,
tertinggi dalam
e)
adanya
dan
didik.
peningkatan
prestasi
belajar
aktivitas
peserta
Menyusun
silabus
RPP
bahasa
pada
Semarapura
dan
Tengah,
yaitu
Bahasa
Indonesia
dan
materi
(membaca
dan
pembelajarannya;
f)
menyusun LKS
Semarapura
belajar
dikatakan
peserta
didik
i)
membentuk
kelompok
tindakan.
tidak
Pada
tahap
perencanaan
terangkum
penelitian
kelas siklus I
berlangsung.
dengan menggunakan
Tahapan
perencanaan
dalam
selama
instrumen
pembelajaran
didik
pada
membaca,
diketahui
ketuntasannya
sedangkan
dianalisis
sebagai
perencanaan
upaya
persiapan
penelitian;
b)
masih
menulis
kemampuan
bahwa
dan
berhitung
bahasa
Indonesia
mencapai 36, 73 %,
matematika ketuntasannya
tergolong
belum
KKM
Secara
memenuhi
bahan
bacaan
cerita
untuk
setiap
standar
rendah,
%),
pelajaran
sedangkan
untuk
mengerjakan
belajar
membahas
peserta
didik
pada
tahap
postes
LKS,
pada
tanya
LKS,
jawab,
menerapkan
kriteria
tematik
model
cerita.
penilaian
aktivitas
belajar,
Sebagai
pembelajaran tematik.
tiga
berbantuan
pembelajaran
berdiskusi
kelompok,
pertemuan,
pertanyaan
bacaan
pertemuan
di
mana
disiapkan
setiap
menjawab
pada
LKS,
skenario
bersama
cerita
pendidik
yang
mengimplementasikan
berkolaborasi
menerapkan
di
materi
menghitung
untuk
diterima,
tematik
membaca
kelas
pembelajaran
dalam
bentuk
jumlah
menulis
tulisan,
hadiah
jumlah
lambang
hadiah,
bilangan,
mengoreksi
pelaksanaan
menyebutkan
tindakan
membahas
siklus
tokoh-tokoh
cerita,
cerita,
membaca
teks
kebenaran
yang
tulisan.
mengalami
materi
Materi
pada
pembelajaran.
pembelajaran
yang
diberikan
peningkatan,
pada
Data
perkembangan
nilai
berhitung
mengalami
meningkat
meningkat,
bahwa
dan
mencirikan
untuk
setiap
pertemuan
peningkatan,
sebesar:
5,0,
pada
menulis
pertemuan
dengan
pertama,
sampai
dan
belajar
ketiga
kedua
akhir
dirata-ratakan
siklus
sehingga
peserta
didik
I,
untuk
kemampuan
(Kriteria
nilai
membaca,
penelitian
rekap
untuk
nilai
kemampuan
kemampuan
membaca,
Ketuntasan
belum
Minimal)
berhasil,
dan
perlu
Dari hasil
siklus I.
sebagai bantuannya.
Kendala
yang
dihadapi
didik
ketika
pembelajaran
tematik
peserta
mempelajari
berdiskusi
waktu
belum
yang
dialokasikan
untuk
kelompok
bisa
5)
peserta
berkolaborasi
saat
didik
dengan
masih
untuk
setiap
kelompok,
sehingga
terkesan
didik
secara maksimal.
menyumbang
Berlatar
mengalami
dalam
kesulitan
saran,
ide
saat
yang
pelaksanaan
seluruh
postes
terpisah
2)
antar
dari
individual
matapelajaran.
peserta
dan
tes
didik
akhir
belum
siklus
bisa
Langkah-langkah
pembelajaran
proses
pengimplementasiannya di kelas, 2)
Dimulai
calistung,
sebelumnya
Sebelum
menginformasikan
belajar.
tematik
dan
dengan
pemberian
selanjutnya
secara
LKS
materi
pendidik
bergilir,
dibagikan
dan
pendidik
kembali
tentang
pada
acuan
siklus II.
tahap
pelaksanaan
tindakan
ditunjukkan
melalui
postes
yang
pertemuan
menyajikan
pembelajaran
skenario
kembali
materi
menerapkan
mengalami
peningkatan,
mencapai 73, 84
tinggi.
dengan kategori
Berdasarkan
keberhasilan,
kategori
penelitian
model
pembelajaran
tematik
yang
dikatakan
Beberapa
temuan
selama
lain:
84
dengan
tinggi,
kategori
1)
secara
umum
proses
maka
dikatakan berhasil.
itu
mereka
beradaptasi
siklus
dengan
I,
tindakan
maka
pada
pelaksanaan
juga
sudah
dengan
model
mampu
kelompoknya
pembelajaran
yang
peserta
diperlihatkan
peningkatan
berdiskusi
untuk setiap
melalui
pertemuan meningkat,
didik
menunjukkan
kelompok
aktif
ketuntasan
masing-masing
kategori
tuntas.
Hasil
wawancara
dan
sudah
klasikal
bertanya
adanya
menjawab
memberi
respons
positif
terhadap
penerapan
pembelajaran
tematik
ternyata dapat
IV. PENUTUP
Pembelajaran
tematik
aktivitas
peserta
leluasa
jawaban
didik
mengemukaakan
dan
lebih
kebenaran
kebenaran
tulisannya.
8)
belajar,
kemampuan,
prestasi
yaitu
belajar
kemampuan
peserta
dapat
jawaban
pertanyaan
menulis
dari
didik,
pertanyaan
penjumlahan,
dan
mereka
bacaan,
hasil
78,45
menulis
jawaban
hasil
berhitung
pengurangan
dan
peserta
didik
dapat
dengan
tepat
wacana,
peningkatan
aktivitas
dan
prestasi
lancar
membaca
dan
kata,
serta
dapat
pelaksanaan
menerapkan
sistem
kata
dari
dalam
ciri
2008).
atau
keberhasilan
kalimat.
Wujud
peserta
didik
pembelajaran
tematik,
(Sukadi
Pengimplementasian
agar
belajar
ilustrasi
membaca,
menulis
dan
menggunakan
materinya,
sebagai
melalui
cerita
berfikir
akan
ketegangan
penyegaran
Pemberian
dalam
pembelajaran,
yang
hendaknya
yang
berlatarkan
LKS
akibat
cerita
cerita
perlu
dibahas.
pengimplementasian
tematik
Jika
pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
mereka
menghitung
soal
maupun
kata/kalimat.
dalam
Penerapan
bentuk
materi
seperti
ini
menjalin
Wiryadi, Ni Ketut
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh dua model
pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe GI dan model pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar kimia sebelum dan sesudah diadakan pengendalian
kovariabel kreativitas siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan
post-test only control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA
Dwijendra Denpasar tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah lima kelas. Dengan
memperhatikan kesetaraan kemampuan kelas, diambil secara random sepasang kelas
setara sebagai sampel. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan dua
instrumen, yaitu kuesioner dan tes. Data kreativitas siswa dikumpulkan dengan
kuesioner kreativitas siswa dan data hasil belajar kimia dikumpulkan dengan tes hasil
belajar kimia. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis varians satu jalur, analisis
kovarian satu jalur, dan analisis regresi satu prediktor. Melalui analisis varian satu jalur
diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang mengikuti
model pembelajaran kooperatif tipe GI dan siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional (FA = 6,441; p < 0,05). Selanjutnya, setelah diadakan pengendalian
pengaruh kovariabel kreativitas siswa, melalui analisis kovarian satu jalur diperoleh
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif tipe GI dan siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional (Fres = 9,322; p < 0,05). Dengan analisis regresi satu prediktor diperoleh
hubungan fungsional antara variabel kreativitas siswa dan hasil belajar kimia (R =
0,8995; Freg = 330,500; p < 0,05), dan koefisien determinasi atau kontribusi kreativitas
siswa terhadap hasil belajar kimia sebesar 80,91%.
Sehubungan dengan temuan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap hasil belajar kimia, baik
sebelum dan sesudah dikendalikan kovariabel kreativitas siswa. Dengan demikian,
dapat dianjurkan agar para guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan
mempertimbangkan kreativitas siswa dalam merancang dan mengimplementasikan
program-program pembelajaran kimia di kelas untuk membantu siswa meningkatkan
hasil belajarnya.
Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), model
pembelajaran konvensional, kreativitas siswa dan hasil belajar.
ABSTRACT
This study aimed at comparing the effect of two instructional models, i.e., group
investigation (GI) cooperative learning model and conventional instructional model
upon learning achievement in chemistry before and after controlling the of students
creativity.
This study was an experimental research using Post-Test Only Control Group
Design. This population consisted of all Class XI of Science students at SMA
Dwijendra Denpasar in the school year 2009/2010. By considering equality of class
ability, a couple of equal ability classes were taken at random as the sample. The data
were collected with two instruments, i.e., questionnaire and test. The data on students
creativity were collected by a creativity questionaire, and the data of learning
achievement were collected by a chemistry learning achievement test. The hypotheses
was tested by using one-way ANOVA, one-way ANACOVA, and one-predictor
regression analysis. The results of the analysis show that there was a difference in
learning achievement in chemistry between the students who were taught with GI type
of cooperative learning model and those who were taught with conventional
instructional model (FA = 6,441; p < 0,05). After controlling the effect of students
creativity, it was found that there was a difference in learning achievement in chemistry
between the students who were taught with GI type of cooperative learning model and
those who were taught with conventional instructional model (Fres = 9,322; p < 0,05).
Trough one-predictor regression analysis it was found that there was a functional
relation between students creativity and learning achievement in chemistry (R =
0,8995; Freg = 330,500; p < 0,05), and determination coefficient or contribution of
students creativity on learning achievement in chemistry was 80,91 %.
In relation to the findings in this study, it can be concluded that GI type of
cooperative learning model affected to the learning achievement in chemistry before
and after controlling students creativity. Hence, it can be recommended that the
teachers implement GI type of cooperative learning model and consider students
creativity in designing and implementing chemistry instructional programs in the
classroom to help the students to improve their learning achievement.
Key words:
I.
PENDAHULUAN
Tujuan
pendidikan
nasional
dan
mandiri
serta
tanggungjawab
tujuan
tersebut,
upaya-upaya
kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
peningkatan
Ilmu
Pengetahuan
Salah
sebagai
satu
tersebut
di
antara
adalah
upaya-upaya
dikeluarkannya
bagian
seharusnya
pendidikan
mampu
formal
memberikan
2005
Nasional
standar
kompetensi
pendidikan.
Nasional
program
tentang
proses,
Standar
standar
Standar
menjamin
MGMP
dan
program
kependidikan,
pengembangan kurikulum
membentuk
watak
serta
peradaban
perbaikan
dan
yang salah
secara
inspiratif,
bagi
interaktif,
prakarsa,
kreativitas,
dan
keluarnya
harapan.
Purwanto
(1999) menyebutkan
adalah
dengan
mencoba
paham
memungkinkan
faktor
kematangan,
pertumbuhan,
Kimia
konstruktivisme
yang
siswa
merupakan
untuk
ilmu
yang
alat-alat
dalam
dan
berdasarkan
belajar
yang
dipergunakan
mengajar,
Menurut
lingkungan
(induktif),
(2006),
pertanyaan
siswa
untuk
kemampuan
kurang
mengembangkan
Sanjaya
percobaan
didorong
apa,
mengapa,
dan
pembelajaran
kimia
harus
Seseorang
sebagai
produk.
kreativitas,
langsung
dan
yang
proses
dan
melalui
dilandasi
konstruktivisme
penggunaan
oleh
sangat
paham
sesuai
jika
memengaruhi
masalah
dan
dan
dan
kreativitas
mampu
bisa
memecahkan
Perbedaan
untuk
langsung
dalam
melalui
pengembangan
penggunaan
dan
keterampilan proses
dapat
yang
kreativitas
memecahkan
pembelajaran
pada
masalah
kimia
juga
pembelajaran
tingkat
kreativitas
akan
mampu
kreativitas
seperti
yang
model
pembelajaran
materi
pembelajaran.
Strategi
untuk
sesuai
siswa
dengan
harapan.
Model
mengetahui
yang
apakah
terdapat
mengikuti
model
dalam
siswa
proses
pembelajaran
amat
yang
mengikuti
model
kelas.
perlu
dilakukan
pengaruh
uraian
tersebut,
penelitian
tentang
model
pembelajaran
model
pembelajaran
yang
mengikuti
konvensional
siswa.
model
pembelajaran
setelah
diadakan
Manfaat teoretis
yang ingin
dicapai
sebagai
berikut:
dan
sumbangan
siswa
(1)
ilmu
pengetahuan
khususnya
diadakan
kreativitas
memperkaya
pembelajaran
belajar
yang
pembelajaran
siswa yang
pembelajaran
pengendalian
kimia
mengikuti
antara
model
model
siswa
ilmu
memberikan
studi
pendidikan
untuk
tentang
model
dalam
usaha
ini
diharapkan
dapat
mata
pelajaran
kimia
untuk
(2)
penyelidikan,
motivasi tersendiri
melakukan
modifikasi
mengajar
dari
kebiasaan
yang
tahap
perencanaan,
(3)
(4)
tahap
tahap
mulanya
sudah
Denpasar
siswa,
pembelajaran
pengalaman
contoh
penerapan
langsung
sehubungan
biasa
dilakukan
yang
soal
urutan
dan
dalam
kegiatannya
diakhiri
dengan
pemberian soal.
Kreativitas
adalah kemampuan
mereka
yang
miliki
penelitian
ini
sebelumnya.
baru
bagi
pemecahan
suatu
mampu
didik,
baik
diharapkan
Hasil
secara
sendiri-sendiri
Konstruk
teori
yang
kreativitas
yang
berlandaskan
berikut:
penyangga,
tidak
yang terhidrolisis.
menerima
pendapat
orang
pH
larutan
penyangga,
lain
begitu saja;
Dwijendra
sampai
mendapat
pemecahan
control
Denpasar
group
dengan
design.
Populasi
inisiatif,
yaitu
diri
dalam
menghadapi persoalan,
tidak
menjadi
memecahkan
menampilkan
ragu
memulai sesuatu,
pencetus
dalam
masalah;
Dwijendra
Denpasar
tahun
suka
eksperimen
mencari
pengalaman
untuk
menambah
yang
pembelajaran
akan
diberikan
dengan
model
menyukai tantangan.
Hasil
belajar
kimia
pada
yang
akan
diberikan
pembelajaran
model
konvensional.
menggunakan
kognitif
yang dicapai
siswa setelah
yang ditunjukkan
kreativitas siswa.
Data
penelitian
dikumpulkan
Kuesioner
siswa
ganda.
kompetensi
kreativitas
Sebelum
instrumen
digunakan,
tersebut
terlebih
kedua
memahami
sifat-sifat
dahulu
diambil
Kemudian,
dilakukan
uji
empiris
pada
Data
awal
eksperimen,
yang diperoleh
dengan
untuk
butir
moment
instrumen
ketiga.
yaitu
(uji
kesukaran
mengetahui
validitas
product
(dengan
korelasi
pearson)
dan reliabilitas
instrumen.
Dari
proses
ini
adalah
hipotesis
terkait
Sebelum
uji
diuji
pengujian hiptesis
normalitas
Bartlett),
yang
serta
sebaran
uji
data
linieritas
belajar kimia.
kuesioner
siswa
konvensional.
yang
mengikuti
model
Kedua,
setelah
diadakan
pembelajaran
(25,875)
lebih
kooperatif
model
tipe
GI
siswa
yang
mengikuti
model
tinggi dibandingkan
siswa
model
Pada
yang
mengikuti
pembelajaran
kimia
melalui
mengikuti
yaitu
dibandingkan dengan
rata-rata skor
hasil
siswa
Dengan
mengikuti
selalu
berpikir
demikian,
untuk
pembelajaran
belajar
model
kimia
model
pembelajaran
yang
pembelajaran
konvensional (24,35).
keterampilan
sehingga
dan
pengetahuannya
pengalaman
belajar
dan
pembelajaran
berpengaruh
kimia.
Hal
ini
sesuai
dengan
prinsip
Selain
Dari temuan
kooperatif
terhadap
model
hasil
tetap
belajar
pembelajaran,
pada
secara
dan
sikap ilmiah.
menyukai
pengalaman
langsung
melalui
belajar
penggunaan
pengalaman
baru,
percaya diri.
lebih
mampu
masalah-masalah
menemukan
dan
mampu
belajarnya,
yang
siswa.
sehingga
siswa
3) Kreativitas
terdapat
hubungan
memberikan
siswa
terdapat
80,91%.
bahwa
Hal
ini
berarti
Dalam
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dapat
penerapan
pembelajaran
kooperatif
model
tipe
GI
siswa
untuk
sehingga
mencapai keberhasilannya.
siswa
saling
membantu
sama-sama
akan
kooperatif
tipe
GI
memberikan
proses
mendapatkan
pengetahuan
melainkan siswa
yang membangun
yang dimilikinya.
memperkaya
pengetahuan
dan
Untuk
mewujudkan
kondisi
belajar
membangun
akan
pemahaman
dan
yang
kondusif
memberikan
kebebasan
dalam
dan
manusia
Berdasarkan
simpulan
implikasi
yang
penelitian
ini,
sebuah
kelompok,
pemahaman-
diperoleh
dapat
dan
dalam
dikemukakan
dipelajari.
dalam
Kesempatan
untuk
mengajarkan
topik-topik
yang
dan
pembelajaran
perbedaan.
digunakan
memahami
kemajemukan
yang
untuk
yang
cocok
mengajarkan
Model
mesti
diperoleh
bukan
merupakan
ada.
konvensional
Selain
memilih
yang
dan
penelitian
pembelajaran,
harus
diri
siswa
guru
juga
yang
berhubungan
sejenis
diharapkan
kimia
yang
Olah
Raga
(Disdikpora)
perlu
pembelajaran
kooperatif,
DAFTAR PUSTAKA
guru
melalui
kegiatan-kegiatan
Musyawarah
Guru
Mata
memperkenalkan
melatih
dan
mahasiswanya
menggunakan
pembelajaran
model-model
kooperatif.
Jika
pembelajaran
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif.
4) Para
peneliti
diharapkan
untuk
selanjutnya
meningkatkan
-------.
Munandar,
S.C.
Utami.
1992.
Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas
Anak
Sekolah
Petunjuk bagi Para Guru dan
Orang Tua. Jakarta: Grasindo.
Munandar,
Utami.
2004.
Pengembangan
Kreativitas
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi
Pendidikan.
Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya.
Sanjaya,
Wina.
2006.
Strategi
Pembelajaran,
Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Slavin,
Syah,
Trianto.
2007.
Model-model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivis.
Jakarta:
Prestasi
Pustaka
Publisher
Yudana, I Wayan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan latar, masukan, proses, hasil, dan
hambatan pelaksanaan pendidikan sistem ganda (PSG) di SMK Negeri 1 Petang.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan
evaluasi model CIPP. Data penelitian dikumpulkan dengan angket, studi dokumen,
observasi, dan wawancara terstruktur. Data penelitian dianalisis secara deskriptif
berdasarkan kriteria PSG.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel latar terkategori sangat siap dengan
adanya dukungan pemerintah, masyarakat, dan institusi pasangan. Variabel masukan
terkategori sangat siap dengan tersedianya kalender pendidikan, kurikulum, tenaga guru
dan administrasi, teknisi/laboran, tenaga layanan khusus, pembiayaan, organisasi, dan
administrasi. Variabel proses terkategori sangat siap dengan adanya perencanaan,
pembelajaran, pelaksanaan PSG, monitoring dan evaluasi PSG. Variabel hasil
terkategori sangat siap dengan adanya nilai rapor, nilai PSG, nilai uji kompetensi, dan
nilai UN. Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PSG di SMK
Negeri 1 Petang terkategori sangat siap. Hambatan PSG tampak pada terlambatnya
biaya, sarana, disiplin siswa, kurangnya DU/DI yang relevan, dan kurangnya koordinasi
pengelolaan PSG.
Kata kunci: studi evaluasi, pendidikan sistem ganda, program produktif.
ABSTRACT
This study aimed at describing the context, input, process and product and the
constraint in the Dual System Education (DSE) implementation at SMK Negeri 1
Petang. This study was conducted at SMK Negeri 1 Petang in the school year
2009/2010 by using the CIPP evaluation model. The data were collected by
questionnaire, document study, observation, and structured interview. The data of the
study were analyzed descriptively based on the DSE criteria.
The results showed that the context variable fell into category completely ready
due to the support from the government, society, and competent institution. The input
variable fell into category completely ready with the availability of calendar of
education, curriculum, teachers, administration staff, technicians/laboratory technicians,
special service staff, funding, and organization.The process variable fell into category
completely ready with the availibiliy of planning, learning process, implementing
DSE, monitoring and evaluating of DSE. The product variable fell into category
completely ready with the availibilty of school report, DSE scores, competency test
scores, and national evaluation scores. From the analysis, it can be concluded, the
implementation of the DSE at SMK Negeri 1 Petang fell into category completely
ready. The constraints in the DSE implementation can be seen at the cancelation in
funding, limitation of facilities, lack of discipline on the part of the students, lack of
relevant businesses/ industries and coordination in the DSE implementation.
Key words: evaluation study, dual system education, productive program
I.
Dengan
PENDAHULUAN
berlakunya
otonomi
muncul
dalam
nasional.
sistem
pendidikan
Permasalahan
tersebut
perencanaan
dan
pengelolaan
pembaharuan
Dalam
sistem
pendidikan
implementasi
kerangka
dalam penyelenggaraan
pendidikan,
tuntutan
terbatasnya
masyarakat
Pendidikan
Hal
jenjang,
ini
perencanaan
peranserta
menunjukkan
pendidikan
sangat diperlukan.
yang
bahwa
baik
masyarakat.
dan
Nasional.
jenis
Untuk
itu,
Sehubungan
pendidikan
di
mempersiapkan
diharapkan
mengembangkan
terpadu,
dapat
dan
menyeluruh
melalui
untuk
siswa
pendidikan
lulusan
diharapkan
menyiapkan
anggota
dapat
sebagai
siswa
masyarakat
siswa
untuk
dapat
dibekali
perkembangan
pengetahuan,
sikap,
dan
ilmu
pengetahuan,
dan
memasuki
masyarakat.
pemberian
Dalam
keterampilan
rangka
kecakapan
dunia
usaha/dunia
lapangan
kerja
dan
industri
(Anwar, 2004:50-51).
sikap,
lebih-lebih
dan
keterampilan
dalam
dengan
terjadinya
diharapkan
terjadi
betul-betul
merupakan
pendidikan
persaingan
yang
ketat
Depdiknas
Peraturan
Pendidikan
Pemerintah
(PP)
Nomor
telah
Sistem
mencanangkan
Ganda
(PSG).
menginginkan
mutu
tanggung
jawab
bersama
(dual
adanya
lulusan SMK,
peningkatan
di sisi lain,
(context),
masyarakat
pemakai
tenaga
kerja,
masukan
(input),
proses
berbagai aspeknya.
menganalisis
dan
mendeskripsikan
hasil
reformasi
hambatan
sehingga
pendidikan
terjadi
mengarah
kejuruan,
hubungan
kepada
yang
(product)
yang
serta
hambatan-
terjadi
dalam
pelaksanaannya.
terjadinya
ini
merupakan
evaluatif
sebagai
pelaksanaan
atau
serta
penelitian
terhadap
PSG.
tingkat
dapat
Dengan
pengangguran
demikian,
diharapkan
di
SMK
Negeri
Petang
latar
meliputi
kebijakan
sekolah,
dukungan
pemerintah
Selanjutnya
dianalisis
dengan
melakukan
sasaran sekolah.
meliputi
Variabel masukan
kurikulum,
analisis
Univariat,
kalender
sarana
pembiayaan
observasi
sosialisasi PSG,
perencanaan PSG,
memperoleh
hasil
selanjutnya
diakomodasikan
pembelajaran,
Untuk
memperoleh
data,
digunakan
metode
kuantitatif
dan
kualitatif.
Metode
utama
yang
pembelajaran,
dan
hasil
penelitian,
serta
dan
(kuisioner).
Item-item
pada
secara
kualitatif
dengan
diperoleh
dari
hasil
sesuai
dengan
potensinya
instrumen
diharapkan
mampu
pembangunan,
mengantisipasi
juga
persaingan (kompetisi).
diharapkan
mampu
pakai.
sangat
telah
dengan
dalam
masyarakat
terutama
dunia
siap.
memiliki
rangka
Ketiga
aspek dalam
beberapa
kebijakan
pelaksanaan
PSG.
Dalam
pelaksanaannya,
PSG
dapat
diintegrasikannya
kepentingan
siswa
terarah.
diharapkan
dapat
pengetahuan
dan
di
dunia
demikian,
kalender
menerapkan
keterampilan
yang
industri.
didapatkan
Dengan
dapat
Pada
variabel
pendidikan,
masukan,
ketenagaan,
yang
disusun
dengan
melibatkan
dalam
Pembelajaran
kerangka
otonomi
daerah,
Khusus
(RPK)
yang
ruang
pengolahan
Untuk
pembelajaran,
dilaksanakan
sekolah
aspek
sarana
oleh
pihak
pembibitan,
hasil
meliputi
laboratorium
pertanian,
green
class sesuai
memiliki
(RP)
yang
Seharusnya
organisasi
Ruang
Penunjang
kesiswaan,
jamban,
dan
lengkap
setiap
dan
mata
sistematis.
pelajaran
Peranan
tingkat
sekolah
mengingat
sebagai
Hasil
observasi
pelaksanaan
guru
produktif
pembelajaran
kelulusan
siswa
seyogyanya
fungsi
pelaksana
mencapai
meningkatkan
sekolah
adalah
tugas
untuk
mempertahankan,
dan
2007:75).
penutup
pembelajaran.
Dalam
Berdasarkan
analisis
CIPP,
arahnya
variabel
positif,
masukan
ketegori
Dalam
dalam
produktif
dari
masih
sangat
mata
siap.
pelajaran
ketuntasan
minimal
yang
terdapat
kekurangan
dalam
kebijakan
sekolah
yang
dilengkapi
peraturan
provinsi
Dinas
Provinsi.
Pendidikan
Di
Kabupaten
samping
itu,
belum
dan
dan
Dinas
bertugas
membangun
sistem
struktur
organisasi
pelaksanaan
adalah
program
yang
(1)
Keterlambatan
pelaksanaan
kepala
pemanfaatan
hasil
penilaian
guru,
program
dana
sekolah,
sekolah,
pendidik,
menggunakan
Badung.
tujuan
sekolah.
masukan
(input)
APBD
maupun
Kabupaten
Dalam
variabel
masih
terdapat
sekolah.
(2)
dengan kegiatan
Keterbatasan
sarana-
prasarana
teori
produktif
program
siswa
dan
pembelajaran
baik
memiliki
pendekatan
dengan
Dinas
ke
arah
pertanian
modern
selama
praktik
kerja
industri,
DU/DI
pelajaran
kesulitan
sebagian
relevan
mengingat
dengan
program
keahlian.
dirasakan
menggangu
normatif
dan
adaptif,
mendapatkan
besar
guru
DU/DI
jam
tempat
pembimbing
sebagian
besar
berlokasi di pedesaan.
berakibat
IV. PENUTUP
pada
guru
dalam
telah
dalam
yang
berpengalaman
melaksanakan
Kurangnya
PSG.
(7)
koordinasi
antarpembimbing
PSG
dan
antara
PSG.
sekolah
memiliki
kebijakan
sekolah,
memiliki
beberapa
tidak
semua
bimbingan
siswa
secara
mendapatkan
menyeluruh
dan
aspek
dukungan
masyarakat,
pemerintah
terbukti
dan
pemerintah
dengan
kurikulum,
sekolah
memiliki
pembiayaan,
pembinaan
pengawasan,
serta
dan
sarana-prasarana.
DU/DI,
kurikulum
yang
telah
disusun
disahkan
program
dukungan
penyusunan
tempat
sekolah.
Untuk
kurikulum,
magang,
penyediaan
penerimaan
siswa
oleh
Dinas
Pendidikan
sekolah
lembaga
saja.
Untuk
dokumen
tidak
melibatkan
1,2 hektar.
pembelajaran
dokumen kerjasama/kemitraan.
Di
kelas,
belum
komputer.
banyak
disosialisasikan.
(2)
umum
DU/DI
(RPU)
perpustakaan,
Sekolah
untuk
laboratorium
juga
memiliki
sesuai
ditinjau dari
mencapai
kategori
dengan
54,55%
persyaratan
baru
meliputi
ruang
Dalam
sangat
siap.
kalender
penutup
meliputi
depan
ruang
laboratorium
pembibitan,
pengolahan
pembelajaran.
dalam
rangka
Dalam
PSG.
(4)
hasil
pengolahan
laboratorium
prestasi
rapor
variabel
kategori
dalam
basah,
proses
termasuk
sosialisasi,
perencanaan,
belajar
kelompok
ditunjukkan
mata
pelajaran
8,25
observasi
pelaksanaan
masukan,
terhadap
orang
pembelajaran
guru
produktif
dan 7,00.
siswa
arahnya
Persentase tingkat
positif,
variabel
berakibat
dalam
kategori
sangat
siap.
(6)
pada
tidak
maksimalnya
terjadinya
terpenuhinya
keterlambatan
berpengalaman
dana
pelaksanaan
gangguan
jumlah
terhadap
guru
dalam
yang
pelaksanaan
sehingga
termasuk
bimbingan
kekurangan
air
bersih
siswa
tidak
mendapatkan
menyeluruh
pelaksanaan
kompetensi
bidang
keahlian
pertanian
PSG
di
dalam
DU/DI;
(h).
siswa
dalam
modern
untuk
adaptif,
merupakan
kendala
yang
kesulitan
praktik
kerja
pemondokan
masalah
pembimbing
industri,
PSG
dan
merupakan
instruktor
mendapatkan
selama
PSG
tempat
karena
kekurangtepatan
siswa
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills Education).
Bandung: CV Alfabeta.
Depdikbud.
1997.
Administrasi
Pendidikan
Sistem
Ganda.
Jakarta: Ditmenjur.
------. 1997. Pengelolaan Fasilitas dan
Bahan Praktik Pendidikan Sistem
Ganda. Jakarta: Ditmenjur.
------. 1997. Pengelolaan KBM dalam
Pendidikan
Sistem
Ganda.
Jakarta: Ditmenjur.