Skenario 2.SGD 5.B.I.5
Skenario 2.SGD 5.B.I.5
SGD 5
SISTEM SARAF
SKENARIO
TERMINOLOGI
Parese fascialis sinistra : kelemahan otot otot
wajah sebelah kiri karena terganggunya N.VII
LMN : neuron perifer yang badan selnya
terletak dalam columna griseae ventrales
medulla spinalis dan ujungnya terletak pada
otot rangka.
Lagopthalmus : keadaan dimana mata tidak
dapat menutup dengan sempurna.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa yang menyebabkan sudut mulut os tertarik
ke kanan ?
2. Mengapa keluhan terjadi tiba-tiba saat os
bangun tidur pagi ?
3. Mengapa mata kiri os tidak dapat tertutup
dengan rapat?
4. Apa pengaruh mengendarai sepeda motor
malam hari selama 3 jam dengan keluhan os ?
5. Apa yang menyababkan parese fascialis tipe
LMN , lagopthalmus pada os?
ANALISIS MASALAH
1. Apa yang menyebabkan sudut mulut os tertarik
?
Jawab : karena terjadi kelumpuhan pada N.VII(facialis)
kiri mengganggu fungsi m.levator anguli oris(elevasi
sudut mulut)
2. Mengapa keluhan terjadi tiba-tiba saat os
bangun tidur pagi ?
Jawab : karena cuaca dingin di luar pada pagi hari
3. Mengapa mata kiri os tidak dapat tertutup
dengan rapat?
Jawab : karena paralisis Nervus Fascialis mengganggu
m.frontalis (menggerakkan alis mata keatas) dan m.
orbikularis okuli (memejamkan mata).
PETA KONSEP
Diagnosa
pasti
P.penunjang
P.Fisik : TD 130/70,
nadi 76x/mnt, RR
20x/mnt, T 36,7C
DD:
Bells Palsy,
Stroke
ischemic
Mulut mencong
& lagopthalmus
os
Penatalaksanaan:
farmakologi & non
farmakologi
P.Neurologi: parese
fascialis sinistra tipe
LMN dan lagopthalmus
kiri
LEARNING OBJECTIVES
BELAJAR MANDIRI
ANATOMI FISIOLOGI N.FACIALIS
Nervus Fasialis mengandungi empat buah inti:
Nukleus Facialis untuk saraf Somatomotoris
memepersarafi otot-otot wajah (kecuali muskulus
levator palpebrae (N.III), otot platisma, stilohioid,
digastricus bagian posterior dan stapedius di telinga
tengah.
Nukleus
Salivatorius
Superior
untuk
saraf
Viseromotoris (parasimpatis) datang dari nukleus
salivatorius superior. Serabut saraf ini mengurus
glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung,
sinus paranasal dan glandula submaksiler serata
sublingual dan maksilaris.
Perjalanan N.Facialis
Kerusakan UMN :
otot lumpuh
(paralisa/paresa) dan
kaku (rigid)
ketegangan otot tinggi
(hipertonus)
mudah ditimbulkan
refleks otot rangka
(hiperrefleksia)
Bells palsy
Bells palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis
perifer terjadi secara akut dan penyebabnya
tidak diketahui ( idiopatik ) atau tidak
menyertai penyakit lain yang dapat
mengakibatkan lesi nervus fasialis atau
kelumpuhan fasialis perifer akibat proses nonsupuratif, non-neoplasmatik, non-degeneratif
primer namun sangat mungkin akibat edema
jinak pada bagian nervus di foramen
stilomastoideus.
ETIOLOGI
Ketidakstabilan
Otonom
Sistem Imun
Suhu
Dingin
Respon
Simpatis
Infeksi / reaktivasi
infeksi
Iritasi
N.VII
Vasospasme
Inflamasi dan
edema N.VII
N.VII terjepit
Iskemia N.VII
Paralisis N.VII
Patofisiologi
Nervus fasialis berjalan melalui bagian dari tulang
temporal (kanalis fasialis). Adanya edema dan
iskemia menyebabkan kompresi dari nervus fasialis
dalam kanalis tulang ini, sehingga nervus fasialis
terjepit di dalam foremen stilomastoideus dan
menimbulkan kelumpuhan LMN.
Bagian pertama dari kanalis fasialis (segmen
labyrinthine) adalah bagian yang paling sempit,
segmen labyrinthine yang merupakan tempat paling
sering terjadinya kompresi pada nervus fasialis pada
Bells Palsy , karena bagian ini merupakan tempat
paling sempit maka terjadinya inflamasi,
demielinisasi, ischemia ataupun proses kompresi
paling sering terjadi
Manifestasi klinis
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan motorik nervus fasialis :
mengerutkan
dahi,
mengangkat
alis,
memejamkan
mata
dengan
kuat,
mengembungkan pipi.
Pemeriksaan sensorik nervus fasialis : sensasi
pengecapan ( rasa manis , rasa asam)
Pemeriksaan refleks : refleks korne ( pada sisi
yang sakit kedipan mata terjadi lebih lambat
atau tidak ad sama sekali), refleks
nasopalpebra.
2. Pemeriksaan Radiologi
Electromyography (EMG)
Pemeriksaan ini mengukur kegiatan listrik otot
sewaktu merespon rangsangan yang dilakukan
terhadapnya dan dapat menunjukkan seberapa
banyak kerusakan saraf yang terjadi, serta
dapat memastikan separah mana penyakit tersebut.
Imaging scans
Sebuah pemeriksaan X-ray, CT-scan yang lebih dapat
memastikan penyebab gangguan syaraf itu, bukan
karena infeksi, tumor atau kerusakan tulang pada
wajah.
Penatalaksanaan farmakologi
Kortikosteroid : prednison , methylprednisolon
dosis : 80 mg dosis awal dan diturunkan
bertahap selama 7 hari.
Pengggunaan obat antiviral (acyclovir) dengan
kortioksteroid
Pengguna aciclovir 5 kali/ hari/oral selama 10
hari.
valacyclovir 500 mg 2kali/hari/oral selama 5
hari
referensi
Mardjono M.Sidharta P.Neurologi Klinis Dasar:
Saraf Otak dan Patologinya. Jakarta: Dian
Rakyat; 2000.hal 162