BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa kepresidenan Megawati Soekarno Putri dari tahun 2001 ditandai
dengan sedikit saja pencapaian. Megawati Soekarno Putri tidak mewarisi karisma
dari Ayahnya bernama Soekarno, tidak teralu kompeten dalam urusan administrasi
dan kepemimpinan serta dalam sikap yang pasif dan tertutup, tidak jauh berbeda
dengan gaya Soeharto. Suaminya, Taufik Kiemas di pandang sebagai dalang di
balik panggung kekuasaannya, seorang praktisi politik dan fasilitator keuangan
yang handal.
Tetapi, kehadiran Megawati Soekarno Putri di gedung DPR/MPR sepertinya
tidak terasa. Selain memang sifatnya pendiam, beliau pun memilih untuk tidak
menonjol mengingat kondisi politik saat itu. Maka beliau memilih lebih banyak
melakukan lobi-lobi politik di luar gedung wakil rakyat tersebut. Lobi politiknya
yang silent operation itu secara langsung atau tidak langsung, telah memunculkan
terbitnya bintang Megawati Soekarno Putri dalam dunia politik.
Megawati Soekarno Putri menjadi Ketua Umum Partai DPP PDI sejak tahun
1993 hingga partai tersebut berubah menjadi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) yang berhasil melambungkan namanya hingga ia terpilih
sebagai Presiden perempuan pertama, masa jabatan 23 Juli 2001 hingga
20 Oktober 2004 menggantikan KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur) dengan
membentuk kabinet Gotong Royong. Berdasarkan latar belakang makalah ini akan
membahas tentang Massa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri
1
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
Tujuan
Berdasarkan hasil rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fatmawati melahirkan
seorang
bayi
yang
dinamai
dilanjutkan
dengan
menyelenggarakan
Kongres
Luar
Biasa
di Surabaya. Pada kongres ini, nama Megawati Soekarno Putri muncul dan secara
telak mengungguli Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu.
Megawati Soekarno Putri terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian status
Megawati Soekarno Putri sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh
Musyawarah Nasional PDI di Jakarta. Namun pemerintah menolak dan
menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam perjalanan berikutnya, pemerintah
mendukung kekuatan mendongkel Megawati Soekarno Putri sebagai Ketua
Umum PDI. Fatimah Ahmad atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan
Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi.
Tetapi Megawati Soekarno Putri tidak mudah ditaklukkan. Karena Megawati
Soekarno Putri dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres Medan.
Megawati Soekarno Putri teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI
yang sah. Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP
yang sah, dikuasai oleh pihak Megawati Soekarno Putri. Para pendukung
Megawati Soekarno Putri tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap
berusaha mempertahankan kantor itu.
Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut
secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman itu kemudian menjadi kenyataan. Pada
tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari
pendukung Megawati Soekarno Putri. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah
Megawati Soekarno Putri.
Megawati Soekarno Putri makin memantapkan langkah mengibarkan
perlawanan. Kemudian Megawati Soekarno Putri memilih jalur hukum, walaupun
kemudian kandas di pengadilan. Megawati Soekarno Putri tetap tidak berhenti.
Tekanan politik yang amat telanjang terhadap dirinya itu, mengundang empati dan
simpati dari masyarakat luas.
Megawati Soekarno Putri terus berjuang, PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI
pimpinan Megawati Soekarno Putri dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih
berpihak dan mengakui Megawati Soekarno Putri. Tetapi, pemerintah mengakui
Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Setelah rezim Orde Baru tumbang,
PDI Megawati Soekarno Putri berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Partai
politik berlambang banteng gemuk dan bermulut putih itu berhasil memenangkan
Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga puluh persen suara. Kemenangan PDIP itu
menempatkan Megawati Soekarno Putri pada posisi paling patut menjadi presiden
dibanding kader partai lainnya.
Tetapi, posisi tersebut rupanya sebuah tahapan untuk kemudian pada
waktunya memantapkan Megawati Soekarno Putri pada posisi sebagai orang
nomor satu di negeri ini. Sebab kurang dari dua tahun, tepatnya tanggal 23 Juli
2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati Soekarno Putri
duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid, setelah
Presiden Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI. Masa
pemerintahan Megawati Soekarno Putri ditandai dengan semakin menguatnya
konsolidasi demokrasi di Indonesia, dalam masa pemerintahan Megawati
Soekarno Putri pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan dan
secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di
Indonesia. Megawati Soekarno Putri menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003.
C.
karena pada dasarnya BUMN adalah salah satu sarana pemasukan kepada Negara
yang harus dipertimbangkan dengan seksama.
Penyimpangan ini terjadi misalnya dalam kebijakan privatisasi PT. Semen
Gresik dan PT Indosat. Privatisasi juga banyak dikecam karena dipandang
merugikan negara triliun rupiah akibat harga jualnya yang terlalu murah.
Keputusan pemerintah pada waktu itu untuk menjual PT Semen Gresik dan PT
Indosat sebagai cara cepat untuk mendapatkan dana segar guna menutupi defisit
APBN cenderung tidak menunjukkan langkah strategis ke depan yang ingin
dicapai pemerintah dalam konteks perencanaan pembangunan, khususnya di
sektor industri. Privatisasi tersebut juga sangat elitis dan tidak melibatkan
partisipasi masyarakat luas dalam hal kepemilikan saham.
Banyak kalangan menilai pemerintahan Megawati Soekarno Putri gagal,
walaupun Megawati Soekarno Putri berpendapat bahwa Ia hanya meneruskan
pemerintahan Abdurrahman Wahid sehingga tidak optimal. Kegagalan itu dapat
dilihat dari aksi-aksi mahasiswa yang mengkritisi pemerintahan Megawati
Soekarno Putri saat itu menunjukkan eskalasi. Protes mahasiswa menyangkut
prakti KKN yang diindikasikan semakin marak, privatisasi BUMN yang semakin
intensif, penanganan BLBI yang terkesan kian longgar, serta harga-harga barang
yang terus membumbung.
Hal ini juga terkait dengan kebijakan pemerintah yang menaikan harga
BBM dan kemudian disusul kenaikan TDL dan telepon sehingga kehidupan,
khususnya kaum bawah menjadi susah. Tanpa disimpulkan, kegagalan dapat pula
terlihat dengan menurunnya suara PDI-P pada pemilu 2004 dan kegagalan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Megawati Soekarno Putri adalah Presiden Indonesia yang kelima yang
Saran
Dalam penyelesaian makalah ini kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik serta saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://akbarlife.blogspot.com [21 September 2014]
http://id.wikipedia.org/wiki [21 September 2014]
http://pembelajaranhistory.blogspot.com [ 21 September 2014]
http://raniyuanita.wordpress.com [21 September 2014]
http://uwuosyafri.wordpress.com [ 21 September 2014]