Refrat Polip Nasi
Refrat Polip Nasi
PENDAHULUAN
Polip hidung adalah peradangan mukosa hidung yang berisi cairan interseluler
dan berupa massa lunak.1 Bentuk polip bulat atau lonjong dan berwarna putih keabuabuan atau pucat. Bermacam-macam teori mengenai penyebab timbulnya polip hidung
telah sering diajukan, tetapi belum ada teori yang dapat diterima dengan mutlak.
Mungkin juga timbulnya polip disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Yang pasti
polip tidak timbul secara kongenital. Teori tersebut antara lain teori alergi, teori
peradangan dan infeksi, teori obstruksi mekanik, teori gangguan saraf, teori supurasi
sinus, teori pembuluh darah dan limfe. Pada penelitian akhir-akhir ini dikatakan bahwa
polip berasal dari adanya epitel mukosa yang rupture oleh karena trauma, infeksi, dan
alergi yang menyebabkan edema mukosa, sehingga jaringan menjadi prolaps.2
Fenomena Bernoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui tempat
yang sempit akan mengakibatkan tekanan negative pada daerah sekitarnya. Jaringan yang
lemah akan terhisap oleh tekanan negatif sehingga mengakibatkan edema mukosa dan
pembentukan polip. Fenomena ini menjelaskan mengapa polip kebanyakan berasal dari
area yang sempit di kompleks osteo meatal di meatus media. Walaupun demikian polip
dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan sering kali bilateral
atau multiple.
Angka kejadian polip hidung secara pasti belum diketahui. Penelitian di Eropa
Timur melaporkan prevalensi polip hidung dengan sinusitis maksilaris 1,3%, sedangkan
Amerika Utara diperkirakan 1 4%.6 Polip hidung dapat timbul pada semua umur tetapi
umumnya dijumpai pada penderita dewasa muda berusia antara 30 60 tahun, sedangkan
perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2 4 : 1 dan tidak ada kekhususan
ras pada kejadian polip hidung.2
Gejala utama polip hidung adalah sumbatan hidung dan hilangnya sensasi bau.
Berat ringannya tergantung besar kecilnya polip, atau pada saat mendapat serangan
radang atau alergi. Rinore biasanya encer atau mukopurulen bila ada infeksi, dan dapat
menetes ke belakang sebagai post nasal drip. Keluhan sering disertai bersin-bersin bila
latar belakang alergi yang mendasarinya. Infeksi sinus paranasal dapat terjadi bersamaan
dengan polip hidung.
Polip hidung sangat mengganggu pada kebanyakan pasien dan pengobatannya
pun masih kontroversial. Penyakit ini sering berulang dan memerlukan pengobatan yang
lama sampai bertahun-tahun. Dengan demikian pengobatannya bertujuan untuk
mengurangi besarnya atau menghilangkan polip supaya aliran udara hidung menjadi
lapang dan penderita dapat bernapas dengan baik. Selanjutnya gejala-gejala rinitis dapat
dihilangkan dan fungsi penciuman kembali normal. Terdapat beberapa pilihan
pengobatan untuk polip hidung mulai dari pemberian obat-obatan, pembedahan
konvensional sederhana dengan menggunakan snare polip sampai pada bedah endoskopi
yang memakai alat lebih lengkap. Walaupun demikian angka kekambuhan masih tetap
tinggi sehingga memerlukan sejumlah operasi ulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga
hidung, bewarna putih keabu-abuan yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Polip
kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat bilateral.
Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah belakang,
muncul di nasofaring dan disebut polip koana. Polip koana (polip antrum koana) adalah
polip yang besar dalam nasofaring dan berasal dari antrum sinus maksila. Polip ini keluar
melalui ostium sinus maksila dan ostium asesorisnya lalu masuk ke dalam rongga hidung
kemudian lanjut ke koana dan membesar dalam nasofaring. 1
II.2 ETIOLOGI
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitifitas atau reaksi
alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum
diketahui dengan pasti tetapi ada keragu raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus
paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.2
Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus,
yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip
banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak
mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang
dewasa dan jarang pada anak anak. Pada anak anak, polip mungkin merupakan gejala
dari kistik fibrosis.
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain : Alergi
terutama rinitis alergi, sinusitis kronik, iritasi, sumbatan hidung oleh kelainan anatomi
seperti deviasi septum dan hipertrofi konka, peradangan mukosa hidung dan sinus
paranasal yang kronik dan berulang, gangguan keseimbangan vasomotor dan edema.
Peningkatan tekanan cairan interstitial sehingga timbul edema mukosa hidung.
Terjadinya edema ini dapat dijelaskan oleh fenomena Bernoulli, yaitu udara yang
mengalir melalui tempat yang sempit akan menimbulkan tekanan negatif pada daerah
sekitarnya sehingga jaringan yang lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negatif
tersebut. Akibatnya timbulah edema mukosa. Keadaan ini terus berlangsung hingga
terjadilah polip hidung.2
II.3 PATOFISIOLOGI
Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf
otonom serta predisposisi genetik. Menurut teori Brenstein, terjadi perubahan mukosa
hidung akibat peradangan atau aliran udara yang bertubulensi, terutama di daerah sempit
di kompleks ostiomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan
pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh
permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.1
Teori lain mengatakan karena ketidakseimbngan saraf vasomotor, terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang menyebabkan
edema dan lama kelamaan menjadi polip. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang
sembab semakin membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung
dengan membentuk tangkai.1
II.4 DIAGNOSIS
Cara menegakkan diagnosa polip hidung, yaitu :1
Anamnesis
Keluhan utama penderita polip nasi ialah hidung rasa tersumbat dari yang ringan
sampai berat, rinore mulai yang jernih sampai purulen, hiposmia atau anosmia.
Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala
daerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan
rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul ialah bernafas melalui mulut,
suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Dapat
menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi,
terutama pada penderita polip nasi dengan asma. Selain itu harus ditanyakan
riwayat rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainnya
serta alergi makanan.
Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Terlihat deformitas hidung luar sehingga hidung tampak melebar
- Rhinoskopi anterior
Memperlihatkan massa translusen pada rongga hidung. Deformitas septum
membuat pemeriksaan menjadi lebih sulit. Tampak sekret mukus dan
polip multipel atau soliter. Polip kadang perlu dibedakan dengan konka nasi
inferior, yakni dengan cara memasukan kapas yang dibasahi dengan larutan
efedrin 1% (vasokonstriktor), konka nasi yang berisi banyak pembuluh darah
akan mengecil, sedangkan polip tidak mengecil. Polip dapat diobservasi berasal
dari daerah sinus etmoidalis, ostium sinus maksilaris atau dari septum
- Rhinoskopi Posterior
Kadang - kadang dapat dijumpai polip koanal.Sekret mukopurulen ada
kalanya berasal dari daerah etmoid atau rongga hidung bagian superior, yang
menandakan adanya rinosinusitis
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997), stadium 1 :
polip masih terbatas di meatus medius, stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus
medius, tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung, stadium 3
: polip yang masif, polip yang sudah menyebabkan obstruksi total.
Naso-Endoskopi
Adanya fasilitas endoskop (teleskop) akan sangat membantu diagnosis kasus
polip yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada
pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.
Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari
ostium asesorius sinus maksila.Untuk melihat polip yang masih kecil dan belum
keluar dari kompleks osteomeatal.
Radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan di dalam sinus,
tetapi kurang bermamfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi komputer
(TK, CT scan) sangat bermamfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung
dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau
sumbatan pada kompleks ostiomeatal. TK terutama diindikasikan pada kasus
polip yang gagal diobati dengan terpai medikantosa, jika ada komplikasi dari
sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah endoskopi.
Biopsi
Di anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut, menyerupai
keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi tulang pada
foto polos rontgen.
II.5 PENATALAKSANAAN
Pengobatannya berupa terapi obat-obatan dan operasi. Terapi medikamentosa
ditujukan pada polip yang masih kecil yaitu pemberian kortikosteroid sistemik yang
diberikan dalam jangka waktu singkat, dapat juga diberiksan kortikosteroid hidung atau
kombinasi keduanya.3,4
polip yang diangkat adalah polip yang sangat besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan
di kompleks osteomeatal. Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita
berikan sebelum dan sesudah operasi. Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk
langkah profilaksis pasca operasi.3,5
10
BAB III
KESIMPULAN
Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga
hidung, bewarna putih keabu-abuan yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Bentuk polip
bulat atau lonjong dan berwarna putih keabu-abuan atau pucat. Bermacam-macam teori
mengenai penyebab timbulnya polip hidung telah sering diajukan, tetapi belum ada teori
yang dapat diterima dengan mutlak.
Gejala utama polip hidung adalah sumbatan hidung dan hilangnya sensasi bau.
Berat ringannya tergantung besar kecilnya polip, atau pada saat mendapat serangan
radang atau alergi. Rinore biasanya encer atau mukopurulen bila ada infeksi, dan dapat
menetes ke belakang sebagai post nasal drip. Keluhan sering disertai bersin-bersin bila
latar belakang alergi yang mendasarinya. Infeksi sinus paranasal dapat terjadi bersamaan
dengan polip hidung.
Polip hidung sangat mengganggu pada kebanyakan pasien dan pengobatannya
pun masih kontroversial. Penyakit ini sering berulang dan memerlukan pengobatan yang
lama sampai bertahun-tahun. Dengan demikian pengobatannya bertujuan untuk
mengurangi besarnya atau menghilangkan polip supaya aliran udara hidung menjadi
lapang dan penderita dapat bernapas dengan baik. Selanjutnya gejala-gejala rinitis dapat
dihilangkan dan fungsi penciuman kembali normal. Terdapat beberapa pilihan
pengobatan untuk polip hidung mulai dari pemberian obat-obatan, pembedahan
konvensional sederhana dengan menggunakan snare polip sampai pada bedah endoskopi
yang memakai alat lebih lengkap.
11
DAFTAR PUSTAKA
1.
Penanganan Alergi dan Polip Hidung, Makassar : Perhati-KL Cab. Sulselra, 2001
4.
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode Januari 1993 Desember 1995. Kumpulan
Naskah Ilmiah PIT. PERHATI. Batu -Malang.
5.
12