Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN INDUSTRI HASIL TERNAK

PERSEDIAAN, PERAMALAN, DAN BREAK EVENT POINT (BEP)

Disusun oleh:
Abdus Shobri A
200110110122

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014

I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam industri peternakan banyak hal-hal yang harus dipelajari agar dapat
mencapai tujuan-tujuan yang berguna bagi perusahaan. Menejemen industri hasil
ternak merupakan salah satu ilmu yang sangat penting bagi industri peternakan. Poin
utama dari suatu perusahaan adalah daari manajemen yang ada dalam perusahaan
tersebut. Sebakin baik manajemen yang ada maka akan semakin maju perusahaan
tersebut, karena ilmu manajemen merupakan otak dan kerangka yang mengatur suatu
system agar terorganisis dan dapat berjalan dengan baik.
Banyak hal yang harus diakukan dalam mengatur suatu menejemen dalam
industri peternakan. Sebagaimana yang diketahui manajmen tidak bias begitu saja
atau langsung direncanakan tanpa mengetahui keadaan lingkungan sekitar dan
keadaan perusahaan yang akan dibuat. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu
perhitungan agar kita dapat memprediksi keuntungan dan kerugan dengan Break
Event Point (BEP), peramalan agar dapat memprediksi hasil yang akan di peroleh,
dan perlu juga diadakannnya persediaan barang yang akan dibutuhkan suatu waktu.
Dewasa ni kita masih belum mengetahui hal-hal tersebut. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan dibahas mengenai Break Event Point (BEP), peramalan dan
persediaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Manajemen persediaan dan fungsinya?
2. Apa saja Model-model yang ada di Manajemen persediaan?
3. Apa arti peramalan dalam manajemen dan fungsinya?
4. Apa saja jenis- jenis peramalan dalam manajemen industri?
5. Bagaimana manfaat BEP dalam menjalankan usaha agar tidak mengalami
kerugian?
6. Bagaimana cara menghitung BEP / menggunakan BEP dalam suatu usaha ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Manajemen persediaan dan fungsinya.
2. Mengetahui apa saja Model-model yang ada di Manajemen persediaan.
3. Mengetahui arti peramaan dalam manajemen dan fungsinya.
4. Mengetahui jenis- jenis peramalan dalam manajemen industry.
5. Bagaimana manfaat BEP dalam menjalankan usaha agar tidak mengalami
kerugian?
6. Bagaimana cara menghitung BEP / menggunakan BEP dalam suatu usaha ?

II
ISI
2.1 Persediaan
Persediaan adalah sumber daya menganggur (ide resource) yang menunggu
proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa
kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi
ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga (Nasution, 2003:103).
Adapun alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan pabrik
adalah karena :
1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk
memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses lain, yang disebut
persediaan dalam proses pemindahan.
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat
skedul oprasionalnya secara bebas, tidak tegantung dari bahan lainnya.
(Assauri, 1969 : 252)
2.1.1 Fungsi Persediaan
Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara
investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan. Keempat fungsi persediaan antara
lain :

Decouple atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai


contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan
mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari
pemasok.

Melakukan

decouple

perusahaan

dari

fluktuasi

permintaan

dan

menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi


pelanggan.

Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah


besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.

Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga.

Untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan tersebut, perusahaan harus


memelihara empat jenis persediaan yaitu pertama, Persediaan barang mentah (raw
material inventory), persediaan. ini dapat digunakan untuk melakukan decaople
(memisahkan ) pemasok dari proses produksi. Pendekatan yang dipilih adalah
menghilangkan variabilitas pemasok akan kualiatas, kuantitas, atau waktu
pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan.
Kedua, persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP inventory),
adalah komponen komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses
perubahan,tetapi belum selesai. WIP adalah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu produk (disebut waktu siklus). mengurangi waktu siklus akan
mengurangi persediaan
Ketiga, MRO (maintenance, repair, operating), persediaan persediaan yang
disedikan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi yang dibutuhkan
untuk menjaga agar mesin mesin dan proses proses tetap produktif. MRO ada karena
kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan
tidak di ketahui. Keempat, persediaan barang jadi, adalah produk ynag telah selesai
dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukan ke persediaan
karena permintaan pelanggan dimasa mendatang tidak diketahui.
2.1.2 Manajemen Persediaan
Manajer operasi membuat sistem-sistem untuk mengelola persediaan. ada dua
unsur dari system tersebut yaitu:
1. bagaimana barang barang persediaan dapat diklasifikasikan (analisis ABC)
dan
2. seberapa akurat catatan persediaan dapat dijaga. Kemudian kita akan
mengamati control persediaan dalam sektor pelayanan.

Analisis ABC
Analisis ABC membagi persediaan yang ada menjadi tiga klasifikasi dengan

basis volume dolar tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari
prinsip pareto. Prinsip pareto menyatakan terdapat sedikit hal yang kritis dan banyak

yang sepele. Gagasannya adalah untuk membuat kebijakan kebijakan persediaan


yang memfokuskan persediaan pada bagian-bagian persediaan kritis yang sedikit dan
tidak pada banyak yang sepele. Untuk menentukan volume dolar tahunan dari analisis
ABC, kita mengukur permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dikalikan
biaya perunitnya.

Akurasi Catatan
Akurasi catatan sangat penting bagi manajemen untuk mengetahui persediaan

yang tersedia. Akurasi catatan adalah sebuah unsur kritis dalam sistem produksi dan
persediaan. Akurasi catatan membuat manajemen fokus pada barang-barang yang
diperlukan daripada menetapkan untuk yakin bahwa beberapa dari semuanya
berada dalam persediaan. Ketika sebuah organisasi dapat menentukan secara akurat
apa yang dimilikinya sekarang, organisasi tersebut dapat mengambil keputusan yang
tepat mengenai pemesanan, penjadwalan, dan pengiriman.
Sama halnya dengan penyimpanan catatan masuk dan keluar, keamanan ruang
penyimpanan harus baik untuk dapat menjamin akurasi. Sebuah ruang penyimpanan
yang tertata dengan baik akan memiliki akses yang terbatas, housekeeping yang baik,
dan area penyimpanan yang menyimpan persediaan dalam jumlah yang tetap. Wadahwadah, rak-rak, dan bagian-bagian akan diberi label secara akurat.

Perhitungan Siklus

Walaupun sebuah organisasi mungkin telah memuat usaha-usaha besar untuk


mencatat persediaan secara akurat, catatan-catatan ini harus diverifikasi melalui audit
berkelanjutan. Audit-audit semacam ini dikenal dengan perhitungan siklus (cycle
counting). Berdasarkan sejarah, banyak perusahaan melakukan persediaan fisik
tahunan. Praktik ini kerap harus dilakukan dengan menutup fasilitas dan menugaskan
orang-orang tidak berpengalaman untuk menghitung bagian-bagian dan bahan.
Catatan-catatan persediaan seharusnya diverifikasi melalui perhitungan siklus.
Perhitungan siklus menggunakan klasifikasi persediaan yang dikembangkan melalui
anlisis ABC. Dengan prosedur-prosedur perhitungan siklus, barangbarang dihitung,
catatan-catatan diverifikasi, dan ketidakakuratan didokumentasikan secara periodik.
Kemudian, penyebab ketidakakuratan dilacak dan diambil tindakan perbaikan yang

tepat untuk menjamin integritas sistem persediaannya. Barang-barang A mungkin


akan sering dihitung satu bulan sekali; barang-barang B mungkin akan dihitung setiap
3 bulan sekali; dan barang-barang C mungkin akan dihitung setiap 6 bulan sekali.
Perhitungan siklus juga memiliki berbagai keuntungan berikut:
1. Menghindarkan penutupan dan interupsi produksi yang diperlukan untuk
inventarisasi fisik tahunan.
2. Menghilangkan penyesuaian persediaan tahunan.
3. Audit akurasi persediaan dilakukan oleh pegawai terlatih
4. Mempermudah pengidentifikasian dan penanggulangan atas penyebab
kesalahan
5. Menjaga akurasi catatan-catatan persediaan.

Kontrol Persediaan Pelayanan


Manajemen dari persediaan pelayanan layak mendapatkan pertimbangan

khusus. Sebagai contoh, persediaan ekstensif yang disimpan dalam bisnis grosir dan
eceran membuat manajemen persediaan sangat penting dan seriing menjadi faktor
penentu dalam kemajuan manajer. Dalam bisnis pelayanan makanan, contohnya,
kontrol persediaan dapat membuat perbedaaan antara kesuksesan dan kegagalan.
Lebih dari itu, persediaan yang berada dalam posisi transit atau tidak digunakan
dalam gudang sama saja dengan nilai yang hilang. Sama halnya, kerusakan atau
pencurian sebelum terjual adalah kerugian. Dalam bisnis eceran, persediaan yang
tidak tercatat dlam kuitansi saat penjualan dikenal dengan penyusutan. Penyusutan
muncul dari kerusakan dan pencurian, juga dari administrasi yang ceroboh. Pencurian
persediaan juga dikenal dengan pilferage. Kerugian persediaan eceran sebesar 1%
dari penjualan dapat dianggap baik dengan mempertimbangkan ahwa kerugian di
banyak toko melebihi 3%. Beriku teknik-teknik dalam akurasi dan kontrol
persediaan.
1. Pemilhan, pelatihan, dan pendisiplinan yang baik
Hal-hal ini tidaklah mudah, tetapi sangat diperlukan dalm operasi-operasi pelayanan
makanan, grosir, dan eceran di mana pegawai memiliki akses ke barang yang
langsung dikonsumsi.

2. Kontrol yang ketat dari pengiriman yang datang


Tugas ini diselesaikan oleh banyak perusahaan melalui penggunaan barcode dan
sistem radio frequency ID (RFID) yang membaca setiap pengiriman yang datang dan
memeriksa jumlah hitungan terhadap pesanan pembelian secara otomatis. Jika
dirancang dengan tepat, sistem ini sulit dikalahkan. Setiap barang memiliki stock
keeping unit yang unik.
3. Kontrol yang efektif atas semua barang yang meninggalkan fasilitas
Tugas ini diselesaikan dengn barcode pada barang yang dikirimkan, pita magnetis
pada barang, atau melalui observasi langsung. Observasi langsung dapat dijaga oleh
pegawai pada pintu keluar dan dlam daerah-daerah yang berpotensi kerguian tinggi
atau dapat berbentuk cermin satu arah dan pengawasan video. Operasi eceran yang
sukses memerlukan kontrol tingkat toko yang sangat baik dengan persediaan yang
akurat di lokasinya yang sesuai. Baru-baru ini, sebuah studi menemukan bahwa
konsumen dan pelayan toko tidak dapat menemukan 16% dari barang-barang
di salah satu pengecer terbesar Amerika Serikat bukan karena barangnya habis,
melaiinkan mereka salah meletakkannya (dalam ruangan belakang, daerah
penyimpanan, atau di lorong yang salah). Melalui perkiraaan peneliti, pengecerpengecer besar kehilangan 10% sampai 25% dari keuntungan totalnya karena catatancatatan persediaan yang buruk atau tidak akurat.

2.1.3 Model-model Persediaan


Sekarang, kita melihat bergam model persediaan dan biaya terkait dengan
persediaan.

Permintaan Independen versus Permintaan Dependen

Model-model kontrol persediaan mengasumsikan bahwa permintaan untuk


sebuah barang independen dari atau dependen pada permintaan akan barang lain.
Sebagai contoh, permintaan untuk kopi independen terhadap permintaan untuk
garam. Akan tetapi, permintaan gula dependen terhadap permintaan kopi.

Biaya Penyimpanan, Pemesanan, dan Penyetelan


Biaya penyimpanan (holding cost) mencakup biaya dengan menyimpan

persediaan selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga
mencakup biaya barang usang dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti
asuransi, pegawai tambahan, dan pembayaran bunga. Tabel di bawah ini akan
menunjukkan jenis-jenis biaya yang harus dievaluasi untuk menentukan besarnya
biaya penyimpanan. Banyak perusahaan yang tidak berhasil menyertakan semua
biaya penyimpanan persediaan. Akibatnya, biaya penyimpanan persediaan sering
ditetapkan kurang dari sebenarnya.

Menentukan Biaya Penyimpanan Persediaan


Biaya pemesanan(ordering cost) mencakup biaya dari persediaan, formulir,

proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan seterusnya. Ketika pesanan


sedang diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagan dari biaya
penyetelan. Biaya penyetelan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah
mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga
kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer
operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan
serta menggunakan prosedur yang efisien, seperti pemesanan dan pembayaran
elektronik.
Dalam banyak lingkungan kerja, biaya penyetelan sangatlah berkatan dengan
waktu penyetelan (setup time). Penyetelan biasanya memerlukan sejumlah pekerjaan
yang harus dilakukan sebelum penyetelan benar-benar dimulai di pusat kerja. Dengan
perencanaan yang tepat, banyak persiapan yang diperlukan untuk melakukan sebuah
penyetelan dapat dilakukan tanpa harus mematikan mesin atau proses. Dengan
demikian, waktu penyetelan cukup banyak yang dikurangi. Mesin-mesin dan prosesproses yang secara tradisional akan memakan waktu berjamjam untuk dipasang,

sekarang dapat dipasang dalam waktu kurang dari satu menit seiring dengan semakin
imajinatifnya pabrik-pabrik kelas dunia. Mengurangi waktu penyetelan adalah cara
yang sangat baik untuk mengurangi investasi persediaan dan meningkatkan
produktivitas.
2.2 Peramalan
Peramalan (forecasting) merupakan bagian vital bagi setiap organisasi bisnis
dan untuk setiap pengambilan keputusan manajemen yang sangat signifikan.
Peramalan menjadi dasar bagi perencanaan jangka panjang perusahaan. Dalam area
fungsional keuangan, peramalan memberikan dasar dalam menentukan anggaran dan
pengendalian biaya. Pada bagian pemasaran, peramalan penjualan dibutuhkan untuk
merencanakan produk baru, kompensasi tenaga penjual, dan beberapa keputusan
penting lainnya. Selanjutnya, pada bagian produksi dan operasi menggunakan datadata peramalan untuk perencanaan kapasitas, fasilitas, produksi, penjadwalan, dan
pengendalian persedian (inventory control). Untuk menetapkan kebijakan ekonomi
seperti tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat inflasi, dan lain
sebagainya dapat pula dilakukan dengan metode peramalan.
Pada umumnya kegunaan peramalan adalah sebagai berikut :
1. Sebagai alat bantu dalam perencanaan yang efektif dan efisien.
2. Untuk menentukan kebutuhan sumber daya di masa mendatang.
3. Untuk membuat keputusan yang tepat.
Kegunaan peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang baik
adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan apa yang akan terjadi pada
waktu keputusan dalam berbagai kegiatan perusahaan. Baik tidaknya hasil dari suatu
penelitian sangat ditentukan oleh ketetapan ramalan yang dibuat. Walaupun demikian
perlu diketahui bahwa ramalan selalu ada unsur kesalahannya, sehingga yang perlu
diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil kesalahan dari ramalan tersebut.
2.2.1 Jenis-Jenis Peramalan

Pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari
cara melihatnya. Apabila dilihat dari sifat penyusunnya, maka peramalan dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu :
1. Peramalan yang subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan atau
intuisi dari orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan atau
judgement dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya
hasil ramalan tersebut.
2. Peramalan yang objektif, peramalan yang didasarkan atas data yang relevan
pada masa lalu, dengan menggunakan teknik-teknik dan metode dalam
penganalisaan data tersebut.
Disamping itu, jika dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun. Maka peramalan
dapat dibedakan atas dua macam pula, yaitu :
1. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan
hasil ramalan jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga
semester. Peramalan seperti ini misalnya diperlukan dalam penyusunan
rencana pembangunan suatu negara atau suatu daerah, corporate planning,
rencana investi atau rencana ekspansi dari suatu perusahaan.
2. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan
hasil ramalan dalam jangka waktu yang kurang dari satu setengah tahun, atau
tiga semester. Peramalan seperti ini diperlukan dalam penyusunan rencana
tahunan, rencana kerja operasional, dan anggaran contoh penyusunan rencana
produksi, rencana penjualan, rencana persediaan, anggaran produksi, dan
anggaran perusahaan.
Berdasarkan sifat ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas
dua macam, yaitu :
1. Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas dua kualitatif pada
masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang yang
menyusunnya. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan

berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, judgement atau pandapat, dan


pengetahuan serta pengalaman dari penyusunannya. Biasanya peramalan
secara kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan.
2. Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan didasarkan atas data kuantitatif pada
masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang
digunakan dalam peramalan tersebut. Dengan peramalan yang berbeda akan
diperoleh hasil peramalan yang berbeda. Adapun yang perlu diperhatikan dari
penggunaan metode-metode tersebut, adalah baik tidaknya metode yang
dipergunakan, sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara
hasil peramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode yang baik adalah
metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang
mungkin terjadi. Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila
terdapat tiga kondisi sebagai berikut :

Adanya informasi tentang keadaan yang lain.

Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.

Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa
yang akan datang.

Dari uraian diatas dapatlah diketahui bahwa jenis-jenis peramalan sangat tergantung
dari segi mana kita memandangnya.
2.2.2 Langkah Langkah dalam Melakukan Peramalan
Dalam melakukan peramalan terdiri dari beberapa tahapan khususnya jika
menggunakan metode kuantitatif. Tahapan tersebut adalah:
1. Definisikan Tujuan Peramalan\
Misalnya peramalan dapat digunakan selama masa pra-produksi untuk
mengukur tingkat dari suatu permintaan.
2. Buatlah diagram pencar (Plot Data)
Misalnya memplot demand versus waktu, dimana demand sebagai ordinat (Y)
dan waktu sebagai axis (X).
3. Memilih model peramalan yang tepat

Melihat dari kecenderungan data pada diagram pencar, maka dapat dipilih
beberapa model peramalan yang diperkirakan dapat mewakili pola tersebut.
4. Lakukan Peramalan
5. Hitung kesalahan ramalan (forecast error)
Keakuratan suatu model peramalan bergantung pada seberapa dekat nilai hasil
peramalan terhadap nilai data yang sebenarnya. Perbedaan atau selisih antara
nilai aktual dan nilai ramalan disebut sebagai kesalahan ramalan (forecast
error) atau deviasi yang dinyatakan dalam:
et = Y(t) Y(t)
Dimana :

Y(t) = Nilai data aktual pada periode t


Y(t) = Nilai hasil peramalan pada periode t
t

= Periode peramalan

Maka diperoleh Jumlah Kuadrat Kesalahan Peramalan yang disingkat SSE (Sum of
Squared Errors) dan Estimasi Standar Error (SEE Standard Error Estimated)
SSE = S e(t)2 = S[Y(t)-Y(t)]2

Pilih Metode Peramalan dengan kesalahan yang terkecil.


Apabila nilai kesalahan tersebut tidak berbeda secara signifikan pada
tingkat ketelitian tertentu (Uji statistik F), maka pilihlah secara sembarang
metode-metode tersebut.

Lakukan Verifikasi
Untuk mengevaluasi apakah pola data menggunakan metode peramalan
tersebut sesuai dengan pola data sebenarnya.

2.2.3 Metode Peramalan


Untuk melakukan peramalan diperlukan metode tertentu dan metode mana
yang digunakan tergantung dari data dan informasi yang akan diramal serta tujuan

yang hendak dicapai. Dalam prakteknya terdapat berbagai metode peramalan antara
lain :
1. Time Series atau Deret Waktu
Analisis time series merupakan hubungan antara variabel yang dicari
(dependent) dengan variabel yang mempengaruhi-nya (independent variable),
yang dikaitkan dengan waktu seperti mingguan, bulan, triwulan, catur wulan,
semester atau tahun. Dalam analisis time series yang menjadi variabel yang
dicari adalah waktu. Metode peramalan ini terdiri dari :

Metode Smoting, merupakan jenis peramalan jangka pendek seperti


perencanaan persediaan, perencanaan keuangan. Tujuan penggunaan
metode ini adalah untuk mengurangi ketidakteraturan data masa lampau
seperti musiman.

Metode Box Jenkins, merupakan deret waktu dengan menggunakan model


matematis dan digunakan untuk peramalan jangka pendek.

Metode proyeksi trend dengan regresi, merupakan metode yang dignakan


baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Metode ini merupakan
garis trend untuk persamaan matematis.

2. Causal Methods atau sebab akibat


Merupakan metode peramalan yang didasarkan kepada hubungan antara
variabel yang diperkirakan dengan variabel alin yang mempengaruhinya tetapi
buakn waktu. Dalam prakteknya jenis metode peramalan ini terdiri dari :

Metode regresi dan kolerasi, merupakan metode yang digunakan baik


untuk jangka panjang maupun jangka pendek dan didasarkan kepada
persamaan dengan teknik least squares yang dianalisis secara statis.

Model Input Output, merupakan metode yang digunakan untuk peramalan


jangka panjang yang biasa digunakan untuk menyusun trend ekonomi
jangka panjang.

Model ekonometri, merupakan peramalan yang digunakan untuk jangka


panjang dan jangka pendek.

2.3 Break Event Point (BEP)


Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara Biaya Tetap, atau suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak
mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya).
Contribution Margi adalah selisih antara penghasilan penjualan dan biaya
variabel, yang merupakan jumlah untuk menutup biaya tetap dan keuntungan.
Perusahaan akan memperoleh keuntungan dari hasil penjualannya apabila
Contribution Marginnya lebih besar dari Biaya Tetap, yang berarti total penghasilan
penjualan lebih besar dari total biaya.
Break Event Point menyatakan volume penjualan dimana total penghasilan
tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh
keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
Break Event Point ditinjau dari konsep Contribution Margin menyatakan bahwa
volume penjualan dimana Contribution Margin tepat sama besarnya dengan total
Biaya Tetapnya.
Asumsi dasar dalam analisa break event point, antara lain :
1. Biaya dapat diklasifikasikan kedalam komponen biaya variabel dan biaya
tetap.
2. Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi
atau penjualan, sedangkan total biaya variabel per unit tetap konstan.
3. Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan
volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap per unit akan berubah
karena adanya perubahan volume kegiatan.
4. Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa.
5. Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan
menjual lebih dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan
penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai Sales Mix) akan
tetap konstan.
6. Kapasitas produksi pabrik relatif konstan.
7. Harga faktor produksi relatif konstan.

8. Efisiensi produksi tidak berubah.


9. Perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti.
10. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.
Di dalam break event point dikenal istilah biaya tetep dan biaya variable yang
memiliki masing-masing karakteristik antara lain:
1. Biaya Variabel
Biaya variable memiliki karakteristik berupa

biaya yang berubah total

sebanding perubahan tingkat aktivitas dan biaya satuan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan (biaya satuan konstan). Contoh dalam perusahan:
furniture, biaya perlengkapan, biaya bahan bakar, biaya sumber tenaga,
biaya perkakas kecil, asuransi aktiva tetap dan kewajiban, gaji satpam dan
pesuruh pabrik.
2. Biaya Tetap
Biaya tetap memiliki karakteristik berupa totalitas tidak berubah terhadap
perubahan tingkat aktivitas dan biaya satuan berbanding terbalik terhadap
perubahan volume kegiatan. Contoh dalam perusahan furniture: biaya
penyusutan, gaji eksekutif, pajak bumi dan bangunan, amortisasi paten, biaya
penerimaan barang, biaya komunikasi, dan upah lembur.
2.3.1 Manfaat Break Event Point (BEP)
BEP amatlah penting jika kita membuat usaha agar kita tidak mengalami
kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah :
1. Alat perencanaan untuk menghasilkan laba.
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya

dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat

penjualan yang bersangkutan.


3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti.

Setelah mengetahui beberapa manfaat BEP, kompenen yang berperan disini


yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap,
dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu
biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah. Biaya tetap adalah biaya
yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan Biaya
variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi
jika tidak diproduksi maka tidak ada biaya ini / Keuntungan dan Volume aktivitas.
Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu
macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka
kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di
jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka
menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu harga jual
persatuan barang tidak akan berubah berapa pun, jumlah satuan barang yang dijual,
atau tidak ada perubahan harga secara umum.
2.3.2 Aplikasi Break Event Point (BEP)
Break Event Point terjadi pada titik persilangan antara garis penghasilan
penjualan dan garis total biaya. Dalam pendekatan grafis, BEP digambarkan sebagai
titik potong antara garis penjualan dengan garis biaya total (Biaya total = Biaya tetap
+ Biaya variable). Break event point didapatakan ketika jumlah Pendapatan sama
dengan jumlah Biaya, atau
TR = TC. maka
P.Q = FC+V.Q ;
Q(P-V)=FC ; dan
Q = FC/(P-V).
Dimana, Q adalah jumlah barang , FC adalah biaya tetap , V adalah biaya
Variabel dan P adalah harga barang.
Agar lebih mudah untuk dipahami, berikut adalah contoh perhitungan break event
point untuk usaha Penjualan Sate Ayam, maka komponen biaya tetap dan biaya
variable dapat dikelompokan sebagai berikut:

Biaya Tetap : terdiri atas


Sewa tempat Rp. 1.000.000/ bl
Gaji Pegawai Rp. 1.400.000/ bl
PDAM Rp. 50.000/bl
Telepon Rp. 100.000/ bl
Pengadaan Peralatan Masak Rp. 1.000.000/ bl
Jumlah Rp. 3.550.000/ bl
Jumlah biaya tetap yang harus dibayar per bulan adalah Rp. 3.550.000,Biaya Variabel :
Nasi Rp. 1.500
Bumbu Rp. 500
Minyak Goreng Rp. 500
Ayam Rp. 5.000
Tusuk Rp. 500
Bungkus Rp. 500
Ongkos kerja Rp. 500 +
Jumlah Rp. 9.000
Jumlah biaya untuk membuat satu porsi
nasi Goreng adalah Rp. 5.000,Jumlah biaya tetap yang harus dibayar per bulan adalah Rp. 3.550.000,Pertanyaannya adalah, berapa nasi goreng yang harus terjual per bulan untuk BEP,
jika harga jual Sate Ayam per porsi Rp. 12.000,TR = TC
P.Q= FC + V.Q
12.000 Q = 3.550.000 + 9.000 x Q
12.000 Q - 9000Q = 3.550.000
3000 Q = 3.550.000
Q = 3.550.000 / 3000

Q = 1184 porsi
Jadi untuk BEP maka setiap bulan harus dapat terjual sebanyak 1184 porsi atau 39,5
porsi per hari.

III
KESIMPULAN
Dari penulisan makalah yang sudah dibuat dapat disimpulkan bahwa:
1. Persediaan adalah adalah sumber daya menganggur (ide resource) yang
menunggu proses lebih lanjut.
2. Persediaan berfungsi sebagai penentu keseimbangan antara investasi
persediaan dengan pelayanan pelanggan
3. Peramalan merupakan tahapan awal dalam perencanaan sistem operasi
produksi.
4. Model yang paling tepat harus dipilih dalam melakukan peramalan.
5. Model yang dipilih dapat dibandingkan dengan model yang lain dengan
menggunakan kriteria minimum average sum of squared errors.
6. Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara Biaya Tetap, atau suatu keadaan dimana dalam suatu operasi
perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total
biaya).
7. Break Event Point menyatakan volume penjualan dimana total penghasilan
tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak
memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
8. Break Event Point ditinjau dari konsep Contribution Margin menyatakan
bahwa volume penjualan dimana Contribution Margin tepat sama besarnya
dengan total Biaya Tetapnya.

DAFTAR PUSTAKA
Assauri, 1999. Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo Persada; Jakarta.
Chase, Jaqobas, Aquilano, 2007, Operations Management for Competitive
Advantage, 10th ed, Mc Graw Hill
Jay Heizer dan Barry Render, 2009, Operations Management, 9th ed, Pearson Intl
Nasution. 2003. Metode Research, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE, Yogjakarta
Prasetya Hery. (2009). Manajemen Operasi, Jakarta: Buku Kita.
Sunyoto Danary. 2012. Budgeting Perusahaan, Jakarta : Buku Seru.

Anda mungkin juga menyukai