Anda di halaman 1dari 238

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran

PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

KONTRIBUSI SUPERVISI BIMBINGAN KONSELING,


IKLIM KERJA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA GURU PEMBIMBING
PADA SMA NEGERI DI KABUPATEN BADUNG

Ardika, I Putu Gede


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi supervisi
bimbingan konseling, iklim kerja sekolah, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru
pembimbing pada SMA Negeri di kabupaten Badung secara terpisah maupun simultan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru pembimbing pada SMA Negeri di
kabupaten Badung yang berjumlah 37 orang dan 32 orang dijadikan responden
penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan
pertimbangan, guru pembimbing berlatar belakang pendidikan bimbingan dan
konseling. Penelitian ini menggunakan rancangan ex-post facto. Data dikumpulkan
dengan kuesioner. Data dianalisis dengan regresi, korelasi dan analisis determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) terdapat kontribusi supervisi bimbingan
konseling terhadap kinerja guru pembimbing secara signifikan melalui persamaan garis
regresi Y = 130,485 + 0,439X1 dengan kontribusi sebesar 22,23%, (2) terdapat
kontribusi iklim kerja sekolah terhadap kinerja guru pembimbing secara signifikan
melalui persamaan garis regresi: Y = 99,358 + 0,591X2 dengan kontribusi sebesar
23,77%, (3) terdapat kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja guru pembimbing secara
signifikan melalui persamaan garis regresi Y = 82,258 + 0,843X3 dengan kontribusi
sebesar 20,40%, dan (4) terdapat kontribusi secara bersama-sama antara supervisi
bimbingan konseling, iklim kerja sekolah, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru

pembimbing secara signifikan melalui persamaan garis regresi Y = 69,254 + 0,211X1 +


0,309X2 + 0,370X3 dengan kontribusi sebesar 66,40%
Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa, supervisi bimbingan
konseling, iklim kerja sekolah, dan motivasi kerja berkontribusi secara signifikan
terhadap kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di kabupaten Badung secara
terpisah maupun simultan. Dengan demikian, ketiga faktor tersebut dapat dijadikan
prediktor tingkat kecenderungan kinerja guru pembimbing pada SMA Negeri di
kabupaten Badung.

Kata kunci: supervisi bimbingan konseling,


kinerja guru pembimbing

iklim kerja sekolah, motivasi kerja,

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1636

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

THE CONTRIBUTION OF GUIDANCE AND COUNSELING SUPERVISION,


SCHOOL WORK CLIMATE, AND WORK MOTIVATION TO
PERFORMANCE OF SUPERVISING TEACHERS
OF PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOLS
IN BADUNG REGENCY

ABSTRACT
This study aimed at finding out the extent of the contribution of guidance and
counseling supervision, school work climate, and work motivation to the performance
of supervising teachers at public senior high schools in Badung regency both separately
and simultaneously.
The population consisted of all the 37 supervising teachers at public senior high
schools in Badung regency and 32 of them were used as the research respondent. The
sampling was carried out by using purposive sampling technique by considering the
guidance and counseling education background of the teachers. This study used ex post
facto design. The data were collected by questionnaires. The data were analyzed by
regression, correlation and analysis of determination.
The results showed that (1) there was a significant contribution of guidance and
counseling supervision to the performance of the supervising teachers through
regression linear equation Y = 130.485 + 0.439X1 with 22.23% contribution, (2) there
was a significant contribution of school work climate to the performance of the
supervising teachers through regression linear equation Y = 99.358 + 0.591X2 with
23.77% contribution, (3) there was a significant contribution of work motivation to
performance of supervising teachers through regression linear equation Y = 82.258 +
0.843X3 with 20.40% contribution, and (4) there was a significant simultaneous
contribution of guidance and counseling supervision, school work climate, and work
motivation to the performance of the supervising teachers through regression linear

equation Y = 69.254 + 0.211X1 + 0.309X2 + 0.370X3 with 66.40% contribution.


On the basis of the findings it can be concluded that guidance and counseling
supervision,school work climate, and work motivation significantly contribute to
performance of the supervising teachers at public senior high schools in Badung
regency both separately and simultaneously. Hence, these factors can be used as
predictors of the level of tendency in performance of supervising teachers at public
senior high schools in Badung regency

Key words: guidance and counseling supervision, school work climate, work
motivation, performance of supervising teachers

aspek yang menunjang keberhasilan

I. PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan ilmu

pembangunan

adalah
dengan

pendidikan.

pengetahuan dan tehnologi dewasa ini,

Sehubungan

hal

tersebut,

menuntut

pemerintah

untuk

pendidikan memegang peranan yang

meningkatkan

dan

mengembangkan

sangat penting dalam meningkatkan

seluruh aspek pembangunan. Salah satu

pengetahuan dan keterampilan setiap

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1637

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

manusia.

Oleh

tujuan

serta pengadaan fasilitas pendidikan.

sebagaimana

Namun demikian, berbagai indikator

disebutkan di dalam Undang-Undang

menunjukkan bahwa mutu pendidikan

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

masih

Pendidikan Nasional, pada pasal 3,

signifikan.

adalah untuk berkembangnya potensi

sampai

peserta didik agar menjadi manusia

rendah

yang beriman dan bertaqwa kepada

peningkatan

yang

Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,

komperasi

internasional,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

pendidikan di Indonesia juga kurang

dan

yang

mengembirakan. Humen Development

demokratis serta bertanggung jawab

Indek (HDI), Indonesia menduduki

(Departemen

peringkat ke 102 dari 106 negara yang

pendidikan

karena

itu

ISSN 1858 4543

nasional

menjadi

warga

negara

Pendidikan

Nasional,

belum

meningkat

Nilai Ebtanas

Sekolah
dan

Murni SD

Menengah
tidak

secara

relatif

mengalami
berarti.

Dari
mutu

2008). Tujuan pendidikan tersebut pada

disurvei,

hakekatnya merupakan suatu amanat

Vietnam (Depdiknas, 2006) Selain itu

mulia yang patut kita pikul bersama di

masih banyaknya lulusan pendidikan

dalam mewujudkannya.

formal yang belum memenuhi kriteria

Untuk

tujuan

tuntutan lapangan kerja yang tersedia.

pendidikan sebagaimana tersebut di

Kondisi tersebut merupakan gambaran

atas,

rendahnya kualitas pendidikan

maka

mewujudkan

satu peringkat di bawah

pendidikan

hendaknya

dilaksanakan secara berkesinambungan,


baik

di

lingkungan

keluarga

Melihat

kesenjangan

antara

kenyataan

hasil

keinginan

dan

(pendidikan informal), di masyarakat

pendidikan

saat

(pendidikan non formal) dan di sekolah

tudingan miring yang menyudutkan

(pendidikan formal).

keberadaan guru,

Upaya untuk meningkatan mutu

ini,

memunculkan

yakni rendahnya

mutu pendidikan disebabkan oleh faktor

pendidikan di Indonesia telah lama

rendahnya

dilakukan.

dan

pendapat ini tidak sepenuhnya benar,

program pendidikan telah dilaksanakan,

akan tetapi cukup beralasan karena

antara lain penyempurnaan kurikulum,

faktor guru paling banyak bersentuhan

pengadaan bahan, peningkatan mutu

dengan peserta didik. Ada beberapa

guru dan tenaga kependidikan lainnya,

faktor yang mempengaruhi rendahnya

peningkatan

mutu pendidikan selain guru, faktor

Berbagai

manajemen

inovasi

pendidikan,

kinerja

guru.

Walaupun

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1638

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

tersebut antara lain: pemimpin sekolah,

penghargaan material dan sosial yang

sarana dan prasarana pendidikan, serta

diberikan.

waktu belajar. Walaupun guru hanya


merupakan

salah

satu

Sementara kedudukan dan peran

penyebab,

guru semakin bermakna strategis dalam

Hal ini

mempersiapkan sumber daya manusia

dibuktikan oleh hasil studi Heyneman

yang berkualitas dalam menghadapi era

dan Loxlei (dalam Widja, 1998) yang

globalisasi.

mengemukakan bahwa prestasi belajar

melaksanakan

siswa di Indonesia ditentukan oleh

yang

beberapa faktor, diantaranya: kontribusi

inovasi dalam proses pembelajaran

guru 34%, sarana dan prasarana 26%,

yang dapat dilakukan melalui berbagai

pengelolaan (manajemen 22%) dan

upaya. Demikian beratnya tugas guru,

waktu belajar 18%. Dalam penelitian

sementara itu peserta didik sebagai

ini sangat jelas bahwa kenerja guru

pembelajar

sangat mempengaruhi mutu pendidikan.

berbagai

Kinerja

akan

kepribadian, lingkungan dan tujuan

memberikan dampak terhadap mutu

yang perlu diperhitungkan dalam proses

pendidikan yang rendah pula.

pembelajaran, maka diperlukan upaya

kontribusinya paling besar,

guru

yang

rendah

Bertolak dari hasil penelitian di


atas dapat disimpulkan bahwa tugas

Oleh

karena

melaksanakan
sebagaimana

itu

proses

berkualitas

guru

pembelajaran

melalui

di

sekolah,

persoalan,

harus

berbagai

memiliki

pengalaman,

penanganan khusus oleh petugas khusus


yaitu guru pembimbing (konselor).

guru merupakan tugas yang sangat


berat.

Untuk

Peranan strategis guru termasuk

itu

untuk

guru pembimbing di sekolah menuntut

tugas-tugas

guru

pembinaan dan pengembangan yang

atas,

terus

disebutkan

di

menerus

dalam

menghadapi

diperlukan adanya sikap profesional

perkembangan tehnologi dan informasi

dari guru. Untuk menjadi profesi guru,

yang mengglobal dewasa ini. Upaya

tidak ubahnya menjadi profesi-profesi

meningkatan kemampuan profesional

yang lain, tetapi dengan perlakuan yang

guru

jauh

memerlukan pembinaan

kurang

penguatan

menguntungkan

dari

harkat dan martabatnya.

termasuk

menerus

melalui

guru

pembimbing,
yang terus

supervisi

atau

Keberadaan guru yang tetap sentral

pengawasan. Pelaksanaan pengawasan

dalam keseluruhan proses pendidikan di

yang ditekankan pada proses kegiatan

sekolah,

bimbingan dan konseling lebih dikenal

tidak

sebanding

dengan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1639

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

dengan istilah supervisi bimbingan dan

upaya

konseling.

kesempatan kepada guru-guru untuk

Kontribusi

supervisi

yang

sifatnya

bimbingan dan konseling di sekolah

berkembang

memegang peranan yang sangat penting

sehingga

dalam suatu organisasi pendidikan.

melaksanakan tugas pokoknya, yaitu

Kegiatan supervisi ini diduga dapat

memperbaiki dan meningkatkan proses

meningkatkan kinerja guru termasuk

dan hasil pembelajaran. Djaman Satori

kinerja

(dalam Depdiknas, 2004) mengatakan

guru

pembimbing.

Karena

secara

memberikan

mereka

profesional,
lebih

berkaitan dengan pembinaan terhadap

bahwa

personal-personal

memungkinkan guru-guru memperoleh

dalamnya.

yang

Guru

terlibat

di

pembimbing

merupakan personil sekolah

kegiatan

mampu

arah diri

supervisi

dan belajar memecahkan

yang

sendiri masalah-masalah yang dihadapi

selalu berhadapan dengan berbagai hal

dalam pembelajaran dengan imajinatif,

dimana dirinya tidak dapat memecahkan

penuh inisiatif dan kreativitas, bukan

masalahanya secara menyeluruh tanpa

konformitas .

mendapat bantuan dari pihak lainnya

Kenyataan yang ada di lapangan

terutama dari pengawas sekolah bidang

juga menunjukan bahwa supervisi yang

bimbingan konseling. Guru, termasuk

dilakukan oleh pengawas sekolah lebih

guru pembimbing selalu berhadapan

menekankan pada dimensi administrasi.

dengan situasi yang setiap saat berubah,

Dimensi akademis/pembelajaran jarang

seperti kurikulum, tuntutan masyarakat,

sekali

pemenuhan kebutuhan hidupnya, dan

mendapatkan pembinaan akademis yang

lain sebagainya. Hal tersulit

yang

menyangkut strategi maupun metode

menghadapi

pembelajaran dan pelayanan, termasuk

dihadapi

guru

adalah

tersentuh.

juga

tuntutan

yang

Kedatangan pengawas ke sekolah lebih

cukup deras dari masyarakat sehingga

sering menanyakan mana program dari

membutuhkan perubahan kurikulum.

pada bagaimana proses berlangsung.

Dengan situasi itu, adakalanya guru

Supervisi yang hanya menitik beratkan

tidak siap menghadapi seorang diri

pada dimensi administrasi tidak akan

tanpa adanya bantuan dari pihak lain.

banyak berpengaruh pada peningkatan

Supervisi

perubahan

bimbingan

diobservasi

jarang

perubahan terutama masyarakat, yaitu


terhadap

jarang

Guru-guru

kelas.

dan

hasil belajar siswa. Hasil belajar lebih

konseling perlu diarahkan pada upaya-

banyak dipengaruhi oleh prilaku guru

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1640

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

dalam mengelola pembelajaran di kelas.


Tidak

efektifnya

supervisi

Iklim

kerja

(work

climate)

juga

adalah suasana kerja di tempat mereka

berdampak terhadap rendahnya kinerja

bekerja yang ditandai dengan adanya

guru termasuk guru pembimbing.

rasa aman, tenang,

Dari pengamatan lapangan dan

tenteram dan

nyaman, serta terjadinya interaksi yang

hasil wawancara dengan beberapa guru

baik

pembimbing

sekolah

keterbukaan, terciptanya suasana ceria,

(SMA) pada penelitian awal, ditemukan

tradisi-tradisi, dan pelaksanaan kerja

beberapa

yang

dari personalia tersebut yang dilandasi

rendahnya

ketertiban, rasa tanggung jawab dan

kinerja guru pembimbing antara lain:

kepuasan kerja. Iklim kerja guru juga

(1) pelaksanaan supervisi yang belum

harus diperhatikan sebagai salah satu

efektif, baik yang dilakukan oleh kepala

indikator dalam peningkatan kualitas

sekolah,

guru. Iklim kerja sekolah tempat guru

di

faktor

mengindikasikan

beberapa

penyebab
masih

maupun

oleh

pengawas

antara

personil,

adanya

sekolah di bidang bimbingan dan

melaksanakan

konseling, (2) iklim kerja sekolah yang

lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan

kurang kondusif, dan (3) motivasi kerja

nilai-nilai. Kondisi lingkungan ini akan

guru yang sangat rendah.

mempengaruhi prilaku warga sekolah

guru

Beberapa

pembimbing mengaku tidak

dalam

tugas

melaksanakan

meliputi

tugas

pernah disupervisi. Kepala sekolah dan

tanggung

pengawas sekolah khususnya pengawas

(dalam

dibidang bimbingan dan konseling yang

Berdasarkan pendapat tersebut, maka

melakukan

iklim kerja harus diperhatikan dalam

supervisi

juga

belum

jawabnya,

dan

Sumantra

Sukmadinata
Yasa,

2004).

memiliki kemampuan yang memadai.

penyelenggaraan pendidikan

Kenyataan ini mengakibatkan guru

menghasilkan kualitas sumber daya

pembimbing tidak mempunyai acuan

manusia yang handal.

yang

jelas,

sehingga

kinerjanya

terkesan masih rendah.


Demikian

juga

Faktor lain yang juga sangat


berpengaruh terhadap kinerja

iklim

kerja

untuk

termasuk

guru

pembimbing

guru,
dalam

sekolah yang belum menempatkan guru

pelaksanaan tugasnya adalah motivasi

pembimbing secara profesional juga

kerja. Motivasi merupakan salah satu

berdampak terhadap rendahnya kinerja

aspek

guru pembimbing.

menunjang

yang sangat penting dalam


keberhasilan

pencapaian

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1641

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

tujuan

organisasi.

(2004)

komitmen pemerintah secara normatif

(motivation)

untuk meningkatkan mutu pendidikan

diartikan sebagai kekuatan, dorongan,

melalui peningkatan kinerja guru, maka

kebutuhan, semangat, tekanan, atau

dipandang perlu untuk mengadakan

mekanisme psikologis yang mendorong

penelitian tentang kontribusi supervisi

individu atau kelompok orang untuk

bimbingan dan konseling, iklim kerja

mencapai hasil tertentu sesuai dengan

sekolah dan motivasi kerja terhadap

apa yang dinginkan.

kinerja guru pembimbing pada SMA

mengatakan

Danim

ISSN 1858 4543

motivasi

Dalam

tugas,

Negeri di Kabupaten Badung. Tujuan

motivasi merupakan salah satu aspek

yang ingin dicapai antara lain, untuk

yang sangat penting. Sering terjadi

mengetahui: (1) Kontribusi supervisi

bahwa

yang

bimbingan konseling terhadap kinerja

bukan

guru pembimbing (2) Kontribusi iklim

disebabkan oleh kemampuannya yang

kerja sekolah terhadap kinerja guru

kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya

pembimbing (3) Kontribusi motivasi

motivasi

kerja

tidak

kerja terhadap kinerja guru pembimbing

berusaha

untuk mengerahkan seluruh

dan (4) Kontribusi supervisi bimbingan

potensi dirinya sesuai dengan tuntutan

konseling, iklim kerja sekolah dan

profesinya dan layanan bimbingan dan

motivasi kerja terhadap kinerja guru

konseling.

pembimbing SMA Negeri di Kabupaten

guru

kinerjanya

pelaksanaan

pembimbing
kurang baik,

sehingga

ia

Berdasarkan dari uraian-uraian

Badung.

di atas dapat diketahui bahwa ada

Manfaat

yang

ingin dicapai

hubungan-hubungan antara supervisi

dalam penelitian ini adalah

bimbingan dan konseling, iklim kerja

hasilnya dapat dijadikan: (1) sebagai

sekolah dan motivasi kerja terhadap

bahan

kinerja guru pembimbing, baik secara

kembali

sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

memperbaiki

Akan tetapi bagaimana pengaruhnya

melaksanakan

dan seberapa besar kontribusinya perlu

jawabnya sebagai guru pembimbing

dilakukan penelitian lebih jauh. Untuk

yang profesional dengan meningkatkan

itulah penelitian ini penting dilakukan.

motivasi kerjanya. (2) Bagi supervisor

Dan selain itu ada sisi menarik untuk

bimbingan konseling, untuk menambah

dikaji dan dicermati sejalan dengan

wawasan bahwa betapa pentingnya

masukan

untuk

dan

sekaligus
kinerjanya
tugas

dan

bahwa

mengkaji
untuk
dalam
tanggung

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1642

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

supervisi bimbingan konseling dalam

kegiatannya mencakup tiga hal, yaitu

meningkatkan

(1)

kinerja

guru

mengontrol/mengawasi

pembimbing. (3) Bagi kepala sekolah,

bimbingan

untuk

memberikan

menambah

betapa
kerja

wawasan

bahwa

pentingnya penciptaan iklim


sekolah

dalam

dan

kegiatan

konseling,
pembinaan,

(2)
(3)

memotivasi guru pembimbing dalam

meningkatkan

bekerja. Kontrol/pengawasan dilakukan

kinerja guru pembimbing. (4) Bagi

oleh pengawas sekolah/kepala sekolah

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah

melalui monitoring proses bimbingan

Raga

konseling,

Kabupaten

Badung,

dapat

melakukan

dijadikan masukan untuk penetapan

pribadi

kebijakan pembinaan Profesioanlisme

teman sejawatnya dan sebagian siswa.

guru pembimbing pada jenjang SMA di

Pembinaan

Kabupaten Badung. (5) Bagi pihak

pengembangan

terkait dan peneliti lain, hasil penelitian

pembimbing

ini dapat menambah wawasan tentang

pengetahuan guru pembimbing dalam

kontribusi

memberikan

supervisi

bimbingan

dengan

guru

percakapan
pembimbing,

dilakukan

untuk

profesional
serta

guru

memperluas

pelayanan

bimbingan

konseling, iklim kerja sekolah dan

konseling dan memotivasi dilakukan

motivasi kerja

terhadap kinerja guru

untuk memberikan dorongan agar guru

pembimbing SMA Negeri di Kabupaten

pembimbing mau melaksanakan tugas

Badung.

dan tanggung jawabnya secara oftimal.

Secara

konsep

supervisi

Ikim

kerja

penelitian

pembinaan-pembinaan

yang

menurut Depdiknas (2000) dan teori

merupakan rangkaian usaha pemberian

dari Halpin dan Croft (1971) yang

bantuan kepada guru, terutama bantuan

menyatakan bahwa iklim kerja sekolah

yang

atau

sebagai suasana kerja yang ada di

yang

lingkungan

berwujud

pelayanan

bimbingan

profesional,

dilakukan

oleh

baik

kepala

digunakan

dalam

bimbingan konseling diartikan sebagai


guru

ini

sekolah

sekolah

yang

pendapat

meliputi

sekolah,

suasana kerja secara fisik dan suasana

pengawas sekolah, dan Pembina lainnya

kerja secara psikologis. Iklim kerja

untuk

sekolah secara fisik meliputi keadaan

meningkatkan

kinerja

guru

pembimbing

fisik, tertib, rindang, sejuk dan indah.

Bafadal
bahwa

(1991),

menyatakan

Sedangkan iklim kerja sekolah secara

pelaksanaan

supervisi

fsikologis diartikan sebagai suasana

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1643

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

kerja yang kondusif, dimana setiap

needs), dan kebutuhan aktualisasi diri

warga sekolah merasakan lingkungan

(self actualization needs)

sekolah yang aman, bersih, indah, tertib,

Menurut Maslow kebutuhan tiap

rindang dan hubungan kekeluargaan

manusia tumbuh secara progresip, yaitu

yang harmonis antara warga sekolah

ketika

serta

terpuaskan,

terjaminnya

kesehatan kerja.
sekolah

yang

keselamatan

dan

Dengan iklim kerja


kondusif

ini

akan

kebutuhan
maka

bersangkutan

terutama

orang

mengaktualisasikan

kebutuhan

tidak

Pada dasarnya tiap


akan

puas

dengan

kreativitas,

pemenuhan hanya dengan satu atau

inovasi, kerjasama dan kompetensi yang

beberapa kebutuhan. Dalam konsef ini

sehat dalam mengupayakan pencapaian

kebutuhan yang pertama yang harus

tujuan sekolah yang telah ditetapkan.

dipenuhi

Iklim kerja dapat tercapai melalui suatu

kebutuhan fisiologis. Setelah kebutuhan

kepemimpinan

pertama terpuaskan, kebutuhan lebih

dukungan

ide,

lebih

yang

berikutnya yang lebih tinggi lagi sampai


yang tertinggi.

untuk

rendah

individu

mencari

mempengaruhi setiap warga sekolah


guru

tingkat

yang

sarana

pendidikan.

efektif
dan

prasarana

berikutnya

akan

adalah

menjadi

kebutuhan utama, yaitu kebutuhan akan

mengacu kepada teori

keamanan dan rasa aman. Kebutuhan

kebutuahn (need theory) dari Abraham

ketiga akan muncul setelah kebutuhan

H. Maslow dan teori pengharapan

kedua terpuaskan. Proses ini berjalan

(expectancy

terus sampai terpenuhinya

theory)

kerja

tinggi

dahulu

dalam

penelitian ini

Motivasi

dan

terlebih

dari

Stoner,

Freeman dan Gilbert.

Freeman dan Gilbert (dalam Ernie

Maslow (dalam Yudana, 2008),


menyatakan

bahwa

Stoner,

orang-orang

Tisnawati Sule, 2005), berpendapat


motivasi berprilaku dan bekerja sangat

termotivasi untuk berprilaku dalam

tergantung

pekerjaannya

memenuhi

penghargaan

kebutuhannya yang terdiri dari lima

berdasarkan

tingkatan kebutuhan; yaitu: kebutuhan

pekerjaan yang dilakukan. Terdapat tiga

fisiologis (physical needs), kebutuhan

komponen

keamanan (safety and security needs),

pengharapan yaitu: (1) pengharapan

kebutuhan sosial (social/belongengnss

terhadap hasil yang diperoleh (outcome

needs), kebutuhan penghargaan (esteem

performance expectancy), (2) dorongan

untuk

pada
yang

berbagai
akan

tingkatan

utama

pilihan
diperoleh

prilaku

dari

dan

model

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1644

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

terhadap motivasi (valence) dan (3)

menurut TB Syafri Mangkuprawira

pengharapan akan usaha yang perlu

yang menyatakan bahwa kinerja adalah

dilakukan. Lebih jauh dikatakan bahwa

hasil yang dicapai oleh seseorang dari

setiap orang memiliki harapan terhadap

proses melaksanakan pekerjaan menurut

sesuatu yang akan diperoleh jika ia

ukuran yang berlaku untuk pekerjaan

menunjukkan prilaku tertentu. Seorang

yang bersangkutan. Untuk itu dapat

yang

kerjanya

dikatakan bahwa kinerja guru adalah

mungkin memiliki perkiraan perbaikan

hasil dari proses pekerjaan yang dicapai

terhadap apa yang ia peroleh, seperti

oleh guru dalam melaksanakan tugas-

bonus,

tugas

memperbaiki

pujian,

terhadap

cara

insentif.

Dorongan

motivasi

merupakan

kelanjutan dari pengharapan dimana

guru

berlaku

menurut

untuk

ukuran

pekerjaan

yang
profesi

keguruan.

orang akan termotivasi dalam bekerja


jika ia memperkirakan bahwa dengan
kinerja

yang

baik

berakibat

II. METODE PENELITIAN

pada

Dilihat

dari

pendekatannya,

perolehan yang semakin baik seperti

penelitian ini termasuk penelitian ex-

mendapatkan bonus atau penghargaan

post facto

lainnya. Sedangkan pengharapan akan

(2002) adalah penelitian yang dilakukan

usaha yang perlu dilakukan adalah

untuk meneliti peristiwa yang telah

merupakan lanjutan dari dua komponen

terjadi,

diawal

kebelakang melalui data tersebut untuk

tadi.

Jika

seseorang

telah

yang menurut Sugiyono

yang

kemudian

mengetahui bahwa dari suatu tindakan

menemukan

akan memberikan hasil atau balasan

terjadinya

yang memang memadai dan sesuai

Berdasarkan metodenya, penelitian ini

dengan harapan dan dirinya kemudian

menggunakan

akan termotivasi olehnya, maka orang

dengan rancangan penelitian asosiatif.

tersebut akan menindak lanjuti dengan

Sugiyono (2002) mengatakan penelitian

tindakan

asosiatif

yang

akan

memberikan

faktor-faktor

merunut

peristiwa

yang

metode

adalah

penyebab
diteliti.

kuantitatif

penelitian

yang

balasan atau imbalan yang terbaik

bertujuan untuk meneliti kemungkinan

baginya dan ia akan berusaha untuk

hubungan

antar

variabel.

terus meningkatkan kinerjanya.

hubungan

yang

dimaksud

Kinerja guru pembimbing dalam


penelitian

ini

digunakan

pendapat

Bentuk
yaitu

hubungan kausal, karena penelitian ini


berusaha

untuk

mencari

besarnya

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1645

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

kontribusi variabel supervisi bimbingan

kinerja guru pembimbing dikumpulkan

konseling X1 , iklim kerja sekolah X 2

dengan menggunakan kuesioner dengan

, dan motivasi kerja X3 , terhadap

mengacu pada skala Likert dengan

kinerja guru pembimbing (Y) pada

pilihan jawaban terdiri dari lima pilihan


berjenjang. Untuk analisis kuantitatif,

SMA Negeri di Kabupaten Badung.


Penelitian ini termasuk deskriptif,
karena hanya untuk mengukur variabel
yang ada dan tidak memanipulasi

maka pilihan jawaban tersebut diberi


skor 1 sampai 5 dengan ketentuan
sebagai berikut:
(1) Untuk

variabel. Penelitian ini juga termasuk


kategori penelitian survey, karena data
yang diperlukan dalam penelitian ini
dikumpulkan

dengan

menggunakan

Populasi penelitian ini adalah


seluruh guru pembimbing pada SMA
Negeri di Kabupaten Badung yang
berjumlah 37 orang dan 32 orang
Responden

penelitian.

Pengambilan sampel dilakukan dengan


teknik

sampling

purposive

dengan

pertimbangan guru pembimbing berlatar

pernyataan positif yang menunjukkan


indikasi mendukung terhadap indikator
dari variabel yang diungkap, diberi skor

Setuju(SS), skor 4 untuk jawaban


Sering (SR)/Setuju(S), skor 3 untuk
jawaban

konseling.
penelitian

ini,

data

dikumpulkan melalui dua cara; yaitu:


dokumentasi
Dokumentasi

dan

kuesioner.

digunakan

untuk

mengumpulkan data sekolah dan jumlah


guru

pembimbing

masing-masing

yang

SMA

ada
Negeri

pada
di

Kabupaten Badung. Sedangkan data


tentang supervisi bimbingan konseling,
iklim kerja sekolah, motivasi kerja, dan

Kadang-Kadang

(KK)/Tidak Tentu/Tidak Tahu(TT),


skor

untuk

jawaban

Jarang

(JR)/Tidak Setuju(TS), dan skor 1


untuk

jawaban

Tidak

Pernah

(TP)/Sangat Tidak Setuju(STS).


(2) Untuk

belakang pendidikan bimbingan dan

Dalam

atau

5 untuk jawaban Selalu (SL)/Sangat

tehnik angket dan observasi.

dijadikan

pertanyaan

pertanyaan-

pertanyaan

negatif

diberikan

skor

sebaliknya.

Untuk

jawaban

yang

menunjukkan

dukungan

terhadap

indikator variabel pada pertanyaan atau


pernyataan negatif diberikan skor 1
untuk jawaban Selalu (SL)/Sangat
Setuju(SS), skor 2 untuk jawaban
Sering (SR)/Setuju(S) skor 3 untuk
jawaban

Kadang-Kadang

(KK)/Tidak Tentu/Tidak Tahu(TT),


skor

untuk

jawaban

Jarang

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1646

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

(JR)/Tidak setuju(TS),
untuk

jawaban

ISSN 1858 4543

dan skor 5

Tidak

Pernah

(TP)/Sangat Tidak Setuju(STS).

berikut:

langkah-langkah
(1)

deskripsi

sebagai

data,

Kabupaten Badung melalui persamaan

garis regresi

Proses analisis data prosesnya


mengikuti

para guru pembimbing SMA Negeri di

= 130,485 + 0,439X1

dengan Freg = 25,857 (p<0,05) dengan


kontribusi

sebesar

46,30%.

Dalam

(2)

penelitian ini ditemukan korelasi yang

persyaratan analisis, dan (3) pengujian

signifikan antara supervisi bimbingan

hipotesis.

konseling

Hasil analisis data digunakan

dengan

pembimbing

sebesar

kinerja

guru

0,680

dengan

sebagai acuan untuk mendeskripsikan

p<0,05. Hal ini berarti makin baik

dan

kecenderungan

supervisi bimbingan konseling, makin

setiap variabel penelitian. Norma yang

baik kinerja guru pembimbing. Variabel

digunakan adalah norma absolut skala

supervisi bimbingan konseling dapat

lima seperti di bawah ini.

menjelaskan makin tingginya kinerja

menggambarkan

Kriteria

Klasifikasi
Sangat baik/
sangat tinggi
Baik/tinggi
Sedang
Kurang/rendah
Sangat kurang/
sangat rendah

Mi + 1,5 SDi

Mi + 0,5 SDi - < Mi + 1,5 SDi


Mi 0,5 SDi - < Mi + 1,5 SDi
Mi 1,5 SDi - < Mi 0,5 SDi
< Mi 1,5 SDi

Berdasarkan

tujuan

penelitian

yang telah dirumuskan di atas, data


yang telah terkumpul dalam penelitian

guru pembimbing sebesar 22,23%. Ini


dapat dijadikan suatu indikasi bahwa
supervisi bimbingan konseling dapat
dipakai sebagai prediktor kinerja guru
pembimbing pada SMA Negeri di
Kabupaten Badung atau dengan kata
lain

bahwa

supervisi

bimbingan

konseling berkontribusi terhadap kinerja


guru pembimbing pada SMA Negeri di

ini dianalisis dengan tehnik regresi,

Kabupaten Badung. Sumbangan efektif

korelasi dan analisis determinasi.

(SE)

variabel

konseling

hasil

pengolahan

menunjukkan

bahwa:

Bila

data

dengan statistik program SPSS 16.0, for


window

terhadap

bimbingan

kinerja

guru

pembimbing sebesar 22,23%.

III. HASIL PENELITIAN


Dari

supervisi

(1)

dikaitkan dengan

hasil

penelitian yang diperoleh, supervisi


yang

dilakukan

terhadap

kegiatan

terdapat kontribusi supervisi bimbingan

bimbingan konseling yang dilaksanakan

konseling

guru pembimbing merupakan salah satu

terhadap

kinerja

guru

pembimbing, secara signifikan pada

komponen

dari

sistem

manajemen

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1647

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

persekolahan. Pengawasan (controlling)

untuk memberikan kepuasan semua

sebagai implementasi atau perwujudan

pihak yang membutuhkan. (2) terdapat

dari sistem pengendalian manajemen

kontribusi iklim kerja sekolah terhadap

dan secara teknis operasional dilakukan

kinerja

oleh pejabat fungsional yang disebut

signifikan melalui persamaan

pengawas sekolah. Salah satu tugas

regresi:

pengawas

sekolah

Freg

supervisor

yang

melakukan

supervisi

adalah

sebagai

guru

pembimbing,

secara
garis

= 99,358 + 0,591X2 dengan


25,010

(p<0,05).

Dalam

berkewajiban

penelitian ini ditemukan korelasi yang

terhadap

signifikan antara iklim kerja sekolah

manajemen sekolah, kegiatan belajar

dengan

dan bimbingan konseling. Supervisi

sebesar 0,674 (p < 0,05) dengan

tersebut

maksud

kontribusi sebesar 45,50%. Ini berarti,

untuk mencari perbandingan antara apa

makin baik iklim kerja sekolah, maka

yang diharapkan dengan apa yang

makin

terjadi (elekto). Hasil penemuannya

pembimbing.

berupa informasi-informasi mengenai

sekolah

apa yang terjadi (detektor), kemudian

tingginya kinerja guru pembimbing

dikomuni-kasikan

sebesar 45,50%, ini dapat dijadikan

dilakukan

dengan

ke

jaringan

kinerja

baik

guru

pula

pembimbing

kinerja

guru

iklim

kerja

Variabel

dapat

menjelaskan

makin

komunikasi (communication network),

suatu

selanjutnya di sampaikan ke kompenen

sekolah berkontribusi terhadap kinerja

lain (komponen pengendalian kepala

guru pembimbing pada SMA Negeri di

sekolah dan komite sekolah, sekolah

Kabupaten Badung. Sumbangan efektif

dan guru). Berdasarkan temuan tersebut,

(SE)

pengawas

terhadap

melakukan

komunikasi

dengan guru sehubungan pelaksanaan

maupun

bahwa

variabel iklim
kinerja

iklim

kerja

guru

kerja

sekolah

pembimbing

sebesar 23,77%.

bimbingan konseling, baik menyangkut


administrasi

indikasi

Hasil

penelitian

ini

sesuai

pelaksanaan

dengan apa yang dikatakan oleh Hoy

bimbingan dalam bentuk, bimbingan,

dan Miskel (1978) yang menyatakan

pembinaan, dan contoh, sehingga terjadi

bahwa

perubahan perilaku yang sesuai dengan

merupakan produk akhir dari interaksi

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan

antar kelompok pada suatu organisasi

ini

bertahap,

untuk mencapai keseimbangan antara

berkesinambungan

dimensi organisasi dengan dimensi

dilaksanakan

menyeluruh,

dan

secara

iklim

kerja

organisasi

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1648

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

individual. Produk-produk ini meliputi

kepemimpinan

nilai-nilai kepercayaan sosial dan sosial

dukungan

standar.

pendidikan.

Lebih

menyatakan

jauh

dan

dan

prasarana

Bila dicermati ketiga pendapat

organisasi adalah lingkungan manusia

di atas, maka dapatlah dipetik makna

dalam suatu organisasi sebagai tempat

bahwa

mereka melaksanakan tugas. Hal ini

dasarnya menyangkut situasi dalam

juga dipertegas dalam teori dari Halpin

organisasi, baik kondisi fisik maupun

dan Croft (1971) yang menyatakan

kodisi sosial yang berkaitan dengan

bahwa iklim kerja sekolah sebagai

interaksi hubungan antar orang-orang di

suasana kerja yang ada di lingkungan

dalamnya termasuk lingkungan kerja.

sekolah yang meliputi suasana kerja

Iklim kerja organisasi yang kondusif

secara fisik dan suasana kerja secara

mampu memberikan rasa aman, nyaman

psikologis. Iklim kerja sekolah secara

dan

fisik meliputi keadaan fisik, tertib,

organisasi

rindang, sejuk dan indah. Sedangkan

aktivitas

iklim kerja sekolah secara fsikologis

bersama-sama

diartikan sebagai suasana kerja yang

berulang-ulang untuk mencapai tujuan

kondusif, dimana setiap warga sekolah

yang diinginkan. Oleh karena itu suatu

merasakan lingkungan sekolah yang

organisasi akan terdiri dari suatu sistem,

aman, bersih, indah, tertib, rindang dan

proses kerjasama atau interaksi antar

hubungan kekeluargaan yang harmonis

peran dan tujuan. Bila interaksi tersebut

antara warga sekolah serta terjaminnya

berlangsung dengan baik dan didukung

keselamatan

oleh

dan

iklim

iklim

sarana

efektif

kerja

Dengan

bahwa

Davis (1981)

yang

kesehatan

kerja

kerja.

sekolah

yang

iklim

kerja

menyenangkan.
di
yang

rasa

menyenangkan

sekolah

Dalam

dalamnya

suatu
terdapat

dilakukan
dengan

aman,

pada

secara

teratur

dan

nyaman

dan

orang

yang

maka

kondusif ini akan mempengaruhi setiap

melakukan aktivitas di dalamnya akan

warga sekolah terutama guru untuk

melaksanakan

lebih

ide,

senang. Begitu pula dalam organisasi

dan

sekolah, bila lingkungan kerja itu

mengaktualisasikan

kreativitas,

inovasi,

kompetensi

yang

kerjasama

tugas

rasa

sehat

dalam

menyenangkan

pencapaian

tujuan

termasuk guru akan melaksankan tugas

sekolah yang lebih ditetapkan. Iklim

dengan rasa senang sehingga secara

kerja dapat tercapai melalui suatu

keseluruhan produktivitas kinerja guru

mengupayakan

maka

dengan

karyawan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1649

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

akan baik. Dengan demikian, sangatlah

menghasilkan merupakan syarat pokok

tepat bila variabel iklim kerja sekolah

yang istimewa bagi manusia yang

dilibatkan dalam penelitian ini dan telah

langsung berpengaruh terhadap tingkat

terbukti bahwa iklim kerja mempunyai

dan mutu kinerja guru pembimbing. (4)

hubungan

terdapat kontribusi secara bersama-

yang

signifikan

dengan

kinerja guru pembimbing pada SMA

sama

Negeri di Kabupaten Badung.

(3)

konseling, iklim kerja sekolah, dan

kerja

motivasi kerja terhadap kinerja guru

pembimbing

pembimbing secara signifikan pada para

secara signifikan melalui persamaan

guru pembimbing SMA Negeri di

terdapat

kontribusi

terhadap

kinerja

garis regresi

motivasi

guru

= 82,258 + 0,843X3

antara

supervisi

bimbingan

Kabupaten Badung melalui persamaan

dengan Freg = 26,061 (p<0,05). Dalam

garis regresi

penelitian ini ditemukan korelasi yang

0,309X2 + 0,370X3 dengan Freg = 18,388

signifikan antara motivasi kerja dengan

(p<0,05). Ini berarti secara bersama-

kinerja guru pembimbing sebesar 0,682

sama

(p < 0,05) dengan kontribusi sebesar

konseling, iklim kerja sekolah, dan

46,50%. Hal ini berarti makin tinggi

motivasi

motivasi kerja, maka makin baik pula

tingkat kecenderungan kinerja guru

kinerja guru pembimbing. Variabel

pembimbing pada SMA Negeri di

motivasi kerja dapat menjelaskan makin

Kabupaten Badung. Dengan kata lain

tingginya kinerja guru pembimbing

bahwa supervisi bimbingan konseling,

sebesar 46,50%, ini dapat dijadikan

iklim kerja sekolah, dan motivasi kerja

sebagai indikasi bahwa motivasi kerja

berhubungan

berhubungan

guru

pembimbing pada SMA Negeri di

pembimbing pada SMA Negeri di

Kabupaten Badung. Dari hasil analisis

Kabupaten Badung. Sumbangan efektif

juga diperoleh koefisien korelasi ganda

(SE) variabel motivasi kerja terhadap

sebesar

kinerja guru pembimbing

berarti, secara bersama-sama supervisi

dengan

kinerja

sebesar

variabel supervisi bimbingan

kerja

Hasil penelitian yang diperoleh

sekolah,

dapat

dengan

menjelaskan

kinerja

guru

0,814 dengan p<0,05. Ini

bimbingan

20,40%.

= 69,254 + 0,211X1 +

konseling,
dan

motivasi

iklim
kerja

kerja
guru

sesuai dengan apa yang dikemukakan

berkontribusi positif dengan kinerja

oleh Zainun (1989) bahwa

faktor

guru pembimbing pada SMA Negeri di

motivasi

untuk

Kabupaten Badung sebesar 66,40%.

dan

kemampuan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1650

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Makin

baik

supervisi

bimbingan

ISSN 1858 4543

IV.

PENUTUP

konseling, makin baik iklim kerja

Berdasarkan hasil analisis dapat

sekolah, dan makin tinggi motivasi

disimpulkan

kerja, makin tinggi pula kinerja guru

bimbingan

pembimbing.

koefisien

secara signifikan dengan kinerja guru

determinasi ketiga variabel tersebut,

pembimbing pada SMA Negeri di

tidak

variabel-

Kabupaten Badung. Upaya-upaya yang

variabel tersebut dapat memprediksikan

dapat dilakukan untuk meningkatkan

kinerja guru pembimbing.

efektivitas

Bila dilihat

sepenuhnya

bahwa

bahwa:

(1)

konseling

supervisi

berkontribusi

supervisi

bimbingan

Kegiatan supervisi merupakan

konseling adalah: (a) supervisi yang

aktivitas pembinaan yang dilakukan

dilakukan harus mampu menciptakan

baik oleh kepala sekolah maupun oleh

hubungan

yang

harmonis

pengawas

supervisor

dan

guru.

sekolah

bimbingan

kualitas
dalam

dilakukan

Hubungan

guna

kemanusiaan yang diciptakan harus

guru

bersifat

melaksanakan

kegiatan bimbingan dan


Pembinaan

bidang

konseling

meningkatkan
pembimbing

dalam

antara

konseling.
dengan

terbuka,

kesetiakawanan,

informal, baik antara pengawas dengan


guru maupun dengan pihak lain yang
terkait.

Oleh

sebab

itu,

dalam

memberikan layanan dan dorongan.

pelaksanaan supervisi, maka supervisor

Layanan dan dorongan yang diberikan

harus menunjukkan sifat-sifat, seperti:

berupa pemenuhan kebutuhan baik

suka membantu, memahami, terbuka,

kebutuhan

jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh

guru

sebagai

pribadi,

maupun kebutuhan guru dalam rangka

humor;

memenuhi tuntutan tugasnya. Dalam

secara

memberikan layanan dan dorongan

berkesinambungan.

harus

tugas bersifat sambilan yang hanya

berdasarkan

pedoman

dan

(b)

supervisi

dilaksanakan

berencana

dan

Supervisi

sewaktu-waktu

bukan

menggunakan teknis serta disesuaikan

dilakukan

dengan kebutuhan yang diinginkan

kesempatan. Perlu dipahami, supervisi

guru, sehingga pelaksanaaan supervisi

merupakan salah satu essential function

dapat efektif. Dengan adanya supervisi

dalam keseluruhan program sekolah.

yang efektif dapat meningkatkan kinerja

Apabila

guru pembimbing.

guru

jika

ada

telah

berhasil

mengembangkan

dirinya,

tidaklah

berarti

tugas

selesai

supervisor,

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1651

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

melainkan

harus

tetap

ISSN 1858 4543

melakukan

multi

tujuan

supervisi,

berupa;

pembinaan secara berkesinambungan.

pengawasan kualitas, pengembangan

Hal

profesional,

tersebut

sangat

logis,

karena

motivasi

guru,

dan

masalah-masalah yang dihadapi dalam

komitmen guru; (f) supervisi bimbingan

pengelolaan pendidikan selalu muncul

konseling harus konstruktif, artinya

dan berkembang; (c) supervisi yang

supervisi bukanlah untuk mencari-cari

dilakukan harus bersifat demokratis,

kesalahan dan segi negatif daripada

artinya supervisor tidak boleh terlalu

guru. Justru dalam hal ini, supervisi

mendominasi, selalu aktif, kooperatif,

diarahkan

serta melibatkan guru secara partisipatif

pertumbuhan

dalam

dalam hal memahami dan memecahkan

pelaksanaan

karena

itu,

supervisi.

supervisi

direncanakan,

Oleh

sebaiknya

dikembangkan,

dan

untuk

mengembangkan

dan

kreativitas

persoalan-persoalan bimbingan
dihadapi;

(g)

supervisi

guru

yang

bimbingan

dilaksanakan bersama oleh supervisor

konseling harus objektif, artinya bahwa

dan guru yang dibinanya, (d) program

penyusunan program supervisi harus

supervisi

didasarkan

bimbingan

konseling

kebutuhan

nyata

dalam

terintegrasi dengan program pendidikan

pengembangan profesional guru. Di

lainnya yang mempunyai tujuan sama,

samping

seperti:

program

keberhasilan

kesiswaan,

dan

administrasi,

sarana

prasarana.

instrumen

itu,

dalam

menentukan

program
pengukurannya

supervisi,
memiliki

Program supervisi bimbingan konseling

validitas dan reliabilitas tinggi, sehingga

dengan program-programnya itu harus

hasilnya dapat memotivasi guru dalam

tercipta

mengembangkan

hubungan

yang

bersinergis,

dan

supervisi

bimbingan

harmonis,

terintegrasi;

(e)

konseling

profesionalismenya,

dan (h) hasil pelaksanaan supervisi


perlu

ditindaklanjuti

dengan

dilakukan secara komperhensif, artinya

memberikan reward kepada guru yang

supervisi mencakup keseluruhan aspek

telah mampu menjalankan tugas dengan

pengembangan

bimbingan

baik, sedangkan bagi guru yang belum

konseling, walaupun terdapat titik berat

menunjukkan kinerja yang baik perlu

pada aspek-aspek tertentu berdasarkan

pembinaan tetapi harus didasarkan atas

analisis

pengembangan

kesepakatan bersama antara guru dan

sebelumnya.

supervisor.(2) iklim kerja berkontribusi

Prinsip ini tiada lain untuk memenuhi

secara signifikan terhadap kinerja guru

bimbingan

program

kebutuhan
konseling

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1652

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

pembimbing pada SMA Negeri di

informasi yang relevan, mendiagnosis

Kabupaten Badung. Berdasarkan hasil

masalah-masalah,

ini dapat dinyatakan bahwa iklim kerja

mengindentifikasi

dapat dimantapkan untuk meningkatkan

membantu

kinerja guru pembimbing pada SMA

masalahnya, dan (d) perlu diciptakan

Negeri di Kabupaten Badung. Upaya-

lingkungan

upaya yang dapat dilakukan untuk

nyaman, seperti tempat kerja perlu

meningkatkan iklim kerja adalah: (a)

ditata

meningkatkan

bawahan

dilengkapi, dan kebersihan tempat kerja

dalam proses organisasi. Makin aktif

perlu ditingkatkan. (3) motivasi kerja

bawahan, ikut serta dalam menentukan

berhubungan secara signifikan dengan

kerja organisasi, makin mereka merasa

kinerja guru pembimbing pada SMA

menyatu

Negeri

partisipasi

dengan organisasi,

makin

guru

dan
strategi
dalam

fisik

mengatasi

pekerjaan

dengan baik,

di

untuk

yang

fasilitas perlu

Kabupaten

Badung.

dirasakan bahwa tujuan organisasi milik

Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan

mereka, (b) hubungan atasan bawahan

bahwa motivasi kerja

tidaklah

meningkatkan kinerja guru pembimbing

harus

hubungan

dipandang

berhierarki

sebagai

yang

ketat,

pada

SMA

Negeri

diperdiksikan

di

Kabupaten

bagaikan hubungan antara majikan dan

Badung. Untuk itu, upaya-upaya yang

buruh kasar, melainkan seyogyanya

dapat dilakukan adalah: (a) menciptakan

berpedoman

budaya kompetitif dikalangan guru,

pada

pemimpin

dan

pengikut yang potensial. Hal yang

agar

mendukung terciptanya

meningkatkan prestasi kerja melalui

iklim

kerja

guru

berlomba-lomba

untuk

organisasi yang kondusif seyogyanya

perlombaan

seorang

dapat

profesionalisme,

sesuai

keharmonisan hubungan antara guru,

dengan bakat, kemampuan dan minat

pegawai dan kepala sekolah melalui

masing-masing

kegiatan-kegiatan

pemimpin

memperlakukan

bawahan

serta

dapat

peningkatan
(b)

menjaga

rekreasi

bersama

mengarahkan dan memberi dorongan

sehingga tercipta suasana kekeluargaan

sehingga mereka merasa leluasa untuk

dan

mengemukakan

melaksanakan

keluhan,

pendapat,

pada

akhirnya

guru

senang

tugasnya,

(c)

harapan yang semuanya itu mendukung

memberikan pengakuan kepada guru

lancarnya proses pencapaian tujuan

yang menujukkan kinerja yang baik

kerja

melalui promosi jabatan wakil kepala

guru,

(c)

mengumpulkan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1653

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

sekolah sehingga memicu para guru lain

berkelanjutan,

untuk bersaing meningkatkan kinerja,

merupakan

(d) memberikan tanggung jawab yang

dalam meningkatkan kinerja, dan (e)

penuh kepada guru dalam melaksanakan

turut memberi andil pada penciptaan

tugasnya,

memberikan

iklim kerja sekolah yang kondusif

kesempatan pada guru untuk terus

sehingga dapat dijadikan spirit dalam

mengembangkan

diri melalui studi

menjalankan tugas. Selain itu guru

lanjut maupun kegiatan-kegiatan ilmiah

pembimbing juga harus meningkatkan

lainnya.

wawasan

dan

(e)

Sehubungan dengan temuan dan


implikasi

di

atas

perlu

kiranya

(d)

faktor

motivasi
yang

perkembangan

diri

terpenting

psikologis

siswa, meningkatkan pengetahuan dan


ketrampilan dalam upaya pemahaman

diperhatikan beberapa saran sebagai

individu/siswa

berikut (1) kepada guru pembimbing

pemberian

SMA Negeri di Kabupaten Badung

melakukan tindak lanjut kepada siswa

yang

melalui penelitian tindakan bimbingan.

merupakan

pemberian

layanan

ujung

tombak

bantuan

teknik-teknik
kepada

siswa,

dan

(2) kepada supervisor/pengawas sekolah

konseling hendaknya selalu berupaya

dalam bidang bimbingan dan konseling.

mempertahankan kinerjanya yang telah

Secara

sangat baik dengan mengedepankan

variabel supervisi bimbingan konseling,

pelayanan yang profesional kepada

berkontribusi secara signifikan terhadap

siswa

perkembangan

kinerja guru pembimbing pada SMA

kepribadian seutuhnya secara optimal.

Negeri di Kabupaten Badung. Oleh

Oleh karena itu, beberapa hal yang

karena itu, beberapa hal yang perlu

perlu diperhatikan guru pembimbing

dilakukan

pada

sekolah/supervisor

ke

arah

SMA

Negeri

bimbingan

dan

di

Kabupaten

empirik

ditemukan

oleh

bahwa

pengawas
dalam

bidang

Badung adalah: (a) berusaha secara

bimbingan konseling dalam rangka

maksimal

peningkatan kinerja guru pembimbing

diri

meningkatkan

melalui

membaca,

kompetensi
mengikuti

adalah

dalam

melakukan

pelatihan, seminar, workshop dan studi

bimbingan

lanjut, (b) bersikap positif terhadap

dibekali kemampuan yang lebih dengan

profesi guru, (c) memandang supervisi

kemampuan guru pembimbing dalam

sebagai

dalam

segala aspek, sehingga dari supervisi

profesi

tersebut guru pembimbing merasakan

rangka

kebutuhan

individu

pengembangan

konseling

supervisi
hendaknya

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1654

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

mendapat hal-hal yang baru berkaitan

senantiasa

dengan tugas dan fungsinya. Supervisi

informasi yang baru berkaitan dengan

yang dilakukan oleh pengawas sekolah

kemampuan dalam bidang bimbingan

dalam bidang bimbingan konseling

dan konseling. Artinya kepala sekolah

hendaknya lebih banyak memberikan

harus

bantuan, bimbingan arahan dan contoh

arahan dan bimbingan kepada guru

kepada guru dalam upaya meningkatkan

pembimbing tentang strategi-strategi

profesionalnya. Selain itu pengawas

bimbingan yang inovatif dan lebih

sekolah/supervisor

bidang

mengacu pada kebutuhan dan potensi

dalam

menggali

mampu

informasi-

memberikan

contoh,

bimbingan

konseling

hendaknya

yang dimiliki siswa. Selain itu dalam

senantiasa

memberikan

motivasi

upaya menciptakan iklim kerja sekolah

kepadaguru

pembimbing

melaksanakan

agar

kondusif,

kepala

sekolah

secara

hendaknya

senantiasa

profesional. Sesuai temuan penelitian

lingkungan

fisik

ini, pada beberapa aspek dari indikator

nyaman, seperti tempat kerja perlu

supervisi bimbingan konseling perlu

ditata

mendapatkan

(a)

dilengkapi, dan kebersihan tempat kerja

dalam

perlu ditingkatkan. Di samping itu,

konseling,

agar

motivasi kerja dapat ditingkatkan oleh

kepada

guru

kepala sekolah dengan memperhatikan

pembimbing secara terprogram dan

kebutuhan, kemampuan, dan pemberian

melakukan tindak lanjut hasil supervisi

reward berdasarkan kinerja. (4) kepada

tersebut. (b) meningkatkan wawasan

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah

tentang lingkup kerja guru pembimbing

Raga Kabupaten Badung, hendaknya

sehingga

dapat

melakukan pembinaan secara rutin dab

dan terkontrol serta

berkelanjutan kepadakepala sekolah dan

pengawas
bidang

perhatian

yaitu:

sekolah/supervisor

bimbingan

melakukan

terarah,

tugasnya

yang

supervisi

pelaksanaan
jelas

tugas

pekerjaan

dengan baik,

yang

fasilitas perlu

profesional. (3) kepada kepala SMA

guru

Negeri

Badung

Badung. Melakukan penilaian kinerja

meningkatkan

dan melaksanakan tindak lanjut hasil

baik menyangkut

penilaian tersbut. Hal-hal yang dapat

hendaknya

di

Kabupaten
selalu

profesionalisme,
bidang

adminitratif,

peembimbing

menciptakan

di

Kabupaten

personal

dilakukan, antara lain: (a) memfasilitasi

maupun

edukatif.

Dalam

bidang

pertemuan-pertemuan guru pembimbing

edukatif,

kepala

sekolah

harus

dan MGBK/MGP bimbingan konseling,

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1655

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

(b)

in

memprogramkan

ISSN 1858 4543

service

trainning (pendidikan dan latihan) bagi

variabel

lain

yang

berkontribusi

terhadap kinerja guru pembimbing.

guru pembimbing, (c) mengadakan


workshop, seminar, diskusi panel untuk

DAFTAR PUSTAKA

guru

Arya

pembimbing

memperluas

sehingga

wawasan

pelaksanaan

tugas

pendidikan,

dapat
tentang

dan

dunia

khususnya

menyangkut masalah

yang

bimbingan dan

konseling, (d) mengoptimalkan peran


dan fungsi pengawas sekolah dalam
bidang bimbingan konseling dalam
memberikan
kepada

pembinaan-pembinaan

guru

melakukan

pembimbing,

penilaian

(e)

kinerja

guru

termasuk kinerja guru pembimbing


serta melakukan tindak lanjut,

(f)

meningkatkan dukungan sarana dan


prasarana

pendidikan

kesejahteraan

guru

serta

dan

tenaga

kependidikan. (5) kepada peneliti lain


yang berminat untuk mengembangkan
hasil penelitian ini dengan mengadakan
penelitian dengan populasi yang lebih
luas mengingat hasil penelitian ini
menemukan
bimbingan

kontribusi
konseling,

supervisi
iklim

kerja

sekolah dan motivasi kerja secara


bersama-sama terhadap kinerja guru
pembimbing pada SMA Negeri di
Kabupaten Badung,

dengan korelasi

Putra.
Kontribusi
Prilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Iklim Kerja Sekolah, dan
Motivasi Berpretasi Terhadap
Kinerja Guru di SMK Negeri 3
Singaraja. Tesis. Program Pasca
Sarjana Undiksha Singaraja.
2005.

Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi


Pengajaran
Teori
dan
Aplikasinya Dalam Membina
Profesionalisme Guru. Jakarta:
Bumi Aksara.
Danin,

Sudarwan. 1995.
Media
Komunikasi
Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.

Davis, K. 1981. Humen Behavior at


Work:
Organizationanl
Behavior. New Delhi: Tat. Mc.
Grow-Hill.
Publishing
Company. Ltd.
Departemen Pendidikan Nasional. 2000.
Indikator keberhasilan Kepala
Sekolah SMK/BLPT. Jakarta:
Direktorat
Pendidikan
Menengah Kejuruan.
2004.
Pedoman
Khusus
Bimbingan
dan
Konseling.
Kurikulum SMA 2004. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah,
Direktorat
Pendidikan Menengah Umum
2004. Standar Kompetensi Guru
Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta: Depdiknas

kuat dan tinggi dengan kontribusi


sebesar 66,40% serta mengembangkan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1656

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

2006. Naskah Pengembangan


silabus, Materi dan Penilaian
Bimbingan dan Konseling SMA.
Jakarta: Dirjen
PMPTK.
PPPG Keguruan Jakarta Bidang
Pendidikan
Jasmani
Dan
Bimbingan & Konseling.
Erni

Tisnawati Sule, Kurniawan


Seffullah. 2005. Pengantar
Manajemen. Jakarta: Prenada
Media.

ISSN 1858 4543

Widja, I Ketut 1998. Pengelolaan


Sekolah Dasar Sebagai Pondasi
Pedidikan.
Denpasar:
Depdikbud Bali.
Yudana, Made. 2004. Supervisi
Akademik Teori dan Aplikasinya
di Level sekolah. Singaraja:
Undiksha,
Program
Pasca
Sarjana.
Zainun B. 1989. Manajemen Dan
Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.

Likert. R. 1991. Organisasi Manusia.


Terjemahan Oleh P. Suratno.
1986. Jakarta: Erlangga.
Prayitno, 2001.
Panduan Kegiatan
Pengawasan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian
Administrasi.
Bandung:
Alfabeta.

2006.
Statistika
Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.

2008.
Metode Penelitian
Pendidikan
(Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R dan
D). Bandung: Alfabeta
Sumantra Yasa Made. Ekspektasi Guru
terhadap
Kemampuan
Kepemimpinan dan Sikap Kerja
Kepala
Sekolah
dalam
Hubungannya dengan Kinerja
Guru SMA Negeri di Kabupaten
TB.

Sjafri Mangkuprawira, Aida


Vitayala
Hubeis,
2007.
Manajemen Mutu Sumber Daya
Manusia.
Bogor:
Ghalia
Indonesia.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1657

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

PENGARUH ASESMEN KINERJA DAN KREATIVITAS SISWA


TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS DALAM
MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS
(Studi Eksperimen di SMA Negeri 1 Singaraja)

Arya Sudira, I Gede


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asesmen kinerja dan
kreativitas siswa terhadap kemampuan menulis dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Singaraja semester 1 tahun
pelajaran 2009/2010, dengan rancangan non-randomized post test only control group
design dan faktorial 2 x 2 sebagai desain analisisnya. Sampel dalam penelitian
ditentukan dengan teknik random sampling yang terdiri dari 4 kelompok dengan jumlah
sebanyak 127 siswa kelas X. Data kreativitas siswa dikumpulkan dengan kuesioner
kreativitas dan data mengenai kemampuan menulis dalam bahasa Inggris dikumpulkan
dengan menggunakan tes menulis bahasa Inggris. Data yang telah dikumpulkan
dianalisis dengan analisis varians (ANAVA) dua jalur.
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan
kemampuan menulis dalam bahasa Inggris antara siswa yang mengikuti asesmen kinerja
dan siswa yang mengikuti asesmen konvensional (FA = 14.066; p < 0.05). Kemampuan
menulis dalam bahasa Inggris siswa yang mengikuti asesmen kinerja lebih tinggi
daripada siswa yang mengikuti asesmen konvensional (
= 78.85 >
= 74.67).
(2) Terdapat perbedaan kemampuan menulis dalam bahasa Inggris antara siswa yang
mengikuti asesmen kinerja dan siswa yang mengikuti asesmen konvensional pada
kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi (t = 5.822; p < 0.05). Kemampuan
menulis dalam bahasa Inggris siswa yang memiliki kreativitas tinggi, yang mengikuti
asesmen kinerja lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti asesmen konvensional
(
= 85.76 >
= 76.59). (3) Terdapat perbedaan kemampuan menulis dalam
bahasa Inggris antara siswa yang mengikuti asesmen kinerja dan siswa yang mengikuti
asesmen konvensional pada kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah
(t = 0.521; p < 0.05). Kemampuan menulis dalam bahasa Inggris siswa yang memiliki
kreativitas rendah, yang mengikuti asesmen kinerja lebih rendah daripada siswa yang
mengikuti asesmen konvensional (
= 71.94 <
= 72.76). (4) Terdapat
pengaruh interaksi antara asesmen dan kreativitas terhadap kemampuan menulis dalam
bahasa Inggris siswa (FAB hitung = 20.160; p < 0.05).
Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
asesmen dan kreativitas mempunyai pengaruh terhadap kemampuan menulis dalam
bahasa Inggris siswa. Selanjutnya disarankan bahwa guru bahasa Inggris hendaknya
menggunakan asesmen kinerja dalam pembelajaran.
Kata kunci: asesmen, kreativitas, kemampuan menulis.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1658

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

THE EFFECT OF PERFORMANCE ASSESSMENT AND


STUDENTS CREATIVITY TOWARDS STUDENTS
WRITING ABILITY IN ENGLISH LESSON
(An Experimental Study at SMA Negeri 1 Singaraja). Thesis. The Educational
Research and Evaluation Study Program, Post Graduate Studies of Ganesha
Educational University
ABSTRACT
This study aimed at finding out and analyzing the effect of performance
assessment, and student creativity towards writing ability in English lesson. This
experimental study was conducted at SMA Negeri 1 Singaraja in the academic year
2009/2010, with non-randomized post test only control group design and 2 x 2 factorial
design of analysis. The class used as the sample was determined by random sampling
technique of 4 groups consisted of 127 tenth grade students. The data on the students
creativity were collected by questionnaire and those on writing ability were collected by
writing test. The collected data were analyzed by two way ANOVA (Analysis of
Variance).
The results showed the followings: (1) the writing ability of the students who
studied through performance assessment was higher than those who studied through
conventional assessment, as shown by FA value of 14.066 at p < 0.05 and
=
78,85 >
= 74,67, (2) in the group of students who had high creativity, the
students writing ability who studied through performance assessment was higher than
those who studied through conventional assessment, as shown by t value of 5.822 at p <
0,05 and
= 85,76 >
= 76,59, (3) in the group of students who had low
creativity, the students writing ability who studied through performance assessment
was lower than those who studied through conventional assessment, as shown by t value
of 0.521 at p < 0,05 and
= 71,94 <
= 72,76). (4) there was an
interaction effect between assessment and creativity on students writing ability in
English as shown by the FAB value of 20.160 at p < 0.05.
Based on the findings, it can be concluded that assessment and creativity have
significant effect on students writing ability. Furthermore, it is suggested to English
teacher to use the performance assessment as an alternative in English learning.
Key words : assessment, creativity, writing ability

pembelajaran

I. PENDAHULUAN
Keterampilan

menulis

merupakan kemampuan dasar dalam


berbahasa yang mutlak untuk dikuasai

menulis

harus

diberi

perhatian khusus, baik dari siswa


maupun guru.
Kenyataan

lapangan

siswa. Kemampuan menulis yang baik

menunjukkan

akan memberi manfaat baik di sekolah

menulis tidak ditangani sebagaimana

maupun dalam kehidupan sehari-hari

mestinya.

bagi

bahasa lebih difokuskan pada kegiatan

mereka.

Oleh

karena

itu,

Di

bahwa

di

kelas,

pembelajaran

pembelajaran

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1659

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

pelajaran materi-materi teoritik dan

Selama

ini

pembelajaran

menghafalkan fakta-fakta dibandingkan

menulis di sekolah-sekolah, termasuk

dengan pembelajaran praktek

SMA

bertujuan agar siswa

yang

berhasil untuk

Negeri

menggunakan

Singaraja

pendekatan

telah
proses.

mendapatkan nilai Ujian Nasional yang

Pendekatan ini lahir karena ada temuan

tinggi. Hal inilah yang mengakibatkan

penelitian

keterampilan menulis para siswa tidak

menulis yang bergeser dari hasil ke

memadai.

proses menulis dalam menghasilkan

Berkaitan dengan pembelajaran


keterampilan

menulis,

mengenai

pembelajaran

tulisan. Peran pengajar dalam hal ini

Kurikulum

tidak hanya memberikan tugas menulis

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dan menilai tulisan para pembelajar,

(2006:6) mengisyaratkan pembelajaran

tetapi juga membimbing pembelajar

menulis ditekankan untuk mencapai

dalam

kompetensi menulis secara efektif dan

1990:69). Senada dengan Tompkins,

efesien berbagai jenis karangan dalam

Marhaeni (2005:26) menyatakan bahwa

berbagai konteks dan tujuan. KTSP juga

menulis proses adalah suatu pendekatan

memberikan keleluasaan bagi guru

dalam

untuk

dan

mencoba menstimulasi proses yang

Hal ini

dialami seorang penulis, ketika menulis,

berkaitan dengan kompleksitas kegiatan

ke dalam pembelajaran menulis. Untuk

tulis menulis itu sendiri. Akhadiah

dapat menghasilkan tulisan yang logis

(1997:143)

bahwa

dan sistematik, pendekatan tersebut

bukanlah

dikembangkan melalui suatu proses

kemampuan yang diwariskan secara

menulis dengan penerapan pendekatan

turun-menurun, tetapi merupakan hasil

proses.

mengembangkan

variasi dalam

kemampuan

model

pengajaran.

menyatakan
menulis

proses belajar mengajar dan ketekunan


berlatih.

Untuk

keterampilan

menulis

memperoleh
tidak

cukup

proses

menulis

pengajaran

Penilaian

(Tompkins,

menulis

merupakan

yang

faktor

penting yang tidak dapat dipisahkan


dari

proses

pembelajaran.
penggunaan

KTSP

dengan mempelajari tata bahasa dan

menyarankan

asesmen

mempelajari pengetahuan tentang teori

autentik dalam penilaian keterampilan

menulis, tetapi tumbuh melalui proses

menulis siswa. Asesmen autentik adalah

pelatihan.

bentuk penilaian, yang dalam ini, siswa


menunjukkan tugas-tugas senyatanya

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1660

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

untuk

mendemonstrasikan
(meaningful)

bermakna

ISSN 1858 4543

aplikasi
tentang

Walaupun
sangat

asesmen

dianjurkan

dalam

kinerja
penilaian

pengetahuan dan keterampilan yang

kemampuan menulis, namun dalam

esensial

kenyataannya di kelas, sebagian besar

(Muller,

1989

dalam

Mc.Donald, 1992). Salah satu bentuk

guru

asesmen

asesmen

autentik

untuk

menilai

masih

menggunakan

konvensional.

model
Penilaian

kemampuan menulis adalah asesmen

konvensional yang dilakukan oleh guru

kinerja.

hanya menilai hasil akhir tulisan siswa

Asesmen kinerja adalah suatu

setelah melalui tahapan menulis. Alasan

prosedur yang menggunakan berbagai

masih

bentuk tugas-tugas untuk memperoleh

konvensional ialah karena jumlah siswa

informasi

dan

yang relatif banyak pada tiap-tiap kelas

jangkauan yang telah dilakukan dalam

sehingga mengoreksi pekerjaan siswa

suatu

tahap demi tahap menghabiskan banyak

tentang

program.

menghendaki

sesuatu

Asesmen

siswa

tugas-tugas

yang

bermakna

dengan

kinerja

menyelesaikan
kompleks

tetap

diterapkan

penilaian

waktu dan tenaga.

dan

Dampak

yang

muncul

dari

menggunakan

pembelajaran menulis dengan asesmen

pengetahuan sebelumnya, pengetahuan

konvensional adalah (1) siswa kurang

baru yang dipelajari saat ini, dan

termotivasi

keterampilan

meningkatkan

yang

relevan

untuk

untuk

berusaha

kemampuan

menulis

memecahkan problem realistik dan

siswa dalam bahasa Inggris, (2) siswa

autentik (Herman, Aschbacher, dan

tidak

Winters, 1992). Intinya asesmen kinerja

melakukan penilaian diri, (3) siswa

menginginkan peserta uji (examinee)

tidak mengetahui kriteria tulisan baik

harus menunjukkan keterampilan dan

sehingga

kompetensi

kelebihan dan

spesifiknya,

mengaplikasikan

keterampilan

seperti
dan

utama

asesmen

kinerja

pengalaman

mereka

tidak

untuk

mengetahui

kekurangan masing-

masing.

pengetahuan yang mereka kuasai. Tiga


komponen

memiliki

Menulis dalam bahasa Inggris


adalah suatu proses kognitif dan kreatif.

adalah adanya tugas menulis (writing

Secara

kognitif,

task), kriteria penilaian, dan pedoman

merupakan suatu proses transaksi antara

pengeskoran.

skema penulis yang terdiri atas berbagai


informasi baik

proses

informasi

menulis

linguistik

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1661

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

maupun

non-linguistik

dan

tulisan

(1) terbuka terhadap pengalaman baru

representasi

dan luar biasa, (2) luwes dalam berpikir

(simbol-simbol

sebagai

ujaran)

mengandung

yang

ISSN 1858 4543

potensi

dan

bertindak,

(3)

bebas

dalam

(4)

dapat

makna. Secara kreatif, proses menulis

mengekspresikan

dicirikan oleh munculnya ide-ide baru

mengapresiasi fantasi, (5) berminat

dan unik yang dirangkai secara unik

pada

pula dalam suatu karya tulis (Marhaeni,

percaya pada gagasan sendiri, dan (7)

2009).

kemandirian.
Dalam

bahasa,

proses

pengembangan

pengajaran

diri,

kegiatan-kegiatan

Berdasarkan

kreatif,

paparan

(6)

tentang

dimensi

model asesmen dalam pembelajaran

kreativitas sangatlah penting dan dapat

menulis dan kreativitas siswa di atas;

dilaksanakan melalui berbagai kegiatan

hal-hal itu perlu diungkap melalui

berbahasa. Kreativitas merupakan hal

penelitian.

yang penting dan menjadi salah satu ciri

selanjutnya diimplementasikan dalam

manusia

Rancangan

penelitian

yang

berkualitas.

suatu studi eksperimen untuk dilihat

(Munandar,1999:47)

menyatakan

perbedaan

pengaruhnya

bahwa kreativitas adalah kemampuan

kemampuan

menulis

seseorang untuk membuat kombinasi

bahasa Inggris.

baru berdasarkan data, informasi, atau

Penelitian

terhadap

siswa

ini

menyelidiki

unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga

pengaruh

didefinisikan sebagai kemampuan untuk

kreativitas

mencipta sesuatu yang baru, sebagai

menulis siswa dalam bahasa Inggris.

kemampuan untuk memberi gagasan-

Permasalahan

gagasan baru yang dapat diterapkan

berikut. (1) Apakah terdapat perbedaan

dalam

kemampuan menulis dalam

pemecahan

masalah,

atau

asesmen

dalam

kinerja

terhadap

dan

kemampuan

dirumuskan

sebagai

bahasa

kemampuan untuk melihat hubungan-

Inggris antara siswa yang mengikuti

hubungan baru antara unsur-unsur yang

pembelajaran dengan model asesmen

sudah ada sebelumnya.

kinerja dan siswa

Ada beberapa ahli menyatakan


ciri-ciri

orang

kreatif.

yang mengikuti

pembelajaran dengan model asesmen

Menurut

konvensional? (2) Pada kelompok siswa

Munandar (1977:45), ada tujuh ciri

yang memiliki kreativitas tinggi, apakah

sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang

terdapat perbedaan kemampuan menulis

melekat pada orang-orang kreatif, yaitu

dalam bahasa Inggris antara siswa yang

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1662

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

mengikuti pembelajaran dengan model

kemampuan menulis dalam

asesmen

yang

Inggris pada kelompok siswa memiliki

mengikuti pembelajaran dengan model

kreativitas rendah antara siswa yang

asesmen

mengikuti pembelajaran dengan model

kinerja

dan

siswa

konvensional?

kelompok

siswa

kreativitas

rendah,

(3)

yang

Pada

memiliki

apakah terdapat

asesmen

kinerja

dan

siswa

asesmen

bahasa

mengetahui ada tidaknya

antara

siswa

yang

yang

mengikuti pembelajaran dengan model

perbedaan kemampuan menulis dalam


Inggris

bahasa

konvensional,

(4)

untuk

pengaruh

mengikuti pembelajaran dengan model

interaksi antara model asesmen dan

asesmen

kreativitas

kinerja

dan

siswa

yang

terhadap

kemampuan

mengikuti pembelajaran dengan model

menulis dalam bahasa Inggris siswa

asesmen konvensional? (4) Apakah

pada mata pelajaran bahasa Inggris.

terdapat

pengaruh

interaksi

antara

Secara teoritis hasil penelitian

model asesmen dan kreativitas terhadap

ini

kemampuan menulis bahasa Inggris

sumbangan pikiran bagi perkembangan

siswa pada mata pelajaran bahasa

ilmu

Inggris?

bidang

Tujuan penelitian ini adalah (1)


untuk

mengetahui

perbedaan

kemampuan menulis dalam

bahasa

diharapkan

dapat

pendidikan,
yang

memberikan

khususnya
berkaitan

dalam
dengan

pembelajaran dan evaluasi pendidikan.


Selain

itu,

hasil

diharapkan

penelitian

dapat

ini

memberikan

Inggris antara siswa yang mengikuti

konfirmasi atas teori tentang konsep

pembelajaran dengan model asesmen

penilaian

kinerja dan siswa yang mengikuti

pendidikan

pembelajaran dengan model asesmen

mantap

konvensional, (2) untuk mengetahui

dalam pembelajaran. Secara praktis,

perbedaan kemampuan menulis dalam

yang diharapkan disumbangkan oleh

bahasa Inggris pada kelompok siswa

penelitian ini adalah 1) guru pengampu

yang memiliki kreativitas tinggi antara

mata

siswa yang mengikuti pembelajaran

diharapkan dapat dipergunakan sebagai

dengan model asesmen kinerja dan

salah satu alternatif untuk mengatasi

siswa yang mengikuti pembelajaran

permasalahan yang berkaitan dengan

dengan model asesmen konvensional,

pembelajaran keterampilan menulis, (2)

(3)

praktisi

untuk

mengetahui

perbedaan

kinerja

sehingga

memiliki

untuk

pelajaran

konsep

praktik
yang

melaksanakannya

bahasa

pendidikan

di

Inggris

diharapkan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1663

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

penelitian ini menjadi salah satu acuan

Dalam penelitian ini akan dikaji

empiris yang dapat dikembangkan lagi

pengaruh

lewat penelitian lanjutan, (3) Lembaga

kreativitas siswa terhadap kemampuan

Pendidikan

Kependidikan

menulis dalam mata pelajaran bahasa

(LPTK), hasil penelitian ini diharapkan

Inggris. Untuk mengaji pengaruh di

dapat

atas,

Tenaga

memberikan

kinerja

dan

ada

dua

instrumen

yang

pemikiran serta memperkaya khasanah

diperlukan,

yaitu

instrumen

untuk

penelitian, khususnya yang bertalian

memperoleh data tentang kemampuan

dengan

menulis dalam bahasa Inggris berupa

masalah

sumbangan

asesmen

penilaian

dalam

pembelajaran.

tes kemampuan bahasa Inggris dan data


kreativitas siswa dengan menggunakan

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dengan
metode

eksperimen

experiment)
rancangan

dengan
atau

semu

(quasy

menggunakan

desain

kelompok

kontrol dengan postes saja (the posttestonly control group design) terhadap
siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja.
Sampel

penelitian

diambil

dengan menggunakan teknik random


sampling (Kerlinger, 2002:207) dengan
cara undian. Dalam pengundian terpilih
kelas

X3

dan

X6

sebagai

kelas

eksperimen dan kelas X4 dan X5


sebagai kelas kontrol. Keempat kelas ini
setara dilihat dari kemampuan akademik
karena kelas ini semuanya termasuk
kelas pararel berdasarkan hasil Tes
Potensi Akademik (TPA), sehingga
homogenitas

kemampuan

bahasa

Inggris sebelum perlakuan dianggap


sama.

kuesioner kreativitas.
Semua siswa, baik di kelas
eksperimen maupun kontrol, dipilah
menjadi dua, yaitu kelompok yang
beranggotakan siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan kelompok yang
beranggotakan siswa yang memiliki
kreativitas rendah. Penentuan kreativitas
siswa dilakukan dengan memberikan
kuesioner kreativitas baik pada kelas
eksperimen (X3 dan X6) maupun kelas
kontrol (X4 dan X5). Skor yang
diperoleh dari kuesioner kreativitas
diperingkatkan.
kelompok

atas

Sebanyak

27%

dinyatakan

sebagai

kelompok yang memiliki kreativitas


tinggi,

sedangkan

27%

kelompok

bawah sebagai kelompok yang memiliki


kreativitas rendah. Pengambilan jumlah
27% teratas dan 27% terbawah ini
berdasarkan
pembagian

perhitungan
tersebut

bahwa

memberikan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1664

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

efisiensi tertinggi dalam memperkirakan

pembelajaran dengan asesmen kinerja

daya

dan siswa yang mengikuti pembelajaran

pembeda

tes

(Suryabrata,

2000:138). Berdasarkan perhitungan,

dengan

diperoleh 68 orang siswa sebagai

kemampuan menulis dalam

sampel penelitian ini.

Inggris siswa yang memiliki kreativitas

Teknik analisis yang digunakan

tinggi,

asesmen

dalam

konvensional,

mengikuti

(2)

bahasa

asesmen

dalam penelitian ini adalah analisis

kinerja, lebih tinggi daripada siswa

deskriptif dan analisis anova (analysis

yang mengikuti asesmen konvensional,

of

deskriptif

(3) kemampuan menulis dalam bahasa

digunakan untuk mendeskripsikan nilai

Inggris siswa yang memiliki kreativitas

rata-rata dan simpangan baku variabel-

rendah,

variabel, anova dipakai untuk menguji

kinerja, lebih rendah daripada siswa

hipotesis penelitian.

yang mengikuti asesmen konvensional,

variance).

Analisis

dalam

mengikuti

asesmen

Dalam penelitian ini diuji empat

(4) terdapat pengaruh interaksi antara

hipotesis, yaitu (1) terdapat perbedaan

model asesmen dan kreativitas terhadap

kemampuan menulis dalam

kemampuan menulis dalam

bahasa

Inggris antara siswa yang mengikuti

bahasa

Inggris siswa.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Deskripsi Data
Tabel 01 Rekapitulasi Nilai-Nilai Statistik Data Kemampuan Menulis dalam Bahasa
Inggris Siswa untuk Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Asesmen dan Kreativitas dalam Menulis
Sttk

A1

A2

B1

B2

A1B1

A1B2

A2B1

A2B2

Mean

78,85

74,67

81,18

72,35

85,76

71,94

76,59

72,76

Modus

74,72

74,50

84,28

74,00

83,70

73,70

76,83

71,10

Median

77,50

74,59

82,50

72,75

84,75

72,75

76,50

71,50

SD

8,04

5,49

6,58

4,41

4,19

3,76

5,19

5,06

64,61

30,14

43,29

19,45

17,56

14,14

26,94

25,60

Maksimum

95

85

95

80

95

77

85

80

Minimum

64

62

68

62

80

64

68

62

Rentangan

31

23

27

18

15

13

17

18

Interval

Banyak
Kelas

A
B

: Asesmen (A1 = Kinerja, A2 = Konvensional)


: Kreativitas (B1 = Tinggi, B2 = Rendah)

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1665

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

pihak (pihak kanan) untuk menguji

3.2 Pengujian Hipotesis


Secara

dalam

hipotesis

penelitian ini, untuk menguji hipotesis

pengaruh

digunakan

varians

dilanjutkan dengan uji antarsel (simple

(anava) dua jalur pada taraf signifikansi

effect) melalui uji t-scheffe. Sebaliknya,

= 0,05. Kriteria pengujian yang

jika pengaruh tidak signifikan, tidak

digunakan adalah sebagai berikut.

perlu dilanjutkan dengan uji antarsel.

1. Jika untuk antarkolom pada asesmen

Apabila tidak dilanjutkan dengan uji

nilai F hitung lebih besar dari pada F

simple effect, hipotesis kedua akan diuji

tabel (Fh > Ft) pada taraf signifikansi

dengan uji-t satu pihak, yaitu pihak

kanan, dan hipotesis ketiga diuji dengan

keseluruhan

analisis

0,05,

analisis

dinyatakan

terdapat

perbedaan yang signifikan.

pertama.

Kemudian,

interaksi

jika

signifikan,

uji-t satu pihak kiri.

2. Jika antarbaris pada kreativitas nilai

Bertitik

tolak

dari

kriteria

F hitung lebih besar daripada F tabel

pengujian hipotesis yang telah diuraikan

(Fh > Ft) pada taraf signifikansi =

di atas, diperoleh hasil uji hipotesis

0,05, dinyatakan terdapat perbedaan

secara

yang signifikan.

menggunakan analisis varians (anava)

keseluruhan

dengan

3. Jika pengaruh interaksi nilai F hitung

dua jalur, seperti yang disajikan dalam

lebih besar daripada F tabel (Fh > Ft),

tabel berikut. Pada tabel tersebut, dapat

dinyatakan

dilihat harga F hitung antarkolom

terdapat

pengaruh

interaksi yang signifikan.


Selanjutnya,

uji

kreativitas), dan F hitung pengaruh

hipotesis dengan uji F menyatakan

interaksi antara asesmen dan kreativitas

adanya

terhadap

perbedaan

bila

(asesmen), F hitung antarbaris (tingkat

yang

hasil

signifikan,

dilanjutkan dengan uji t (t-students) satu

kemampuan menulis dalam

bahasa Inggris.

Tabel 02 Rangkuman Analisis Varians Dua Jalur


Sumber Varians
Antar kolom (A) Asesmen

JK
296,53

db
1

RJK
296,53

Fh
14,066**)

Ft = 0,05
3,99

Antar Baris (B)


Kreativitas

1323,52

1323,52

62,783**)

3,99

Inter (A><B) Asesmen ><


Kreativitas

425,00

425,00

20,160**)

3,99

Kekeliruan Dalam Sel


Total Direduksi

1349,19
3394,24

64
67

21,081

**) signifikan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1666

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Di samping itu, hasil penelitian ini

3.3 Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis

telah menemukan efek utama (main

telah

sebelumnya,

effect) bahwa model asesmen yang

dilakukan pembahasan hasil penelitian

diterapkan dalam pembelajaran bahasa

secara lebih lengkap.

Inggris (asesmen kinerja dan asesmen

yang

dilakukan

konvensional)
1. Kemampuan Menulis Bahasa
Inggris Siswa yang Mengikuti
Asesmen Kinerja dan Asesmen
Konvensional
Setelah pelaksanaan eksperimen

signifikan

berpengaruh
terhadap

SMA

Negeri

keseluruhan,

peningkatan

memperhatikan

menulis

kemampuan

menulis bahasa Inggris siswa kelas X

secara keseluruhan ditemukan adanya


kemampuan

secara

Singaraja.
dengan
variabel

Secara
tidak

moderator

pada

semua

berupa kreativitas, kemampuan menulis

Siswa

yang

bahasa Inggris siswa yang mengikuti

mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran dengan model asesmen

asesmen

menunjukkan

kinerja lebih tinggi bila dibandingkan

peningkatan hasil belajar yang lebih

dengan kemampuan menulis bahasa

tinggi daripada siswa yang mengikuti

Inggris

pembelajaran dengan model asesmen

pembelajaran dengan model asesmen

konvensional.

konvensional. Temuan ini membuktikan

bahasa

Inggris siswa

kelompok

sampel.

kinerja

Secara

penelitian

ini

kualitatif,

mengungkapkan

siswa

bahwa

asesmen

gambaran kemampuan menulis siswa

terutama

kelas X pada SMA Negeri 1 Singaraja

meningkatkan

pada

materi

descriptive,
menjadi
Kelompok

(genre)

dan

news

sampel
siswa

narrative,
item

yang

penelitian

ini.

yang

mengikuti

yang

yang

asesmen

mengikuti

diterapkan

kinerja

kemampuan

dapat
menulis

bahasa Inggris siswa kelas X SMA


Negeri 1 Singaraja.
Asesmen
performance

kinerja
assessment

atau
adalah

pembelajaran dengan model asesmen

berbagai macam tugas atau situasi

kinerja

ketika

menampilkan

pencapaian

peserta

tes

diminta

untuk

kemampuan menulis yang lebih tinggi

mendemonstrasikan pemahaman dan

daripada

pengaplikasian

kelompok

siswa

yang

pengetahuan

yang

mengikuti pembelajaran dengan model

mendalam, serta keterampilan di dalam

asesmen konvensional.

berbagai macam konteks.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1667

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Lain halnya dengan asesmen

ISSN 1858 4543

konvensional guru hanya menilai hasil

kinerja, pembelajaran menulis dengan

pekerjaan

asesmen konvensional dimulai dengan

pembelajaran

penyampaian materi atau teori-teori

penilaian

dalam

menyebabkan perbedaan hasil menulis

menulis,

kemudian

siswa

siswa

pada

tanpa

proses.

inilah

Tahap berikutnya ialah mendiskusikan

mengikuti asesmen kinerja dan asesmen

bagian-bagian

karangan

konvensional.

Selanjutnya,

guru

kesempatan

kepada

mengajukan

pertanyaan

menyimpulkan materi
Akhirnya,

siswa

siswa

yang

Berdasarkan hasil observasi dan

untuk

respons yang diberikan oleh siswa

dan

dalam penerapan asesmen kinerja di

pembelajaran.

disuruh

siswa

yang

bahasa

memberikan

antara

mengadakan

diberikan contoh karangan yang baik.

tersebut.

Inggris

Hal

akhir

kelas

eksperimen

dan

penerapan

menulis

asesmen konvensional di kelas kontrol,

karangan sesuai dengan genre yang

ditemukan bahwa siswa pada kelompok

diajarkan.

eksperimen lebih bersemangat, kreatif,

Dalam asesmen konvensional

memiliki motivasi yang lebih besar

yang mengikuti pembelajaran menulis

dalam mengerjakan atau menyelesaikan

di atas, guru tidak mendiskusikan

tulisan-tulisannya dibandingkan dengan

kriteria penilaian dengan siswa sejak

siswa di kelompok kontrol. Siswa

awal pembelajaran, karena hal itu

dalam kelompok eksperimen selalu

dipandang tak perlu. Hanya guru yang

menjaga dan berusaha menampilkan

tahu

yang

tulisan terbaiknya karena tulisan mereka

dilakukan. Guru juga tidak menyuruh

akan dipajang. Hal ini terjadi karena

siswa untuk mengumpulkan hasil kerja

adanya penyampaian tujuan yang jelas

siswa

tujuan

pembelajaran

ke dalam folder dan hasil

pekerjaan

pembelajaran,

kriteria

penilaian yang disampaikan terbuka

setelah dikoreksi guru. Hal terpenting

kepada para siswa, juga adanya kegiatan

yang membedakan antara penilaian

evaluasi diri dan refleksi diri yang dapat

kinerja dan konvensional adalah bahwa

memberikan feedback pada siswa itu

dalam penilaian konvensional tidak ada

sendiri

evaluasi diri yang dilakukan oleh siswa

tulisannya menjadi lebih baik dari

melainkan hanya penilaian dari guru. Di

sebelumnya.

itu,

segera

awal

dibagikan

samping

siswa

pada

pada

untuk

terus

memperbaiki

penilaian

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1668

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Perbedaan kemampuan menulis

demikian, dapat disimpulkan bahwa

bahasa Inggris siswa yang mengikuti

secara

pembelajaran dengan model asesmen

menulis bahasa Inggris siswa yang

kinerja dan pembelajaran dengan model

mengikuti pembelajaran dengan model

asesmen konvensional diperkuat dengan

asesmen kinerja lebih tinggi daripada

hasil temuan penelitian ini, yaitu bahwa

siswa yang mengikuti pembelajaran

data

dengan model asesmen konvensional.

kemampuan

menulis

bahasa

keseluruhan,

kemampuan

Inggris siswa setelah dianalisis dengan


analisis
diperoleh

varians
FA

(anava)
hitung

dua
=

jalur

14,066,

sedangkan F tabel pada dbA = 1 dan db


dalam = 64

untuk taraf signifikansi

0,05 = 3,99. Ini berarti bahwa F hitung


lebih besar daripada F tabel (Fh =
14,066 > Ft

(1:64,0,05)

= 3,99). Dengan

menggunakan uji-t satu pihak (pihak


kanan), diperoleh harga t hitung =
2,513; sedangkan harga t tabel untuk uji
t satu ekor dengan derajat kebebasan
(db = n1 + n2 2 = 68 2 = 66) dengan
probabilitas 0,95 (t1-) adalah 1,671. Ini
berarti bahwa t hitung = 2,513 lebih
besar dari t tabel = 1,671. Dengan
memperhatikan nilai rerata, kemampuan
menulis bahasa Inggris yang diperoleh
siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model asesmen kinerja sebesar
78,85 lebih tinggi daripada dari rerata
kemampuan menulis bahasa Inggris
siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model asesmen konvensional
sebesar
Y A1 78,85 Y

74,67.
A2

74,67 ).

(
Dengan

2. Kemampuan Menulis Bahasa


Inggris Siswa yang Mengikuti
Asesmen Kinerja dan Asesmen
Konvensional
Ditinjau
dari
Kreativitas
Kreativitas merupakan salah
satu

faktor

yang

menentukan

kemampuan menulis siswa. Hal ini


telah diungkap dalam penelitian ini,
yaitu kreativitas memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kemampuan
menulis bahasa Inggris siswa, baik pada
kelompok

siswa

yang

memiliki

kreativitas tinggi maupun kelompok


siswa yang memiliki kreativitas rendah.
Pengaruh kreativitas terhadap

hasil

menulis bahasa Inggris siswa dapat


dilihat dari hasil analisis varians dua
jalur secara keseluruhan, yakni nilai F
hitung yang diperoleh lebih besar
daripada nilai F tabel pada taraf
signifikansi = 0,05 dengan derajat
kebebasan 1: 64 (F hitung = 62,78 > F
tabel = 3,99). Pengaruh kreativitas
terhadap kemampuan menulis bahasa
Inggris siswa tidak dicantumkan secara
eksplisit dalam hipotesis penelitian

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1669

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

karena kreativitas berfungsi sebagai

Indikator

individu

yang

variabel moderator dan tidak layak

memiliki kreativitas tinggi memberi

untuk dibandingkan. Jika kemampuan

petunjuk bahwa mereka cenderung

menulis bahasa Inggris siswa yang

memiliki

memiliki

kreativitas

tinggi

menghasilkan sesuatu yang baru dan

dibandingkan

dengan

yang

unik, utamanya dalam menulis. Siswa

memiliki kreativitas rendah tentu akan

yang memiliki kreativitas yang tinggi

berbeda secara signifikan. Hal ini

akan

ditunjukkan secara nyata pada hasil

senantiasa

analisis

gagasan-gagasan

varians

dua

siswa

jalur,

bahwa

kemampuan

mampu

berpikir

mencoba

untuk

kreatif

dan

menemukan

yang

baru

atau

kemampuan menulis bahasa Inggris

mengobinasikan gagasan-gagasan yang

siswa pada kelompok siswa

ada menjadi sesuatu yang baru dan

yang

memiliki kreativitas tinggi lebih baik

bermakna.

daripada

mengungkapkan

kelompok

siswa

yang

memiliki kreativitas rendah.

Mereka
ide

akan

mampu

yang

lebih

menarik, kosakata yang lebih luas dan

Berdasarkan hasil temuan dalam

beragam,

selalu

ingin

untuk

penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa

menghasilkan sebuah karya yang rapi

kreativitas

dengan menggunakan kalimat-kalimat

berpengaruh

terhadap

kemampuan menulis bahasa Inggris


siswa.

Individu

yang

yang bervariasi dan tidak monoton.

memiliki

Pembelajaran

yang

kinerja

akan

kreativitas tinggi adalah individu yang

disertai

memiliki

untuk

menguntungkan bagi individu yang

cara

memiliki kreativitas tinggi karena pada

pemecahan masalah yang paling tepat.

prinsipnya akan memberikan peluang

Kreativitas juga merupakan kemampuan

bagi siswa untuk menuangkan ide-

untuk menghasilkan sesuatu yang baru,

idenya secara lebih leluasa karena

yang pada umumnya bersifat original

asesmen

atau unik. Dapat dikatakan bahwa

kesempatan bagi tiap siswa untuk

secara umum siswa yang memiliki

berkembang sesuai dengan kriteria yang

kreativitas

lebih

diberikan secara terbuka kepada seluruh

berhasil dalam menyelesaikan tugasnya

siswa. Selain itu, siswa akan diberikan

dengan lebih baik.

kesempatan untuk melalukan refleksi

memikirkan

kemampuan
dan

tinggi

menemukan

cenderung

asesmen

menulis

kinerja

memberikan

diri dalam evaluasi diri ataupun umpan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1670

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

balik yang diterima sehingga siswa

kreativitas tinggi, dari hasil uji t-

yang memiliki kreativitas tinggi akan

Scheffe, nilai t hitung sebesar 5,822.

dapat

pekerjaannya

Harga t tabel untuk uji t satu ekor

sendiri dan memberikan masukan atau

dengan derajat kebebasan (db = n1 + n2

kekurangan temannya serta menemukan

2 = 68 2 = 66) dengan probabilitas

kelemahan dalam tulisan temannya.

0,95

Hasilnya tentu saja tulisan yang terbaik

demikian, t hitung = 5,822 lebih besar

dari tiap-tiap siswa.

daripada t tabel = 1,671. Dengan

mengevaluasi

Di

pihak

konvensional

lain,

kurang

(t1-)

adalah

1,671.

Dengan

asesmen

memperhatikan nilai rata-rata kedua

memberikan

kelompok, dapat diketahui bahwa pada

kesempatan bagi siswa untuk mencapai

kelompok

hasil yang terbaik. Hal ini disebabkan

kreativitas tinggi, nilai rata-rata siswa

oleh tidak adanya umpan balik atau

yang mengikuti asesmen kinerja sebesar

refleksi diri yang dapat merangsang

85,76 lebih besar daripada nilai rata-rata

siswa

siswa

untuk

menghasilkan

terbaiknya. Siswa

tulisan

hanya mengikuti

siswa

yang

yang

mengikuti

memiliki

asesmen

konvensional, yakni sebesar 76,59 (

tahapan-tahapan pembelajaran menulis

Y A1B1 85,76 Y

dan pembelajaran itu sendiri berpusat

demikian, dapat disimpulkan bahwa

pada pengajar sehingga siswa tidak tahu

pada kelompok siswa yang memiliki

yang harus dikerjakan atau diperbaiki

kreativitas tinggi, kemampuan menulis

dari karya mereka. Dari pemaparan itu

bahasa Inggris siswa yang mengikuti

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

asesmen kinerja lebih tinggi daripada

menulis dengan asesmen konvensional

siswa

kurang memotivasi siswa untuk tampil

konvensional.

lebih baik.

yang

Pada

A 2 B1

76,59) . Dengan

mengikuti

kelompok

asesmen

siswa

yang

Merujuk pada hasil penelitian

memiliki kreativitas rendah, dari hasil

ini, mengenai perbedaan kemampuan

uji t-Scheffe, diperoleh nilai t hitung

menulis siswa yang mengikuti asesmen

sebesar 0,521. Harga t tabel untuk uji t

kinerja

pada

satu ekor dengan derajat kebebasan (db

memiliki

= n1 + n2 2 = 68 2 = 66) dengan

kreativitas tinggi dan rendah dapat

probabilitas 0,95 (t1-) adalah 1,671 .

dan

kelompok

dilihat

dari

kelompok

konvensional

siswa

yang

uji

t-Scheffe.

siswa

yang

Pada

Dengan demikian, t hitung = 0,521

memiliki

lebih kecil daripada t tabel = 1,671.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1671

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Dengan memperhatikan nilai rata-rata

antara asesmen dan kreativitas terhadap

kedua kelompok, dapat diketahui bahwa

kemampuan menulis bahasa Inggris

pada kelompok siswa yang memiliki

siswa signifikan pada taraf signifikansi

kreativitas rendah, nilai rata-rata siswa

= 0,05. Atau dengan kata lain, secara

yang mengikuti asesmen kinerja sebesar

bersama-sama asesmen dan kreativitas

71,94 lebih kecil daripada nilai rata-rata

berpengaruh

siswa

menulis bahasa Inggris siswa.

yang

mengikuti

konvensional

sebesar

Y A1B 2 71,94 Y

A2 B 2

asesmen
72,76.

terhadap

kemampuan

(
IV. SIMPULAN DAN SARAN

72,76) .

Dengan demikian, dapat disimpulkan

Berdasarkan hasil analisis data

bahwa pada kelompok siswa yang

dan pembahasan dalam penelitian ini,

memiliki

dapat

kreativitas

rendah,

disimpulkan

berikut.

siswa yang mengikuti asesmen kinerja

kemampuan menulis dalam

lebih rendah daripada siswa

Inggris

siswa

Terdapat

sebagai

kemampuan menulis bahasa Inggris

yang

(1)

hal-hal

yang

perbedaan
bahasa

mengikuti

pembelajaran dengan asesmen kinerja

mengikuti asesmen konvensional.

dan siswa yang mengikuti pembelajaran


3. Pengaruh
Interaksi
antara
Asesmen dan Kreativitas terhadap
Kemampuan Menulis Bahasa
Inggris Siswa
Hasil lain yang ditemukan dalam
penelitian ini adalah terdapat pengaruh
interaksi
asesmen

yang
dan

signifikan
kreativitas

antara
terhadap

kemampuan menulis bahasa Inggris


siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja.
Hal ini dapat dilihat melalui uji analisis
varians dua jalur, diperoleh F hitung
sebesar 20,160. Harga F tabel dengan
derajat kebebasan (db: 1:64) = 3,99 (Fh
= 20,160 lebih besar daripada Ft =
3,99). Ini berarti, pengaruh interaksi

dengan asesmen konvensional. Dengan


kata lain, pembelajaran dengan asesmen
kinerja

menghasilkan

kemampuan

menulis yang lebih tinggi daripada


pembelajaran

dengan

asesmen

konvensional. (2) Siswa yang memiliki


kreativitas tinggi lebih cocok mengikuti
pembelajaran menulis dengan asesmen
kinerja daripada asesmen konvensional.
(3) Siswa yang memiliki kreativitas
rendah

lebih

cocok

mengikuti

pembelajaran menulis dalam bahasa


Inggris dengan asesmen konvensional
dibandingkan dengan asesmen kinerja,.
(4) Terdapat interaksi antara jenis
asesmen yang digunakan dan kreativitas

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1672

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

siswa terhadap kemampuan menulis

sampel

teks dalam bahasa Inggris.

rancangan

eksperimen

kompleks,

waktu

Bertolak dari simpulan yang


telah dikemukakan,

dapat diajukan

saran sebagai berikut. (1) Dalam proses

penelitian,

menggunakan
yang

lebih

pelaksanaan

eksperimen lebih lama, dan menambah


pokok bahasan.

pembelajaran di kelas, khususnya dalam


mata pelajaran menulis bahasa Inggris,

DAFTAR PUSTAKA

para guru bahasa Inggris disarankan

Akhadiah, Sabarti,dkk. 1997. Menulis I.


Jakarta: Universitas Terbuka.

untuk menggunakan model asesmen


kinerja

sebagai

asesmen

dengan

pendekatan proses. Model asesmen


kinerja telah terbukti dan mampu dalam
peningkatan
bahasa

kemampuan

Inggris

bila

menulis

dibandingkan

dengan model asesmen konvensional.


(2)

Lembaga

pendidikan

yang

mengembangkan misi untuk mendidik


calon-calon guru mata pelajaran bahasa
Inggris,

hendaknya

secara

terus-

menerus memperkenalkan dan melatih


siswa

untuk

menggunakan

model

asesmen kinerja yang berperan untuk


meningkatkan
bahasa

Inggris

kemampuan
siswa.

(3)

menulis
Untuk

kesempurnaan penelitian ini, disarankan


kepada peneliti lain untuk mengadakan
penelitian lanjutan dengan melibatkan
variabel moderator lainnya, seperti IQ,
sikap, dan gaya berpikir, sehingga dapat
meningkatkan

kemampuan

menulis

bahasa Inggris siswa. Di samping itu,


penelitian

disarankan

untuk

memperbanyak jumlah populasi dan

Aschbacher, P.R. (1991). Performance


Assessment:
State
Activity,
Interest, and Concerns. Applied
Measurement in Education. 4 (4):
275-288.
Badan Standar Nasional Pendidikan.
2006. Panduan Penyusunan
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta :
Badan
Standar
Nasional
Pendidikan.
Candiasa, I Made. 2004. Statistik
Multivariat: Disertai Aplikasi
dengan SPSS. Singaraja: Unit
Penerbitan
IKIP
Negeri
Singaraja.
------------ . 2007. Analisis Varians.
Singaraja: Undiksha.
Datrini, Ni Nengah. 2007. Pengaruh
Asesmen Portofolio dan Konsep
Diri Siswa Terhadap Kemampuan
Menulis dalam Mata Pelajaran
Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Tesis
(tidak
diterbitkan). PPS Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja.
Herman, J.L Ascbacher, P.R & Winters,
L.1992. A Practical Guide to
Alternative Assessment. New
York:
Association
for

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1673

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Supervision and
Development.

ISSN 1858 4543

Curriculum

Kerlinger, Fred N. 2002. Asas-asas


Penelitian
Behavioral.
Terjemahan
Landung
R
Simatupang.
Foundation
of
Behavioral
Research. 1964.
Cetakan ke-8. New York: Holt
Rinehart and Winston.
Marhaeni, Anak Agung Istri Ngurah.
2005.
Pengaruh
Asesmen
Portofolio
dan
Motivasi
Berprestasi dalam Belajar Bahasa
Inggris terhadap Kemampuan
Menulis dalam Bahasa Inggris
IKIP Negeri Singaraja, 2004).
Disertasi. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta.
----------- . 2009. Pengembangan
Perangkat
Asesmen Kinerja
Menulis dalam Bahasa Inggris
Berorientasi pada Budaya Bali.
Proposal Penelitian.
Munandar, S.C.U. 1977. Creativity and
Education.
Jakarta:
Dirjen
Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
--------------.1999.
Pengembangan
Kreativitas
Anak
Berbakat.
Jakarta.Rineka Cipta.
Suryabrata,
Sumadi.
2000.
Pengembangan
Alat
Ukur
Psikologis. Yogyakarta: Andi
Offset.
Tompkins, G.F. 1990. Teaching
Writing: Balancing Process and
Product. New York: Macmillan
Publishing Company.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1674

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

THE EFFECT OF GENERATING INTERACTIONS BETWEEN SCHEMATA


AND TEXT AND BELIEFS ABOUT LANGUAGE LEARNING ON READING
COMPREHENSION OF ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT STUDENTS
OF UNDIKSHA SINGARAJA IN THE ACADEMIC YEAR 2009/2010

Diah Surya Adnyani, Luh


ABSTRACT
The study was an experimental research which investigated whether or not there
was any effect of Generating Interaction between Schemata and Text (GIST) and beliefs
about language learning on reading comprehension, and to investigate the relationship
between the use of GIST, conventional reading technique and beliefs about language
learning. This study was carried out in Ganesha University of Education (Undiksha)
Singaraja on 2 nd semester students of English Education Department through a 2x2
factorial, true-experimental research design.
A two-way ANOVA test results indicated that the students who were taught
using GIST outperformed the students who were taught using conventional reading
technique, and there was an interaction between kinds of strategy and students beliefs
about language learning. In terms of beliefs about language learning, the result of Tukey
test showed that for the students who hold positive beliefs, GIST gave better
contribution to reading comprehension than the conventional reading technique. While
for those who hold negative beliefs, there was no significant difference in reading
comprehension between the students who were taught using GIST and conventional
reading technique.
Key words: GIST, beliefs about language learning, reading comprehension.

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh peningkatan interaksi antara skemata dan teks
(Generating Interaction between Schemata and Text atau GIST) dan persepsi (beliefs)
pembelajaran bahasa terhadap kemampuan membaca pemahaman, dan untuk
mengetahui hubungan antara penggunaan GIST, teknik membaca konvensional dan
persepsi (beliefs) siswa terhadap pembelajaran bahasa. Penelitian ini dilaksanakan di
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, pada mahasiswa semester dua
jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dengan menggunakan desain penelitian
eksperimental 2x2.
Hasil analisis menggunakan ANAVA dua jalur menunjukkan bahwa kelompok
mahasiswa yang diajar dengan GIST menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam
membaca pemahaman dibandingkan dengan kelompok yang diajar dengan teknik
konvensional, dan terdapat interaksi antara jenis strategi yang digunakan dan persepsi
(beliefs) pembelajaran bahasa. Dalam hal persepsi terhadap pembelajaran bahasa, hasil
Tuckey test menunjukkan bahwa pada kelompok mahasiswa yang memiliki persepsi
positif, GIST memberikan kontribusi yang lebih baik dalam kemampuan membaca

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1675

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

pemahaman dibandingkan dengan teknik konvensional. Sementara itu, pada kelompok


mahasiswa yang memiliki persepsi negatif, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dalam prestasi membaca pemahaman antara mahasiswa yang diajar dengan GIST dan
dengan teknik konvensional.
Kata kunci: GIST, persepsi tentang pembelajaran bahasa, membaca pemahaman.
special fields, and then they may put the

I. Introduction
Reading is one of four language

newly learnt knowledge into practice.

skills which are taught at school.

Therefore, it is essential for university

According to Purcell (1997) reading is

students to improve the English reading

comprehending from print. Gillet and

ability (Jing, 2003).

Temple

(1994)

that

In the field of cognitive science,

comprehension is the process of making

reading can be viewed as a literacy

sense

and

process inextricably connected with

connected text. The whole point of

cognition (Ruddell, 2005 in Lin, 2008).

reading is to understand what we read,

The internal cognitive operations the

involving prior knowledge, knowledge

reader engages can be labeled variously

of text structure, and an active search of

in terms of different reading task

information. In line with those scholars,

demands

Martin (1991) said that good reading

cognitive behavior. For example, as

means

for

Fagan (1987) in Lin (2008) proposed,

connecting words to thoughts. In other

these processes included attending,

words, the purpose of reading is to

analyzing,

connect the ideas in the text to the

inferring,

background knowledge of the readers.

and monitoring and these processes

of

words,

building

stated

sentence,

frameworks

Connecting the ideas in the text

and

different

associating,
synthesizing,

levels

of

predicting,
generalizing,

require knowledge.

to the background knowledge is an

Prior knowledge will then be

essential task for students. English

added as a factor influencing the

Education Department students are

operation of theses cognitive processes.

expected to retain more and more of

The background knowledge, which is

what they read. The university students

also known as prior knowledge, world

are expected to use English in a way

knowledge,

that they may obtain more advanced

experiential background, refers to all the

information

knowledge which readers have acquired

concerning

their

own

memory

storage,

or

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1676

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

through their life (Porter, 1994), and

assigned to read the passages and dealt

that knowledge can be helpful when the

with questions related to those passages.

readers deal with new material.

In other words, there had been a

According to schema theorists,

convention that a class was always

all knowledge is packaged into units

started with reading the passage and

which are called schemata. Embedded

continued by answering the questions. It

into these units of knowledge is

was considered to be conventional, as a

information on how this knowledge is

matter of fact; a reading exercise should

used. That knowledge is used in the

become a vehicle for the students to

contextualization step, before reading

expand their knowledge and experience

new material.

with the language in addition to

Schema

is

one

factor

that

comprehension.

Therefore,

it

is

influences EFL reading comprehension

necessary to find other strategy which

(Hong Yun and Ping, 2007). The other

can optimize the factors which can

factors are vocabulary and motivation.

influence

According to their previous studies,

comprehension.

students

reading

those three factors have a significant

One teaching strategy that is

correlation with reading achievement.

considered useful to improve students

Besides, Lenz (2005) added other

reading comprehension and involves

factors that can influence reading

students prior knowledge, synthesizing

comprehension

and generalizing cognitive operation is

reading

are

text,

the

quality of

decoding

ability,

Generating

Interaction

between

instruction, and the strategy used in

Schemata and Text (GIST) strategy,

teaching reading.

which was proposed by Cunningham in

Based

on

researchers

1982 (Cecil and Gipe, 2003). This

experience in teaching Reading 1 course

strategy is said useful to identify or

as well as personal interview or

generate main ideas, connect the main

personal

or central ideas, eliminate redundant

communication

with

the

lecturing team of Reading 1 course in

and

Undiksha,

that the

students remember what they read, and

common strategy used in teaching was

record a summary of the material they

conventional

reading

technique,

just read.

which

students

were

the

it was found

in

unnecessary

information,

help

mainly

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1677

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Cunningham (2001) stated that a

ISSN 1858 4543

domain of affective variables, such as

summary is a synthesis of important

attitudes,

ideas on a text. Summarizing requires

Richardson (1996) in Bernat (2006)

students to determine what is important

defined beliefs as psychologically held

in what they are reading, to condense

understandings,

this information, and to put it into their

propositions about the world that are

own words. Students use higher-order

felt to be true.

thinking skills to analyze and synthesize

motivation,

anxiety

premises,

etc.

or

In the classroom context, the

what they have read. The summary is

perceptions,

usually limited to no more than fifteen

metacognitive knowledge that students

or twenty words, therefore, the students

bring with them to the learning situation

need to delete non-essential information

have been recognized as significant

and use their own words to summarize

contributory factors in the learning

the main idea or the gist of the

process and ultimate success (Breen,

selection. Thus, the meaning may vary

2001 in Bernat & Gvoedenko, 2005).

from one reader to another. It is

For

believed that by having more choices in

language students may hold strong

reading, students are helped to meet

beliefs about the nature of the language

their own individual needs and therefore

under study, its difficulty, the process of

they are given more chance to actively

its acquisition, the success of certain

construct their own meaning.

learning strategies, the existence of

Bernat and Gvozdenko (2005)

beliefs,

example,

attitudes,

second

or

and

foreign

aptitude, and their own expectations

said that successful learners develop

about

achievement

insights into beliefs about the language

methodologies.

and

teaching

learning processes, their own abilities,

It is believed that students with

and the use of effective learning

positive beliefs about language learning

strategies. Research on the cognitive

tend to have stronger motivation, hold

aspects of language learning indicates

favourable

that

motivational

individual

students

differ

attitude
intensity,

and
use

higher
more

considerably in their use of learning

strategies, are less anxious, and have

strategies (Altan, 2006) and it is

better

because of different perception. Beliefs

(1995) and Oh (1996) in Bernat and

about language learning belong to the

Gvozdanko

language

achievement.

(2005)

stated

Kern

that

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1678

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

supportive and positive beliefs help

comprehension between the students

overcome problems and thus sustain

who were taught by conventional

motivation, while negative or unrealistic

reading technique and GIST, to find out

beliefs can lead to decrease motivation

whether or not there was a significant

and lead frustration and anxiety. Many

difference in reading comprehension

successful learners develop insightful

between the positive beliefs students

beliefs

learning

who were taught by conventional

processes, their own abilities, and the

reading technique and who were taught

use of effective learning strategies,

by GIST, to find out whether or not

which have a facilitative effect on

there was a significant difference in

learning.

have

reading comprehension between the

"mistaken," uninformed, or negative

negative beliefs students who were

beliefs that may lead to a reliance on

taught

less effective strategies, resulting in a

technique and who were taught by

negative attitude towards learning and

GIST, and to find out whether or not

autonomy and classroom anxiety.

there was a significant interaction

about

language

Students

can

also

by

conventional

To sum up, GIST strategy and

between

beliefs about language learning were

language

considered

comprehension.

to

have

significant

GIST

and

learning

reading

beliefs
in

about
reading

influence toward language learning.

This study was expected to be

Therefore, it was important to conduct a

beneficial for the lecturers, students,

study to find out evidence on whether

institution, and for the other researchers.

the implementation of GIST strategy

For the lecturers, the result of this study

and beliefs about language learning

was considered to be important to help

could give a significant contribution on

them choose an appropriate technique

the

for teaching reading to improve the

reading

comprehension.

The

research was conducted in reading 1

students

course classes in English Education

comprehension, help them be aware of

Department Undiksha Singaraja in the

students

academic year 2009/2010.

learning because such awareness can

The aims of this study were to

ability

beliefs

in

about

instructional

planning

significant

implementation,

and

in

reading

language

lead them to have more effective

find out whether or not there was a


difference

reading

to

and
provide

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1679

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

empirical evidence of the role of beliefs

Jordan (2004), and Rhoder (2002).

on students academic achievement.

Theories about conventional reading

For the students, as prospective

technique were proposed by Kohtz

teacher, this study was expected to give

(2006) and Perkins (1993). The last but

knowledge

different

not least, theory about beliefs about

teaching techniques, experience the

language learning was proposed by

process of exploring beliefs can lead

Richardson (1996) in Bernat (2006),

them to the development of more

Agathopoulou

effective language learning behaviors as

Gvozdenko (2005), Horwitz (1983) in

well

Altan (2006).

as

to

to

experience

self-knowledge

and

(2007),

Bernat

&

autonomy. In addition, this study is


intended to make students become
active participants in teaching and
learning process, and become critical

II. RESEARCH METHODS


This study was designed in an
experimental

design,

involing

an

experimental and a control group.

thinkers and independent readers.

Those groups were assigned through


For the institution, the result of

random sampling, and at the end of the

this study was also hoped to give

treatment, a posttest was conducted to

contribution

and

each group and the result was measured

academic staffs, and gave support to the

in order to reveal whether there was

postgraduate program as a reference.

different achievement between the two

Lastly, the result of this study was also

groups. The achievement of each group

expected to be used as a reference by

was regarded as data.

to

the

students

the other researchers in conducting

The 2x2 factorial design for

related studies on learning in general

analysis were applied in this study.

and language learning in particular.

There were three variables to be

This study used reading theory


proposed by Gillet and Temple (1994),
Martin

(1991),

Pressley

(2001),

Mikulecky & Jeffries (1996). Hong Yun


and Ping (2007), and Lenz (2005). The
GIST theory by Cunningham 1982 in
Cecil and Gipe (2003), Herrell and

studied, two independent variables and


one dependent variable.

The

first

independent variable was kinds of


strategy in teaching reading, which were
classified into groups taught by using
Generating
Schemata

Interaction
and

Text

between

(GIST)

and

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1680

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

conventional reading technique. The

experimental group, the participants did

second

individual

independent

students

beliefs

variable
about

was

language

presentation

about

their

chosen website article and their gist or

learning, which were classified into

summary.

Four

presenters

in one

positive beliefs and negative beliefs.

meeting were considered the most ideal

And the dependent variable was reading

one. The presentations began in the

comprehension.

eighth meeting because the previous

Population of this study was all

meetings were used to discuss and

students who took Reading 1 course in

practise about the skills of reading

English

comprehension.

Education

Department

Undiksha Singaraja. The population

There

were

two

kinds

of

consisted of four classes of second

research instruments used in this study,

semester students of English Education

namely: data collection instruments and

Department Undiksha Singaraja and

treatment instruments. There were two

several seniors who had not passed the

kinds of data collection instruments

course in the previous year. The total

needed in this study, namely: English

number of this population was 131

reading test as dependent variable

students.

instrument, and adapted version of

Random

sampling

technique

Beliefs

About

Language

Learning

was applied to obtain sample of this

Inventory or BALLI as moderator

study. One of the suggestions given by

variable instrument. And there were two

Roscoe (1982) in Sugiyono (2009) was

treatment instruments used in this study,

for simple experimental study which

namely: GIST template and

involved

scenario.

experimental

and

control

teaching

groups, the number of sample per cell

In this study, the researcher

ranged from 10 to 20. Ten was the

looked for the validity; content validity

minimum number of sample.

and item validity, and reliability of

This

10

reading test and adapted version of

20

BALLI questionnaire. The face validity

participants in each group because the

was included in the content validity, in

researcher would like to maximize the

which the expert judges examined face

treatment

the

validity of the instruments at the same

limited time. In the last five meetings in

time they examined the content validity.

participants

study
in

involved

each cell and

process

considering

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1681

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

The obtained data were then

ISSN 1858 4543

better

achievement

in

reading

analyzed using two forms of statistical

comprehension then the students who

analysis, namely: descriptive statistic

were taught by GIST (A1+B2).

analysis and inferential statistic analysis

After

completing

the

using two-way ANOVA. Descriptive

requirements of homogeneity of the

statistics was used in order to organize

variable and normal distribution, a two

and summarize the data of the sample,

way ANOVA statistical analysis was

while

administered

inferential

administered

to

statistics
infer

and

was

at

5%

level

of

draw

significance, and if there was an

conclusion about the population based

interaction, it would be followed by

on the samples data

Tukey test to get data of the effect of


interaction.

III. FINDINGS AND DISCUSSION

From the analysis, FA = 4.469

The result of students reading

while Fcv (1;36;0,05) = 4,11. Here F A > Fcv

comprehension test showed that the

so H0 was rejected. It meant there was

students who were taught by GIST (A1)

any significant difference in students

showed better achievement in reading

reading comprehension between the

comprehension than the students who

students who were taught by GIST and

were taught by conventional reading

those who were taught by conventional

technique (A2). While the students who

reading

hold positive beliefs about language

reading comprehension which were

learning

taught by GIST ( X A1 = 75.25) was

(B1)

showed

better

technique.

The

students

achievement then the students who hold

higher

negative beliefs about language learning

comprehension who were taught using

(B2). For those who hold positive


beliefs, the students who were taught by
GIST

(A1+B1)

showed

better

achievement than the students who were


taught

by

conventional

reading

technique (A2+B1). While for those


who hold negative beliefs, the students
who were taught by conventional
reading technique (A2+B2) showed

than

the

students

reading

conventional reading technique ( X A2 =


69.80).
It could be stated that GIST
strategy was effective to

improve

students reading comprehension. The


implementation of GIST could make the
students became active readers; they
actively

searched

the

important

information from the text, eliminated

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1682

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

the unimportant information, and used

reading comprehension. The students

their prior knowledge to be able to

with positive beliefs who were taught

propose the summary of the text. The

by GIST showed a better achievement

different summary among the students

than

could enrich their insight, sharpen their

conventional reading technique. It was

critical thinking, challenge them to

proven by the students mean score in

actively search the best summary, and

which the students with positive beliefs

some others that could not be facilitated

who were taught by GIST showed

by the conventional reading technique,

higher mean score ( X A1B1 = 82.60) than

which mostly used lecturer centre

those who were taught by conventional

activity.

activate the schemata of the students. It


could facilitate the use of students prior
knowledge

in

various

incoming

ways,

information

like
to

already known information, allowing


them to predict the continuation of both
spoken and written discourse, and as a
basis for comparison and a foundation
in the students brain which helps to
predict what is to be expected and
looked for in certain situation.

significant influence in the achievement


of students reading comprehension;
however, in this study, the students
comprehension

was

also

influenced by other factor, it was


students

were

taught

by

beliefs

about

Moreover, the difference was


analyzed using Tukey test, and the
result of the analysis showed Qob =
5.469. Next, this score was compared to
Qcv that at 0,05 level of significance
with df1 = 2 dan df2 = 10 was 3.03. It
was found that Qob was higher than Qcv,
therefore, Ha the students with positive
beliefs who were taught by GIST
showed a better achievement than those
who were taught by conventional
reading technique was accepted. It

It had been stated that GIST had

reading

who

reading technique ( X A 2B1 = 68.50).

The summarizing activity could

relating

those

language

learning. From the second hypothesis


analysis, it was found that beliefs about
language learning gave contribution to

meant that there was any significant


difference

in

students

reading

comprehension between the students


with positive beliefs who were taught
by GIST and those who were taught by
conventional reading technique.
The result of this analysis
supports what had been stated by Banya
and Chen (1997) in Bernat (2006) that
students

beliefs

have

significant

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1683

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

influence to their motivation, attitude,

with negative beliefs who were taught

strategy used, anxiety, and English

by GIST and those who were taught by

achievement, and all of them influence

conventional reading technique. The

their success in language learning. They

students with negative beliefs who were

explain that the students with positive

taught

beliefs about language learning tend to

technique

have

higher mean score than those who were

stronger

favorable

motivation,

attitude

motivational

and

intensity,

hold
higher

use

more

strategies, are less anxious, and have


better language achievement.

beliefs could decrease motivation, lead


frustration and anxiety, may lead to a
reliance on less effective strategies and
resulting a negative attitude toward
The

concerned

to

third
the

hypothesis

negative

beliefs

students. The analysis showed that Qob

of significance with df1 = 2 dan df2 =


10 was 3.88 It was found that Qcv was
higher than Qob, therefore, H0 there
was

no

students

significant
reading

difference

in

comprehension

between the students with negative


beliefs who were taught by GIST and
those who were taught by conventional
reading technique, was accepted. It
meant that there was no significant
difference

in

students

reading

reading

71.10)

showed

taught by GIST ( X A1B 2 = 67.90). In


other words, it could be said that there
was

no

significant

difference

reading

in

comprehension

between the students with negative


beliefs in GIST and conventional
groups, although it was found that the
students

who

were

taught

by

conventional reading technique showed


better

achievement

in

reading

comprehension than the students taught


by GIST.

= 1.241, and this score was then


compared to Qcv that was at 0,05 level

conventional

( X A2B 2 =

students

On the other hand, the negative

learning.

by

This

result

supported

the

previous statements. The students with


negative beliefs about language learning
did not have similar characteristics as
students with positive beliefs, such as;
they did not have strong motivation,
positive

attitude

toward

language

learning, did not have high motivational


intensity, did not use more strategies,
have anxiety, and did not have better
language

achievement.

Whatever

strategy used in teaching, the negative


beliefs

students

would

not

show

comprehension between the students

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1684

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

significant

difference

in

ISSN 1858 4543

language

learning.

Besides, GIST let the students to


be more independent when they arrived

The result of the second and

in the last steps when they should

third hypothesis analysis led to the forth

choose

hypothesis

interaction

summarize it, and prepare for the

happened between GIST and beliefs

presentation. It required them to use an

about language learning. From the

appropriate learning strategy, be aware

analysis, FAB = 11.258 while Fcv (1;36;0,05)

of the motivation, anxiety, and attitude.

= 4.11. Here, FAB > Fcv so Ho was

These

rejected. It meant that there was a

differentiated this study from previous

significant interaction between kind of

studies, in which the previous studies

strategy and beliefs about language

did not include the steps proposed by

learning in improving the students

Rhoder.

reading comprehension.

study supported the results of other

about

The

the

significant

interaction

one

article

from

website,

independent steps of GIST

studies

However, the result of this

that

without

beliefs

about

considering

among reading comprehension, GIST,

students

and beliefs about language learning

learning,

meant that the students would have

between Schemata and Text (GIST) was

good comprehension on a reading texts

an effective strategy to get better

if they were taught by GIST and they

achievement in reading comprehension

Generating

language
Interaction

hold positive beliefs about language

Based on data analysis, this

learning. It was because GIST could

study had found that kind of strategy

help them synthesize the most important

used had

signifficant influence to

information from the text and eliminate

students

reading

the unimportant ones, and try to

Overall, without considering moderator

summarize the points of each paragraph

variable,

or stopping point by their own word.

learning, the reading comprehension of

GIST also provided them chance to use

the students who were taught by GIST

higher order thinking skill and to be

was higher than those who were taught

critical in discussing the summary with

by conventional reading technique. For

other group to choose or propose the

the students who hold positive beliefs

best summary.

about language learning, GIST group

beliefs

comprehension.

about

language

showed higher mean score of reading

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1685

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

comprehension than the conventional

4. There was significant interaction

reading technique. On the other hand,

between kind of strategy and beliefs

for those who hold negative beliefs

about

about language learning, there was no

improving the students reading

significant

comprehension. Students beliefs

difference

between

the

language

students who were taught by GIST and

about

taught

contribution

by

conventional

reading

technique.

IV.

the

had

kind

of

Based on the finding of the

Based on the previous data and


result of the analysis, the conclusions of

1. Students who were taught by GIST


showed

analysis and the implication, it is


suggested to the lecturers of Reading 1
course English Education Department

this study are as follows.

better

reading

comprehension than those who were


by conventional

reading

Undiksha Singaraja to minimize the


usage of conventional reading technique
in teaching reading 1, and they are
suggested to use GIST since it involves
activity that can increase students

technique.
2. In terms of students beliefs about
language learning, it was found that
for the students who hold positive
beliefs,

to

learning

in

strategies.

CONCLUSION

taught

language

learning

GIST

contribution

gave
to

better
reading

comprehension than conventional


reading technique.
3. For the students who hold negative
beliefs about language learning,
there was no significant difference
in reading comprehension at 0.05
significance level between those
who were taught by GIST and by
conventional reading technique.

critical thinking through summarizing


and sharing activity, and activate the
schemata which can facilitate the use of
students prior knowledge in various
ways,

like

information

relating
to

already

incoming
known

information, allowing them to predict


the continuation of both spoken and
written discourse, and as a basis for
comparison and a foundation in the
students brain which helps to predict
what is to be expected and looked for in
certain situation. In addition, GIST had
been proven in this study that it is an

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1686

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

effective

technique

in

reading

comprehension.
Besides, the lecturers of Reading
1 course are also suggested to be aware
of beliefs about language learning
students bring to the classroom, because

ISSN 1858 4543

Altan,

M. 2006. Beliefs About


Language Learning Of Foreign
Language-Major
University
Students. Australian Journal Of
Teacher Education. Vol 31, No
2,
2006.
Available
at
Http://Ajte.Education.Ecu.Edu.
Au/Issues/PDF/312/ Altan.Pdf.
Accessed on 8 January 2010.

they may have different beliefs based on


their background, environment, and
expectation. The awareness the lecturers
have may lead them to have more
effective instructional planning and
implementation.
For the institution, the result of
this study is hoped to give contribution
and support the postgraduate program
as a reference. Lastly, the result of this
study is also expected to be used as a
reference by the other researchers in
conducting the study related to the
teaching

reading

using

different

technique, different moderator variable,


and different students with different
characteristic to obtain different insight
on how to improve students reading
comprehension.
REFERENCES
Agathopoulou, L. 2007. University
Students
Beliefs
About
Language Learning and the
Effect
of
a
Language
Acquisition Course. Available
at
Http://my.enl.auth.gr/gala/
ppts/Agathopoulou.ppt.
Accessed on 15 January 2010.

Bernat, E. 2006. Assessing EAP


learners' beliefs about language
learning in the Australian
context. Asian EFL Journal.
Vol8 issue2 article9. Available
at
www.asian-efljournal.com/June_06_eb.php.
Accessed on 20 October 2009.
Bernat, E. & Gvozdenko, I. 2005.
Beliefs
about
Language
Learning: Current Knowledge,
Pedagogical Implications, and
New Research Directions.
TESL-EJ.9(1). Available at
www.teslej.org/wordpress/volume9/ej33/e
j33a1/
Accessed
on
30
November 2009
Cecil, N. L., & Gipe, J. P. 2003.
Literacy in the intermediate
grades: Best practices for a
comprehensive
program.
Scottsdale,
AZ:
Holcomb
Hathaway.
Aavailable
at
http://education.uncc.edu/kdwoo
d/GIST.pdf. Accessed on 28
November 2009
Cunningham.
2001. Description,
Rationale, Instructional Moves,
and References for Generating
Interactions between Schemata
and Text (GIST)

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1687

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Fraenkel and Wallen. 1993. How to


Design and Evaluate Research in
Education. Singapore: Lane Akers
Inc
Gay, L. R. 1987. Educational Research:
Competencies for Analysis and
Application.
3 rd
edition.
Ohio:Merril Publishing Company
Gillet, J. and Temple, C. 1994.
Understanding Reading Problem:
Assessment
and
Instruction.
America: Harper Colling College
Publisher.
Herrell, A., Jordan, M. 2004. Fifty
Strategies for Teaching English
Language Learners. New Jersey:
Parson Education, inc.
Hong-yun, W & Ping, H. 2007. Major
Factors Influencing Reading
comprehension: A factor Analysis
Approach Vol 4:9. Sino-US
English teaching Available at
www.linguist.org.cn/doc/su20070
9/su20070902.pdf. Accessed on
20 November 2009

ISSN 1858 4543

Lenz, K. 2005. An Introduction to


reading
comprehension
.Available at http://www.special
connections.ku
.edu/cgibin/cgiwrap/specconn/main.php?
cat=
instruction&section=rc/main.
Accessed on 29 November 2009
Lin, Lu-Fang. 2008. The Study of
English Learners Synthesizing
Process While Reading. Asian
EFL Journal 10(1). Available at
http://www.asian-efljournal.com/March_08_lfl.php.
Accessed on 30 November 2009
Martin, D. 1991. How to Improve
Reading
Comprehension
Available
at
http://www.marin.cc.ca.us/%7Edo
n/Study/7read.html. Accessed on
20 November 2009
Mikulecky, B. and Jeffries, L. 1996.
More reading Power. America:
Longman.

Jing, C. 2003. Grasp reading Skills to


Improve
Reading
Ability.
Available
at
www.celea.org.cn/pastversion/lw/
pdf/caojing.pdf. Accessed on 20
November 2009

Perkin, D. 1993. Teaching for


Understanding. Available at
http://www.exploratorium.edu/IFI
/resources/workshops/teachingfor
understanding.html. Accessed on
20 November 2009

Kohtz,
C.
2006.
Alternative
pedagogies and non-conventional
teaching methods in education:
Unplanned and limited change.
Available
at
http://gradworks.umi.com/32/44/3
244013.html. Accessed on 28
November 2009

Porter,
K.1994.
Pre-Reading
strategies.
Available
at
http://departments.weber.edu
teachall/reading/prereading.html.
Accessed on 20 November 2009
Pressley, M. 2001. Comprehension
instruction: What makes sense
now, what might make sense
soon. Reading Online, 5(2).
http://www.readingonline.org/
articles/art_index.asp?HREF=/arti
cles/handbook/pressley/index.htm
l. Accessed on 20 November 2009

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1688

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Purcell, V. 1997. Theres Reading and


Then Theres Reading: Process
Models
and
Instruction.
Available
at
http://www.ncsall.net/fileadmin/re
sources/ teach/read_diff_role.pdf.
Accessed on 28 November 2009
Rhoder, C. 2002. Mindful reading:
Strategy training that facilitates
transfer. Journal of Adolescent &
Adult Literacy, 45, 498512.
Available
at
www.readwritethink.com/lesson.
Accessed on 30 November 2009
Somantri, A. 2006. Aplikasi Statistik
dalam

Penelitian.

Bandung:

Pustaka Setia
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan:
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Wiersma, W. 1986. Research Methods
in Education: An Introduction. 4th
edition. Massachusetts: Allyn and
Bocon, Inc

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1689

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RESOLUSI KONFLIK


TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn
DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA

Dunia, I Nyoman
ABSTRAK
Tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan
prestasi belajar PKn siswa sebagai hasil perlakuan antara penerapan model
pembelajaran resolusi konflik (MRK) dan model pembelajaran konvensional. Penelitian
ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan desain posttest only control
group design. Populasi berjumlah 2 kelas (80 orang) kelas XII/IPS 1,2 SMA Negeri 1
Nusa Penida sekaligus sebagai sampel.
Data penelitian ini dikumpulkan dengan kuesioner dan tes, yang dianalisis
dengan statistik uji anava 1 jalur dan anakova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
terdapat perbedaan prestasi belajar PKn yang signifikan antara siswa yang mengikuti
model pembelajaran resolusi konflik (MRK) dan siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional (Fhitung = 68,154; =0,05), (2) setelah dikendalikan oleh
pola asuh orang tua, terdapat perbedaan prestasi belajar PKn yang signifikan antara
siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik (MRK) dan siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional (F* = 12,683; =0,05), (3) terdapat
kontribusi pola asuh orang tua yang signifikan terhadap prestasi belajar PKn para siswa
SMA negeri 1 Nusa Penida, baik pada siswa yang mengikuti model pembelajaran
resolusi konflik (MRK) maupun pada siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional, masing-masing sebesar 98,40% dan 98,18%. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa (1) prestasi belajar PKn siswa yang mengikuti model pembelajaran
resolusi konflik lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional; (2) setelah dikendalikan oleh pola asuh orang tua, ternyata prestasi
belajar PKn siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik lebih tinggi
daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional; (3) kontribusi pola
asuh orang tua pada para siswa yang mengikuti model pembelajaran resolusi konflik
lebih tinggi daripada para siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional di
SMA Negeri 1 Nusa Penida.
Implikasi temuan penelitian ini adalah (1) sebagai tenaga pendidik, guru
seharusnya mengetahui prestasi belajar siswanya; (2) model pembelajaran resolusi
konflik (MRK) dalam implemntasinya sangat memerlukan tekad, inovasi dan kesabaran
guru dalam merancang pembelajaran; (3) sekolah perlu berbenah untuk lebih
memberikan perhatian pada peningkatan kuantitas maupun kualitas sarana belajar.
Kata kunci: model pembelajaran resolusi konflik, model pembelajaran konvensional,
prestasi belajar PKn, pola asuh orang tua

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1690

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

THE EFFECT OF CONFLIK RESOLUTION LEARNING MODEL ON


CITIZENSHIP EDUCATION LEARNING ACHIEVEMENT VIEWED
FROM PARENTAL CARE

ABSTRACT
The aims of this research is to know and describe the difference in students
citizenship education learning achievements between students given conflict resolution
learning model (MRK) and conventional learning model. This research is categorized
into experimental study by using one way Anakova. Two social studies classes (80
students) of grade XII SMAN 1 Nusa Penida were used as the sample.
The data were collected by using questionnaire and test, and analyzed by using
one path anava and anakova statistic. The research shows (1) there are significant
differences in citizenship education learning achievements between students given
conflict resolution learning model (MRK) and conventional learning model (F hitung=
68.154; <0.05), (2) there are significant differences in citizenship education learning
achievements after they are controlled by parental care between students given conflict
resolution learning model (MRK) and conventional learning model (F* = 12.683; <
(0.05), (3) there are significant parental care contribution towards citizenship education
learning achievements of the students of SMAN 1 Nusa Penida, both to students given
conflict resolution learning Model (MRK) and conventional learning model,each
98.40% and 98.18%. From the invention, it can be concluded that: 1) citizenship
education learning achievements of the students given conflict resolution learning
(MRK) is higher than students given conventional learning model. 2) After being
controlled by parental care, it is parent that citizenship education learning achievements
of the students given conflict resolution learning (MRK) is higher then students given
conventional learning mode. 3) The contribution of parental care for students joining
conflict resolution learning model (MRK) is higher than students joining conventional
learning model in SMAN 1 Nusa Penida.
The implication of the inventions of the research are (1) for the teacher, he/she
has to know his/her students achievements, (2) the implementation of conflict resolution
learning model (MRK) seriously needs strong willing, innovation, and patience in
designing the learning model, (3) The institution has to give more attentions in
increasing the quantity and the quality of learning instruments.
Key Words: conflict resolution learning model, conventional cearning model,
citizenship education learning achievements, parental care.

I.

PENDAHULUAN
Kurikulum 2006 (KTSP) yang

Republik Indonesia Nomor 19 tahun


2005

tentang

standar

nasional

tetap mengacu pada Undang-Undang

pendidikan

Republik Indonesia Nomor 20 tahun

kurikulum tingkat satuan pendidikan

2003

(KTSP) jenjang pendidikan dasar dan

tentang

nasional dan

sistem

pendidikan

Peraturan Pemerintah

menengah

mengamanatkan

disusun

oleh

bahwa

satuan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1691

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

pendidikan dengan mengacu kepada

yakni

standar isi (SI) dan standar kompetensi

melaksanakan hak dan kewajibannya

lulusan (SKL) serta berpedoman pada

dalam kehidupan bernegara, dilandasi

panduan yang disusun oleh Badan

oleh

Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

hukum, dan kesadaran moral.

Pengembangan

kurikulum

warganegara

kesadaran

yang

politik,

sanggup

kesadaran

tingkat

Selanjutnya, dalam menunjang

satuan pendidikan yang mengacu pada

tercapainya tujuan, PKn harus didukung

standar

pendidikan

oleh iklim pembelajaran yang kondusif.

menjamin

Menurut (Hasan, 1996), keberhasilan

nasional

dimaksudkan

untuk

pencapaian tujuan pendidikan nasional.


Dalam

kerangka

kurikulum

terdapat

pendidikan

dijabarkan

agama

dan

empat

ahlak

dan

kegairahan

belajar

siswa

dasar

dipengaruhi oleh iklim pembelajaran

pilar

yang dikembangkan oleh guru. Di

menjadi

(1)

samping

iklim

mulia;

(2)

dikembangkan

pembelajaran

yang

ternyata kualitas dan

kewarganegaraan; (3) iptek; (4) estetika;

keberhasilan

(5) jasmani olahraga kesehatan. Khusus

dipengaruhi

kewarganegaraan

ketepatan guru dalam memilih dan

menekankan

pada

pembelajaran
oleh

peningkatan kesadaran dan wawasan

menggunakan

siswa

(Inten, 2004: 3).

akan

status,

hak

dan

sangat

kemampuan

model

dan

pembelajaran

kewajibannya dalam kehidupannya. Hal

Bila

ini menunjukkan betapa penting dan

konseptual

strategisnya

pembelajaran PKn di SMA saat ini,

pendidikan

kewarganegaraan.

dianalisis

secara

kajian

kondisi

dan

tampak bahwa di lapangan banyak guru

Mata pelajaran PKn memiliki

yang belum memiliki kemampuan dan

visi, misi, tujuan, dan struktur keilmuan

keterampilan

mata pelajaran berikut ini. Visi mata

memilih dan menggunakan berbagai

pelajaran PKn adalah terwujudnya suatu

teknik

mata pelajaran yang berfungsi sebagai

mengembangkan iklim pembelajaran

sarana pembinaan watak bangsa (nation

yang

and

belajar.

character

building)

dan

yang memadai dalam

pembelajaran

kondusif

yang

mampu

bagi siswa untuk

Kenyataan tersebut sejalan

pemberdayaan warganegara; sedangkan

dengan pernyataan (Sumantri, 1999)

misi

adalah

bahwa banyak siswa masih kesulitan

membentuk warganegara yang baik,

mengikuti pelajaran dikarenakan teknik

mata

pelajaran

PKn

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1692

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

pembelajaran

yang

dipilih

dan

ISSN 1858 4543

belajar pada siswa. Pada akhirnya,

digunakan oleh guru dirasakan kurang

kondisi

tepat.

belajar

berpengaruh terhadap perolehan dan

mengajar akan berlangsung secara kaku,

prestasi belajar siswa , khususnya pada

dan kurang mendukung pengembangan

upaya pengembangan dan aktualitas

pengetahuan,

nilai diri peserta didik. Selanjutnya,

Akibatnya,

proses

sikap,

moral

dan

keterampilan siswa ( Hasan, 1997).

seperti

di

atas

sangat

Lasmawan (1999) menyatakan bahwa

Seorang guru harus memiliki

pembelajaran PPKn (PKn sekarang)

kemampuan dan keterampilan dasar

belum mampu menumbuhkan iklim

dalam

memilih teknik dan model

yang menantang siswa untuk belajar

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

dan tidak mendukung produktivitas

kurikulum dan potensi siswa (Meyer,

serta pengembangan berpikir peserta

1998).

didik

Adapun

yang

mendasari

untuk

menginternalisasi

pernyataan ini adalah adanya asumsi

mengamalkan

nilai-nilai

bahwa ketepatan guru dalam memilih

dalam kehidupan bermasyarakat.

dan

Pancasila

tehnik dan model pembelajaran akan

Berdasarkan kajian empiris dan

berpengaruh terhadap keberhasilan dan

telaah teoretik tentang pembelajaran

prestasi belajar siswa (Sckunche, 1988).

PKn,

Dalam praktik pembelajaran PKn di

SMA/SMK di atas, masalah yang

lingkungan sekolah dewasa ini masih

muncul dapat diidentifikasi sebagai

ditekankan pada aspek pengetahuan dan

berikut: (1) rendahnya kualitas proses

masih sedikit yang mengacu pada

pembelajaran

pelibatan siswa dalam proses belajar itu

variasi

sendiri

pembelajaran yang dianut oleh guru

(Savage,

1996).

Kenyataan

khususnya

karena

mengajar

pada

jenjang

kurangnyanya
guru,

asumsi

seperti di atas diperparah lagi dengan

salah,

temuan penelitian Suwarna (1992),

selama pembelajaran berlangsung, guru

bahwa

melayani siwa secara individual belum

pembelajaran

PKn

yang

tidak adanya dialog kreatif

dilakukan oleh guru-guru pada jenjang

optimal,

sekolah menengah tidak merangsang

pembelajaran yang diterapkan bersifat

siswa untuk terlibat secara aktif dalam

tradisional;

proses

sehingga

yang rendah sebagai akibat kurangnya

pembelajaran yang dilakukan oleh guru

kesempatan belajar dan membelajarkan

belum mampu menumbuhkan budaya

diri dari peserta didik, sumber belajar

belajar

mengajar,

kecendrungan

model

dan (2) kualitas produk

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1693

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

yang terbatas konsentrasi pada guru dan

secara proses maupun produknya, dan

buku teks, serta pola evaluasi yang

bermakna bagi peserta didik, seperti

mendewakan tes sebagai instrumennya.

cara merancang program pembelajaran

Salah

satu

alternatif

yang

yang berorientasi pada siswa, cara

dipandang mampu untuk mengatasi

mengelola kelas sehingga PBM menjadi

kondisi

aktif-kreatif, cara memberikan layanan

rendahnya

kualitas

proses

maupun produk pembelajaran PKn yang

belajar,

berimbas pada realisasi pencapain visi,

evaluasi

misi, dan tujuan pembelajaran PKn

sehingga

adalah

iklim

produktivitas proses ataupun hasilnya.

pembelajaran yang dianggap mampu

Pada model resolusi konflik, belajar dan

mengembangkan potensi diri siswa

membelajarkan merupakan dua sisi

secara

melatih

saling melengkapi satu sama lainnya.

keterampilan berpikir dan sosialnya

Model pembelajaran resolusi konflik

selama berlangsungnya pembelajaran.

sebagai

Salah satu model pembelajaran yang

dikembangkan oleh kalangan pemerhati

dianggap mampu mengakomodasi hal

civic education di kawasan Amerika

itu adalah model resolusi konflik.

dan Eropa Barat, menawarkan suatu

Berangkat dari kajian empirik dan

rancangan instructional planning yang

konseptual

sarat dengan chance dan promise

melalui

optimal

fasilitasi

serta

tentang

bisa

permasalahan

dan bagaimana

agar

difokuskan

maksimal

pembelajaran
mampu

pengujian

PKn

yang

dianggap

menjembatani

ketimpangan tersebut,

model

yang

komprehensif,

mampu

model

pembelajaran PKn di atas, penelitian ini


pada

PBM

siswa

melakukan

meningkatkan

pembelajaran,

dapat
dan

belajar
penuh

yang

dengan
makna

(Willingthon, 1999 dalam Inten, 2004).

berbagai

Adapun proses penerapan model

yakni model

resolusi konflik ini adalah melalui

resolusi konflik.

pengajuan

masalah

dalam

bentuk

Alasan penting mengapa model

simulasi dan kesempatan untuk belajar

pembelajaran resolusi konflik dipilih

sambil bermain, siswa akan memiliki

untuk diuji karena model ini dapat

kesempatan belajar yang luas dan

memberikan

jalan

mendalam di bawah arahan dan fasilitas

untuk

guru. Guru tidak lagi menjadi otoritas

keluar/solusi

sejumlah
kepada

guru

mengoptimalkan pembelajaran sehingga

tunggal

menjadi

banyak berfungsi sebagai mediator dan

menarik,

berkualitas

baik

pembelajaran

tetapi

lebih

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1694

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

fasilitator pembelajaran bagi siswa. Pola

satunya adalah

pembelajaran

akan

siswa. Pentingnya pola asuh orang tua

menjadikan PBM berlangsung aktif-

dikaji sekaligus dijadikan salah satu

kreatif, sehingga pada akhirnya prestasi

faktor

belajar siswa menjadi lebih baik.

pembelajaran

seperti

ini

Ada keunggulan lain yang perlu

pola asuh orang tua

pengendali

merupakan

dalam

karena
tempat

proses
keluarga

berlangsungnya

diutarakan dari model pembelajaran

pendidikan informal. Keluarga adalah

resolusi konflik dalam pembelajaran

tempat pertama dan utama bagi anak

PKn, yaitu dengan pola peers tutoring,

untuk

siswa

materi

pembentukan karakter dasar, sosialisasi

pelajaran secara maksimal, dan dapat

nilai dan norma. Di samping itu,

secara

dan

keluarga juga mempunyai beberapa

mengembangkan skill social dan etika

fungsi, di antaranya fungsi biologis,

moral

selama

fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi

melalui

pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi

dapat

mempelajari

otomatis

melatih

kemasyarakatan

pembelajaran

berlangsung

tumbuh

dan

permainan yang disepakati bersama.

protektif, fungsi estetik

Penerapan

dan fungsi religius.

pembelajaran

model
PKn,

ini,
adalah

dalam
sebagai

berkembang,

dan rekreasi,

Dasar pertimbangan pola asuh

solusi untuk mengatasi masalah yang

orang tua

selama ini dihadapi dalam PBM. Hal ini

pengendali

dikarenakan guru tidak menjadi central

dikarenakan

of focus, tetapi hanya berfungsi sebagai

berkaitan dengan penanaman nilai-nilai

fasilitator dan mediator, siswa menjadi

dan norma-norma yang berlaku dalam

sentral pembelajaran dalam arti siswa

masyarakat

tidak lagi menjadi objek tetapi siswa

Lewat peran orang tua sebagai media

menjadi subjek pembelajaran, sehingga

sosialisasi diharapkan ana-anak mereka

penerapan model resolusi konflik dalam

tumbuh dan berkembang sesuai dengan

pembelajaran

nilai-nilai

PKn

membuat

siswa

termotivasi untuk belajar.


Penerapan

model

dipilih menjadi variabel


dalam
pola

asuh

kepada

dan

penelitian
orang

ini
tua

anak-anaknya.

norma-norma

yang

berlaku di dalam masyarakat sehingga


resolusi

akhirnya

mampu

konflik pada pembelajaran PKn tidak

menginternalisasikannya. Hal ini sesuai

bisa dilepaskan dengan dimensi atau

dengan

aspek

mengembangkan pengetahuan,

pembelajaran

lainnya,

salah

tujuan

PKn,

yaitu
nilai-

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1695

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

nilai Pancasila yang berguna bagi diri

siswa kelas XII/IPS di SMA Negeri 1

peserta didik dalam kehidupan sehari-

Nusa Penida.

hari, dan sebagai bekal untuk melakoni


kehidupan bermasyarakat. Oleh karena
itu, dimensi pola asuh orang tua dapat

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dengan

diduga berpengaruh terhadap prestasi

metode eksperimen. Jumlah sampel 80

belajar PKn. Jadi, dalam penelitian ini,

orang siswa kelas XII/IPS 1 dan 2 yang

pola asuh orang tua siswa dijadikan

diperoleh dengan teknik total sampling

sebagai salah satu variabel yang diuji

menggunakan rancangan eksperimen

signifikansinya terhadap prestasi belajar

posttest

siswa

PKn.

Data yang dikumpulkan meliputi pola

dan

asuh orang tua dengan kuesioner yang

konseptual di atas, model pembelajaran

terdiri dari 32 butir soal yang valid dan

resolusi konflik layak untuk dikaji

koefisien reliabilitas 0,64 dan prestasi

secara lebih mendalam dan ilmiah,

belajar PKn dengan tes objektif.

dalam

Berdasarkan

pembelajaran
kajian

empiris

only control group design.

Analisis data tentang perbedaan

khusunya berkait dengan pembelajaran

prestasi belajar PKn antara siswa yang

PKn pada jenjang SMA.


Tujuan penelitian ini adalah (1)

mengikuti model pembelajaran resolusi

untuk mengetahui perbedaan prestasi

konflik dan siswa yang mengikuti

belajar PKn yang signifikan

antara

model

siswa

model

dianalisis dengan anava 1 jalur. Setelah

pembelajaran resolusi konflik dengan

dikendalikan oleh pola asuh orang tua,

siswa

model

prestasi belajar PKn antara siswa yang

pembelajaran konvensional; (2) untuk

mengikuti model pembelajaran resolusi

mengetahui perbedaan prestasi belajar

konflik dan siswa yang mengikuti

PKn yang signifikan setelah diadakan

model pembelajaran konvensional tetap

pengendalian terhadap pola asuh orang

ada perbedaan dengan uji-anakova.

tua antara siswa yang mengikuti model

Selanjutnya,

pembelajaran resolusi konflik dan siswa

besarnya kontribusi pola asuh orang tua

yang mengikuti model pembelajaran

terhadap prestasi belajar para siswa

konvensional;

SMAN 1 Nusa Penida, dipergunakan

yang

yang

mengikuti

mengikuti

(3) untuk mengetahui

besaran kontribusi pola asuh orang tua


terhadap prestasi belajar PKn

pembelajaran

untuk

konvensional

mengetahui

uji-regresi sederhana.

para

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1696

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Deskripsi Data
Tabel 01 Rekapitulasi Nilai-Nilai Statistik Data Pola Asuh Orang Tua dan Prestasi
Belajar PKn untuk Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Variabel
A1X

Statistik

A2X

A1Y

A2Y

Mean

121,35

114,975

34,55

26,975

Median

122

115,5

35

27

Modus

123

117

35

26

Standar Deviasi

6,8296

10,1514

4,909

4,714

Variansi

46,6435

103,050

24,10

22,230

Rentangan

27

41

19

16

Skor Maksimum

135

135

43

35

Skor Minimum

108

94

24

19

Dengan demikian, dapat disimpulkan

3.2 Pengujian Hipotesis


Sebelum uji hipotesis , terlebih

bahwa prestasi belajar PKn kelompok

dahulu dilakukan uji prasyarat analisis.

eksperimen

lebih

tinggi

daripada

Prasyarat yang sudah dipenuhi adalah

prestasi belajar kelompok kontrol. Hal

(1) data yang dianalisis berasal dari data

ini berarti bahwa model pembelajaran

berdistribusi menurut kurve normal; (2)

resolusi konflik berpengaruh terhadap

varians kelompok data variabel terikat

peningkatan prestasi belajar PKn.

atas variabel bebas bersifat homogen;


(3)

hubungan

antar-variabel

bebas

dengan variabel terikat bersifat linier.


Dalam
hipotesis

penelitian

ini,

dilakukan

uji

dengan

menggunakan analisis varian satu jalur


(anava 1 jalur) untuk hipotesis pertama.
Berdasarkan

perhitungan,

diperoleh

nilai F hitung sebesar 68,154 yang lebih


besar

daripada

nilai

kritis

3,980,

sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1697

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Tabel 02 Rangkuman hasil Perhitungan Anava Secara Manual


Sumber
Variasi
JKantar

JK (SS)

db

RJK

1147,6125 a-1=21=1
1313,3875 N-a=802=78
77280,487 N-1=801=79

JKdal
Total

Selanjutnya,

FTabel
= 0,05
3,980

Fhitung

1147,6124 68,154

Keputusan
Signifikan

16,8383

dengan

dikendalikan oleh pola asuh orang tua,

mempergunakan analisis kovarian satu

prestasi

jalur terhadap hipotesis kedua di dapat

eksperimen

F* = 12,683, yang lebih besar daripada

prestasi belajar kelompok kontrol. Hal

nilai kritis 3,980, sehingga Ho ditolak

ini berarti bahwa pola asuh orang tua

dan H1 diterima. Dengan demikian,

berpengaruh terhadap

dapat

prestasi belajar PKn.

disimpulkan

bahwa

setelah

belajar

PKn

lebih

kelompok

tinggi

daripada

peningkatan

Tabel 03 Rangkuman hasil Perhitungan Anakova Satu Jalur


Sumber
Variasi
Antar A
Dalam
(error) res
Total (res)

JK (SS)

db

297,603
5838,07

1
77

107,79

78

RJK

Fhitung

297,603
23,465

12,683

FTabel
= 0,05
3,980

Taraf Sig.
Signifikan

Untuk mengetahui besarnya kontribusi

dijelaskan variabel lain yang tidak

pola asuh orang tua terhadap prestasi

diteliti;

sedangkan

belajar

adalah

sebesar

PKn,

dipergunakan

analisis

pada

(A2XY2)

98,18%,

residunya

regresi sederhana. Hasil uji analisis

sebesar 1,82% dijelaskan variabel lain

regresi

yang tidak diteliti.

menunjukkan

bahwa

sumbangan atau kontribusi pola asuh


orang tua terhadap prestasi belajar PKn
pada (A1XY1) adalah sebesar 98,40%,
sedangkan

residunya

sebesar

1,6%

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1698

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

adanya perbedaan prestasi belajar siswa,

3.3 Pembahasan Hasil Penelitian


Ketiga hipotesis yang diajukan

yaitu pada A1XY1 rata-rata prestasi

dalam penelitian ini dapat diterima,

belajarnya mencapai 34,55, sedangkan

setelah dilakukan analisis dengan anava

pada

dan anakova. Pengujian ketiga hipotesis

hanya mencapai 26,975, berarti ada

yang diajukan pada penelitian ini telah

perbedaan prestasi belajar sebesar 23%.

menghasilkan rincian hasil uji hipotesis

A2XY2

rata-rata

prestasinya

Selanjutnya,

dengan

dengan pembahasan bahwa prestasi

pengendalian pola asuh orang tua

belajar PKn siswa yang mengikuti

ternyata perbandingan Fantar : Fres = (

model pembelajaran resolusi konflik

297,603 : 107,79). Ini berarti ada

lebih tinggi daripada prestasi belajar

perbedaan antara koefisien F sebelum

PKn siswa yang mengikuti model

dan sesudahnya. Hal ini disebabkan

pembelajaran konvensional.

oleh pengaruh variabel pola asuh orang

Dari hasil uji hipotesis, didapat


prestasi

belajar

PKn

siswa

yang

mengikuti model pembelajaran resolusi

tua. Banyaknya pengaruh tersebut dapat


dilihat

melalui

determinasi
2

besarnya

(rxy1)

koefisien

yaitu

sebesar

konflik lebih tinggi daripada prestasi

(0,9909)

belajar PKn siswa yang mengikuti

pola

model

menyumbangkan prestasi belajar PKn

pembelajaran

konvensional

= 98,40%. Jadi, intensitas

asuh

orang

98,40%

pada

tua

siswa

mampu

setelah kovariabel pola asuh orang tua

sebesar

yang

dikendalikan. Kovariabel pola asuh

mengikuti model pembelajaran resolusi

orang tua mempunyai peranan untuk

konflik dan sebesar 98,18% pada siswa

meningkatkan prestasi belajar siswa.

yang mengikuti model pembelajaran

Mengingat data pola asuh dan data

konvensional.

prestasi belajar diperoleh dengan uji

Secara

bersama-sama,

terpakai, dalam penelitian ini hanya bisa

kovariabel intensitas pola asuh orang

dikemukakan F hitung pada proses

tua pada siswa yang mengikuti model

pembelajaran

dikendalikan

pembelajaran resolusi konflik dan siswa

dengan pola asuh orang tua dengan

yang mengikuti model pembelajaran

menggunakan analisa varian (anava) 1

konvensional memiliki peranan untuk

jalur dengan hasil Fhitung = 68,154 dan

meningkatkan prestasi belajar PKn. Hal

untuk taraf signifikansi 5% atau (a =

ini dapat dilihat melalui besarnya

0,05) F Tabel = 3,980 menunjukkan

kontribusi masing-masing kovariabel

sebelum

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1699

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

penerapan model pembelajaran resolusi

telah ditetapkan sebelumnya. Dalam

konflik ataupun pada penerapan model

penelitian

pembelajaran konvensional.

resolusi konflik dipilih karena model ini

Perbedaan hasil penelitian ini

ini

dikontakkan

model

dengan

pembelajaran

prosedur

atau

dipengaruhi oleh model pembelajaran

tahapan-tahapan sebagai berikut: (1)

yang

Model

inisiasi, (2) eksplorasi, (3) eksplanasi,

pembelajaran yang diterapkan guru

(4) negosiasi, (5) resolusi konflik, yang

dalam

dilakukan

diterapkan

guru.

menyampaikan

materi

oleh

guru

dalam

berpengaruh besar terhadap prestasi

pembelajaran PKn. Montgomery (2000)

yang dicapai siswa. Dengan demikian,

menemukan

guru hendaknya mampu memilih model

konflik

sebagai

salah

pembelajaran

rumpun

model

belajar

yang

sesuai

dengan

bahwa

model

resolusi

satu

model

pengolahan

karakteristik materi yang dibelajarkan,

informasi

sehingga

dikedepankan oleh Joice dan Weil

tujuan

pembelajaran

atau

sebagaimana

kompetensi yang sudah ditetapkan bisa

(1986).

tercapai. Dalam penelitian ini ternyata

memberikan ruang batas belajar dan

model pembelajaran resolusi konflik

keleluasaan kepada siswa untuk mencari

lebih baik dalam peningkatan prestasi

dan

belajar

kepentingan

PKn

daripada

model

Model

yang

mengolah

resolusi

konflik

informasi

untuk

belajarnya.

Melalui

pembelajaran konvensional yang biasa

keleluasaan dan ketersediaan informasi

digunakan di SMA Negeri 1 Nusa

yang memadai, siswa dapat belajar

Penida.

dengan penuh makna, yakni secara


Berdasarkan hasil penelitian ini,

guru perlu menyadari bahwa tidak


semua

pokok

dibelajarkan
pembelajaran
kaitannya

bahasan
dengan

yang
dengan

sama

disadari

bahwa

beberapa

kondisi

tersebut

akan

meningkatkan perolehan belajarnya.

cocok

Adapun proses penerapan model

model

resolusi konflik ini melalui pengajuan

dalam

masalah dalam bentuk simulasi dan

meningkatkan

prestasi belajar PKn siswa.

otomatis

Perlu

kesempatan
bermain,

untuk
siswa

belajar
akan

sambil
memiliki

model

kesempatan belajar yang luas dan

pembelajaran dapat digunakan oleh

mendalam di bawah arahan dan fasilitas

guru dalam proses pembelajaran untuk

guru. Guru tidak lagi menjadi otoritas

mencapai tujuan pembelajaran yang

tunggal

pembelajaran,

tetapi

lebih

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1700

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

banyak berfungsi sebagai mediator dan

Dari hasil penelitian yang telah

fasilitator pembelajaran bagi siswa. Pola

dipaparkan di atas sangatlah logis

pembelajaran

akan

bahwa model pembelajaran resolusi

menjadikan PBM berlangsung aktif-

konflik memberikan hasil lebih baik

kreatif, sehingga pada akhirnya hasil

dari

belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk

konvensional, sehingga telah terbukti

kasus Indonesia, Inten dan Kertih

secara impiris dalam penelitian ini,

(2003)

model

bahwa prestasi belajar PKn siswa yang

resolusi konflik sangat efektif dalam

mengikuti model pembelajaran resolusi

meningkatkan performansi dan sikap

konflik lebih baik daripada siswa yang

demokratis siswa selama pembelajaran

mengikuti

mata pelajaran IPS di kelas IV.

konvensional.

seperti

menemukan

bahwa

Selanjutnya,
menyatakan

ini

bahwa

Inten

(2004)

model

resolusi

preformansi

perolehan

belajar

model

model

pembelajaran

pembelajaran

IV. PENUTUP

konflik memiliki nilai plus dalam


meningkatkan

pada

Simpulan yang dapat ditarik dari

dan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Di

1) Prestasi belajar PKn siswa yang

samping itu ditegaskan bahwa satu hal

mengikuti model pembelajaran resolusi

yang

konflik

hasil

harus

siswa.

diperhatikan

dalam

lebih

tinggi

dibandingkan

menggunakan model ini adalah guru

dengan siswa yang mengikuti model

harus siap dan mampu memerankan

pembelajaran konvensional. 2) Setelah

dirinya sebagai fasilitator dan mediator

dikendalikan oleh pola asuh orang tua,

pembelajaran yang aktif dan kreatif,

ternyata prestasi belajar PKn siswa yang

bukan sebaliknya memosisikan diri

mengikuti model pembelajaran resolusi

sebagai

konflik lebih

otoritas

tunggal

selama

tinggi

dibandingkan

berlangsungnya pembelajaran. Hal ini

dengan siswa yang mengikuti model

sejalan dengan yang dikemukakan oleh

pembelajaran

Lasmawan

model

Kontribusi pola asuh orang tua terhadap

resolusi konflik dalam aplikasinya harus

prestasi belajar PKn pada para siswa

memperhatikan pengetahuan awal yang

yang mengikuti model pembelajaran

dimiliki oleh siswa terhadap materi ajar

resolusi

yang akan mengikuti pembelajaran

dibandingkan dengan para siswa yang

(2003),

bahwa

konvensional.

konflik

lebih

3)

tinggi

dengan model tersebut.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1701

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

mengikuti

model

pembelajaran

konvensional.
Mengacu pada simpulan di atas,
dapat

disarankan:

(1)

model

pembelajaran resolusi konflik perlu

ISSN 1858 4543

DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2007. Pengaruh Metode
Pembelajaran Preskriptif terhadap
hasil belajar statistika mahasiswa
STKIP Hamzanwadi Selong.
Tesis
(tidak
diterbitkan).
Undhiksa Singaraja.

diperkenalkan kepada guru bidang studi


sebagai

model

alternatife

melalui

kegiatan-kegiatan seminar, pelatihanpelatihan ataupun dalam pertemuan


MGMP; (2) kepada teman-teman guru
PKn

khususnya

mencoba

disarankan

menggunakan

untuk

model pembelajaran ini telah terbukti


menjadikan prestasi belajar PKn siswa
tinggi

mengikuti

Dantes, Nyoman. 1986. Analisis


Varian. Singaraja: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Udayana.

model

pembelajaran resolusi konflik, karena

lebih

Candiasa. 2007. Statistik Multivariat


disertai Petunjuk Analisis dengan
SPSS.
Singaraja:
Undiksha
Singaraja.

daripada

siswa

yang

model

pembelajaran

konvensiona; (3) bagi para peminat


perlu diadakan penelitian sejenis dengan

Dantes, Nyoman. 2007. Beberapa Cara


Validasi
Butir/Perangkat
tes/Instrumen Materi Ajar (Tidak
diterbitkan). Undiksaha Singaraja.
Depdiknas. 2005.
Silabus Mata
Pelajaran
SMA
Pendidikan
Kewarganegaraan.
Jakarta:
Ditjen
Manajemen
Dikdasmen.Direktorat Pembinaan
SMA.BSNP.

melibatkan sampel yang lebih banyak,


tingkat

kelas

yang

lebih beragam

sehingga diharapkan hasil penelitiannya


lebih akurat dan dapat dipergunakan
untuk mengambil suatu kebijakan.

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan


Terintegrasi. Jakarta: Dirjen
pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat PLP.
Fraenkel, Jack R. and Norman E.
Wallen. 1993. How to Design and
Evaluate Reserch in Education.
Second Edition. New York:
McGraw-Hill;Inc.
Gregory, Robert J. 2000. Psychological
Testing: History; Principles; and
applications. Boston: Allyn and
Bacon.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1702

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Hasan, Hamid. 1995. Inovasi dalam


Kurikulum Pendidikan Dasar dan
Menengah. Bandung: PPS IKIP
Bandung
Hasan, SH. 2003. Membedah Peranan
Pendidikan Nasional di Era
Global. Bandung: Rosdakarya.
Hamalik. 1995. Psikologi Belajar dan
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Aglessindo.
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan
Pengajaran
Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi
Angkasa.
Inten, I Gede. 2004. Pengaruh Resolusi
Konflik dan Pengetahuan Awal
Siswa terhadap Prestasi Belajar
PPKn Pada Siswa Kelas II di
SMU Laboratorium IKIP Negeri
Singaraja. Tesis. Program Pasca
Sarjana. IKIP Singaraja.
Joyce, Bruce and Marsha Weil. 1986.
Models of Teaching. (Third
Edition). Englewood Cliffs. New
York: Prentice-Hall, Inc.
Koyan. 2007. Statistik
Terapan.
(Buku Ajar). Undiksha Singaraja.
Kusuma, Darya. 2004. Kreativitas
Dikalangan Siswa SMA Negeri
Se-Bali (Studi Korelasi Pola Asuh
Orang Tua, Iklim Sekolah,
Interaksi Sosial, dan Klasifikasi
Daerah
Wisata
Terhadap
Kreativitas Siswa). Tesis (tidak
diterbitkan). Undiksha Singaraja.
Lasmawan, W. 2003. Pengembangan
Model Jurisprudensi Social dalam
Pembelajaran PPKn di SMU
Negeri 1 Bangli. Laporan
penelitian (Tidak Diterbitkan.
Lemlit IKIP Negeri Singaraja.

ISSN 1858 4543

Maba, Wayan.
2002. Evaluasi
Pembelajaran. Makalah yang
Disajikan dalam Penataran PBM
Dosen Kopertis Wilayah VIII,
Tanggal 27-30 Oktober 2002.
Montgomery, R. 2000. Revolution of
Learning: How We Enhance
Students
Achievement.
Journal of Scientific Education.
Vol. 19 (February 2000): 45-51.
http:/ / kagan. Olam.asu.edu/epaa
Nurmini,
2009.
Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif terhadap
prestasi belajar ekonomi ditinjau
dari sikap siswa pada pelajaran
ekonomi.
Tesis
(tidak
diterbitkan). Undiksha Sinagaraja.
Pudjiadi, A. 2002. Konstruktivisme
dan Pendekatan S-T-M: Sebuah
Alternatif Pembelajaran dalam
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi.
(Makalah).
Disampaikan pada Lokakarya
Pembelajaran MIPA Berbasis
Kompetensi di Bandung tanggal
24 Juli 2002. Bandung: Fakultas
Matematika dan IPA Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sukanta, I Ketut. 2007. Analisis
Determinasi Locus of Control,
Pola Asuh Orang Tua dan Nilai
Sosio
Kultural
Terhadap
Kreativitas Siswa SMA Negeri di
Kabupaten Gianyar. Tesis (tidak
diterbitkan). Undiksha Singaraja.
Sudjana. 1992. Metode
Bandung: Tarsito.

Statistika.

Sudjana N & Rivai A. 2001. Teklnologi


pembelajaran. Cetakan ke-3.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1703

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Umar Tirtaraharja dan La Sula. 2000.


Pengantar Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Utami Munandar. 1999. Pengembangan
Kreativitas
Anak
Berbakat.
Jakarta: Rineka Cipta

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1704

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

DEVELOPING ENGLISH WRITING MATERIALS


FOR THE SEVENTH YEAR STUDENTS OF SMP NEGERI 2 SINGARAJA,
BALI IN THE ACADEMIC YEAR 2009/2010:
A DESCRIPTIVE QUALITATIVE RESEARCH AND DEVELOPMENT

Eka Dambayana Suputra, Putu


ABSTRACT
This research was aimed at developing materials for teaching Writing skill for
the seventh grade students of SMP Negeri 2 Singaraja. This research was conducted in a
response to the fact and previous empirical studies which found that the available
coursebooks neither meet the school-based curriculum nor the criteria of good materials.
This is a descriptive qualitative research. The research followed the R&D model
proposed by Dick&Carey. The procedure of this research comprises analyzing the
students needs and instructionals practices, collecting resources for the development,
evaluating existing materials based on SBC and criteria of good materials, developing
materials based on SBC-based syllabus and criteria of good materials proposed by
Tomlinson, experts judgment, field testing, revising, and developing the final product.
The data were collected through rubrics response by the teacher, interview conducted to
the teacher and students, and observation. To assure the validity and reliability of the
data, the investigator employed triangulation method.
In general, the result of this research shows that the developed materials are
compatible to both the school-based curriculum and the criteria of good materials
proposed by Tomlinson. The materials are presented in two manuals, teachers and
students manual.
Key Words: Materials, material development, criteria of good materials, school-based
syllabus, and Dick and Carey model of R&D.

PENGEMBANGAN MATERI MENULIS DALAM BAHASA INGGRIS UNTUK


SISWA-SISWI KELAS VII SMP NEGERI 2 SINGARAJA, BALI PADA TAHUN
AJARAN 2009/2010: SEBUAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DESKRIPTF KUALITATIF

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi pembelajaran untuk
keterampilan menulis dalam Bahasa Inggris bagi siswa kelas VII di SMP Negri 2
Singaraja. Penelitian ini merupakan tindak lanjut terhadap temuan penelitian- penelitian
sebelumnya menemukan fakta bahwa buku-buku teks yang digunakan oleh siswa-siswi
belum relevan dengan KTSP dan beberapa kriteria yang dipersyaratkan.
Studi ini berjenis deskriptif kualitatif. Prosedur pengembangan materi
pembelajaran menggunakan model yang direkomendasikan oleh Dick& Carey yang
meliputi analisis tujuan dan kebutuhan akan pembelajaran, mengevaluasi materi
pembelajaran yang digunakan siswa, mengumpulkan sumber-sumber pengembangan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1705

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

materi, mengembangkan materi, merencanakan dan mengadakan uji lapangan,


mengevaluasi materi yang telah diuji, merevisi produk berdasarkan hasil evaluasi uji
lapangan, dan mengkonfirmas hasil revisi serta memproduksi hasil jadi.
Data diperoleh dengan menggunakan rubrik penilaian, interview, dan observasi.
Untuk menjamin validitas hasil penelitian, triangulasi data, metode, dan investigator
dilakukan di dalam penelitian ini.
Data menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang dikembangkan memenuhi
komponen-komponen silabus berdasarkan KTSP dan kriteria materi yang bagus. Materi
pembelajaran diproduksi dalam bentuk manual untuk guru dan siswa.
Kata Kunci: Materi, pengembangan materi, kriteria materi yang bagus, silabus
berdasarkan KTSP, dan model pengembangan materi Dick dan Carey.
the process of teaching and learning.

I. INTRODUCTION
The

government

Indonesian

regulation

Republic

on

of

The

more

effective

the

materials

National

delivered in the teaching learning

Education System number 20 year 2003

process, the better the quality of the

emphasizes that the system of national

education will be. By having effective

education has to guarantee equality in

materials

education

experience,

opportunity,

improvement,

and

quality

relevance

and

during
the

their
students

learning
will

be

beneficially facilitated to practice on the

efficiency of educational management

four

to equip the citizens to overcome

materials encourage them to use the

challenges

language

locally,

internationally

nationally,

or

language

skills

through

because

the

material-related

(Undang-Undang

activities. Moreover, their real practices

Republik Indonesia No. 20, 2003). In

will aid and prepare them well for real

addition, an educational reform which is

use of language for communication,

well-organized, focus, and sustainable

communicative com- petence.

is needed in terms of educational

Ideally,

material and

material-

system, curricula, learning materials,

related practices or exercises should

teaching learning strategies, as well as

match the requirements of standard

teaching learning approach.

competency as well as basic com-

Regarding the need for educational

petency reflected

in each of the

reform, a good quality of education,

indicators stated in the school syllabus.

especially

is

This should be fulfilled since the

basically determined by adequate and

syllabus as the representation of school-

appropriate materials delivered within

based curriculum is as a blue print of

English

education,

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1706

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

what have to be conducted in the

Unfortunately, teaching learning

teaching learning process regarding

materials, especially writing materials

particular levels of education, particular

for the seventh year students of junior

settings, and particular student needs

high school in Buleleng district, which

and characteristics. Thus, the selection

are practical, compatible, useful, and

of teaching learning materials as well as

which meet the school curriculum

their related exercises is supposed to be

(School-based

conducted carefully.

effective teaching and learning has not

The

steps

of

for

selection

been adequately available yet (Sawitri,

comprises: need analysis, collection of

2009). Though there are so many

appropriate sources of materials, need-

sources

based evaluation, material design, try

materials from various media, most of

out, and reflection. All of them have to

the

refer to the standard of competencies,

teaching

basic

exercises, however, are still mainly

competencies,

the

Curricul-um)

and

indicators

presented in the school syllabus.

of

teaching

materials,

and

instructions,

learning

learning

list

activities,

of
and

textbook-oriented and promote lack of

As previously mentioned, the need

real practice. Some of the materials do

for effective teaching materials for real

not promote authentic tasks, so that the

use of the language, especially English,

students have little chance to practice

is highly required. The effectiveness of

writing naturally and appropriately.

the materials can be identified by

Most of them offer writing practices

considering

practicality,

written on an exercise book or pieces of

compatibility, and usefulness. Thus, all

paper with full guidance and assistance

materials should be properly designed

from the teachers. This could actually

in order to be highly functional, easy to

be done by asking the students to write

be applied, matched with standard of

on a postcard, design an invitation card

competen-cies, basic competencies, and

by using used materials, send and

indicat-ors stated in the school syllabus

receive short message via short message

and curriculum, and beneficial for the

service, and the like. By doing these,

students

addition,

the students, in this case, would

materials should promote students to

recognize the real use correspondence

learn and practice the real use of the

as well as use the target language in

target language.

context. It could be said that related

their

future

life.

In

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1707

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

teaching learning activities within the

assignment, given to the students should

existing

really

be revised. The reason is that they tend

encourage students to practice and do

to be cognitive-based by only asking the

not reflect the real use of the written

students to rearrange the existing words

language (e.g. students are supposed to

into sentences or sentences into a short

write all of the written assignments in

paragraph; filling in the blank texts with

their workbook rather than on a

available

postcard, invitation card, notes, etc).

providing or issuing very limited open-

textbooks

do

not

words

or

phrases;

and

Similarly, instructions given are

ended questions (e.g. where, how,

often ambiguous, so that the students do

which, etc). As a consequence, the

not exactly know what and how they

students critical thinking and creativity

should fulfill the requirements of the

would not be encouraged. Thus, more

instructions. Thus they find difficulties

challenging materials are needed to be

in understanding the instructions which

developed for effective writing practice

results their failure in doing the

of a real target language use. A research

assignments as follows.

on developing materials for teaching

Study these sentences.

English Writing for the seventh year

Writing statements and questions

students of junior high school at SMP

that begin with when.

Negeri 2 Singaraja, then, needs to be

1. Yesterday I studied English in


my room.

conducted. This research was only


conducted until the proposed materials

2. We heard music in our room last


night

were field tested once, evaluated,


revised, and produced. In other words,

It could be seen that there is no

this research and development was

clear requirement of fulfilling the need

conducted until a prototype of materials

for the bold-typed instruction consider-

with a limited field test was produced.

ing that there is another statement


following that instruction which seems

II. RESEARCH METHOD

to be another or additional instruction.

This study is a research and

This tends to make the students

development (R&D)1. The findings of

confused about what to do. Moreover,

research are used to design new

the

contents of

assignments,

the

exercises

especially

or

writing

Gall, Meredith D, Joyce P. Gall and Walter R. Borg. 2003.


Educational Research. U.S.A: Pearson Education Inc.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1708

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

systematically field-tested, evaluated,

The followings are the procedures

and refined products and procedures

of this research derived from Dick&

until they meet specified criteria of

Careys model of R&D (Dick& Carey,

effectiveness,

1985; 2001 in Gall et al., 2003).

quality

or

similar

standard (Gall et al., 2003; Gay et al.,

1.

Identifying the requirements of the

2009). The aim of this research is to


develop

field

test2-based

output and the outcome of the

writing

teaching

learning

process

materials for the seventh year students

considering

of SMP Negeri 2 Singaraja, Bali. The

Standard, Basic Competencies, and

present study is a descriptive qualitative

Indicators of Writing skill stated in

research because

the syllabus of the school based on

the data obtained

the

by

Competency

from the research instru-ments are

the

described systematically and clearly in

(known as

words based on specified criteria of the

Kurikulum

Tingkat

school-based syllabus and criteria of

Pendidikan

or

good materials proposed by Tomlinson

curriculum).

(1998). This study was conducted at

2.

implemented

KTSP3

stands

for

Satuan

School-based

Identifying the criteria of good

SMP Negeri 2 Singaraja, Buleleng-Bali.


The objects of this research were

curriculum

book proposed by Tomlinson.


3.

Identifying the problems and some

teaching learning materials recently

weaknesses

used in writing course.

textbooks and worksheet as a

The parti-

cipants of the present study were thirty

starting

two students, 17 males and 15 females,

materials.

of the seventh year and a female

4.

of

point

recently-used

for

develop-ing

Designing

English teacher of SMP Negeri 2

developing

new

Singaraja, Bali in the academic year

considering and combining the

2009/2010. Based on

elements

a random

blue-print

gathered

materials

from

for
by

the

sampling conducted to seven classes of

syllabus, theory of good materials

the seventh grade students of SMP

proposed by Tomlin-son, problems

Negeri 2 Singaraja, this research was

stated above, and empirical studies.

conducted in VII.B.
2

Dick, Walter and Lou Carey. 1985. The Systematic Design


of Instruction: Second Edition. England: Scott, Foresman
and Company.

BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.


Jakarta

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1709

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

5.

Planning

and

designing

ISSN 1858 4543

the

materials.
6.

The

The design of this research could be


seen in the following figure.

materials

were

physically

designed into two kinds which were


a manual for teacher and a manual
for students.
7.

Planning and designing the research


instruments.
Figure 2.1 Proposed R&D Model

8.

Experts judgment.

9.

Sampling the class as the setting of

The above design is, in fact, the

the field test.

modification of Dick and Careys R&D

10. Training the teacher on how to use


the

manual

containing

model as below.

newly-

developed materials.
11. Field testing and observing the
class.
12. Distributing rubrics to the teacher,
interviewing teacher and students.
13. Analysing the result of the field test
and revising the materials based on

Figure 2.2 Dick and Careys R&D

the result of the rubric response,

Model
The

interview, and observation.

data

were

obtained

by

consulting the

reviewing findings of some related

result of the analysis with the

empirical studies which analyzed the

teacher,

compatibility of the existing materials

14. Confirming and

students

and

two

supervisors.

toward

school-based

curriculum

in

15. Producing and publishing the end

general and school-based syllabus in

product of the newly-developed

particular as well as their compatibility

materials.

toward

certain

criteria

of

good

materials. The results of the analyses


were then used as bases to develop the
proposed materials. In addition, an
observation to the recent textbook and

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1710

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

students worksheet used by the seventh

proposed materials in the real classroom

grade

setting.

students

and

an

informal

interview to the teacher were also

classroom

observation

was

conducted in order to find out some

conducted during the implementation of

more potential problems.

the materials and

the result was

The data were collected by using

recorded on field notes for the same

two kinds of rubrics especially designed

purpose. This was needed in order to

based on school-based syllabus and

obtain

based on the criteria of good materials.

regarding the implementation of the

These rubrics were responded by the

proposed materials in the classroom

teachers after the field test and needed

sessions. This was also used to obtain

in order to assess the compatibility,

additional observable data which might

validity and reliability of the newly

not have been obtained by the other two

developed writing materials. Likert

previously

scales with four categories comprising

rubrics and interview guides.

more

comprehensible

mentioned

data

instruments,

Strongly Agree, Agree, Disagree, and

All data from the observation,

Strongly Disagree were applied for this

informal interview, and review of

purpose. These two rubrics were used

related emphirical studies regarding the

and responded by the teacher who had

development

implemented

material-related

the

materials

in

the

classroom.

and

Interview guides for teachers and


students were also used in the interview
after

the

implementation

of

the

of

teaching

topics,

materials,

exercises,

activities,

techniques

were

qualitatively described.
The data obtained from the rubrics
and interview guides were descriptive

proposed materials to identify the

qualitatively

compatibility,

percentage of frequencyby using the

practicality

and

the

usefulness of the developed materials

analyzed

by

using

formula as follow.

for both teachers and students. An


informal interview to the English

Percentage =

100%

teacher was also conducted before and


after each session of the field test in
order to identify any potential problems
regarding the implement-ation of the

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1711

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

In line with the validity of this


research, data,
investigator

methodological, and
triangulations

were

conducted.

provided as alternative which helped the


teacher whenever he or she needed
additional topics to be delivered to the
students. The topics were also carefully
developed to meet the requirements and
the indicators, basic competencies, and

III. FINDING AND DISCUSSION


Some or most topics presented in
certain

coursebook

and

students

competency standard stated in the


syllabus for each semester.

worksheet, based on the emperical

Based on the syllabus, the texts

study and experts analysis, still do not

genres to be developed were only two

meet the school-based syllabus of

namely descriptive and procedure texts.

related schools in terms of the order of

The

syllabus-related

topics

the related topics or the systematical

developed in this study are Writing a

order and the content of the materials

Letter and Writing a Short Message for

regarding the competency standard,

the

basic compet-encies, and indicators

introduction; Healthy and Unhealthy

stated in the syllabus. For example, the

Food and New Year Celebration for a

topics of the first semester based on the

short description, a short procedure, and

syllabus were designed to be presented

listing things; My Birthday Party and

in

Sport Competition for greeting card and

the

second

semester

in

the

coursebook or vice versa

topics

of

instruction

and

announcement; The Most Interesting

The problem, in this case, has to do

Place for descriptive text; and How To

with the arrangement of the topics

for procedure text writing. The first four

presented for each of the semesters.

topics are the topics for the first

This happened because the coursebook

semester. The rest are supposed to be

authors and publishers did not carefully

delivered in the second semester.

recognize the content of the currently


implemented syllabus.

Beside not appropriate arrangement of the materials, limited sources of

To overcome this problem, several

materials was also the problem faced by

topics proposed based on the school-

both the students and the teacher. It was

based syllabus implemented to the

found out that, recently, the same book

seventh grade students of SMP Negeri 2

or worksheet was used several years by

Singaraja, Bali. These topics were

different freshmen. This means that for

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1712

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

years, the students from generation to

discussion,

quizes,

generations have learned the same

students had limited opportunities to

materials refering the same book or

practice

students worksheet they have used.

learning process was still teacher-

The students got less various materials.

centered.

writing

and

and

test.

the

The

teaching

This was getting worse when the book

Regarding the above phenomena,

or worksheet had been filled in partly or

habit formation, by which the students

fully with answers or responses written

learn both in and outside of the

by previous users of the book or

classroom, was promoted in develop-

worksheet.

ing the proposed activities in this

The materials developed are letter


writing,

messaging,

things,

be encouraged to learn more from their

invitation,

environment and not merely textbook-

describing and comparing things, and

limited material oriented. In other

expressing procedures.

words, an attempt to make the students

designing

cards

listing

research. The reason is that they should

and

The availability of these proposed

practice and practice all the time and to

materials were to overcome the limited

make every practice meaningful for

sources of teaching learning materials

them is the grand idea of developing the

and exercises. So that, the developed

activities. Thus, they feel learning as a

syllabus-related

materials,

need and make it as a habit to get

activities, exercises, and implemented

meaningful result, be competent in

teaching learning techniques could be

writing.

topics,

used as renewal alternative teaching

Meaningful activities like a simple

learning sources of materials. Thus,

survey or observation, a small project, a

teaching learning process could be

short

enriched and refreshed.

techniques of getting information were

interview,

and

the

other

In line with the activities, the

designed in this study to be assigned to

teacher admitted that most of the

the students before they started writing.

previous teaching learning activities

By doing one or some of these, the

were done in the classroom with a very

students would supposedly be able to

limited time. In addition, the activities

get involved in a real lives of their own

were still mainly in the form of tutoring,

since they deal with closely-related

asking

activities to their lives and gathered

and

answering

questions,

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1713

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

with everyone in their surroundings, to

process could be minimized or even

improve their interpersonal skill in

eliminated. The activities related to the

communication, and to minimize their

exercises were designed to be three

boredom due to dynamic settings and

different

activities of learning experience.

average, and difficult. Easy type was

Furthermore,

comprising

easy,

teaching

suppose to be given to low achieving

learning process was also admitted to

students. Average one was designed to

give a limited opportunity for active

be delivered to the middle achieving

enrolment of the students in their

students. And, the difficult one was

learning (e.g. teachers dominance and

dedicated to those considered as high

textbook oriented).

achieving students.

The

activities

most

types

offered

in

the

In terms of personel of doing the

manuals are brainstorming, practice,

activities, the students were asked to

sharing, concluding or summarising,

work in group, in pairs, and then

and homework. All the activities were

individually from begining until the end

designed to promote active involvement

of each meeting session of the proposed

of the students. By developing the

materials. This was conducted in order

activities to be student-centered, it is

to give the same opportunity to both

hoped that the students would have

dependent and independent students to

more opportunities to practice writing,

fulfil the task and do the practice. They

socialize, share ideas, express ideas, and

were also supposed to share and

ask related questions if there is any both

exchange ideas, knowledge, experience,

inside and outside of the classroom

and expertise during the process of

settings.

writing by working in pairs or in

The activities and exercises were,

groups. This is also a good chance for

in addition, developed to be gradable, in

the students to get closely to know each

terms of level of difficulties and

other and to socialize.

personel.

This

was

purposefully

In the proposed materials, adequate

proposed to suit the students readiness

examples or models for students were

and differences (i.e. characteristics,

provided before doing exercises/ task.

learning styles, levels of achievement)

Some instructions in doing exercises

so that students anxiety and feeling

were brief and clear, so that the students

unsecured during the teaching learning

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1714

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

exactly know what and how to fulfill

not find any difficulty in learning and

the requirements of the instructions.

practicing.

Moreover, one way of enriching

The materials were also dedicated

students stock of vocabulary and

to offer and promote various exercises

training their sensitivity to develop and

and activities (i.e. done in group; in

construct

or

pairs; and individually, done inside and

paragraphs is by having them write.

outside of the classroom by doing

They should be encouraged to practice

observation; interview; sharing, etc.), so

writing various genres (i.e. descrip-tive,

that the students would learn more to

procedure) with various topics (e.g.

use the target language in relation to

describing

things,

developed topics. Consequently, they

animals, writing the procedure of

would continuously be exposed to the

sending texts via handphone, procedure

use of the target language, in this case

of

mostly written language.

using

cooking

ideas

into

places,

sentences

persons,

electronical
various

appliances,
etc.)

Various exercises and activities

continuously and intensively which

could also hopefully make the students

encourages them to use various types of

not get bored to the monotonous ones

vocabularies for a habit formation. As a

they had had in their recent coursebook

result, it is hoped that they will be well

or worksheet. The gradable types of the

prepared with this stock of vocabulary,

proposed materials and exercises related

more

in

to the topics could also accomodate

ideas

students different learning styles and

whenever they communicate in English

intelegences (i.e. those who are field

in written form or even orally.

dependent could work in group or in

sensitive

developing

culinary,

and

and

capable

constructing

The proposed topics, materials,

pairs, meanwhile the field dependent

activities and exercises, based on the

students have been facilitated through

criteria proposed by Tomlinson (1998),

individual task). At the same time, the

were also developed to be challenging

proposed topics through the materials

and

were

and exercises led students autonomy by

designed to be closely related to the

encouraging them to do the exercises

students

individually,

interesting.

life

The

(e.g.

topics

short

message

during

the

teaching

exchange, birthday and new year party,

learning process or at home, after they

favorite food, etc.) so that they would

had worked in groups and in pairs.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1715

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Concrete and colorful pictures or


photographs

for

arranged to encourage the students to

material-related

apply process approach. The focus of

exercises were also added to both

the semantic mapping or mind mapping

manuals by which students could easily

was to make the students relate some

connect their association, imagination,

relevant ideas and vocabulary. This was

thought, and learning focus to topics,

done in order to make their sentences or

activities, exercises, and materials.

paragraphs coherent to a certain topic or

Several icons and titles of the

the main idea they were writing about.

activities for related exercises were also

Finding,

designed. These were created in order to

vocabulary building which were mostly

give particular hints or clues to both the

recommended in the brain-storming and

teacher and students toward kinds of

sharing

activities and exercises they were

several attempts for the purpose of

dealing with.

semantic mapping. In these kinds of

The procedure of using the manuals

developing

activities

ideas,

were

and

considered

exercises and activities, the students

was additionally designed in order to

practiced

to

connect

related

give a brief and clear guidance for the

vocabularies, ideas and meanings of

teacher and students on the way how to

them with the central ideas or topics of

use the manuals.

their writing work.


on

POWERS, which stands for Pre-

observation and informal interview, was

writing, Organising, Writing, Editing,

dedicated for tutoring and students had

Revising, and Sharing, is another

really limited action in practicing their

strategy implemented in conducting the

writing competences, teacher-centered,

proposed topics, materials, activities,

by which the students enrolment in

and exercises.

Most

teaching,

based

active learning was ignored. They could

Some features of CLT approach

also have been encouraged to work in

which could also been found in these

groups, in pairs, and individually in

proposed manuals are meaning and

order to accomodate their differences in

contextualization

learning styles, level of achievements,

attempts by learners to communicate

as well as level of readiness.

with the language are encouraged from

The

materials,

activities,

are

emphasized,

and

the beginning of instruction, materials

exercises proposed in this research were

organization is determined by the

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1716

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

content, function, and meaning that will

which the students worked in pairs,

maintain students interest, possible use

small

of the native language is acceptable

Modeling which was mostly presented

where feasible and translation maybe

in the forms of written examples and

used when students find it valuable or

some of oral by teacher or prospective

necessary; especially for those of low

students; Reflection which was done at

achieving, activities and strategies for

the end of the meeting by both the

learning

to

teacher and students by summarizing or

the

concluding entitled What Have You

school-based

Learned; and Authentic Assessment by

communicative

which the focus of the assessment was

are

learners

varied

needs

requirements

of

according
regarding

the

syllabus,

and

competence

compris-ing

sociolinguistic;

linguistic;

and

and

large

group

activities;

on both process and product.

discourse

In terms of learning, the proposed

competences, with an emphasis on

materials

fluency and acceptable language use, is

theory which believes that all behaviors

the goal of instruction. Context-based

are acquired as a result of conditioning.

accuracy is prominent.

accomodated

behaviorists

Both types of conditioning were

The strategies implemented in these

implemented

in

these

proposed

proposed materials were adapted mostly

materials. Classical Conditioning was

from those of CLT which focused on

implemented by providing students with

Constructivism by making students

three different sets of activities and

doing and practicing something, having

exercises which could be chosen based

them

on their level of understanding and

doing

paragraphs,

exercises,

composing
sharing

achievement. They should not be afraid

ideas, etc; Inquiry by which the students

of being unable to deal with the

were asked to observe, interview,

materials, to get involved in learning

collect data, analyze and present or

activities, and to fulfil the requirements

display the results in the form of reports

of the exercises. By proposing this

or pictures; Questioning which was

within the learning materials, their

mostly presented in the pre and post

feelings and emotions were conditioned

activities of the proposed materials in

for

the

form

demonstrating,

of

brainstorming

and

summarising; Learning Community by

easier,

comfortable,

more practical,
and

more

useful,

meaningful

learning. They would supposedly not

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1717

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

feel anxious and fear due to the level of

consistency,

difficulty they ough to face.

attraction, and font types and size.

Operant conditioning or instru-

format,

organization,

The result of the rubrics was in line

mental conditioning was also promoted

with the result of the

by suggesting the teacher to give

conducted toward both the teacher and

rewards (i.e. score bonus, candies, or

the students. The data obtained from the

praise) to those who did best or very

teacher

well

performance

positively

during

and

students

interview,

through

the

and

participated

interview had led to the conclusion that

the

classroom

the proposed materials were proven to

sessions.

be

Based on the findings on validity

compatible

in

content

and

superficially.

by using rubrics, interview guides, and

The result of the observation,

observation represented above, there

moreover, proves similar data. The

was no need to revise the materials in

result of the observation conveys that

terms of the content, based on the result

there is no fundamental problem of

of

implementation of the materials in the

evaluation

regarding

the

compatibility of the materials with the


school-based

syllabus,

classroom sessions.

and

Data triangulation proves that the

compatibility, practical-ity, usefullness

pro-posed materials meet both the

and physical lay out, regarding the

school-based syllabus and the criteria of

result of the evaluation on the basis of

good materials proposed by Tomlinson.

the criteria of good materials proposed

The three methods including rubric,

by Tomlinson.

interview, and observation lead to the

As previously explained, the result

same

conclusion.

Furthermore,

the

of the rubrics showed that the teacher

validity and reliability of the developed

agreed that the content of the materials

products to be used as alternative

comprising topics, activities, exercises,

materials could be guaranteed because

and teaching learning approach and

the four experts, the teacher, the

strategies,

students, and the researcher approved

met

the

school-based

syllabus. In addition, she also admitted

the

that the materials superficially met the

usefulness of the products.

criteria of good materials in terms of

compatibility,

practicality,

and

Final revision was conducted as a


result of the input gathered from the

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1718

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

experts, teacher, and students. The final

REFERENCES

product was, then, confirmed to all

BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan. Jakarta

sources of data stated above to obtain


final approval.
Finally, topics, activities, exercises,
materials as well as implementation of
the teaching learning techniques were
developed in the form of teaching
learning manuals.

IV. CONCLUSION
The products of this research
offered special features and advantages.
The

products

promoted

students

learning (inside and outside of the


classroom), encouraged the real use of
the

target

students

language,

diversities

accomodate

(e.g.

learning

Dick, Walter and Lou Carey. 1985. The


Systematic Design of Instruction:
Second Edition. England: Scott,
Foresman and Company.
Gall, Meredith D, Joyce P. Gall and
Walter
R.
Borg.
2003.
Educational Research. U.S.A:
Pearson Education Inc.
Gay, L.R., Geoffrey E. Mills, and Peter
Airasian.
2009.
Educational
Research:
Competencies
for
Analysis and Applications. New
Jersey: Pearson Education Inc.
Sawitri, Retno Ananda. 2009. The
Analysis of Coursebook Smart
Steps Used by the First Year
Students of Junior High School in
Buleleng District in the Academic
Year 2008/2009. Unpublished
Thesis. UNDIKSHA Singaraja.

styles, level of achievement), and


combined

learning

and

art

(e.g.

designing cards, drawing and writing).


The products were also process and
product-oriented,
compatible

student-centered,

with the

syllabus

and

criteria of good materials, meaningful,

Tomlinson, Brian. 1998. Materials


Development
in
Language
Teaching. U. K: Cambridge
University Press
Undang-Undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
2003. Jakarta: Depdiknas

contextual or real life (e.g. authentic


tasks),
materials,

challenging
lovely,

with

various

inspiring,

and

attractive with colour and stimulating


images and photographs.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1719

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

THE EFFECT OF TASK-BASED LEARNING TECHNIQUE AND LEARNING


STYLES ON THE SPEAKING ACHIEVEMENT OF SEMESTER II
ENGLISH DIII STUDENTS OF GANESHA UNIVERSITY OF EDUCATION

Era Marsakawati, Ni Putu


ABSTRACT
This article is intended to describe the result of a study aimed at investigating the
effect of task-based learning technique and learning styles on the speaking achievement
of semester II English DIII students of Ganesha University of Education. This
experimental research applied the posttest only control group design by using 2 x 2
factorial design. Instruments which were used in this study were speaking test,
analytical scoring rubric, learning style instrument, field note, and interview guide.
Speaking test, analytical scoring rubric, and learning style instrument were used to gain
quantitative data, while field note and interview guide were used to obtain qualitative
data. The obtained data were analyzed by administering quantitative and qualitative data
analysis. The result of the study showed that task-based learning technique and learning
styles did affect the speaking achievement of semester II English DIII students of
Universitas Pendidikan Ganesha. Task- based learning technique could affect students
speaking achievement because it provided sufficient opportunities for students to use
the language. It provided more exposure on the target language and increased students
interest, motivation, and self confidence. Meanwhile, learning styles could affect
students speaking achievement due to the technique implemented by the teacher, the
skill focused in the study, and students culture.
Key words: learning technique, learning style, and speaking achievement

PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS DAN GAYA


BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA
SEMESTER II JURUSAN BAHASA INGGRIS DIII,
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh teknik pembelajaran berbasis tugas dan gaya belajar terhadap
kemampuan berbicara mahasiswa semester II Jurusan Bahasa Inggris DIII, Universitas
Pendidikan Ganesha. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
posttest only control group design dengan rancangan factorial 2 x 2. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berbicara, rubrik penskoran
analitik, instrumen gaya belajar, catatan lapangan (field note), dan pedoman wawancara
(interview guide). Tes kemampuan berbicara, rubrik penskoran analitik, dan instrumen
gaya belajar digunakan untuk memperoleh data kuantitatif, sementara catatan lapangan
(field note) dan pedoman wawancara (interview guide) digunakan untuk memperoleh
data kualitatif. Data-data yang telah diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pembelajaran berbasis tugas dan gaya

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1720

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

belajar berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa semester II


Jurusan Bahasa Inggris DIII. Teknik pembelajaran berbasis tugas dapat mempengaruhi
kemampuan berbicara mahasiswa karena teknik ini menyediakan kesempatan yang
banyak bagi mahasiswa untuk menggunakan bahasa Inggris mereka. Teknik
pembelajaran berbasis kelas mampu mempengaruhi kemampuan berbicara mahasiswa
karena teknik ini menyediakan kesempatan yang banyak bagi mahasiswa untuk
menggunakan bahasa Inggris mereka, teknik ini banyak menyediakan exposure terhadap
bahasa target, dan teknik ini mampu meningkatkan minat, motivasi dan rasa percaya diri
mahasiswa, sementara gaya belajar mampu mempengaruhi kemampuan berbicara
mahasiswa
yang dikarenakan oleh teknik pembelajaran berbasis tugas yang
diimplementasi oleh peneliti, jenis keterampilan berbahasa yang diteliti, dan budaya
mahasiswa.
Kata kunci: teknik pembelajaran, gaya belajar, dan kemampuan berbicara.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1721

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

I.

ISSN 1858 4543

caused by the intrinsic factors, such as

INTRODUCTION
The aim of language teaching is

their motivation and interest. They were

to enable learners to use the language

not motivated to learn since they were

they have learned in school or college to

strictly thought about the accuracy than

communicate

and

the fluency. They were afraid of

effectively with other users of English

producing sentences to avoid being

in the world outside. However, the fact

humiliated by the teacher and the

showed that many learners are failed to

students if they produced incorrect

achieve the desired goal of learning.

grammar, pronunciation or choice of

They are still unable to use the language

words. They preferred to keep silent to

in real life. It is true that they know the

practicing the target language.

confidently

correct grammar, but cannot confidently

The problem above needs to be

able to take part in a conversation on

solved. In order to help students

everyday topics.

accomplish their learning objective, the

The problem above was caused

teachers need to equip themselves with

by some factors, either from teachers

an effective teaching technique applied

side or students side.

to teach speaking.

From the

The techniques

teachers side, the problem was caused

should help the students to practice their

by the technique applied in teaching

English and to employ it in a real

speaking. They gave more emphasis on

situation. One technique which can be

form than on meaning. They taught

implemented by the teachers is task-

speaking

based learning technique. It offers an

but

the

techniques

implemented to teach speaking did not

alternative

provide

sufficient

teachers in language teaching and

opportunity to practice speaking. The

learning to teach speaking (Willis,

activities

were

some

2007). In a task-based lesson the teacher

exercises

on

structure.

does not pre-determine what language

Eventhough there was a practice, that

will be studied, the lesson is based

was not a real practice. The practice was

around the completion of a central task

still controlled by the teachers and did

and the language studied is determined

not resemble a real life communication.

by what happens as the students

It was so unnatural. Meanwhile, from

complete it.

the

students

more

about

language

technique

for

language

the students side, the problem was

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1722

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Task-based learning technique is


beneficial

to

students

that learners have clear preferences for

speaking achievement (Sinatra, 2009).

how they go about learning new

In

material. The term learning style was

task-based

promote

Lightbown & Spada (1999) state

learning

technique,

teachers have a lot of opportunities to

introduced

develop various activities. Teacher can

preferences in learning and studying.

use fun activities with familiar topics to

This is actually an aspect of personality

students. The familiarity of topic and

that

the enjoyment in conducting the task is

achievement. Among many types of

the

low

learning styles, the study was focused

participation in speaking class. Task-

on examining two types of learning

based learning technique gives a greater

styles in English, they were:

chance to speak and communicate in the

dependent

target language.

learning style. These two styles of

solution

of

students

to

describe

influences

and

students

the

field

students

field

independent

Task-based learning technique

learning were selected because the

consists of some elements. One of those

characteristics of field dependent and

elements is setting. Setting refers to the

field independent learners are closely

classroom

related with the characteristics of task-

arrangement

affecting

interaction entailed in the task, such as

based learning technique.

pair work or group (Oura, 2001).

Understanding the way students

Therefore, in implementing task-based

learn is of crucial importance and is the

learning technique, teacher often asks

key to educational improvement. It is

the students to interact with others to

true that students take in and understand

practice English. In this case, teacher

the materials in different ways. Some

mostly assigns students to work either

enjoys learning individually and feel

in pairs or in groups.

reluctant to collaborate with others.

However, in

implementing group work, teachers

Conversely,

cannot just merely put the students into

together with their peers or groups.

certain group randomly without any

Meehan

consideration.

dependent learners are more socially

Instead,

they should

others

(2005)

prefer

says

learning

that

field

consider some factors; one of them is

oriented

than independent learners.

students diversity in their preference in

They pay more attention to social cues,

learning.

they like to be with others and they seek

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1723

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

learning and experiences that put them

In order to obtain data, two kinds of

in contact with people.

instruments were administered, namely

This intrinsic factor should be

data collector instruments and treatment

taken into consideration in order to help

instruments. Data collector instruments

students to accomplish their learning

covered speaking test, analytical scoring

objective. Matching or mismatching

rubric, learning style instrument, field

students learning styles with teaching

note, and interview guide. Speaking

techniques affects learning significantly.

test, analytical scoring rubric, and

A better understanding of students

learning style instrument were used to

learning styles preferences can help

collect quantitative data, meanwhile

students to increase their motivation and

field note and interview guide were

interest

used

in

learning.

They

feel

to

collect

qualitative

data.

comfortable to learn. As a result, their

Treatment instruments covered teaching

achievement is also increased.

scenario and teaching handout.

The

Based on the explanation above,

obtained data then were analyzed using

the researcher then would like to

two forms of data analysis; they were

investigate

quantitative

the

effect

of

teaching

technique that is task-based learning

data

analysis

and

qualitative data analysis.

technique implemented by the teacher,


and students learning styles on the

III. FINDINGS AND DISCUSSION

speaking achievement of semester II


English DIII students

of Universitas

Pendidikan Ganesha.

The obtained data were firstly


analyzed

quantitatively

using

both

descriptive and inferential statistics. The


Two way - ANOVA at the significance

II. RESEARCH METHODS

level of 5 % was used in this study. The

In order to achieve the research

analysis result showed that task-based

objectives, there were 40 out of 68

learning technique and learning styles

students were taken to be the sample of

did

the study. The sample was selected

achievement. The speaking achievement

through

sampling

of students who were taught by task-

technique. The experimental research of

based learning technique was higher

posttest only control group design with

than the speaking achievement of those

2x2 factorial was applied in this study.

who were taught by conventional

simple

random

affect

students

speaking

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1724

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

technique. This can be proven by the

The

result

of

qualitative

gained mean score, in which the mean

analysis then showed that task-based

score of the speaking achievement of

learning

students who were taught by task-based

students speaking achievement because

learning

first,

technique

was

79.18,

technique

task-based

could

influence

learning technique

meanwhile the mean score of the

could provide sufficient opportunity for

speaking achievement of students who

students to use the language. Task-

were taught by conventional technique

based learning technique offered the

was 74.22. The speaking achievement

student an opportunity to use the

of field dependent students who were

language (Skehan, 2003). The primary

taught by task-based learning technique

focus of classroom activity was the task

was

speaking

and language was the instrument which

independent

the students used to complete it. The

students. This can be proven by

task was an activity in which students

comparing the mean score of both

used language to achieve a specific

groups. The mean score of speaking

outcome (Ellis, 2003). The activity

achievement of field dependent learners

reflected real life and learners focused

was 78.33, and the mean score of

on meaning, they were free to use any

speaking

field

language they want. The students talk

independent learners was 75.07. The

time was more than the teacher talk

finding

time in which students talked a lot in all

higher

achievement

than
of

the

field

achievement

also

of

indicated

the

implementation of task-based learning

stages

technique and learning sytles interacted

implementation. It was clearly seen at

positively. Meaning that there was an

every stage of the implementation of

interaction between

teaching

task-based learning technique, starting

learning

from pre-task, task-cycle, and language

technique

the

(task-based

of

At

task-based

pre-stage,

the

learning

technique and students learning styles

focus.

tecaher

on the students speaking achievement.

introduced and created interest in doing

The result of tukey analysis showed that

a task on the chosen topic. In addition,

task-based learning helped could help

she also activated topic-related words,

both field dependent and independent

phrases, and target sentences that would

learners but gave a stronger impact on

be useful in carrying out the task

field dependent learners.

However, teacher did not present it, she

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1725

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

just did brainstorming. At this stage,

their mother tongue. Here, the teacher

speaking activity was begun. Teacher

monitored the students, she came to

posed some questions which were

each

answered by students. Students also

communicated in the target language

raised some questions related to the task

and they performed the expected task.

that they had to accomplish. Task-cycle

In addition, monitoring was also done to

consists of the task plus planning and

avoid the risk of developing fluency at

report phase in which students present

the

spoken or written reports of the work

implementation of jigsaw would allow

done in the task. At this stage, teacher

the learners to practice the target

applied jigsaw technique. Students were

language and each student had the same

asked to work in groups (one group

opportunity to speak.

group

to

expense

ensure

of

that

accuracy.

they

The

consists of four students). Each group

Having performed jigsaw activity,

was given part of todays subtopic in

the teacher assigned the students to

which each group had different part of

perform a role play in groups/pairs

todays subtopic. They had to learn and

based on the topic. They had to write

discuss that part of subtopic in their

the script and they had to videotape the

group. After discussing the material in

performance. The writing script was

groups, they were assigned to form

done in the classroom, in which they

expert group. Expert groups discuss the

might

material and brainstorm ways in which

meanwhile the process of videotape was

to present their understandings to the

done at home.

consult

with

the

teacher;

other members of their home group;

At language focus stage, some of

the experts return to their home

specific features of the language, which

groups to teach their portion of the

occurred naturally during the task, were

materials and to learn from the other

identified and analyzed. At the analysis

members of their home group. In

stage, the teacher asked the students to

learning and discussing the materials,

submit their work. She then had the

they used the target language to

students work in group of four. Each

communicate. They might use whatever

group had two video of their friends

linguistic resources they possess to

performance. They had to analyze their

achieve the goals of the task, however

friends performance in which the result

they were strongly not allowed to use

of their discussion had to be presented

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1726

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

in front of the class. This activity again

communicative method and task-based

provided opportunity for students to

learning

practice the language. Having all groups

communicative roots in assuming a

presented the result of analysis, the

similar claim. Task-based learning does

teacher then discussed the topic with all

not seem to be based on new learning

students.

This

forms/structures
problems

is

consistent

with

its

included

language

principles. Rather, it offers a novel way

used

students,

of being exposed to and practicing the

they

by

encountered,

and

language,

and

at

the

same

time

mispronunciation. This was at practice

involving and motivating the students.

stage.

This novel way is the task. Practicing


The second reason why task-

based learning technique

and using the language by means of a

could

task is supposed to produce more

influence students speaking technique

effective teaching. It means that task in

because it provided more exposure on

task-based

the

opportunities for both input and output

target

language.

methodologist

and

Most

researchers

in

Second Language Acquisition (SLA)


admit that foreign language learning is
favored

when

it

meets

with the

learning

provides

full

requirements which are believed to be


the key concept in language teaching.
The third reason was because
task-based

learning

could

increase

following conditions: a) learners should

students interest, motivation, and self

be exposed to the language. There is a

confidence.

direct relationship between exposure to

technique

the language and linguistic acquisition.

interest, motivation and self confidence

Exposure counts as a necessary input

in learning. During the task, the learners

phase before the learners are able to

were allowed to use whatever language

generate any output and refer both to

they want, freeing them to focus

the oral and written language, and b)

entirely on the meaning of their

Learners use the language and practice

message. They were not afraid of

with it especially in a communicative

making mistakes on producing incorrect

context. Learners can use the language

grammar, pronunciation or choice of

in real life situation.

words. Their interest and motivation

Those conditions have been


intensively

recidivated

by

the

Task-based
could

increase

learning
students

were increased because students felt


relax while learning. They did not get

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1727

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

tense to produce a correct sentence. The

field independent students, but helped

learning situation was also fun and

field dependent more. The result of

enjoyable. They could interact not only

interview

with their teacher but also with their

dependent

friends in pair or group work. In

learning

addition, the authentic materials used by

speaking achievement. Based on the

the teacher in implementing task-based

interview, it was found that students felt

learning

increased

so motivated to learn. Field dependent

students motivation in learning. The

learners said that they liked learning

materials helped the learners involved

through group work. They could share

in the real language. They felt that they

their knowledge with their friends. They

gained a significant benefit on the

could consult with their peers, and the

materials in which they could use them

most important thing was they could

in real settings. The students self

practice their English within their

confidence especially poor students was

groups. They were so happy and

also increased because they could get

enjoyed the grouping work. They really

involve

learning

spoke naturally. Some students said that

process. They had the same portion to

through group work, they could asses

speak in the classroom as the good

their ability by comparing to their

students.

friends. They did such kind of self

technique

in

also

teaching

Learning

style

and

and
style

revealed
field

that

field

independent

influenced

students

another

reflection on their speaking ability.

variable which was experimented in the

When they found that their friends

current study also gave a positive effect

speaking ability were better than their

on students

achievement.

speaking ability, they were challenged

There are three reasons why learning

to learn a lot to increase their ability.

styles

students

They said that grouping the students in

speaking achievement. Their influence

fulfilling the task were really meant for

was due to first, the teaching technique

them. They said that it was easier for

implemented by the teacher. From the

them to catch and understand the

observation and

it was

material when they worked in group.

proven that the implementation task-

They could discuss and share the

based

could

problems, take and give, practice their

accommodate both field dependent and

English, and increase their motivation.

speaking

could

learning

as

also

influence

interview,

technique

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1728

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Through

group

work,

they

could

ISSN 1858 4543

learners. They liked analyzing activity

interact each other, find his strengths

in which they

are able to find the

and weaknesses, and build interpersonal

details from a context or background

skills.

field fairly easily through analysis.


Field dependent learners liked

Borich (2007) stated that analytical

learning materials which were closely

learners love the grammar. They prefer

related to real life. They said so because

being given the grammar rule and may

they could have benefit from the

well create their own summary of the

materials. They could use or apply the

grammar system in a separate notebook.

materials to real life. It was so

They probably enjoy being in the

meaningful for them. The six selected

classroom or studying by themselves

topics (greeting friends and strangers,

more than socializing with people

asking and giving information,, asking

outside, hence will progress slower in

and giving opinion, agreeing and

the language used for communicative

disagreeing,

purpose.

asking

and

giving

suggestion, and describing someone)

The second reason was due to

were considered as authentic materials

the skill focused in this study. Actually,

for students. Eventhough, each student

field dependent and field independent

had a different preference on those

learners do not differ in learning ability

topics.

but respond differently to the content/


Field dependent learners like

skill presented as well as the learning

visual aids so much. It means that their

environment (Altun & Cakan, 2006).

learning could be accelerated very well

Borich (2007) also stated that

when the teacher provided some visual

independent learner excels in classroom

aids, like video. They said that besides

learning

making the learning became interesting,

attention to details, and mastering of

exciting, and joyful, the use of video

exercises, drills, and other focused

also helped them in understanding the

activities, meanwhile field dependent

materials. They loved to see what they

learners seems to achieve a higher

were learning. They could remember

degree of success in everyday language

the materials with ease.

situations beyond the constraints of the

However,
learners are

field
referred

independent
to

analytical

which

involves

field

analysis,

classroom, tasks requiring interpersonal


communication skills (Borich, 2007).

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1729

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Since the skill focused in this study was

in the environment (Gollnik & Chinn,

speaking,

learners

1994) in (Jian, 2009). So the students in

excel more than field independent

the United States prefer to work

learners.

independently, are task oriented, and

field

dependent

The third reason was due to the


students culture. It is true that culture

prefer rewards based on individual


competition.

influence students learning, particularly

The same case also happened in

their learning style. It had been proved

Indonesia society. All of students who

by Jian (2009) who stated that learning

were selected as the sample of the study

styles of students were influenced by

were Indonesian students. They inherit

their culture. He conducted a contrastive

Indonesian culture which was more

study between China and the United

dependent than independent. They like

States. His study revealed that students

to socialize with others, work with

from China were more dependent

others, and cooperate with others. There

learners than students from the United

are some values that they believe like

States.

gotong royong, bersatu kita teguh

Chinese culture as a highcollectivistic

bercerai kita runtuh and so forth. Those

society is field-dependent. In such

values are educated to them since they

culture any interaction resulting in

were born and they become students

discord means one or all lose face, so

culture which affects their characters

individuals

and their styles in learning. Field

context,

traditional,

have

more

global

perspective their surroundings; they are

dependent

more dependent to the social field. That

accustomed with the teaching technique

is why Chinese students prefer to work

which assigned them to work in group

with others, seek guidance from the

compared to field independent learners.

teacher, and receive rewards based on

That is why they could excel better in

group relations. In contrast, the United

learning compared to field independent

States

learners.

as

low-context,

highly

learners

are

more

industrialized, individualistic society is


predominantly field-independent, the
students in it tend to more analytical
and

more

comfortably

focus

on

impersonal, abstract aspects of stimuli

IV. CONCLUSION, SUGGESTION,


AND IMPLICATION
From the previous explanation, it
can be

concluded

that

task-based

learning technique and learning styles

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1730

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

did

affect

achievement.

ISSN 1858 4543

students

speaking

based learning technique effectively. It

Task-based

learning

is so fruitful for students that they can

technique could influence students


speaking

achievement

provided

sufficient

it

The result of the study also

opportunity for

showed that both field dependent and

students to use the language, provided

field independent learners are better

more exposure on the target language,

facilitated through the implementation

and

of task-based learning technique than

increased

because

obtain the ability to communicate well.

students

motivation,

and

self

Meanwhile,

learning

influence

students

achievement

due

interest,

confidence.
styles

could

through

the

presentation,

implementation
practice,

of

production

speaking

technique. This implies that task-based

teaching

learning technique is suitable to be

technique implemented by the teacher,

implemented for both those styles of

skill focused in the study, and students

learning. It accommodates the students

culture.

diverse in the preference of learning.

to

the

The result of the study strongly

This finding also indicates that the use

implied that teachers should reconsider

of task-based learning technique in

the implementation of presentation,

teaching speaking matches with the

practice, production technique since it is

students

considered

teaching

students learning styles are matched

students in

with appropriate teaching techniques,

less

effective

technique in helping

achieving their learning goals.

The

their

learning

motivation,

styles.

When

performance,

and

result of the study proved that task-

achievement will be increased and be

based learning technique can be one of

enhanced. When mismatches exists

alternatives to teach speaking since it

between learning styles of the learners

can maximize the students chance to

in a class and the teaching technique of

engage in doing things with language

the teacher, the students may become

and to develop their language ability. At

bored and inattentive in class, and get

last, it can improve the students ability

discouraged

in speaking. Even though there are still

course, the students achievement is

some challenges to implementing task-

low.

based

learning

technique,

about the

course.

Of

teachers

In order to overcome this, it is

should train on how to implement task-

strongly recommended for teachers that

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1731

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

in teaching the students, they must be

his or her strengths and weaknesses in

aware of individual learning styles and

terms

learner diversity. To achieve a desired

Therefore, future learning may be

learning

enriched if the learners maintain their

outcome,

teachers

should

of

learning

provide teaching activities which are

strengths

compatible with the ways through

weaknesses. Aside from that, this will

which

learn the

increase their motivation because they

language. It is absolutely true that

may feel more comfortable to learn;

students differ consistently from each

therefore they can achieve the desired

other in their preferences for certain

learning goal effectively.

learners

ways

of

like

to

processing

and

experiences.

improve

on

their

information.

Based on the research findings

Matching or mismatching students

and implications presented previously,

learning

instructional

it is strongly recommended that: first,

techniques affects learning significantly.

teacher should implement the task-

Therefore,

in

teaching

based learning technique in teaching

techniques

and

lesson

speaking since the achievement of

activities, teachers must always take

speaking can be improved by its

into account their students preferred

implementation.

way of learning the language. In this

technique can also accommodate the

case, they can teach in a way that is

two learning styles; they are field

appealing to students.

dependent

learners

independent

learners.

styles

with

selecting
designing

Besides providing implications

In

addition,

and

this

filed

All language

for teachers, the implication of this

teachers are invited to become familiar

study can also be subjected to students.

with the task-based learning technique

The findings of this study are helpful to

which is a very popular and adaptable

students

framework

in

importance
identification.

demonstrating
of

learning
Students

the
style
are

in

language

teaching.

Students in this study were quite


receptive

to

task-based
When

learning

recommended to identify the best

framework.

adopting

this

way(s) through which they can learn the

framework, language teachers should

language more fruitfully. Knowledge of

provide their students with a variety of

his or her learning style is beneficial in

enjoyable tasks. Carrying out a variety

which the learner will now be aware of

of tasks influences students progress

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1732

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

and attitudes towards the lesson. A

about the strengths and weaknesses of

willingness

observed

their own learning style. When they

whenever students are given tasks that

recognize their learning styles, they may

involve them completely. Rather than

maximize the strengths and minimize

being passive listeners, learners prefer

the weaknesses to obtain a good

to

achievement in language learning.

be

to

active

learn

is

receivers.

Therefore,

serious consideration should be given to


task-based

learning

technique

and

Fourth, for other researchers, it


is recommended to conduct a research

language teachers should provide their

on

students with opportunities to make

students speaking ability. Since this

progressive

study

use

of

content

learnt

through a variety of tasks.

some

variables

used

which

task-based

affect

learning

technique and students learning styles,

Second, teachers should always

it is suggested to think about other

be aware with students diversity which

teaching techniques and variables which

includes

in

may affect students speaking ability,

learning. This greatly affects students

such as students motivation, attitude,

success in language learning. Teachers

aptitude and so forth. Research on

should keep in mind that every activity

different kinds of learning styles are

or every technique that they implement

also fruitful to be investigated. These

must suit with students learning style.

can be conducted on different settings,

It is to obtain the intended learning goal

subjects, and materials as well to obtain

successfully. In this case, it is suggested

a more comprehensive study.

students

preferences

that teachers employ instruments to

Fifth, for the institution, it is

identify students learning styles and

suggested to conduct a survey study

provide instructional alternatives to

concerning on students learning styles

address their differences, and they plan

of Universitas Pendidikan Ganesha

lessons to match with students learning

students. The result of the study then is

styles.

used as a data-based particularly on the


Third, students should be aware

learning styles of the students. This is

of their learning styles. They should

very useful to give a clear picture on

identify their preference in learning,

students learning styles of Universitas

finding

and

Pendidikan Ganesha and to provide a

disadvantages. They should also think

suitable policy which suit with the

out

both

advantages

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1733

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

students learning styles, for example


providing appropriate learning media
matching with students learning styles.
This is one way to facilitate students in
learning, and of course, to improve
students learning achievement. It is a
small thing which is often neglectedgiven a very little attention, but actually
has a great impact on the students
success in learning.

ISSN 1858 4543

Lightbown, Patsy. M & Nina Spada.


1999. How Languages are
Learned. New York: Oxford
University Press.
Meehan, Paul. 2005. Counting for Style.
http://www.tefl.net/esl.
Retrieved on November 14,
2009.
Oura, Gail. K. 2001. Authentic TaskBased Materials:Bringing the
Real World Into the Classroom.
www.jrc.sophia.ac.jp. Retrieved
on November 12, 2009.
Willis,

REFERENCES
Altun,

A & Cakan, M. 2006.


Undergraduate
Students
Academic Achievement, Field
Dependent/Independent
Learning Styles, and Attitude
toward
Computers.
http://www.ifets.info. Retrieved
on May 9, 2009.

Borich,

Gary. D. 2007. Effective


Teaching Methods. ResearchBased Practice. New Jersey:
Pearson.

Jane. 2007. Criteria for


Identifying Tasks for Task-Based
Learning.
http://www.teachingenglish.org.
uk. Retrieved on May 9, 2009.

Jian, Hong. 2009. A Contrastive Study


between Cultural Diversity of
Learning Styles between China
and the United States. www.
Ccsenet.org.
Retrieved
on
August 1, 2010.
Sinatra, A. F. 2009. Optimizing TaskBased Activity to Improve
Students Speaking Ability.
Unpublished
Thesis,
Universitas Sebelas Maret, Solo.
Skehan, Peter. 2003. A Cognitive
Approach
to
Language
Learning. New York : Oxford
University Press.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1734

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK


DAN PENALARAN OPERASIONAL KONKRET TERHADAP PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 1
SEMARAPURA KANGIN

Kartika, I Komang
ABSTRAK
Tujuan penelitin ini adalah untuk (1) mengetahui perbedaan prestasi belajar
matematika
siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan matematika realistik
dengan siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional.
(2)
mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika siswa setelah dilakukan
pengendalian penalaran operasional konkret antara siswa yang mengikuti pendekatan
pembelajaran matematika realistik dengan pembelajaran konvensional (3) mengetahui
kontribusi penalaran operasional konkret terhadap prestasi belajar matematika siswa
kelas IV SD Negeri 1 Semarapura Kangin. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen
dengan menggunakan desain Posttest only Control Group Design,dengan melibatkan
sampel sebanyak 72 orang siwa kelas IV .
Data penelitian ini dikumpulkan dengan instrumen berupa tes pilihan ganda,
yang dianalisis dengan statistik uji anava 1 jalur dan anakova.. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan prestasi belajar matematika yang signifikan
antara siswa yang mengikuti pendekatan matematika realistik dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 14,669;
= 0,05), (2) pendekatan
pembelajaran matematika realistik tetap berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
matematika setelah dilakukan pengendalian penalaran operasional konkret (F* = 4,71;
= 0,05), (3) terdapat kontribusi penalaran operasional konkret yang signifikan
terhadap prestasi belajar matematika siswa SD Negeri 1 Semarapura Kangin, baik pada
siswa yang mengikuti pendekatan matematika realistik maupun pada siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional, masing-masing sebesar 95,6% dan 72 25% .
Implikasi dari temuan penelitian ini adalah (1) dalam pembelajaran matematika
realistik dengan mengadakan pengamatan secara nyata pada bendanya akan menambah
ingatan siswa akan objek yang diamati (2) pendekatan matematika realistik, dalam
implemntasinya sangat memerlukan tekad, inovasi dan kesabaran guru dalam
merancang pembelajaran yang lebih inovatif. (3) guru tidak menjadi pusat
perhatian,melainkan berfungsi sebagai fasilitator dan mediator
Kata kunci: pendekatan matematika realistik,pembelajaran konvensional, prestasi
belajar matematika, penalaran operasional konkret.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1735

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

THE EFFECT OF MATHEMATICS REALISTIC APPROXIMATION AND


CONCRETE OPERATIONAL REASONING TO MATHEMATICS
ACHIEVEMENT OF ELEMENTARY STUDENTS
SEMARAPURA KANGIN

ABSTRACT
The main purposes of this research are (1) to discover the differences of
mathematics achievement of students using realistic mathematics learning approach
with students using conventional learning approach. (2) To discover the difference of
students achievement after the control of concrete operational reasoning is done
between students with realistic mathematics learning approach and students with
conventional learning and (3) to discover the contribution of concrete operational
reasoning toward 4th grade students mathematics achievement in SD Negeri 1
Semarapura Kangin. This research is an experimental study using posttest only control
group design.: involving a sample of 72 students.
The research data were collected using multiple choice test, and were analyzed
using one way ANAVA and ANACOVA. The result shows that (1) there are
differences of mathematics achievement, which is significant, between students using
math realistic approximation and students using conventional learning model (Fhitung =
14.669; =0.05), (2) math realistic approximation and concrete operational reasoning,
which keep positively affecting students math achievement after the concrete
operational reasoning was controlled (F* = 4.71;
=0.05), (3) there is a significant
contribution of concrete operational reasoning to students of SD Negeri 1 Semarapura
Kangin math achievement, either to students using math realistic approximation or to
students using conventional learning model, each is valued 95.6%. and 72.25%
The implication of these research findings are (1) direct observations on the
object in realistic math learning will significantly increase the memory of students on
the observed object. (2) Commitment, innovation and patience of teachers are strongly
needed in the implementation of realistic mathematics approximation in creating a more
innovative learning (3) Teachers are no longer as the center of their students, but rather
as a facilitator and mediator.
Key Words: math realistic approximation, conventional learning, mathematics
achievement, concrete operational reasoning

pendidikan, workshop pendidikan dan

I. PENDAHULUAN
Inovasi di bidang pendidikan
telah

banyak

pemerintah,

dari

oleh

pembelajaran

lanjutan,
inovasi

dalam

proses

telah

banyak

pendidikan

dilakukan seperti pembelajaran melalui

dasar, menengah sampai pendidikan

simulasi komputer, cara belajar siswa

tinggi

kualitas

aktif, pendekatan keterampilan proses.

pendidikan. Inovasi dilakukan misalnya

Kualitas pendidikan menjadi sangat

melalui

penting

guna

mulai

dilakukan

pendidikan

meningkatkan

penataran

guru,

seminar

digarap

karena

akan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1736

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

menentukan

kualitas

ISSN 1858 4543

sumberdaya

abstrak , maka diperlukan pembelajaran

manusia, kualitas sumber daya manusia

yang bersifat lebih mendekatkan pada

yang baik akan mampu bersaing di

kehidupan nyata yaitu pembelajaran

dunia global.

matematika realistik.

Pendidikan

khususnya

Pendekatan matematika realistik

sekolah dasar merupakan fondasi yang

akan dapat mendekatkan pemahaman

sangat menentukan bukan hanya bagi

siswa pada kehidupan nyata

pendidikan pada jenjang selanjutnya,

dialami dalam kehidupan sehari-hari.

tetapi juga pendidikan bagi semua

Bagian matematika yang perlu menjadi

warga negara. Mutu pendidikan bagi

perhatian siswa

warga negara umumnya dan mutu

materi konsep operasi hitung, karena

pendidikan lanjutan khususnya sangat

konsep

operasi

hitung

merupakan

bergantung pada mutu pendidikan di

konsep

dasar

bagi

penerapan

sekolah

pendidikan

matematika selanjutnya, justru hal ini

sebagian besar ditentukan oleh mutu

yang masih sulit dikuasai oleh siswa

pembelajaran

6).

sehingga memerlukan perhatian khusus

Sehubungan dengan pendapat di atas,

dalam pembelajarannya di sekolah,

peningkatan

terutama di sekolah dasar (Soedjadi

dasar.

dasar,

Mutu

(Wraag,

mutu

1996:

pembelajaran

di

sekolah dasar merupakan kebutuhan

yang

adalah penguasaan

et.al, 1996: 26).

yang mutlak dan sangat mendesak

Suradi

(2001

digarap dan ditingkatkan termasuk salah

menyimpulkan

satunya

pembelajaran

konsep operasi hitung berpengaruh

matematika

terhadap prestasi belajar matematika

merupakan dasar dari ilmu-ilmu yang

siswa di sekolah dasar. Kenyataan

lain.

menunjukkan

adalah

matematika,

karena

Karakteristik

yang

mendasar

dasar

yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini

berdampak

menyebabkan

matematika

tingkat

sekolah

khususnya

bahwa

pemahaman

belum

optimal,

pada

sehingga

prestasi

secara

belajar

keseluruhan.

mengalami

Sehubungan dengan itu Suradi dan Japa

kesulitan dalam belajar matematika.

( 2000 : 1) menyatakan, bahwa dari soal

Dengan

yang

sulitnya

dasar

di

pemahaman

konsep operasi hitung siswa sekolah

matematika adalah mempunyai objek

siswa

bahwa

24)

siswa

dalam

memahami konsep matematika yang

disebarkan

penelitian,

terdapat

kepada
pola

subjek
kesalahan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1737

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

antara

lain:

mengurangkan,

ISSN 1858 4543

menjumlahkan,
mengalikan

menunjukkan bahwa, secara umum

dan

gaya mengajar yang dilakukan oleh para

membagi. Ini berarti bahwa siswa

guru pada kelas awal adalah : (1)

mengalami berbagai jenis kesalahan

pendahuluan, penjelasan, memberikan

karena adanya miskonsepsi berkaitan

latihan,

dengan konsep operasi hitung .

memberikan tugas, (2) kualitas buku

Kurikulum matematika sekolah


maupun

dalam

pembelajaran

memeriksa

lebih

latihan,

mengutamakan

dan

pengertian

prosedural daripada konseptual, dan

matematika di sekolah selama ini ada

kurang

kecendrungan kebiasaan pembelajaran

konteks yang bervariasi, sehingga siswa

dengan

konvensional

kurang dapat melihat manfaat dalam

dengan urutan sebagai berikut : (1)

kehidupan sehari-hari, dan (3) penyajian

diajarkan

teori/definisi/teorema,

(2)

materi dalam buku teks menggunakan

diberikan

contoh-contoh,

(3)

sistem spiral mengacu pada sistem

pendekatan

dan

menyajikan

konsep

diberikan latihan soal (Soedjadi, 2001:

strukturalistik

1). Dalam

itu, pada

disajikan seperti barang yang sudah

umumnya kemudian siswa dihadapkan

jadi, yang siap ditransfer ke kepala

bentuk soal cerita yang terkait dengan

siswa,

terapan matematika atau kehidupan

mempunyai

sehari-hari, justru soal bentuk cerita

Lebih jauh diperoleh bahwa guru

tidak mudah dipahami siswa atau

menggunakan

diselesaikan oleh siswa.

instrumen, artinya guru menggunakan

latihan soal

dan

dalam

materi

akibatnya

siswa

pengertian

buku

yang

kurang

konseptual.

teks

sebagai

Yuwono (2001: 2) menyatakan

buku teks sebagai sumber pelajaran,

bahwa pembelajaran matematika secara

guru mengikuti halaman demi halaman

konvensional

yang ada

mengakibatkan

siswa

hanya bekerja secara prosedural dan

atau bersifat strukturalistik

instrumental.

memahami matematika tanpa penalaran,

Dominasi

metode

serta cenderung menggunakan data

dalam

yang ada tanpa memperhatikan konteks

cenderung berorientasi pada materi

masalahnya.

yang tercantum dalam kurikulum dan

Penelitian

matematika

dilakukan

buku teks, serta jarang mengaitkan

Suharta (2001: 19-20) di beberapa

materi yang dibahas dengan masalah-

sekolah

masalah

dasar

yang

pembelajaran

ceramah

di

kota

Singaraja

nyata

yang

ada

dalam

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1738

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

kehidupan sehari-hari. Pada saat guru

bermakna,

menjelaskan materi, siswa cenderung

pembelajaran di kelas tidak mengaitkan

diam serta mendengarkan apa yang

dengan skema yang telah dimiliki oleh

dijelaskan oleh guru, siswa tidak bisa

siswa dan siswa kurang diberikan

berargumentasi jika ada hal-hal yang

kesempatan untuk menemukan kembali

ingin ditanyakan terkait dengan materi

dan

yang ada di buku.

matematikanya.

Faktor lain yang mempengaruhi


prestasi

belajar

siswa

adalah

artinya

guru

mengkonstruksi

sendiri

ide

Mengaitkan

pengalaman kehidupan nyata


dengan

dalam

ide-ide

matematika

anak
dalam

kemampuan berfikir (penalaran) baik itu

pembelajaran di kelas penting dilakukan

penalaran konkret maupun penalaran

agar pembelajaran bermakna.

formal.

Penalaran sebagai kegiatan

Menurut Johar (2001: 23 ), bila

berfikir mempunyai ciri tertentu sangat

anak belajar matematika terpisah dari

terkait

karakteristik

pengalaman mereka sehari-hari maka

matematika yakni adanya pola berpikir

anak akan cepat lupa dan tidak dapat

logis dan sifat analitis. Berpikir logis

mengaplikasikan matematika. Ini berarti

berarti berpikir menurut logika tertentu

bahwa pembelajaran matematika di

dan sifat analitik menunjukkan bahwa

kelas ditekankan pada keterkaitan antara

penalaran merupakan kegiatan berpikir

konsep-konsep

yang menyandarkan diri pada suatu

pengalaman anak sehari-hari. Untuk

analisis.

memecahkan

dengan

Dengan

demikian,

untuk

matematika

masalah

tersebut

mempelajarai matematika yang tersusun

digunakan

secara logis dan analisis diperlukan

matematika

penalaran, khusus untuk di Sekolah

pematematisasian pengalaman sehari-

Dasar yang lebih ditekankan adalah

hari dan menerapkan matematika dalam

penalaran operasional konkret.

kehidupan

sehari-hari

adalah

pendekatan

matematika

realistik

Suharta (2002: 642) mengatakan


bahwa kebanyakan siswa mengalami
kesulitan

dalam

pendekatan

dengan

pembelajaran

yang berorientasi pada

(PMR).

mengaplikasikan

Pendekatan matematika realistik

matematika ke dalam situasi kehidupan

(PMR) pertama kali diperkenalkan dan

nyata. Hal lain yang menyebabkan

dikembangkan di Belanda pada tahun

sulitnya matematika bagi siswa, karena

1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini

pembelajaran

mengacu

matematika

kurang

pada

asumsi

bahwa,

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1739

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

matematika harus dikaitkan dengan

masalah.

realitas dan matematika merupakan

menginterpretasikan

aktivitas manusia (Gravemeijer, 1994:

strategi yang digunakan ke masalah

21). Ini berarti, matematika harus dekat

kontekstual yang lain. Akhirnya siswa

dengan siswa dan relevan dengan situasi

menggunakan pengetahuan matematik

kehidupan

untuk

sehari-hari.

Selain

itu

manusia harus diberikan kesempatan


untuk

menemukan

mengkonstruksi
dengan

kembali

konsep

bimbingan

Upaya

ini

penjelajahan

orang

dilakukan
berbagai

pada

dan

pengetahuan

Berdasarkan
pendekatan

uraian

matematika

di

atas,

realistik

memberikan peluang yang cukup besar

melalui

untuk

situasi

dan

mengembangkan

kreativitas

siswa, dengan alasan bahwa siswa akan


berminat pada sesuatu bila sesuatu itu

Johar (2001 : 1) mengatakan


realistik

pemecahan

dewasa.

persoalan-persoalan realistik.

bahwa

sampai

siswa

matematika formal.

dan

matematika

Selanjutnya

ini

lingkungan siswa, serta siswa diberikan

dimaksudkan tidak hanya mengacu

kebebasan untuk menyampaikan ide-

pada dunia nyata, namun dapat berupa

idenya. Atas dasar ini, pendekatan

masalah informal konkret matematika

pembelajaran matematika realistik perlu

yang dapat dibayangkan melalui media

dicoba dan diteliti efektivitasnya dalam

pembelajaran.

Prinsip

pembelajaran matematika di Sekolah

kembali

diinspirasikan

dapat

dalam

hal

ada manfaatnya dan dekat dengan

penemuan
oleh

prosedur-prosedur pemecahan informal.


Proses

pembelajaran

Dasar.
Tujuan penelitian ini adalah: 1)

dengan

Untuk mengetahui perbedaan prestasi

menggunakan pendekatan matematika

belajar matematika antara siswa yang

realistik

mengikuti

dimulai

kontekstual.

dari

Dengan

masalah

pembelajaran

pendekatan

menggunakan

matematika realistik dengan siswa yang

aktivitas matematisasi horizontal siswa

mengikuti pembelajaran konvensional.

mencapai model matematika informal

2) Untuk mengetahui perbedaan prestasi

atau

belajar matematika setelah

formal.

Dengan

implementasi

vertikal seperti pemecahan masalah

pengendalian

secara

konkret antara siswa yang mengikuti

individu

membandingkan
diskusi,

atau

kelompok,

pemecahan

penalaran

diadakan
operasional

dan

pembelajaran pendekatan matematika

akan diperoleh pemecahan

realistik dengan siswa yang mengikuti

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1740

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

pembelajaran konvensional. 3) Untuk

perlakuan. Gambar dari rancangan ini

mengetahui seberapa besar kontribusi

disajikan dalam gambar berikut.

penalaran operasional konkret terhadap


prestasi belajar matematika siswa kelas

X1

O1

IV SD Negeri 1 Semarapura Kangin.

O2

Gambar Rancangan Penelitian


Keterangan :

II. METODE PENELITIAN


Penelitian

ini

merupakan

penelitian eksperimen semu (quasy


experiment) terhadap siswa-siswa dalam
suatu kelas. Hal ini dilakukan karena
proses randomisasi terhadap siswasiswa

yang

telah

dikelompokkan

E = Kelompok eksperimen
C = Kelompok Kontrol
X1 = Perlakuan Pembelajaran
dengan pendekatan
matematika realistik
O1,2 = Pengamatan akhir post
test berupa prestasi
belajar Matematika

kedalam kelas tertentu tidak mungkin


dilakukan tanpa merusak tatanan kelas
yang sudah ada. Rancangan eksperimen
yang

digunakan

adalah

rancangan

kelompok kontrol hanya post tes saja


(The

posttest-Only

Control

Group

Design). Dalam menetapkan kelompok


eksperimen

dan

kelompok

kontrol

dilakukan secara acak terhadap kelaskelas yang ada. Kelompok eksperimen


diberi perlakuan berupa pendekatan
pembelajaran

matematika

sedangkan

kelompok

menggunakan
konvensional,

realistik
kontrol
pendekatan

dalam

jangka

waktu

tertentu, kemudian kedua kelompok


dikenai
Perbedaan
timbul

pengukuran
hasil

yang

pengukuran

merupakan

akibat

sama.
yang
dari

Populasi dalam penelitian ini


adalah semua siswa kelas IV SD Negeri
1 Semarapura Kangin tahun pelajaran
2010/2011, sebanyak 3 kelas, yaitu
kelas IVa, IVb, dan IVc, dengan jumlah
keseluruhan siswa adalah 109 orang.
Sampel

dalam

penelitian

dapat

ditetapkan 2 kelas yaitu kelas IVc


berjumlah 36 orang sebagai kelompok
eksperimen

dan

sebagai

kelompok

kontrol kelas IVa yang berjumlah 36


orang. Untuk lebih meyakinkan bahwa
kedua

kelompok,

eksperimen

dan

yaitu

kelompok

kelompok

kontrol

setara, peneliti melakukan uji-t untuk


mengetahui ada tidaknya perbedaan
skor

rata-rata

prestasi

belajar

matematika di kedua kelas tersebut.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1741

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Berkaitan dengan permasalahan

ISSN 1858 4543

dengan

siswa

yang

mengikuti

yang dikaji dalam penelitian ini, data

pembelajaran konvensional , dilakukan

yang diperoleh dengan menggunakan

dengan analisis kovarian (ANAKOVA)

metode tes yaitu data prestasi belajar

. Uji hipotesis ketiga

matematika

dan data hasil penalaran

untuk mengetahui kontribusi penalaran

operasional

konkret

yang

operasional konkret terhadap prestasi

dimaksud adalah tes objektif pilihan

belajar matematika , dilakukan analisis

ganda, yang telah diujicobakan dan

regresi

dikonsultasikan kepada ahli (expert

formula a bx

Tes

sederhana

yang bertujuan

dengan

bentuk

judgement), dan dianalisis validitas tes,


reliabilitas tes, daya pembeda dan

III. HASIL PENELITIAN DAN

tingkat kesukaran tes .


Pengujian

PEMBAHASAN

prasyarat

analisis

Berdasarkan hasil olah data

dilakukan sebelum menguji hipotesis

dapat

diantaranya 1) uji normalitas sebaran

berikut. 1) Prestasi belajar Matematika

data, 2) uji homogenitas varians dan 3)

antara

uji liniearitas. Untuk melakukan uji

pendekatan

terhadap

realistik termasuk katagori baik (

hipotesis

pertama,

yang

ditemukan

bertujuan untuk mengetahui apakah

24,58),

terdapat perbedaan

mengikuti

matematika

siswa

prestasi belajar
yang

mengikuti

pembelajaran matematika realistik dan


siswa yang mengikuti pemebelajaran
konvensional, dilakukan dengan uji
analisis varians (uji F/Fisher) yaitu
Analisis varians satu jalur (ANAVA A).
Uji terhadap hipotesi kedua
yang bertujuan unuk mengetahui setelah
kovariabel

penalaran

operasional

konkret dikendalikan, apakah terdapat


perbedaan hasil belajar matematika
antara

siswa

pembelajaran

yang

mengikuti

matematika realistik

siswa

hal-hal

sebagai

yang

mengikuti

pembelajar

matematika

sedangkan
pendekatan

siswa

yang

pembelajaran

konvensional termasuk kategori sedang


(

= 20,69). Hasil uji hipotesis

menunjukkan bahwa prestasi belajar


Matematika

siswa yang mengikuti

pendekatan pembelajaran matematika


realistik
yang

lebih tinggi daripada siswa


mengikuti

pendekatan

pembelajaran konvensional. Hasil dari


perhitungan uji anava satu jalur di dapat
Fhitung = 14,669 dan FTabel untuk db = 1
: 70 (pembilang = 1, dan penyebut = 70
) untuk taraf signifikansi 5% = 4,00. Hal
ini berarti F

hitung

> F

Tabel,

dengan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1742

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan

penalaran operasional konkret, terdapat

(Ha) diterima sehingga dapat dikatakan

perbedaan hasil belajar yang signifikan

bahwa terdapat perbedaan pengaruh

antara

yang

pembelajaran

signifikan

prestasi

matematika

antara

mengikuti

pendekatan

belajar

siswa

yang

pembelajaran

siswa

dengan

yang

mengikuti

matematika realistik

siswa

yang

mengikuti

pembelajaran konvensional.

Dengan

matematika realistik dengan siswa yang

kata lain dapat dikatakan bahwa prestasi

mengikuti

belajar

pendekatan

konvensional.

2)

pengendalian

penalaran

konkret
siswa

pembelajaran

Setelah

diadakan
operasional

prestasi belajar Matematika


yang

mengikuti

pembelajaran

pendekatan

matematika

realistik

matematika

mengikuti

siswa

pendekatan

yang

pembelajaran

matematika realistik lebih tinggi dari


siswa

yang

pembelajaran
kovariabel

mengikuti

pendekatan

konvensional
penalaran

setelah

operasional

termasuk katagori baik (

= 12,17),

konkret dikendalikan. 3) Kontribusi

Sedangkan

mengikuti

penalaran operasional konkret terhadap

siswa

yang

pembelajaran konvensional berada pada

prestasi

katagori sedang (

masing-masing 95,60 % pada prestasi

= 8,94 ). Hasil uji

belajar

Matematika

hipotesis menunjukkan bahwa setelah

belajar

dikendalikan oleh penalaran operasional

mengikuti

konkret menunjukkan bahwa prestasi

matematika realistik dan 72,75 % pada

belajar

pembelajaran konvensional.

matematika

siswa

mengikuti

pendekatan

matematika

realistik

yang

Matematik
pendekatan

siswa

siswa

yang

pembelajaran

Ketiga hipotesis yang diajukan

pembelajaran
tinggi

dalam penelitian ini dapat diterima,

mengikuti

setelah dilakukan analisis dengan anava

pendekatan pembelajaran konvensional.

dan anakova. Pengujian ketiga hipotesis

Hasil dari perhitungan uji anakova di

yang diajukan pada penelitian ini telah

dapat Fhitung = 4,71 dan FTabel untuk db =

menghasilkan rincian hasil uji hipotesis

1 : 69 (pembilang = 1, dan penyebut =

dengan pembahasan bahwa prestasi

69) untuk taraf signifikansi 5% = 3,980.

belajar

Hal ini berarti Fhitung > FTabel. Dengan

mengikuti

demikin, Ho ditolak dan H1 diterima,

matematika realistik lebih tinggi dari

sehingga dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar matematika siswa yang

daripada

siswa

lebih

yang

matematika
pendekatan

siswa

yang

pembelajaran

setelah dikendalikan oleh kovariabel


JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1743

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

mengikuti

pendekatan

pembelajaran

konvensional.

ISSN 1858 4543

Penerapan

pembelajaran

realistik

memberikan

matematika
suasana

baru

dalam

proses

pembelajaran itu sendiri. Kondisi itu

IV. PENUTUP
Berdasarkan analisis data dan
temuan

pendekatan

penelitian

di

atas

dapat

terjadi karena ada beberapa hal yang


memberikan

implikasi

langsung

disimpulkan bahwa: 1) Prestasi belajar

sehingga tercipta suasana pembelajaran

Matematika

yang dinamis dan bermakna. Hal-hal

siswa yang mengikuti

pendekatan pembelajaran matematika

yang

realistik

lebih

pembelajaran

dengan

siswa

tinggi

dibandingkan

yang

mengikuti

dimaksud

adalah

1)

matematika

dalam
realistik

dengan pengamatan secara nyata pada

pendekatan pembelajaran konvensional.

bendanya

2) Setelah dikendalikan oleh penalaran

siswa akan objek yang dipelajari, 2)

operasional konkret ternyata prestasi

guru tidak menjadi pusat perhatian ,

belajar

melainkan hanya berfungsi sebagai

Matematika

siswa

mengikuti

pendekatan

matematika

realistik

yang

akan

fasilitator

lebih

tinggi

menjadi subjek pembelajaran dalam arti

yang

siswa tidak lagi menjadi objek tetapi

pembelajaran

siswa menjadi subjek pembelajaran,

konvensional. 3) Kontribusi penalaran

sehingga proses pembelajaran menjadi

operasional konkret

terhadap prestasi

aktif-kreatif, menyenangkan dan tidak

belajar Matematika

pada para siswa

kaku serta bersifat demokratis.

mengikuti

yang

dengan

pendekatan

siswa

mengikuti

pendekatan

mediator,

Beberapa

3)

ingatan

pembelajaran

dibandingkan

dan

menambah

saran

dikemukakan

tinggi dibandingkan dengan para siswa

penelitian ini adalah sebagai berikut. 1).

yang

Pendekatan pembelajaran matematika

pendekatan

pembelajaran konvensional.
Penelitian

ini

dengan

yang

pembelajaran matematika realistik lebih

mengikuti

terkait

siswa

hasil

realistik perlu diperkenalkan kepada

menunjukkan

guru bidang studi sebagai pendekatan

bahwa

prestasi belajar

Matematika

alternatif

siswa

yang

pendekatan

seminar, pelatihan-pelatihan maupun

pembelajaran matematika realistik lebih

dalam pertemuan MGMP 2).Kepada

tinggi daripada siswa yang mengikuti

teman-teman

pendekatan pembelajaran konvensional.

khususnya, disarankan untuk mencoba

mengikuti

melalui

kegiatan-kegiatan

guru

matematika

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1744

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

menggunakan pendekatan pembelajaran


matematika realistik, karena pendekatan
pembelajaran

ini

telah

terbukti

menjadikan prestasi belajar matematika


siswa lebih tinggi daripada siswa yang
mengikuti

pendekatan

pembelajaran

ISSN 1858 4543

Soedjadi, R. et.al. 1996. Diagnosis


Kesulitan Siswa Sekolah Dasar
dalam Belajar Matematika.
dalam
Proceeding
Hasil
Deseminasi Penelitian PMIPA
LPTK
Tahun
Anggaran
1995/1996
Bidang
Kependidikan. Jakarta: Tim
Basic Scienses

konvensional. 3). Bagi para peminat


perlu diadakan penelitian sejenis dengan
melibatkan sampel yang lebih banyak,
tingkat kelas yang lebih beragam,
diharapkan hasil penelitiannya lebih
akurat sehingga dapat dipergunakan
untuk mengambil suatu kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA
Gravemeijer, K. 1994. Developing
Realistic
Mathematics
Education. Utrech : Freudenthal
Institute.
Japa,

Wayan dan Arcana. 2000.


Pemgembangan
Konsepsi
Pecahan melalui Model Belajar
Perubahan Konseptual Berpandu
pada Teori Belajar Bruner bagi
Siswa Kelas V Sekolah Dasar.
Laporan Penelitian. Singaraja :
STKIP

Johar, Rahmah. 2001. Konstruktivis


atau
Realistik.
Makalah
Disampaikan pada Seminar
Nasional Realistic Mathematics
Education (RME), di Jurusan
Matematika FMIPA UNESA, 24
Februari 2001.

-------------------. 2001. Pemanfaatan


Realistas dan Lingkungan dalam
Pembelajaran
Matematika.
Makalah Disampaikan pada
Seminar Nasional Realistic
Mathematics Education(RME),
di Jurusan Matematika FMIPA
UNESA, 24 Februari 2001.
Suharta,I Gusti Putu. 2001. Profil
Pembelajaran
Matematika
Sekolah
Dasar.
Laporan
Penelitian. Singaraja : IKIP
----------------------------.2002.

Matematika Realistik : Apa dan


Bagaimana. dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan
No. 038 Tahun ke-8 (hlm. 641652)
Suradi. 2001. Pembelajaran Terpadu di
Sekolah
Dasar.
Makalah
Disampaikan pada Seminar
Nasional Realistic Mathematics
Education(RME), di Jurusan
Matematika FMIPA UNESA, 24
Februari 2001.
Wragg, E.C. 1996. Pengelolaan Kelas.
Jakarta : Gramedia Widiasarana.
Yuwono, Ipung. 2001. RME dan Hasil
Studi Awal Implementasinya di
SLTP. Makalah Disampaikan
pada Seminar Nasional Realistic
Mathematics Education(RME),
di Jurusan Matematika FMIPA
UNESA, 24 Pebruari 2001.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1745

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

ANALISIS KESENJANGAN PELAKSANAAN STANDAR PROSES PADA


KELOMPOK MATA PELAJARAN IPTEK SMP DI KECAMATAN
BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG
TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Karyawan, I Nyoman
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kesenjangan pelaksanaan
standar proses pada kelompok mata pelajaran IPTEK SMP di kecamatan Banjarangkan
kabupaten Klungkung pada tahun pelajaran 2010/2011 ditinjau dari perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pengawasan
pembelajaran. Penelitian ini termasuk penelitian evaluatif dengan menggunakan model
kesenjangan ( Descrepancy Model). Pengukuran efektivitas program dilakukan dengan
membandingkan dua hal yang terletak pada ujung program, yaitu permulaan dan akhir
pelaksanaan program, yaitu membandingkan kondisi ideal dengan kondisi real tentang
standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Semua variabel diukur
dengan instrumen berupa kuesioner. Sampel penelitian berjumlah 91 orang berasal dari
guru guru kelompok mata pelajaran IPTEK pada SMP yang terdapat di kecamatan
Banjarangkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan standar proses pada
kelompok mata pelajaran IPTEK SMP di kecamatan Banjarangkan kabupaten
Klungkung pada variabel perencanaan pembelajaran tidak terjadi kesenjangan; (2)
variabel pelaksanaan pembelajaran terjadi kesenjangan dengan kategori sangat kecil; (3)
variabel penilaian hasil pembelajaran tidak terjadi kesenjangan; (4) variabel
pengawasan pembelajaran terjadi kesenjangan dengan kategori sangat kecil.
Pelaksanaan standar proses pada kelompok mata pelajaran IPTEK SMP di kecamatan
Banjarangkan kabupaten Klungkung tahun pelajaran 2010/2011 belum mencapai
standar atau kondisi ideal atau belum mencapai tujuan terminal. Terdapat kesenjangan
antara kondisi real dengan kondisi ideal dengan kategori sangat kecil.
Kata Kunci: kesenjangan, standar proses, mata pelajaran IPTEK.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1746

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

DESCREPANCY ANALYSIS IMPLEMENTATION OF STANDARD PROCESS


IN SCIENCE & TECHNOLOGY SUBJECT GROUP OF JUNIOR HIGH
SCHOOL IN BANJARANGKAN DISTRICT, KLUNGKUNG REGENCY
ACADEMIC YEAR 2010/2011.

ABSTRACT
This study aims to determine the extent of the gap standard implementation
process of science and technology subjects in the group of junior high school in the
Banjarangkan District Klungkung Regency in the school academic year 2010/2011 in
terms of lesson planning, implementation, learning, assessment of learning outcomes,
and supervision of learning. This study belongs to evaluative research using the
descrepancy model. Measuring the effectiveness of programs conducted by comparing
two things that lie at the end of the program, namely the beginning and end of program
implementation. This research compares the ideal conditions with the real conditions of
the standard process for units of primary and secondary education. All variables
measured by the instrument like questionaire. The number of sample was 91 comprised
teachers of high science and technology subjects in junior high schouls in Banjarangkan
district. The results showed that (1) there was no gap in the implementation of the
standards process science and technology subjects in Banjarangkan District,Klungkung
Regency on learning plan variable; (2) there was a very small gap in the variable
implementation of the learning; (3) there was no gap found in learning outcomes
assessment variable; (4) there was a small gap in then control variable learning.
Implementation of the standards process in junior high science and technology subjects
in Banjarangkan District Klungkung Regency academic year 2010/2011 school year
has not reached the standard or ideal conditions or not reach the terminate objective.
There is a gap between the real conditions with ideal conditions with very small
category.
Key words: descrepancy, standard of process, IPTEK subject matter.

Rendahnya kualitas pendidikan di

I. PENDAHULUAN
Dilihat dari misinya, pendidikan

Indonesia disebabkan oleh kesalahan

nasional semakin mengemuka sebagai

implementasi manajemen dari sistem

nama

pendidikan dan kondisi masyarakat

tanpa

makna.

Sejak

awal

kemerdekaan, bidang pendidikan yang

pendukung

diberi

terhadap keunggulan.

kehormatan

sebagai

tulang

sistem

yang

ambigu

Penyelenggara

punggung pembangunan dan kunci

pendidikan dituntut untuk arif dan

kemajuan, terbukti hanya tulang yang

bijaksana di dalam menyikapi berbagai

keropos, dan kunci yang tidak mampu

perubahan dan inovasi yang terjadi,

membuka

sehingga tidak timbul kesan kaget

pintu

kemajuan

(Surakhmad,2009)
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1747

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

bahkan asing terhadap perubahan

selamat di tujuan, gelombang dan

perubahan itu.(Dantes, 2010)

ombak sebesar apa pun dapat dilaluinya

Salah satu masalah yang dihadapi


dunia pendidikan kita saat ini adalah

dengan tenang dan tanggung jawab.


(Depdiknas, 2009)

masalah lemahnya proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang tidak

Dalam proses pembelajaran, peserta

sesuai dengan harapan merupakan salah

didik

untuk

satu faktor yang berkontribusi terhadap

mengembangkan kemampuan berpikir.

rendahnya mutu pendidikan. Berbagai

Proses pembelajaran di dalam kelas

masukan lain di antaranya kondisi

diarahkan kepada kemampuan peserta

peserta didik (kesehatan, kebugaran,

didik untuk menghafal informasi; otak

dan

peserta didik dipaksa untuk mengingat

kurikulum,

dan menimbun berbagai informasi tanpa

terbatasnya sarana, dan sebagainya,

dituntut untuk memahami informasi

merupakan faktor yang tekait erat

yang diingatnya itu untuk kehidupan

dengan

sehari- hari. Ketika tamat, peserta didik

memerlukan dukungan legalitas sebagai

pintar secara teoretis, tetapi miskin

pedoman standar.

kurang

didorong

aplikasi.

lain-lain),

kualitas

terbatasnya

mutu.

pendidik,
anggaran,

Kesemuanya

itu

Undang- Undang No 20 tahun

Aktivitas

proses

pembelajaran

2003

tentang

sistem

merupakan inti dari proses pendidikan,

nasional

dan

satu

standar nasional pendidikan. Standar

dalam

nasional pendidikan berfungsi sebagai

dan

dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,

perkembangan dunia pendidikan. Tugas

dan pengawasan pendidikan dalam

utama

rangka

mewujudkan

membimbing,

nasional

yang

melatih. Oleh sebab itulah tanggung

nasional

jawab keberhasilan pendidikan berada

menjamin mutu pendidikan nasional

di pundak pendidik. Pendidik adalah

dalam rangka mencerdaskan kehidupan

juru mudi dari sebuah kapal,mau ke

bangsa dan membentuk watak serta

mana

kapal

peradaban bangsa yang bermartabat.

dihadapkan, bila juru mudinya pandai

Standar nasional pendidikan meliputi

dan terampil, maka kapal akan berlayar

standar isi, standar kompetensi lulusan,

pendidik

pemegang

adalah
utama

menggerakkan

di

kemajuan

seseorang

mendidik,

pendidik

mengajar,

arah

salah

dan

haluan

ialah

mengamanatkan

pendidikan

bermutu.

pendidikan

perlunya

pendidikan
Standar
bertujuan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1748

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

standar

penilaian,

standar

pendidik

kependidikan,

ISSN 1858 4543

standar

proses,

standar proses pembelajaran meliputi

dan

tenaga

perencanaan

proses

pembelajaran,

pengelolaan,

pelaksanaan

proses

pembelajaran,

standar

standar sarana prasarana, dan standar

penilaian

pembiayaan.

pengawasan proses pembelajaran untuk

Dalam rangka menjamin mutu


proses

pembelajaran

pada

satuan

hasil

pembelajaran,

dan

terlaksananya proses pembelajaran yang


efektif dan efisien.

pendidikan dasar dan menengah telah

Menurut

Majid

ditetapkan standar proses untuk satuan

perencanaan

pendidikan

didasarkan pada prinsip sistematis dan

dasar

dan

menengah.

Standar proses adalah standar nasional

sistemik.

pendidikan

runtut,

yang

berkaitan

dengan

proses

(2008),

Sistematis

pembelajaran

berarti

secara

terarah dan terukur,

mulai

pelaksanaan pembelajaran pada satuan

jenjang kemampuan rendah hingga

pendidikan untuk mencapai kompetensi

tinggi

lulusan.

Sistemik

Standar

proses

meliputi

secara

berkesinambungan.

berarti

mempertimbangan

perencanaan

proses

pembelajaran,

berbagai faktor yang berkaitan, yaitu

pelaksanaan

proses

pembelajaran,

tujuan yang mencakup semua aspek

penilaian

pembelajaran,

dan

perkembangan

peserta

didik

pengawasan proses pembelajaran untuk

(pengetahuan, sikap, dan keterampilan),

terlaksananya proses pembelajaran yang

karakteristik peserta didik, karakteristik

efektif dan efisien. ( Depdiknas, 2007)

materi ajar yang meliputi fakta, konsep,

Secara umum tujuan penyusunan

prinsip

dan

prosedur,

kondisi

standar proses untuk satuan pendidikan

lingkungan serta hal-hal lain yang

dasar dan menengah adalah dalam

menghambat

rangka

menjamin

pembelajaran

pada

atau

mutu

proses

terlaksananya

setiap

satuan

Perencanaan

menunjang
pembelajaran.

proses

pendidikan dasar dan menengah, agar

meliputi

terlaksana proses pembelajaran yang

pelaksanaan pembelajaran yang memuat

efektif dan efisien untuk mencapai

sekurang-kurangnya

standar kompetensi lulusan. (Daryanto,

pembelajaran,

2009)

pengajaran,
Berdasarkan

Peraturan

silabus

pembelajaran

materi
sumber

dan

rencana

tujuan
ajar,

metode

belajar,

dan

penilaian hasil belajar.

Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005


JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1749

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Menurut permendiknas nomor 41

membaca dan menulis juga dapat

tahun 2007, standar pelaksanaan proses

menumbuhkan masyarakat yang gemar

pembelajaran didasarkan pada prinsip

membaca,

terjadinya

optimal

mengekspresikan pikiran dalam bentuk

antara peserta didik dengan pendidik,

tulisan. Pelaksanan proses pembelajaran

antarpeserta didik sendiri, serta peserta

perlu mempertimbangkan kemampuan

didik dengan aneka sumber belajar

pengelolaan kegiatan belajar. Pendidik

termasuk lingkungan. Untuk itu perlu

pada setiap satuan pendidikan juga

diperhatikan jumlah maksimal peserta

perlu mengenal masing-masing pribadi

didik dalam setiap kelas agar dapat

peserta didik sehingga jumlah peserta

berlangsung interaksi yang efektif. Di

didik per kelas perlu dibatasi.

interaksi

secara

dan

mampu

samping itu, perlu diperhatikan beban

Berdasarkan permendiknas nomor

pembelajaran maksimal per pendidik

20 tahun 2007, standar penilaian hasil

dalam

pembelajaran

satuan

pendidikan

dan

ditentukan

dengan

ketersediaan buku teks pelajaran bagi

menggunakan berbagai teknik penilaian

setiap peserta didik.

sesuai dengan kompetensi dasar yang

Namun bila

kondisi real belum memungkinkan,

harus dikuasai

perlu ditentukan rasio maksimal yang

Teknik penilaian tersebut dapat berupa

dapat digunakan bersama oleh peserta

tes tertulis, observasi, tes praktik, dan

didik.

penugasan perseorangan atau kelompok.

Mengingat

bahwa

proses

pembelajaran bukan hanya

sekadar

oleh peserta didik.

Penilaian secara

individual melalui

menyampaikan ajaran, melainkan juga

observasi

pembentukan

didik

kurangnya sekali dalam satu semester.

yang memerlukan perhatian penuh dari

Untuk memantau proses dan kemajuan

pendidik, maka diperlukan ketentuan

belajar serta memperbaiki hasil belajar

tentang rasio maksimal jumlah peserta

peserta didik dapat juga digunakan

didik setiap pendidik. Hal ini akan

teknik

menjamin

yang

kolokium.

Secara

tinggi. Pengembangan daya nalar, etika,

dilakukan

atas

dan

perkembangan

pribadi

intensitas

estetika

peserta

peserta

interaksi

didik

dapat

dilakukan

penilaian

portofolio
umum

peserta

mencakup pengetahuan,

membaca dan menulis dalam proses

keterampilan.

Selain

itu

dan

penilaian

segala

dilakukan antara lain melalui budaya

pembelajaran.

sekurang-

didik
sikap,

aspek
yang
dan

budaya

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1750

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Standar

pengawasan

proses

pendidikan

pembelajaran

merupakan

upaya

khusus pada jenjang pendidikan dasar

penjaminan mutu pembelajaran bagi

dan menengah terdiri atas: kelompok

terwujudnya proses pembelajaran yang

mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

efektif dan efisien ke arah tercapainya

kelompok

kompetensi

kewarganegaraan

dan kepribadian;

kelompok

pelajaran

yang

Pengawasan perlu

ditetapkan.

didasarkan pada

umum,

kejuruan,

mata

mata

dan

pelajaran

ilmu

prinsip-prinsip tanggung jawab dan

pengetahuan dan teknologi; kelompok

kewenangan,

mata pelajaran estetika; kelompok mata

periodik,

terbuka,
Pengawasan
supervisi,

demokratis,

dan

keberlanjutan.

meliputi

pemantauan,

evaluasi,

pelaporan,

pelajaran

jasmani,

olahraga

dan

kesehatan. Penelitian ini dilakukan pada

dan

mata pelajaran kelompok IPTEK SMP

pengambilan langkah tindak lanjut yang

karena guru- guru pada kelompok mata

diperlukan. Upaya pengawasan pada

pelajaran

hakikatnya merupakan tanggung jawab

pelatihan terkait dengan standar proses.

tersebut

telah

mendapat

bersama semua pihak yang terkait,

Penelitian ini bertujuan untuk

sesuai dengan ketentuan tentang hak,

mengetahui sejauh mana kesenjangan

kewajiban

pelaksanaan

warga

masyarakat,

negara,

dan

orangtua,

pemerintah.

Depdiknas, 2007)
Dalam

standar

proses

pada

kelompok mata pelajaran IPTEK SMP


di kecamatan Banjarangkan, kabupaten

upaya

meningkatkan

Klungkung Tahun Pelajaran 2010/2011.

kualitas pendidikan,

standar proses

Untuk mengetahui tingkat kesenjangan

memiliki peran yang sangat penting.

pelaksanaan standar proses evaluasi ini

Oleh sebab itu, bagaimanapun idealnya

menggunakan model kesenjangan

standar isi dan standar kompetensi

descrepancy

lulusan, serta standar- standar yang lain

efektivitas program dapat dilakukan

tanpa didukung standar proses yang

dengan cara membandingkan dua hal

memadai tidak akan berarti apa- apa.(

yang terletak pada ujung program,

Sanjaya, 2006)

yakni

Peraturan Pemerintah Nomor 19

pada

model).

permulaan

Pengukuran

dan

akhir

pelaksanaan program, atau sebelum dan

Tahun 2005 tentang Standar Nasional

sesudah

Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan

Penilaian tentang kesenjangan dapat

bahwa

kurikulum

untuk

program

dilaksanakan.

jenis

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1751

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

dilakukan terhadap berbagai elemen

adalah Permendiknas nomor 41

program.

tahun 2007 tentang standar proses

Pada penelitian ini, kategori yang

untuk satuan pendidikan dasar dan

digunakan adalah kesenjangan antara

menengah.

rencana dan pelaksanaan program, yaitu

standar proses adalah perencanaan

standar proses dengan pelaksanaannya

pembelajaran,

pada satuan pendidikan SMP. Elemen

pembelajaran, pengelolaan kelas,

program

pelaksanaan

yang

kesenjangannya
antara

adalah

perencanaan

pelaksanaan
hasil

dianalisis
kesenjangan
pembelajaran,

pembelajaran,

pembelajaran,

penilaian

pengawasan

penilaian

Komponen

utama

persyaratan

pembelajaran,
pembelajaran,

dan

pengawasan pembelajaran.
b. Membandingkan standar proses
dengan

perencanaan

pembelajaran yang diharapkan dengan

pembelajaran,

perencanaan pembelajaran yang disusun

pembelajaran, pengelolaan kelas,

oleh

pelaksanaan

guru

pada

kelompok

mata

persyaratan

pembelajaran,

pelajaran IPTEK SMP se-kecamatan

penilaian

Banjarangkan pada tahun pelajaran

pengawasan pembelajaran yang

2009/2010.

dilakukan oleh pendidik pada

Evaluasi terhadap

pembelajaran,

dan

kesenjangan

kelompok mata pelajaran IPTEK,

dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

kepala sekolah, dan pengawas

kesesuaian antara standar yang sudah

satuan pendidikan. ( comparison

ditentukan

of

dalam

program

dengan

penampilan aktual dari program tersebut


(Marhaeni, 2007).
Untuk

standar

with

programme

performance)
c. Dari informasi yang dihasilkan

mengetahui

efektivitas

pada tahap 2, yaitu kesenjangan

pelaksanaan standar proses pendidikan

antara

pada kelompok mata pelajaran IPTEK

perencanaan

pembelajaran,

dipilih model evaluasi kesenjangan atau

persyaratan

pembelajaran,

descrepancy model sebagai berikut.

pengelolaan kelas, pelaksanaan

a. Menentukan acuan dan program


(standard
performance).

and

programme
Acuan

standar

pembelajaran,

proses

dengan

penilaian

pembelajaran, dan pengawasan

yang

pembelajaran yang dilakukan oleh

digunakan dalam penelitian ini

pendidik pada kelompok mata

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1752

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

pelajaran IPTEK, kepala sekolah,

Kesenjangan)

dan pengawas satuan pendidikan.

dengan target sasaran yang merupakan

information

(discrepancy

resulting from comparison )

atau

perencanaan

pembelajaran,

acuan ( standar)

dikonfirmasikan

suatu program.

Apabila tidak terjadi kesenjangan antara

d. Memilih antara standar proses (


acuan)

yang

persyaratan

kondisi nyata dengan target ( acuan),


maka program tersebut dikatakan sangat
efektif,

sebaliknya

bila

terjadi

pembelajaran, pengelolaan kelas,

kesenjangan yang tinggi antara kondisi

pelaksanaan

nyata dengan kondisi target ( acuan),

penilaian

pembelajaran,
pembelajaran,

dan

maka program tersebut tidak efektif.

pengawasan pembelajaran yang


dilakukan oleh pendidik pada
kelompok mata pelajaran IPTEK,
kepala sekolah, dan pengawas
satuan pendidikan. (alteration of
programme

performance

or

standard)

Penelitian ini dilakukan pada


SMP

Analysis)

kecamatan

Banjarangkan,

kabupaten Klungkung Tahun Pelajaran


2010/2011. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua pendidik

pada

kelompok mata pelajaran IPTEK SMP


se-

e. Analisis keuntungan (Cost Benefit

di

Kecamatan

Banjarangkan

yang

berjumlah sebanyak 92 orang. Teknik


pengambilan sampel yang digunakan
adalah total sampling, yaitu semua

II.

populasi dijadikan sampel.

METODE PENELITIAN
Secara metodologis, penelitian

ini termasuk penelitian evaluatif karena


berorientasi pada analisis berdasarkan
pendekatan

evaluasi program

yang

berorientasi pada pengelolaan suatu


program yaitu suatu gambaran yang
menunjukkan

prosedur

dan

proses

pelaksanaan program, selain itu juga


menganalisis

kesenjangan

program

dengan variabel-variabel dalam acuan


dengan Discrepancy Model

(Model

Penelitian ini melibatkan empat


variabel, yaitu variabel perencanaan
pembelajaran,
pembelajaran,

variabel

pelaksanaan

variabel

penilaian

pembelajaran,

variabel

pengawasan

pembelajaran.

Variabel

perencanaan

pembelajaran

meliputi

silabus

rencana
Variabel

dan

pelaksanaan

pembelajaran.

pelaksanaan

pembelajaran

meliputi persyaratan pembelajaran dan


pelaksanaan
penilaian

pembelajaran.
pembelajaran

Variabel
meliputi

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1753

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

perencanaan

penilaian

ISSN 1858 4543

hasil

wawancara,

dokumentasi,

pembelajaran, pelaksanaan penilaian,

observasi.

analisis

menggunakan

penilaian,

tindak

lanjut

Data

dianalisis

prosedur

uji

dan
dengan
tanda

penilaian, dan pelaporan penilaian hasil

berjenjang Wilcoxom untuk mengetahui

belajar.

pengawasan

arah beda dan besar beda dengan acuan

pemantauan

yang

Variabel

pembelajaran

meliputi

telah

ditetapkan.

Untuk

pembelajaran, evaluasi pembelajaran,

mengetahui tingkat kesenjangan besar

supervisi, pelaporan, dan tindak lanjut.

beda ditransformasikan dengan kategori

Data
dikumpulkan

dalam

penelitian

dengan

ini

kuesioner,

STANDAR PROSES
(S)

yang telah ditetapkan. Adapun kerangka


berpikirnya seperti gambar berikut.
(T))

(C)

CBS

(D)

PELAKSANAAN
STANDAR PROSES
(P)

(A)

Gambar 1. Kerangka Berpikir Efektifitas Pelaksanaan Standar Proses dengan


Discrepancy Model
Keterangan :
S
: Standard (Acuan), yaitu standar proses
P
: Program Performance (pelaksanaan program),
C
: Comparison of S with P (perbandingan antara acuan dan pelaksanaan program),
D : Discrepancy information resulting from C (kesenjangan yang diperoleh dari
membandingkan pelaksanaan dan acuan),
T
: Terminate (Penghentian Program),
A
: Alternation of P or S (alternatif antara melanjutkan program atau berpatokan pada
acuan),
CBA : Cost Benefit Analysis (analisis pembiayaan).
(Fernandes dalam Popham1984)

III. HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
Dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan,

standar proses

memiliki peran yang sangat penting.

standar isi dan standar kompetensi


lulusan, serta standar- standar yang lain
tanpa didukung standar proses yang
memadai tidak akan berarti apa- apa.

Oleh sebab itu, bagaimanapun idealnya

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1754

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Penelitian ini dilakukan pada SMP


yang

terdapat

kecamatan

mata pelajaran IPTEK belum mencapai

Banjarangkan , kabupaten Klungkung.

terminal. Kesenjangan juga terjadi pada

SMP

pengawasan

di

di

dilakukan oleh guru pada kelompok

kecamatan

Banjarangkan

pembelajaran

dengan

mempunyai kategori yang sama, yaitu

kategori sangat kecil, yaitu 8,36%.

kategori

Pengawasan

standar

(belum

SSN/

RSBI/RSBI) sehingga kondisi ideal

mencapai

pelaksanaan

perencanaan

standar

pendidikan (SNP)

nasional

pembelajaran

belum

terminal.

Sedangkan

dan

penilaian

yang diharapkan

pembelajaran tidak terjadi kesenjangan.

sama. (55% s.d 75%). Data pada

Kondisi real telah mencapai kondisi

penelitian ini dianalisis menggunakan

ideal. Hambatan yang dialami dalam

prosedur

berjenjang

pelaksanaan standar proses terjadi pada

variabel

komponen pelaksanaan pembelajaran

dikomparasikan dengan standar yang

dan pengawasan pembelajaran, yaitu

telah ditetapkan, yaitu 75. Kemudian

satuan pendidikan mengalami kesulitan

dihitung besar bedanya , tanda bedanya

dalam

(+/-)

pembelajaran

uji

Wilcoxom.

Skor

dan

Persentase

tanda
setiap

dicari

persentasenya.

bertanda

negatif

dimasukkan

ke

dalam

kesenjangan

yang

telah

menggunakan

(-)

kategori

acuan

patokan (PAP).
Berdasarkan hasil analisis data
dapat

diketahui

bahwa

terjadi

dan

Implikasi

dari

adalah

bagaimana

kualitas

pembelajaran

hendaknya dilanjutkan.

proses

ini

meningkatkan
berorientasi

penelitian ini, maka pelaksanaan standar

kecil

standar

penelitian

standar proses. Berdasarkan atas temuan

proses

Pelaksanaan

komponen

pengawasan pembelajaran.

kesenjangan dengan kategori sangat


(SK), yaitu sebesar 1,0%.

persyaratan

mengimplementasikan

ditetapkan

pendekatan

memenuhi

pada

pada

satuan

pendidikan

Guru- guru pada kelompok mata

kelompok mata pelajaran IPTEK SMP

pelajaran

di kecamatan Banjarangkan, kabupaten

Kecamatan

Klungkung belum mencapai terminal.

melaksanakan standar proses dengan

Kesenjangan

baik

terjadi

pada

variabel

IPTEK

pada

SMP

Banjarangkan

terutama

pada
dan

setelah

komponen

pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebesar

perencanaan

penilaian

0,8%. Pelaksanaan pembelajaran yang

pembelajaran sehingga pada komponen

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1755

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

ini standar proses tetap menjadi acuan.

Setelah

dibandingkan

Guru dapat menjadikan standar proses

kondisi

sebagai pedoman dalam penyusunan

pengawasan pembelajaran pembelajaran

silabus dan perencanaan pembelajaran.

terjadi kesenjangan dengan kategori

Pada

komponen

ideal,

pada

dengan

komponen

pelaksanaan

sangat kecil. Kepala satuan pendidikan

pembelajaran terjadi kesenjangan pada

dan pengawas satuan pendidikan belum

persyaratan pembelajaran. Komponen

melaksanakan

persyaratan pembelajaran pada standar

dengan standar proses. Kepala satuan

proses belum dapat dipenuhi seperti

pendidikan

pemenuhan beban mengajar guru 24

pendidikan

belum

jam tatap muka yang sulit dipenuhi oleh

melaksanakan

pemantauan

guru- guru. Persyaratan lain seperti

perencanaan,

pemenuhan rasio buku teks dengan

penilaian hasil pembelajaran. Kepala

peserta didik, pemenuhan ruang kelas

satuan pendidikan dan pengawas satuan

belajar

pendidikan

juga

perhatian

harus

mendapatkan

agar

pelaksanaan

pengawasan

sesuai

dan pengawas satuan


sepenuhnya
terhadap

pelaksanaan,

belum

melaksanakan

dan

sepenuhnya

supervisi

dan

pembelajaran dapat mencapai kondisi

memberikan bimbingan kepada guru

ideal.

dalam

menyusun

perencanaan

Penilaian hasil pembelajaran pada

pembelajaran,

standar proses dan standar penilaian

pembelajaran,

dan

yang meliputi komponen perencanaan,

pembelajaran.

Belum

pelaksanaan, analisis, tindak lanjut, dan

penghargaan kepada guru yang telah

pelaporan

pada

mata

memenuhi standar yang berimplikasi

pelajaran

IPTEK

se-

pada rendahnya motivasi guru. Standar

Banjarangkan

proses pada komponen pengawasan

pelaksanaannya telah mencapai kondisi

pembelajaran agar dijabarkan secara

ideal. Standar penilaian pelaksanaannya

rinci sehingga kepala satuan pendidikan

pada satuan pendidikan dasar dan

dan pengawas satuan pendidikan dapat

menengah perlu dilanjutkan. Pendidik,

mengimplementasikan

satuan pendidikan , dan pemerintah

pendidikan.

kecamatan

tidak

mengalami

kelompok
pada

SMP

hambatan

pelaksanaan
penilaian

hasil

diberikannya

pada

satuan

dalam

melaksanakan standar penilaian.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1756

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

satuan pendidikan yang pelaksanaan

IV. PENUTUP
Berdasarkan temuan
dalam

rangka

ISSN 1858 4543

di atas

pelaksanaan

standar

pembelajarannya sesuai dengan standar


proses

dan

yang

belum.

proses untuk satuan pendidikan dasar

Pengangkatan

dan menengah pada kelompok mata

mempertimbangkan

pelajaran IPTEK

kompetensi calon guru dan melalui

pada SMP se-

kecamatan Banjarangkan,
Klungkung

pada

kabupaten

tahun

pelajaran

guru

(4)

hendaknya
kualitas

dan

seleksi yang ketat karena guru adalah


sebuah

profesi.

(5)

Pengangkatan

2010/2011, terjadi kesenjangan dengan

pengawas satuan pendidikan hendaknya

kategori sangat

Kesenjangan

memperhatikan senioritas, komitmen,

terjadi pada pelaksanaan pembelajaran

dan kesesuaian dengan bidang studi,

dan

sehingga

kecil.

pengawasan

Selanjutnya

pembelajaran.

setiap

mata

pelajaran

direkomendasikan hal

mempunyai pengawas dengan latar

hal sebagai berikut. (1) Penyusunan

belakang yang sesuai dengan mata

standar nasional pendidikan hendaknya

pelajaran yang diawasi. (6) Kepala

melibatkan para akademisi pendidikan

satuan

dan guru- guru selaku praktisi di bidang

mendiskusikan

pendidikan

memudahkan

pelaksanaan pengawasan pembelajaran

pada

satuan

melalui diskusi terbuka melalui rapat

pendidikan. (2) Pemerintah hendaknya

dewan pendidik untuk meminimalkan

terus mensosialisasikan standar proses

gap psikologis; (7) Kepala satuan

melalui kegiatan bimbingan teknis,

pendidikan

workshop, lokakarya, seminar, lomba-

pengawasan

lomba desain pembelajaran berorientasi

intensif dan melakukan tindak lanjut

standar proses, atau kegiatan lain secara

yang tepat terhadap hasil pengawasan,

berkelanjutan,

dengan

memberikan kesempatan bagi guru-

melibatkan semua pihak baik pendidik,

guru yang belum memenuhi standar

kepala satuan pendidikan, pengawas,

untuk mengikuti pelatihan . (8) Satuan

dan instansi terkait. (3) Pemerintah

pendidikan

hendaknya selalu melakukan analisis

berusaha

pelaksanaan

standar

untuk

pembelajaran sesuai dengan tuntutan

mengetahui

kesenjangannya

antara

standar proses untuk meningkatkan

untuk

pengimplementasiannya

merata,

proses

harapan dan kenyataan dan memetakan

efektifitas

pendidikan

hendaknya

perencanaan

harus

melakukan

pembelajaran

dan

dan

pendidik

memenuhi

pembelajaran.

secara

harus

persyaratan

(9)

Guru

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1757

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

sebagai agen pembelajaran dituntut

DAFTAR PUSTAKA

kesiapannya secara profesional untuk

Dantes,

mengimplementasikan standar proses.


Oleh karenanya
pendidik

disarankan kepada

untuk

kompetensinya

meningkatkan

melalui

kegiatan

kegiatan ilmiah melalui wadah MGMP.


(10) Guru diharapkan selalu berinovasi
dan berkreasi di dalam penyusunan
perencanaan

pembelajaran

dan

melaksanakan pembelajaran sehingga


terjadi

proses

interaktif,

pembelajaran

inspiratif,

yang

menyenangkan,

menantang,

menggairahkan,

memotivasi.

(11)

Guru

dan
sebagai

evaluator diharapkan untuk meningkat


kemampuan merencanakan penilaian
seperti penyusunan kisi- kisi, teknik
penyusunan

soal

melalui

kegiatan

MGMP dan kegiatan lain


penilaian

pembelajaran

sehingga

petunjuk
dalam

standar

proses

sebagai

untuk ikut berperan serta


perencanaan,

evaluasi,

dan

pelaksanaan,

pengawasan

proses

pembelajaran di SMP. (13) Peneliti lain


disarankan
penelitian

untuk
lanjutan

Daryanto, 2009. Panduan Proses


Pembelajaran Kreatif dan
Inovatif: Teori dan Praktik
dalam
Pengembangan
Profesionalisme bagi Guru.
Jakarta : AV Publisher.
............. 2007. Permendiknas Nomor 41
tentang Standar Proses untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.Jakarta : Depdiknas.
............. 2007. Permendiknas Nomor 19
tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan.
Jakarta:
Depdiknas.
............ 2007. Permendiknas Nomor 20
tahun 2007 tentang Standar
Penilaian. Jakarta : Depdiknas.

memenuhi

syarat penilaian; (12) masyarakat agar


menjadikan

Nyoman. 2010. Menakar


Kualitas Pendidikan, Suatu
Tinjauan
Diskrepansi
Kualitatif.
Makalah,
Disampaikan dalam Forum
Seminar
tentang
Kajian
Persekolahan di Undiksha
Singaraja.

mengadakan
dengan

jumlah

sampel yang lebih banyak, pada satuan


pendidikan dengan kategori lain seperti

............. 2009. Panduan Implementasi


Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah.
Jakarta
:
Depdiknas.
Majid,

Abdul. 2008. Perencanaan


Pembelajaran
:
Mengembangkan
Standar
Kompetensi Guru. Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya.

Marhaeni, AAIN. 2007. Evaluasi


Program
Pendidikan.
Singaraja. Undiksha.

SSN atau RSBI atau penelitian yang


lebih representatif.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1758

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
2005.Jakarta:
Depdiknas.
Popham, W. James. 1975. Educational
Evaluation ( Library of
Conggres in Publication) by
Prentice
Inc,
Englewood
Clifss, New Jersey.
Sanjaya,

Wina.
2006.
Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Prenanda Media
Group.

Surakmad, Winarno. 2009. Pendidikan


Nasional:
Strategi
dan
Tragedi. Jakarta : Kompas.
Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.2003.Jakarta:
Depdiknas.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1759

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

EVALUASI PELAKSANAAN RINTISAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI


(SKM) PADA SMA NEGERI 1 TEJAKULA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Sarjana, Putu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memperoleh (1) gambaran dan deskripsi tentang
kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah kategori mandiri pada SMA Negeri 1 Tejakula
ditinjau dari latar, (2) gambaran atau deskripsi tentang kesiapan pelaksanaan rintisan
sekolah kategori mandiri pada SMA Negeri 1 Tejakula ditinjau dari masukan, (3)
gambaran dan dekripsi tentang kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah kategori mandiri
pada SMA Negeri 1 Tejakula ditinjau dari proses, dan (4) gambaran atau diskripsi
tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Rintisan Sekolah Kategori
Mandiri pada SMA Negeri 1 Tejakula.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluatif dengan mengadopsi model
evaluasi CIPP (latar, masukan, proses, dan produk/hasil). Variabel latar diukur dengan
instrumen berupa kuesioner latar, variabel masukan diukur dengan instrumen berupa
kuesioner masukan, dan variabel proses diukur dengan instrument berupa kuesioner
proses. Sampel penelitian berjumlah 51 guru, 1 kepala sekolah, 9 pegawai tata usaha, 10
komite sekolah, dan 46 siswa pada SMA Negeri 1 Tejakula yang diambil dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling.
Untuk mengetahui kesiapan pelaksanaan RSKM, data yang berupa skor variabel
latar, skor varibael masukan, dan skor varibael proses selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan kreterium ideal teoretik serta dengan menstransformasikan skor-Z ke
dalam rumus skor-T. Setelah diinterprestasikan dalam kreteria kesiapan kuadran
glickman, kesiapan SMA Negeri 1 Tejakula termasuk dalam kuadran glickman sangat
siap. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 1 Tejakula sangat siap
menjadi rintisan sekolah kategori mandiri (SKM) ditinjau dari segi latar, masukan, dan
proses.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam mempersiapkan SMA Negeri 1 Tejakula
sebagai rintisan sekolah kategori mandiri adalah bahwa pengembangan sekolah yang
telah ada menjadi Rintisan SKM perlu dimaksimalkan lagi dengan beragam strategi,
terutama sekali kesiapan pada aspek masukan dan aspek proses.
Kata kunci: evaluasi, rintisan sekolah kategori mandiri, latar, masukan, dan proses

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1760

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

AN EVALUATION ON CONDUCTING SCHOOL PREPARATION


OF INDEPENDENCE IN SMA NEGERI 1 TEJAKULA
THE ACADEMIC YEAR 2009/2010

ABSTRACT
This study aimed at finding out (1) description of conducting School Preparation
of Independence in SMA Negeri 1 Tejakula from context point of view, (2) description
of conducting School Preparation of Independence in SMA Negeri 1 Tejakul from input
point of view, (3) description of conducting School Preparation of Independence in
SMA Negeri 1 Tejakul from Process point of view, (4) description of obstacles
encountered in conducting School Preparation of Independence in SMA Negeri 1
Tejakula.
This study belonged to an evaluative research that adopted the CIPP evaluation
model. The context variable was measure by an instrument in the from of context
variable questionnaire, the input variable by an instrument in the from of of input
variable questionnaire, and the Process variable by Process variable questionnaire. The
sample consisted of 51 teachers, 1 headmaster, 6 administration officers, 10 school
committees, and 46 students in SMA Negeri 1 Tejakula derived purposive sampling
technique.
The finding out in conducting School Preparation of Independence,data in the
from of score related to the context,input and process variables were analyzed by using
theoretic ideal criterion and with converting them into t-scores.
Having been interpreted into Glickmans Quadrant readiness level criteria, It
found that readiness level of SMA Negeri 1 Tejakula l to be School Preparation of
Independence was in very ready quandrant. Thus, it could be conclude that SMA Negeri
1 Tejakula was very ready to be School Preparation of Independence from the
context,input and process points of view.The main obstacle encountered in preparing of
SMA Negeri 1 Tejakula to be School Preparation of Independence is that the existed
school development system to be School Preparation of Independence has not
maximized by implementation of various strategies as inputs and Process strategies yet.
Key words : evaluation, school preparation of independence, context,input and process.
potensi peserta didik

I. PENDAHULUAN
Berbagai usaha dapat dilakukan

secara optimal

menjadi kemampuan untuk hidup di

untuk meningkatkan mutu sumber daya

masyarakat

dan

manusia (SDM) dan mutu pendidikan

masyarakat.

Setiap

(formal,

memiliki potensi dan sekolah harus

nonformal

serta

informal)

potensi

menyejahterakan
peserta

didik

adalah merupakan usaha yang paling

mengetahui

dominan dilakukan. Pendidikan formal

peserta

menempati posisi yang sangat strategis

merancang pengalaman belajar yang

untuk hal tersebut, karena sekolah

harus

memiliki tugas untuk mengembangkan

memiliki kemampuan yang diperlukan

didik.

diikuti

yang

dimiliki

Selanjutnya,

sekolah

peserta

didik

agar

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1761

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

masyarakat. Dengan demikian, potensi

mencerdaskan

peserta didik akan berkembang secara

bertujuan untuk berkembangnya potensi

optimal.

peserta didik agar menjadi manusia

Pada

dasarnya

kualitas

pendidikan

sekolah.

Sekolah

peningkatan

kehidupan

bangsa,

yang beriman dan bertakwa kepada

berbasis

pada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

merupakan

basis

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

peningkatan kualitas karena sekolah

mandiri, dan menjadi warganegara yang

lebih

demokratis serta bertanggung jawab.

mengetahui

masalah

yang

dihadapi dalam meningkatkan kualitas

Tujuan pendidikan tidak hanya

pendidikan. Sekolah berfungsi sebagai

mengembangkan potensi peserta didik

unit yang mengembangkan kurikulum,

menjadi manusia berilmu, cakap, dan

silabus,

pelaksanaan

kreatif, tetapi juga sehat, mandiri,

strategi

demokratis, bertanggung jawab, serta

pembelajaran, dan sistem penilaian.

berakhlak mulia. Untuk mewujudkan

Dengan demikian manajemen sekolah

tujuan ini,

merupakan basis peningkatan kualitas

standar

pendidikan. Oleh karena itu, penerapan

tertuang dalam Peraturan Pemerintah

manajemen berbasis sekolah merupakan

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

usaha untuk memberdayakan potensi

Nasional Pendidikan. Dalam peraturan

yang ada di sekolah dalam usaha

pemerintah ini

meningkatkan kualitas pendidikan.

standar nasional pendidikan meliputi (1)

rencana

pembelajaran

(RPP),

Salah satu upaya yang dilakukan


pemerintah
kualitas

dalam

pendidikan

Indonesia

adalah

pemerintah

nasional

menetapkan

pendidikan

yang

dijelaskan bahwa

standar isi, (2) standar kompetensi

meningkatkan

lulusan, (3) standar proses (4) standar

bagi

pendidik dan tenaga kependidikan, (5)

bangsa

diterbitkannya

standar

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

standar

tentang Sistem Pendidikan Nasional.

pembiayaan, dan (8) standar penilaian

Dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor

pendidikan.(Depdiknas,2008)

20 Tahun 2003 itu dijelaskan bahwa


pendidikan

nasional

mengembangkan
membentuk

watak

berfungsi

kemampuan
serta

dan

peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka

sarana

dan

pengelolaan,

prasarana,
(7)

(6)

standar

Peraturan Pemerintah Nomor 19


Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan

pasal

11

ayat

menjelaskan bahwa beban belajar untuk


SMA/MA/SMLB,

SMK/MAK

atau

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1762

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

bentuk lain yang sederajat pada jalur

BSNP,

pendidikan formal kategori mandiri

Pembinaan

dinyatakan dalam satuan kredit semester

mengembangkan

(sks).

menetapkan SKM

Beban belajar

minimal dan

untuk sementara Direktorat


SMA

berinisiatif

kriteria

untuk

dalam

rangka

maksimal bagi satuan pendidikan yang

pelaksanaan program rintisan SKM

menerapkan Sistem kredit semester

dalam lima level. Pelevelan tersebut

(SKS)

didasarkan pada tingkat pemenuhan

ditetapkan

oleh

peraturan

menteri berdasarkan usul Badan Standar

standar

Nasional Pendidikan (BSNP). Pada ayat

tersebut dilakukan untuk memudahkan

ini

pelaksanaan pembinaan baik oleh pusat

dijelaskan

khususnya

bahwa

sekolah,

SMA/MA/

SMLB,

nasional

maupun

daerah,

pendidikan.

dan

Hal

penyusunan

SMK/MAK atau bentuk lain yang

program kerja oleh sekolah. Pelevelan

sederajat dikelompokkan menjadi dua

tersebut adalah sebagai berikut :

kategori, yaitu sekolah kategori standar

1) SMA kategori standar I

dan

sekolah

Pengategorian

kategori
ini

mandiri.

didasarkan

pada

tingkat terpenuhinya standar nasional


pendidikan.
pemerintah

Oleh
dan

karenanya,

pemerintah

daerah

berupaya agar sekolah/madrasah yang


berada

dalam

kategori

standar

= x

30,00%
2) SMA kategori standar II = 30,00%
< x 50,00%
3) SMA kategori standar III = 50,00%
< x 75,00%
4) SMA kategori mandiri I

= 75,00%

< x 100,00%

meningkat menjadi sekolah/madrasah

(hampir memenuhi standar nasional

kategori mandiri.

pendidikan)

Landasan pelaksanaan rintisan


SKM

5) SMA kategori mandiri II

adalah kebijakan SKM yang

ditetapkan
Manajemen

oleh

BSNP,

Dikdasmen,

100,00%

Ditjen

(memenuhi/melampaui

Ditjen

nasional pendidikan)

standar

PMPTK, Renstra Depdiknas, kebijakan

x = standar nasional pendidikan (8

Direktorat Pembinaan SMA, dan usulan

standar)

penetapan

sekolah

dari

Pendidikan

Provinsi

Kabupaten/Kota.

Sambil

Dinas

Secara terus menerus kriteria

dan

tersebut akan disempurnakan sejalan

menunggu

diterbitkannya kebijakan SKM

dengan

perkembangan

penyelesaian

dari

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1763

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

penyusunan delapan standar nasional

Tejakula ditinjau dari segi latar? (2)

pendidikan secara lengkap.

Seberapakah

Sebagai acuan pengembangan


RSKM,

Departemen

Pendidikan

mandiri (SKM) pada SMA Negeri 1


Tejakula

Manajemen

Pendidikan

Seberapakah

Menengah,

Direktorat

dan

kesiapan

pelaksanaan rintisan sekolah kategori

Nasional melalui Direktorat Jenderal


Dasar

tingkat

dari

segi

masukan?

tingkat

(3)

kesiapan

Pembinaan

pelaksanaan rintisan sekolah kategori

Sekolah Menengah Atas (SMA) telah

mandiri (SKM) pada SMA Negeri 1

mengeluarkan pedoman dan perangkat

Tejakula dari segi proses? (4) Apakah

rintisan SKM/SSN (sekolah kategori

kendala-kendala yang dihadapi dalam

mandiri/

pelaksanaan rintisan sekolah kategori

sekolah

standar

nasional)

tahun 2008.

mandiri (SKM) pada

Sampai

saat

ini

belum

ada

Tejakula?

(5)

SMA Negeri 1

Apakah

penelitian yang bersifat ilmiah untuk

pemecahan

melihat

digunakan dalam upaya peningkatan

tingkat kesiapan menjadi

rintisan

sekolah

kategori

masalah

alternatif
yang

bisa

kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah

mandiri/RSKM di SMA Negeri 1

kategori mandiri (SKM) pada

Tejakula. Untuk itu perlu dilakukan

Negeri 1 Tejakula? Manfaat yang

studi

diperoleh dari penelitian ini antara lain

evaluasi

program

untuk

mengetahui kesiapan program rintisan

(a)

sekolah kategori mandiri di SMA

pengetahuan

Negeri 1 Tejakula ditinjau dari segi

sekolah sebagai lembaga pendidikan

context, input dan

yang

didalamnya
terhadap

process (yang

termasuk

delapan

pemenuhan

standar

menambah

khususnya

menerapkan

kategori

khasanah

SMA

mandiri

ilmu

pengelolaan

rintisan

sekolah

(SKM)

dalam

nasional

meningkatkan mutu lulusannya melalui

pendidikan) serta kendala-kendala yang

pemenuhan delapan Standar nasional

terjadi dalam pelaksanaan program

pendidikan, terutama pada lembaga

tersebut.

pendidikan

Berdasarkan latar belakang di

Menengah

setingkat
Atas.

(b)

Sekolah
memberikan

atas, fokus penelitian ini adalah (1)

gambaran kepada pelanggan internal,

seberapakah

kesiapan

yaitu para guru dan staf pegawai

pelaksanaan rintisan sekolah kategori

administrasi, serta pelanggan eksternal

mandiri (SKM) pada SMA Negeri 1

yang meliputi siswa, orang tua siswa,

tingkat

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1764

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

dan masyarakat mengenai pelaksanaan

digunakan adalah metode evaluatif,

rintisan sekolah

yaitu

kategori mandiri

analisis

yang

dilakukan

(SKM) pada sekolah dalam usaha

berdasarkan evaluasi terhadap program

meningkatkan mutu pendidikan yang

atau konsep yang berorientasi pada

tercermin dari mutu kegiatan proses

sasaran, yakni suatu gambaran yang

pembelajaran

menunjukkan

didukung

di

oleh

sekolah
suasana

dengan

lingkungan

sekolah serta mutu tenaga pendidik dan


tenaga

kependidikan

bermutu/memadai,

(SDM)
sampai

rintisan

sekolah

pelaksanaan

kategori

mandiri

(SKM) pada SMA Negeri 1 Tejakula.

yang
pada

kesiapan

Adapun subjek penelitiannya


adalah

semua

guru

dan

pegawai

peningkatan mutu lulusan dan dapat

administrasi di SMA Negeri 1 Tejakula

melanjutkan pada jenjang pendidikan

yang menduduki jabatan sebagai kepala

yang lebih tinggi (jenjang perguruan

sekolah, wakil kepala sekolah, wali

tinggi/akademi), (c) Dapat dijadikan

kelas,

bahan evaluasi diri oleh

komite dan pengurusnya serta guru

sekolah-

pembina osis,

siswa,

sekolah lain yang akan melaksanakan

yang

program yang sama pada hari-hari

jawab program (PJP) dalam program

mendatang

kesiapan pelaksanaan rintisan sekolah

(d)

Dapat

dijadikan

bertugas sebagai

ketua

mandiri

penanggung

pedoman dan sampel empiris bagi

kategori

(SKM)

peneliti lain yang ingin melaksanakan

semuanya berjumlah 112 orang. Sampel

studi evaluasi terhadap program yang

penelitian ini adalah di Sekolah SMA

sejenis pada kemudian hari di tempat

Negeri 1 Tejakula, Desa Tejakula,

yang sama ataupun di tempat yang lain.

Kecamatan

Tejakula,

yang

Kabupaten

Buleleng, Provinsi Bali.


Teknik

II. METODE PENELITIAN


Penelitian
mengevaluasi
rintisan

ini

bertujuan

kesiapan

pelaksanaan

adalah

purposive

sampling. Menurut Husaini Usman


(2000:137) dan Sugiyono (2007:124),

(SKM) pada SMA Negeri 1 Tejakula

teknik sampling bertujuan (purposive

dengan menggunakan pendekatan mix

sampling) digunakan apabila anggota

method yang merupakan bauran antara

sampel yang dipilih secara khusus

metode kuantitatif

berdasarkan

metode

kategori

digunakan

sampel

mandiri

sedangkan

sekolah

yang

pengambilan

dan kualitatif,
penelitian

yang

Menurut

tujuan
Kerlinger

penelitiannya.
(2002:135),

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1765

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

sampling bertujuan tergolong sampling

yang telah dirumuskan, serta dijadikan

nonprobalitas yang mempunyai ciri

landasan dalam mengambil kesimpulan.

penilaian dan upaya cermat untuk

Menghitung rata-rata skor yang

memperoleh sampel yang representatif

diperoleh pada tiap komponen dan

dengan cara meliputi wilayah-wilayah

mengonversikannya

atau kelompok-kelompok yang diduga

kategori/klasifikasi pada skala lima

sebagai anggota sampel.

yang dibuat berdasarkan mean ideal dan

Instrumen pengumpulan

standar

data

deviasi

dengan

ideal.

yang digunakan dalam penelitian ini

menentukan

adalah

pelaksanaan Rintisan SKM baik dari

berupa

pedoman

kuesioner/angket,

wawancara,

dan

lembar

tingkat

Untuk
kesiapan

variabel latar, masukan, dan proses,

observasi, serta studi dokumen. Data

digunakan

kreteria

ideal

teoritik

yang dikumpulkan dalam penelitian ini

(Koyan,2007:73), sehingga diperoleh

digunakan untuk menjawab pertanyaan

kategori sebagai berikut.

Tabel 1. Klasifikasi/Predikat dengan rujukan Kurva Normal


Rentang Skor

Klasifikasi/ Predikat

Mi + 1,5SDi

Mi + 3,0 SDi

sangat siap

Mi + 0,5SDi

Mi + 1,5 SDi

siap

Mi - 0,5SDi

Mi + 0,5 SDi

cukup siap

Mi - 1,5SDi

Mi - 0,5 SDi

kurang siap

Mi 3 SDi

Mi - 1,5 SDi

sangat kurang siap

Mi

= rata-rata ideal = ( skor maks ideal + skor min ideal ).


1
SDi = standar deviasi ideal =
(skor maks ideal - skor min ideal ).
6
dideskripsikan, dianalisis, dan dibahas

III. HASIL PENELITIAN DAN

lebih lanjut agar diperoleh simpulan-

PEMBAHASAN
Ada beberapa

yang

simpulan. Secara umum, dari segi latar,

kesiapan

tingkat kesiapan pelaksanaan rintisan

pelaksanaan rintisan sekolah kategori

sekolah mandiri di SMAN 1 Tejakula

mandiri (RSKM) pada SMA Negeri 1

termasuk dalam kategori sangat siap.

diperoleh

Tejakula.

dari

temuan

Evaluasi

Temuan-temuan

itu

Sangat siapnya aspek landasan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1766

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

hukum/kebijakan pendidikan, akreditasi

siap, sebagai implikasi langsung dari

sekolah, visi/misi sekolah, tujuan dan

penunjukan langsung oleh pemerintah

sasaran

daerah

/program

sekolah

karena

melalui

dinas

Pendidikan

pemerintah sangat serius menjalankan

Kabupaten kepada sekolah yang telah

amanat pasal 11 ayat 2 dan 3 Peraturan

ada menjadi sekolah rintisan sekolah

Pemerintah /PP 19 Tahun 2005 tentang

kategori mandiri. Banyak tantangan

Standar Nasional Pendidikan (SNP)

yang dialami, mulai dari etos kerja,

yang menyatakan bahwa pemerintah

kultur yang sudah melekat, komitmen

mengategorikan sekolah/madrasah yang

dan tingkat kompetensi pendidik serta

telah atau memenuhi standar nasional

kependidikan.

ke dalam kategori mandiri.

kependidikan

kondisi

geografis,

Aspek

Seluruh
belum

tenaga
memenuhi

sosial-ekonomi,

kualifikasi yang sesuai dengan profil

permintaan dan dukungan masyarakat

RSKM. Semua tenaga kependidikan

dan stakeholder

termasuk kategori

mempunyai latar belakang pendidikan

sangat siap, yaitu kondisi lahan yang

SMA dan yang sederajat, sehingga

luasnya 1,5 hektar dengan bidang datar

ketika dihadapkan dengan tuntutan ICT

dan

yang terintegrasi dalam manajemen

asri

dilatarbelakangi

oleh

pemandangan pegunungan dan kondisi

sekolah

masyarakat sekitar yang kondusif untuk

berkembang. Begitu pula dengan tenaga

mendukung program RSKM di sekolah

pendidik

ini. Aspek kultur dan regulasi sekolah

pendidik berlatar belakang pendidikan

dalam pelaksanaan program RSKM di

S1 saja. Dengan alasan usia yang sudah

SMAN 1 Tejakula termasuk kategori

tua,

sangat siap, yaitu suasana budaya

mempelajari

kebersamaan dan aturan tata tertib yang

inggris,

bisa

memenuhi

difahami

oleh

semua

warga

sangat

(guru).

para

guru

lambat

Sebagian

enggan

komputer

sehingga

untuk

besar

untuk

dan

bahasa

usaha

untuk

penjaminan

mutu

yang

sekolah, termasuk aturan penerimaan

sesuai dengan profil RSKM dari aspek

peserta

pendidik

didik

baru

serta

tingkat

kelulusan /output siswa.


Secara

umum,

dan

tenaga

kependidikan

sangat lambat.
Aspek sarana dan prasarana

variabel

masukan termasuk kategori sangat

kategori

sangat siap. Hal ini juga

siap. Kesiapan pendidik dan tenaga

sebagai

implikasi

kependidikan yang termasuk kategori

penunjukan lansung menjadi RSKM,

langsung

dari

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1767

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

sehingga terjadi kebimbangan dalam

program RSKM di SMAN 1 Tejakula

merenovasi sarana dan prasarana yang

termasuk kategori

telah ada untuk dikembangkan menjadi

yang perlu mendapat perhatian dalam

sarana yang memenuhi penjaminan

komponen

mutu RSKM. Sekolah telah berusaha

kemampuan guru mengajar berbasis

untuk

melengkapi

media ICT dan menggunakan berbagai

sarana dan prasarana agar sesuai dengan

model pembelajaran. Untuk mengatasi

penjaminan mutu RSKM melalui kerja

hal ini, pihak sekolah telah membuat

sama

inovasi dengan mengadakan kerja sama

secara

bertahap

dengan

instansi

terkait

dan

stakeholders.

dengan

Komponen

pembiayaan

termasuk kategori sangat siap, karena

sangat siap. Hal

pembelajaran

pengawas

adalah

akademik

dari

pengawas yang ada di Dinas Pendidikan


Kabupaten Buleleng.

penggunaan dana secara efektif dan

Sampai saat ini sekolah juga

efesien dalam batasan pembiayaan mutu

belum melaksanakan Sistem Kredit

saja, serta pelaporan dana sudah tertata

Semester

dengan baik. Sumber pendanaan berasal

pelaksanaan

dari komite sekolah, dana Block grant

belum jelasnya aturan yang dikeluarkan

RSKM, dana bantuan dari pemerintah

oleh Dinas Pendidikan Nasional untuk

kabupaten dan provinsi.

memfasilitasi siswa dan sekolah belum

Sampai saat ini dana bantuan


dari pemerintah kabupaten dan provinsi

(SKS).
SKS

Keterlambatan
disebabkan

oleh

mampu melaksanakan moving class.


Aspek

pengelolaan

sekolah

hanya dalam bentuk fisik dan terbatas.

dalam pelaksanaan program RSKM di

Sekolah sangat mengharapkan agar

SMAN 1 Tejakula termasuk Kategori

dana bantuan dari pemerintah kabupaten

sangat siap Hal ini dapat dilihat dari

dan provinsi dapat dipergunakan untuk

visi,misi dan tujuan sekolah

peningkatan

dirumuskan berdasarkan masukan dari

kualitas

pendidik

dan

tenaga kependidikan khususnya, dalam

berbagai

peningkatan

stakeholders serta mendapat dukungan

sehingga

kualifikasi

penjaminan

akademik,

mutu

RSKM

segera dapat dipenuhi.

warga

sekolah

yang

dan

dari semua warga sekolah, komite


sekolah,

dan

masyarakat

sekitar.

Variabel proses secara umum

Sekolah memiliki rencana kegiatan

termasuk kategori sangat siap. Aspek

anggaran sekolah (RKAS) satu tahun

proses pembelajaran dalam pelaksanaan

dan rencana kegiatan sekolah /RKS

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1768

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

jangka waktu empat tahun, memliki

sekolah

pedoman penyelenggaraan RSKM, dan

SMAN 1 Tejakula adalah sangat siap.

progran pembiayaan oprasional sekolah,

Dari hasil wawancara mendalam

kategori

mandiri

serta termasuk pelaporan yang tertata

yang

baik.

kepentingan yang berbeda, yaitu siswa,


Aspek

kategori

penilaiaan

pendidikan

sangat siap. Penilaian yang

diadakan

terhadap

pada

empat

komite sekolah, pendidik, dan tenaga


kependidikan

terungkap

beberapa

dilakukan sebagian besar para guru

kendala-kendala yang muncul dalam

hanya dari aspek kognitif. Aspek afektif

pelaksanaan program rintisan sekolah

dan psikomotor sering tidak teramati,

kategori mandiri di SMA N 1 Tejakula.

karena kurang cermatnya pengamatan

Adapun kendala-kendala itu antara lain

yang diakibatkan oleh jumlah siswa

sebagai berikut. (1) Bahasa Inggris

dalam satu kelas berkisar 32 -- 40

merupakan kendala yang dialami semua

orang. Secara bertahap, sekolah juga

komponen,

berusaha untuk mengurangi jumlah

kependidikan, maupun siswa. Sarana

siswa dalam satu kelas serta selalu

penunjang

team

mengefektifkan

teaching,

tidak

untuk melaksanakan penilaian.

terhadap

pada

seperti

tenaga

lab.

bahasa,

ada,

sehingga

standar

sarana

pemenuhan
prasarana

semua

menjadi terhambat. (2) Sebagian besar

variabel dirubah kedalam T- skor, dan

guru-guru merasa kekurangan waktu

dilanjutkan

menentukan

dalam menerapkan pembelajaran remidi

arahnya, ternyata didapatkan bahwa

dan pengayaan, apalagi bagi guru-guru

untuk variabel latar, T- skor > 50, yang

yang telah tersertifikasi diwajibkan

berarti

Variabel

memiliki beban kerja sebanyak 24 jam

masukan T- skor > 50, yang berarti

tatap muka per minggu. Para guru tidak

arahnya positif., sedangkan variabel

punya lagi waktu untuk melaksanakan

proses T- skor > 50, yang berarti

kegiatan ke-MGMP-an. Guru

arahnya

demikian,

punya cukup waktu untuk berdiskusi di

tingkat kesiapan latar = +, kesiapan

dalam kegiatan MGMP ataupun lintas

masukan = +, kesiapan proses = +,

MGMP

artinya,

tingkat

perkembangan

rintisan

siswa.

kesiapan

skor

pendidik,

komputer, lab fisika sampai saat ini

sehingga lebih memudahkan para guru

Setelah

baik

dengan

arahnya

positif.

secara

positif.

Dengan

umum

pelaksanaan

untuk

membahas

kemajuan

Demikian

tidak

juga

akademis
dengan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1769

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

perencanaan strategi pembelajaran dan


penggunaan

proses

pembelajaran

berbasis ICT/multi media. (3) ICT


merupakan masalah yang sangat besar
dihadapi oleh sebagian besar tenaga
pendidik dan tenaga
Tenaga

kependidikan.

kependidikan

mengalami

kesulitan dalam menerapkan ICT untuk


manajemen sekolah. Sebagian besar
manajemen
dikerjakan

administrasi
masih

bersifat

sekolah

oleh

pihak-pihak

berkepentingan.Sebagian besar

IV. PENUTUP
Berdasarkan analisis data dan
temuan penelitian, dapat disimpulkan
bahwa tingkat kesiapan pelaksanaan
rintisan

yang
guru

MIPA telah menguasai ICT meskipun


baru dalam tataran penggunaan power
point dan multi media pembelajaran
yang sudah jadi dalam melaksanakan

sekolah

kategori

mandiri

(RSKM) pada SMA Negeri 1 Tejakula


berdasarkan

analisis

model

CIPP

termasuk kategori sangat siap, baik dari


segi latar, masukan, maupun dari segi
proses.
Untuk

manual.

Sehingga tidak bisa diakses dengan


cepat

ISSN 1858 4543

memantapkan

meningkatkan

pelaksanaan

dan
rintisan

sekolah kategori mandiri (RSKM) pada


SMA negeri 1 Tejakula dan berdasarkan
kendala-kendala yang ditemukan baik
dari segi latar, segi masukan maupun
dari

segi

proses,

dapat

di

rekomendasikan hal-hal sebagai berikut.

proses pembelajaran di kelas. Pihak


sekolah belum

secara

rutin/berkala

melaksanakan pelatihan komputer dan


internet untuk pendidik dan tenaga
kependidikan.

(4)

Kultur

sekolah,

situasi, dan kondisi di lingkungan


sekitar sekolah serta masyarakat sekitar
belum begitu besar menaruh perhatian
atas kemampuan dan sikap/perilaku
belajar siswa yang dapat mengarah
/berorientasi kepada pendidikan yang
bermutu.

Rekomendasi

kebijakan

untuk

komponen latar.
1) Untuk pihak Sekolah
a. Sekolah hendaknya secara terusmenerus

menyosialisasikan

visi,

misi, dan tujuan/program sekolah


sehingga membumi dengan seluruh
warga sekolah, serta semua berusaha
untuk mencapainya.
b. Sekolah perlu meningkatkan kerja
sama dengan masyarakat sekitar dan
stakeholders, tidak hanya dalam hal
pendanaa/finansial, tetapi juga dalam

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1770

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

sumbangan pemikiran/ide-ide yang

dan

remidi

kreatif dan inovatif.

berkesinambungan.
c. Sekolah

2) Untuk pihak Pemerintah

secara

hendaknya

secara

Pemerintah hendaknya menyiapkan

berkelanjutan

anggaran

meningkatkan profesionalisme guru,

yang

memadai

bagi

berusaha

untuk

sekolah RSKM untuk dipersiapkan

terutama

dalam

menjadi sekolah kategori mandiri,

komputer,

bahasa

Inggris

tidak

berbagai

model

pembelajaran.

Sekolah

hendaknya

hanya

MUTU

dalam

tetapi

pembiayaan

juga

dalam

penguasaan
dan

membuat

pembiayaan bidang fisik, seperti

pelatihan dalam pembelajaran yang

pengadaan

berbasis ICT. Sekolah juga secara

laboratorium

beserta

fasilitas pendukungnya.

berkesinambungan

meningkatkan

keterampilan tenaga kependidikan


Rekomendasi

kebijakan

untuk

dalam

penguasaan

ICT

dalam

komponen masukan

menjalankan

1) Untuk pihak Sekolah

administrasi sekolah sehingga dapat

a. Kepala Sekolah secara bersama-sama

memenuhi target yang sesuai dengan

dengan pengurus komite sekolah

manajemen

profil RSKM.

secara rutin mengajukan proposal


bantuan dalam bentuk block-grant
kepada pemerintah daerah provinsi
dalam hal ini Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali,
baik bantuan sarana prasarana ICT
maupun

bantuan

pendidikan

dan

dalam
pelatihan

bentuk
kerja

hendaknya

a. Pemerintah daerah dalam hal ini


SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten
Buleleng agar meninjau / mereview
kembali tentang beban kerja guru
bagi guru (tenaga pendidik) yang
telah tersertifikasi, sehingga para
guru

(diklat) teknis.
b. Sekolah

2) Untuk pihak Pemerintah

selalu

mempersiapkan anak didiknya untuk


bisa mencapai kelulusan di atas 90%
melalui pemberian jam tambahan
belajar dengan program pengayaan

dapat

melaksanakan

dengan

leluasa

tugas

secara

proporsional dan profesional.


b. Pemerintah hendaknya menyediakan
bantuan biaya untuk pengembangan
sekolah

RSKM

sesuai

dengan

kewenangannya, dan mengurangi isu

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1771

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

pendidikan gratis selama keuangan


negara

belum

mencukupi

untuk

membiayai pendidikan.

ISSN 1858 4543

b. Sekolah hendaknya memiliki rencana


kegiatan anggaran sekolah (RKAS)
satu tahun dan rencana kegiatan
jangka menengah (RKJM) jangka

3) Untuk pihak LPTK

waktu

a. LPTK hendaknya segera membuka


kelas Magister Sains (Matematika,
Fisika,

Kimia,

Biologi)

bertaraf

Internasional untuk menyiapkan guru


yang mampu mengajar berbasis bahasa
Inggris dan berbasis ICT serta mampu
menggunakan

berbagai

model

pembelajaran yang inovatif.

empat

tahun

berdasarkan

pedoman penyelenggaraan RSKM


dan progran pembiayaan oprasional
sekolah serta termasuk pelaporan
yang

berdasarkan

berbagai

warga

stakeholders

masukan

dari

sekolah

dan

serta

mendapat

dukungan dari semua warga sekolah


dan komite sekolah.

b. PPL yang ditempatkan pada sekolah


RSKM hendaknya yang mempunyai

2) Untuk pihak Pemerintah

kemampuan dalam bahasa Inggris,

a. Pemerintah daerah, dalam hal ini

mampu

menggunakan

menguasai

berbagai

ICT

dan

SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten

model-model

Buleleng, hendaknya secara berkala

pembelajaran.

melengkapi

kebutuhan

sekolah,

terutama pada sarana dan prasarana


Rekomendasi kebijakan untuk
komponen proses
1) Untuk pihak Sekolah :
a. Kepala Sekolah secara bersama-sama
dengan pengurus komite sekolah
secara rutin mengajukan proposal
bantuan dalam bentuk block-grant
kepada Pemerintah Daerah Provinsi

yang mendukung target tercapainya


profil RSKM.
b. Pemerintah kabupaten/kota, provinsi
dan pemerintah pusat hendaknya
melakukan

koordinasi

dan

sinkronisasi

kebijakan

dan

kewenangan

operasional

dalam

pengembangan sekolah RSKM.

dalam hal ini Dinas Pendidikan


Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali,
baik itu bantuan sarana penunjang
seperti lab. bahasa, lab. komputer,
lab fisika maupun bantuan dalam
bentuk Bimbingan Teknis.
JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1772

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharmini. 2004, Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2001, DasarDasar Evaluasi Pendidikan (edisi
revisi). Jakarta : Bumi Aksara.
Atmadi, A. dan Y. Setyaningsih. 2000.
Transformasi
Pendidikan
Memasuki Milenium Ketiga.
Yogyakarta:Kanisius .
Dantes, Nyoman. 2007. Metodologi
Penelitian.
Singaraja:FIP
Undiksha
Depdikbud.1991.
Pedoman
Penyelenggaraan
Pendidikan
Sekolah Lanjutan Atas. Dirjen
Dikdasmen.
Jakarta:Proyek
Peningkatan Mutu Pendidikan
Menengah.
Depdiknas, 2008. Perangkat Rintisan
SKM/SSN. Jakarta, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah
Atas (SMA).
Marhaeni ,A.A.I.N. (2007), Evaluasi
Program Pendidikan, Singaraja:
PPs Undiksha
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi

ISSN 1858 4543

Permendiknas Nomor 22 dan


Nomor 23.
Popham,W.J.
1985.
Educational
Evaluation. New Jersey, PrenticeHall, Inc.
Siskandar. 2003. Penyelenggaraan
Sistem SKS di SMU. Makalah
Seminar Nasional Penerapan
Sistem SKS pada SMU di
Provinsi NTB tanggal 23 Pebruari
2003.
Slameto. 1991.
Proses Belajar
Mengajar dalam Sistem Kredit
Semester. Jakarta: Bumi Aksara.
Stott, Lousie, Fink Dean. & Earl. Lorna.
(2003). Its about learning.
London: RoutledgeFarlmer.
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan
Mutu
Berbasis
Sekolah.
Jakarta:Depdiknas.
Undang-Undang No. 2 tahun 1989
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Wildan. 2002. Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Didaktika. Jurnal
Pendidikan Dasar dan TK. I (1)2002.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan
Masa Depan. Yogyakarta:Bayu
Indra Grafika.

Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006


tentang
Standar
Kompetensi
Lulusan
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Pelaksanaan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1773

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

DETERMINASI POTENSI AKADEMIK, BAKAT KINESTETIK, DAN


MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR KARAWITAN
PADA MAHASISWA JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI
PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

Sarwa, I Nengah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya (1) determinasi potensi akademik
terhadap prestasi belajar; (2) determinasi bakat kinestetik terhadap prestasi belajar; (3)
determinasi motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar; dan (4) determinasi secara
bersama-sama antara potensi akademik, bakat kinestetik, dan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian ex-post fakto pada mahasiswa semester 4
Jurusan Seni Karawitan Institut Seni Indonesia Denpasar, yang berjumlah 35 orang.
Data dikumpulkan dengan (1) kuesioner motivasi berprestasi; (2) tes potensi akademik;
(3) tes bakat kinestetik, dan (4) tes prestasi belajar. Analisis data menggunakan analisis
regresi linear. Dari analisis data ditemukan (1) terdapat korelasi yang positif dan
signifikan antara potensi akadiemik dan prestasi belajar, dengan koefisien korelasi
sebesar 0,720 dan determinasi sebesar 51,84%; (2) terdapat korelasi yang positif dan
signifikan antara bakat kinestetik dan prestasi belajar, dengan koefisien korelasi sebesar
0,731 dan determinasi sebesar 53,44%; (3) terdapat korelasi yang positif dan signifikan
antara motivasi berprestasi dan prestasi belajar, dengan koefisien korelasi 0,719 dan
determinasi sebesar 51,69%; (4) terdapat korelasi yang positif dan signifikan secara
bersama-sama antara potensi akademik, bakat kinestetik, serta motivasi berprestasi dan
prestasi belajar, dengan koefisien regresi sebesar 0,9330 dan determinasi sebesar
87,05% terdiri atas (a) sumbangan efektif potensi akademik 28,35% (b) sumbangan
efektif bakat kinestetik 31,72% dan (c) sumbangan efektif motivasi berprestasi 26,99%.
Kata kunci: potensi akademik, bakat kinestetik, motivasi berprestasi, dan prestasi
belajar.

THE DETERMINATION OF ACADEMIC POTENTIAL, KINESTHETIC


APTITUDE, AND ACHIEVEMENT MOTIVATION TOWARD LEARNING
ACHIEVEMENT OF THE STUDENTS OF THE KARAWITAN ART
DEPARTEMEN AT THE PERFORMANCE ART FACULTY OF INDONESIAN
ART INSTITUTE DENPASAR

ABSTRACT
This study aimed at finding out the extent of: (1) determination of Academic
Potential toward Learning Achievement; (2) determination of Kinesthetic Aptitude
toward Learning Achievement; (3) determination of Achievement Motivation toward
Learning Achievement; and (4) the simultaneous determination of Academic Potential,
Kinesthetic Aptitude, and Achievement Motivation toward Learning Achievement.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1774

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

This study was an ex-post facto research, for the 35 fourth semester students of
the Karawitan Art Departement of Indonesian Art Institute Denpasar. The data were
collected with: (1) a questionnare of Achievement Motivation, (2) Academic Potential
Test, (3) Kinesthetic Aptitude Test, and (4) Learning Achievement Test. The data
were analyzed by Linear Regression Analysis. From the analysis it was found that: (1)
there was a positive and significant correlation between Academic Potential and
Learning Achievement as shown by the coefficient of correlation of 0.720 and
determination of 51.84%; (2) there was a positive and significant correlation between
Kinesthetic Aptitude and Learning Achievement as shown by the coefficient of
correlation of 0.731 and the determination of53.44%; (3) there was a positive and
significant correlation between Achievement Motivation and Learning Achievement as
shown by the coefficient of correlation of 0.719 and the determination of 51.69%; (4)
there was a positive and significant simultaneous correlation between Academic
Potentiality, Kinesthetic Aptitude, and Achievement Motivation and Learning
Achievement as shown by the regression coefficient 0.9330 and the determination
87.05%, which are formed by: the contribution of Academic Potential 28.35%, the
contribution of Kinesthetic Aptitude 31.72%, and the contribution Achievement
Motivation 26.99%.
Key words: academic potentiality, kinesthetic aptitude, achievement motivation and
learning achievement.

menyatakan bahwa semua manusia

I. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi dewasa ini,

memiliki kecerdasan jamak (multiple

IQ (Intellegence Quotient) bukanlah

intelligences)

segala-galanya.

kecerdasan matematika, (2) kecerdasan

IQ

yang

meliputi

yang

meliputi

(1)

kecerdasan matematika dan bahasa

bahasa,

bukanlah satu-satunya kecerdasan yang

kecerdasan

dimiliki manusia. Dewasa ini telah

gerak,

berkembang

konsep

kecerdasan sosial, (8) kecerdasan alam,

kecerdasan, sebagai reaksi terhadap

dan (9) kecerdasan spiritual. Goleman

anggapan

yang

dalam Turmudhi (2008) menambahkan

adalah

satu lagi kecerdasan yaitu kecerdasan

Ternyata,

emosional (emotional intelligence). Ia

tingginya IQ seseorang juga tidak

menyatakan bahwa ada kecerdasan

menjamin

yang jauh lebih besar peranannya

berbagai

bahwa

memiliki

IQ

manusia

yang

individu

yang

tinggi

cerdas.

kesusksesan

dalam

kehidupan.
Di

(3) kecerdasan bentuk, (4)


musik,

(6)

(5)

kecerdasan

kecerdasan
diri,

(7)

dalam kehidupan, dibandingkan dengan


luar

IQ

banyak

kecerdasan

intelektual

kecerdasan lain yang dimiliki manusia.

mengantar

orang

Gardner

hidup

dalam

masih

Afriani

(2008)

yang

pada

sering

(IQ)

dalam

kesuksesan
disebut

EQ

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1775

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

(emotional qoutient). Kemudian Danah

dimiliki

Zohar

(2008)

menghasilkan manusia-manusia yang

tentang

memiliki keterampilan hidup (life skill),

dalam

memandang

Nggermanto
lebih

jauh

anak

didik,

agar

dapat

kecerdasan yang dimiliki manusia yang

mempunyai

disebutnya kecerdasan spiritual (SpQ),

bidangnya,

yang

temuan-

menjalani kehidupan di masyarakat.

neurologis

Dengan demikian, tugas pendidikan

berlandaskan

temuan

ilmiah

pada

tentang

kompetensi
sehingga

dapat

sebaiknya

kearifan

psikologi

mengidentifikasi tipe-tipe kecerdasan

Ia banyak mengulas

anak didik, kemudian baru menyusun

transpersonal.
peranan

SpQ

akhlak

manusia

manusia

plus

dalam

itu

pembentukan

sebagai
sendiri.

jati
Ia

diri
juga

terlebih

sukses

diramu dengan ilmu fisika quantum dan


oriental

adalah

pada

dahulu

rencana pendidikan yang sesuai. Tidak


tepat lagi memperlakukan semua anak
didik

dengan

cara

sama.

mengungkapkan kesimpulannya bahwa

Pendidikan

IQ menentukan sukses seseorang hanya

seluruh dimensi kecerdasan manusia ini

sebesar 20%, sedangkan kecerdasan

sampai batasbatas tertentu. Penekanan

yang lain memberi kontribusi sebesar

pengembangan

80%. Dari uraian di atas ternyata

kecerdasan

kecerdasan intelektual dan kecerdasan

kesulitan belajar. Pengembangan secara

emosional

memadai seluruh dimensi kecerdasan

kesuksesan,
spiritual

membawa
sedangkan
membawa

kebajikan.

orang

Lalu,

pada

kecerdasan
orang

yang

ini

perlu

yang

mengembangkan

pada

bakal

diharapkan

dapat

satu

aspek

mengakibatkan

menciptakan

pada

belajar anak didik menjadi lebih mudah

diinginkan

dan menyenangkan. Untuk itu, menurut

adalah menjadi orang sukses yang baik.

Nggermanto

Hal ini sesuai dengan ungkapan "It's

paradigma pembelajaran baru

nice to be important, but it's more

diperbaharui dengan tiga aspek, yaitu

important to be nice", yang artinya baik

otak tak hingga, informasi cepat, dan

kalau bisa menjadi orang penting, tetapi

kurikulum seutuhnya.

lebih penting menjadi orang baik

(a) Otak tak hingga; hasil penelitian

(Turmudhi, 2008).

tentang otak manusia menunjukkan

Hal inilah yang menyebabkan


dunia

pendidikan

mengembangkan

(2008),

diperlukan
atau

bahwa otak manusia paling sedikit

ditantang

untuk

terdiri atas 100 milyar sel otak aktif

kecerdasan

yang

atau neutron. Dalam setiap menit sel-

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1776

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

sel aktif itu mampu menciptakan

cerdas kalau menerima dan mengolah

sambungan baru tidak kurang dari 100

informasi sesuai dengan tipenya. Orang

ribu jalur. Dengan demikian karena

akan menjadi tampak bodoh bila sistem

besarnya potensi otak manusia, tidak

pendidikan

ada alasan bagi manusia untuk tidak

mengakomodasi

cerdas. Contoh otak seorang Albert

Seharusnya, dengan demikian, tugas

Einstein berkembang 10% lebih baik

pendidikan

dari otak orang biasa. Perkembangan

tipe-tipe

ini hanya terjadi pada bagian otak kiri

menyusun rencana pendidikan yang

yang

sesuai.

matematis

dan

verbal

yang

yang

diterapkan
tipe

adalah
anak

Tidak

tidak

tersebut.

mengidentifikasi
didik

kemudian

tepat

dan

bukan

merupakan indikator IQ. Sedangkan

zamannya lagi memperlakukan semua

Bagian otak matematis dan verbal tadi

anak didik dengan cara yang sama.

adalah sekitar 20% dari otak manusia

Selanjutnya, anggapan bahwa

keseluruhan. Otak Einstein berkembang

kecerdasan manusia diukur dari IQ

lebih baik dari otak orang biasa hanya

belaka sudah tidak lagi memadai.

kira-kira

Howard Gardner telah menemukan

sebesar

2%,

dan

itu

memiliki

multiple

(kecerdasan

jamak)

perkembangan yang sangat kecil. Lalu,

bahwa

muncul pertanyaan mengapa banyak

intelligences

orang

tepatnya

meliputi kecerdasan matematis, verbal,

mengapa banyak orang otaknya tidak

intrapersonal, interpersonal, gerakan,

berkembang?

ruang, musik, dan intuisi. Pendidikan

bodoh

Dalam

atau

lebih

Quantum

manusia

Learning

perlu mengembangkan seluruh dimensi

dijelaskan bahwa manusia memiliki

kecerdasan manusia ini sampai batas

tipe tertentu dalam menyerap dan

batas

mengolah

pengembangan

informasi.

Manusia

digolongkan menjadi tiga tipe dalam

tertentu.

kecerdasan

Penekanan

pada

bakal

satu

aspek

mengakibatkan

visual,

kesulitan

(VAK).

diupayakan belajar yang mudah dan

Sementara dalam mengolah informasi

menyenangkan, dengan memperhatikan

ada

pengembangan secara memadai dari

menyerap
auditif,

informasi,
dan

empat

kongkret,

yaitu

kinestetik

tipe

yaitu

sekuensial

sekuensial abstrak,

acak

kongkret, dan acak abstrak. Semua tipe

dimensi

belajar.

kecerdasan

Sudah

yang

masanya

dimiliki

masing-masing anak didik.

adalah baik, sebab semua orang akan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1777

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

(b) Informasi cepat; pada tahun 1926

pembelajaran tentang objek. Termasuk

ditemukan televisi, 1948 teknologi

dalam level ini adalah matematika,

transistor. Teknologi fiber-optic tahun

fisika, biologi dan lain-lain. Level

1988 mampu mengirim 3000 pesan

kedua adalah pembelajaran tentang cara

sekali kirim, tahun 1996 mampu 1,5

belajar. Termasuk dalam level ini

juta pesan, dan tahun 2000 diprediksi

adalah

mampu mengirim 10 juta pesan. Pada

menghafal cepat, berpikir kreatif, dan

tahun 1999 tidak kurang dari 250 juta

sebagainya. Level ketiga adalah belajar

komputer telah digunakan, dan tidak

mengubah

kurang dari 150 juta orang telah

paradigma.

terhubung langsung ke internet. Pada

belajar

tahun 2000-2005 diramalkan sekitar

terhadap alam semesta ini. Pendidikan

500 juta sampai satu milyar orang

di Indonesia terlampau menekankan

terhubung

Ini

level pertama, sehingga anak didik

manusia

tidak begitu paham cara belajar yang

menginginkan informasi yang cepat

efektif. Hal ini mengakibatkan belajar

pada segala bidang. Dengan demikian

justru berubah menjadi beban, tidak

tidaklah bijak jika sistem pendidikan

lagi

tidak

kebutuhan.

melalui

menunjukkan

internet.

bahwa

memanfaatkan

kemajuan

teknologi informasi (IT = information


technology).
dilaksanakan

Hal

tersebut

apabila

dapat
manusia

menggunakan alat bantu

teknologi

belajar

membaca

atau

membangun

suatu

keempat

adalah

pandangan

dunia

Level

tentang

dipandang

Dalam

efektif,

sebagai

upaya

suatu

peningkatan

kualitas pendidikan nasional, sangat


perlu

adanya

pendidikan

perencanaan

yang

relevan,

proses
demi

tersebut seperti komputer. Yang tidak

tercapainya tujuan pendidikan tersebut.

kalah pentingnya adalah pengalaman

Perencanaan

menunjukkan

didik

termasuk di antaranya adalah adanya

sekarang sangat terbantu motivasinya

tujuan pendidikan yang jelas, meliputi

bila belajar dengan menggunakan alat

tujuan nasional, tujuan institusional,

bantu seperti komputer, dan apalagi

tujuan

internet.

instruksional

bahwa

anak

pendidikan

kurikuler,
yang

tersebut

dan

tujuan

ditindak

lanjuti

Learning;

dengan kurikulum pendidikan serta

meliputi

dengan segala perangkat sekolah, yang

empat level, yaitu level pertama adalah

di dalamnya terdapat standar-standar

(c)

Comprehensive

seharusnya

pembelajaran

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1778

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

pembelajaran

serta

ISSN 1858 4543

pengembangan

output,

dalam

rangka

mencapai

intelektualitas dan mentalitas manusia

outcome yang laku atau dapat diterima

yang mengelolanya.

di pasar kerja (stakeholder).

Pada tahun 2004 dimulailah

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar

kurikulum baru yang biasa disebut

sebagai lembaga pendidikan tinggi

dengan kurikulum berbasis kompetensi

wajib

(KBK).

Pendidikan

Kurikulum

berbasis

menyelenggarakan Tridharma
Tinggi,

kompetensi sendiri adalah seperangkat

menyelenggarakan

rencana

pengajaran,

dan

pengaturan

tentang

yaitu

pendidikan

dan

menyelenggarakan

kompetensi dan hasil belajar yang

penelitian

harus dicapai peserta didik. Dengan

pengabdian

kurikulum ini diharapkan para peserta

Sehubungan

didik dapat menyesuaikan diri pada

Denpasar yang mempunyai pola ilmiah

suatu konteks nyata yang terjadi di

pokok kesenian telah mencanangkan

masyarakat.

visi

pendidikan
kepada

Dengan

demikian,

merupakan

pembekalan

subjek

didik

agar

dan

dan

menyelenggarakan
pada

dengan

misi

masyarakat.
hal

itu

sebagai

ISI

tujuan

institusional pendidikannya.

dapat

Visi

ISI

Denpasar

adalah

menyesuaikan pada kehidupan nyata.

menjadi pusat penciptaan, pengajian,

Lebih dari pada itu ialah meningkatkan

penyaji, dan pembinaan seni yang

moral, perkembangan mental yang

unggul, berwawasan kebangsaan demi

penuh, termasuk akal budi dengan

memperkaya nilai-nilai kemanusiaan

kecerdasannya.

sesuai dengan perkembangan zaman.

pendidikan

Dalam

hal

pada

Misi ISI Denpasar dirumuskan

didik

sebagai berikut (1) menyelenggarakan

merupakan subjek didik, bukan objek

pendidikan tinggi yang berkualitas

didik.

Pada

kemudian,

dalam

proses

pembelajaran

perguruan

manusianya;

dipusatkan

ini

artinya,

peserta

prinsipnya

memunculkan

dan

mengembangkan

pluralitas

dan

tinggi, dengan kurikulum berbasiskan

multikulturalitas

budaya

kompetensi,

nusantara agar memiliki daya saing

di

menginginkan

agar

rangka

lokal

mahasiswa sebagai input. mencapai

dalam

hasil belajar yang tinggi yang meliputi

menghasilkan lulusan bermoral, kreatif,

ketiga ranah pendidikan, yaitu kognitif,

tangguh,

psikomotorik,

kewirausahaan;

dan

afektif

sebagai

percaturan

unggul
(3)

global;

dan

(2)

berjiwa

meningkatkan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1779

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

penelitian

dan

pengabdian

masyarakat

yang

ISSN 1858 4543

kepada

dan

mendukung

dan

teknologi;

(4)

(Tim

Penyusun,

2006: 3-4)

pendidikan dan kemajuan seni, ilmu


pengetahuan,

budaya

Selanjutnya,
menyelenggarakan

dalam
pendidikan

memantapkan organisasi institut dalam

pengajaran

mencapai kinerja yang optimal untuk

kurikulum berbasis kompetensi (KBK),

mengantisipasi

untuk meningkatkan prestasi belajar

perkembangan

lingkungan.

telah

dan

dilaksanakan

mahasiswa secara kualitas maupun

Tujuan

pendidikan

program

kuantitas. Implementasi KBK telah

pendidikan sarjana seni adalah untuk

banyak memberikan tantangan bagi

menghasilkan tenaga akademis dan

insan

profesional dalam bidang seni tari, seni

melakukan pembenahan yang dimulai

karawitan, seni pedalangan, seni rupa

dari koreksi total (berupa total evaluasi

murni,

desain

diri), termasuk di dalamnya adalah

komunikasi visual, kriya seni, dan

proses pembelajaran yang sebenarnya

fotografi; yang mampu menangani

memang

masalah-masalah seni yang sifatnya

pencapaian tujuan. Dalam evaluasi diri

umum secara mandiri dan secara rinci

ditemukan kenyataan bahwa prestasi

sehingga lulusan program studi ini

belajar

mampu sebagai berikut

ditingkatkan, oleh karena indek prestasi

desain

interior,

(1) menciptakan

pendidikan,

menjadi

mahasiswa

sehingga

ujung

harus

tombak

masih

perlu

dan

kumulatif (IPK) mahasiswa pada akhir

mempresentasikan

beragam

semester lebih banyak di bawah 3,

gagasan

ke

berbagai

demikian pula hasil ujian tugas akhir

bentuk

karya

dalam

mahasiswa

belum

mempertanggungjawabkan secara

cumlaude

(sangat

etik, moral, dan akademik;

Kenyataan ini diketahui dari hasil

(2) mengaji
beragam

dan

seni

dan

menganalisis

fenomena

seni

dan

budaya;
(3) menyajikan karya seni secara
kreatif, inovatif, dan profesional;

banyak

yang

memuaskan).

evaluasi diri terhadap program studi,


dalam rangka program hibah dan
akreditasi program

studi.

Hal

ini

sebenarnya telah dirasakan, seperti


adanya

keluhan

para

pengelola

(4) mengembangkan kewirausahaan

pembelajaran (dosen) tentang belum

dalam mengelola kegiatan seni

maksimalnya pencapaian atau daya

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1780

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

serap mahasiswa dalam kompetensi

mahasiswa baru di ISI Denpasar masih

dasar mata kuliah, baik kuliah praktik

konvensional, yaitu melalui tes secara

maupun kuliah teori.

intern

Kemudian

Terfokus

dalam

upaya meningkatkan prestasi belajar


mahasiswa

ISI

Denpasar

yang

meliputi

tes

tulis,

wawancara dan praktik seni (Tim


Penyusun, 2006: 15).

dengan

Semua itu dilakukan sesuai

demikian

dengan kondisi yang ada bahwa calon

pembelajaran

mahasiswa tidak terlalu banyak dan

yang berpengaruh terhadap prestasi

bidang kajian ilmu di ISI Denpasar

belajar,

topik

sangat spesifik yaitu bidang kesenian,

kondisi

dan tidak bertentangan dengan Surat

individu mahasiswa itu sendiri sebagai

Keputusan Mendiknas No. 173/U/2001,

subjek

satu

yang menyatakan bahwa penerimaan

yang

mahasiswa baru merupakan tanggung

mempertimbangkan
banyaknya

komponen

maka

permasalahannya

sebagai
adalah

pembelajaran,

komponen

salah

pembelajaran

sekaligus menjadi input institusi.

jawab masing-masing perguruan tinggi.

Komponen mahasiswa dijadikan topik

(http://www.suaramerdeka.com/harian/

permasalahan oleh karena ada beberapa

0507/07/opi05.htm).

kenyataan di ISI Denpasar, terutama

Tes seleksi ke perguruan tinggi sampai

yang berkaitan dengan mahasiswa,

saat ini sering menghadapi kritik. Salah

yang memang belum sesuai dengan

satu kritik yang sering muncul adalah

harapan, antara lain seperti berikut ini.

keterkaitan

materi

tes

dengan

(1) Penerimaan mahasiswa baru

kurikulum sekolah. Keterkaitan ini

dilakukan melalui seleksi ujian masuk

menimbulkan masalah ketidakadilan

yang diselenggarakan secara mandiri

(unfairness), karena calon mahasiswa

oleh

dengan

yang memiliki potensi untuk belajar di

dan

perguruaan tinggi, kebetulan berasal

calon

dari sekolah atau daerah yang fasilitas

mahasiswa. Materi tes terdiri atas (a)

belajarnya kurang, akhirnya memiliki

tes umum meliputi bahasa Indonesia,

peluang yang lebih kecil untuk diterima

Pancasila, dan UUD 1945, wawasan

dibandingkan dengan calon mahasiswa

seni, bahasa Inggris; (b) tes khusus

yang

berupa wawancara bakat seni, praktik

fasilitasnya lebih baik.

ISI

mengutamakan
pengetahuan

Denpasar,
bakat
umum

seni
para

berasal

dari

sekolah

yang

seni dan lain-lain. Sistem penerimaan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1781

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Dari hal tersebut di atas, yang

ISSN 1858 4543

seyogianya

pilihan

pengajian,

menjadikan masalah dalam hal ini

diperuntukkan bagi mahasiswa yang

adalah tes penerimaan mahasiswa baru

mempunyai olah pikir atau potensi

belum

akademik yang lebih baik, sedangkan

mendapat

perhatian

yang

maksimal, terutama yang berkaitan

untuk

dengan jenis tes, materi tes, bentuk tes,

mempunyai kewajiban tugas akhir (TA)

asesmen,

dan

berupa karya seni, sehingga dalam hal

implikasi hasil tes. Hal ini perlu dikaji

ini lebih banyak melibatkan ranah

karena sangat berhubungan dengan

psikomotorik mahasiswa dalam praktik

hasil

seni. Dalam hal ini, seyogianya pilihan

kajian

akhir

analisis

tes

pembelajaran

berupa

pilihan

penciptaan

kualitas prestasi belajar sebagai tujuan

penciptaan

pembelajaran.

mahasiswa yang mempunyai olah gerak

(2)

Masing-masing program

Masalah yang muncul dalam hal

menyediakan pilihan minat yang

ini

disesuaikan

mahasiswa

masing-masing

kemampuan

adalah

kenyataan
yang

minimnya

mau

mengambil

yaitu

pilihan pengajian, dibandingkan dengan

pilihan pengajian seni dan pilihan

yang mengambil pilihan penciptaan.

penciptan seni. Pilihan pengajian seni

Dengan

merupakan pendalaman bidang seni

pengetahuan yang lebih komprehensif

pokok, yang arah pendalamannya pada

mengenai

pengajian teori seni secara ilmiah.

mahasiswa, baik potensi akademik

Pilihan

mahasiswa,

bagi

atau bakat kinestetik yang lebih tinggi.

studi di ISI Denpasar sejak smester 4,

dengan

diperuntukkan

seni,

penciptaan

demikian

perlu

kemampuan

ada

awal

seni

maupun bakat kinestetik mahasiswa

merupakan pendalaman bidang seni

yang ada hubungan dengan pilihan

pokok, yang arih pendalamannya pada

minat

penciptaan praktek seni secara ilmiah.

bersangkutan.

Jikalau diperhatikan lebih jauh bahwa


pilihan

pengajian,

pada

(3)

program

Adanya

studi

yang

keluhan

para

mempunyai

pengelola pembelajaran (dosen) ISI

kewajiban tugas akhir (TA) adalah

Denpasar, tentang belum maksimalnya

berbentuk skripsi, sehingga dalam hal

daya

ini

melibatkan

perkuliahan, baik mata kuliah praktik

kemampuan akademik (ranah kognitif)

maupun mata kuliah teori, pada hal

mahasiswa dalam teori seni. Untuk itu,

mereka

lebih

banyak

serap

masih

mahasiswa

sangat

dalam

ingin

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1782

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

meningkatkan IPK ataupun nilai TA

potensi akademik dan prestasi

mahasiswa. Hal ini sangat penting

belajar karawitan?

untuk

diperhatikan

karena

yang

(2) Apakah ada korelasi linear yang

menjadi pengelola pembelajaran di

positif dan signifikan antara bakat

perguruan tinggi adalah dosen, yang

kinestetik dan prestasi belajar

mempunyai kompetensi profesionalis

karawitan?

di bidang pembelajaran dan yang


bertanggungjawab
pembelajaran.

terhadap

proses

Keberadaan

IPK

(3) Apakah ada korelasi linear yang


positif

ukur

Kenyataan

keberhasilan
ini

jelas

dosen.

juga

signifikan antara

motivasi berprestasi dan prestasi

mahasiswa sebenarnya juga merupakan


tolok

dan

belajar karawitan?
(4) Apakah ada korelasi linear yang

sangat

positif

mengganggu akreditasi lembaga.

dan

bersama-sama

signifikan

secara

antara

potensi

Dengan demikian, yang menjadi

akademik, bakat kinestetik, serta

masalah dalam hal ini adalah suasana

motivasi berprestasi dan prestasi

akademik

(atmosphere

academic)

belajar karawitan?

secara umum serta situasi edukatif

Hasil

penelitian

ini

dapat

secara khusus belum kondusif sehingga

dijadikan acuan kebijakan lembaga.

belum mampu dibangkitkan motivasi

Skor potensi akademik merupakan

yang

salah

dapat

mahasiswa

mendorong
untuk

kemauan

belajar

secara

satu

kriteria

penerimaan

mahasiswa baru di ISI Denpasar. Bakat

maksimal. Oleh karena itu sangat perlu

kinestetik

membangkitkan motivasi berprestasi

tentang keterampilan mahasiswa dalam

mahasiswa dalam belajar, sehingga

praktek

kemungkinan

berprestasi dapat digunakan sebagai

prestasi

belajar

mahasiswa dapat ditingkatkan.


Berdasarkan

latar

sebagai

seni,

arahan/prediksi

sedangkan

motivasi

pedoman pembinaan kemahasiswaan

belakang

dalam

pengembangan

masalah seperti telah diuraikan di atas,

mahasiswa,

permasalahan

digunakan sebagai pengetahuan dosen

dalam

penelitian

ini

dapat dirumuskan sebagai berikut.


(1) Apakah ada korelasi linear yang
positif

dan

signifikan

antara

dan

kompetensi

akhirnya

dapat

dalam meningkatkan prestasi belajar


mahasiswa pada mata kuliah masingmasing.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1783

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

II.

METODE PENELITIAN

ISSN 1858 4543

III. HASIL PENELITIAN DAN

Penelitian ini termasuk dalam

PEMBAHASAN.

kategori ex-post facto (sesudah fakta),

Prestasi belajar dalam penelitian

karena gejala yang diamati sudah ada

ini dapat diartikan sebagai gambaran

secara wajar, dan tidak diperlakukan

tentang hasil belajar mahasiswa dan

melalui

seperti

hasil kerja dosen dalam kemampuan

dalam penelitian eksperimen. Tujuan

mengelola dan melaksanakan tugas

penelitian ini adalah ingin mengetahui

pendidikan

hubungan kemampuan yang dimiliki

diembannya,

mahasiswa, yaitu potensi akademik,

tanggungjawab profesionalisme yang

bakat

motivasi

dimiliki, sesuai dengan ukuran yang

berprestasi dengan

prestasi belajar

berlaku bagi pekerjaannya. Dari hasil

karawitan

Fakultas

Seni

analisis terlihat bahwa secara normatif

Pertunjukan Institut Seni Indonesia

prestasi belajar berada pada kategori

Denpasar. Dengan demikian, populasi

sangat tinggi dengan rata-rata sebesar

penelitian

mahasiswa

79,23 dan simpangan baku sebesar

Jurusan Karawitan tahun akademik

8,264. Sangat tingginya hasil belajar

2009/2010 yang mendapat mata kuliah

mahasiswa

Praktek Karawitan yaitu mahasiswa

penelitian ini juga dibuktikan melalui

semester 4 yaitu sebanyak 35 orang.

data

proses

manipulasi,

kinestetik,

pada

ini

adalah

Pengumpulan
dengan

dan

metode

data

dilakukan

pengajaran
didasarkan

sesuai

empirik

dengan

bahwa

yang
rasa

hasil

mahasiswa

memang lebih semangat khususnya

untuk

dalam mata kuliah praktik karawitan.

variabel motivasi berprestasi; metode

Di samping itu keuletan para pengajar

tes untuk variabel potensi akademik;

dalam

bakat kinestetik, dan prestasi belajar.

fasilitas yang memadai, komunikasi

Data

sesama

yang

kuesioner

dan

terkumpul

dianalisis

mengelola

tricivitas

pembelajaran,

akademika

yang

menggunakan statistik analisis regresi

memberikan atmosfer akademik yang

linear.

baik

sehingga

prestasi

belajar

mahasiswa sangat tinggi.


Kemudian,

skor

potensi

akademik yang secara normatif berada


pada kategori sedang, dengan rata-rata
91,54 dan standar deviasi

15,365.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1784

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Potensi akademik dalam penelitian ini

prestasi belajar karawitan dinyatakan

dapat diartikan sebagai kemampuan

oleh koefisien korelasi 0,731 dan

awal yang dimiliki mahasiswa dalam

sumbangan efektif sebesar 31,72%.

mengikuti perkuliahan, yang meliputi


kemampuan

logika

matematika,

Hal

ini menyatakan bahwa

terdapat hubungan regresi linear yang

kemampuan

bahasa

verbal,

serta

positif antara bakat kinestetik dan

kemampuan

spasial

ruang.

Kuat

prestasi

belajar

karawitan;

artinya

hubungan antara potensi akademik

makin tinggi skor bakat kinestetik

dengan

mahasiswa, makin tinggi pula prestasi

prestasi

dinyatakan

oleh

belajar

karawitan

koefisien

korelasi

belajar

karawitan

yang

akan

0,720 dan sumbangan efektif sebesar

dicapainya. Ini menunjukkan bahwa

28,35 %.

bakat kinestetik dapat memberikan

Dengan adanya korelasi yang

sumbangan yang sangat tinggi dalam

signifikan dan linear dengan prestasi

meningkatkan prestasi belajar. Hal ini

belajar

memberikan bukti bahwa seseorang

mahasiswa,

berarti

bahwa

makin tinggi skor potensi akademik

yang

mahasiswa, makin tinggi pula prestasi

mempunyai bekal bakat kinestetik, di

belajar

samping bakat yang lain yang berkaitan

karawitan

yang

akan

dicapainya. Dengan demikian potensi


akademik

belajar

seni

memang

perlu

dengan seni.

mahasiswa

perlu

Temuan lain yang diperoleh

dalam

seleksi

dalam penelitian ini adalah motivasi

penerimaan calon mahasiswa, sebagai

berprestasi mahasiswa secara normatif

bahan pertimbangan dalam penyusunan

berada pada kategori tinggi, dengan

tes seleksi calon mahasiswa.

rata-rata sebesar

136,09 dan standar

Selanjutnya, juga ditemukan bahwa

deviasi sebesar

7,979. Motivasi

bakat kinestetik atau kemampuan gerak

berprestasi

dalam mengemukakan baik pikiran,

diartikan

dorongan

untuk

keterampilan, maupun sikap mahasiswa

berprestasi, khususnya belajar

yang

dalam

rata-rata

dimiliki mahasiswa sebagai semangat

sebesar 83,54 dan standar deviasi

untuk berusaha dalam mencapai hasil

sebesar 14,242 yang secara normatif

yang lebih baik dalam belajar. Kuat

berada pada kategori tinggi. Kuat

hubungan motivasi berprestasi dengan

hubungan

prestasi belajar karawitan dinyatakan

diperhitungkan

berkarya

bakat

memiliki

kinestetik

dengan

dalam
sebagai

penelitian

ini

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1785

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

oleh koefisien korelasi 0,719 dan

dengan kategori sedang dalam hal ini

sumbangan efektif sebesar 26,99%. Ini

potensi

menyatakan hubungan regresi linear

kinestetik dengan kategori tinggi, dan

yang positif antara motivasi berprestasi

variabel motivasi berprestasi dengan

dan prestasi belajar karawitan. Artinya

kategori tinggi secara bersama-sama

makin tinggi skor motivasi berprestasi

justru dapat memberikan sumbangan

mahasiswa, makin tinggi pula prestasi

untuk variabel terikat prestasi belajar

belajar

akan

dengan kategori yang sangat tinggi.

dicapainya. Mahasiswa yang memiliki

Kuat hubungan secara bersama-sama

motivasi berprestasi yang tinggi tidak

antara

semata-mata belajar karena ada tes,

kinestetik, dan motivasi berprestasi

tetapi lebih pada rasa tanggung jawab

dengan

atas tugas sebagai mahasiswa untuk

dinyatakan oleh koefisien regresi 0,933

belajar demi harapan hidup yang lebih

atau determinasi sebesar 87,05 %.

karawitan

yang

baik pada masa yang akan datang.

akademik,

potensi

prestasi

variabel

bakat

akademik,

belajar

bakat

karawitan

Di samping sumbangan atau

Pembahasan lebih jauh adalah

kontribusi variabel bebas tersebut, ada

mengenai hubungan secara bersama-

hal

sama antara potensi akademik dan

sumbangan

kategori

belajar yang sangat tinggi. Hal lain

sedang,

bakat

kinestetik

lain

yang
agar

memberikan

tercapai

tersebut

berprestasi

tinggi

proses pembelajaran, seperti dosen

dengan

pengajar, mahasiswa, metode mengajar,

kategori yang sangat tinggi. Hal ini

situasi edukatif, dan evaluasi ikut

sepertinya tidak wajar karena kajian

secara signifikan memberikan andil

pustaka yang ada memberikan acuan

untuk tercapainya prestasi belajar yang

bahwa

sangat tinggi tersebut.

terhadap

prestasi

variabel

memberikan
terhadap

kategori
belajar

bebas

korelasi

variabel

yang
yang

terikat.

ada

memberikan

komponen

positif
Artinya,

variabel bebas dengan kategori tinggi


akan

semua

prestasi

dengan kategori tinggi, dan motivasi


dengan

adalah

ikut

Berdasarkan pengujian hipotesis

untuk

dapat disimpulkan sebagai berikut (1)

yang

Terdapat korelasi yang positif dan

memiliki kategori tinggi pula. Namun,

signifikan antara potensi akademik dan

dalam penelitian ini, variabel bebas

prestasi belajar karawitan mahasiswa

memperoleh

pengaruh

IV. PENUTUP

variabel

terikat

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1786

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Seni Pertunjukan ISI Denpasar (F =

mempunyai bekal potensi akademik,

35,530; p < 0,05 ). Ini berarti bahwa

bakat

mahasiswa yang mempunyai bekal

berprestasi yang lebih tinggi dalam

potensi akademik lebih tinggi dalam

pembelajaran dengan kondisi yang

pembelajaran, dengan kondisi yang

sama, akan memberikan prestasi belajar

sama akan memberikan prestasi belajar

yang lebih tinggi pula.

kinestetik,

dan

motivasi

yang lebih tinggi pula. (2) Terdapat

Implikasi hasil penelitian adalah

korelasi yang positif dan signifikan

dalam proses pembelajaran. Walaupun

antara bakat kinestetik dan prestasi

dalam penelitian ini diperoleh bahwa

belajar

tingkat

karawitan

mahasiswa

seni

prestasi

belajar

pertunjukan ISI Denpasar ( F = 37,941;

mahasiswa

p < 0,05 ). Ini berarti bahwa mahasiswa

tergolong sangat baik, upaya-upaya

yang mempunyai bekal bakat kinestetik

untuk meningkatkan menjadi lebih baik

lebih tinggi, maka dalam pembelajaran

lagi sangat perlu dilakukan secara

dengan

terus-menerus.

kondisi

yang

sama,

akan

Jurusan

karawitan
Karawitan

Dengan

adanya

memberikan prestasi belajar yang lebih

kontribusi atau determinasi yang cukup

tinggi pula; (3) Terdapat korelasi yang

besar dari potensi akademik, bakat

positif dan signifikan antara motivasi

kinestetik, dan motivasi berprestasi

berprestasi dengan

terhadap prestasi belajar karawitan,

prestasi belajar

karawitan mahasiswa Seni Pertunjukan

sebagai

implikasinya

adalah

ISI Denpasar (F = 35,341; p < 0,05 ).

adanya perhatian yang lebih baik

Ini berarti bahwa mahasiswa yang

terhadap bermacam-macam kecerdasan

mempunyai motivasi berprestasi lebih

(multiple

tinggi dalam pembelajaran, dengan

potensi akademik,

kondisi yang sama, akan memberikan

untuk diketahui, dikembangkan karena

prestasi belajar yang lebih tinggi pula.

terbukti

(4) Terdapat korelasi yang positif serta

peningkatan

signifikan secara bersama-sama antara

mahasiswa. Demikian juga terhadap

potensi akademik, bakat kinestetik, dan

semua komponen pembelajaran sangat

motivasi berprestasi dan prestasi belajar

perlu diketahui, dikembangkan serta

karawitan mahasiswa seni pertunjukan

diaplikasikan

ISI Denpasar ( F = 69,481; p < 0,05 ).

maksimal,

Ini berarti bahwa mahasiswa yang

memberikan hasil pembelajaran yang

intelligences)

perlu

termasuk

bakat kinestetik

berpengaruh

terhadap

prestasi

belajar

secara
karena

benar
sudah

dan
pasti

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1787

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

diinginkan,

sehingga

tujuan

pembelajaran dalam misi dan visi


institusional ataupun tujuan pendidikan
nasional akan tercapai.
Akhirnya, kepada lembaga institusi
diharapkan agar hasil penelitian ini
dijadikan pertimbangan dalam seleksi
mahasiswa untuk mendapatkan input
yang

sesuai,

pembelajaran,

sehingga
output

lulusan

proses
serta

outcome yang didambakan oleh pasar


kerja dapat terwujud dengan baik, yang
pada

akhirnya

bermuara

pada

tercapainya misi dan visi ISI Denpasar.

ISSN 1858 4543

Drost. J. 2005. Dari KBK (Kurikulum


Berbasis Kompetensi) Sampai
MBS
(Manajemen
Berbasis
Sekolah); Esai-esai Pendidikan .
Jakarta: Kompas.
Fitria, Nita, Motivasi Berprestasi
ala
Prof. Dr. David C.
McClelland,
http://nitafitria.wordpress.com/20
08/12/04/motivasi-berprestasiala-prof-dr-david-c-mcclelland/
Gregory, Robert J. 2000. Psychological
Testing: History, Principles, and
Aplications. Boston: Allyn &
Bacon Inc.
Gunawan, Adi W., Peran Orangtua
Menunjang Keberhasilan Hidup
Anak,
http://www.adiwgunawan.com/aw
g.php?co=p5&mode=detil&ID=9

DAFTAR PUSTAKA
Afriani,
Anita,
Teori
Multiple
Intelligences dalam Pendidikan
Anak,
http://gemasastrin.wordpress.com
/2008/08/26/teori-multipleintelligences-dalam-pendidikananak/
Candiasa, I Made. 2007. Statistik
Multivariat Disertai Petunjuk
Analisis dengan SPSS. Singaraja:
Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha.
McClelland,
D.
1987.
Human
Motivation.
New
York:
Cambridge University Press.
Cronbach, J. Lee. 1970. Essentials of
Psychological Testing. New York:
Harper & Row Publisher.
Dantes, N. 2007. Metodologi Penelitian
untuk Ilmu-ilmu Sosial dan
Humaniora.
Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.

Hadi, Sutrisno. 2004. Analisis Regresi.


Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Hamalik, Oemar. 2000. Metoda Belajar
dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito.
Hariwijaya, M. 2007. Kupas Tuntas Tes
Potensi
Akademik
(TPA).
Bandung: Permata Press.
Hasman, Inda D., Gagal Dalam Tes
Potensi
Akademik,
http://www.pkesinteraktif.com
Powered by Joomla! Generated:
Hinson, Marilyn M. 1977. Kinesiology.
Dubuque Iowa: Wm. C. Brown
Company Publishers.
Holil, Anwar, Kecerdasan Kinestetik,
http://anwarholil.blogspot.com/20
08/04 /kecerdasan kinestetik 3534
html
Jayaschool, Gaya Belajar Anak Anda
Visual, Auditori, atau Kinestetik ?

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1788

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

http://www.jayaschool.org/news_
detail.php?id=173
Kerlinger, Fred N. 1986. Foundation of
Behavioral
Research
(third
edition). Holth, Rinehart and
Winston inc. diterjemahkan oleh
Landung R. Simatupang. 2006.
Asas-asas Penelitian Behavioral
(edisi ketiga). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Koyan, I Wayan. 2007. Statistik
Terapan (Teknik Analisis Data
Kuantitatif) Buku Ajar. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Marhaeni, Anak Agung Istri Ngurah.
2008. Pengaruh Evaluasi-Diri
Terhadap Kemampuan Menulis
Bahasa Inggris. Makalah pada
Simposium Tahunan Penelitian
Pendidikan Balitbang Depdiknas
2008.
Maslow, Abraham. 1970. Motivation
and Personality. New York:
Harper and Row Publisher Inc.
Maulida, Dina, Pengaruh Gaya Belajar
(Visual, Auditorial,& Kinestetik)
Terhadap
Prestasi
Belajar,
http://www.infoskripsi.com/Abstra
k/Pengaruh-Gaya-Belajar-VisualAuditorial-Kinestetik TerhadapPrestasi-Belajar.html
Mini AP., Rose, Memahami Metode
Belajar
Aktif,
http://azzam18.multiply.com
/journal/item/56/memahami
belajar aktif
Narang,
1998,
http://patriotproklamasi.blogspot.
com/2006/03/motivasiberprestasi. html

ISSN 1858 4543

Nasrum,
1998,
http://patriotproklamasi.blogspot.
com/2006/03/motivasiberprestasi. html
Nggermanto, Agus. 2008. Quantum
Quotient: Kecerdasan Quantum.
Bandung: Nuansa.
Nurkancana dan Sunartana. 1992.
Evaluasi Pendidikan. Surabaya.
Usaha Nasional.
Putranti, Nurita, Gaya belajar anda
visual auditori atau kinestetik,
http://nuritaputranti.wordpress.co
m/2007/12/28/gaya-belajar-andavisual-auditori-atau-kinestetik/
Rahmat, Aziz, Hubungan antara
Kecerdasan Emosional dengan
Penyesuaian
Diri
dan
Kecenderungan
Berperilaku
Delinkuen
pada
Remaja,
http://azirahma.blogspot.com/200
8/11/kecerdasan-emosional.html
Remmer, H.H. at.all. 1977. A Practical
Introduction to Measurement and
Evaluation.
New
York:
ApletonCentury Crafts Inc.
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan
Motivasi
Belajar
Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soegiyoharto, Rinny, Tidak Ada Orang
yang
Tak
Berbakat,
http://www.blueFrame.com/lofive
rsion/index.php/t25548.html
Suarni, Ni Ketut. 2004. Meningkatkan
Motivasi
Berprestasi
Siswa
Sekolah Menengah Umum di Bali
dengan Strategi Pengelolaan Diri
Model Yates (studi Kuasi

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1789

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Ekperimen pada siswa kelas I


SMU
di
Bali).
Disertasi.
Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Sudjana. 1992. Teknik Analisis Regresi
dan Korelasi. Bandung: Tarsito.
Sudrajat,
Akhmad,
Penilaian
Hasil Belajar,
http://akhmadsudrajat.wordpress
.com/2008/05/01/penilaian-hasilbelajar
Sugiyono. 2006.
Penelitian.
Alfabeta.

Statistik
Bandung:

ISSN 1858 4543

Turmudhi, Audith M., 2008, Membalik


Paradigma
Pendidikan,
http://dosen.
amikom.ac.id/downloads/artikel/
MEMBALIK%20PARADIGMA%
20 PENDIDIKAN.doc
Widayati, Sri dan Utami Widijati. 2008.
Mengoptimalkan
9
Zona
Kecerdasan
Majemuk
Anak.
Jogjakarta: Luna Publisher.

untuk
CV

Sunaryo, H. Teguh, Pro Kontra


Fingerprint
Test,
http://dmiprimagama.com
/detail.artikel php?id=12
Suparno, Suhaenah. 2001. Membangun
Kompetensi Belajar. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Surapranata, Sumarna. 2006. Analisis,
Validitas,
Reliabilitas
dan
Interpretasi
Hasil
Tes
Implementasi Kurikulum 2004.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi
Penelitian. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sutrisno Hadi. 2000. Analisis Regresi.
Yogyakarta: Andi Offset.
Suworo, 2008, Instruktur Brilliant,
http://smartinstitut.blogspot.com/
2008/07 /brillian.html
Tarsidi, Didi, 2008, Gifted: AnakAnak
Berbakat
dalam
Pendidikan,
http://dtarsidi.blogspot.com/

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1790

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

THE EFFECT OF LITERATURE-BASED INSTRUCTION


ON STUDENTS ENGLISH ACHIEVEMENT WITH DIFFERING
ACHIEVEMENT MOTIVATION AN EXPERIMENTAL STUDY
ON THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMPN 1 SINGARAJA
IN ACADEMIC YEAR 2009-2010

Sonia Piscayanti, Kadek


ABSTRACT
This study was aimed at investigating the effect of teaching instruction and
achievement motivation on English achievement. The research design was Posttest Only
Control Group Design with 2x2 factorial arrangement. The findings of the study were:
a) there was a significant effect on students English achievement between the students
treated by literature-based instruction and conventional instruction, b) there was a
significant interactional effect between teaching instruction and students achievement
motivation towards the students English achievement, c) there was a significant
difference on English achievement of the students with high achievement motivation
treated by literature-based instruction and the students with high achievement
motivation treated by conventional instruction, d) there was a significant difference on
English achievement of the students with low achievement motivation treated by
literature-based instruction and conventional instruction, e) there was a significant
difference on the students English achievement between the students with high
achievement motivation treated by literature-based instruction and the students with
low achievement motivation treated by literature-based instruction, f) there was a
significant difference on the English achievement between the students with high
achievement motivation and students with low achievement motivation treated by
conventional instruction.
Keywords: literature-based instruction, achievement motivation, english achievement.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh metode pengajaran terhadap
prestasi belajar bahasa Inggris dengan pembedaan motivasi berprestasi. Desain
penelitian adalah posttest only control group design dengan faktorial 2x2. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur motivasi berprestasi adalah kuesioner motivasi
berprestasi, sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar
bahasa Inggris adalah tes prestasi membaca dan menulis. Analisis data menggunakan
anava dua jalur dan pengujian tindak lanjut (post hoc testing). Hasil penelitian adalah
sebagai berikut: (a) terdapat pengaruh yang signifikan pada prestasi belajar bahasa
Inggris antara siswa yang diajar dengan literature-based instruction dan siswa yang
diajar dengan metode konvensional, (b) terdapat interaksi yang signifikan antara metode
pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris, (c)
terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar Bahasa Inggris antara siswa

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1791

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yang mengikuti pembelajaran literaturebased instruction dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yang
mengikuti pembelajaran konvensional, (d) terdapat perbedaan yang signifikan pada
prestasi belajar bahasa Inggris antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
rendah yang mengikuti pembelajaran literature-based instruction dan yang mengikuti
pembelajaran konvensional, (e) terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang
mempunyai motivasi berpretasi tinggi yang mengikuti pembelajaran literature-based
instruction dan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah yang mengikuti
pembelajaran literature-based instruction, (f) terdapat pengaruh yang signifikan pada
prestasi belajar Bahasa Inggris antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
Kata kunci: literature-based instruction, motivasi berprestasi, prestasi belajar bahasa
inggris

take the main role in life, literacy

I. INTRODUCTION
Reading and writing are skills that

competence is an absolute need. People

need to be developed in early ages. The

need

reading and writing skills are parts of

information with others to survive. The

literacy skills that become the urgent

global competition requires people to be

need in the perspective of the global

more

world. In this era of globalization where

communicative.

technology

and

literate will be left behind. Therefore,

communication are growing in a great

language skill must be developed from

speed, people of the world need to be

the early age to face the challenge in

literate. Literate, literally means to be

this era.

of

information

to

interact

open,

and

exchange

competitive

and

Those who are not

able to read and write, but nowadays, it

Literacy is crucial to children

is widened and deepened, becomes

because literacy is the first key to open

literate in terms of being aware of the

their mind. By having a competency in

global change. Competence in literacy

literacy and language skills, every

is essential if an individual is to

access to information is open. By

participate fully in societyable to take

knowing the information, people know

part in the workforce, engage in

what to do, what to face, and what

democratic processes, and contribute to

should be done in the future. In the very

society (Winch, et al., 2006). In the very

tight competition of global change,

tight competition of global world,

those who can survive are people who

where communication and information

are able to cooperate with others, think

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1792

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

critically, skillful, creative, understand

children to be literate is the most

cultures, communicate well, and are

fundamental thing at school. It should

able to learn independently (Trilling and

involve teaching them about how to

Hood, 1999 in Wardana, 2009).

participate in, understand and gain

The literacy learning should be

control of the social practices of their

introduced as early as possible to

society and the literacy practices that

familiarize children with meaning and

are embedded in them (Winch et al.,

context. James Gee (in Winch et al.,

2006).

2006) says:

Literacy-related social

Literacy learning involved two

practices almost always involve a good

basic skills, namely reading and writing.

many other things besides written

English literacy should be taught from

language. They almost always include

the early age. In Indonesia, English is a

and

subject

integrate,

along

with

written

taught

at

school

from

language, specific and characteristics

elementary education until university

ways of talking, acting, interacting,

level. Formally, students who took an

thinking, feeling, valuing, and using

education from elementary school up to

various sorts of symbols and tools. It

university level, at least have learned

means that learning English is not only

English for almost ten years. But the

about learning for speaking, but also

fact shows that the English ability of

about thinking, valuing, and giving

students

meanings. Literacy is the fundamental

university level is not really good. It

right of human being that will lead them

means that the years of studying

to a better life. According to Denise

English does not guarantee people to be

Lievesley and Albert Motivans (in

able

Winch, et al. 2006), literacy plays an

effectively. Those students who have

essential role in improving the lives of

studied English for ten years or more,

individual

economic

still cannot communicate in English.

security and good health and enriches

They are not ready to speak English.

societies by building human capital,

They are not prepared to apply English

fostering cultural identity and tolerance,

in their daily life. English that are

and

taught in schools is theoretical English

by

promoting

UNESCO

sees

enabling

civic

participation.

literacy

as

at

to

higher

education

communicate

or

English

that leads the students to theoretical

fundamental human right. Teaching

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1793

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

knowledge only, not the practical use of

which fosters students enjoyment and

English.

excitement during the language learning

The teaching of literacy at

process.

school used basal reading instruction for

Reading and writing are both

many years. Basal reading instruction is

constructive process that are mutually

supportive

reading

instruction

which

used

(Pearson&Tierney,

1984;

textbooks that combined previously

Tierney&Shanahan, 1991 as cited in

published short stories, excerpts of

Cooper, 2000). Reading is a perceptive

longer narratives and original works.

skill that needs a complex process.

The core material of this instruction

According to The Commission on

involves a student reader, a teachers

Reading of The National Council of

manual,

Teachers

student

workbook,

ditto

of

English

(2005

in

masters, and tests (Lynch-Brown &

Piscayanti, 2006), reading is a complex

Tomlinson, 2005 in Oktaviani, 2007:1).

and purposeful socio cultural, cognitive

The

reading

and linguistic process in which readers

instruction like reading basal series, fill-

simultaneously use their knowledge of

in the blank tasks, and comprehension

spoken and written language, their

questions about the text are applied. The

knowledge of the topic of the text, and

criticism on basal reading instruction

their knowledge of their culture to

has increased in the early of 21 st

construct meaning with text. It means

century. The critics argued that the

that the background knowledge of the

activities in basal reading instruction

reader

have isolated the reading enjoyment and

comprehension.

excitement since the students work

comprehension means a process that

more on the exercise rather than reading

depends on the readers cognitive

authentic texts. The natural language

intellectual

learning does not happen since the

experience, and also language skills

students are busy working on their

(Devine, 1984 in Utami, 2005:9). So,

workbook instead of using language to

the activity in reading class must also

communicate the ideas they have gained

help the students to comprehend the

from the reading. The failure of basal

material better. Students from any level

reading technique indicated that there

must

must be a new reading instruction

atmosphere of learning. For beginner

activities

in

basal

will

be

lead

to

the

readers
Reading

skills,

conditioned

background

in

good

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1794

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

readers, fun activity in reading class is a

with reading activity, since reading

must

activity will help the students to get

to

lead

the

students

to

comprehension.

more ideas to explore and to develop

Meanwhile

writing

is

the

students

critical

thinking.

systematic series of actions leading to

Moreover, reading and writing are two

the composition of a text (Donald

interrelated skills. Writing can not be

Graves, 1983 in Winch et al., 2006). In

done without reading skills. On the

relation to that idea, Hairston and

other

Ruszkiewicz (1993) state that writing

comprehension will be better if the

must be viewed as a process. Writing is

students could write their own ideas and

a process that moves through stages

develop their own way of thinking.

almost anyone can manage. Writing

Therefore, the teaching of reading and

source is around, of many kinds, that we

writing should be done together.

way

around,

students

just need to pick it up and write it.

Aside from the effect of reading

Everything about life can be learned

and writing instruction on the English

through writing. Writing is a social

achievement,

activity, a way of interacting with other

motivation is also an important factor in

people; thus every time you write, you

determining the students achievement.

try to say something, to somebody, for

Students

some

and

motivation have several characteristics,

Ruzkiewicz, 1993). It is very important

such as, enjoy life and feel in control,

skill that will help us to be sensitive

set a high but obtainable goal, work for

about

to

personal achievement rather than the

communicate it to other as to share the

reward for success, and prefer to work

knowledge we have. As it is very

on problems and challenging tasks

important

remember,

(Romando, 2007). Students with those

understand and think critically about a

characteristics will enjoy doing their

problem, therefore, writing skills should

tasks because they work for their own

be taught from early of age. Through

personal achievement. In relation to

writing, the learner can record what

reading and writing, the students with

they see, hear, share their experience to

high achievement motivation enjoy the

the reader. Therefore, the writing

whole challenging process of reading

activity could be better done together

and writing and finally will get the

purpose

our

social

to

help

(Hairston

life

us

and

students

with

high

achievement

achievement

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1795

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

maximum result. On the other hand, the

wide range of materials: picture books,

students

achievement

big books, predictable books, folk tales,

motivation do not work for personal

fables, myths, fantasy, science fiction,

achievement. They prefer to work on an

poetry, contemporary realistic fiction,

ordinary task. They are more concerned

historical

on the rewards of success rather than

informational books and biographies

personal satisfaction. Their orientation

(Routman, 1988 in Oktaviani, 2007:2).

is more on the product rather than

Literature-based instruction provides

process. In fact, in the principle of

authentic

language learning, process is the most

activities by using literature to teach

important thing. Without having a good

and foster literacy (Scharer, 1992 in

process in learning, the product will not

Gambrell, et.al., 2002). Literature-based

be good. So it is assumed that the

instruction for second language learner

students

has been practiced by teachers and has

with

with

motivation will

low

high

achievement

perform better

fiction,

learning

nonfiction

experiences

and

in

resulted in a good literacy achievement.

English achievement than the students

One of the research done regarding to

with low achievement motivation.

the effect of literature-based instruction

Therefore,

the

teaching

of

in the second language learner was a

reading and writing should foster

research by Roser, Hoffman and Farest

enjoyment and stimulate the students

(1990 in Gambrell, et al, 2000). The

achievement

result showed that the literature-based

motivation.

Here,

the

literature-based instruction is worth

instruction

considered. Literature-based instruction

successfully in the elementary school

is the type of instruction in which

that serves primarily limited English

authors

and

speaking children. Another research

expository works are used as the core

done by Kim (2009) showed that

for experiences to support children in

literature-based instruction worked well

developing

in an adult ESL classroom. Kim stated

original

literacy

narrative

(Sorensen

and

can

be

implemented

Lehman, 1995). This kind of instruction

that the

power of literature-based

relies on literature (text written to be

instruction was found in the power of

read) instead of basals (text written to

stories.

teach reading). Literary works used in

literature-based

teaching and learning contexts include a

provide the whole world to the

As

the

core

material

instruction,

of

stories

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1796

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

students. Stories talk about life in a

independent

universal language. Stories also provide

principle

imagination that not many of writing

perspective

stated

that

types can have. The findings revealed

acquisition

occurs in

that

the

context where there is an abundance of

interactive teaching media that support

purposeful communication and meaning

students collaborative works. Kim also

is socially constructed (Cullinan, 1987

found that the instruction help the

in Cooper, 2000). Through reading a

students

meaningful

story, the students could reflect the

language learning that lead them to be

experience in the story with their own

better language users.

life so that it will be meaningful for

literature

was

used

experience

as

reading.
of

the

guiding

literature-based
literacy
book-rich

Definitions of literature-based

them in the sense that they can

instruction emphasize the use of high-

conceptualize and contextualize the

quality literary works as the core

ideas presented in the story. A research

instructional materials used to support

has shown that children who are

literacy development. There are many

exposed at a young age tend to develop

different strategies that research has

sophisticated

shown are effective in literature-based

including

instruction

(Chomsky, 1972 in Morrow, 1992).

include

(Cooper,

scaffolding

1993).
of

These

instruction,

language

vocabulary

Several

structures
and

experimental

syntax

have

modeling, cooperative learning, student

investigated the effects of storybook

choices,

and

reading as a regular classroom practice

using different modes of

on childrens achievement in various

reading, activation of prior knowledge

aspects of literacy development. In

and students responses to literature.

these investigations, the children in the

This study focused on the use of

experimental classrooms who were read

different modes of reading and students

to daily over long periods of time

responses to literature to improve

scored significantly better on measures

students English achievement (reading

of vocabulary, comprehension, and

and writing achievement).

decoding ability than did children in the

writing,

self-iniated

reading

The five modes of reading are


reading aloud, shared reading, guided
reading,

cooperative

reading

control groups who were not read to by


an adult (Morrow & Gambrell, 2000).

and

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1797

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

long

ISSN 1858 4543

Reading aloud to children has

group and discuss about the text, while

been

in independent reading, the students

advocated

as

vital

experience in literacy development both


at home and

in

Clearly,

Writing strategy used in this

storybook reading to young children

research was response to literature.

plays an important role in literature-

Response to literature was used to

based instruction. Empirical research by

create such a creative thinking to write a

Morrow

and

response to the literature being read.

Weinstein (1982, 1986 in Morrow &

The students must be active in reading

Gambrell,

2000)

activities

in

(1992)

school.

read the text independently.

and

Morrow

suggests

specific

activity, so that they will be able to get

recreational

reading

the ideas to be written in the response to

programs in preschool through third-

literature. Response to literature was

grade

increase

also an activity that can be linked into

childrens interest in literature. Story

the writing. Response to literature can

reading by teachers, parents, or adults,

be oral, written, art drama, creative

all was found to be valuable in creating

music etc. But in this study, the focus of

interest in books. Discussions that focus

the response to literature is in the form

on interpretive and critical issues within

of writing. Writing in response to

the stories also serve to heighten

literature gives an open chance for the

interest in books.

students

classrooms

that

to

actively

respond

the

Other modes of reading used in

literature. Their understanding will be

this study were shared reading, guided

better. From the facts above, it is clear

reading,

and

that the

independent reading. Structurally, the

promotes

modes of reading have the same

participation which leads them to a

procedures, such as beginning, middle

higher English achievement especially

and end. At the beginning, the students

reading and writing.

cooperative

reading

literature-based
the

instruction

students

active

were introduced with the knowledge of

This research concerned on the

the topic in the book, followed by

effect of literature-based instruction and

reading session (middle), and follow-up

students achievement motivation on

session (end). The difference is only on

students

the activities. In cooperative reading for

Generally, there were two positive

example, the students read in small

contributions gained from this research.

English

achievement.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1798

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

First, the positive contributions for the

variables

students, the teacher and the writer.

independent

Second, the positive contribution for

variable, and dependent variable. The

other researchers. This study gave a

independent

great contribution to the teaching and

instruction (A) with two levels, namely

learning process as well as to improve

literature-based

the students motivation in learning

conventional instruction. The moderator

English. The result of the study was

variable was achievement motivation

significant

(B) with two levels, namely high

to

the

development of

to

be

studied,

variable,

variable

namely
moderator

was

teaching

instruction

motivation

and

and

learning theories especially the new

achievement

low

paradigm of learning that is students-

achievement motivation. The dependent

centered learning. This study could be

variable was English achievement (Y).

used as a reference for further research

The population was students of the

in the future, especially research in the

eighth grade of SMPN 1 Singaraja.

same area.

There were eight classes in the eighth


grade. The sample was recruited using

II. RESEARCH METHODS

multi-stages random sampling.

The research design used in this

There were two kinds of data in

study was Post-test Only Control Group

this research, namely quantitative data

Design (Best, 1981). This design was

and qualitative data. The quantitative

used because the objective of the study

data

was to find out the difference between

hypothesis testing, while the qualitative

the students English achievement of

data obtained during the process of

the experimental and control group and

treatment was the secondary data which

not to find out the improvement of

was used to support the interpretation of

students English achievement between

the hypothesis testing results. The

the two groups, so this study did not use

quantitative data was gained from the

pre-test. The experimental group was

result of reading achievement test, the

treated by literature-based instruction

result of writing achievement test, and

and control group with no treatment. At

the

the end of the study the students were

questionnaire. While the qualitative data

given a post-test. This study used 2x2

was

factorial arrangement. There were three

analysis of quantitative data was done

was

data

the

of

gained

primary

students

from

data

for

motivation

interview.

The

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1799

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

by using two-way Anova continued

students interview showed that the

with post hoc testing by Tukey test.

students

loved

the

literature-based

instruction better than conventional


III. FINDINGS AND DISCUSSION

instruction.

First, the value of FA was

Second, the value of FAB on

43.762 while Fcv(1;76;0,01) was 6.981.

interactional effect was 7.86 while Fcv

Since F A was higher than Fcv, then H0

(1;76;0.01)

(1) which stated there is no significant

than Fcv,

effect on students English achievement

hypothesis H0 (2) which stated there is

between

no

the

students

literature-based

treated

instruction

by
and

was 6.981. Since FA was higher


it means that the null

significant

interactional

effect

between teaching instruction (literature-

conventional instruction, was rejected.

based

It means that H1 (1) was accepted,

instruction) and students achievement

which means there is a significant

motivation

effect in students English achievement

English achievement, was rejected. It

between

by

means that the alternative hypothesis H1

and

(2) was accepted which means there is

the

students

literature-based

treated

instruction

instruction

and

towards

the

students

conventional instruction where the

mean score score of students treated by

between teaching instruction (literature-

literature-based instruction 83.98 was

based

higher than the mean score score of

instruction) and students achievement

students

English

achievement

motivation

students

treated

by

for

significant

conventional

interactional

instruction

and

towards

effect

conventional

the

students

conventional

English achievement. The interaction

instruction (78.38). This is because the

between literature-based instruction and

power of literature-based instruction

students high achievement motivation

gives the students a good atmosphere of

has resulted in the highest achievement.

learning that the students can enjoy the

It is because the students with high

process of learning and make their own

achievement

meaning. Compared to conventional

challenged to use their fullest potential

instruction, literature-based instruction

in literature-based instruction. This will

was superior since it gives the students

significantly affect their achievement.

motivation

will

be

the real opportunity to use the language

Third, the Qob found was 9.42

in real and meaningful situation. The

while the Qcv on df = 76 at significance

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1800

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

value 0.01 was 4.50. It means that Qob >

Fourth, the Qob found was 3.809,

Qcv so the H0 was rejected. It means

while the value of Qcv in df= 76 at

there is a significant difference on

significance level 0,05 was 3.68. It

English

the

means that Qob was higher than dari Qcv

achievement

so the H0 was rejected. It means that

motivation treated by literature-based

there is a significant difference on

instruction and the students with high

English

achievement

students

achievement

students

with

between

high

motivation

treated

by

achievement
with

between

low

the

achievement

conventional instruction. The mean

motivation treated by literature-based

score of the group of students with high

instruction and conventional instruction.

achievement

by

The mean score of English achievement

literature-based instruction (88.45) was

of the students with low achievement

higher than the mean score of students

motivation treated by literature-based

with

high

treated

motivation

treated

achievement

motivation

instruction (79.51) was higher than the

by conventional

instruction

students

with

low

achievement

(80.47). It indicated that the students

motivation treated

with high achievement motivation is

instruction (76.29). Students with low

best

achievement

treated

by

literature-based

by conventional

motivation

should

be

instruction since it helps the students to

encouraged more and stimulated to be

be a better reader, writer, and thinker.

actively

The students with high achievement

process. The power of literature-based

motivation

are

be

instruction gives the wide chance for

innovative,

creative

dynamic,

the students to interact with their peers.

especially in their writing because

Students will not be hesitated to work

writing needs a creativity and critical

with their peers and find togetherness

thinking. On the other hand, the

during the learning process, so the

students

students

with

challenged
and

high

motivation treated

to

achievement

involved

with

in

low

the

learning

achievement

by conventional

motivation can feel that they are not left

instruction will not be developed since

behind. The literature-based instruction

the conventional instruction does not

also gives the students a wide chance to

give them much chance to use their

be the creator of their own ideas, such

fullest potential. This will affect their

as in writing a story, or sharing the past

English achievement.

experience. This can be done not only

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1801

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

by the students with high achievement

processed in a more comprehensive

motivation but also the students with

understanding. Here, the writing is a

low

Even

challenging activity that could stimulate

better, this strategy could improve the

the students with high achievement

students self confidence and self-

motivation to keep on expressing their

motivation.

ideas.

achievement

motivation.

Fifth, the Qob found was 10.533

Sixth, the Qob found was 4.942

while the value of Qcv on df = 76 at

while the value of Qtabel on df = 76 at

significance level 0,01 was 4.50. It

significance level 0,01 was 4.50. It can

means that the Qob was higher than Qcv

be seen that the value of Qob was higher

so the H0 was rejected. It means there

than Qcv so the H0 was rejected. It

is a significant difference on the

means there is a significant difference

students English achievement between

on the English achievement between the

the students with high achievement

students

motivation treated by literature-based

motivation and students with low

instruction and the students with low

achievement

achievement

conventional instruction. The mean

motivation

treated

by

with

literature-based instruction. The mean

score

score

achievement

of

the

achievement

students

motivation

with
treated

high

of

high

motivation

the

students

motivation

achievement

treated

with
treated

by

high
by

by

conventional instruction (80.47) was

literature-based instruction (88.45) was

higher than the mean score of students

higher than the group of students with

with

low achievement motivation treated by

treated

literature-based

(79.51).

(76.29). The characteristics of students

The students with high achievement

with low achievement motivation are

motivation really love an activity that

the opposite of the students with high

challenge them to express their fullest

achievement motivation. They think

potential.

In

the

that the process is not important, but the

students

with

achievement

product is more important. It means that

motivation already got information

the students with low achievement

from the stories (narrative) and recount

motivation will never try the best effort

(experience) being read. The ideas they

to make the best achievement. The

gained from the reading text will be

teacher-centered style made the students

instruction

reading
high

session,

low

achievement

motivation

by conventional

instruction

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1802

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

unmotivated. They do not have time to

literature-based

share their ideas with their friends. They

students

also do not have chance to use their

motivation treated

own creativity to build their own

instruction. Fourth, there is a significant

meaning. This will make the students

difference

with low achievement motivation even

between

more unmotivated to learn. They do not

achievement

enjoy the process, they do not get the

literature-based

meaning of the learning process, and at

conventional instruction. Fifth, there is

the end, they do not find that the

a significant difference on the students

learning is useful and meaningful.

English

Therefore,

students

the

literature

based

instruction and

with

high

the

achievement

by conventional

on English achievement
the

students
motivation

with

low

treated

by

instruction

achievement
with

and

between

high

the

achievement

instruction benefit more to the students

motivation treated by literature-based

with low achievement motivation rather

instruction and the students with low

than those

achievement

who

were

treated

by

motivation

treated

by

literature-based instruction. Sixth, there

conventional instruction.

is a significant difference on the English


achievement between the students with

IV. CONCLUSION
Some conclusions gained for the

high

achievement

research were as follows. First, there is

students

a significant effect on students English

motivation treated

achievement

instruction.

between

the

students

with

motivation
low

and

achievement

by conventional

treated by literature-based instruction

Based on the findings which have

and conventional instruction. Second,

been described above, this study has

there is a significant interactional effect

implications as follows. First, literature-

between teaching instruction (literature-

based

based

instruction

instruction and

conventional

instruction
to

be

is

an

effective

implemented

in

instruction) and students achievement

English class, especially to improve the

motivation

students

towards

the

students

reading

and

writing

English achievement. Third, there is a

achievement.

significant

English

literature-based instruction, the teacher

achievement between the students with

could stimulate students creative and

high achievement motivation treated by

critical thinking. Second, literature-

difference

on

By

implementing

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1803

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

based instruction is proven to be an

further research, the other skills

effective way to be used in teaching

must be involved, such as listening

English

School.

and speaking. This brings the

Actually, this instruction even better

consequence to enrich the teaching

implemented in the lower level, for

material.

for

Junior

High

example in kindergarten or elementary


school. The earlier the literature-based
instruction was introduced, the better.
Third,

books

of

literature

and

expository works are the core material


of

literature-based

instruction.

The

books of literature and expository works


will be the source of how language is
learned. By having a story read or
written, the students will directly learn
the language because the language
learning must is real, useful and
meaningful.
In relation to the conclusion above,
some suggestions proposed in this study
are:
1. The earlier the teacher starts with
literature-based

instruction,

the

better the result will be for the


students language development.
2. Further research is valuable to be
conducted

in

especially

to

effectiveness

the
find
of

same
out

field
the

literature-based

instruction in broader perspective


of literacy.
3. The focus of this study was on
reading and writing skills, so for

REFERENCES
Cooper, J.D. 2000. Literacy:Helping
Children Construct Meaning. 4th
ed. Boston:Houghton Mifflin
Company.
Cooper, D. J. and Kiger, N.D. 2003.
Literacy:
Helping
Children
Construct Mean scoring. Boston :
Houghton Mifflin Company
Gabriel et.al. 1999. Using Cooperative
Learning to Intergrate Thinking
and Information Technology in a
Content-Based Writing Lesson.
The internet TESL Journal, Vol.V,
No.8 (Retrieved on August 1,
2009)
Gambrell, L.B, Morrow, L.M and
Pennington, Christina. 2000. Early
Childhood
and
Elementary
Literature-Based
Instruction,
Current Perspective and Special
Issues. Handbook of Reading
Research
Vol.III.
http://www.readingonline.org/artic
les/handbook/gambrell/index.html
-lit.based1
(Retrieved
on
September 10, 2009)
Hairston, M. And Ruszkiewicz. 1993.
The Scott, Foresman Handbook
for Writers. Third edition. New
York: Harper Collins College
publishers.
Kim, Won. 2009. Language Through
Literature.
Real
Language
Experiences in an ESL Adult
Classroom. The University of

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1804

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Columbia.
https://circle.ubc.ca/bitstream/242
9/.../ubc_2009_spring_kim_won.p
df-(Retrieved on October 10,
2009)

ISSN 1858 4543

Sorensen, M and Lehman, B. 1995.


Teaching with Childrens Books.
USA: National Council of
Teachers of English.

Morrow, L.M. 1992. The Impact of a


literature-based
program
on
literacy achievement, use of
literature, and attitudes of children
from
minority
backgrounds.
Reading Research Quarterly. Vol.
27, No. 3 July/August/September
1992.
1992
International
Reading Association (pp. 250
275).
http://www.readingonline.org/past
/past_index.asp?HREF=/research/
biondo/biondo.html- (Retrieved
on September 20, 2009)
Oktaviani, E. 2007. A Study on The
Implementation of LiteratureBased Instruction on Class 4
Dyatmika Primary school in
Academic Year of 2006-2007.
Thesis (Unpublished). Undiksha
Singaraja
Piscayanti,
K.S.
2006.
The
Experimental Study on the Effect
of Literature-Based Instruction
Upon the Reading Achievement of
the Third Semester Students of
English Education Department
Academic Year 2005-2006. Thesis
(Unpublished).
Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja.
Rabideu, S.T. 2005. Effects of
Achievement
Motivation
on
Behavior. Rochester Institute of
Technology.
Romando, R. 2007. Achievement
Motivation.
http://ezinearticles.com/?Achieve
ment-Motivation&id=429438
Retrieved March 10, 2009

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1805

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERPENDEKATAN


MULTIKULTUR TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI
KONSEP DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DAWAN KLUNGKUNG

Sudasma, I Ketut
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh pembelajaran
kooperatif berpendekatan multikultur terhadap prestasi belajar IPS ditinjau dari konsep
diri pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Dawan. Penelitian ini menggunakan
rancangan post test only control group design. Sampel penelitian berjumlah 80 orang
yang dipilih dengan menggunakan teknik random sampling. Data yang diperoleh diolah
dengan menggunakan analisis varians (anava) dua jalur melalui uji F dan dilanjutkan
dengan uji Tukey.
Hasil penelitiannya adalah (1) secara keseluruhan, prestasi belajar IPS siswa
yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif berpendekatan multikultur lebih
tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (F A =
4,926 dengan
= 0,05), (2) untuk siswa yang memiliki konsep diri positif, prestasi
belajar IPS siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif berpendekatan
multikultur lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran
konvensional (Q = 3,138 dengan
= 0,05), (3) untuk siswa yang memiliki konsep diri
negatif, prestasi belajar IPS siswa yang belajar dengan model pembelajaran
konvensional lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran
kooperatif berpendekatan multikultur (Q = 3,203 dengan
= 0,05), dan (4) terdapat
pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan konsep diri terhadap prestasi belajar
IPS siswa (FAB = 29,402 dengan
=0,05). Dari hasil temuan penelitian dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif berpendekatan multikultur
berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS ditinjau dari konsep diri pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Dawan.
Kata kunci: pembelajaran kooperatif, multikultur, prestasi belajar IPS

THE EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING MODEL ASSISTED WITH


MULTICULTURE APPROACH ON THE INCREASE OF SOCIAL SCIENCE
LEARNING ACHIEVEMENT AS VIEWED FROM SELF CONCEPT OF
CLASS VIII STUDENTS SMP NEGERI 1 DAWAN KLUNGKUNG
ABSTRACT
This study aimed at finding out and analyzing the effect of Cooperative
Learning model assisted with multiculture Approach on the increase of social science
learning achievement as viewed from Self Councept. This study was conducted at SMP
Negeri 1 Dawan with Post Test Only Control Group Design. The sample of this study
consisted of 80 students that were selected by using Random Sampling. The data
obtained were analyzed by two-way ANOVA (Analysis of Varians) with F test, which
was followed by Tukey test.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1806

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

The result of the study show the followings : (1) on the whole, the social
science learning achievement of the students who learned with Cooperative Learning
assisted with multiculture approach was higher than those who learned with
conventional strategy (FA value of 4,926 at
= 0,05, (2) the student who had
positive Self Concept and learned by Cooperative Learning assisted with multiculture
approach had higher social science learning achievement than those who had positive
self concept and learned with conventional strategy (Q value of 3,138 at
= 0,05),
(3) the student who had negative self concept and learned with conventional strategy
had higher social science learning achievement than those who had negative self
concept and learned with Cooperative Learning assisted with multiculture approach (Q
value of 3,203 at
= 0,05), and (4) there are was an interaction effect between the use
of teaching learning model and self concept (FAB value 29,402 at
= 0,05). From the
result of the study, it can be concluded that the Cooperative Learning assisted with
multiculture approach effected the increase of learning achievement as viewed from self
concept social science teaching and learning at class VIII students of SMP Negeri 1
Dawan.
Key Words : cooperative learning, multiculture, social science learning achievement

Hisyam, 2000).

I. PENDAHULUAN
Masyarakat

dan

bangsa

Kondisi ini semakin

diperkuat oleh menggejalanya warna

Indonesia kini memasuki milenium

kehidupan

ketiga. Kehidupan umat manusia dalam

manusia dan bangsa harus selalu siap

milenium

untuk melakoni kehidupan global yang

yang

baru

mempunyai

dimensi bukan saja dimensi domestik

global,

sehingga

setiap

tanpa batas.

tetapi global (Tilaar, 2004). Kita hidup

Tidak

saja

di

Indonesia,

di dunia yang terbuka, dunia tanpa

globalisasi juga telah menghadirkan

batas. Oleh sebab itu, kehidupan global

jiwa dan semangat nasionalisme baru di

bukan

kalangan

hanya

merupakan tantangan

bangsa-bangsa

dunia.

tetapi membuka peluang-peluang baru

Kemajuan dalam bidang informasi dan

dalam usaha untuk meningkatkan taraf

komunikasi sebagai dampak langsung

hidup masyarakat dan bangsa Indonesia.

dari

Kehidupan

ketiga

pengetahuan, teknologi dan seni) telah

pada

milenium

kemajuan

IPTEKS

(ilmu

benar-benar

berada

pada

tingkat

menghilangkan batasan-batasan region

persaingan

global

yang

sangat

atau kewilayahan, sehingga bertemunya

yang

orang-orang dari berbagai belahan dunia

memenuhi persyaratan kualitas

semakin besar. Pertemuan yang tidak

global, akan tersingkir secara alami

lagi secara real fisik melainkan melalui

dengan

media trasnmisioner seperti televisi,

ketat.
tidak

Artinya,

siapa

sendirinya

saja

(Suyanto &

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1807

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

radio dan internet. Pertemuan bukan

menimbulkan dampak negatif seperti

hanya

semata,

konflik yang melanda negeri ini. Salah

pertemuan

satunya disebabkan oleh keberagaman

antarbudaya. Akibatnya adalah benturan

atau deferensiasi sosial dari masyarakat.

antarbudaya

Misalnya, konflik antarsuku Madura

orang

melainkan

perorang

sesungguhnya

semakin

mengemuka

(Dayakisni, 2008).

dan Dayak di Sambas Kalimantan

Keberagaman budaya, agama,

Tengah, konflik dengan isu agama di

etnis, suku bangsa, dan bahasa yang

Poso dan Maluku, gerakan separatis

dimiliki oleh bangsa

Indonesia dapat

Aceh yang salah satunya dipicu oleh

menjadi

dasar

dalam

pengetahuan yang kurang adil (Fadjar,

membangun jiwa nasionalisme dan

2004). Untuk itu, diperlukan upaya

patriotisme sebagai bangsa yang besar

yang berkelanjutan untuk meningkatkan

dan kokoh. Namun bila pemahaman

pemahaman

terhadap keragaman tersebut hanya

multikulturisme, pemahaman itu dapat

bersifat

dilakukan melalui jalur pendidikan.

modal

formalitas,

tersebut

akan

maka

menjadi

kondisi
pemicu

dan

Sekolah

kesadaran

sebagai

akan

lembaga

timbulnya konflik, yang akhirnya akan

pendidikan formal memiliki peranan

memecah belah kesatuan dan persatuan

dan fungsi yang sangat strategis untuk

bangsa,

pembekalan dan pelatihan sikap dan

mengendurkan

ikatan-ikatan

sosial dalam masyarakat.


Moto

Bhineka

perilaku

mencerminkan

Ika

pemahaman dan kesadaran (literasi)

sebenarnya mengakomodasi keragaman

multikultur (Dantes, 2008). Di sisi lain,

masyarakat bangsa Indonesia dalam

melalui

suku, ras, bahasa, adat istiadat, dan

dikembangkan di sekolah, siswa dapat

agama. Ironisnnya keragaman dalam

belajar memahami diri, dan lingkungan

kesatuan

hidupnya dengan segala dinamikanya,

budaya

Tunggal

yang

bangsa

dalam

pembelajaran

perjalanan kemerdekaan negara/bangsa

termasuk

lebih ditekankan pada aspek kesamaan

terhadap

keberagaman

untuk membentuk solidaritas bangsa.

budaya,

serta

Oleh karena itu kita antisipasi dan

nasionalisme. Bangsa yang multikultur

respon

keberagaman

seperti Indonesia memerlukan strategi

kebudayaan dengan sikap arif dan bijak.

dan model pendidikan multikultur yang

Perbedaan yang ada disatu sisi telah

terintegrasi secara holistik ke dalam

fenomena

masalah

yang

keberterimaan
etnis

peneguhan

dan
jiwa

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1808

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

beberapa

mata

pelajaran.

ISSN 1858 4543

Melalui

Persoalan yang kini muncul

pendidikan multikultur yang terintegrasi

adalah

secara

mengajar

holistik

meningkatkan
pelatihan

bagaimana

dapat

pemahaman

dan

tujuan pembelajaran dan peningkatan

dalam

prestasi belajar. Karena disadari bahwa

hidup

keberagaman pada peserta didik.

salah

Salah satu media yang bermakna

dilaksanakan

belajar

diharapkan

ketrampilan

satu

adalah

multikultur adalah pendidikan

mengelola

IPS

merupakan

IPS.
sarana

faktor

agar

sesuai

yang

dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa

bagi pengembangan kesadaran akan

Pendidikan

proses

kemampuan
kelas,

menggunakan

guru

dalam

model

dalam
hal

ini

pembelajaran

efektif untuk menanamkan kesadaran

yang sesuai dengan kebutuhan belajar

multikultural, karena salah satu misi

siswa. Dengan usaha dan kemampuan

pendidikan IPS pada jenjang pendidikan

ini

dasar dan menengah adalah membekali

digali

peserta

seperangkat

optimal. Wahab (1986) menyebutkan

pengetahuan, sikap, nilai dan moral

tidak sedikit siswa kesulitan dalam

serta keterampilan hidup yang berguna

mengikuti

dalam memahami diri dan lingkungan

metode

bangsa serta negaranya (Hasan, 2005).

guru dirasakan kurang tepat. Jarolimek

Lingkungan

dalam

(1967) menyatakan ketepatan guru

konteks ini adalah keberagaman suku,

dalam memilih model dan metode

agama, ras, etnis dan bahasa yang ada di

pembelajaran

Indonesia. Bangsa yang multikultur

terhadap

seperti Indonesia memerlukan strategi

belajar siswa. Lebih lanjut

dan model pendidikan multikultur yang

(1992)

terintegrasi secara holistik ke dalam

pemilihan

beberapa

pembelajaran

didik

dengan

yang

mata

dimaksud

pelajaran.

Melalui

diharapkan potensi siswa dapat


dan

dikembangkan

pelajaran

secara

dikarenakan

yang dipilih dan digunakan

akan

berpengaruh

keberhasilan dalam

mempunyai

usaha
Kosasih

pandangan

model

dan

metode

yang

sesuai

dengan

pendidikan multikultur yang terintegrasi

tujuan kurikulum dan potensi siswa

secara

merupakan

holistik

diharapkan

dapat

pemahaman

dan

keterampilan dasar yang harus dimiliki

pelatihan keterampilan hidup dalam

oleh seorang guru. Pemilihan model

keberagaman pada peserta didik.

pembelajaran oleh guru mempunyai

meningkatkan

kemampuan

dan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1809

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

dampak yang sangat esensial bagi

keberagaman budaya dan masyarakat.

perolehan belajar siswa.

Proses

Salah
diharapkan

satu

alternatif

mampu

persoalan

tersebut

belajar

dalam

model

yang

pembelajaran kooperatif berpendekatan

menjembatani

multikultur, siswa bukan hanya belajar

adalah

dengan

dan menerima apa yang disajikan oleh

pada

model

guru, melainkan siswa di bentuk untuk

model

menjadi paham dan sadar (literasi)

pembelajaran, dan perangkat penilaian

tentang keberagaman budaya dengan

IPS, agar pembelajaran yang dilakukan

segala aspeknya

dan dikembangkan oleh guru dapat

memiliki

memfasilitasi

perkembangan potensi

fenomena yang terjadi di sekitarnya dan

siswa

optimal dan mampu

mereka mampu mengantisipasi sedini

melatih ketertanggapan sosial siswa

mungkin dampak dinamika kultural

terhadap masalah keberagaman yang

bagi diri dan masyarakatnya.

melakukan

inovasi

pengorganisasian

secara

materi,

tumbuh dan berkembang di masyarakat.


Hal

ini

diharapkan

mampu

sehingga mereka

keterampilan

Salah

satu

memahami

variabel

yang

menentukan keberhasilan suatu proses

menghasilkan peserta didik yang bisa

pembelajaran

hidup di tengah-tengah masyarakat

Konsep diri adalah organisasi dari

yang sangat beragam pada semua sisi

persepsi-persepsi diri, bagaimana kita

kehidupannya.

pembelajaran

mengenal, menerima, dan menilai diri

yang dianggap sesuai untuk misi dan

kita sendiri. Suatu deskripsi mengenai

tujuan Pendidikan IPS tersebut adalah

siapa kita, mulai dari identitas fisik,

model

sifat, hingga prinsip (Burn, 1979).

Model

pembelajaran

kooperatif

berpendekatan multikultur.

sebuah

diri.

multikultur

konsep diri mempengaruhi perilaku

sebagai

seseorang, terutama dalam menanggapi

pada

dunia dan pengalaman (Markus, 1977).

merupakan suatu gerakan

Banyak psikolog yang mengatakan

model

dasarnya

konsep

Konsep diri sangat penting karena

Model pembelajaran kooperatif


berpendekatan

adalah

pembelajaran

revolutif yang interdisipliner dalam

mengenai

pembelajaran IPS, yang dikembangkan

pandangan positif mengenai konsep

untuk

diri.

menstimulasi

dan

eksplorasi

pentingnya

Pandangan
diri

positif

akan

memiliki

mengenai

hubungan antara masa lalu, sekarang,

konsep

membangkitkan

dan masa yang akan datang di antara

keyakinan diri, kepercayaan diri, dan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1810

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

motivasi diri untuk lebih bersosialisasi

dengan siswa yang mengikuti model

dan mencapai prestasi yang lebih tinggi

pembelajaran konvensional, bagi siswa

(Dayakisni, 2008)

yang memiliki konsep diri negatif?.

Berdasarkan rasional di atas,

Adapun tujuan penelitian ini

maka penelitian ini akan diarahkan pada

adalah sebagai berikut. (1) Untuk

upaya penerapan model pembelajaran

mengetahui perbedaan prestasi belajar

kooperatif berpendekatan multikultur

antara siswa yang mengikuti model

dalam

pembelajaran kooperatif berpendekatan

pembelajaaran

IPS

untuk

meningkatkan prestasi belajar ditinjau

multikultur

dengan

dari konsep diri siswa kelas VIII SMP

mengikuti

model

Negeri 1 Dawan Klungkung.

konvensional, (2) Untuk mengetahui

Bertitik tolak dari paparan di


atas,

permasalahan

yang

akan

pengaruh

interaksi

siswa

yang

pembelajaran

antara

model

pembelajaran dan konsep diri terhadap

dipecahkan dapat dirumuskan sebagai

prestasi

berikut. (1) Apakah terdapat perbedaan

mengetahui perbedaan prestasi belajar

prestasi belajar antara siswa yang

antara siswa yang mengikuti model

mengikuti

pembelajaran kooperatif berpendekatan

model

pembelajaran

belajar

IPS,

(3)

kooperatif berpendekatan multikultur

multikultur

dengan

dengan siswa yang mengikuti model

mengikuti

model

pembelajaran konvensional? (2) Apakah

konvensional pada siswa yang memiliki

terdapat

konsep

pengaruh

interaksi

antara

diri

positif,

siswa

Untuk

yang

pembelajaran

(4)

Untuk

model pembelajaran dan konsep diri

mengetahui perbedaan prestasi belajar

terhadap prestasi belajar IPS? (3)

antara siswa yang mengikuti model

Apakah terdapat perbedaan prestasi

pembelajaran kooperatif berpendekatan

belajar antara siswa yang mengikuti

multikultur

dengan

model

mengikuti

model

pembelajaran

kooperatif

siswa

yang

pembelajaran

berpendekatan multikultur dengan siswa

konvensional pada siswa yang memiliki

yang mengikuti model pembelajaran

konsep diri negatif.

konvensional, bagi siswa yang memiliki


konsep diri positif? (4) Apakah terdapat

II. METODE PENELITIAN

perbedaan prestasi belajar antara siswa

Penelitian ini dilakukan di SMP

yang mengikuti model pembelajaran

Negeri

Dawan

Klungkung,

kooperatif berpendekatan multikultur

merupakan penelitian eksperimen dalam

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1811

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

bentuk post-test only control group

memperhatikan

design, dengan rancangan faktorial 2 X

diperoleh 80 orang sebagai sampel.

2.

Data penelitian dikumpulkan dengan

Penelitian ini melibatkan tiga variabel

menggunakan dua instrumen,

yang terdiri dari satu variabel bebas,

kuesioner konsep diri dan tes prestasi

satu

belajar IPS. Data yang diperoleh diolah

variabel moderator, dan satu

variabel terikat.

kesetaraan

kelas

yaitu

Variabel bebasnya

dengan menggunakan analisis varians

adalah model pembelajaran kooperatif

(ANAVA) dua jalur melalui uji F dan

berpendekatan

dilanjutkan dengan uji Tukey.

variabel
kedua

multikultur

perlakuan;

sebagai

variabel

adalah konsep

bebas

diri sebagai

variabel moderator, sedangkan variabel

III. HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN

terikatnya adalah prestasi belajar IPS.


Selama

penelitian,

peneliti

Uji

hipotesis

data

yang

diperoleh dalam penelitian, menemukan

yang

adanya efek utama (main effect) yang

pembelajaran

menunjukkan bahwa jenis model yang

dengan model pembelajaran kooperatif

digunakan memberikan pengaruh yang

berpendekatan

serta

signifikan terhadap prestasi belajar IPS.

kelompok

Efek utama ini dapat dilihat dari besaran

pembelajaran

koefisien ANAVA (F) yaitu 4,926 yang

konvensional yang diberlakukan pada

signifikan. Selanjutnya, terbukti bahwa

kelompok

akhir

besaran skor rata-rata prestasi belajar

melakukan

IPS kelompok siswa yang mengikuti

penilaian terhadap prestasi belajar IPS

pembelajaran dengan model kooperatif

siswa pada kelompok eksperimen dan

berpendekatan multikultur yaitu 28,050

kelompok kontrol untuk mengetahui

yang lebih besar daripada skor rata-rata

ada tidaknya efek manipulasi yang telah

prestasi belajar IPS kelompok siswa

dilakukan.

yang mengikuti pembelajaran dengan

memanipulasi
berupa

variabel

manajemen

multikultur

memberlakukannya
eksperimen,

eksperimen,

bebas

pada

dan

kontrol.
peneliti

Pada

Populasi penelitian ini adalah


siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Dawan
yang masih aktif pada tahun pelajaran
2010/2011,

berjumlah

112

model

konvensional

yaitu

sebesar

26,075.
Hasil

di

atas

menunjukkan

orang.

bahwa secara keseluruhan, dengan tidak

Dengan teknik random sampling dan

mempertimbangkan variabel moderator

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1812

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

konsep

diri,

IPS

dibelajarkan. Pada model pembelajaran

mengikuti

kooperatif berpendekatan multikultur,

pembelajaran dengan model kooperatif

tampak pembelajaran terpusat pada

berpendekatan multikultur lebih tinggi

siswa, dimana guru hanya memerankan

dibandingkan dengan prestasi belajar

dirinya sebagai fasilitator dan mediator

kelompok

pembelajaran. Akses informasi yang

kelompok

prestasi

siswa

belajar

ISSN 1858 4543

yang

siswa

pembelajaran

yang

mengikuti

dengan

model

dibutuhkan

konvensional. Temuan ini membuktikan

pembelajaran,

bahwa penerapan model kooperatif

bersumber

berpendekatan

diperluas

multikultur

dalam

oleh

siswa

tidak
dari

selama

lagi

guru,

dengan

hanya

melainkan
menjadikan

pembelajaran IPS dapat meningkatkan

lingkungan masyarakat dan sekolah

prestasi belajar siswa kelas VIII SMP

sebagai

Negeri

samping dengan mengekplorasi kedirian

Dawan.

mendasari

Alasan

model

berpendekatan

yang

kooperatif

multikultur

sumber

siswa

pembelajaran,

dari

di

perspektif

sangat

multikulturalismenya. Kondisi inilah

efektif karena dalam model ini bersifat

yang dapat diakomodasi oleh model

komprehensip dan open ended, dapat

kooperatif berpendekatan multikultur.

berfungsi sebagai alat

model dan

Bersandar

pada

hasil

uji

sekaligus sebagai umpan balik. Sifat

hipotesis yang kedua yang menguji ada-

model

tidaknya pengaruh interaksi antara jenis

kooperatif

multikultur

yang

berpendekatan
open

ended

ini

model yang digunakan konsep diri

menyediakan peluang yang luas bagi

siswa menghasilkan nilai Fhitung

siswa untuk kreatif terutama dalam

29,402

mencari contoh-contoh terkini yang

menunjukkan adanya pengaruh interaksi

berhubungan dengan materi IPS serta

antara jenis model yang digunakan dan

mengaitkannya dengan keberagaman

konsep diri terhadap prestasi belajar

masyarakat yang dihadapi. Oleh karena

IPS. Hasil uji hipotesis yang kedua ini

itu,

pada dasarnya merupakan penentuan

bagi

siswa

kemampuan,

yang

kreativitas

memiliki
dan

target

untuk

yang

signifikan.

melangkah

pada

Hasil

=
ini

pengujian

belajar yang tinggi akan senantiasa terus

hipotesis ketiga dan ke-empat. Siswa

berupaya

yang memiliki konsep diri positif akan

untuk

memperluas

wawasannya terutama yang berkaitan

mempunyai

dengan

melakukan kegiatan belajar. Sebaliknya,

materi

yang

sedang

banyak

energi

untuk

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1813

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

siswa yang memiliki konsep diri negatif

multikultur

tidak bergairah untuk belajar kecuali

prestasi belajar siswa yang mengikuti

karena

pembelajaran

paksaan

atau

sekadar

lebih

tinggi

IPS

daripada

dengan

model

seremonial. Jadi dapat dikatakan bahwa

konvensional. Hasil tersebut di atas

hasil belajar akan optimal apabila siswa

membuktikan bahwa, prestasi belajar

memiliki konsep diri yang positif.

IPS tidak hanya dipengaruhi oleh jenis

Hasil uji hipotesis yang menguji

model

yang

digunakan

ada-tidaknya perbedaan prestasi belajar

pembelajaran,

IPS pada siswa yang memiliki konsep

dipengaruhi oleh faktor lain seperti

diri positif, antara kelompok siswa yang

konsep diri.

mengikuti pembelajaran dengan model

akan

dalam

tetapi

juga

Berdasarkan temuan-temuan di

kooperatif berpendekatan multikultur

atas,

dan kelompok siswa yang mengikuti

berpendekatan multikultur merupakan

pembelajaran

model

model yang sangat cocok bagi para

konvensional menunjukkan hasil yang

siswa yang memiliki konsep diri positif.

signifikan. Hal tersebut dapat dilihat

Dengan mengintegrasikan model dalam

pada skor rata-rata prestasi belajar IPS

pembelajaran,

yang sebesar 30,600 untuk kelompok

memiliki konsep diri positif dapat

siswa yang mengikuti pembelajaran

secara

dengan model kooperatif berpendekatan

meningkatkan

multikultur, serta rata-rata skor prestasi

berdasarkan

belajar

terima.

IPS

kelompok

dengan

sebesar
siswa

pembelajaran

23,800

untuk

maka

model

maka

kooperatif

mereka

terus-menerus

Pada

berupaya

kualitas
balikan
konteks

yang

karyanya

yang

mereka

instruksional

yang

mengikuti

dengan model konvensional, siswa yang

dengan

model

memiliki konsep diri positif kurang

konvensional. Lebih lanjut, hasil uji

mendapat

kesempatan

untuk

Tukey menghasilkan nilai Qhitung

memperoleh

balikan

yang

3,138 yang lebih besar daripada nilai

dibutuhkannya

sebagai

bahan

Qtabel = 2,95 pada taraf signifikansi 5 %

pertimbangan

dan db = 80. Hasil ini menunjukkan

prestasi belajarnya.

untuk

meningkatkan

bahwa, untuk siswa yang memiliki

Siswa yang memiliki konsep diri

konsep diri positif, prestasi belajar

negatif, rata-rata skor prestasi belajar

siswa yang mengikuti pembelajar IPS

IPS

dengan model kooperatif berpendekatan

dengan model Konvensional adalah

yang

mengikuti

pembelajaran

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1814

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

sebesar 28,350 yang berarti lebih tinggi

percaya diri. Maka dapat dipahami

daripada rata-rata skor prestasi belajar

bahwa mereka yang memiliki konsep

IPS siswa yang mengikuti pembelajaran

diri negatif cenderung kemampuannya

dengan model kooperatif berpendekatan

lebih tinggi bila diberikan pembelajaran

multikultur,

dengan

yaitu

sebesar

25,500.

model

konvensional

Setelah melalui uji Tukey diperoleh

dibandingkan dengan mereka

nilai Qhitung sebesar 4,681 yang berarti

mengikuti pembelajaran dengan model

signifikan jika dibandingkan dengan

kooperatif berpendekatan multikultur.

nilai Qtabel pada taraf signifikansi 5 %

Hal itu disebabkan karena mereka

yaitu sebesar 3,203 dengan db = 40.

menganggap

Angka-angka

berpendekatan

tersebut

menunjukkan

model

yang

kooperatif

multikultur

dianggap

bahwa untuk siswa yang memiliki

masih baru dan dianggap memiliki

konsep diri negatif, terdapat perbedaan

tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga

prestasi belajar IPS secara signifikan

mereka

antara

mengikuti

memahami dan mempelajarinya lagi,

model

sedangkan model konvensional telah

siswa

yang

pembelajaran

dengan

merasa

konvensional dan siswa yang mengikuti

dikenalinya

pembelajaran dengan model kooperatif

dipergunakan.

berpendekatan multikultur. Dalam hal

Secara

dan

dipaksa

sudah

empiris,

untuk

terbiasa

siswa

yang

ini, prestasi belajar IPS yang mengikuti

memiliki konsep diri negatif lebih

pembelajaran

model

menyukai keadaan yang biasa dan stabil

daripada

di mana mereka telah merasa aman dan

prestasi belajar siswa yang mengikuti

nyaman. Mereka kurang siap untuk

pembelajaran dengan model kooperatif

menerima kritik atau masukan karena

berpendekatan

menganggap bahwa umpan balik yang

konvensional

Hurlock

dengan
lebih

tinggi

multikultur.

(1994)

seseorang

Menurut
dengan

diberikan

menunjukkan

konsep diri yang positif akan terlihat

kelemahan/kekurangan

mereka,

dan

optimis, penuh percaya diri dan selalu

pada akhirnya menurunkan semangat

bersikap positif terhadap segala sesuatu.

mereka untuk belajar.

Sebaliknya, konsep diri yang negatif


akan

muncul

jika

seseorang

mengembangkan perasaan rendah diri,


merasa ragu, kurang pasti, serta kurang

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1815

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

IV.

ISSN 1858 4543

dipertimbangkan sebagai salah satu

PENUTUP
Berdasarkan

temuan-temuan

model alternatif pada pembelajaran IPS.

penelitian yang telah dipaparkan pada

Kedua, Apabila model pembelajaran

bagian-bagian sebelumnya, maka dapat

kooperatif berpendekatan multikultur

disimpulkan

(1)

ingin diterapkan dalam pembelajaran

Prestasi belajar IPS pada kelompok

IPS, maka konsep diri siswa harus

siswa yang mengikuti pembelajaran

diketahui terlebih dahulu. Hal ini dapat

dengan model pembelajaran kooperatif

dilakukan dengan cara

berpendekatan multikultur lebih tinggi

respons siswa terhadap balikan-balikan

dibandingkan dengan prestasi belajar

yang diberikan terkait dengan tugas

kelompok

akademik

sebagai

siswa

pembelajaran
konvensional.

berikut.

yang

mengikuti

dengan

model

(2)

Ada

pengaruh

Ketiga,

yang

mereka

Kemungkinan

hasil-hasil

mencermati

kerjakan.

menggunakan

penelitian

ini

dalam

interaksi antara penggunaan jenis model

mengembangkan

dan konsep diri terhadap prestasi belajar

model pada mata pelajaran lain, seperti

IPS. (3) Untuk siswa yang memiliki

pada mata pelajaran IPA terpadu dan

konsep diri tinggi, model pembelajaran

ilmu sosial lainnya. Untuk itu, terlebih

kooperatif berpendekatan multikultur

dahulu

ternyata berdampak lebih baik terhadap

terhadap

prestasi belajar siswa dibandingkan

tersebut, khususnya kompetensi dasar

dengan

yang

menggunakan

model

perlu

pembelajaran

dilakukan

hakikat

sesuai

mata

dan

pengkajian
pelajaran

dengan

model

konvensional. (4) Untuk siswa yang

pembelajaran kooperatif berpendekatan

memiliki konsep diri rendah, model

multikultur.

konvensional berdampak lebih baik


terhadap

prestasi

dibandingkan

belajar
dengan

Berdasarkan

temuan

yang

siswa

diperoleh dari penelitian ini, dan dengan

model

mempertimbangkan

pula

implikasi

pembelajaran kooperatif berpendekatan

penelitian seperti yang telah diuraikan

multikultur.

di atas, maka ada beberapa saran yang

Berpegang pada temuan-temuan

dapat dikemukakan di sini sebagai

di atas, ada beberapa implikasi yang

berikut.

dapat dikemukakan. Pertama, betapa

pengampu

pentingnya

khususnya

model

pembelajaran

kooperatif berpendekatan multikultur

(1)

Kepada
mata

guru

para

guru

pelajaran

IPS

kelas

VIII

SMP

disarankan agar menggunakan model

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1816

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

alternatif untuk meningkatkan prestasi

Hasan, Hamid. 2005. Pendidikan Ilmuilmu Sosial (buku II) Bandung:


Jurusan Sejarah FPIPS IKIP
Bandung.

belajar siswa. (2) Bagi para peneliti

Hurlock.

pembelajaran kooperatif berpendekatan


multikultur sebagai salah satu model

yang

berminat

untuk

melakukan

verifikasi terhadap hasil penelitian ini,


atau

berminat

untuk

melakukan

penelitian lanjutan dalam pembelajaran


IPS atau pada mata pelajaran lain, maka
disarankan agar melakukan penelitian
dengan melibatkan

atribut psikologis

lain selain konsep diri.

DAFTAR PUSTAKA
Burn, R. B. 1979. Konsep Diri : Teori,
Pengukuran, dan Perilaku.
London : Longman Group Uk
Ltd.
Dantes

N.
2008.
Pendidikan
Teknohumanistik
(Suatu
Rangkian Persspektif dan
Kebijakan
Pendidikan
Mengahadapi
Tantangan
Global). Makalah Disampaikan
Pada Seminar Pendidikan
Diselenggarakan
oleh
S2
Pendas PPs Undiksha 22 Juli
2008

Dayakisni, Tri dan Salis Yuniardi.


2008. Psikologi Lintas Budaya.
Malang:
UPT
Penerbit
Universitas
Muhammadiyah
Malang.
Fadjar,

E.B.
1994.
Psikologi
Perkembangan:
Suatu
Pendekatan
Sepanjang
Rentang Kehidupan. Edisi 5.
Jakarta: Erlangga.

Jarolimek, John. 1967. Social Studies in


Elementary Education. 5th.
edition.NY: McMillan Co.Inc
Kosasih J. 1992. Buku Pedoman Guru
Pengajaran IPS.
Jakarta:
Departemen P dan K.
Markus, H. 1977. Self-Shemata and
Processing Informations About
the Self Journal of Personality
and Social Psychology.
Suyanto & Hisyam D. 2000. Refleksi
dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia Memasuki Milenium
Ketiga. Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa.
Tilaar, H. A. R. 2004. Paradigma Baru
Pendidikan Nasional. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wahab, A.A. 1986. Metode dan ModelModel
Mengajar
Ilmu
Pengetahuan Sosial. Bandung:
Alfabetta.

A. M. (2004). Holistika
Pemikiran Pendidikan. Jakarta:
Radja Grafindo Persada.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1817

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

ANALISIS BIAYA PENDIDIKAN DALAM PENERAPAN


MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DI SMP NEGERI 1 BANJAR

Sugiartha, Gede
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) satuan biaya pendidikan di SMP Negeri
1 Banjar tahun pelajaran 2008/2009, (2) komposisi biaya pendidikan yang ditanggung
oleh pemerintah dan orang tua siswa di SMP Negeri 1 Banjar tahun pelajaran
2008/2009, (3) pengaruh biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa (biaya langsung
dan biaya tidak langsung) terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Banjar tahun
pelajaran 2008/2009. Penelitian ini melibatkan 285 siswa dari 1029 siswa.
Dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis korelasi product moment, dan
analisis regresi ganda dapat diketahui bahwa satuan biaya per siswa per tahun adalah
sebesar Rp 2.225.620 perbandingan besar dana pemerintah dengan orang tua siswa
adalah 66,09% : 33,91%, perbandingan besar dana pemerintah di luar gaji, insentif, dan
investasi dengan orang tua siswa adalah 24,75% : 75,25%, ada hubungan yang
signifikan antara biaya langsung dan tidak langsung dan prestasi belajar siswa, dan ada
hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara biaya langsung dan tidak
langsung dan prestasi belajar siswa.
Kata kunci: satuan biaya, biaya langsung dan tidak langsung, prestasi belajar.

EDUCATIONAL FEES ANALYSIS IN THE IMPLEMENTATION


OF SCHOOL BASED MANAGEMENT
IN SMP NEGERI 1 BANJAR
ABSTRACT
This research was aimed to know:1) educational fee units in SMP Negeri 1
Banjar in academic year of 2008/2009, 2) educational fee compositions which were
spent by the government and students parents in SMP Negeri 1 Banjar in academic
year of 2008/2009, 3) the influence of fees which were spent by the students parents
(direct fees and indirect fees) toward students learning achievement in SMP Negeri 1
Banjar in academic year of 2008/2009. This research involved 285 students from total
of 1029 students.
By using descriptive analysis, product moment correlation analysis, and multiple
regression analysis, it could be known that fee units per student per year was Rp.
2.225.620, the comparison of the fees amount which were spent by the government and
the students parents were 66.09% : 33.91%, the comparison of the fees amount
excluding salary, incentive with students parents fees were 24.75%:75.25%, there were
significant correlations between direct fees and indirect fees with students learning
achievement and there were simultaneous significant correlations between direct fees
and indirect fees with students learning achievement.
Key words: fee unit, direct fees, indirect fees and learning achievement.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1818

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

I.

ISSN 1858 4543

permasalahan-permasalahan yang masih

PENDAHULUAN
Hampir dapat dipastikan bahwa

terkait dengan pembiayaan pendidikan,

proses pendidikan tidak dapat berjalan

sehingga diperlukan studi khusus untuk

tanpa dukungan biaya yang memadai.

lebih spesifik mengenal pembiayaan

Implikasi diberlakukannya kebijakan

pendidikan ini.

desentralisasi

pendidikan,

membuat

Gelombang

demokratisasi

para pengambil keputusan sering kali

mempunyai konsekuensi lebih lanjut

mengalami

kesulitan

dalam

dalam desentralisasi penyelenggaraan

mendapatkan

referensi

tentang

pendidikan. Desentralisasi pendidikan

pendidikan.

bukanlah merupakan suatu yang mudah

Kebutuhan tersebut dirasakan semakin

dilaksanakan, namun demikian sejalan

mendesak sejak dimulainya pelaksanaan

dengan arus demokratisasi di dalam

otonomi daerah yang juga meliputi

kehidupan manusia, maka desentralisasi

bidang

pendidikan akan memberi efek terhadap

komponen

biaya

pendidikan.

Masalah

pembiayaan ini sangat menentukan

kurikulum,

kesuksesan

pendapatan dan biaya pendidikan, serta

program

manajemen

efisiensi

berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum

pemerataan.

tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang

desentralisasi memang sangat perlu di

saat ini diberlakukan.

dalam menumbuhkan sikap demokrasi.

Secara

umum

Meskipun

administrasi,

demikian,

pembiayaan

Akan tetapi, desentralisasi pendidikan

pendidikan adalah sebuah kompleksitas,

belumlah segala-galanya kalau tidak

yang di dalamnya akan terdapat saling

diikuti dengan usaha-usaha perbaikan di

keterkaitan pada setiap komponennya,

berbagai

yang memiliki rentang yang bersifat

Decentralization is necessary but not

mikro ( satuan pendidikan ) hingga

sufficient to improve the quality of

yang makro ( nasional ), yang meliputi

education. ( Tilaar H.A.R, 2000:88 ).

sumber-sumber
pendidikan,

pembiayaan

sistem dan mekanisme

pengalokasiannya,

efektivitas

efisiensi

pengguanaannya,

dalam

dan

bidang

yang

Undang-Undang

berkaitan.

Dasar

kita

mengatakan bahwa tiap warga negara


berhak untuk mendapatkan pendidikan.
Ujung

tombak

pelaksanaan

UUD

akuntabilitas hasilnya yang diukur dari

tersebut ialah di daerah. Seperti juga

perubahan-perubahan yang terjadi pada

bunyi Undang-Undang otonomi Daerah

semua tataran, khususnya sekolah, dan

No 32 Tahun 2003, pendidikan dasar

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1819

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

dan menengah telah diserahkan ke

biaya satuan, memungkinkan kita untuk

daerah. Pelaksanaan pendidikan dasar

mengetahui

yang

orang

menggunakan sumber-sumber sekolah,

merupakan perwujudan dari deklarasi

keuntungan dari investasi pendidikan,

hak-hak asasi manusia (PBB tahun

pemerataan pengeluaran masyarakat,

1948). Hak asasi untuk memperoleh

dan

pendidikan

ini kemudian diperkuat

pendidikan. Disamping itu, juga dapat

dengan keputusan konferensi UNESCO

menjadi penilaian bagaimana alternatif

di Yom Tjen (Thailand) pada tahun

kebijakan dalam upaya perbaikan atau

1990 dan konferensi Dakkar (Tilaar,

peningkatan sistem pendidikan.

2006:164).

( Fattah, 2000:23)

bebas

untuk

Dalam

semua

konsep

dasar

pembiayaan pendidikan, ada dua hal


penting

yang

perlu

dikaji

atau

efisiensi

pengeluaran

dalam

pemerintah

untuk

Di dalam menentukan biaya


satuan terdapat dua pendekatan, yaitu :

dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara

pendekatan

keseluruhan (total cost) dan biaya

mikro. Pada pendekatan makro, faktor

satuan per siswa (unit cost). Biaya

utama yang menentukan perhitungan

satuan di tingkat sekolah merupakan

biaya satuan dalam sistem pendidikan

aggregate biaya pendidikan tingkat

adalah kebijakan dalam pengalokasian

sekolah baik yang bersumber dari

anggaran pendidikan di setiap negara.

pemerintah, orang tua, dan masyarakat,

Pada pendekatan mikro, menganalisis

yang

biaya

dikeluarkan

untuk

makro

dan

pendidikan

pendekatan

berdasarkan

menyelenggarakan pendidikan dalam

pengeluaran total (total cost) dan

satu tahun pelajaran. Biaya satuan per

jumlah biaya satuan (unit cost) menurut

murid

yang

jenis dan tingkat pendidikan. Biaya total

menggambarkan seberapa besar uang

merupakan gabungan-gabungan biaya

yang dialokasikan sekolah secara efektif

per komponen input pendidikan di tiap

untuk

sekolah.

merupakan

ukuran

kepentingan

menempuh

murid

pendidikan.

dalam

Satuan

biaya

Analisis

merupakan

mengenai biaya satuan dalam kaitannya

dikeluarkan

dengan

pendidikan di sekolah per murid per

faktor-faktor

mempengaruhinya

dapat

lain

yang

dilakukan

dengan menggunakan sekolah sebagai


unit

analisis.

Dengan

tahun

biaya

pendidikan

untuk

anggaran.

merupakan

rata-rata

melaksanakan

Satuan

fungsi

yang

dari

biaya

ini

besarnya

menganalisis

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1820

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

pengeluaran sekolah serta banyaknya


murid sekolah. (Fattah, 2000:27)
Dalam

Dana merupakan salah

satu

sumber daya yang secara langsung

penyelenggaraan

menunjang efektivitas dan efisiensi

pendidikan, biaya memiliki peranan

pengelolaan pendidikan. Hal tersebut

yang

Biaya

lebih terasa lagi dalam implementasi

merupakan suatu keharusan, karena

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),

tanpa biaya proses pendidikan tidak

yang menuntut kemampuan sekolah

akan

pendidikan

untuk merencanakan, melaksanakan dan

komponen

mengevaluasi, serta mempertanggung

sangat

berjalan.

merupakan
masukan
input)

menentukan.

Biaya

salah

satu

instrumental

(instrumental

yang sangat penting dalam

jawabkan

pengelolaan

transparan.

Dalam

dana

secara

penyelenggaraan

penyelenggaraan

pendidikan.

Dalam

pendidikan, sumber dana merupakan

setiap

pencapaian

tujuan

potensi yang sangat menentukan dan

pendidikan, baik tujuan yang bersifat

merupakan bagian yang tak terpisahkan

kuantitatif maupun kualitatif, biaya

dalam kajian pengelolaan pendidikan.

upaya

pendidikan

memiliki peranan

yang

Fungsi dana dalam MBS pada

sangat menentukan (Suriadi, 2004:3).

dasarnya untuk menunjang penyediaan

Lebih

mengatakan,

sarana dan prasarana, seperti tanah,

hampir tidak ada upaya pendidikan

bangunan, laboratorium, perpustakaan,

yang dapat mengabaikan peranan biaya,

media

sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa

pelayanan administratif dan sebagainya.

biaya proses pendidikan terutama di

Dana

sekolah tidak akan berjalan. Biaya

selalu identik dengan uang (real cost),

(cost)

dan

tetapi segala sesuatu pengorbanan yang

menengah memiliki cakupan yang luas,

diberikan untuk setiap aktivitas dalam

yakni semua jenis pengeluaran yang

rangka

berkenaan

penyelenggaraan pendidikan.(Mulyasa,

lanjut

pada

Suriadi

pendidikan dasar

dengan

penyelenggaraan

pendidikan, baik dalam bentuk uang

belajar,

operasi

pendidikan

pengajaran,

sebenarnya

mencapai

tidak

tujuan

2005:168)

maupun barang dan tenaga (yang dapat

MBS

sebagai

bentuk

dihargakan dengan uang), misalnya,

desentralisasi di bidang pendidikan

iuran siswa jelas merupakan biaya, dan

akan mewarnai perbedaan pembiayaan

sarana fisik, buku dan guru juga

antara satu sekolah dengan sekolah

merupakan biaya.

yang

lain.

Setiap

sekolah

dengan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1821

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

otonominya merencanakan target-target

sekolah ada di sebelah kiri dan kanan

mutu pencapaian program yang tertuang

jalan raya. Jumlah siswanya pada tahun

dalam Rencana Pengembangan Sekolah

pelajaran 2008/2009 adalah 1029 orang

(RPS), yang disusun sesuai dengan

yang terbagi menjadi 24 rombongan

potensi sekolah masing-masing.

belajar, yang masing-masing tingkat

Sesuai dengan UUSPN No 20,

terdiri

atas

rombongan

belajar.

tahun 2003, dan PP No. 19, tahun 2005,

Dengan terbatasnya ruang kelas, maka

tentang Standar Nasional Pendidikan

proses belajar siswa dibagi menjadi

(SNP), dinyatakan bahwa pemerintah

doubleshift (rombongan belajar pagi

berkewajiban menetapkan SNP yang

dan sore).

meliputi 8 standar, salah satu standar

Sejak berdiri pada tahun 1963

tersebut adalah standar pembiayaan

tidak pernah diadakan penelitian tentang

pendidikan. Di antara delapan Standar

pembiayaan pendidikan.

Nasional Pendidikan, rupanya standar

biaya pendidikan di SMP Negeri 1

pembiayaan

terakhir

Banjar sangat penting dan mendesak

mendapat perhatian oleh pemerintah

untuk diketahui oleh semua pihak yang

pusat. Hal itu bisa dimaklumi, karena

berkepentingan,

seperti

kompleksnya permasalahan di bidang

komite

orang

pembiayaan, sehingga sampai saat ini

masyarakat, dan warga sekolah. Tidak

pemerintah baru bisa menghasilkan PP

kalah pentingnya pengelola sekolah

No 48, tahun 2008 yang mengatur

perlu mengetahui besarnya pembiayaan

tentang Pendanaan Pendidikan.

pendidikan sehingga ada dasar yang

yang

paling

SMP Negeri 1 Banjar berdiri

dipakai

sekolah,

pedoman

Variabilitas

misalnya
tua

dalam

pada tanggal, 1 Agustus 1963, pada

menentukan

usianya yang sudah tergolong cukup tua

menyangkut pembiayaan.

belum mampu menyediakan fasilitas

Jenis-jenis

siswa,

rangka

kebijakan-kebijakan

biaya

pendidikan

belajar yang memadai. fasilitas belajar

yang ditanggung oleh orang tua siswa

terutama pada bangunan fisik sangat

baik yang langsung dibayarkan kepada

kurang. Dari 24 rombongan belajar

sekolah maupun yang dibelanjakan

yang ada, hanya tersedia 12 ruang kelas.

sendiri oleh siswa sangat perlu untuk

Di lain pihak, luas tanah yang dimiliki

diketahui oleh pengelola sekolah. Hal

seluas 24,17 are dan lokasi dibelah oleh

ini penting untuk diketahui dalam

jalan raya, sehingga posisi gedung

rangka menentukan kebijakan yang

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1822

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

lebih operasional tentang pembiayaan

bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pendidikan pada tingkat sekolah. Bila

pengetahuan, terutama pada bidang

jumlah

untuk

pembiayaan pendidikan, (2) Sebagai

tersebut

bahan referensi bagi peneliti yang lain,

rangka

dalam rangka melaksanakan penelitian

mengurangi beban keluarga miskin,

mengenai pembiayaan pendidikan di

pemerintah dapat menetapkan manakah

masa mendatang, (3) Bermanfaat untuk

di antara komponen-komponen tersebut

dijadikan

yang dapat disubsidi dan untuk berapa

satuan pendidikan SMP Negeri 1 Banjar

banyak

dalam

pengeluaran

masing-masing
diketahui,

siswa

komponen

maka

subsidi

dalam

tersebut

diberikan.

pedoman

rangka

oleh

pengelola

penyusunan

rencana

(Supriadi, 2003:125). Manfaat yang lain

pengembangan sekolah (RPS) ke depan.

dengan diadakan penelitian ini adalah

Dalam penerapan Manajemen Berbasis

sekolah dapat mengetahui pengaruh

Sekolah (MBS), penelitian ini dapat

biaya yang dikeluarkan oleh orang tua

dijadikan pedoman untuk pengelolaan

siswa baik yang langsung maupun yang

dana yang efektif dan efisien serta

tidak

akuntabel,

langsung

dibayarkan

kepada

sekolah terhadap prestasi belajar siswa.

(4)

Bagi

masyarakat,

penelitian ini bermanfaat sebagai dasar

Berdasarkan latar belakang di

dalam melakukan partisipasi di dunia

atas tujuan penelitian ini adalah (1)

pendidikan. Hal ini penting untuk

untuk

biaya

diketahui, karena masih ada anggapan

keseluruhan yang diperlukan oleh SMP

di masyarakat bahwa pendidikan hanya

Negeri 1 Banjar, (2) untuk mengetahui

menghabis-habiskan uang tanpa ada

besarnya

jaminan peningkatan hidup yang jelas di

menemukan

biaya

satuan

pendidikan

yang

ditanggung oleh pemerintah dan orang

masa mendatang.

tua siswa pada SMP Negeri 1Banjar, (3)


untuk mengetahui besarnya pengaruh
biaya yang dikeluarkan oleh orang tua

II. METODE PENELITIAN


Penelitian

ini

merupakan

siswa (biaya langsung dan biaya tidak

penelitian ex post fakto, artinya bahwa

langsung)

kejadian atau fakta ini sudah terjadi.

terhadap prestasi belajar

siswa pada SMP Negeri 1 Banjar.

Dapat juga dikatakan penelitian survey,

Manfaat penelitian ini baik secara

karena data dari penelitian ini diperoleh

teoritis maupun secara praktis adalah:

dari kuesioner yang disebarkan ke

(1) Penelitian ini diharapkan dapat

sejumlah responden.

Adapun alur

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1823

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

rancangannya adalah sebagai berikut:

pada

(1) Satuan biaya pendidikan dapat

anggota sampelnya sebesar 285 orang.

diketahui dari penjumlahan RAPBS


ditambah

beasiswa

ditambah

tabel

Krecjie,

maka

jumlah

Pengumpulan data pada penelitian


ini

adalah

melalui

metode

pengeluaran orang tua siswa dibagi

dokumentasi, dan metode tes. Data yang

jumlah seluruh siswa, (2) Komposisi

dibutuhkan

biaya pendidikan yang di tanggung oleh

penelitian ini adalah RAPBS, gaji guru

pemerintah dan nonpemerintah dapat

dan pegawai, beasiswa, laporan bantuan

diketahui dari total biaya yang di

ruang kelas baru, prestasi belajar siswa,

keluarkan oleh pemerintah dan total

dan jawaban dari responden.

biaya yang dikeluarkan oleh orang tua

sehubungan

dengan

Untuk mendapatkan satuan biaya

yang

pendidikan (unit cost) di SMP Negeri 1

dikeluarkan oleh orang tua siswa (biaya

Banjar pada tahun pelajaran 2008/2009

langsung dan biaya tidak langsung)

dilakukan analisis RAPBS dan daftar

terhadap

isian yang dijawab oleh orang tua siswa.

siswa,

(3)

Pengaruh

prestasi

biaya

belajar

siswa.

Rancangannya adalah sebagai berikut:


Konstelasi Variabel

Komposisi

biaya

pendidikan

yang

ditanggung

oleh

pemerintah

dan

nonpemerintah di SMP Negeri 1 Banjar


pada

X1

dijaring
Y

X2

tahun

pelajaran

melalui

2008/2009,

analisis

RAPBS,

dokumen gaji guru/pegawai, dokumen


beasiswa, dokumen bantuan ruang kelas
baru,

dokumen

berhubungan

Keterangan:

yang

dengan

lain

yang

kesejahteraan

: Prestasi Belajar Siswa

guru/pegawai, dan mencari rata-rata

X1

: Biaya langsung

pengeluaran

X2

: Biaya tidak langsung

menganalisis daftar isian yang telah disi

orang

tua

dengan

oleh orang tua siswa. Biaya langsung


Populasi penelitian adalah seluruh

diidentifikasi dari 8 jenis pengeluaran

siswa SMP Negeri 1 Banjar yang

orang tua siswa, dan biaya tidak

jumlahnya 1029 orang pada tahun

langsung diidentifikasi dari 10 jenis

pelajaran 2008/2009, dengan merujuk

pengeluaran orang tua siswa. Pengaruh


biaya yang dikeluarkan oleh orang tua

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1824

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

siswa

(biaya

tidak

disebut sebagai biaya minimum yang

prestasi belajar

ideal. Bertitik tolak dari pendapat

siswa di SMP Negeri 1 Banjar pada

tersebut, maka biaya minimum ideal di

tahun pelajaran 2008/2009, dilakukan

SMP Negeri 1 Banjar adalah Rp

uji hipotesis. Untuk menguji hipotesis

2.225.620 per siswa per tahun.

langsung)

langsung

terhadap

dan

ISSN 1858 4543

digunakan teknik korelasi sederhana

Biaya

yang

ditanggung

oleh

(korelasi product moment) (r) pada taraf

pemerintah, baik oleh pemerintah pusat

signifikansi 5%, dan regresi ganda.

maupun pemerintah daerah tediri dari:

Seluruh

diolah

1) gaji guru dan pegawai, 2) insentif

dengan bantuan program SPSS 13.0 for

guru dan pegawai, 3) dana Bantuan

windows

Operasional Sekolah, 4) Bantuan Siswa

keperluan

analisis

Miskin,

5)

dana

imbal

swadaya

pembangunan Ruang Kelas Baru. Dari

III. HASIL PENELITIAN DAN

hasil

PEMBAHASAN

analisis

dokumentasi

tahun

Temuan pertama didapat bahwa,

pelajaran 2008/2009 mendapat angka

biaya total satuan pendidikan pada

sebagai berikut Gaji guru dan pegawai

tahun pelajaran 2008/2009 adalah Rp

Rp 2.439.994.400,- (dua miliar empat

2.225.620,-

tahun.

ratus tiga puluh sembilan ribu sembilan

Rinciannya adalah dana yang bersumber

ratus sembilan puluh empat ribu empat

dari orang tua siswa sebesar Rp

ratus rupiah). Insentif guru dan pegawai

1.674.685, bantuan dari pemerintah

Rp 123.150.000,-

provinsi dalam bentuk beasiswa miskin

tiga juta seratus lima puluh ribu rupiah).

Rp 34.832, dana BOS yang bersumber

Dana Bantuan Operasional Sekolah

dari pemerintah pusat sebesar Rp

(BOS) Rp 531.070.000,- (lima ratus tiga

516.103. Menurut Supriadi (2003:233),

puluh satu juta tujuh puluh ribu rupiah).

biaya minimum ideal suatu sekolah

Bantuan Siswa Miskin (BSM) Rp

adalah rata-rata jumlah seluruh biaya

35.842.500,- (tiga puluh lima juta

per siswa

di tingkat sekolah yang

delapan ratus empat puluh dua ribu lima

meliputi

kontribusi

ratus rupiah), dan dana pembangunan

per

siswa

per

pemerintah,

Kelas

(seratus dua puluh

keluarga, dan masyarakat. Asumsinya

Ruang

adalah biaya sejumlah itulah yang telah

228.000.000,-(dua

secara nyata memungkinkan pendidikan

delapan juta ribu rupiah). Jadi total

berjalan saat ini, dan itulah yang dapat

biaya

yang

Baru
ratus

(RKB)
dua

dikeluarkan

Rp
puluh

oleh

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1825

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

pemerintah,
maupun

baik

ISSN 1858 4543

pemerintah

pusat

adalah

Rp

daerah

pelajaran 2008/2009 adalah sebesar Rp


1.723.250.865 (satu miliar tujuh ratus

3.358.056.900 (tiga miliar tiga ratus


lima puluh delapan juta lima puluh
enam ribu sembilan ratus rupiah.
Berdasarkan

analisis

ribu delapan ratus enam puluh lima

kuesioner

yang disebarkan kepada orang tua siswa


didapat ratarata pengeluaran orang tua
siswa per tahun sebesar Rp 1.674.685,
(satu juta enam ratus tujuh puluh empat
ribu enam ratus delapan puluh lima
rupiah). Jumlah siswa SMP Negeri 1
Banjar pada tahun pelajaran 2008/2009
adalah

1029

orang,

maka

dua puluh tiga juta dua ratus lima puluh

total

rupiah).

Jadi

komposisi

pendidikan

yang

ditanggang

pemerintah

(termasuk

biaya

biaya
oleh
gaji,

insentif, BSM,dan investasi) dengan


non pemerintah selama satu tahun
adalah

sebesar

Rp

3.358.056.900,

berbanding Rp 1.723.250.865, atau


66,09 %:33,91 %. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut

pengeluaran orang tua siswa pada tahun


Tabel. 01 Komposisi Biaya Pemerintah (termasuk biaya gaji, insentif,BSM dan
investasi) dan Orang Tua Siswa di SMP Negeri 1 Banjar pada Tahun
Pelajaran 2008/2009
NO
1
2

SUMBER DANA
Biaya pemerintah
Biaya orang tua siswa
Jumlah

Dari tabel 01 dapat dilihat

JUMLAH
( Rp )
3.358.056.900
1.723.250.865
5.081.307.765

Biaya

PERSENTASE
(%)
66.09
33.91
100

pendidikan

yang

bahwa total biaya pendidikan di SMP

ditanggung oleh pemerintah diluar gaji,

Negeri 1 Banjar pada tahun 2008/2009

insentif, dan investasi selama satu tahun

adalah sebesar Rp 5.081.307.765,- (lima

adalah sebesar Rp 566.912.500, atau

miliar delapan puluh satu juta tiga ratus

rata-rata per siswa sebesar Rp 550.935.

tujuh ribu tujuh ratus enam puluh lima

Komposisinya adalah seperti tabel 02.

rupiah)

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1826

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Tabel. 02 Komposisi Biaya Pemerintah (di luar gaji, insentif, investasi) dan Orang
Tua Siswa di SMP Negeri 1 Banjar pada Tahun Pelajaran 2008/2009
NO

SUMBER DANA

JUMLAH

PERSENTASE

(Rp)

(%)

566.912.500

24.75

Biaya Pemerintah

Biaya Orang Tua Siswa

1.723.250.865

75.25

Jumlah

2.290.163.365

100

Dari tabel 02

terlihat bahwa,

koefisien korelasi rx1 y = 0,285. Hasil

biaya yang dikeluarkan oleh orang tua

tersebut

siswa selama satu tahun sebesar 75,25

signifikansi = 0,05. Berdasarkan uji

%, dan biaya yang dikeluarkan oleh

signifikansi koefisien korelasi dapat

pemerintah sebesar 24,75 %. Artinya

disimpulkan bahwa terdapat hubungan

sumbangan orang tua siswa dalam

positif

rangka menunjang pendidikan anaknya

prestasi

masih

kalau

persamaan Y = 65,605 + 0,099 X1.

yang

Dengan koefisien determinasi (rx1 y)2 =

dikeluarkan oleh pemerintah. Hasil

(0,285)2 = 0,081 atau 8,1%. Berarti

penelitian ini masih relevan dengan

kontribusinya 8,1%

jauh

dibandingkan

lebih

besar

dengan

biaya

signifikan

pada

taraf

antara biaya langsung dengan


belajar

siswa

melalui

penelitian Supriadi (2003:137) yang

Biaya yang dibelanjakan sendiri

menyatakan bahwa untuk sekolah di

oleh siswa (biaya tidak langsung)

desa kontribusi pemerintah sebesar

adalah

26,87%, kontribusi keluarga 73,13%.

diidentifikasi

Biaya yang langsung dibayarkan

sebesar

Rp

1.330.425

menurut

10

pengeluaran. Kekuatan

jenis

hubungan

kepada pihak sekolah (biaya langsung)

antara biaya tidak langsung (X2) dengan

adalah

prestasi belajar siswa (Y) dihitung

sebesar

diidentifikasi

Rp

menurut

344.260,
8

jenis

dengan

Product

Moment.

perhitungan

dengan

korelasi

pengeluaran. Kekuatan hubungan antara

Berdasarkan

biaya langsung (X1) dengan prestasi

bantuan

belajar siswa (Y) dihitung dengan

diperoleh besarnya koefisien korelasi

korelasi Product Moment. Berdasarkan

rx1 y = 0,151. Hasil tersebut signifikan

perhitungan dengan bantuan SPSS 13.0

pada taraf signifikansi = 0,05.

for

Berdasarkan uji signifikansi koefisien

windows,

diperoleh

besarnya

SPSS

13.0

for

windows

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1827

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

korelasi

dapat

disimpulkan

bahwa

ISSN 1858 4543

dibayarkan kepada

sekolah,

seperti

terdapat hubungan positif antara biaya

misalnya,

uang jajan dan transportasi

tidak langsung dengan prestasi belajar

berapapun besarnya, tidak menjamin

siswa melalui persamaan Y = 67,943 +

akan

0,052 X2. Dengan koefisien determinasi

dibandingkan dengan biaya

(rx2 y)2 = (0,151)2 = 0,022 atau 2,2%.

yang

Berarti kontribusinya 2,2%.

Seperti

berpengaruh

lebih

kuat

langsung

dibayarkan

kepada

sekolah.

yang

didapatkan

dalam

Pengaruh hubungan antara biaya

penelitian ini, bahwa uang jajan siswa

langsung (X1) dan biaya tidak langsung

merupakan pengeluaran yang paling

(X2) dengan prestasi belajar siswa (Y),

besar

berdasarkan

pengeluaran

perhitungan

komputer

di

antara

18

orang

komponen
tua

siswa,

dengan bantuan SPSS 13.0 for windows

selanjutnya disusul oleh pengeluaran

diperoleh besarnya koefisien korelasi

transportasi.

Ry12 = 0,296, Fhitung = 13,573. Hasil

transportasi karena banyak siswa yang

tersebut

menempuh jarak dari rumah ke sekolah

signifikan

pada

taraf

signifikansi = 0,05. Dengan demikian

Besarnya

pengeluaran

antara 3 10 km.

dapat disimpulkan terdapat korelasi

Biaya yang dikeluarkan oleh

antara biaya langsung (X1) dan biaya

orang tua dalam rangka menunjang

tidak langsung (X2) secara bersama-

pendidikan anaknya, baik langsung

sama dengan prestasi belajar siswa (Y)

maupun tidak langsung dibayarkan

melalui persamaan regresi Y = 64,507 +

kepada sekolah,

0,092 X1 + 0,029 X2. Dengan koefisien

dalam

determinasi (R)2 = (0,296)2 = 0,088

pendidikan di SMP Negeri 1 Banjar.

atau

Seperti

8,8%.

Berarti

kontribusinya

rangka

sangat bermanfaat
meningkatkan

mutu

kita ketahui bahwa proses

pendidikan tidak dapat berjalan tanpa

sebesar 8,8%
Menarik untuk dicermati, bahwa

dukungan biaya yang memadai.

pengeluaran orang tua siswa untuk


pendidikan anaknya

yang langsung

dibayarkan kepada sekolah lebih besar

IV. PENUTUP
Berdasarkan

temuan

dan

dengan

pembahasan seperti yang dipaparkan di

pengeluaran tidak langsung terhadap

atas, dapat disimpulkan bahwa, (1)

prestasi belajar. Artinya pengeluaran

Satuan biaya pendidikan (unit cost)

orang tua siswa yang tidak langsung

SMP Negeri 1 Banjar tahun pelajaran

kontribusinya

dibandingkan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1828

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

2008/2009 yang bersumber dari biaya

meningkatkan

yang dikeluarkan oleh orang tua siswa,

Disamping itu, biaya yang dikeluarkan

biaya dari pemerintah yang dicatatkan

oleh orang tua siswa baik langsung

pada RAPBS, serta biaya bantuan siswa

maupun tidak langsung dibayarkan ke

miskin (BSM)

Rp

sekolah, mempunyai kontribusi yang

2.225.620,- per siswa per tahun (2)

signifikan terhadap prestasi belajar

Komposisi biaya yang ditanggung oleh

siswa. Penting untuk diperhatikan oleh

pemerintah dan orang tua siswa pada

pihak pengelola sekolah, yaitu mencari

tahun pelajaran 2008/2009 adalah Rp

sumber dana di luar dana Bantuan

3.358.056.900 : Rp 1.723.250865, total

Operasional Sekolah (BOS), hal itu

biaya

dilakukan

adalah

pendidikan

sebesar

sebesar

Rp

mutu

karena

pendidikan.

keterbatasan

5.081.307.765, atau 66,09% : 33,91%.

penggunaan dari dana BOS. Apabila

Komposisi biaya yang ditanggung oleh

sumber

pemerintah (di luar gaji dan biaya

diupayakan, maka akan bisa dipakai

investasi)

untuk

dengan

biaya

yang

dikeluarkan oleh orang tua siswa adalah

dana

di

membiayai

luar

BOS

bisa

kegiatan-kegiatan

sekolah di luar ketentuan BOS.

24,75% : 75,25%. (3) Ada hubungan


yang signifikan antara biaya langsung
yang dikeluarkan oleh orang tua siswa
terhadap sekolah dengan prestasi belajar
siswa. Ada hubungan yang signifikan
antara

biaya

tidak langsung

dikeluarkan oleh

orang

tua

yang
siswa

dengan prestasi belajar siswa. Ada


hubungan

yang

signifikan

secara

bersama-sama antara biaya langsung


dan tidak langsung yang dikeluarkan
oleh orang tua siswa dengan prestasi
belajar siswa.
Dari

simpulan

yang

dikemukakan di atas dapat diketahui


biaya minimum ideal yang diperlukan
oleh

sekolah

dalam

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Buku Panduan
Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dan BOS Buku. Jakarta:
Depdiknas, Departemen Agama
-----------.
2003.
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta:
Biro Hukum dan Organisasi
Sekjen Depdiknas.
-----------. 2005. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas.
Fatah, Nanang. 2000. Ekonomi dan
Pembiayaan
Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya

rangka

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1829

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan.


Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Mulyasa, E. 2005. Manajemen Berbasis
Sekolah. Konsep, Strategi dan
Implementasi.
Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 48 Tahun 2008
tentang Pendanaan Pendidikan.
2008. Jakarta: Depdiknas
Supriadi, Dedi. 2003. Satuan Biaya
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru
Pendidikan Nasional. Jakarta: PT
Rineka Cipta
----------------.
2006.
Standarisasi
Pendidikan Nasional. Jakarta: PT
Rineka Cipta

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1830

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBANTUAN CERITA


DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR
CALISTUNG PESERTA DIDIK KELAS III A SDN 1 SEMARAPURA TENGAH

Werti, Ni Nengah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan (1) aktivitas belajar calistung, (2)
prestasi belajar membaca, (3) prestasi belajar menulis, dan (4) prestasi belajar berhitung
peserta didik kelas III SDN 1 Semarapura Tengah. Subjek penelitian tindakan kelas ini
peserta didik kelas III A SDN 1 Semarapura Tengah yang berjumlah 49 orang.
Penelitian dilakukan dalam dua siklus pembelajaran. Model pembelajaran yang
digunakan adalah pembelajaran tematik berbantuan cerita dalam pembelajaran
calistung. Untuk mengukur aktivitas belajar peserta didik digunakan lembar
pengamatan aktivitas belajar, sedangkan untuk mengukur prestasi belajar digunakan tes
prestasi belajar. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai aktivitas belajar peserta
didik pada siklus I sebesar 59,83 dengan kategori sedang, pada siklus II meningkat
menjadi 73,84 dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata nilai prestasi belajar peserta
didik pada siklus I untuk kemampuan membaca, dari 72,41, berkategori sedang pada
siklus II meningkat menjadi 78,45, dengan kategori tinggi, kemampuan menulis
peningkatannya dari 70,39 berkategori sedang menjadi 78,02 berkategori tinggi pada
siklus II, sedangkan kemampuan berhitung siklus I rata-ratanya 63,61 berkategori
sedang, pada siklus II meningkat menjadi 72,99 berkategori tinggi. Hasil wawancara
dengan peserta didik menunjukkan bahwa rata-rata peserta didik menyatakan sangat
senang dengan penerapan pembelajaran tematik berbantuan cerita. Pendidik dapat
mengembangkan model pembelajaran ini pada pokok bahasan lain, bahkan dapat
mengolaborasikan dengan seting inkuiry terbimbing sehingga dapat memberikan
suasana baru dan menyenangkan dalam belajar yang akhirnya dapat memotivasi peserta
didik untuk belajar.
Kata kunci: model pembelajaran tematik, aktivitas, dan prestasi belajar calistung.

THE IMPLEMENTATION OF THEMATIC LEARNING ASSISTED BY


STORIES TO IMPROVE STUDENTS ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT IN
READING, WRITING AND MATH OF CLASS IIIA SD N 1 SEMARAPURA
TENGAH.

ABSTRACT
This study aimed at: 1) enhancing learning activities in reading, writing and
math, 2) improving students achievement in reading, 3) improving students
achievement in writing; and 4) improving students achievement in math of grade III at
SDN 1 Semarapura Tengah. The number of the subject was 49 students. This research
was carried out in three cycles. The learning model which was implemented through
this research was thematic learning model assisted by stories to improve students

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1831

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

activities and achievement in reading, writing and math. Observation sheet was used to
measure students activities in learning. Meanwhile, students achievement test was
used to measure students achievement and it was given at the end of every cycle. In
this research, the obtained data were analyzed descriptively.
The result of the study shows that: 1) the implementation of thematic learning
model assisted by stories can improve students activities of IIIA class at SDN 1
Semarapura Tengah. This can be seen from the students average score of learning
activities on the first cycle the mean score was 59.83 which could be categorized into
medium category improve become 73.84 which was categorized into high category, on
the second cycle. 2) the implementation of thematic learning model assisted by picture
can improve the students achievement of class IIIA of SDN 1 Semarapura Tengah.
This can be seen from students average score in reading On the first cycle, from 72.41
(medium category). On the second cycle it improved become 78.45, and it can be
categorized into high category. The improvement of students average score in writing
from 70.39 which can be categorized into medium category on the first cycle. On the
second cycle it improved become 70.82 which can be categorized into high category.
The students achievement in math on the first cycle can be seen from the average score
that is 63.61 which can be categorized into medium category. On the second cycle, it
improved become 72.99 which can be categorized into high category. 3) The result of
the interview about the implementation of thematic learning model assisted by Stories
shows that most of the students have positive appreciation toward the implementation of
the learning model. The teacher are able to develop this learning model in various theme
and also able to collaborate this model with discovery inquiry model in order to give a
new and fun learning environment that can motivate the students to learn.
Key words : thematic learning model, activities and students achievement

Depdiknas, (2007) dalam Naskah

I. PENDAHULUAN
Undang-Undang

Sistem

Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum

Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bab

SD pada butir c menyatakan bahwa:

III, Pasal 4 ayat 2 tentang Sistem

Pembelajaran

pada

Pendidikan

dilaksanakan

melalui

Nasional

(Sisdiknas),

kelas

III

pendekatan

mengamanatkan bahwa prinsip-prinsip

tematik, sedangkan pada kelas IV s.d.

penyelenggaraan

pendidikan

VI dilaksanakan melalui pendekatan

diselenggarakan

dengan

mata pelajaran. Kelas III merupakan

membaca,

awal untuk pelaksanaan pendekatan

menulis, dan berhitung bagi segenap

mata pelajaran di kelas IV, maka

warga masyarakat. Tindak lanjut dari

pelaksanaan pembelajaran tematik di

undang-undang

kelas III lebih diorientasikan kepada

mengembangkan

budaya

tersebut

berupa

pengembangan pembelajaran tematik.

penguatan dasar-dasar mata pelajaran


yaitu, baca, tulis, dan hitung sebagai

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1832

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

persiapan

untuk

pendekatan

mata

pelajaran secara utuh di kelas IV.

ISSN 1858 4543

Berdasarkan hasil pengamatan awal


(prapenelitian) terhadap peserta didik

Pembelajaran tematik di sekolah

kelas III A, yang menjadi subjek

dasar (SD) akan mempengaruhi mutu

penelitian,

pendidikan pada tingkat pendidikan

wawancara dengan Kepala SD N.1

dasar, khususnya Sekolah Dasar (SD).

Semarapura Tengah, dan pendidik yang

Sebagai pilar pembelajaran tematik,

mengajar di Kelas III pada sekolah

maka kemampuan membaca, menulis,

tersebut,

dan berhitung harus diyakini mampu

sebagai penyebab rendahnya aktivitas

menumbuhkan

dan prestasi belajar calistung peserta

kemampuan

berpikir

diperjelas

dengan

terungkap

permasalahan

Pembelajaran

logis, dan sistematis peserta didik, serta

didik

mampu

meningkatkan

tematik yang rohnya adalah membaca,

peserta

didik

dalam

keterampilan
merefleksikan

yaitu

hasil

menulis,

dan

pikiran dan idenya. Peserta didik yang

dipergunakan

mampu

dan

sampai saat

berhitung dengan baik, cenderung lebih

dilaksanakan

mudah mengikuti pelajaran lainnya di

(terintegrasi).

membaca,

sekolah.

menulis,

Selanjutnya,

bahwa

berhitung
dalam

yang

pembelajaran

ini belum

sepenunya

secara

terpadu

dengan

Berdasar pada fenomena yang

kemampuan membaca, menulis, dan

bertolak belakang di atas maka pendidik

berhitung (matematika), peserta didik

mesti

akan

kognitif

mampu

memahami

ilmu

mengembangkan kemampuan
peserta

didik

dalam

pengetahuan dan teknologi dengan baik.

pembelajaran membaca, menulis, dan

Sebaliknya, peserta didik yang lemah

berhitung yang diistilahkan dengan

pada ketiga bidang tersebut cenderung

calistung melalui inovasi pembelajaran

mengalami

yang sesuai dengan kebutuhan dan

kesulitan

mengembangkan

dalam

kemampuannya

terutama kemampuan kognitif.


Sayangnya di beberapa sekolah

tuntutan peserta didik.

Salah satu

bentuk pengembangan pembelajaran


yang

dipilih

adalah

implementasi

dasar, ketiga bidang tersebut belum

pembelajaran tematik dengan bantuan

sepenuhnya menjadi perhatian pendidik

cerita.

dan pihak sekolah lainnya walaupun


pemerintah

telah

Penggunaan bantuan cerita yang

mengeluarkan

dimaksud bisa berupa cerita rekaman,

kebijakan untuk ketiga bidang tersebut.

cerita bergambar, cerita berseri, dan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1833

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

cerita rekaan. Pendidik memilih cerita

tematik di kelas III A SD N.1

yang dianggap cocok dengan materi

Semarapura Tengah pada semester I,

pelajaran, kemudian disesuaikan dengan

maka penulis mengadakan penelitian

lingkungan dan kondisi peserta didik.

tindakan

Pengimplementasian

kelas

dengan

judul:

Implementasi Pembelajaran Tematik

pembelajaran tematik berbantuan cerita

Berbantuan Cerita dalam Meningkatkan

dapat diterapkan dengan berbagai cara,

Aktivitas

dan

misalnya saat peserta didik belajar

Membaca,

Menulis

matematika atau menulis, peserta didik

(Calistung ) Peserta Didik kelas III SD

diberikan

N.1 Semarapura Tengah. Penelitian ini

pancingan

menarik sehingga
pelajaran

yang

cerita-cerita

tertarik
sedang

terhadap
diajarkan.

bertujuan

Prestasi
dan

Berhitung

untuk

peningkatan:

1)

Belajar

mengetahui

aktivitas

belajar

Selanjutnya pendidik bisa merespons

calistung, 2) prestasi belajar membaca,

peserta didik untuk melengkapi cerita

3) prestasi belajar menulis peserta didik

yang belum lengkap, atau pendidik

dan, 4) prestasi belajar berhitung kelas

membagikan buku cerita, peserta didik

III SD N.1 Semarapura Tengah.

diberi tugas membaca buku cerita


tersebut, kemudian disuruh menjawab
pertanyaan secara lisan atau tertulis.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini termasuk penelitian
tindakan

diberikan

dengan

research) karena memiliki karakteristik

diajarkan.

yaitu: 1) problem yang dipecahkan

hitungan

kompetensi
Briggs

dasar

(dalam

menyatakan

sesuai
yang

Lasmawan

bahwa

dengan

kelas

(classroom

action

Bersumber dari cerita peserta didik

2007)

merupakan

persoalan

praktis

teknik

dihadapi pendidik dan peneliti dalam

penyajian lintas materi secara otomatis

kehidupan

sudah terjadi jaringan materi antar-

memberikan treatment berupa tindakan

kompetensi dasar membaca, menulis

yang terencana untuk memecahkan

dan

permasalahan sekaligus meningkatkan

berhitung,

sekaligus

terjadi

sehari-hari;

kualitas

secara

implikasinya oleh subyek yang diteliti;

efektif

dan

menyenangkan.
Terkait
pengimplementasian

dapat

peneliti

pengintegrasian pembelajaran tematik


sederhana,

yang

2)

yang

dirasakan

3) langkah-langkah penelitian yang


dengan
pembelajaran

direncanakan
siklus,

selalu

tingkatan

dalam

atau

daur

bentuk
yang

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1834

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

memungkinkan

kerja

tematik belum sepenuhnya terpadu.

kelompok maupun kerja mandiri secara

Objek penelitian tindakan kelas ini

intensif; dan 4) adanya langkah berpikir

adalah 1) aktivitas belajar peserta didik

reflektif oleh peneliti baik sesudah

yang

maupun sebelum tindakan.

mengajukan

Berlatar

terjadinya

ISSN 1858 4543

dari

meliputi

aktivitas

pertanyaan,

dalam
menjawab

karakteristik

pertanyaan, kerjasama, menyumbang

masalah yang dikaji, langkah pertama

saran, mengambil simpulan, dan 2)

yang dilakukan oleh peneliti untuk

prestasi belajar calistung.

mengembangkan metode ini, diawali


dengan

kegiatan

observasi

awal.

Secara

rinci,

langkah-langkah

konsep

dasar

penelitian

yang

Temuan-temuan dalam observasi awal

dikembangkan sesuai dengan desain

itu dijadikan sebagai dasar dalam

PTK. Desain PTK berbentuk siklus-

menyusun rancangan tindakan kelas

siklus. Satu siklus terdiri atas empat

yang

fase. Dalam penelitian jumlah siklus

akan

dilakukan

pada

tahap

selanjutnya.

yang dilakukan ditentukan oleh hasil

Subjek penelitian tindakan kelas

atau

tingkat

keberhasilan

siklus

ini adalah peserta didik kelas III A SD

sebelumnya. Jika pada siklus tertentu

N.1 Semarapura Tengah, semester 1

sudah

tahun pelajaran 2010/2011, dengan

diharapkan, maka penelitian ini tidak

jumlah 49 orang. Dipilihnya kelas III A

akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.

sebagai subjek penelitian karena pada

Desain penelitian ini dapat digambarkan

kelas tersebut ditemukan permasalahan,

sebagai berikut:

didapatkan

hasil

yang

yaitu pengimplementasian pembelajaran

Fase
Pelaksanaan
Fase
Perencanaan

Fase
Pemantauan
Fase
Evaluasi
dan

Gambar 1. Fase Siklus Pembelajaran (diadaptasi dari Marhaeni, 2005;8)

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1835

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Data dan metode yang diperlukan

nilai terendahnya adalah 0. Nilai yang

dalam penelitian ini meliputi : 1) data

diperoleh peserta didik pada akhir siklus

dalam perencanaan tindakan, 2) data

dirata-ratakan, kemudian nilai aktivitas

pelaksanaan proses pembelajaran, yang

peserta didik tersebut dikategorikan

meliputi data aktivitas belajar peserta

dalam lima skala.

didik, dan 3) data prestasi belajar yang


meliputi:

belajar

digunakan pada tiap akhir pertemuan

membaca, data prestasi belajar menulis

dan pada akhir siklus berbentuk LKS,

dan data prestasi belajar berhitung

dengan model tes pilihan ganda, uraian,

(calistung). Data penelitian dianalisis

asesmen

dengan menggunakan analisis deskriptif

assesmen),

kualitatif.

data

diskusi, dan wawancara. Setiap tes

deskriftif kualitatif adalah (1) tabulasi

dibantu dengan cerita dengan judul

data,

berbeda.Validitas tes diuji oleh dosen

(2)

data

prestasi

Jenis tes prestasi belajar yang

Prosedur

analisis

reduksi

data

pengelompokan

kategori,

interpretasi,

(4)

dan

melalui
(3)

pengambilan

kinerja

(Performance

observasi,

pembimbing

dengan

pertanyaan,

menggunakan

expert judgsement terhadap validitas isi

simpulan. Hasil analisis data tersebut

sebelum

selanjutnya digunakan untuk melakukan

Validitas tes diukur dengan pendekatan

refleksi terhadap kinerja siklus.

rasional dengan membandingkan antara

Aktivitas belajar peserta didik


yang

telah

diamati,

dicatat,

dan

diberikan penilaian sesuai dengan skala

tes

tersebut

digunakan.

kisi-kisi soal dengan butir-butir soal, di


mana kisi-kisi soal disesuaikan dengan
materi pada kurikulum.

penilaian aktivitas belajar peserta didik.

Data prestasi belajar peserta

Aktivitas peserta didik yang diobservasi

didik dianalisis secara deskriptif, yaitu

selama pembelajaran terdiri dari 4 poin,

dengan mencari angka rata-rata (M),

di mana setiap poin masing-masing

median (Md), dan Modus (Mo), yang

terdiri dari 5 karakteristik sehingga

dilanjutkan dengan menggambar grafik

dapat ditentukan skor tertinggi ideal

histogram. Median adalah nilai tengah

adalah 20 dan skor terendah ideal

dari distribusi

adalah 0. Nilai peserta didik diperoleh

sedangkan Modus adalah nilai yang

dari skor

memiliki frekuensi

total aktivitas dikali 5

sehingga nilai ideal tertinggi aktivitas

frekuensi

kumulatif,

tertinggi dalam

distribusi (Dantes 2007).

belajar peserta didik menjadi 100 dan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1836

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Indikator keberhasilan aktivitas

pertemuan; d) Menyusun jaringan tema;

belajar dan prestasi belajar adalah

e)

adanya

dan

pembelajaran tematik berbantuan cerita

didik.

untuk kelas 3 semester I, mata pelajaran

peningkatan

prestasi

belajar

aktivitas
peserta

Menyusun

silabus

RPP

Keberhasilan tindakan kelas mengacu

bahasa

pada

Kriteria Ketuntasan Minimal

menulis) dan matematika (berhitung)

(KKM) yang telah ditetapkan di SD N.1

lengkap dengan skenario pembelajaran,

Semarapura

dan

Tengah,

yaitu

Bahasa

Indonesia

dan

materi

(membaca

dan

pembelajarannya;

f)

Indonesia = 73 dan matematika = 65,

menyusun LKS

(KTSP 2010 SD N.1

Semarapura

kemampuan calistung peserta didik di

Tengah). Aktivitas belajar dan prestasi

akhir proses pembelajaran untuk setiap

belajar

dikatakan

pertemuan; g) menyusun instrumen

meningkat apabila nilai yang diperoleh

penelitian; h) Menyiapkan bahan dan

peserta didik minimal sama atau lebih

alat peraga pembelajaran, tape recorder,

tinggi dari KKM.

kaset rekaman cerita, laptop dan LCD,

peserta

didik

sebagai alat ukur

gambar uang, uang saku, dan hadiah (


reward);

III. HASIL PENELITIAN

i)

membentuk

kelompok

Pelaksanaan tindakan siklus I

diskusi ; dan j) menyiapkan catatan

dilakukan melalui empat tahapan /fase

harian untuk mencatat hal-hal yang

tindakan.

tidak

Pada

tahap

perencanaan

terangkum

disusun rencana pelaksanaan tindakan

penelitian

kelas siklus I

berlangsung.

dengan menggunakan

model pembelajaran tematik berbantuan


cerita.

Tahapan

perencanaan

dalam

selama

instrumen

pembelajaran

Berdasarkan data nilai awal


peserta

didik

pada

pelaksanaan tindakan siklus I antara lain

membaca,

: a) mendata hasil nilai ulangan umum

diketahui

kelas III pada semester II prakenaikan

ketuntasannya

kelas, untuk selanjutnya data tersebut

sedangkan

dianalisis

mencapai 42, 86 %. Hasil yang dicapai

sebagai

perencanaan

upaya

persiapan

penelitian;

b)

masih

menulis

kemampuan

bahwa

dan

berhitung

bahasa

Indonesia

mencapai 36, 73 %,

matematika ketuntasannya

tergolong

belum

KKM

Secara

mensosialisasikan pembelajaran tematik

memenuhi

berbantuan cerita; c) mempersiapkan

individu peserta didik yang belum

bahan

tuntas untuk mata pelajaran bahasa

bacaan

cerita

untuk

setiap

standar

rendah,

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1837

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Indonesia berjumlah 31 orang (63,27

pertemuan II yaitu mencermati gambar

%),

pelajaran

uang, menuliskan lambang bilangan

matematika peserta didik yang belum

dalam bentuk panjang terdiri dari

tuntas berjumlah 28 orang ( 57,14 %).

ribuan, ratusan, puluhan dan satuan, dan

sedangkan

untuk

Berpijak dari hasil pengamatan

menghitung uang saku. Berikutnya

awal dan diperkuat dengan prestasi

mengerjakan

belajar

membahas

peserta

didik

pada

tahap

postes
LKS,

pada
tanya

LKS,
jawab,

observasi awal, peneliti memutuskan

melengkapi catatan, dan penyampaian

menerapkan

kriteria

tematik

model

cerita.

penilaian

aktivitas

belajar,

Sebagai

kemampuan membaca, menulis dan

langkah inovasi untuk menampilkan

berhitung. Pada pertemuan III, peserta

salah satu model alternative dalam

didik diajak menyimak tayangan cerita,

pembelajaran tematik.

dari tayangan cerita itu peserta didik

tiga

berbantuan

pembelajaran

Pelaksanaan siklus I terdiri dari

berdiskusi

kelompok,

pertemuan,

pertanyaan

bacaan

pertemuan

di

mana

disiapkan

setiap

menjawab
pada

LKS,

skenario

melengkapi paragraf rumpang. Bersama

pembelajarannya. Selanjutnya peneliti,

kelompok mendeskripsikan tentang isi

bersama

cerita

pendidik

yang

mengimplementasikan
berkolaborasi
menerapkan

di

materi

menghitung

untuk

diterima,

tematik

membaca

kelas

pembelajaran

dalam

bentuk

jumlah
menulis

tulisan,

hadiah
jumlah

lambang

hadiah,
bilangan,

berbantuan cerita. Pertemuan I pada

mengoreksi

pelaksanaan

Sedangkan pertemuan IV akhir dari

materi menyimak cerita,

penelitian siklus I, khusus digunakan

menjawab pertanyaan tentang isi cerita,

untuk menjawab soal-soal tes prestasi

menyebutkan

selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).

tindakan

membahas

siklus

tokoh-tokoh

cerita,

menulis kalimat tanya, mengomentari


tokoh-tokoh

cerita,

membaca

teks

kebenaran

yang

tulisan.

Rata-rata nilai aktivitas belajar


peserta didik pada tiap pertemuan

cerita, menjawab pertanyaan teks pada

mengalami

LKS sebagai postes, menceritakan isi

pertemuan ke-2 peningkatan aktivitas

teks dalam bentuk tulisan, dan mencatat

belajar sebesar 0,61, sedangkan pada

materi

Materi

pertemuan ke-3 meningkat sebesar 1,33,

pada

namun melalui pengamatan peneliti

pembelajaran.

pembelajaran

yang

diberikan

peningkatan,

pada

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1838

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

aktivitas peserta didik masih perlu

ISSN 1858 4543

Data

perkembangan

nilai

ditingkatkan karena pencapainnya baru

prestasi belajar membaca, menulis dan

mencapai kategori sedang. Terjadinya

berhitung

peningkatan nilai aktivitas peserta didik

mengalami

sudah cukup mengindikasikan bahwa

pertemuan ke- 2, kemampuan membaca

aktivitas belajar peserta didik melalui

meningkat

model pembelajaran tematik berbantuan

sebesar: 3,63, dan berhitung mengalami

cerita untuk setiap pertemuan semakin

peningkatan sebesar: 2,86, sedangkan

meningkat,

bahwa

pada pertemuan ke-3 masing-masing

penerapan model pembelajaran tematik

kemampuan mengalami peningkatan

berbantuan cerita mendapat tanggapan

yaitu : membaca, 2,24; menulis sebesar

positif dari peserta didik.

1,90 dan berhitung sebesar 2,45. Rata-

dan

mencirikan

untuk

setiap

pertemuan

peningkatan,

sebesar:

5,0,

pada

menulis

Prestasi belajar peserta didik

rata nilai peserta didik pada siklus I

untuk masing-masing kemampuan yaitu

dapat dirinci sebagai berikut: membaca

membaca, menulis dan berhitung mulai

= 72,41; menulis = 70,39 dan berhitung

dari nilai prestasi belajar pada akhir

= 63,61, sedangkan ketuntasan klasikal

pertemuan

untuk kemampuan membaca mencapai

dengan

pertama,

sampai
dan

47 %, untuk kemampuan menulis 22 %,

dijumlahkan dengan nilai tes prestasi

dan ketuntasan klasikal berhitung 55 %.

belajar

ketiga

kedua

akhir

dirata-ratakan

siklus

sehingga

Penelitian dikatakan berhasil

diperoleh rata-rata nilai prestasi belajar

jika rata-rata nilai peserta didik lebih

peserta

besar atau sama dengan standar KKM

didik

I,

untuk

kemampuan

membaca, menulis dan berhitung siklus

(Kriteria

I. Setelah diperoleh rata-rata nilai

ketuntasan klasikal peserta didik lebih

prestasi belajar peserta didik untuk

besar atau sama dengan 85 %. Jadi

masing-masing kemampuan, rata-rata

berdasarkan hasil prestasi belajar yang

nilai

membaca,

diperoleh peserta didik pada penelitian

menulis dan berhitung itu digabungkan

siklus I dapat disimpulkan bahwa

atau direkap sehingga mendapatkan

penelitian

rekap

dilanjutkan ke siklus II.

untuk

nilai

kemampuan

kemampuan

membaca,

Ketuntasan

belum

Minimal)

berhasil,

dan

perlu

Dari hasil

menulis dan berhitung (calistung) untuk

wawancara terhadap 8 (delapan) orang

siklus I.

perwakilan masing-masing kelompok


diketahui bahwa mereka senang belajar

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1839

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

tematik dengan menggunakan cerita

menjawab tes postes pada LKS, karena

sebagai bantuannya.

Kendala

yang

postes yang mereka jawab meliputi tiga

dihadapi

didik

ketika

pokok bahasan yaitu membaca, menulis

pembelajaran

tematik

peserta

mempelajari

dan berhitung (calistung).

berbantuan cerita adalah terbatasnya

berdiskusi

waktu

belum

yang

dialokasikan

untuk

kelompok

bisa

5)

peserta

berkolaborasi

saat
didik

dengan

menjawab postes. Jumlah cerita yang

anggota kelompoknya, sebagian besar

dibagikan juga terbatas, yaitu 2 bacaan

masih

untuk

membahas materi diskusi. 6) peserta

setiap

kelompok,

sehingga

terkesan

peserta didik sulit memahami isi bacaan

didik

secara maksimal.

menyumbang

Berlatar

mengalami

dalam

kesulitan

saran,

ide

saat
yang

pelaksanaan

dikemukakan belum jelas, selanjutnya

tindakan siklus I yang diperkuat melalui

pada saat mengambil simpulan hampir

hasil observasi dapat dipaparkan bahwa

seluruh

1) proses pembelajaran pada siklus I

mencapai nilai aktivitas maksimal. Jadi

secara umum belum dapat berjalan

aktivitas belajar peserta didik baru

optimal. Hal ini nampak dari sebagian

mencapai (57%) dari 49 peserta didik,

peserta didik yang belum mampu untuk

berada pada kategori sedang. 7) rata-

mengikuti model pembelajaran tematik

rata prestasi belajar peserta didik pada

berbantuan cerita, karena peserta didik

postes

terbiasa mengikuti proses pembelajaran

menunjukkan bahwa sebagian besar

terpisah

2)

nilai peserta didik belum memenuhi

kesiapan peserta didik juga tampak

kriteria ketuntasan yang ditetapkan,

belum maksimal, peserta didik lebih

untuk kemampuan membaca peserta

terpaku pada pendidik yang hadir ke

didik yang masuk kategori tuntas baru =

kelasnya lebih dari satu orang. 3)

.21 orang (= 47 %), kemampuan

peserta didik merasakan kekurangan

menulis 11 orang tuntas (22%), dan

waktu untuk memahami isi bacan,

kemampuan berhitung baru bisa tuntas

karena bacaan dibagikan langsung saat

sebanyak 27 orang (55%).

antar

dari

individual

matapelajaran.

peserta

dan

tes

didik

akhir

belum

siklus

bisa

proses pembelajaran, dan jumlah bacaan

Berpedoman dari temuan pada

belum sesuai dengan jumlah peserta

pembelajaran siklus I seperti diuraikan

didik. 4) pengalokasian waktu 20 menit

di atas, selanjutnya dilakukan beberapa

sangat singkat untuk mereka berpikir

langkah perbaikan untuk mengatasi

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1840

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

kendala tersebut yaitu: 1) peserta didik

Langkah-langkah

diberikan penekanan mengenai model

pengimplementasiannya pada intinya

pembelajaran

proses

sama dengan pelaksanaan pembelajaran

pengimplementasiannya di kelas, 2)

tematik berbantuan cerita pada siklus I.

peserta didik diberikan penjelasan yang

Dimulai

lebih rinci mengenai sistem penilaian

calistung,

yang dilakukan, baik dari segi prestasi

menugaskan peserta didik untuk duduk

belajarnya, maupun sistem penilaian

berkelompok, tiap anggota kelompok

untuk aktivitas belajar yang ditetapkan,

membaca cerita yang sudah dibagikan

3) menggunakan bantuan cerita yang

sebelumnya

berbeda-beda untuk setiap pertemuan

berdiskusi kelompok tentang isi bacaan.

sebagai upaya agar peserta didik tidak

Sebelum

bosan pada satu cerita, cerita dibagikan

menginformasikan

satu hari sebelum pelaksanaan tindakan

sistem penilaian yang dilakukan pada

dilaksanankan, jumlah naskah cerita

saat proses pembelajaran sampai pada

sesuai dengan jumlah peserta didik. 4)

proses mengerjakan postes pada LKS.

menambah waktu pengerjaan postes

LKS dimanfaatkan oleh peserta didik

melalui LKS dari 20 menit menjadi 35

sebagai penuntun peserta mereka dalam

menit. 5) mengitensifkan bimbingan

belajar.

tematik

dan

untuk masing-masing kelompok belajar.

dengan

pemberian

selanjutnya

secara

LKS

materi
pendidik

bergilir,

dibagikan

dan

pendidik

kembali

tentang

Sistem penilaian yang dilakukan

Hasil refleksi yang ditemukan pada

pada

pelaksanaan tindakan siklus I, dijadikan

mencakup penilaian prestasi belajar dan

acuan

hasil aktivitas peserta didik dalam

dalam pelaksanaan tindakan

siklus II.

tahap

pelaksanaan

tindakan

pembelajaran. Aspek prestasi belajar

Pelaksanaan tindakan siklus II,

ditunjukkan

melalui

postes

yang

mulai dari perencanaan, sampai pada

dilaksanankan setiap akhir pertemuan

refleksi pada dasarnya sama dengan

dan tes akhir siklus II.

pelaksanaan tindakan siklus I. Pada

Rata-rata nilai aktivitas belajar

tahap pelaksanaan tindakan siklus II

peserta didik pada siklus II untuk tiap

peneliti dan pendidik yang bertugas

pertemuan

menyajikan

pembelajaran

pada pertemuan ke-1, 2, dan 3, kategori

skenario

yang dicapai tinggi, sedangkan di akhir

pembelajaran tematik berbantuan cerita.

siklus rata-rata nilai peserta didik

kembali

materi
menerapkan

mengalami

peningkatan,

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1841

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

mencapai 73, 84
tinggi.

dengan kategori

Berdasarkan

keberhasilan,

kategori

penelitian

ISSN 1858 4543

model

pembelajaran

tematik

yang

dimodifikasi dengan cerita.

dikatakan

Beberapa

temuan

selama

berhasil jika aktivitas belajar peserta

pelaksanaan tindakan siklus II antara

didik minimal berada pada kategori

lain:

tinggi, karena rata-rata nilai aktivitas

pembelajaran telah berlangsung sesuai

belajar peserta didik yang berhasil

dengan skenario pembelajaran yang

dicapai pada akhir siklus II sebesar 73,

direncanakan, sehingga prestasi belajar

84

dengan

tinggi,

kategori

1)

secara

umum

proses

maka

yang diharapkan dapat tercapai. Kondisi

penelitian ini jika dilihat dari segi

pembelajaran pada siklus II berlangsung

aktivitas belajar peserta didik dapat

lebih kondusif, di mana peserta didik

dikatakan berhasil.

sudah lebih antusias berdiskusi, selain

Mengacu pada perbaikan proses

itu

mereka

pembelajaran dan pelaksanaan tindakan

beradaptasi

siklus

dengan

I,

tindakan

maka

pada

pelaksanaan

siklus II tampak adanya

juga

sudah

dengan

model

mampu

kelompoknya

pembelajaran

yang

diterapkan, 2) nilai aktivitas belajar

peningkatan proses pembelajaran yang

peserta

diperlihatkan

peningkatan

peningkatan kualitas yaitu dari kategori

prestasi belajar dan aktivitas belajar

sedang menjadi kategori tinggi pada

peserta didik. Prestasi belajar peserta

siklus II, 3) keaktifan peserta didik saat

didik untuk masing-masing kemampuan

berdiskusi

yaitu membaca, menulis dan berhitung

menunjukkan usaha untuk memajukan

untuk setiap

kelompoknya, 4) peserta didik paling

melalui

pertemuan meningkat,

didik

menunjukkan

kelompok

aktif

dan berhitung 72,99, sedangkan untuk

pertanyaan, 5) keaktifan bekerjasama

ketuntasan

masing-masing

dengan kelompok, menyumbang saran

sebesar: membaca = 98 %, menulis = 98

dan menyimpulkan hasil diskusi juga

%, dan berhitung = 96 %, dengan

sudah menunjukkan aktivitas tinggi. Hal

kategori

tuntas.

Hasil

wawancara

dan

sudah

yaitu: membaca 78,45, menulis 78,02

klasikal

bertanya

adanya

menjawab

ini menandakan bahwa peserta didik

dengan peserta didik juga menunjukkan

memberi

respons

positif

terhadap

bahwa model pembelajaran tematik

penerapan

pembelajaran

tematik

berbantuan cerita ternyata membuat

berbantuan cerita, 6) pemberian materi

para siswa sangat senang belajar dengan

cerita lebih awal

ternyata dapat

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1842

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

merespons peserta didik untuk lebih

IV. PENUTUP

awal melatih dirinya membaca di

Pembelajaran

tematik

rumah, berpengaruh juga pada diri

berbantuan cerita dapat meningkatkan

peserta didik lebih aktif memberikan

aktivitas

saran dan membuat simpulan, karena

membaca, prestasi belajar menulis, dan

mereka lebih awal mengetahui isi

prestasi belajar berhitung peserta didik.

bacaan yang akan dibahas. 7) pemberian

Rata-rata nilai aktivitas belajar peserta

LKS secara individu sangat membantu

didik meningkat dari 59,83 dengan

mereka untuk lebih saksama dapat

kategori sedang pada siklus I menjadi

memahami pertanyan dan membantu

73,84 dengan kategori tinggi pada

peserta

leluasa

siklus II. Rata-rata nilai prestasi belajar

jawaban

peserta didik meningkat untuk setiap

didik

mengemukaakan
dan

lebih
kebenaran

kebenaran

tulisannya.

8)

belajar,

kemampuan,

prestasi

yaitu

belajar

kemampuan

penanmbahan waktu pengerjaan LKS

membaca dari 72,41 dengan kategori

dari 20 menit menjadi 35 menit sangat

sedang pada siklus I menjadi

berpengaruh juga pada hasil belajar

dengan kategori tinggi pada siklus II,

peserta

dapat

dan ketuntasan klasikal mengalami

menunjukkan hasil membaca melalui

peningkatan dari 47 % pada siklus I

jawaban

pertanyaan

menjadi 98 % pada siklus II.

menulis

dari

didik,

pertanyaan
penjumlahan,

dan

mereka

bacaan,

hasil

78,45

menulis

jawaban

Perubahan yang terjadi pada diri

hasil

berhitung

peserta didik dalam proses membaca,

pengurangan

dan

peserta

didik

dapat

dengan

tepat

menghitung jumlah uang bernilai tiga

mengeja huruf, memenggal kata/kalimat

angka melalui soal hitungan dengan

sesuai intonasi yang dimaksud pada

hasil yang lebih optimal. 9) pemberian

wacana,

reward dan pujian tentang kemajuan

ekspresinya saat membaca juga baik.

masing-masing kelompok untuk setiap

Perubahan yang dirasakan peserta didik

pertemuan sangat berpengaruh terhadap

pada kemampuan menulis peserta didik

peningkatan

dapat dengan cepat dan tepat menulis

aktivitas

dan

prestasi

lancar

membaca

dan

belajar peserta didik. Hasil refleksi

kata,

menulis kalimat dan paragrap

selama pelaksanaan siklus II nantinya

serta

dapat

dijadikan dasar untuk

penulisan sesuai kaidah yang telah

tindakan siklus berikutnya.

pelaksanaan

menerapkan

sistem

ditetapkan, menggunakan huruf besar,

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1843

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

tanda baca yang sesuai pada penulisan

Terpadunya beberapa kompetensi dasar

kata

dari

atau beberapa matapelajaran dalam satu

dalam

payung tema dan materi pelajaran tidak

pembelajaran berhitung, peserta didik

dibatasi oleh jam pelajaran merupakan

dapat menjumlahkan, mengurangkan,

ciri

bilangan tiga angka serta menghitung

2008).

atau

keberhasilan

kalimat.

Wujud

peserta

didik

jumlah uang. Pembelajaran tematik

pembelajaran

tematik,

(Sukadi

Pengimplementasian

berbantuan cerita secara umum dapat

pembelajaran tematik sangat dianjurkan

meningkatkan aktivitas dan prestasi

agar

belajar

ilustrasi

membaca,

menulis

dan

menggunakan
materinya,

sebagai

melalui

cerita

berfikir

akan

berhitung peserta didik. Pendidik lebih

ketegangan

diharapkan untuk memotivasi peserta

berkurang, melalui cerita yang dibaca

didik dengan penghargaan, pujian atau

peserta didik dapat merasakan adanya

reward sehinnga peserta didik merasa

penyegaran

diperhatikan dalam kelas.

adanya rasa nyaman dalam belajar, dan

Pemberian

dalam

pembelajaran,

yang

melalui cerita ada sentuhan pesan-pesan

hendaknya

moral yang dapat mereka tafsirkan,

dibiasakan, karena dalam penerapan

sehingga peserta didik tumbuh dan

pembelajaran tematik banyak submateri

berkembang menjadi insan-insan kamil,

yang

yang berkarakter dan berbudaya.

berlatarkan

LKS

akibat

cerita

cerita

perlu

dibahas.

pengimplementasian
tematik

Jika

pembelajaran

sudah dibantu dengan LKS

DAFTAR PUSTAKA

secara otomatis peserta didik akan


melakukan kegiatan membaca untuk
memahami materi soal, dari hasil
membaca

mereka

menghitung

soal

hitungan, selanjutnya hasil hitungan itu


mereka tulis dalam bentuk lambang
bilangan

maupun

kata/kalimat.

dalam

Penerapan

bentuk
materi

pembelajaran membaca, menulis dan


berhitung

seperti

ini

menjalin

Dantes, N. 2007. Metodelogi Penelitian,


untuk Ilmu-Ilmu Sosial dan
Humaiora.Singaraja : Undiksha
Depdiknas.2003. Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2006.Peraturan Menteri
Pendidikan nasional No 23
Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Satuan Pendidikan dan
Mata Pelajaran. Jakarta :
Depdiknas.

keterpaduan antar materi pembelajaran.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1844

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Depdiknas, 2007. Naskah Akademik


Kajian Kebijakan Kurikulum
SD. Jakarta : Depdiknas Badan
Penelitian Dan Pengembangan
Pusat Kurikulum.
Lasmawan.
I
Wayan.
2007.Pembelajaran
Tematik
dalam Konsep KTSP di Sekolah
Dasar.Makalah. (disampaikan
dalam Diklat Gugus Kabupaten
Klungkung.(tidak diterbitkan).
Marhaeni, A.A.I.N.(2005). Penelitian
Tindakan Kelas dan Asesmen
Pembelajaran Tematik di SD
Kelas Awal. Makalah (tidak
diterbitkan). Disampaikan pada
pelatihan
guru
SD
di
Karangasesm (DBEP) Tanggal
10 12 Desember 2008.
Sarjana,Wayan. 2010. KTSP SD N.1
Semara Pura Tengah. Bab
II:22.Klungkung:Depdiknas.
Sukadi. 2008. Pembelajaran Tematik.
Makalah. (Disampaikan dalam
Workshop Fakultas Ilmu Sosial
dengan Tema Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
Tematik dan IPS Terpadu bagi
Guru- guru SD/SMP se- kota
Singaraja). Fakultas Ilmu sosial.
Universitas pendidikan Ganesha.
Singaraja. 19 April 2008.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1845

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP


INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA DENGAN
MEMPERTIMBANGKAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Eksperimen terhadap Para Siswa SMA Dwijendra Denpasar)

Wiryadi, Ni Ketut
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh dua model
pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe GI dan model pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar kimia sebelum dan sesudah diadakan pengendalian
kovariabel kreativitas siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan
post-test only control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA
Dwijendra Denpasar tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah lima kelas. Dengan
memperhatikan kesetaraan kemampuan kelas, diambil secara random sepasang kelas
setara sebagai sampel. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan dua
instrumen, yaitu kuesioner dan tes. Data kreativitas siswa dikumpulkan dengan
kuesioner kreativitas siswa dan data hasil belajar kimia dikumpulkan dengan tes hasil
belajar kimia. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis varians satu jalur, analisis
kovarian satu jalur, dan analisis regresi satu prediktor. Melalui analisis varian satu jalur
diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang mengikuti
model pembelajaran kooperatif tipe GI dan siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional (FA = 6,441; p < 0,05). Selanjutnya, setelah diadakan pengendalian
pengaruh kovariabel kreativitas siswa, melalui analisis kovarian satu jalur diperoleh
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif tipe GI dan siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional (Fres = 9,322; p < 0,05). Dengan analisis regresi satu prediktor diperoleh
hubungan fungsional antara variabel kreativitas siswa dan hasil belajar kimia (R =
0,8995; Freg = 330,500; p < 0,05), dan koefisien determinasi atau kontribusi kreativitas
siswa terhadap hasil belajar kimia sebesar 80,91%.
Sehubungan dengan temuan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap hasil belajar kimia, baik
sebelum dan sesudah dikendalikan kovariabel kreativitas siswa. Dengan demikian,
dapat dianjurkan agar para guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan
mempertimbangkan kreativitas siswa dalam merancang dan mengimplementasikan
program-program pembelajaran kimia di kelas untuk membantu siswa meningkatkan
hasil belajarnya.
Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), model
pembelajaran konvensional, kreativitas siswa dan hasil belajar.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1846

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

THE EFFECT OF GROUP INVESTIGATION (GI) TYPE COOPERATIVE


LEARNING MODEL UPON LEARNING ACHIEVEMENT IN CHEMISTRY
BY CONSIDERING STUDENTS CREATIVITY
(An Experimental Study of the Students of SMA Dwijendra Denpasar)

ABSTRACT
This study aimed at comparing the effect of two instructional models, i.e., group
investigation (GI) cooperative learning model and conventional instructional model
upon learning achievement in chemistry before and after controlling the of students
creativity.
This study was an experimental research using Post-Test Only Control Group
Design. This population consisted of all Class XI of Science students at SMA
Dwijendra Denpasar in the school year 2009/2010. By considering equality of class
ability, a couple of equal ability classes were taken at random as the sample. The data
were collected with two instruments, i.e., questionnaire and test. The data on students
creativity were collected by a creativity questionaire, and the data of learning
achievement were collected by a chemistry learning achievement test. The hypotheses
was tested by using one-way ANOVA, one-way ANACOVA, and one-predictor
regression analysis. The results of the analysis show that there was a difference in
learning achievement in chemistry between the students who were taught with GI type
of cooperative learning model and those who were taught with conventional
instructional model (FA = 6,441; p < 0,05). After controlling the effect of students
creativity, it was found that there was a difference in learning achievement in chemistry
between the students who were taught with GI type of cooperative learning model and
those who were taught with conventional instructional model (Fres = 9,322; p < 0,05).
Trough one-predictor regression analysis it was found that there was a functional
relation between students creativity and learning achievement in chemistry (R =
0,8995; Freg = 330,500; p < 0,05), and determination coefficient or contribution of
students creativity on learning achievement in chemistry was 80,91 %.
In relation to the findings in this study, it can be concluded that GI type of
cooperative learning model affected to the learning achievement in chemistry before
and after controlling students creativity. Hence, it can be recommended that the
teachers implement GI type of cooperative learning model and consider students
creativity in designing and implementing chemistry instructional programs in the
classroom to help the students to improve their learning achievement.
Key words:

I.

Group Investigation (GI), cooperative learning model, students


creativity, learning achievement.

yang beriman dan bertaqwa terhadap

PENDAHULUAN
Tujuan

pendidikan

nasional

Tuhan Yang Mahaesa dan berbudi

adalah untuk mencerdaskan kehidupan

pekerti luhur, memiliki pengetahuan

bangsa dan mengembangkan manusia

dan keterampilan, kesehatan jasmani

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

dan rohani, kepribadian yang mantap

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1847

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

dan

mandiri

serta

tanggungjawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.


Untuk
dilakukan

tujuan

tersebut,

upaya-upaya

ISSN 1858 4543

kemandirian

sesuai

dengan

bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta


telah

peningkatan

psikologis peserta didik.


Pendidikan

Ilmu

Pengetahuan

mutu pendidikan secara terus-menerus.

Alam (IPA) khususnya di bidang Kimia

Salah

sebagai

satu

tersebut

di

antara

adalah

upaya-upaya

dikeluarkannya

bagian

seharusnya

pendidikan

mampu

formal

memberikan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

kontribusi bagi pembangunan sumber

2005

Nasional

daya manusia yang berkualitas. Untuk

Pendidikan, yang meliputi standar isi,

tujuan itu, pemerintah terus melakukan

standar

kompetensi

berbagai upaya untuk meningkatkan

lulusan, standar pendidik dan tenaga

mutu pendidikan IPA. Beberapa upaya

kependidikan, dan standar penilaian

yang telah dilakukan di antaranya

pendidikan.

Nasional

adalah dengan meningkatkan sarana dan

Pendidikan ini berfungsi sebagai dasar

prasarana pendidikan seperti bantuan

dalam perencanaan, pelaksanaan dan

operasional, peningkatan kualitas tenaga

pengawasan pendidikkan dalam rangka

pengajar melalui pelatihan, seminar,

mewujudkan pendidikan nasional yang

program

bermutu serta bertujuan

kemitraan antarsekolah dan lembaga

tentang

proses,

Standar

standar

Standar

menjamin

MGMP

dan

program

mutu pendidikan nasional dalam rangka

kependidikan,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan

pengembangan kurikulum

membentuk

satunya adalah perubahan Kurikulum

watak

serta

peradaban

bangsa yang bermartabat.

perbaikan

dan

yang salah

Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi

Standar proses pendidikan sesuai


dengan yang telah ditetapkan pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP).

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun

Meskipun telah dilakukan upaya

2005 adalah bahwa proses pembelajaran

untuk meningkatkan mutu pendidikan

pada satuan pendidikan diselenggarakan

seperti yang diuraikan di atas, hasil

secara

inspiratif,

yang dicapai belum memenuhi harapan.

menyenangkan, menantang, memotivasi

Artinya, terjadi kesenjangan antara yang

peserta didik untuk berpartisipasi aktif

diharapkan dengan apa yang terjadi di

serta memberikan ruang yang cukup

lapangan. Hal ini tampak dari berbagai

bagi

indikator yang menunjukkan bahwa

interaktif,

prakarsa,

kreativitas,

dan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1848

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

kualitas proses dan kualitas produk

berpikirnya. Oleh karena terkait dengan

pembelajaran IPA masih jauh dari

standar proses yang telah ditetapkan dan

harapan (Wartawan dalam Widiana,

permasalahan yang ada, salah satu jalan

2008). Kualitas proses dapat dilihat dari

keluarnya

pelaksanaan pembelajaran yang lebih

menggunakan model pembelajaran yang

banyak menitikberatkan pada target

berbeda dengan model pembelajaran

pencapaian materi dalam kurikulum,

yang biasa digunakan oleh guru. Model

sedangkan kualitas produk dapat dilihat

pembelajaran kooperatif tipe Group

dari nilai ulangan harian dan ulangan

Investigation (GI) adalah salah satu

umum yang belum sesuai dengan

model pembelajaran yang mendekati

harapan.

standar proses yang diamanatkan dalam

Purwanto

(1999) menyebutkan

adalah

dengan

mencoba

peraturan pemerintah dan sesuai dengan

bahwa terdapat dua golongan faktor

paham

yang berpengaruh pada hasil belajar,

memandang bahwa mengajar bukanlah

yaitu faktor individual dan faktor sosial.

memindahkan pengetahuan dari guru ke

Faktor individual adalah faktor yang

siswa, melainkan suatu kegiatan yang

ada pada diri organisme, antara lain

memungkinkan

faktor

membangun sendiri pengetahuannya.

kematangan,

pertumbuhan,

kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor

Kimia

konstruktivisme

yang

siswa

merupakan

untuk

ilmu

yang

pribadi; sedangkan faktor sosial antara

termasuk rumpun IPA. Oleh karena itu,

lain faktor keluarga, keadaan rumah

kimia mempunyai karakteristik sama

tangga, guru dan cara mengajarnya,

dengan IPA, meliputi objek ilmu kimia,

alat-alat

dalam

cara memperoleh, serta kegunaannya.

dan

Kimia merupakan ilmu yang pada

kesempatan yang tersedia, dan motivasi

awalnya diperoleh dan dikembangkan

sosial. Jadi, selain model pembelajaran

berdasarkan

yang digunakan, faktor individual siswa

namun pada perkembangan selanjutnya

juga harus mendapat perhatian.

kimia juga diperoleh dan dikembangkan

belajar

yang

dipergunakan

mengajar,

Menurut

lingkungan

(induktif),

(2006),

berdasarkan teori (deduktif). Kimia

lemahnya pendidikan dewasa ini adalah

adalah ilmu yang mencari jawaban atas

lemahnya proses pembelajaran, yakni

pertanyaan

siswa

untuk

bagaimana gejala-gejala alam yang

kemampuan

berkaitan dengan komposisi, struktur

kurang

mengembangkan

Sanjaya

percobaan

didorong

apa,

mengapa,

dan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1849

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

dan sifat, perubahan, dinamika, dan

kematangan, pertumbuhan, kecerdasan,

energetika zat. Ada dua hal yang

latihan, motivasi dan faktor pribadi juga

berkaitan dengan ilmu kimia yang tak

perlu mendapat perhatian. Kreativitas

dapat dipisahkan yaitu kimia sebagai

termasuk faktor dalam diri siswa.

produk (pengetahuan kimia yang berupa

Kreativitas dalam diri seseorang bukan

fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori)

semata-mata hal yang dibawa sejak

temuan ilmuwan, dan kimia sebagai

lahir. Menurut Munandar (2004: 12),

proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu,

kreativitas merupakan hasil interaksi

pembelajaran

antara individu dan lingkungannya.

kimia

harus

memperhatikan karakteristik ilmu kimia

Seseorang

sebagai

produk.

dipengaruhi oleh lingkungan tempat dia

Pembelajaran kimia menekankan pada

berada. Dalam pembelajaran diperlukan

pemberian pengalaman belajar secara

kreativitas,

langsung

dan

berkembang karena pembinaan dan

pengembangan keterampilan proses dan

penerapan model model pembelajaran

sikap ilmiah. Jika dihubungkan dengan

yang inovatif. Secara universal, siswa

model pembelajaran kooperatif tipe GI

mempunyai tingkat kreativitas yang

model pembelajaran kooperatif tipe GI

berbeda-beda. Siswa golongan kreatif

yang

lebih mampu menemukan masalah-

proses

dan

melalui

dilandasi

konstruktivisme

penggunaan

oleh

sangat

paham

sesuai

jika

memengaruhi

masalah

dan

dan

dan

kreativitas

mampu

bisa

memecahkan

diterapkan dalam pembelajaran kimia di

masalah dalam kegiatan belajarnya.

SMA karena dalam tahapan-tahapannya

Perbedaan

model pembelajaran kooperatif tipe GI

siswa menyebabkan kemampuan siswa

memberikan pengalaman belajar secara

untuk

langsung

dalam

melalui

pengembangan

penggunaan

dan

keterampilan proses

dan sikap ilmiah.


Model

dapat

yang

kreativitas

memecahkan

pembelajaran

pada

masalah

kimia

juga

berbeda. Oleh karena itu diperkirakan


bahwa

pembelajaran

tingkat

kreativitas

akan

mampu

memengaruhi hasil belajar kimia siswa.

diterapkan oleh guru merupakan salah

Agar terjadi peningkatan hasil

satu faktor sosial yang berpengaruh

belajar kimia, di samping diperlukan

pada hasil belajar. Selain faktor sosial

kreativitas

seperti

yang

memikirkan strategi pembelajaran yang

dipilih, faktor individual siswa seperti

sesuai dengan kondisi dan potensi

model

pembelajaran

siswa, guru juga perlu

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1850

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

siswa, serta sesuai dengan karakteristik

kontribusi kreativitas siswa terhadap

materi

hasil belajar kimia?

pembelajaran.

Strategi

pembelajaran yang dipilih oleh guru

Tujuan yang ingin dicapai dalam

terkait dengan model pembelajaran

penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)

yang digunakan agar siswa dapat lebih

untuk

mudah mencapai tujuan belajarnya

perbedaan hasil belajar kimia antara

sesuai

siswa

dengan

harapan.

Model

mengetahui

yang

apakah

terdapat

mengikuti

model

pembelajaran yang digunakan guru

pembelajaran kooperatif tipe GI dan

dalam

siswa

proses

pembelajaran

amat

yang

mengikuti

model

mencerminkan kualitas pembelajaran di

pembelajaran konvensional, 2) untuk

kelas.

mengetahui apakah terdapat perbedaan


Berdasarkan

perlu

dilakukan

pengaruh

uraian

tersebut,

penelitian

tentang

model

pembelajaran

hasil belajar kimia antara siswa yang


mengikuti

model

pembelajaran

kooperatif tipe GI dan siswa

yang

kooperatif tipe Group Investigation (GI)

mengikuti

terhadap hasil belajar kimia siswa

konvensional

dengan mempertimbangkan kreativitas

pengendalian kreativitas siswa, dan (3)

siswa.

untuk mengetahui besarnya kontribusi

Permasalahan dalam penelitian ini


dapat dirumuskan sebagai berikut: (1)

model

pembelajaran

setelah

diadakan

kreativitas siswa terhadap hasil belajar


kimia.

Apakah terdapat perbedaan hasil belajar

Manfaat teoretis

yang ingin

kimia antara siswa yang mengikuti

dicapai

dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran kooperatif tipe GI

sebagai

berikut:

dan

sumbangan

siswa

yang mengikuti model

(1)

ilmu

pengetahuan

pembelajaran konvensional? (2) Setelah

khususnya

diadakan

kreativitas

memperkaya

siswa, apakah terdapat perbedaan hasil

pembelajaran

belajar

yang

meningkatkan hasil belajar kimia, (2)

pembelajaran

sebagai pijakan atau bahan kajian lebih

siswa yang

lanjut bagi peneliti untuk melakukan

pembelajaran

penelitian dengan ruang lingkup yang

konvensional? (3) Seberapa besarkah

lebih luas sehingga mendapatkan hasil

pengendalian

kimia

mengikuti

antara
model

kooperatif tipe GI dan


mengikuti

model

siswa

ilmu

memberikan

studi

pendidikan

untuk

tentang

model

dalam

usaha

yang lebih akurat, (3) bagi lembaga

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1851

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

pendidikan tenaga kependidikan, hasil


penelitian

ini

diharapkan

Model pembelajaran kooperatif

dapat

tipe GI adalah pembelajaran yang

memberikan sumbangan pemikiran dan

dilaksanakan dalam bentuk kelompok

memperkaya bahan bacaan mengenai

kecil yang terdiri atas 4 sampai 6 orang

model-model pembelajaran khususnya

siswa. Setiap kelompok bebas memilih

bagi mahasiswa calon-calon guru kimia.

subtopik dari keseluruhan unit materi

Manfaat praktis penelitian ini adalah

yang akan diajarkan dan kemudian

sebagai berikut: (1) dapat dijadikan

menghasilkan laporan kelompok, yang

acuan bagi guru-guru yang mengajar

memiliki enam tahapan pembelajaran,

mata

yaitu (1) tahap pembentukan kelompok,

pelajaran

kimia

untuk

pengembangan metode alternatif dalam

(2)

pembelajaran kimia dan dapat memberi

penyelidikan,

motivasi tersendiri

pengorganisasian, (5) tahap presentasi,

melakukan

bagi guru untuk

modifikasi

mengajar

dari

kebiasaan

yang

tahap

perencanaan,

(3)

(4)

tahap
tahap

(6) tahap evaluasi.

mulanya

Model pembelajaran konvensional

berorientasi pada pencapaian target

merupakan model pembelajaran yang

materi semata menuju prilaku pendidik

sudah

yang memperhatikan kepentingan siswa

pembelajaran siswa di SMA Dwijendra

dari aspek psikologisnya, (2) bagi

Denpasar

siswa,

pembelajaran

adalah menjelaskan konsep-konsep lalu

kooperatif tipe GI dapat memberikan

disertai dengan pembahasan contoh-

pengalaman

contoh

penerapan

langsung

sehubungan

dengan kreativitas yang dimilikinya

biasa

dilakukan

yang

soal

urutan

dan

dalam

kegiatannya

diakhiri

dengan

pemberian soal.

dalam menemukan konsep-konsep dan

Kreativitas

adalah kemampuan

mengintegrasikan konsep-konsep yang

seseorang untuk menciptakan sesuatu

mereka

yang

miliki

penelitian

ini

sebelumnya.

baru

bagi

pemecahan

suatu

mampu

masalah yang merupakan kombinasi

menumbuhkan tanggung jawab peserta

baru berdasarkan beberapa data dan

didik,

informasi yang diperoleh sebelumnya.

baik

diharapkan

Hasil

secara

sendiri-sendiri

maupun berkelompok dalam upaya

Konstruk

mencapai hasil belajar yang lebih baik.

digunakan dalam penelitian ini adalah


kreativitas

teori

yang

kreativitas

yang

berlandaskan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1852

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

nonaptitude dengan ciri-ciri sebagai

asam basa, titrasi asam basa, larutan

berikut:

penyangga,

1) berani dalam berpendirian, yaitu

hidrolisis garam, sifat larutan garam

berani mengemukakan pendapat,

yang terhidrolisis, pH larutan garam

tidak

yang terhidrolisis.

takut dikritik, tidak

menerima

pendapat

orang

pH

larutan

penyangga,

lain

begitu saja;

II. METODE PENELITIAN

2) tidak bosan, yaitu tidak mudah

Penelitian ini dilakukan di SMA

putus asa dan selalu mencoba lagi

Dwijendra

sampai

menggunakan rancangan post-test only

mendapat

pemecahan

control

masalah, penuh semangat;


3) mempunyai

Denpasar

group

dengan

design.

Populasi

inisiatif,

yaitu

diri

dalam

menghadapi persoalan,

tidak

pelajaran 1009/2010 yang berjumlah 5

menjadi

kelas. Dengan teknik random sampling

memecahkan

dan dengan memperhatikan kesetaraan

menampilkan

ragu

memulai sesuatu,

pencetus

dalam

masalah;

penelitian adalah seluruh kelas XI IPA


SMA

Dwijendra

Denpasar

tahun

kelas, diperoleh dua kelas sebagai

4) menyukai pengalaman baru, yaitu

sampel. Satu kelas terpilih sebagai kelas

suka

eksperimen

mencari

pengalaman

untuk

menambah

yang

pembelajaran

akan

diberikan

dengan

model

wawasan,memiliki rasa ingin tahu,

pembelajaran kooperatif tipe group

menyukai tantangan.

investigation (GI) dan satu kelas kontrol

Hasil

belajar

kimia

pada

yang

akan

diberikan

pembelajaran

model

konvensional.

penelitian ini adalah kemampuan ranah

menggunakan

kognitif

Model pembelajaran konvensional yang

yang dicapai

siswa setelah

mengadakan suatu kegiatan belajar pada


pelajaran kimia

dimaksud adalah model ekspositori.

yang ditunjukkan

Penelitian ini melibatkan satu

dalam bentuk suatu nilai hasil belajar

variabel bebas yang terdiri atas model

yang diberikan. Pokok-pokok materi

pembelajaran kooperatif tipe GI dan

yang diukur sebagai hasil belajar kimia

model pembelajaran konvensional, satu

adalah teori asam basa, sifat larutan

variabel terikat berupa hasil belajar

asam dan basa, derajat keasaman,

kimia, dan satu kovariabel berupa

derajat ionisasi dan tetapan ionisasi

kreativitas siswa.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1853

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Data

penelitian

dikumpulkan

dengan menggunakan dua instrumen,

ISSN 1858 4543

serta memiliki daya beda dan tingkat


kesukaran yang memenuhi syarat.

yaitu instrumen kuesioner kreativitas

Penelitian dilakukan sebanyak

siswa dan tes hasil belajar kimia.

dua belas kali pertemuan pada kelas

Kuesioner

siswa

eksperimen dan kelas kontrol. Materi

menggunakan skala Lickert dan tes

pelajaran yang dieksperimenkan adalah

hasil belajar kimia berbentuk tes pilihan

materi yang berkaitan dengan standar

ganda.

kompetensi

kreativitas

Sebelum

instrumen

digunakan,

tersebut

terlebih

kedua

memahami

sifat-sifat

dahulu

larutan asam-basa, metode pengukuran

dikonsultasikan dengan pakar untuk

dan terapannya. Data kreativitas siswa

menentukan validitas isi instrumen yang

diambil

dihitung menggunakan rumus Gregory.

sedangkan data hasil belajar kimia

Kemudian,

diambil pada akhir eksperimen.

dilakukan

uji

empiris

terhadap kedua instrumen. Uji empiris

pada

Data

awal

eksperimen,

yang diperoleh

kuesioner kreativitas siswa dilakukan

dengan

untuk

butir

menggunakan analisis varian (anava)

moment

satu jalur untuk hipotesis pertama,

instrumen

analisis kovarian (anakova) satu jalur

(dengan perhitungan alpha Cronbach).

untuk hipotesis kedua dan analisis

Terhadap instrumen tes hasil belajar

regresi satu prediktor untuk hipotesis

dilakukan uji empiris untuk mengetahui

ketiga.

validitas butir (menggunakan rumus

dilakukan pengujian prasyarat analisis,

koefisien point biserial), reliabilitas

yaitu

instrumen (menggunakan rumus KR-

(analisis chi-square), uji homogenitas

20), daya beda instrumen, dan tingkat

(uji

kesukaran

hubungan antara kreativitas dan hasil

mengetahui

validitas
product

(dengan

korelasi

pearson)

dan reliabilitas

instrumen.

Dari

proses

tersebut, instrumen yang dipakai dalam


penelitian

ini

adalah

hipotesis

terkait

Sebelum

uji

diuji

pengujian hiptesis

normalitas

Bartlett),

yang

serta

sebaran

uji

data

linieritas

belajar kimia.

kuesioner

kreativitas siswa sebanyak 55 butir yang

III. HASIL PENELITIAN

valid dengan reliabilitas sebesar 0,923

Berdasarkan hasil analisis data,

(sangat tinggi), dan tes hasil belajar

ditemukan hasil-hasil penelitian sebagai

kimia sebanyak 36 butir yang valid,

berikut. Pertama, terdapat perbedaan

dengan reliabilitas 0,933 (sangat tinggi),

yang signifikan hasil belajar kimia

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1854

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

antara siswa yang mengikuti model

pembelajaran kooperatif tipe GI dan

pembelajaran kooperatif tipe GI dan

yang mengikuti model pembelajaran

siswa

konvensional.

yang

mengikuti

model

Kedua,

pembelajaran konvensional (FA = 6,441;

setelah

diadakan

p < 0,05). Nilai rata-rata hasil belajar

pengendalian kreativitas siswa, terdapat

kimia siswa yang mengikuti

perbedaan hasil belajar kimia antara

pembelajaran
(25,875)

lebih

kooperatif

model

tipe

GI

siswa

yang

mengikuti

model

tinggi dibandingkan

pembelajaran kooperatif tipe GI dan

dengan rata-rata hasil belajar kimia

yang mengikuti model pembelajaran

siswa

model

konvensional (Fres = 9,322; p < 0,05).

pembelajaran konvensional (23,875).

Setelah pengendalian kreativitas siswa,

Pada

rata-rata hasil belajar kimia siswa yang

yang

mengikuti

pembelajaran

kimia

melalui

model pembelajaran kooperatif tipe GI,

mengikuti

siswa didorong untuk belajar lebih aktif,

kooperatif tipe GI (25,40) lebih tinggi

yaitu

dibandingkan dengan

rata-rata skor

menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

hasil

siswa

Dengan

mengikuti

selalu

berpikir

demikian,

untuk

pembelajaran

belajar

model

kimia
model

pembelajaran

yang

pembelajaran

menjadi sesuatu yang bermakna dan

konvensional (24,35).

mereka terlatih untuk menggunakan

penelitian dapat dilihat bahwa setelah

keterampilan

kreativitas siswa dikendalikan, model

sehingga

dan

pengetahuannya

pengalaman

belajar

dan

pembelajaran

pengetahuan yang didapatkan tertanam

berpengaruh

untuk jangka waktu yang lebih panjang.

kimia.

Hal

ini

sesuai

dengan

prinsip

Selain

Dari temuan

kooperatif
terhadap

model

hasil

tetap
belajar

pembelajaran,

pembelajaran kimia yang menekankan

kreativitas siswa juga berperan dalam

pada

secara

pencapaian hasil belajar. Siswa yang

dan

kreatif berani dalam berpendirian, tidak

pengembangan keterampilan proses dan

pernah putus asa, mempunyai inisiatif,

sikap ilmiah.

menyukai

pengalaman

langsung

melalui

belajar
penggunaan

pengalaman

baru,

Dalam penelitian ini, diduga

mempunyai daya cipta, mempunyai

bahwa hal itulah yang menyebabkan

minat yang luas, serta memiliki rasa

terjadinya perbedaan hasil belajar kimia

percaya diri.

antara siswa yang mengikuti model

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1855

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

Dengan demikian, siswa yang


kreatif

lebih

mampu

masalah-masalah

menemukan

dan

ISSN 1858 4543

kimia siswa yang mengikuti model


pembelajaran konvensional.

mampu

2) Model pembelajaran kooperatif tipe

memecahkan masalah dalam kegiatan

GI tetap berpengaruh signifikan

belajarnya,

yang

terhadap hasil belajar kimia setelah

memiliki tingkat kreativitas yang lebih

dilakukan pengendalian kreativitas

tinggi mampu mencapai hasil belajar

siswa.

sehingga

siswa

yang lebih baik.


Ketiga,

3) Kreativitas
terdapat

hubungan

fungsional antara variabel kreativitas

memberikan

kontribusi terhadap hasil belajar


kimia.

siswa dan hasil belajar kimia (F =


330,49978; p < 0,05), serta

siswa

Implikasi penelitian ini adalah

terdapat

model pembelajaran kooperatif tipe GI

korelasi positif antara kreativitas siswa

merupakan model pembelajaran yang

dan hasil belajar kimia (r = 0,8995; p <

baik dalam pembelajaran kimia di

0,05),yakni kontribusi kreativitas siswa

SMA. Hal-hal yang perlu mendapat

terhadap hasil belajar kimia (r ) sebesar

perhatian dalam penggunaan model ini

80,91%.

bahwa

adalah penciptaan situasi agar siswa

kontribusi kreativitas siswa terhadap

dalam kelompok terlibat lebih aktif

hasil belajar kimia adalah sebesar

meningkatkan interaksi dalam mencapai

80,91% sedangkan residunya sebesar

tujuan pembelajaran, seperti berbagi

19,09% dijelaskan oleh variabel lain

tanggung jawab dan isi-mengisi dalam

yang tidak diteliti

usaha pemecahan masalah.

Hal

ini

berarti

Dalam
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dapat

penerapan

pembelajaran

kooperatif

model
tipe

GI

dibutuhkan kreativitas dan kerjasama

ditarik kesimpulan sebagai berikut.

siswa

untuk

1) Model pembelajaran kooperatif tipe

mengembangkan ide atau gagasannya

GI berpengaruh signifikan terhadap

sehingga

hasil belajar kimia siswa, dan hasil

mencapai keberhasilannya.

belajar kimia siswa yang mengikuti

siswa

saling

membantu

sama-sama

akan

Penerapan model pembelajaran

model pembelajaran kooperatif tipe

kooperatif

tipe

GI

memberikan

GI lebih baik daripada hasil belajar

kenyataan bahwa belajar bukan hanya


mengetahui tentang sesuatu, tetapi juga

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1856

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

proses

mendapatkan

pengetahuan

ISSN 1858 4543

melainkan siswa

yang membangun

tersebut. Para siswa diberdayakan untuk

pengetahuan sesuai dengan potensi

mau dan mampu beraktivitas dalam

yang dimilikinya.

memperkaya

pengetahuan

dan

Untuk

mewujudkan

kondisi

pengalaman belajarnya (learning to

belajar

know), dengan makin meningkatnya

pembelajaran guru bertindak sebagai

interaksi dengan lingkungan fisik, baik

fasilitator, mediator, dan motivator. Hal

sosial maupun budaya, sehingga mampu

ini memiliki arti penting karena guru

membangun

akan

pemahaman

dan

yang

kondusif

memberikan

kebebasan

dalam

dan

pengetahuan terhadap dunia sekitarnya

menciptakan situasi yang demokratis

(learning to do). Interaksi siswa dengan

bagi siswa untuk mengemukakan ide

lingkungan fisik, sosial, dan budaya

dan gagasannya demi bersama-sama

akan membangun pengetahuan dan

mencapai hasil belajar yang maksimal

kepercayaan dirinya sebagai

manusia

Berdasarkan

simpulan

hidup dan berkembang (learning to be).

implikasi

yang

Melalui interaksi antarindividu dalam

penelitian

ini,

sebuah

beberapa saran sebagai berikut.

kelompok,

pemahaman-

diperoleh
dapat

dan
dalam

dikemukakan

pemahaman dan pengalaman seseorang

1) Para guru kimia hendaknya agar

untuk hidup dengan orang lain (learning

mau dan berani mencoba model

to life together) dapat dipahami dan

pembelajaran kooperatif tipe GI

dipelajari.

dalam

Kesempatan

untuk

mengajarkan

topik-topik

berinteraksi dengan berbagai individu

tertentu, khususnya topik

akan membentuk kepribadian

yang

terkait dengan sifat-sifat larutan

dan

asam dan basa, metode pengukuran

melahirkan sikap-sikap positif serta

dan terapannya. Tidak ada model

toleransi terhadap keanekaragaman dan

pembelajaran

perbedaan.

digunakan

memahami

kemajemukan

Model pembelajaran kooperatif

yang
untuk

yang

cocok

mengajarkan

semua topik dalam ilmu kimia.

tipe GI menghargai ide atau gagasan

Model

serta kreativitas siswa. Guru hendaknya

digunakan selama ini bukannya

memandang bahwa pengetahuan yang

tidak baik, melainkan jelas tidak

mesti

cocok dengan semua topik yang

diperoleh

bukan

merupakan

transfer pengetahuan dari guru ke siswa,

ada.

konvensional

Selain

memilih

yang

dan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1857

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

menggunakan model pembelajaran

penelitian

yang tepat atau sesuai dengan topik

melibatkan lebih banyak sampel,

pembelajaran,

harus

wilayah yang lebih luas, tingkat

mempertimbangkan faktor dalam

kelas yang lebih beragam, serta

diri

topik atau materi

siswa

guru

juga

yang

berhubungan

sejenis

diharapkan

kimia

yang

dengan hasil belajar siswa, yang

berbeda. Di samping itu, faktor

salah satunya adalah kreativitas.

dalam diri seperti inteligensi, minat,

2) Dinas Pendidikan Pemuda dan

bakat, dan motivasi perlu dikaji

Olah

Raga

(Disdikpora)

perlu

memperkenalkan lebih jauh modelmodel

pembelajaran

pengaruhnya terhadap hasil belajar


kimia.

kooperatif,

khususnya tipe GI kepada guru-

DAFTAR PUSTAKA

guru

Candiasa, I Made. 2004. Analisis Butir


Disertai
Aplikasi
dengan
Iteman, Bigsteps dan SPSS.
Singaraja: Unit Penerbitan IKIP
Negeri Singaraja.

melalui

kegiatan-kegiatan

seminar, pelatihan, atau pertemuan


rutin

Musyawarah

Guru

Mata

Pelajaran (MGMP) Kimia.


3) Lembaga pedidikan yang mendidik
calon-calon guru hendaknya terusmenerus

memperkenalkan

melatih

dan

mahasiswanya

menggunakan
pembelajaran

model-model
kooperatif.

Jika

mereka memiliki pemahaman dan


penguasaan yang baik terhadap
model-model

pembelajaran

kooperatif, kelak, ketika mereka


menjadi guru, tidak akan canggung
lagi

menerapkan

model

pembelajaran kooperatif.
4) Para

peneliti

diharapkan

untuk

selanjutnya
meningkatkan

keakuratan hasil penelitian ini.


Mereka yang berminat melakukan

-------.

2007. Statistik Multivariat


Disertai Petunjuk dan Analisis
dengan SPSS. Program Pasca
Sarjana Undiksha.

Dantes, Nyoman. 2001. Cara Pengujian


Alat Ukur. Singaraja: Unit
Penerbitan
IKIP
Negeri
Singaraja.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Djamarah, S. B.. 2008. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008.
Evaluasi
Pembelajaran.Yogyakarta:
Multi Prasindo.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1858

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

Munandar,
S.C.
Utami.
1992.
Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas
Anak
Sekolah
Petunjuk bagi Para Guru dan
Orang Tua. Jakarta: Grasindo.
Munandar,
Utami.
2004.
Pengembangan
Kreativitas
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi
Pendidikan.
Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya.
Sanjaya,
Wina.
2006.
Strategi
Pembelajaran,
Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Slavin,

R.E.. 1995. Cooperative


Learning,
second
edition,
Boston: Allyn and Bacon.

Syah,

Muhibbin. 2007. Psikologi


Belajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Trianto.
2007.
Model-model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivis.
Jakarta:
Prestasi
Pustaka
Publisher

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1859

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

STUDI EVALUASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA


(PSG) MATA DIKLAT PROGRAM PRODUKTIF
DI SMK NEGERI 1 PETANG

Yudana, I Wayan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan latar, masukan, proses, hasil, dan
hambatan pelaksanaan pendidikan sistem ganda (PSG) di SMK Negeri 1 Petang.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan
evaluasi model CIPP. Data penelitian dikumpulkan dengan angket, studi dokumen,
observasi, dan wawancara terstruktur. Data penelitian dianalisis secara deskriptif
berdasarkan kriteria PSG.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel latar terkategori sangat siap dengan
adanya dukungan pemerintah, masyarakat, dan institusi pasangan. Variabel masukan
terkategori sangat siap dengan tersedianya kalender pendidikan, kurikulum, tenaga guru
dan administrasi, teknisi/laboran, tenaga layanan khusus, pembiayaan, organisasi, dan
administrasi. Variabel proses terkategori sangat siap dengan adanya perencanaan,
pembelajaran, pelaksanaan PSG, monitoring dan evaluasi PSG. Variabel hasil
terkategori sangat siap dengan adanya nilai rapor, nilai PSG, nilai uji kompetensi, dan
nilai UN. Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PSG di SMK
Negeri 1 Petang terkategori sangat siap. Hambatan PSG tampak pada terlambatnya
biaya, sarana, disiplin siswa, kurangnya DU/DI yang relevan, dan kurangnya koordinasi
pengelolaan PSG.
Kata kunci: studi evaluasi, pendidikan sistem ganda, program produktif.

AN EVALUATIVE STUDY OF PRODUCTIVE PROGRAM


OF DUAL SYSTEM EDUCATION (DSE) IMPLEMENTATION
AT SMK NEGERI 1 PETANG

ABSTRACT
This study aimed at describing the context, input, process and product and the
constraint in the Dual System Education (DSE) implementation at SMK Negeri 1
Petang. This study was conducted at SMK Negeri 1 Petang in the school year
2009/2010 by using the CIPP evaluation model. The data were collected by
questionnaire, document study, observation, and structured interview. The data of the
study were analyzed descriptively based on the DSE criteria.
The results showed that the context variable fell into category completely ready
due to the support from the government, society, and competent institution. The input
variable fell into category completely ready with the availability of calendar of
education, curriculum, teachers, administration staff, technicians/laboratory technicians,
special service staff, funding, and organization.The process variable fell into category
completely ready with the availibiliy of planning, learning process, implementing

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1860

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

DSE, monitoring and evaluating of DSE. The product variable fell into category
completely ready with the availibilty of school report, DSE scores, competency test
scores, and national evaluation scores. From the analysis, it can be concluded, the
implementation of the DSE at SMK Negeri 1 Petang fell into category completely
ready. The constraints in the DSE implementation can be seen at the cancelation in
funding, limitation of facilities, lack of discipline on the part of the students, lack of
relevant businesses/ industries and coordination in the DSE implementation.
Key words: evaluation study, dual system education, productive program

I.

Dengan

PENDAHULUAN

berlakunya

otonomi

Dalam rangka peningkatan SDM,

daerah, maka peran, wewenang, dan

ternyata banyak permasalahan yang

tanggung jawab pemerintah provinsi,

muncul

kabupaten/kota maupun sekolah dalam

dalam

nasional.

sistem

pendidikan

Permasalahan

tersebut

perencanaan

dan

pengelolaan

meliputi (1) rendahnya kualitas atau

pendidikan menjadi sangat besar. Hal

mutu pendidikan, yang ditandai oleh

ini menandakan bahwa telah terjadi

banyaknya lulusan sekolah yang tidak

pembaharuan

bisa diterima di dunia kerja, (2) belum

nasional, yang di dalamnya memuat

meratanya pemerolehan akses bidang

adanya landasan pelaksanaan reformasi

pendidikan, yang dibuktikan dengan

pendidikan (Uno, 2007:137).

banyaknya anak yang tidak sekolah atau

Dalam

sistem

pendidikan

implementasi

kerangka

putus sekolah, (3) tidak adanya efisiensi

landasan reformasi pendidikan, pihak

dalam penyelenggaraan

pendidikan,

sekolah dapat lebih mandiri dalam

yang ditandai oleh penyelenggaraan

penyusunan strategi penyelenggaraan

pendidikan yang tidak fokus pada suatu

program sekolah, agar sesuai dengan

tujuan, (4) belum adanya demokratisasi

tuntutan

pendidikan karena kebijakan pendidikan

pemerintah telah menetapkan Undang-

masih diatur pihak atasan, dan (5) masih

undang Nomor 2, tahun 1989 yang

terbatasnya

masyarakat

diperbaharui dengan Undang-undang

dalam dunia pendidikan, yang ditandai

Nomor 20, tahun 2003, tentang Sistem

oleh kurangnya dukungan dana dari

Pendidikan

masyarakat (Nurhardjadmo, 2008:215).

dengan hal tersebut, maka seluruh jalur,

Hal

jenjang,

ini

perencanaan

peranserta

menunjukkan
pendidikan

sangat diperlukan.

yang

bahwa
baik

masyarakat.

dan

Nasional.

jenis

Untuk

itu,

Sehubungan

pendidikan

di

Indonesia harus mengarah pada tujuan


pendidikan nasional. Dengan demikian,

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1861

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

seluruh jalur dan jenjang pendidikan

mempersiapkan

diharapkan

mengembangkan

melanjutkan ke jenjang yang lebih

sumberdaya manusia secara terarah,

tinggi dan/atau meluaskan pendidikan

terpadu,

dasar, 2) meningkatkan kemampuan

dapat

dan

menyeluruh

melalui

untuk

siswa

sesuai dengan potensinya.

dalam mengadakan hubungan timbal

pendidikan
lulusan

diharapkan

menyiapkan

yang berkualitas pula. Untuk

anggota

dapat

berbagai upaya proaktif dan kreatif

SMK sebagai salah satu jenjang

sebagai

siswa

masyarakat

balik dengan lingkungan sosial, budaya,


dan alam sekitar, 3) meningkatkan
kemampuan

siswa

untuk

dapat

itu, dalam pendidikannya, siswa SMK

mengembangkan diri sejalan dengan

dibekali

perkembangan

pengetahuan,

sikap,

dan

ilmu

pengetahuan,

keterampilan kecakapan hidup (life

teknologi, dan kesenian, dan 4) SMK

skill) yang bermanfaat untuk dirinya

juga bertujuan menyiapkan siswa untuk

dan

memasuki

masyarakat.

pemberian

Dalam

keterampilan

rangka
kecakapan

hidup (life skill), SMK bekerja sama


dengan

dunia

usaha/dunia

lapangan

kerja

dan

mengembangkan sikap profesional.


Di balik harapan tersebut di atas,

industri

kenyataan menunjukkan bahwa mutu

(DU/DI) sebagai institusi pasangan

lulusan SMK di Indonesia belum sesuai

(Anwar, 2004:50-51).

dengan harapan masyarakat. Hal itu

Setelah mengikuti pendidikan di

disebabkan oleh kualitas lulusan SMK

SMK, dengan berbekal pengetahuan,

yang masih jauh dari kehendak pasar,

sikap,

lebih-lebih

dan

keterampilan

dalam

dengan

terjadinya

diharapkan

ketidaksesuaian antara supply lulusan

dapat memilih berbagai jalur kehidupan.

dengan kecilnya demand sehingga

Menyadari hal tersebut, peran SMK

terjadi

betul-betul

antarlulusan SMK di dunia kerja.

bidangnya, lulusan SMK

merupakan

pendidikan

persaingan

yang

ketat

terminal yang menghubungkan berbagai

Untuk mengatasi rendahnya mutu

dimensi kepentingan, baik pemerintah,

lulusan SMK, sejak th 1994/1995

DU/DI, masyarakat, dan lulusan itu

Depdiknas

sendiri. Hal tersebut sejalan dengan

kebijakan yang dikenal dengan program

Peraturan

Pendidikan

Pemerintah

(PP)

Nomor

telah

Sistem

mencanangkan

Ganda

(PSG).

0490/U/1992, bahwa tujuan Sekolah

Dalam PSG, siswa belajar sambil

Menegah Kejuruan (SMK) adalah 1)

bekerja atau bekerja sambil belajar

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1862

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

langsung dari sumber belajar (guru,

Di satu sisi, pemerintah dan masyarakat

pamong, fasilitator, empu, tukang, atau

menginginkan

nama lain) melalui proses meniru, dan

mutu

hasil belajar/bekerja merupakan ukuran

beberapa faktor penting dalam kegiatan

keberhasilannya. Dalam PSG terdapat

pendidikan di SMK Negeri 1 Petang

tanggung

masih terbatas, baik dari segi latar

jawab

bersama

(dual

adanya

lulusan SMK,

peningkatan
di sisi lain,

responsibilities) antara pemerintah dan

(context),

masyarakat

(process), dan hasil (product) dengan

pemakai

tenaga

kerja,

masukan

(input),

proses

khususnya DU/DI, termasuk pemakaian

berbagai aspeknya.

jasa lainnya (Depdikbud, 1997:2).

kajian dalam penelitian ini adalah

Secara umum, pelaksanaan dan

menganalisis

dan

Untuk itu, fokus

mendeskripsikan

pemasyarakatan PSG memang telah

pelaksanaan PSG di SMK Negeri 1

berhasil mengubah persepsi dan pola

Petang ditinjau dari segi latar (context),

pikir para pelaku pendidikan menengah

masukan (input), proses (process), dan

kejuruan. Hal ini sejalan dengan arah

hasil

reformasi

hambatan

sehingga

pendidikan
terjadi

mengarah

kejuruan,

hubungan

kepada

yang

(product)
yang

serta

hambatan-

terjadi

dalam

pelaksanaannya.

terjadinya

transformasi dan integrasi (Depdikbud,


1997:i). Dengan demikian, PSG terbukti

II. METODE PENELITIAN


Penelitian

ini

merupakan

bermanfaat atau memberi nilai tambah

penelitian evaluatif. Orientasi penelitian

bagi DU/DI, sekolah, dan peserta didik.

evaluatif

SMK Negeri 1 Petang yang


didirikan

sebagai

pelaksanaan

ini adalah asesmen

atau

apraisal dari kualitas dan kuantitas


kegiatan

serta

penelitian

terhadap

desentralisasi dalam kerangka otonomi

faktor-faktor yang membuat kegiatan

daerah, telah berupaya meningkatkan

tersebut berhasil. Dalam penelitian ini,

mutu pendidikan melalui pelaksanaan

analisisnya menggunakan pendekatan

PSG.

tingkat

evaluasi program. Evaluasinya sendiri

dapat

ditinjau dari empat variabel dalam

Dengan

pengangguran

demikian,
diharapkan

dikurangi (Dinas Pendidikan, 2006:3).


Walaupun demikian, pelaksanaan
PSG

di

SMK

Negeri

Petang

berpotensi menimbulkan problematika.

model CIPP, yaitu latar, masukan,


proses, dan hasil (Daniel L. Stufflebeam
dan Anthony J. Shinkfield, 1986:169).
Variabel

latar

meliputi

kebijakan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1863

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

sekolah,

dukungan

pemerintah

ISSN 1858 4543

Selanjutnya

dianalisis

dengan

masyarakat, dan visi, misi, tujuan, dan

melakukan

sasaran sekolah.

mengubah skor masing-masing variabel

meliputi

Variabel masukan

kurikulum,

analisis

Univariat,

kalender

(CIPP) menjadi T-Skor, menentukan

pendidikan, ketenagaan, peserta didik,

arah T-Skor variabel, dan menentukan

sarana

pembiayaan

arah T-Skor ke kwadran Glickman.

pendidikan, organisasi sekolah, dan

Analisis kualitatif dilakukan terhadap

administrasi sekolah. Variabel proses

data hasil berbagai dokumen, hasil

meliputi aspek proses pembelajaran,

observasi

sosialisasi PSG,

perencanaan PSG,

wawancara atas hambatan pelaksanaan

pelaksanaan PSG, dan pelaksanaan

PSG. Reduksi hasil tersebut disajikan

monitoring dan evaluasi PSG. Variabel

secara deskriptif dan disimpulkan untuk

hasil meliputi hasil siswa PSG.

memperoleh

hasil

selanjutnya

diakomodasikan

pembelajaran,

Untuk

memperoleh

data,

digunakan

metode

kuantitatif

dan

kualitatif.

Metode

utama

yang

pembelajaran,

dan

hasil

penelitian,

serta
dan

dikemukakan alternatif solusinya yang


bersifat strategis dan praktis.

digunakan dalam pengumpulan data


secara kuantitatif adalah menggunakan
angket

(kuisioner).

Item-item

pada

angket tersebut didalami lagi dalam


metode pelengkap untuk memperoleh
data

secara

kualitatif

dengan

menggunakan metode observasi dan


studi dokumen. Penggabungan metode
tersebut antara lain untuk memberikan
gambaran hasil penelitian yang lebih
komprehensif karena keduanya saling
mengisi kelemahan masing-masing.
Data dianalisis dengan analisis
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif

diperoleh

dari

hasil

triangulasi data antara hasil angket,

III. HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
Untuk
mencapai
tujuan
Pendidikan Nasional, seluruh jalur dan
jenjang pendidikan diharapkan dapat
mengembangkan sumberdaya manusia
secara terarah, terpadu, dan menyeluruh
melalui berbagai upaya proaktif dan
kreatif

sesuai

dengan

potensinya

(Lestari, 2006:4). SMK sebagai salah


satu

instrumen

diharapkan

mampu

pembangunan,
mengantisipasi

perubahan yang terjadi pada dunia kerja


yang penuh
SMK

juga

persaingan (kompetisi).
diharapkan

mampu

studi dokumentasi, dan pengamatan.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1864

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

menyiapkan calon tenaga kerja siap

hasil serta hambatan-hambatan yang

pakai.

terjadi dalam pelaksanaan PSG tersebut.

Untuk mengatasi rendahnya mutu

Pada variabel latar, hasil analisis

lulusan, SMK Negeri 1 Petang telah

menunjukkan bahwa pelaksanaan PSG

menerapkan kebijakan penyelenggaraan

mata diklat program produktif di SMK

Pendidikan Sistem Ganda (PSG). PSG

Negeri 1 Petang termasuk kategori

diterapkan berdasarkan (1) PP No.

sangat

29/1990 tentang Pendidikan Menengah,

variabel latar memberikan dukungan

Bab XI pasal 29 ayat 1, Penyelenggara

terhadap pelaksanaan PSG. Sekolah

sekolah menengah dapat bekerja sama

telah

dengan

dalam

masyarakat

terutama

dunia

siap.

memiliki
rangka

Ketiga

aspek dalam

beberapa

kebijakan

pelaksanaan

PSG.

usaha; dan (2) PP No. 39, Bab VI pasal

Dukungan pemerintah melalui berbagai

8 ayat 1, Peran serta masyarakat dapat

aspek telah terbukti. Peran masyarakat

berbentuk pemberian kesempatan untuk

baik komite dan institusi pasangan

magang dan atau latihan kerja.

dalam PSG juga telah ditunjukkan

Dalam

pelaksanaannya,

PSG

dengan beberapa jenis dukungan. Selain

dilakukan dengan cara mendekatkan

itu, sekolah juga telah melandaskan

peserta didik ke dunia kerja sehingga

programnya dengan rumusan visi, misi,

dapat

tujuan, dan sasaran yang jelas dan

diintegrasikannya

kepentingan

dunia pendidikan dengan dunia industri.


Para

siswa

terarah.

diharapkan

dapat

pengetahuan

dan

pelaksanaan PSG mata diklat program

di

produktif di SMK Negeri 1 Petang

sekolah dan sekaligus mempelajari

termasuk kategori sangat siap. Hal ini

dunia

demikian,

mengingat dalam pelaksanaan PSG,

diharapkan adanya peningkatan mutu

sekolah didukung oleh ketersediaan

lulusan sehingga tingkat pengangguran

kalender

yang merupakan beban sosial

pembiayaan, organisasi sekolah, dan

menerapkan
keterampilan

yang

industri.

didapatkan

Dengan

dapat

dikurangi (Dinas Pendidikan, 2006:3).


Untuk itu, perlu dilakukan studi

Pada

variabel

pendidikan,

masukan,

ketenagaan,

administrasi sekolah yang lengkap.


Sekolah juga telah memiliki kurikulum

evaluasi tentang pelaksanaan PSG di

yang

disusun

dengan

melibatkan

SMK Negeri 1 Petang ditinjau dari

pemerintah, komite, DU/DI, dan LPMP.

variabel latar, masukan, proses, dan

Namun demikian, kurikulum tersebut

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1865

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

belum disahkan oleh Dinas Pendidikan

tempat olahraga dengan luas sesuai

Kabupaten dan Provinsi. Pada hal,

standar. Sekolah juga memiliki Ruang

dalam

Pembelajaran

kerangka

otonomi

daerah,

Khusus

(RPK)

yang

pemerintah provinsi dan kabupaten

dilengkapi dengan sarana,

merupakan bagian dari sistem kontrol,

ruang

evaluasi pelaksanaan kurikulum, dan

pengolahan

monitoring untuk mendapatkan kualitas

house, laboratorium pengolahan basah,

yang dipersyaratkan (Sagala, 2007:124).

laboratorium pengolahan kering, dan

Untuk

pembelajaran,

rumah kompos. Persayaratan lain untuk

sekolah telah memilikinya walaupun

pelaksanaan PSG adalah kepemilikan

belum tersedia sarana secara lengkap.

lahan praktik yang memenuhi ketentuan

Untuk pembimbing PSG, pihak sekolah

luas minimal. Sekolah juga memiliki

masih melibatkan tenaga di luar guru

lahan praktik baru mencapai 1 ha untuk

program produktif. Dalam penerimaan

259 siswa. Untuk pelayanan lulusan,

siswa baru (PSB), pihak sekolah tidak

pihak sekolah telah memiliki BKK yang

melibatkan DU/DI melainkan masih

telah melakukan seleksi dan penyaluran

dilaksanakan

sekolah

lulusannya ke dunia kerja yang relevan

berdasarkan arahan Dinas Pendidikan.

namun belum mampu memasarkan

Selain itu, luas lahan sekolah telah

lulusannya secara langsung.

aspek

sarana

oleh

pihak

pembibitan,
hasil

meliputi

laboratorium

pertanian,

green

tersedia 1,2 hektar. Sekolah memiliki

Pada variabel proses, pelaksanaan

kelengkapan ruang pembelajaran umum

PSG di SMK Negeri 1 Petang termasuk

(RPU) untuk moving

class sesuai

kategori sangat siap. Hal ini terlihat

dengan standar sarana-prasarana SMK,

dari adanya kesiapan dalam sosialisasi,

meliputi ruang kelas, perpustakaan,

perencanaan, pelaksanaan, monitoring,

laboratorium fisika, kimia, biologi, dan

dan evaluasi PSG. Walaupun demikian,

laboratorium komputer. Sekolah juga

untuk proses pembelajaran, dari 16

memiliki

(RP)

orang guru program produktif, baru 5

meliputi ruang ibadah, ruang UKS,

orang (31,25%) yang memiliki RPP

gudang, rumah jaga, ruang sirkulasi dan

yang

kantin dengan luas sesuai standar serta

Seharusnya

sarana yang lengkap. Selebihnya, ruang

program produktif memiliki RPP secara

pimpinan, ruang guru, ruang TU, ruang

lengkap dan sistematis pula.

organisasi

administrasi pembelajaran ini sangat

Ruang

Penunjang

kesiswaan,

jamban,

dan

lengkap
setiap

dan
mata

sistematis.
pelajaran

Peranan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1866

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

penting, terlebih lagi jika dikaitkan

tingkat

dengan mutu pendidikan secara utuh.

98,67%. Walaupun demikian, pihak

Salah satu tugas guru adalah menyusun

sekolah

administrasi pembelajaran sebagai salah

kinerjanya. Hal ini perlu dilakukan

satu bagian dari supervisi pendidikan

mengingat

dalam rangka mencapai pendidikan

sebagai

yang bermutu (Sagala, 2007:125).

membimbing siswanya sebagai bagian

Hasil

observasi

pelaksanaan

guru

produktif

pembelajaran

kelulusan

siswa

seyogyanya

fungsi
pelaksana

mencapai

meningkatkan

sekolah

adalah

tugas

untuk

dari masyarakat, pencipta realitas sosial,


meneruskan,

mempertahankan,

dan

menunjukkan, guru telah melaksanakan

mengembangkan kemampuan melalui

pembelajaran dengan langkah-langkah

ilmu dan penanaman nilai (Sagala,

dari kegiatan pendahuluan, inti, dan

2007:75).

penutup

pembelajaran.

Dalam

Berdasarkan

analisis

CIPP,

mengakhiri pembelajaran, guru telah

pelaksanaan PSG mata diklat program

menyampaikan relevansi materi yang

produktif di SMK Negeri 1 Petang

dipelajari siswa dengan kehidupan masa

didapatkan untuk variabel latar (context)

depan dalam rangka PSG.

arahnya

variabel

positif,

masukan

Pada variabel hasil, pelaksanaan

(input) arahnya positif, variabel proses

PSG mata diklat program produktif di

(process) arahnya positif dan variabel

SMK Negeri 1 Petang termasuk dalam

hasil (product) positif. Variasi CIPP-

ketegori

Dalam

nya menjadi (+ + + +). Berdasarkan

pelaksanaan PSG, prestasi belajar siswa

kuadran Glickman, hasilnya termasuk

dalam

produktif

dalam kategori sangat siap. Walaupun

memenuhi pencapaian rata-rata 8,15

demikian, dalam variabel latar (context)

dari

masih

sangat

mata

siap.

pelajaran

ketuntasan

minimal

yang

terdapat

kekurangan

dalam

dipersyaratkan 7,00. Prestasi nilai PSG

kebijakan

sekolah

yang

mata diklat program produktif, baik.

dilengkapi

peraturan

provinsi

Pencapaian nilai rata-rata UN mata

kabupaten. Sebagai dasar pelaksanaan

pelajaran produktif mencapai 0,3 di atas

program, sekolah sebaiknya melengkapi

nilai rata-rata nasional. Data nilai uji

kebijakannya dengan berbagai peraturan

kompetensi dan nilai UN kelompok

dari lembaga yang menaunginya, yaitu

mata pelajaran produktif yang diperoleh

Dinas

8,25 dan 7,00. Selain itu, persentase

Provinsi.

Pendidikan
Di

Kabupaten

samping

itu,

belum
dan

dan
Dinas

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1867

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

pendidikan Kabupaten dan Provinsi

Pendidikan Provinsi dan Kabupaten

bertugas

untuk mendapatkan pedoman kebijakan

membangun

sistem

persekolahan, menata, meredesain atau


memodifikasi

struktur

tertulis tentang pelaksanaan PSG.

organisasi

Hambatan-hambatan yang terjadi

sekolah serta memenuhi kebutuhan

dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem

sekolah (Sagala, 2007:76). Dengan

Ganda (PSG) mata diklat program

demikian, diharapkan tidak terjadinya

produktif di SMK Negeri 1 Petang

pelaksanaan

adalah

program

yang

(1)

Keterlambatan

berseberangan dengan sumber hukum

pelaksanaan

yang lebih tinggi dari lembaga yang

merupakan kendala yang dialami oleh

berwenang. Selain itu, perlu dilakukan

kepala

pemanfaatan

tenaga kependidikan yang sepenuhnya

hasil

penilaian

guru,

program

dana

sekolah,

sekolah,

pendidik,

peningkatan peran komite dan DU/DI,

menggunakan

peningkatan kerjasama dengan DU/DI,

Badung.

peningkatan sosialisasi visi, misi, dan

pelaksanaan anggaran yang sering tidak

tujuan

sekolah.

masukan

(input)

APBD

maupun

Kabupaten

Hal tersebut berakibat pada

Dalam

variabel

bisa tepat waktu

masih

terdapat

sekolah.

(2)

dengan kegiatan

Keterbatasan

sarana-

kekurangan terutama kurikulum yang

prasarana pembelajaran praktik, seperti

belum disahkan oleh Dinas Provinsi dan

lahan praktik yang masih menyewa,

Kabupaten, dan kekurangan sarana-

peralatan ruang pembelajaran umum

prasarana

teori

(RPU), ruang pembelajaran khusus

maupun praktik. Dalam variabel proses

(RPK), dan ruang penunjang (RP) yang

(process), belum semua guru program

belum lengkap, termasuk kekurangan

produktif

program

air bersih merupakan kendala yang

pembelajaran yang lengkap. Walaupun

dihadapi oleh seluruh warga sekolah.

semua itu tidak berpengaruh besar

(3) Terbatasnya kompetensi keahlian

terhadap pelaksanaan PSG, sebagai

siswa dalam bidang pertanian modern

penanggung jawab seluruh kegiatan

untuk merawat tanaman ekslusif dan

sekolah, kepala sekolah seharusnya

bernilai ekonomi tinggi, merupakan

menindaklanjuti temuan ini dengan

masalah yang dihadapi oleh pihak

langkah-langkah praktis dalam menjalin

DU/DI. Untuk membina keterampilan

kerja sama dengan komite dan DU/DI,

siswa

dan

memerlukan waktu dan proses cukup

pembelajaran

baik

memiliki

pendekatan

dengan

Dinas

ke

arah

pertanian

modern

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1868

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

lama. (4) Kurangnya kedisiplinan siswa

proses bimbingan seolah-olah berjalan

selama

sendiri-sendiri. (8) Kegiatan PSG di

praktik

kerja

industri,

merupakan masalah yang dihadapi oleh

DU/DI

guru pembimbing PSG dan instruktur

pelajaran

pendamping di DU/DI. Hal itu dinilai

merupakan kendala yang dialami oleh

dari segi kekurangtepatan siswa dalam

semua tenaga pendidik. Selama PSG

memanfaatkan jam kerja, kurangnya

berlangsung, siswa kelas XII automatis

perhatian untuk melaksanakan praktik

tidak dapat belajar di sekolah. (9) Siswa

yang tepat secara sungguh-sungguh, dan

kesulitan

sering terlambatnya kehadiran siswa di

pemondokan selama PSG berlangsung

DU/DI. (5) Pihak sekolah kesulitan

di DU/DI yang dikemukakan oleh

mendapatkan DU/DI yang dekat dan

sebagian

relevan

mengingat

dengan

program

keahlian.

Pembimbing PSG sering mengalami

dirasakan

menggangu

normatif

dan

adaptif,

mendapatkan

besar

guru

DU/DI

jam

tempat

pembimbing

sebagian

besar

berlokasi di pedesaan.

benturan waktu bertugas di sekolah dan


tugas membimbing siswa di DU/DI
yang

berakibat

IV. PENUTUP

pada

Berdasarkan analisis data dan

kekurangmaksimalan proses bimbingan

temuan penelitian, dapat disimpulkan

gangguan terhadap pembelajaran di

hal-hal sebagai berikut. (1) Pelaksanaan

sekolah. (6) Belum terpenuhinya jumlah

PSG mata diklat program produktif di

guru

dalam

SMK Negeri 1 Petang ditinjau dari segi

pelaksanaan PSG, merupakan kendala

latar termasuk kategori sangat siap.

yang dialami oleh pihak sekolah karena

Dalam pelaksanaan PSG, pihak sekolah

guru-guru yang bertugas di sekolah

telah

tersebut rata-rata belum berpengalaman

dukungan pemerintah dan masyarakat,

dalam

serta visi, misi, tujuan, dan sasaran

yang

berpengalaman

melaksanakan

Kurangnya

PSG.

(7)

koordinasi

antarpembimbing

PSG

dan

antara

PSG.
sekolah

memiliki

kebijakan

sekolah,

Pada aspek kebijakan, pihak


telah

memiliki

beberapa

pembimbing dengan instruktor DU/DI,

kebijakan sesuai dengan kriteria PSG

merupakan kendala yang dialami oleh

yang meliputi peraturan pemerintah

pembimbing PSG. Akibatnya adalah,

pusat dan beberapa kebijakan yang

tidak

dibuat di sekolah. Walaupun kebijakan

semua

bimbingan

siswa

secara

mendapatkan

menyeluruh

dan

tertulis dari pemerintah provinsi dan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1869

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

kabupaten belum ada, hal tersebut tidak

pendidikan, ketenagaan, pembiayaan,

mempengaruhi pelaksanaan PSG. Pada

organisasi sekolah, dan administrasi

aspek

sekolah yang lengkap. Sehubungan

dukungan

masyarakat,

pemerintah

terbukti

dan

pemerintah

dengan

kurikulum,

sekolah

memberikan dukungan administratif,

memiliki

pembiayaan,

dengan melibatkan pemerintah, komite,

pembinaan

pengawasan,

serta

dan

sarana-prasarana.

DU/DI,

kurikulum

yang

telah
disusun

dan LPMP namun belum

Untuk dukungan komite, peran komite

disahkan

sekolah terbatas pada peran kontrol dan

Kabupaten dan Provinsi. Untuk aspek

tidak berperan dalam perencanaan,

sarana pembelajaran, belum tersedia

pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi

sarana secara lengkap sesuai dengan

program

dukungan

persyaratan. Untuk pembimbing PSG,

institusi pasangan (IP), tampak dalam

pihak sekolah masih melibatkan tenaga

penyusunan

di luar guru program produktif. Dalam

tempat

sekolah.

Untuk

kurikulum,

magang,

penyediaan

penerimaan

siswa

oleh

Dinas

Pendidikan

penerimaan siswa baru (PSB), pihak

magang, penyediaan fasilitas magang,

sekolah

dan penyediaan instruktur. Untuk upaya

melainkan masih dilaksanakan oleh

kerjasama sekolah dengan lembaga lain

pihak sekolah berdasarkan arahan Dinas

dalam melaksanakan magang guru, baru

Pendidikan. Selain itu, luas lahan

dilakukan kerja sama dengan satu

sekolah baru tersedia

lembaga

Sekolah memiliki kelengkapan ruang

saja.

Untuk

dokumen

tidak

melibatkan

1,2 hektar.

kemitraan PSG, telah dimilikinya 4

pembelajaran

dokumen kerjasama/kemitraan.

Di

moving class sesuai dengan standar

samping itu, pihak sekolah terbukti

sarana-prasarana SMK, meliputi ruang

telah memiliki visi, misi, tujuan, dan

kelas,

sasaran PSG yang jelas dan rinci namun

fisika, kimia, biologi, dan laboratorium

belum

komputer.

banyak

disosialisasikan.

(2)

umum

DU/DI

(RPU)

perpustakaan,

Sekolah

untuk

laboratorium

juga

memiliki

Pelaksanaan PSG mata diklat program

Ruang Penunjang (RP) dengan sarana

produktif di SMK Negeri 1 Petang

sesuai

ditinjau dari

mencapai

kategori

segi masukan termasuk

dengan
54,55%

persyaratan

baru

meliputi

ruang

Dalam

ibadah, ruang UKS, gudang, rumah

pelaksanaan PSG, sekolah didukung

jaga, ruang sirkulasi dan kantin dengan

oleh aspek ketersediaan

luas sesuai standar serta sarana yang

sangat

siap.

kalender

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1870

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

lengkap. Selebihnya, ruang pimpinan,

menunjukkan, guru telah melaksanakan

ruang guru, ruang TU, ruang organisasi

pembelajaran dengan langkah-langkah

kesiswaan, jamban, dan tempat olah

dari kegiatan pendahuluan, inti, dan

raga dengan luas sesuai standar namun

penutup

belum lengkap. Sekolah juga memiliki

mengakhiri pembelajaran, guru telah

Ruang Pembelajaran Khusus (RPK)

menyampaikan relevansi materi yang

yang dilengkapi dengan sarana yang

dipelajari siswa dengan kehidupan masa

meliputi

depan

ruang

laboratorium

pembibitan,

pengolahan

pembelajaran.

dalam

rangka

Dalam

PSG.

(4)

hasil

Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

pertanian, green house, laboratorium

(PSG) mata diklat program produktif di

pengolahan

laboratorium

SMK Negeri 1 Petang ditinjau dari segi

pengolahan kering, dan rumah kompos.

hasil termasuk dalam ketegori sangat

Persayaratan lain untuk pelaksanaan

siap. Dalam pelaksanaan PSG, aspek

PSG adalah sekolah juga memiliki

prestasi

lahan praktik baru mencapai 1 ha untuk

dengan adanya dokumen perolehan nilai

259 siswa. Untuk pelayanan terhadap

rapor

lulusan, pihak sekolah telah memiliki

produktif memenuhi pencapaian rata-

BKK yang telah melakukan seleksi dan

rata 8,15 dari ketuntasan minimal yang

penyaluran lulusannya ke dunia kerja

dipersyaratkan 7,00. Prestasi nilai PSG

yang relevan. (3) Pelaksanaan PSG di

mata diklat program produktif sesuai

SMK Negeri 1 Petang ditinjau dari

dengan peryaratan, baik. Nilai rata-rata

variabel

kategori

UN mata pelajaran produktif mencapai

sangat siap. Dalam pelaksanaan PSG,

0,3 di atas nilai rata-rata nasional. Nilai

pihak sekolah telah memiliki kesiapan

uji kompetensi dan nilai UN kelompok

dalam

mata pelajaran produktif yang diperoleh

basah,

proses

termasuk

sosialisasi,

perencanaan,

belajar

kelompok

ditunjukkan

mata

pelajaran

pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi

8,25

PSG. Untuk proses pembelajaran yang

kelulusan siswa mencapai 98,67%. (5)

menunjang program produktif, dari 16

Berdasarkan analisis CIPP, pelaksanaan

orang guru program produktif, baru 5

PSG mata diklat program produktif di

orang (31,25%) yang memiliki RPP

SMK Negeri 1 Petang didapatkan untuk

yang lengkap dan sistematis. Hasil

variabel latar arahnya positif, variabel

observasi

pelaksanaan

masukan,

terhadap

orang

pembelajaran

guru

produktif

dan 7,00.

siswa

arahnya

Persentase tingkat

positif,

variabel

proses arahnya positif dan variabel hasil

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1871

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

ISSN 1858 4543

positif. Dengan demikian, variasi CIPP-

mendapatkan DU/DI yang dekat dan

nya menjadi (+ + + +). Berdasarkan

relevan dengan program keahlian yang

kuadran Glickman, hasilnya termasuk

berakibat

dalam

proses bimbingan di DU/DI dan sering

kategori

sangat

siap.

(6)

pada

tidak

maksimalnya

Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

terjadinya

PSG mata diklat program produktif di

pembelajaran di sekolah; (f). Belum

SMK Negeri 1 Petang adalah (a).

terpenuhinya

keterlambatan

berpengalaman

dana

pelaksanaan

gangguan

jumlah

terhadap

guru

dalam

yang

pelaksanaan

program sekolah, merupakan kendala

PSG, merupakan kendala yang dialami

yang dialami oleh kepala sekolah,

oleh pihak sekolah; (g). Kurangnya

pendidik, maupun tenaga kependidikan

koordinasi antarpembimbing PSG dan

yang sepenuhnya menggunakan APBD

instruktor DU/DI, merupakan kendala

Kabupaten Badung; (b). Keterbatasan

yang dialami oleh pembimbing PSG

sarana-prasarana pembelajaran praktik,

sehingga

termasuk

bimbingan

kekurangan

air

bersih

siswa

tidak

mendapatkan

menyeluruh

merupakan kendala yang dihadapi oleh

pelaksanaan

seluruh warga sekolah; (c). Terbatasnya

Kegiatan PSG di DU/DI dirasakan

kompetensi
bidang

keahlian

pertanian

PSG

di

dalam

DU/DI;

(h).

siswa

dalam

menggangu jam pelajaran normatif dan

modern

untuk

adaptif,

merupakan

kendala

yang

merawat tanaman eksplosif dan bernilai

dialami oleh semua tenaga pendidik

ekonomi tinggi, merupakan masalah

karena selama PSG, siswa kelas XII

yang dihadapi oleh pihak DU/DI; (d).

tidak dapat belajar di sekolah; (i). Siswa

Kurangnya kedisiplinan siswa selama

kesulitan

praktik

kerja

pemondokan

masalah

yang dihadapi oleh guru

pembimbing

industri,

PSG

dan

merupakan

instruktor

mendapatkan
selama

PSG

tempat
karena

DU/DI sebagian besar berlokasi di


pedesaan.

pendamping di DU/DI yang dinilai dari


segi

kekurangtepatan

siswa

dalam

memanfaatkan jam kerja, kurangnya


perhatian untuk melaksanakan praktik
yang tepat secara sungguh-sungguh, dan
sering terlambatnya kehadiran siswa di
DU/DI; (e). Pihak sekolah kesulitan

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1872

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran


PPs Universitas Pendidikan Ganesha

DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills Education).
Bandung: CV Alfabeta.
Depdikbud.
1997.
Administrasi
Pendidikan
Sistem
Ganda.
Jakarta: Ditmenjur.
------. 1997. Pengelolaan Fasilitas dan
Bahan Praktik Pendidikan Sistem
Ganda. Jakarta: Ditmenjur.
------. 1997. Pengelolaan KBM dalam
Pendidikan
Sistem
Ganda.
Jakarta: Ditmenjur.

ISSN 1858 4543

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen


Strategik dalam Peningkatan
Mutu
Pendidikan.
Bandung:
Alfabeta.
Stufflebeam, Daniel L. & Antohony
J.Shinkfield. 1986. Systematic
Evaluation: A Self-Instructional
Guide to Theory and Practice.
Boston:
Kluwer-Nijhoff
Publishing.
Uno,

Hamzah B. 2007. Profesi


Kependidikan: Problema, Solusi,
dan
Reformasi
Pendidikan
Indonesia. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

------. 1997. Penyusunan Kurikulum


Pendidikan
Sistem
Ganda.
Jakarta: Ditmenjur.
------. 1997. Sistem Penerimaan Siswa
Baru Pendidikan Sistem Ganda.
Jakarta: Ditmenjur.
------.

1997. Sistem Pembimbingan


Siswa Pendidikan Sistem Ganda.
Jakarta: Ditmenjur.

Disdik Kabupaten Badung. 2006. Profil


SMK Negeri 1 Petang. Badung:
SMKN 1 Petang.
Lestari, Tita. 2006. Pengelolaan
Kurikulum
Tingkat
Satuan
pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Nurhardjadmo, Wahyu. 2008. Evaluasi
Implementasi
Kebijakan
Pendidikan Sistem Ganda di
Sekolah
Kejuruan
(Laporan
Penelitian) dalam Spirit Publik
Volume 4, Nomor 2 Halaman: 215
228, ISSN. 1907 0489,
Oktober 2008.

JIPP, Desember 2010 _________________________________________________ 1873

Anda mungkin juga menyukai