Anda di halaman 1dari 41

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Studi Kecamatan

Cikalongkulon
Kecamatan Cikalongkulon merupakan salah satu kecamatan yang berada
dalam wilayah administratif Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat dan secara
geografis terletak pada koordinat 1070800 BT - 1071600 BT dan 63600 LS 64800 LS. Secara administratif Kecamatan Cikalongkulon memiliki luas 14.622
Ha. Batas-batas administratif Kecamatan Cikalongkulon antara lain sebagai berikut :
Sebelah Utara

: Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bogor

Sebelah Selatan

: Kecamatan Mande

Sebelah Timur

: Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat

Sebelah Barat

: Kecamatan Sukaresmi

A. Aspek Fisik Alami


Karakteristik fisik alami Kecamatan Cikalongkulon terdiri dari : topografi dan
kemiringan, geologi, jenis tanah, klimatologi, hidrologi/hidrogeologi, dan daerah
Rawan Bencana Alam ( RBA ) di Kecamatan Cikalongkulon.
1) Topografi/ Ketinggian
Topografi atau bentang alam merupakan salah satu faktor penting untuk
mengetahui

kemampuan

secara

alami

suatu

wilayah

bagi

perencanaan

pembangunan. Dataran rendah pada umumnya lebih mudah untuk dikembangkan


dibanding daerah yang berbukit/terjal yang butuh penanganan khusus akibat adanya
limitasi pembangunan pada daerah tersebut. Sebagian besar wilayah Cianjur adalah
pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit.
Wilayah Kecamatan Cikalongkulon berada pada ketinggian antara 270 780 mdpl.
Jika diklasifikasikan adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Data Ketinggian dari Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Cikalongkulon

Ketinggian (mdpl)
<500 mdpl
500-700 mdpl
>700 mdpl
Sumber : Hasil Analisis

2) Kemiringan
Berdasarkan

kondisi

topografi,

kemiringan

lahan

Cikalongkulon bervariasi mulai dari kemiringan 0 - 40 % dan

di

Kecamatan
secara umum

mempunyai kemiringan antara 15 - 40%, yakni sekitar 70 % dari luas seluruh


wilayah. Untuk lebih jelasnya kondisi kemiringan/ kelerengan yang ada di
Kecamatan Cikalongkulon dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Data Kemiringan dari Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Cikalongkulon

Kemiringan (%)
0-2
2-8
8-15
15-25
25-40
>40
Sumber : Hasil Analisis

3) Geologi/ Lapisan Tanah


Proses geologi yang berlangsung dapat mengakibatkan pembentukan
bantuan yang bernilai ekonomis sebagai bahan tambang, baik mineral logam
maupun mineral non logam. Secara struktur geologi, terdapat berbagai jenis batuan
yang tersebar dalam wilayah Kecamatan Cikalongkulon yang dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 3
Data Geologi dari Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Cikalongkulon

Jenis Batuan
Batuan ( Qa )
Batuan ( Qyg )
Batuan ( Qot )
Formasi Cantayan ( Mttc )
Batuan ( Mdm ) Formasi Jatiluhur
Batuan ( vi ) Vitrofir
Sumber : Hasil Analisis

Batuan ( Qa ) kedalaman 0-3 m, Aluvium Lempung, lanau, pasir dan kerikil,


terutama endapan sungai sekarang, termasuk rombakan lereng di utara dan di
selatan Cinajur.
Batuan ( Qyg ) kedalaman 0-100 m, Breksi dan lahar dari gunung Gede , batu pasir
tufaan, serpih tufaan, breksi tufaan dan aglomerat tufaan. Membentuk dataran
Cianjur.
Batuan ( Qot ) Hasil gunung api tertua, kedalaman 0 550 m : Breksi dan Lava
Breksi andesit piroksen bersisipan dengan lava andesit, umumnya terpropilitasi.
Membentuk daerah perbukitan luas yang terpisah yang dikelilingi oleh Qyg dekat
Cianjur.
Formasi Cantayan ( Mttc ), anggota batu lempung, kedalaman 0 - 2200 m Batu
lempung, serpih tufaan mengandung belerang, lignit dan kongresi-kongresi batu
lempung, sisipan-sisipan batu gamping. Formasi Cantayan ( Mtts ), anggota batu
pasir, kedalaman 0 - 2700 m Batu pasir kotor berlapis baik, serpih pasiran,
lempung serpihan, breksi laut dan konglomerat.
Batuan ( Mdm ) Formasi Jatiluhur, anggota Napal dan batu Pasir Kuarsa napal
abu-abu tua, batu lempung napalan dan serpih lempungan dengan sisipan-sisipan
batu pasir kuarsa, kuarsit dan batu gamping napalan.
Batuan ( vi ) Vitrofir, Poorfir Basal dan Dolerit Vitrofir, putih atau abu-0abu muda,
kemungkinan bersusunan andesit, di daerah sekitar gunung Congkrang. Breksi
magma dan tufa breksi berwarna muda yang bersusunan sama dengan vitrofirnya,
dekat dengan gunung Karung. Porfir basal di daerah sekitar pasir Buluh dan sedikit
di sebelah ratnya,diorit mikro dan dolerit yang hanya membentuk tubuh-tubuh kecil,
yang rombakannya tersebar di lereng-lereng (Ludwig, 1933).

4) Hidrogeologi
Kondisi hidrologi yang mencakup sumber mata air dan air permukaan
sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan air bersih. Kecamatan Cikalongkulon
memiliki banyak sumber air, sumber air tersebut ada yang berupa mata air dan ada
juga yang berupa aliran sungai. Kecamatan Cikalongkulon dialiri satu sungai besar
yaitu Sungai Cikundul dan beberapa sungai kecil yang merupakan sumber
pengairan sawah sawah yang ada di sekitarnya. Terdapat beberapa desa di

Kecamatan Cikalongkulon yang kondisi ketersediaan airnya berbeda dengan


biasanya, yaitu ketersedian air lebih banyak pada musim kemarau dari pada musim
hujan. Di wilayah timur Kecamatan Cikalongkulon terdapat Waduk Cirata (Pantai
Maleber) yang merupakan waduk terbesar yang berada di wilayah Provinsi Jawa
Barat dan merupakan sumber air untuk PLTA Cirata yang melayani kebutuhan listrik
jawa bali. Selain sebagai sumber pembangkit listrik Waduk Cirata juga memiliki
potensi pariwisata dan perikanan.
5) Jenis Tanah
Wilayah Kecamatan Cikalongkulon memiliki jenis tanah yang subur dan
cocok untuk pertanian. Terdapat lima jenis tanah yang berada di Kecamatan
Cikalongkulon, antara lain :
Kompleks Podsolik Merah Kekuningan , Podsolik Kuning dan Regosol, yang berada
di Desa Cigunungherang
Latosol cokelat kemerahan, yang tersebar di Desa Cigunungherang, Desa
Mekargalih, Desa Ciramagirang, dan Desa Warudoyong ;
Kompleks Mediteran Coklat Kemerahan dan Latosol, yang tersebar di Desa
Mekarmulya, Desa Mekarsari, Desa Mekargalih, Desa Mekarjaya, Desa Sukamulya,
Desa Cijagang, Desa Neglasari, Desa Sukagalih, dan Desa Kamurang
Asosiaso Aluvial Kelabu + Aluvial Coklat Kekelabuan, yang tersebar di Desa
Padajaya, Desa Majalaya, Desa Cinangsi, Desa Mentengsari, Desa Sukagalih, Desa
Gudang, Desa Lembahsari
Latosol Coklat, yang tersebar di Desa Padajaya dan Desa Cinangsi.
Tabel 4
Data Jenis Tanah dari Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Cikalongkulon

Jenis Tanah
Kompleks Podsolik Merah Kekuningan, Podsolik Kuning dan Regosol
Latosol Coklat Kemerahan
Kompleks Mediteran Coklat Kemerahan dan Latosol
Asosiaso Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan
Latosol Coklat
Sumber : Hasil Analisis

6) Klimatologi
Iklim di wilayah Kecamatan Cikalongkulon termasuk zona iklim tropis dengan
rata-rata curah hujan 3.000 mm/tahun dan suhu rata-rata 30C pada siang hari dan
23C pada malam hari. Dengan kondisi iklim seperti ini membuat Kecamatan
Cikalongkulon memiliki kualitas tanah yang baik sehingga dapat tumbuh berbagai
macam jenis tanaman dengan kebutuhan air yang mencukupi.
7) Daerah Rawan Bencana Alam (RBA)
Bencana alam adalah suatu gejala alam bersifat mendadak, yang
menimbulkan kerugian bagi manusia dan hasil usahanya. Beberapa proses geologi
dapat menimbulkan bencana, antara lain : gerakan tanah, banjir, gempa bumi,
gelombang pasang, letusan gunung api dan aliran lahar. Bencana alam yang hampir
ada setiap kawasan kecamatan cikalongkulon adalah gerakan tanah (longsor)
B. Kriteria Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah penilaian mengenai kesesuaian suatu bentang
tanah terhadap penggunaan tertentu pada tingkat pengelolaan dan hasil yang wajar,
dengan tetap memperhatikan kelestarian produktifitas dan lingkungannya.
Pedoman kedua yang digunakan dalam menganalisis kesesuaian lahan salah
satunya pada analisis kesesuaian lahan menggunakan teori Willam M Marsch.
Tabel 5
Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng
Kelas Sudut Lereng (%)
Peruntukan Lahan
0-3
Jalan Raya
Gudang
Parkir
Taman Bermain
Perdagangan
Tapak Industri/
Pabrik

3-5

5-10

10-15

15-20

20-30

30-40

>40

Kelas Sudut Lereng (%)


Peruntukan Lahan
0-3

3-5

5-10

10-15

15-20

20-30

30-40

>40

Drainase
Permukiman
Trotoar
Bidang Resapan
Septik
Bangunan Terhitung
Pertanian
Padang Rumput
Pertambangan
Tangga Publik
Rekreasi
Sumber: Modul Praktikum Geologi dan Tata Lingkungan
nd
William M.Marsh, Landscape Planning Environmental Application, 2 . Ed.,1991

a) Untuk pedoman yang digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan diantaranya


menurut kriteria Keppres No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya
buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan
berkelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian
dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. Kawasan lindung sebagaimana
dimaksud dalam pembagian kawasan diatas meliputi:
1. Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya.
2. Kawasan Perlindungan setempat.
3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya.
4. Kawasan Rawan Bencana Alam.
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana
dimaksud dalam pembagian kawasan lindung terdiri dari:
1. Kawasan Hutan Lindung.
2. Kawasan Bergambut.

3. Kawasan Resapan Air.


Kawasan Perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam pembagian
kawasan lindung terdiri dari:
1. Sempadan Pantai.
2. Sempadan Sungai.
3. Kawasan Sekitar Danau/Waduk.
4. Kawasan Sekitar Mata Air.
Kawasan Suaka Alam dan cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam pembagian
kawasan lindung terdiri dari:
1. Kawasan Suaka Alam.
2. Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan lainya.
3. Kawasan Pantan Berhutan Bakau.
4. Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
5. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.

Cagar Alam
Suaka Margasatw a
Situs
Taman Nasional
Taman Hutan Raya
Taman Wisata Alam
Taman Budaya

Kaw asan Suaka Alam,


Pelestarian Alam dan
Cagar Budaya

Kemiringan Lereng
No Kelas
Skor
1 0 - 5%
2 5 - 15%
3 15 - 25%
4 25 - 40%
5 > 40%

20
40
60
80
100

Curah Hujan
Kelas

Skor

1 s/d 1,36 mm/hr


2 1,36 - 2,07 mm/hr
3 2,07 - 2,77 mm/hr
4 2,77 - 3,48 mm/hr
5 > 3,48 mm/hr

10
20
30
40
50

No

No

Kepekaan Tanah
Kelas
Skor

1
2
3
4
5

tidak peka
kurang peka
agak peka
peka
sangat peka

15
30
45
60
75

Hutan Lindung
(Memenuhi salah satu
kriteria) dibaw ah ini :
- skor > 175
- Kemiringan > 40%
- Ketinggian > 2.000 m

- Skor 125 - 174


- Litologi : Poros
- Ketinggian > 1.000 m
- Vegetasi Penutup > 75%
- Curah Hujan > 3,48 mm/hr

Kaw asan Resapan Air

Kaw asan Bergambut

Kondisi Geologi,
Geografi, Daerah
Banjir, Data Pantai,
Data Sungai

- Kaw asan Perlindungan Setempat


- Sempadan Pantai
- Sempadan Sungai
- Sempadan Danau
- Sempadan Mata Air

Kaw asan Rawan Bencana

Gambar 1
Skema Penentuan Kawasan Berfungsi Lindung
Sumber : (Kepres No.32 Tahun 1990)

Kaw asan Berfungsi


Lindung

No

Tabel 6
Jenis Kawasan dan Kriteria Kawasan Lindung
Jenis Kawasan
Kriteria

Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya

1.

Kawasan Hutan
Lindung

2.

Kawasan Bergambut

3.

Kawasan Resapan
Air

Kawasan Perlindungan Setempat

1.

Sempadan Pantai

2.

Sempadan Sungai

3.

Kawasan Sekitar
Danau, Waduk

4.

Kawasan Sekitar
Mata Air

C.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

1.

Kawasan Suaka
Alam
a. Cagar Alam

Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng


lapangan, jenis tanah, atau curah hujan yang
melebihi skor 175, dan/atau
Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan
40% atau lebih,dan/atau
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas
permukaan laut 2.000 m dpl atau lebih.
Tanah bergambut dengan ketebalan 3 m terdapat di
bagian hulu sungai atau rawa.
Daerah dengan curah hujan tinggi, struktur tanah yang
mudah meresap air, dan bentuk geomorfologi yang
mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.

Daratan sepanjang tepian pantai dengan lebar


proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai
minimal 100m dari titik pasang tertinggi ke arah darat
Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang
tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air
surut terendah ke arah darat.
Sekurang-kurangnya 100 m di kiri dan kanan sungai
besar dan 50 m di kiri dan kanan sungai yang
berada di luar daerah permukiman.
Untuk sungai di kawasan permukiman berupa
sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk
dibangun jalan inspeksi antara 10 15 m.
Daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
danau/waduk antara 50-100 m dari titik pasang tertinggi
ke arah darat.
Daerah dengan jarak sekurang-kurangnya pada radius
200 m di sekitar mata air.

Kawasan
yang
ditunjuk
mempunyai
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe
ekosistemnya.
Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit
penyusun.
Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisik

b. Suaka
Margasatwa

c. Hutan Wisata

d. Plasma Nutfah

e. Daerah
Pengungsian Satwa

2.

Kawasan Suaka
Alam Laut

3.

Kawasan Berhutan
Bakau

yang masih asli dan tidak atau belum diganggu


manusia.
Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar
menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah
penyangga yang cukup luas.
Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satusatunya
contoh
di
suatu
daerah
serta
keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup
dan perkembangbiakan suatu jenis satwa yang perlu
dilakukan upaya konservasinya.
Memiliki keanekaragaman yang tinggi dan populasi
satwa yang terbatas.
Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa
migran tertentu.
Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis
satwa tertentu.
Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang
menarik dan indah baik secara alamiah maupun
buatan manusia.
Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan
olahraga serta terletak di dekat pusat-pusat
permukiman penduduk.
Memiliki satwa buru yang dapat dikembangbiakkan
sehingga memungkinkan perburuan secara teratur
dengan mengutamakan segi rekreasi, olah raga, dan
kelestarian satwa.
Mempunyai luas yang cukup dan lapangan tidak
membahayakan.
Areal yang ditunjuk memiliki jenis plasma nutfah
tertentu yang belum terdapat di dalam kawasan
konservasi yang telah ditetapkan.
Merupakan areal tempat pemindahan satwa yang
merupakan tempat kehidupan baru bagi satwa
tersebut.
Mempunyai luas yang cukup dan lapangan tidak
membahayakan.
Areal yang ditunjuk merupakan wilayah kehidupan
satwa yang sejak semula menghuni areal tersebut.
Mempunyai luas tertentu yang memungkinkan
berlangsungnya proses hidup dan kehidupan serta
berkembangbiaknya satwa tersebut.
Perairan laut, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan
karang, dan atol yang mempunyai ciri khas berupa
keragaman dan/atau keunikan ekosistem pesisir dan
laut, seperti memiliki tutupan, keanekaragaman, dan
kelimpahan karang hidup, padang lamun, dan biota laut
yang tinggi atau dilindungi.
Kawasan di tepi pantai yang bervegetasi bakau dengan
ketebalan, kerapatan, atau keanekaragaman jenis tinggi.

4.

Taman Nasional,
Taman Hutan Raya,
dan Taman Wisata
Alam

Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki


tumbuhan dan satwa yang beragam, memiliki arsitektur
bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik
untuk keperluan pariwisata.

5.

Kawasan Cagar
Budaya dan Ilmu
Pengetahuan

Kawasan di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi,


situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi
tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.

D.

Kawasan Rawan
Bencana Alam

Kawasan yang
berpotensi tinggi

diidentifikasi

secara

intensif

atau

mengalami bencana alam, seperti letusan gunung


berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan banjir.
Sumber: Hasil Analisis, 2007.

b) Kawasan Budidaya (Menurut UU Nomor 5 Tahun 1990)


Adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan.
Kawasan Budidaya menurut pp 26/2008 psl 63
Kawasan Budidaya dibagi 2 menjadi kawasan budidaya tidak terbangun dan
budidaya terbangun
1.

Budidaya tidak terbangun

Kawasan perkebunan/tanaman tahunan

Kawasan pertanian tanaman pangan (padi & palawija)

Kawasan pertanian hortikultur (sayuran dan buah-buahan)

Kawasan peternakan (besar dan kecil/unggas)

Kawasan perikanan (laut dan darat)

Kawasan pertambangan

Kawasan hutan produksi

2.

Budidaya terbangun

Kawasan Perindustrian;

Kawasan Pariwisata;

Kawasan Perumahan;

Kawasan perdagangan, perkantoran, dll.

Infrastruktur

Fungsi-fungsi tertentu di tiap kawasan akan berbeda dari kawasan lainnya. Fungsi
lahan bisa dilihat dari unsur social, ekonomi, budaya, lingkungan, politik, dll. Kriterian
dari sebuah kawasan dapat dilihat dari fisik juga kegiatan dari kawasan tersebut.
1. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman ini ditandai dengan adanya perumahan yang disertai
prasana dan sarana dan juga infrastrukutur yang memadai seperti adanya rumah
sakit, sekolah, dll. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-15% (datar
hingga landai) karena kawasan permukiman tidak sesuang dengan keadaan
topografi yang curam, kawasan permukiman biasanya terletak di suatu wilayah
perkotaan, karena wilayah perkotaan memiliki sarana dan prasarana juga
infrastruktur yang lengkap.
2. Kawasan Perumahan
Kawasan perumahan hanya didominasi oleh bangunan-bangunan perumahan
dalam suatu wilayah tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai,
kawasan ini biasanya terletak di suatu wilayah yang lebih kecil dari perkotaan
ataupun bisa di dalam kota itu sendiri. Kawasan ini sesuai pada tingkat
kelerengan 0-15% (datar hingga landai).
3. Kawasan Perkebunan
Perkebunan terdapat budidaya beberapa jenis tanaman yang biasanya dijual
kembali untuk kebutuhan hidup kawasan tersebut. Di kawasan ini banyak
masyarakat yang memiliki pekerjaan di kebun. Kawasan ini sesuai pada tingkat
kelerengan 8-15% (landai).
4. Kawasan Pertanian
Pertanian adalah

kegiatan

pemanfaatan sumber

daya

hayati yang

dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau
sumber energi,

serta

untuk

mengelola lingkungan

hidupnya.

Kegiatan

pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami
orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop
cultivation) serta pembesaran hewan ternak(raising), meskipun cakupannya
dapat

pula

pengolahan

berupa
produk

pemanfaatan mikroorganisme dan


lanjutan,

sekedar ekstraksi semata,

seperti

seperti

bioenzim dalam

pembuatan keju dan tempe,

penangkapan ikan atau

atau

eksploitasi hutan.

Kawasan pertanian ditandai oleh adanya jenis budidaya satu tanaman saja.

Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (landai). Pertanian


dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

Iklim

Kondisi Tanah

Topografi

Formasi Geologi

Faktor-faktor tersebut biasanya mempengaruhi apa saja yang ada dalam


kawasan pertanian tersebut. Perbedaan macam tanaman dan juga hasil dari
pertanian akan berbeda jika faktor-faktor tersebut pun berbeda.

Kriteria Teknis

Tabel 7
Karakteristik kawasan peruntukan pertanian
Pertanian Lahan
Pertanian
Pertanian Lahan
Lahan
Basah
Tahunan
Kering

Iklim
Kelembaban (%)

33-90

29-32

42-75

Curah hujan (mm)

A,B,C (Schmidt &


Ferguson, 1951)

350-600

1200-1600

Agak baik s/d agak


terhambat

Baik s/d agak


terhambat

Baik s/d agak terhambat

Tekstur

H,ah,s

H,ah,s

H,ah,s

Bahan kasar (%)

<15

<15

<35

Kedalaman tanah
(cm)

>30

>30

>60

Kematangan
gambut

Saprik,hemik

Saprik,hemik

Saprik,hemik

Ketebalan gambut
(cm)

<200

<200

<200

Kejenuhan basa
(%)

>30

>30

>30

Kemasaman

5,5-8,2

5,6-7,6

5,3-7,5

Sifat Fisik Tanah:


Drainase

Retensi hara:

tanah (pH)
Kapasitas tukar
kation (Cmol)

>12

>12

>12

Kandungan COrganik (%)

>0,8

>0,8

>0,8

Kedalaman bahan
sulfidik (cm)

>50

>50

>50

Salinitas (dS/m)

<4

<4

<4

Lereng (%)

<8

<15

<40

Tingkat bahaya
erosi

Sd

Sd

FO,F11,F12,
F21,F23

FO,F11,F12,
F21,F23

FO,F11,F12, F21,F23

Batuan di
permukaan (%)

<atau=25

<atau=25

<atau=25

Singkapan batuan
(%)

<atau=25

<atau=25

<atau=25

Toksisitas

Bahaya erosi

Bahaya banjir
Genangan
Penyiapan lahan:

Sumber : Puslitbangtanah, Departemen Pertanian

5. Kawasan Ruang Terbuka Hijau


Kawasan terbuka hijau ini dapat berupa taman yang hanya ditanami oleh
tumbuhan yang rendah dan jenisnya sedikit, tetapi pada UU nomer 26 thn 2007
dikatakan bahwa besarnya suatu RTH di kawasan RTH harus 30%. Namun
dapat juga berupa hutan yang didominasi oleh berbagai jenis macam tumbuhan.
Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 15-25% ( agak curam ).
6. Kawasan perdagangan
Kawasan perdagangan ini biasanya ditandai dengan adanya bangunan
pertokoan yang menjual berbagai macam barang. Kawasan ini sesuai pada
tingkat kelerengan 0-8% ( datar ). Kawasan perdagangan identik dengan adanya

wilayah pasar, Wilayah pasar suatu produk dipengaruhi oleh 4 (empat) unsur,
yaitu:
a. Skala ekonomi (economic scale), penurunan biaya rata-rata yang dihadapi
seorang produsen sejalan dengan jumlah produksi yang dihasilkan, ekspansi
wilayah pasar adalah pilihan mutlak agar dicapai keuntungan yang optimal.
b. Permintaan total spasial (demand density), yang merupakan perkalian antara
permintaan individu dan kepadatan penduduk. Semakin tinggi permintaan jenis
ini, umumnya lebih banyak produsen akan tertarik sehingga pasar masingmasing produsen menyempit.
c. Biaya transpor, bila penurunan biaya transpor terjadi bersamaan dengan skala
ekonomi, produsen biasanya mengimbangi dengan perluasan wilayah pasar,
sebaliknya ketika penurunan biaya transport bersamaan dengan tekanan
kenaikan biaya produksi, produsen cenderung meningkatkan keuntungan
padajangka pendek. Keadaan ini segera memancing pesaing lain untuk
memanfaatkan keuntungan tersebut sehingga wilayah pasar bertambah sempit.
d. Faktor jumlah penduduk, kenaikan tingkat konsumsi dan kenaikan penghasilan
dalam jangka panjang dapat saja memicu bertambahnya produsen sekaligus
mempersempit wilayah pasar. Namun, kecenderungan tadi dapat saja berbalik
akibat perbaikan teknologi yang mengindikasikan skala ekonomi.
7. Kawasan Industri
Kawasan industri ditandai dengan adanya proses produksi baik dalam jumlah
kecil maupun dalam jumlah besar. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan
0-15% ( hingga landai ).
Tabel 8
Karakteristik kawasan peruntukan industri

No

Kriteria Pemilihan Lokasi

Faktor Pertimbangan

1
2

Jarak ke Pusat Kota


Jarak terhadap permukiman

Maksimal 15 20 Km
Minimal 2 (dua) km

Jaringan jalan yang melayani

Arteri primer

Sistem
melayani

Prasarana angkutan

jaringan

yang Jaringan listrik


Jaringan telekomunikasi
Tersedia pelabuhan laut / outlet (export
/import)

Topografi / kemiringan tanah

Maks 0 - 15 derajat

Jarak terhadap sungai

8
9
10

Daya dukung lahan


Kesuburan tanah
Peruntukan lahan

Maks 5 (lima) km dan terlayani sungai tipe C


dan D atau kelas III dan IV
Sigma tanah : 0,7 1,0 kg/cm2
Relatif tidak subur (non irigasi teknis)
Non Pertanian
Non Permukiman
Non Konservasi

11
12

Ketersediaan lahan
Harga lahan

Minimal 25 Ha
Relatif (bukan merupakan lahan dengan
harga yang tinggi di daerah tersebut)

13

Orientasi lokasi

Aksessibilitas tinggi
Dekat dengan potensi Tenaga kerja

14

Multiplier Effects

Bangkitan lalu lintas= 5,5 smp/ha/hari.


Kebutuhan lahan industri dan
multipliernya = 2 x luas perencanaan KI.
Kebutuhan rumah .(1,5 TK ~ 1 KK)
Kebutuhan Fasum Fasos.

8. Kawasan Perairan
Kawasan perairan ini ditandai oleh adanya aktifitas perairan,seperti budidaya
ikan, pertambakan, irigasi, dan sumber air bagi wilayah dan sekitarnya.
Parameter kualitas perairan ada beberapa macam, yaitu:

Suhu

Derajat Keasaman (pH)

Kelembapan

Kecerahan

Oksigen terlarut

Parameter tersebut sangat berpengaruh terhadap kawasan perairan itu sendiri,


sebagaimana kita ketahui semakin baik kualitas air maka air tersebut dapat
digunakan untuk berbagai macam keperluan yang digunakan untuk keperluan
rumah tangga (domestic) dan keperluan non rumah tangga (non domestic).

Tabel 9
Klasifikasi dan Kriteria Kawasan Budidaya
Fungsi

Kriteria

Keterangan

Kawasan Hutan

Kawasan hutan dengan faktorfaktor kemiringan lereng, jenis


tanah dan curah hujan yang
memiliki skor < 124 di luar
hutan suaka alam, hutan wisata
dan hutan konversi lainnya (SK
Mentan No. 683/Um/8 dan
837/KPTS/Um/11/1980).

Arahan
pengembangan
hutan
produksi terbatas, hutan produksi
tetap dan hutan produksi konversi:

Produksi Tetap

Kawasan Hutan
Produksi
Terbatas

Kawasan Hutan
Produksi Konversi

Kawasan hutan dengan faktorfaktor kemiringan lereng, jenis


tanah dan curah hujan yang
mempunyai skor 125-174, di
luar hutan suaka alam, hutan
wisata, dan hutan konversi
lainnya (SK
Mentan
No.
683/KPTS/Um/11/1980).

Kawasan hutan dengan faktorfaktor kemiringan lereng, jenis


tanah dan curah hujan yang
mempunyai skor < 124, di luar
hutan suaka alam, hutan
wisata, hutan produksi tetap,
hutan produksi terbatas, dan
hutan konversi lainnya (SK
Mentan No. 683/Um/8 dan
837/KPTS/Um/11/1980).

Kategori hutan.
Hasil
analisis
fisik
dengan
mempertimbangkan adanya wilayah
limitasi, sesuai dengan kriteria
dalam Keppres No. 32/1990 bagi
kawasan lindung.
Dalam rangka memberikan arahan
bagi
pengembangan
kawasan
budidaya, kawasan ini mencakup
hutan produksi tetap dan hutan
produksi
terbatas
yang
telah
ditetapkan seperti di atas, setelah
dikurangi areal yang potensial untuk
kegiatanbudidaya yang bersifat lebih
intensif.
Arahan
pengembangan
hutan
produksi terbatas diarahkan pada hasil
analisis
fisik
dengan
mempertimbangkan adanya wilayah
limitasi sesuai dengan kriteria dalam
Keppres No. 32/1990 bagi kawasan
lindung

Kawasan

Ketinggian < 1000 m dpl.

Pertanian Lahan

Kemiringan lereng < 40%.

Basah

Kedalaman efektif tanah > 30


cm.
Terdapat sistem irigasi (teknis,
setengah
teknis
dan
sederhana).

Kawasan

Ketinggian < 1000 m dpl.

Pertanian Lahan

Kemiringan lereng < 40%.

Kering

Kedalaman efektif tanah > 30


cm.

Kawasan pertanian lahan basah


adalah kawasan yang diperuntukkan
bagi tanaman lahan basah dimana
pengairannya dapat diperoleh baik
secara alamiah maupun teknis secara
menahun.
Arahan
pengembangan
kawasan
pertanian lahan basah didasarkan
pada potensi dan kesesuaian lahan
dengan dukungan jaringan irigasi.
Kawasan pertanian lahan kering
adalah kawasan yang diperuntukkan
bagi tanaman lahan kering seperti
palawija, hortikultura, atau tanaman
pangan lain.
Pemetaannya dalam skala 1:10.000
hanya dilakukan dalam kawasan
pertanian
lahan
kering,
yang
didalamnya dapat pula terdiri atas
kawasan pertanian lahan basah.

Fungsi

Keterangan

Kriteria

Kawasan

Ketinggian < 2000 m dpl.

Tanaman

Kemiringan lereng < 40%.

Tahunan/

Kedalaman efektif tanah > 30


cm.

Kawasan
pertanian
tanaman
tahunan/perkebunan adalah kawasan
yang diperuntukkan bagi tanaman
tahunan/perkebunan
yang
menghasilkan bahan pangan dan
bahan baku bagi industri. Arahan
pengembangan kawasan tanaman
tahunan dan perkebunan di dasarkan
pada
potensi
pengembangan
perkebunan, selain kesesuaian lahan
hasil analisis.

Perkebunan

Kawasan

Ketinggian > 1000 m dpl.

Peternakan

Kemiringan lereng > 15%.


Jenis tanah/iklim sesuai
dengan padang rumput.

Kawasan

Kemiringan lereng < 8%.

Perikanan

Persediaan air permukaan


cukup.

Kawasan

Kemiringan lereng < 15%.

Permukiman

Ketersediaan air terjamin.


Aksesibilitas yang baik.
Tidak berada pada daerah
rawan bencana.
Berada dekat dengan pusat
kegiatan.

Kawasan

Mempunya
tambang

potensi

Kawasan ini mencakup kawasan


permukiman
perkotaan
dan
perdesaan. Untuk ibukota kabupaten
dan ibukota kecamatan, kawasannya
disesuaikan dengan batas wilayah
pengembangan kota (bagi kota yang
telah memiliki rencana kota) atau
mempunyai kesesuaian lahan untuk
pengembangan kota (sesuai dengan
kriteria Permendagri No. 7/1986 dan
Instruksi Mendagri No. 34/1986
tentang Penetapan Batas Wilayah
Kota). Untuk permukiman pedesaan,
keberadaan saat inimenjadi dasar
untuk
mempertimbangkan
perluasannya.

bahan

Pertambangan
Kawasan

Memiliki keindahan
panorama alam.

dan

Pariwisata
Memiliki kebudayaan yang
bernilai tinggi.
Memiliki bangunan sejarah.

Sumber: Hasil Analisis, 2007.

C. Proses Analisis
Teori Teknik Overlay
Teknik overlay merupakan pendekatan tata guna lahan/landscape. Teknik overlay ini
dibentuk melalui penggunaan secara tumpang tindih (seri) suatu peta yang masingmasing mewakili faktor penting lingkungan/ lahan. Alternatif peta kesesuaian lahan

perlu dievaluasi terhadap tujuan awal untuk mendapatkan peta kesesuaian lahan
yang optimal.
Overlay ini merupakan suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk
dari penggabungan berbagai peta individu. Kumpulan peta individu ini, disebut peta
komposit, peta komposit ini mampu memberikan informasi yang lebih luas dan
bervariasi. Masing-masing peta dan tranparasi memberikan informasi tentang
komponen lingkungan dan sosial.
Overlay

dibentuk

oleh

satu

set

peta

transparan

yang

masing-masing

mempresentasikan distribusi spasial suatu karakteristik lingkungan. Contohnya:


kepekaan erosi.
Informasi untuk variable acak harus dikumpulkan terlebih dahulu sebagai standar
unit geografis di dalam suatu area studi, dan dicatat pada satu rangkaian peta (satu
untuk masing-masing variable). Peta ini kemudian di overlay untuk menghasilkan
suatu peta gabungan. Hasil peta gabungan memperlihatkan karakter fisik area,
sosial, ekologis, tata guna lahan dan karektristik lain yang relevan dan berkaitan
dengan tujuan pengembangan lokasi yang diusulkan.

Langkah kerja pada analisis kesesuaian lahan adalah sebagai berikut :

Gambar 2
Diagram Alir Analisis Kesesuaian Lahan
Sumber : (www.google.com)

Teori Metode SuperImpose


Metode superimpose (metode tumpang tindih) adalah metode yang digunakan pada
analisis kesesuaian lahan. Analisis superimpose (overlay) merupakan suatu teknik
analisis dengan cara mengoverlaykan data peta. Dengan analisis ini dapat diketahui
kondisi suatu wilayah berdasarkan data dan informasi yang ada.
Metode ini sangat baik dipergunakan untuk mengadakan kajian keruangan, hasil
inventarisasi terhadap komponen tanah meliputi data sifat fisik di analisis untuk
dapat

dipergunakan

dalam

mengidentifikasi

kemampuannya.

Data

tanah,

kelerangan, curah hujan dapat digunakan secara keruangan melalui analisis ini
sehingga dapat diketahui lokasi-lokasi yang memiliki kemampuan dan daya dukung
terhadap lingkungan. Metode ini menggunakan beberapa peta tematik yang
kemudian digambarkan atau ditampilkan di dalam peta dasar.

Prosedur analisis superimpose adalah sebagai berikut:


1. Membuat peta dasar dari wilayah studi.
2. Membuat peta-peta lain sesuai kebutuhan dalam studi.
3. Menentukan kriteria sesuai dengan kebutuhan studi.
4. Melakukan overlay antar peta yang satu dengan yang lain sesuai kebutuhan.

Gambar 3
Tahapan Metoda Overlay Kajian Wilayah Studi Kecamatan Cikalongkulon
Sumber : Hasil Analisis

Tabel 9
Tabel SuperImpose

SKOR
Jumlah
Skor

SPL
Ketinggian

Kemiringan

Jenis Tanah
Kompleks
Podsolik
Merah
Kekuningan,
Podsolik
Kuning dan
Regosol
Kompleks
Podsolik
Merah
Kekuningan,
Podsolik
Kuning dan
Regosol

Curah Hujan

3000-4000
mm/thn

190

3000-4000
mm/thn

170

Latosol Coklat
Kemerahan

3000-4000
mm/thn

140

15-25%

Latosol Coklat
Kemerahan

3000-4000
mm/thn

120

>700mdpl

>40%

Latosol Coklat
Kemerahan

3000-4000
mm/thn

160

500-700mdpl

25-40%

Komplek
Mediteran

3000-4000
mm/thn

155

<500mdpl

2-8%

Latosol Coklat
Merah

3000-4000
mm/thn

80

<500mdpl

8-15%

Latosol Coklat
Merah

3000-4000
mm/thn

100

500-700mdpl

>40%

Komplek
Mediteran

3000-4000
mm/thn

175

10

<500mdpl

8-15%

Komplek
Mediteran

3000-4000
mm/thn

115

11

<500mdpl

0-2%

Komplek
Mediteran

3000-4000
mm/thn

95

12

<500mdpl

2-8%

Latosol
Cokelat

3000-4000
mm/thn

80

13

500-700mdpl

25-40%

Asosiasi
Aluvial

3000-4000
mm/thn

125

<500mdpl

>40%

<500mdpl

25-40%

<500mdpl

25-40%

<500mdpl

14

<500mdpl

15-25%

Asosiasi
Aluvial

3000-4000
mm/thn

145

15

<500mdpl

15-25%

Asosiasi
Aluvial

3000-4000
mm/thn

105

16

<500mdpl

0-2%

Asosiasi
Aluvial

3000-4000
mm/thn

65

17

<500mdpl

8-15%

Asosiasi
Aluvial

3000-4000
mm/thn

85

18

<500mdpl

8-15%

Latosol
Cokelat

3000-4000
mm/thn

100

Sumber : Hasil Skoring

Tabel 10
Tabel SPL

Fungsi Kawasan
SPL

Jumlah Skor
Lindung

Budidaya

190

170

140

120

160

155

80

100

175

10

115

11

95

12

80

13

125

14

145

15

105

16

65

17

85

18

100

Sumber : Hasil Skoring

SPL 1 <500 mdpl, >40 %, 3000-4000mm/thn, Asosiasi


Podsolik Merah Kuning
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

90-180 cm

S1

S1

S2

Kelas
Besarbutir

Lempung
berpasir
hingga liat

N1

N1

N1

Permeabilitas

sedang Lambat

S3

S2

N1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S1

pH

4 - 5,5

S3

N1

S3

Drainase

Kurang
Baik

S2

N1

N1

Erodibilitas

Peka erosi

S1

N1

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

800 - 1000
mdpl

S3

11

Kemiringan

>40 %

S1

N1

S3

Jumlah

4S1,1S2,4S3,1N1

4S1,1S2,
1S3,3N1

3S1, 1S2,2S3, 4N1

Nilai Actual

3S13S31N1(n,d,f)

3S11S2N1(n,d,f)

2S11S22S33N1(n,d,f)

Nilai Potensial

S1

S1

S1

SPL 2 <500 mdpl, >40%, 3000-4000mm/thn, Asosiasi Podsolik


Merah Kuning
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

90-180 cm

S1

S1

S2

Kelas Besar
butir

Lempung
berpasir hingga
liat

N1

N1

N1

Permiabilitas

sedang Lambat

S3

S2

N1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S1

pH

4 - 5,5

S3

N1

S3

Drainase

Kurang Baik

S2

N1

N1

Erodibilitas

Peka erosi

S1

N1

Banjir

Tanpa banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

600-800 mdpl

S3

S2

S2

11

Kemiringan

>40 %

S3

N1

S3

Jumlah

4S1,1S2,
4S3,1N1

4S12S2,,1S3,4N1

3S1,
2S2,2S3,
4N1

Nilai Actual

3S13S3,1N1(n,d,f)

3S12S23N1(n,d,f)

1S12S22S3
3N1(n,d,f)

Nilai Potensial

S1

S1

S2

SPL 3 <500 mdpl, 25-40 %, 3000-4000mm/thn, Asosiasi


Podsolik Merah Kuning
N
o

Sifat Fisik

Simbo
l

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

90-180 cm

S1

S1

S2

Kelas Besar
butir

Lempung
berpasir
hingga liat

N1

N1

N1

N
o

Sifat Fisik

Simbo
l

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Permiabilita
s

sedang Lambat

S3

S2

N1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S1

pH

4 - 5,5

S3

N1

S3

Drainase

Kurang Baik

S2

N1

N1

Erodibilitas

Peka erosi

S1

N1

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

600 - 800
mdpl

S3

S2

S2

11

Kemiringan

25-40 %

S1

N1

N1

4S1,1S2,4S3,
1N1

4S1,2S2,1S3,3N

3S1,3S3,1N1(

3S1,2S2,2N1(n,d,f

1S1,2S2,1S3,4N1(n,d,f

n,d,f)

S1

S1

S2

Jumlah

Nilai Actual
Nilai Potensial

3S1,2S2,1S3,5N1

SPL 4 400-600 mdpl, 25-40 %, 3000-4000mm/thn, Asosiasi


Podsolik Merah Kuning
N
o

Sifat Fisik

Simbo
l

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

90-180
cm

S1

S1

S2

N1

N1

N1

Kelas Besar
butir

Lempun
g
berpasir
hingga
liat

Permiabilita
s

sedang Lambat

S3

S2

N1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S1

N
o

Sifat Fisik

Simbo
l

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

pH

4 - 5,5

S3

N1

S3

Drainase

Kurang
Baik

S2

N1

N1

Erodibilitas

Peka
erosi

S1

N1

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

400-600
mdpl

S2

S2

S2

11

Kemiringan

25-40 %

S1

N2

N1

4S1,2S2,3S3,1N1

4S1,2S2,1S3,3N
1, 1N2

3S1,2S2,1S3,5N1

Jumlah

3S1,1S2,2S3,1N1(n,d

Nilai Actual
Nilai Potensial

4S1,2S2,2N1,
1N2(n,d,f)

3S1,2S2,1S3,5N1(n,d

,f)

S1

S1

S1

,f)

SPL 5 400-600 mdpl, 25-40%, 3000-4000mm/thn, Asosiasi


Latosol Cokelat Kemerahan
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

130-150
cm

S1

S1

S1

Kelas Besar
butir

Liat

S1

S1

S1

Permiabilita
s

Cepatsangat
cepat

N1

S2

S1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

5,0 6,0

S1

S2

S3

Drainase

Kurang
baik

S2

N1

S2

Erodibilitas

Peka erosi

S2

S3

No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

400-600
mdpl

S3

S2

S2

11

Kemiringan

25-40%

N1

N2

N1

5S1,1S2,2S3,
2N1

4S1,4S2,1S3,1N1,
1N2

5S1,2S2,3S3,1N1

3S1,4S2,1N2(n,d,f)

4S1,1S2,2S3,1N1(n,d,f)

S2

S1

Jumlah

4S1,1S3,2N1(n

Nilai Actual

,d,f)

Nilai Potensial

S1

SPL 6 200-400 mdpl, 25-40%, 3000-4000mm/thn, Asosiasi


Latosol Coklat Kemerahan
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

130150 cm

S1

S1

S1

Kelas Besar
butir

Liat

S1

S1

S1

Permiabilitas

Cepatsangat
cepat

N1

S2

S1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

5,0 6,0

S1

S2

S3

Drainase

Kurang
baik

S2

N1

S2

Erodibilitas

Peka
erosi

S2

S3

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

400600

S3

S2

S2

No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

N1

N2

N1

Jumlah

5S1,1S2,2S3,2N1

4S1,4S2,1S3,1N1,
1N2

5S1,2S2,3S3,1N1

Nilai Actual

4S1,
1S3,2N1(n,d,f)

3S1,4S2,
1N2(n,d,f)

4S1,1S2,2S3,1N1(n,d,f)

Nilai Potensial

S1

S2

S1

mdpl
11

Kemiringan

25-40%

SPL 7 400-600 mdpl, 15-20%, 3000-4000mm/thn, Asosiasi


Latosol Cokelat Kemerahan
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

130150 cm

S1

S1

S1

Kelas Besar
butir

Liat

S1

S1

S1

Permiabilitas

Cepatsangat
cepat

N1

S2

S1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

5,0
6,0

S1

S2

S3

Drainase

Kurang
baik

S2

N1

S2

Erodibilitas

Peka
erosi

S2

S3

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

400600
mdpl

S2

S2

S2

11

Kemiringan

15-20%

N1

N2

N1

5S1,2S2,1S3,2N1

4S1,4S2,1S3,1N1,
1N2

5S1,2S2,3S3,1N1

Jumlah

Nilai Actual

5S1,1S2,2N1(n,d,)

4S1,4S2, 1N2(n,d,)

5S1,1S2,2S3,1N1(n,d,)

Nilai Potensial

S1

S1

S1

SPL 8 0-200 mdpl, 15-20%, 3000-4000 mm/thn, Asosiasi


Latosol Cokelat Kemerahan
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

130-150
cm

S1

S1

S1

Kelas Besar
butir

Liat

S1

S1

S1

Permiabilitas

Cepatsangat
cepat

N1

S2

S1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

5,0 6,0

S1

S2

S3

Drainase

Kurang
baik

S2

N1

S2

Erodibilitas

Peka erosi

S2

S3

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

0-200 mdpl

S1

S1

S1

11

Kemiringan

15-20 %

N1

N2

N1

Jumlah

6S1,1S2,1S3,2N1

5S1,3S2,1S3,1N1,
1N2

6S1,3S2,3S3,1N1

Nilai Actual

5S1,2N1((s,n,d)

4S1,3S2,
1N2(s,n,d)

5S1,2S2,2S3,1N1

Nilai Potensial

S1

S1

S1

SPL 9 400 600 mdpl, 15-20%, 3000-4000 mm/thn, Asosiasi


Latosol Cokelat Kemerahan
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

130150 cm

S1

S1

S1

Kelas Besar
butir

Liat

S1

S1

S1

Permiabilitas

Cepatsangat
cepat

N1

S2

S1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

5,0 6,0

S1

S2

S3

Drainase

Kurang
baik

S2

N1

S2

Erodibilitas

Peka
erosi

S2

S3

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

400600
mdpl

S3

S2

S2

11

Kemiringan

15-20%

N1

N2

N1

Jumlah

5S1,1S2,2S3,2N1

4S1,4S2,1S3,1N1,
1N2

5S1,2S2,3S3,1N1

Nilai Actual

4S1,1S3,2N1(n,d,f)

3S1,4S2,1N2(n,d,f)

4S1,1S2,2S3,1N1(n,d,f)

Nilai Potensial

S1

S2

S1

SPL 10
400-600 mdpl, 2-8%, 3000-4000mm/thn, Asosiasi
Latosol Cokelat Kemerahan
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

130150 cm

S1

S1

S1

Kelas Besar
butir

Liat

S1

S1

S1

No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Permiabilitas

Cepatsangat
cepat

N1

S2

S1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

5,0 6,0

S1

S2

S3

Drainase

Kurang
baik

S2

N1

S2

Erodibilitas

Peka
erosi

S2

S3

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

400600
mdpl

S3

S2

S2

11

Kemiringan

25-40%

N1

N2

N1

Jumlah

5S1,1S2,2S3,2N1

4S1,1S4,1S3,1N1,
1N2

5S1,2S2,3S3,1N1

Nilai Actual

4S1,1S3,2N1(n,d,f)

3S1,4S2,1N2(n,d,f)

4S1,1S2,2S3,1N1(n,d,f)

Nilai Potensial

S1

S2

S1

SPL 11
200-400 mdpl, 2-8%, 3000-4000mm/thn, Asosiasi
Latosol Cokelat Kemerahan
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

130-150 cm

S1

S1

S1

Kelas Besar
butir

Liat

S1

S1

S1

Permiabilitas

Cepatsangat
cepat

N1

S2

S1

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

5,0 6,0

S1

S2

S3

No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Drainase

Kurang baik

S2

N1

S2

Erodibilitas

Peka erosi

S2

S3

Banjir

Tanpa banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

200-400
mdpl

S1

S2

S2

11

Kemiringan

2-8%

N1

S3

S2

Jumlah

6S1,1S2,1S3,2N1

4S1,4S2,2S3,1N1

5S1,3S2,3S3,

Nilai Actual

5S1,2N1(n,d,f)

3S1,4S2,1S3(n,d,f)

4S1,2S2,2S3(n,d,f)

Nilai Potensial

S1

S2

S1

SPL 12
200-400 mdpl, 8-15%, 3000-4000mm/thn, Asosiasi
Latosol Cokelat Kemerahan
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman Efektif

130-150 cm

S1

S1

S1

Kelas Besar butir

Liat

S1

S1

S1

Permiabilitas

Cepatsangat cepat

N1

S2

S1

Kesuburan tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

5,0 6,0

S1

S2

S3

Drainase

Kurang baik

S2

N1

S2

Erodibilitas

Peka erosi

S2

S3

Banjir

Tanpa banjir

S1

S1

S1

Zona Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

200-400
mdpl

S1

S2

S2

11

Kemiringan

8-15%

N1

N1

S3

6S1,1S2,1S
3,2N1

4S1,4S2,1S3
,2N1

5S1,2S2,4S

5S1,2N1(n,d,

3S1,4S2,1N1

4S1,1S2,3S

f)

(n,d,f)

3(n,d,f)

S1

S2

S1

Jumlah
Nilai Actual
Nilai Potensial

3,

SPL 13
200-400 mdpl, 8-15%, 3000-4000mm/thn, Asosiasi
Mediteran Cokelat Kemerahan
N
o

Sifat Fisik

Simbo
l

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

90-200
cm

S1

S1

S2

Kelas Besar
butir

Lempung
-liat

S1

S1

S1

Permiabilita
s

Sedang

S2

S2

S2

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

6,0 7,5

S1

S1

S2

Drainase

Sedang

S2

N1

N1

Erodibilitas

Peka
erosi

S3

S3

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

200-400
mdpl

S1

S2

S2

11

Kemiringan

8-15%

N1

N1

S3

6S1,2S2,1S3,1N

Nilai Actual

5S1,2S2,2S3,2N1

3S1,4S2,3S3,1N

Nilai Potensial

5S1,1S2,1N1(n,d,f

4S1,2S2,1S3,1N1(n,d,f

2S1,4S2,2S3(n,d,f

S3

S3

S2

SPL 14
400-600 mdpl, >40%, 1247 mm/thn, Asosiasi
Mediteran Coklat Kemerahan
N
o

Sifat Fisik

Sim
bol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

90-200
cm

S1

S1

S2

Kelas Besar
butir

Lempung
-liat

S1

S1

S1

Permiabilitas

Sedang

S2

S2

S2

N
o

Sifat Fisik

Sim
bol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

6,0 7,5

S1

S1

S2

Drainase

Sedang

S2

N1

N1

Erodibilitas

Peka
erosi

S3

S3

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

400-600
mdpl

S2

S2

S2

11

Kemiringan

>40%

N1

N2

N1

5S1,3S2,1S3,1
N1

5S1,2S2,2S3,1N1,
1N2

3S1,4S2,2S3,2N1

4S1,2S2,1N1(n,d,

4S1,2S2,1S3,1N2(n,d

2S1,4S2,1S3,1N1(n,d

f)

,f)

,f)

S1

S1

S3

Jumlah
Nilai Actual
Nilai Potensial

SPL 15
600-800 mdpl, >40%, 3000-4000mm/thn, Asosiasi
Mediteran Coklat Kemerahan
N
o

Sifat Fisik

Simb
ol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

90-200
cm

S1

S1

S2

Kelas
Besar butir

Lempun
g-liat

S1

S1

S1

Permiabilit
as

Sedang

S2

S2

S2

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

6,0 7,5

S1

S1

S2

Drainase

Sedang

S2

N1

N1

Erodibilitas

Peka
erosi

S3

S3

N
o

Sifat Fisik

Simb
ol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

600-800
mdpl

S3

S2

S2

11

Kemiringan

>40%

N1

N2

N1

5S1,2S2,2S3,1N1

5S1,2S2,2S3,1N1,
1N2

5S1,4S2,2S3,2N1

4S1,1S2,1S3,1N1(n,

4S1,2S2,1S3,1N2(n,

4S1,4S2,1S3,1N1(n,

d,f)

d,f)

d,f)

S1

S3

S1

Jumlah
Nilai Actual
Nilai Potensial

SPL 16
400-600 mdpl, 8-15%, 3000-4000 mm/thn,
Asosiasi Mediteran Cokelat Kemerahan
N
o

Sifat Fisik

Simbo
l

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

90-200
cm

S1

S1

S2

Kelas Besar
butir

Lempung
-liat

S1

S1

S1

Permiabilita
s

Sedang

S2

S2

S2

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

6,0 7,5

S1

S1

S2

Drainase

Sedang

S2

N1

N1

Erodibilitas

Peka
erosi

S3

S3

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

400-600
mdpl

S2

S2

S2

11

Kemiringan

8-15%

N1

N1

S3

5S1,3S2,1S3,1N

Jumlah

3S1,4S2,3S3,1N

5S1,2S2,2S3,2N1

Nilai Actual
Nilai Potensial

4S1,2S2,1N1(n,d,f

4S1,2S2,1S3,1N1(n,d,f

2S1,4S2,2S3(n,d,f

S1

S1

S2

SPL 17
400-600 mdpl,25-40%, 3000-4000 mm/thn,
Asosiasi Mediteran Cokelat Kemerahan
N
o

Sifat Fisik

Simbo
l

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

90-200
cm

S1

S1

S2

Kelas Besar
butir

Lempung
-liat

S1

S1

S1

Permiabilita
s

Sedang

S2

S2

S2

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

6,0 7,5

S1

S1

S2

Drainase

Sedang

S2

N1

N1

Erodibilitas

Peka
erosi

S3

S3

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

400-600
mdpl

S2

S2

S2

11

Kemiringan

25-40%

N1

N2

N1

5S1,3S2,1S3,1N

5S1,2S2,2S3,1N1
, 1N2

3S1,4S2,2S3,2N1

Jumlah

Nilai Actual
Nilai Potensial

5S1,2S2,1N1(n,d)
S1

5S1,2S2,1S3,
1N2(n,d)

3S1,4S2,1S3,1N1(n,d

S1

S2

SPL 18
200-400 mdpl, >40%, 3000-4000 mm/thn, Asosiasi
Mediteran Cokelat Kemerahan
No

Sifat Fisik

Simbol

Nilai

TPSTH

TPLK

TT

Kedalaman
Efektif

90-200 cm

S1

S1

S2

Kelas Besar
butir

Lempungliat

S1

S1

S1

Permiabilitas

Sedang

S2

S2

S2

Kesuburan
tanah

Rendah

S3

S3

S3

pH

6,0 7,5

S1

S1

S2

Drainase

Sedang

S2

N1

N1

Erodibilitas

Peka erosi

S3

S3

Banjir

Tanpa
banjir

S1

S1

S1

Zona
Agroklimat

A1

S1

S1

S1

10

Ketinggian

200-400
mdpl

S1

S2

S2

11

Kemiringan

>40%

N1

N2

N1

Jumlah

6S1,2S2,1S3,1N1

5S1,2S2,2S3,1N1,
1N2

3S1,4S2,2S3,2N1

Nilai Actual

6S1,1S2(n,d,t)

5S1,2S2,1S3(n,d,t)

3S1,4S2,1S3(n,d,t)

Nilai Potensial

S2

S2

S3

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Studi Kecamatan


Cikalongkulon
Diajukan untuk memenuhi Tugas Individu Tata Guna Lahan
Semester GanjilTahun Akademik 2014/2015

Oleh:
Lara Atidhira Pamungkas

10070312084

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2013 M/1435 H

Anda mungkin juga menyukai