Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMENTAL


PERCOBAAN 4
ANALISIS KUALITATIF BAHAN KIMIA OBAT FUROSEMID
DAN HIDROKLOROTIAZIDA DALAM OBAT TRADISIONAL
DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Disusun Oleh :
Iriyanti

(G1F010052)

Desi Sutanti

(G1F010052)

Nita Dwi I.

(G1F010053)

Okty Fitria I.Z.

(G1F010054)

Indra Pradipta

(G1F010057)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2012
ANALISIS KUALITATIF BAHAN KIMIA OBAT FUROSEMID DAN
HIDROKLOROTIAZIDA DALAM OBAT TRADISIONAL DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

I.

TUJUAN
Memahami dan mampu membuat bercak / menotolkan sampel, mengelusi,

dan mengidentifikasi bahan kimia obat dalam suatu sampel dengan Kromatografi
Lapis Tipis.

II.

ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:


1. Pipa kapiler
2. Beker glass 100 mL
3. Chamber dan penutupnya
4. Batang penganduk
5. Pipet volume 5 mL
6. Pipet tetes
7. Penggaris
8. Pensil
9. Mortir dan Stamper
10. Spektrofotometer UV
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

III.

Silica GF254
Larutan Furosemid
Larutan Hidroklorotiazid
Larutan Jamu+BKO
Metanol
Etil asetat
Larutan FeCl3
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Penotolan sampel
Silica Gel
-

Diaktifkan (dioven pada 110oC selama 30 menit)


Dibuat garis start setinggi 1cm dari tepi bawah
Dibuat garis front setinggi 1cm dari tepi atas

- Ditotolkan bercak pada garis start dengan jarak 1,5 cm


-Tiap bercak (Hidroklorotiazid, Jamu Murni, BKO dan Furosemid)
ditotolkan 3 kali dengan tiap penotolan dikeringkan terlebih dahulu

Hasil
2. Elusi sampel
Lempeng Silica Gel
-Dimasukan kedalam ruang elusi (chamber) yang berisi eluen
(methanol:etil asetat, 2:3)
- Dijenuhkan dengan uap eluen dengan arah elusi naik, tinggi permukaan
-

eluen tidak boleh melebihi garis start


Chamber ditutup, dibiarkan eluen naik sampai garis front
Kertas diangkat dan dikeringkan

Hasil
3. Deteksi /penampakan bercak
Lempeng Silica Gel yang sudah dielusi
-Diamati pada Sinar UV 254 dan 366 nm
-Diberi tanda noda yang tampak
-Disemprot dengan larutan FeCl3
-Diamati noda yang timbul
-Dikeringkan
-Diukur jarak masing-masing bercak
-Dihitung harga Rf dan evaluasi hasil data

IV.

Hasil
DATA
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Hasil KLT pada mata telanjang

KLT pada Sinar UV 254 dan

366 nm

Perbandingan metanol : etil asetat = 2:3


Metanol = 2 mL
Etil asetat = 3 mL
Jarak tepi bawah-garis start
Jarak garis start-garis front
Jarak interval

= 1 cm
= 8 cm
= 1,5 cm

Jarak yang

Jarak yang

ditempuh senyawa

ditempuh pelarut

Furosemid

3,7 cm

5,4 cm

0,685

Hidroklortiazid

4,7 cm

6,2 cm

0,76

BKO

4,3 cm

6,3 cm

0,682

JM

5,6 cm

6,3 cm

0,89

No

Senyawa

Rf

Rf Jamu murni

= 5,6 = 0,89
6,3

Rf BKO

= 4,3 = 0,682
6,3

Rf Furosemid

= 4,7 = 0,685
5,4

Rf Hidrochlorothiazid

= 4,7 = 0,76
6,2

Rf

V.

PEMBAHASAN
1.

Monografi dari bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:


Furosemid

Nama Resmi

: FUROSEMIDUM

Berat Molekul : 330,74


Rumus Molekul : C12H11ClN2O5S
Pemerian

: Serbuk hablur, putih sampai hampir kuning, tidak


berbau

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam


aseton, dalam dimetilformamida dan dalam larutan
alkali hidroksida; larut dalam methanol; agak sukar
larut dalam etanol; sukar larut dalam eter; sangat
sukar larut dalam kloroform ( Anonim, 1995 ).

2.

Hidroklorotiazida

Nama Resmi

: HYDROCHLOROTHIAZIDUM

Berat Molekul

: 297,73

Rumus Molekul : C7H8ClN3O4S2


Pemerian

: Serbuk hablur, putih atau praktis putih;praktis tidak


berbau.

Kelarutan

: Sukar larut dalam air, mudah larut dalam


larutan natrium hidroksida, dalam n-butilamina,
dan dalam dimetilformamida;agak sukar larut
dalam methanol; tidak larut dalam eter, dalam
kloroform dan dalam asam mineral encer
(Anonim, 1995).

- Metanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol
atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia
merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan
atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak
berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas
(berbau lebih ringan daripada etanol). Ia digunakan sebagai bahan

pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif
bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme
anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol
(dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol
tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar
matahari menjadi karbon dioksida dan air. Api dari metanol
biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati bila
berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat
api yang tak terlihat ( Patnaik, 2002 ).
- Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus
CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan
asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki
aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et
mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi
dalam skala besar sebagai pelarut ( Patnaik, 2002 ).
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil
(mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat
merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu
donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat
asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti
flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga
3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar.
Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun
demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa
atau asam ( Patnaik, 2002 ).

A. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi yang digunakan untuk memisahkan substansi


campuran menjadi komponen-komponennya dalam praktikum ini
yaitu Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT merupakan bentuk
kromatografi planar. Pada KLT fase diamnya berupa lapisan yang
seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh
lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Fase gerak yang
dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase
diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik
(ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada pengembang secara
menurun (descending). Kromatografi Lapis Tipis ini berkerja
berdasarkan prinsip yaitu, distribusi komponennya didasarkan atas
kelarutan komponen dalam fase diam dan fase gerak (Gandjar,2011).
Prinsip

KLT

adalah

pemisahan

komponen

kimia

berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi secara selektif karena adanya


perbedaan daya serap terhadap adsorben dan kelarutan komponen
kimia terhadap cairan pengelusi. Berdasarkan jenis kepolaran, Thin
Layer

Chromatography (TLC)

system, atau

disebut sebagai

kromatografi lapis tipis dibedakan menjadi dua, yaitu normal phase


(NP) dan reversed phase (RP). pada NP sistem, dimana digunakan
bahan bersifat polar sebagai fase diamnya, maka untuk fase geraknya
digunakan solvent yang memiliki kepolaran yang rendah. Pada
umumnya digunakan campuran antara kloroform dan metanol dengan
berbagai perbandingan dimana komponen kloroform diberikan porsi
yang

lebih

besar

sebagai

contoh

CHCl 3:MeOH

65:35,70:30,75:25 ). Sedangkan pada RP sistem solvent yang


digunakan memiliki sifat kepolaran yang tinggi, dalam hal ini
campuran antara metanol dan air merupakan perpaduan yang sering
digunakan dengan berbagai perbandingan misalnya MeOH:air =
30:40, 50:50, atau 30:20. Angka perbandingan ini disesuaikan dengan
karakteristik senyawa yang sedang diuji ( Nugroho, 2011 ).

Fase diam yang digunakan dalam praktikum ini adalah


silica gel. Silica gel adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom
silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang
besar. Namun, pada permukaan gel silika, atom silikon berlekatan
pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-OH selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari
permukaan silika.

Permukaan gel silika sangat polar dan karenanya gugus


-OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa
yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan
atraksi dipol-dipol. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah
aluminium-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga
memiliki gugus -OH.
Pertama yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, yaitu siapkan Silica
GF254. Buat titik start dengan jarak 1 cm dari bawah kertas dan garis
front dengan jarak 1 cm dari atas. Kemudian siapkan eluen yang
terdiri dari campuran metanol:etil asetat (2:3) lalu masukkan eluen ke
chamber dan ditutup. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk
meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap
dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia
biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh
pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah
penguapan pelarut. Tunggu sampai larutan jenuh, cara mengujinya
dengan cara memasukkan kertas saring lalu ditunggu hingga larutan

sampai ujung bibir chamber. Kemudian masukkan Silica Gel yang


telah ditotolkan larutan yang akan diuji (ditotolkan sebanyak 3 kali,
setiap kali penotolan tunggu dahulu sampai kering baru ditotolkan
kembali) pada garis start. Sampel yang akan diuji terlebih dahulu
dilarutkan dengan metanol. Tujuan pelarutan dengan metanol yaitu
agar totolan sampel cepat kering, karena metanol bersifat volatile
dibandingkan air. Pemisahan pada KLT yang optimal akan diperoleh
hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan
sesempit mungkin, karena jika sampel yang digunakan terlalu banyak
maka akan menurunkan resolusi. Penotolan sampel yang tidak tepat
akan menyeabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda
(Gandjar,2011).
Setelah dilakukan penotolan dan eluen telah jenuh, maka
tahap selanjutnya adalah mengembangkan sampel tersebut pada
chamber dan ditutup rapat. Fase gerak dibiarkan naik sampai garis
front, pengembangan pada praktikum ini dilakukan secara ascending.
Jika fase gerak telah mencapai garis front, maka silica gel diambil dan
dikeringkan. Setelah itu bercak yang timbul dideteksi pada sinar UV
254 dan 366 nm. Bercak furosemid ungu, bercak Hidroklorotiazid
tidak terlihat bercak berwarna oleh kasat mata, hal ini dikarenakan
karena senyawa Hidroklorotiazid tersebut tidak berwarna. bercak
jamu terlihat berwarna kuning. Bercak-bercak yang nampak tersebut
diukur jaraknya untuk kemudian dihitung harga Rf. Setelah diamati
pada sinar UV, silica gel disemprot dengan pereaksi warna dragendorf
dan dikeringkan kemudian diamati lagi bercak yang timbul. Lempeng
KLT dilihat di bawah UV 245 untuk melihat bercak yang tidak terlihat
secara visible. Penggunaan UV 254 dikarenakan lempeng silica gel
yang digunakan hanya dapat berflouresensi maksimal pada panjang
gelombang 254, maka semua bercak terlihat ketika dilihat pada UV
254. Lempeng KLT disemprot dengan pereaksi Dregendorf agar
becak yang dihasilkan terlihat berwarna. Beri tanda pada bercak/noda
yang tampak, lalu ukur jarak masing-masing bercak yang tampak.

Hasil analisis berdasarkan jarak bercak yang diperoleh dari


jamu campuran

tersebut didapatkan hasil

bahwa di dalam

jamu+BKO mengandung furosemid dan jamu murni, karena


didapatkannya niali Rf yang hampir sama antara Rf furosemid dan Rf
jamu+BKO yang sama-sama bernilai 0,6875. Hal ini berdasarkan
parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai
Rf. Dua senyawa dikatakan identik jika mempunyai nilai Rf yang
sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama. Jarak masing-masing
bercak komponen sampel diukur dari garis start sampai titik tengah
bercak, kemudian dihitung harga Rf masing-masing sampel dengan
menggunakan rumus. Nilai Rf yang diperoleh dari ketiga bercak
adalah untuk furosemid 0,6875, jamu+BKO 0,6875, HTC 0,8125.
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah
dan lebih murah dibandingkan dengan kroatografi kolom. Demikian
juga peralatan yang digunkan. Dalam kromatografi lapis tipis,
peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa
hamper semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara
cepat.

Beberapa keuntungan lain KLT adalah :

Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis

Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi


warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra
violet.

Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun


(descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi.

Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang


akan

ditentukan

merupakan

bercak

yang

tidak

bergerak

(Gandjar,2011).
KLT digunakan secara luas untuk analisis solut-solut
organik terutama dalam bidang biokimia, farmasi, klinis, forensik,
baik untuk analisis kualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf
solut dengan nilai Rf senyawa baku atau untuk analisis kualitatif.
Penggunaan umum KLT adalah untuk: menentukan banyaknya
komponen
berjalannya

dalam campuran,
suatu

reaksi,

identifikasi

menentukan

senyawa,
efektifitas

memantau
pemurnian,

menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta


untuk memantau kromatografi kolom, melakukan screening sampel
untuk obat ( Gandjar,2011 ).
VI.

KESIMPULAN
1. Analisis kualitatif bahan kimia obat furosemid dan hidroklorotiazida
dalam obat tradisional dapat dilakukan dengan menggunakan KLT
menggunakan eluen metanol : etil asetat ( 2:3).
2. Nilai Rf yang diperoleh dari keempat bercak adalah untuk furosemid
0,6875, jamu BKO 0,6875, hidroklorotiazida 0,8125.
3. Hasil yang didapat dari analisis tersebut bahwa di dalam jamu + BKO
mengandung furosemid dan jamu murni.

VII.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Gandjar, I.G dan Abdul Rohman. 2011. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.

Nugroho, Agung. 2011. Thin Layer Chromatography Kromatografi


Lapis Tipis

http://agn19.wordpress.com/2011/04/07/thin-layer-

chromatography-kromatografi-lapis-tipis/
Patnaik, Pradyot. 2002. Handbook of Inorganic Chemicals. McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai