1.
Suci dari hadats dan najis, menutup aurat
dan menghadap kiblat.
2.
Terlebih dahulu memandikan mayit dan
mengkafaninya
3.
Meletakan Jenazah di depan jamaah
sholat.
Shalat jenazah berbeda dengan shalat
umumnya. berjumlah 4 rakaat dengan hanya
berdiri seperti shalat biasa namun tanpa ruku
dan sujud. Bacaan shalat jenazah tidak dijaharkan
atau dibaca keras. Untuk berganti rakaat cukup
dengan mengangkat tangan dan mengucapkan
takbir.
B.
1.
Ushalli alaa haadzal mayyiti arba'a takbiirotin fardlal kifaayatin makmuuman lillaahi taaalaa
Setiap shalat dan ibadah lainnya kalo tidak ada niat dianggap tidak sah, termasuk niat melakukan Shalat jenazah.
Niat dalam hati dengan tekad dan menyengaja akan melakukan shalat tertentu saat ini untuk melakukan ibadah
kepada Allah SWT.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah : 5).
Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya. (HR. Muttafaq
Alaihi).
2.
Shalat jenazah dilakukan dengan cara berdiri (seseorang mampu untuk berdiri dan tidak ada uzurnya). Karena
jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan tunggangan], Shalat jenazah dianggap tidak sah.
3.
Takbir 4 kali
Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir 4 kali. (HR.
Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355).
4.
Membaca Fatihah
5.
6.
sabda Rasulullah SAW : Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya. (HR. Abu Daud : 3199
dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :
Allahummaghfir lahu warhamhu,
waaafihi wafu anhu, wa akrim nuzulahu,
wa wassi madkhalahu, waghsilhu bil-mai
watstsalji wal-baradi, wanaqqohi minal
khotoya kamaa yunaqqottsaubu abyadhu
minadanasi, waabdilhu daaron khoiron in
daarihi, waahlan khoiron min ahlihi,
wazaujan khoiron minzaujihi, waqihi
fitnatal qobri waadaabinnar.
7.
Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa badahu waghfirlana walahu, walilladiina sabaquuna
biliimaani walaatajal fii quluubinaa gillan lilladiina amanuu robbanaa innaka rouufurrohiim.
Salam
Catatan:
Kalau gabung banyak mayat lelaki dan wanita, bisa pakai: HUM.
Salat gerhana dilakukan dua rakaat dengan 4 kali rukuk yaitu pada rakaat pertama, setelah rukuk dan Iktidal
membaca Al Fatihah lagi kemudian rukuk dan iktidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula pada
rakaat kedua.
Bacaan Al-Fatihah pada salat gerhana bulan dinyaringkan sedangkan pada gerhana Matahari tidak. Dalam membaca
surat yang sunnat pada tiap rakaat, disunnatkan membaca yang panjang. Hukum salat gerhana adalah sunnat
muakkad berdasarkan hadis Aisyah Radhiallaahu anha. Nabi dan para shahabat melakukan di masjid dengan tanpa
adzan dan ikamah.
Tata cara salat gerhana adalah sebagai berikut:
1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau Matahari terlebih dahulu. (Sebagai panduan lihat di rubrik
IPTEK)
2. Salat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
3. Sebelum salat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,
Ash-shalatu jaamiah.
4. Niat melakukan salat gerhana Matahari (kusufisy-syams) atau gerhana bulan (khusufil-qamar), menjadi
imam atau mamum.
/
Menurut Habib Munzir bin Fuad Al Musawwa, panduan singkat mengenai salat gerhana caranya adalah ada
tiga cara :
1. yang termudah adalah dengan dua rakaat sebagaimana salat subuh.
2. dua rakaat, dan setiap rakaat adalah dengan dua rukuk dan dua kali qiyam, urutannya adalah :
3. Takbiratul ihram, lalu Qiyam, fatihah, surah, rukuk, lalu Qiyam lagi, fatihah surat, rukuk, lalu iktidal,
lalu sujud, duduk sujud. lalu bangkit ke rakaat kedua dengan hal yang sama.
dua rakaat sebagaimana poin kedua diatas, namun dipanjangkan, lalu diakhiri dengan dua khutbah
selepas salat.[2]