Anda di halaman 1dari 26

PENYEBAB KEMATIAN DAN MEKANISME KEMATIAN MENURUT ICD 10

Definisi
ICD (international classification of diseases) merupakan klasifikasi diagnostic standar
internasional bagi kebutuhan manejerial kesehatan dan epidemiologi. Kebutuhan menejerial ini
mencakup situasi kesehatan umum kelompok kelompok populasi serta pemantauan insidensi
dan prevalensi penyakit dan kesehatan lain yang berkaitan dengan variable lain seperti
karakteristik dan keadaan individu yang terkena.
International Classification of Diseases (ICD) adalah suatu sistem pengelompokan
penyakit berdasarkan pendekatan multiaksial yang telah ditentukan yang dilakukan oleh WHO.
Tujuan dari ICD ini adalah untuk melakukan pencatatan, analisis, interpretasi dan
membandingkan secara sistematik kejadian dan kematian akibat penyakit dari banyak negara
pada waktu yang berbeda. Sudah selayaknya semua data yang mencatat diagnosis penyakit
mengikuti tata cara koding dari ICD. Dalam perkembangannya, klasifikasi penyakit yang
tertuang dalam ICD mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga bertambah lengkap
dan sempurna seiring dengan makin canggihnya pemeriksaan untuk menunjang penetapan
diagnosis.
Edisi pertama ICD dinamakan international list of death diadopsi oleh international
statistical institute pada tahun 1893. WHO mengambil alih pengelolaan ICD sejak edisi keenam
yang untuk pertama kalinya mencakup data morbiditas pada tahun 1948. ICD-9 diterbitkan pada
tahun 1977 dan ICD 10 pada tahun 1992 oleh WHO. ICD 10 mulai digunakan oleh Negara
Negara anggota WHO pada tahun 1994.
ICD digunakan untuk mengklasifikasikan penyakit dan masalah kesehatan lain untuk
dicatat pada berbagai tipe rekam kesehatan dan vital, termasuk sertifikat kematian dan rekam
medik rumah sakit. Selain memungkinkan pengambilan dan penyimpanan kembali informasi
diagnostic untuk kebutuhan klinik dan epidemiologis, perekaman ini juga merupakan basis
pengumpulan statistik mortalitas dan morbiditas oleh Negara Negara anggota WHO.
TUJUAN :
1. Mempermudah perekaman sistematis, untuk analisis, interpretasi, komparasi data
morbiditas/mortalitas

IMPLEMENTASI ICD-10
WHO dalam sidang World Health Assembly ke-43 telah menetapkan ICD-10 sebagai pedoman
klasifikasi internasional tentang penyakit edisi terbaru yang harus dipakai oleh seluruh negara
anggotanya.
Di Indonesia telah ditetapkan berlakunya ICD-10 untuk pedoman klasifikasi penyakit melalui
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 50/MENKES/SK/I/1998 tentang Pemberlakuan Klasifikasi
Statistik Internasional Mengenai Penyakit Revisi ke-Sepuluh tertanggal 13 Januari 1998.

VOLUME ICD-10
Volume 1 : Klasifikasi Utama
Isi : morfologi neopl, daft. tabulasi khusus, aturan nomenklatur
Volume 1 berisikan klasifikasi yang menunjukkan kategori-kategori di mana suatu
diagnosis akan dialokasikan guna mempermudah penyortiran dan penghitungan data untuk
tujuan statistik. Volume tersebut juga dilengkapi dengan definisi-definisi dari isi tiap kategori,
subkategori dan item dalam daftar tabulasi.
Volume 2 : Pedoman penggunaan
Isi : sejarah, instruksi, penggunaan
Volume 2 berisikan deskripsi tentang sejarah ICD berikut struktur dan prinsip klasifikasi;
aturan-aturan yang berkaitan dengan koding morbiditas dan mortalitas; presentasi statistik serta

petunjuk praktis bagi pengguna ICD agar dapat memanfaatkan klasifikasi yang ada sebaikbaiknya. Pengetahuan dan pemahaman tentang tujuan dan struktur ICD sangat penting artinya
bagi statistisi dan analis informasi kesehatan, serta petugas koding (koder).
Volume 3 : Indeks alfabetik
Sect I : Diseases & nature of injury
Bagian I berisikan semua terminologi yang terklasifikasi dalam Bab I-XIX dan Bab XXI,
kecuali obat-obatan dan zat kimia lain
Sect II : External causes of injury
Bagian II merupakan indeks dari sebab luar morbiditas dan mortalitas; berisikan semua
terminologi yang terklasifikasi dalam Bab XX, kecuali obat-obatan dan zat kimia lain
Sect III: Table of drugs & chemicals
Pendahuluan dalam Volume 3 berisikan instruksi tentang penggunaan volume tersebut
yang merupakan indeks alfabetik dari ICD-10. Instruksi ini harus dimengerti dengan baik
sebelum mulai meng-kode
Bagian III, Tabel obat-obatan dan zat kimia lain, berisikan masing-masing substansi yang
digunakan dalam koding keracunan dan efek samping obat yang ada dalam Bab XIX dan kode
dalam Bab XX yang menunjukkan apakah keracunan tersebut tidak sengaja dilakukan, sengaja
(menyakiti diri-sendiri), tak ditentukan atau merupakan efek samping dari substansi yang telah
diberikan secara benar.
Contoh :
Berikut diperlihatkan contoh pengkodean ICD 10 untuk migraine, salah satu tipe nyeri kepala
primer yang cukup sering didapatkan dalam praktek klinik. Untuk memudahkan pengguna pada
tiap kelompok klasifikasi penyakit, kode dengan decimal 8 digunakan untuk other dan kode
decimal 9 untuk unspecified. Untuk fasilitas kesehatan yang sederhana dengan kemampuan
medis petugas kesehatan yang terbatas, pengkodean kode penyakit seringkali dilakukan tanpa
digit decimal.
Contoh petikan pengkodean dan klasifikasi penyakit dengan ICD 10

Tabel 7.1

Sebab kematian studi mortalitas SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) 2001 dicatat
pada sertifikat kematian umum atau sertifikat kematian perinatal. Sejak SKRT 1995, tata cara
koding diagnosis sebab kematian pada studi mortalitas telah menggunakan ketentuan sesuai
ICD-10, dimana penyakit dan masalah kesehatan lain dikelompokkan ke dalam 21 bab, dengan
rincian:
Daftar 1. Klasifikasi Penyakit Menurut Bab dalam ICD-10

Bab XV khusus untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kematian maternal


yaitu kematian yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Di dalam bab ini
sebab kematian maternal dibedakan antara:

Sebab kematian secara langsung berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan masa nifas
(O00-O97) dan
Sebab kematian tidak langsung yaitu disebabkan karena penyakit infeksi, penyakit sistem
sirkulasi (Jantung), penyakit sistem pernapasan, anemia yang terjadi pada saat kehamilan,
persalinan, dan masa nifas (O98-O99).
Tiap bab terdiri dari beberapa blok dimana masing-masing blok merupakan kumpulan
penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Tiap-tiap blok terdiri dari beberapa penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya yang mempunyai 3 kode karakter. Beberapa kategori 3 karakter
terbagi lagi dalam kategori 4 karakter yang menguraikan secara lebih rinci tentang penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya seperti menguraikan letak anatomis, komplikasi, sifat dan lain lain.
Untuk beberapa keadaan bahkan sampai dengan 5 karakter (contoh patah tulang). Di bawah ini
akan disebutkan beberapa contoh:
Penyakit Infeksi dan Parasit (A00-B99)..... . Bab
Penyakit Infeksi Intestinal (A00-A09)..Blok
Tuberculosis (A15-A19).. .Blok
Cholera (A00)..Kategori 3 karakter
Typhoid dan paratyphoid fever .... ..Kategori 3 karakter
Typhoid fever...Kategori 4 karakter

Daftar 2. Level Koding ICD-10

Dalam ICD-10, diagnosis penyakit dapat mempunyai 2 kode, yaitu kode sebagai penyakit
utama (underlying diseases) dan kode sebagai manifestasi organ yang terkena penyakit. Dalam
ICD, kode untuk underlying diseases diberi tanda dengan + (dagger) dan untuk manifestasi
organ yang terkena penyakit diberi tanda * (asteric). Untuk kepentingan studi mortalitas prioritas
diberikan pada underlying diseases/etiologi daripada manifestasi organ. Sebagai contoh,
diagnosis sebab kematian adalah Meningitis tuberkulosa, maka kode ICD yang dipilih adalah
A17.0 + (Tuberculosis of nervous system) bukan G01* (Meningitis in bacterial diseases
classified elsewhere).
PENETAPAN DIAGNOSIS SEBAB KEMATIAN
Sebab kematian adalah semua penyakit, keadaan sakit atau cedera yang menyebabkan atau
berperan pada terjadinya kematian, dan keadaan kecelakaan atau kekerasan yang mengakibatkan
cedera. Dalam definisi ini tidak termasuk gejala dan cara kematian seperti gagal jantung atau
gagal pernafasan

Ada 2 sertifikat kematian, yaitu sertifikat kematian umum untuk kematian yang berumur 8 hari
ke atas dan sertifikat kematian perinatal untuk kematian janin dengan usia kehamilan 22 minggu
sampai dengan umur 7 hari termasuk lahir mati. Ulasan selanjutnya adalah mengenai sertifikat
kematian umum, dan penetapan diagnosis untuk kematian yang berumur 8 hari ke atas. Berikut
ini adalah contoh sertifikat medis yang dipakai untuk sebab kematian umum (Gambar 1) dan
kematian perinatal (Gambar 2) yang dipakai secara international oleh WHO :
Gambar

1.

International

Form

of

Medical

Certificate

of

Cause

of

Death

Kolom yang disebelah kanan berisi keterangan kira-kira lama waktu antara timbulnya
penyakit sampai orang tersebut meninggal untuk setiap penyakit/keadaan pada Ia, Ib, Ic, Id.
Bagian ini membantu menempatkan sebab kematian secara benar pada tempatnya.
Sertifikat sebab kematian umum (lihat Gambar 1) dalam bagian I atau II merupakan penyakit,
cedera, atau komplikasi suatu penyakit. Cara kematian seperti gagal jantung, gagal napas
dihindari sebagai penyebab kematian, karena tidak memberikan informasi yang baik dan tepat
yang dapat digunakan bagi pengelola program kesehatan.

Dalam Sertifikat sebab kematian perinatal (lihat Gambar 2), data tentang ibu dan anak
dibutuhkan, termasuk juga jumlah semua kelahiran dan kondisinya: lahir hidup, lahir mati, dan
aborsi. Variabel lain yang diperlukan adalah adalah penolong persalinan dan cara melahirkan.
Sertifikat Kematian Umum Yang Dipakai Oleh Studi Mortalitas SKRT 2001
Untuk keperluan studi mortalitas sertifikat kematian umum mengacu pada International
Form of Medical Certificate of Cause of Death ditambah dengan keterangan riwayat sakit
sebelum meninggal dan lembar abstraksi gejala.

ART terdekat yang merawat almarhum yang sakit semasa hidupnya untuk mendapatkan
keterangan tentang faktor risiko, keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat perjalanan penyakit,

penyakit/kelainan yang pernah diderita, kecacatan/abnormalitas yang pernah diderita, riwayat


berobat maupun pemeriksaan laboratorium yang mendukung penetapan diagnosis. Gejala-gejala
yang ditemukan dirinci atas kapan mulainya, berapa lama, jenis dan sifat dari gejala tersebut, dan
disusun secara kronologis. Khusus untuk kematian maternal, informasi pemeriksaan kehamilan,
kesehatan selama hamil, proses persalinan, masa nifas, penolong persalinan sangat diperlukan
untuk menegakan diagnosis.
Abstraksi Gejala: Pengelompokan gejala-gejala yang ditemukan ke dalam lembar
abstraksi. Setiap kelompok menunjukkan kumpulan gejala-gejala yang menunjang salah satu
rantai penyebab kematian yang ditemukan pewawancara. Uraikan setiap gejala berdasar berapa
lama gejala tersebut berlangsung, dan apabila memungkinkan dicatat jenis/sifat gejala tersebut.

I. Penyakit-penyakit yang perjalanan penyakitnya berhubungan langsung dengan sebab


kematian.
Dengan format ini diharapkan dokter menulis secara sistematis penyakit-penyakit yang
menyebabkan kematian mulai dari penyebab kematian langsung (direct cause of death), penyakit
perantara (intervening antecedent cause of death), sampai dengan penyebab utama (underlying
cause of death). Untuk dapat mengisi secara berurutan penyakit/keadaan/cedera yang berperan
pada kematian perlu ditentukan terlebih dahulu awal dari urutan peristiwa terjadinya sebab
kematian. Awal dari urutan peristiwa tersebut disebut sebagai Underlying Cause of Death.
Ia. Direct Cause of Death (Penyebab Kematian Langsung)
Adalah penyakit yang secara langsung menyebabkan kematian.
Contoh:
Penyebab kematian langsung adalah Pulmonary Embolism, penyebab perantara adalah
Pathologikal Fracture dan Secondary Carcinoma of Femur, sedang penyebab kematian utama
adalah Carcinoma of Breast.
Ib & Ic. Intervening Antecedent Cause of Death (Penyebab Perantara)
Adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya penyakit yang disebutkan pada Ia.
Id. Underlying Cause of Death (Penyebab Utama)

Adalah penyakit atau cedera yang merupakan awal dimulainya perjalanan penyakit menuju
kematian atau keadaan kecelakaan/kekerasan/ keracunan yang menyebabkan cedera dan
kematian.
II. Penyakit/keadaan lain yang berperan terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan
urutan peristiwa penyakit pada Bagian I.
Contoh:
Penyebab kematian langsung adalah Bronchopneumonia, penyebab kematian utama adalah
Chronic Bronchitis, dan penyakit yang memperberat kesehatannya adalah Chronic
Myocarditis.
Contoh pengisian sertifikat kematian umum pada studi mortalitas:

Keluhan utama : kejang seluruh tubuh dan tidak sadarkan diri


Keluhan tambahan: Riwayat perjalanan penyakit:
Almarhum hamil 8 bulan. Dua hari sebelum meninggal almarhum kejang seluruh tubuh
kira-kira 15 menit dan pingsan. Keluarga memanggil dukun dan kemudian bidan, namun ibu
masih tetap tidak sadarkan diri. Keesokan hari dibawa ke rumah sakit, diputuskan untuk
dioperasi, namun belum sempat dilaksanakan pasien telah meninggal. Satu bulan sebelum
serangan kejang, kaki almarhum bengkak dan sering sakit kepala dan pandangan kabur, pernah
berobat ke Puskesmas. Responden tidak mengetahui apakah almarhum menderita tekanan darah
tinggi.

Lembar abstraksi gejala membantu menetapkan diagnosis sebab kematian dari beberapa
kemungkinan diagnosis sebab kematian (diferensial diagnosis), dalam hal ini dibantu oleh buku
Glossary Gejala Penyakit .

Urutan logik yang dilaporkan adalah: Hepatic Failure disebabkan oleh Bile Duct
Obstruction dan obstruksi ini disebabkan oleh Carcinoma di pancreas. Dengan kata lain: Ca
pancreas menyebabkan obstruksi empedu, obstruksi empedu menyebabkan kegagalan hati.
Dengan demikian Ca Pancreas diambil sebagai Underlying Cause of Death karena Ca Pancreas
adalah awal dari rangkaian perjalanan penyakit yang berakhir dengan kematian. Ca Pancreas
ditempatkan pada bagian Id, Bile Duct Obstruction ditempatkan pada bagian Ib atau Ic sebagai
penyakit perantara, Hepatic Failure ditempatkan pada bagian Ia sebagai penyebab langsung.
Bila hanya terdapat satu sebab kematian maka sebab kematian ini dipilih untuk Underlying
Cause of Death dan ditempatkan pada bagian Id, sedangkan untuk bagian lainnya Ia, Ib, Ic tidak
diisi.
Bila lebih dari satu sebab kematian maka pilihan sebab kematian dilakukan sesuai dengan
konsep urutan logik Underlying Cause of Death yaitu penyakit utama yang merupakan dasar
dimulainya perjalanan penyakit yang berakhirnya kematian.
Bila sebab kematian adalah cedera maka keadaan yang menyebabkan cedera (Chapter XX) dan
sifat cedera (Chapter XIX) harus dituliskan. Pilihan sebab kematian untuk Underlying Cause of
Death adalah penyebab cedera (Chapter XX).
Contoh:
Penyebrang jalan ditabrak truk, meninggal ditempat kejadian, dibawa ke RS terdekat dan
oleh dokter dikatakan mengalami patah ke dua tulang tungkai atas, tulang lengan bawah kanan.
Pada sertifikat kematian dicatat sebagai berikut:
Ia. Traumatic Shock (T79)
b. Multiple Fractures (S72)
c. d. Pedestrian Hit by Truck (V04)
Bila ditemukan 2 rangkaian penyebab kematian, maka yang menjadi Underlying Cause of
Death adalah keluhan utama dari rangkaian penyakit sebelum almarhum meninggal dan
ditempatkan pada bagian Ia, sedangkan rangkaian penyakit lainnya ditempatkan pada bagian II.
Contoh:

Dari autopsi verbal ditemukan ada riwayat chronic rheumatic heart diseases, congestive
heart

failure,

dan

cirrhosis

of

the

liver. Sebelum

meninggal

almarhum

muntah

darah/hematemesis. Pada sertifikat kematian dicatat sebagai berikut:


I a. Oesophageal Varices (I85)
b. c. d. Cirrhosis of the liver (K74)
Sertifikat Kematian Perinatal Yang Dipakai Pada Studi Mortalitas Skrt 2001
Awal dari urutan peristiwa sebab kematian Underlying Cause of Death pada kematian
umum tidak dapat digunakan, karena pada kematian perinatal 2 individu dapat terlibat yaitu anak
dan ibu, selain itu sebab/keadaan yang tidak berkaitan dengan sebab utama dari anak atau ibu
juga dapat menyebabkan kematian.
Untuk keperluan studi mortalitas, sertifikat kematian perinatal ditambah dengan
keterangan riwayat sakit sebelum meninggal dan lembar abstraksi gejala. Pewawancara menulis
keterangan responden pada bagian A, sedang bagian B dan C diisi tidak dihadapan responden.

ART terdekat yang merawat almarhum/bayi yang meninggal yang sakit semasa hidupnya untuk
mendapatkan keterangan baik dari almarhum/ bayi maupun keterangan dari ibu yang melahirkan.
Keterangan keadaan bayi adalah usia bayi, riwayat/proses kelahiran (partus normal/dengan
bantuan, letak bayi ketika lahir, tunggal/kembar, keadaan plasenta/ tali pusat, siapa yang
menolong), berat ketika lahir, keadaan kesehatan bayi baru lahir, serta riwayat sakit selama 0-7
hari. Keterangan keadaan ibu adalah mengenai kesehatan ibu selama hamil, riwayat antenatal
care, imunisasi, semua informasi mengenai ibu yang berhubungan dengan kesehatan janin
dicatat. Gejala-gejala yang ditemukan pada janin/bayi dirinci lamanya, jenis dan sifat dari gejala
disusun secara kronologis untuk menetapkan diagnosis.
-gejala yang ditemukan ke dalam lembar
abstraksi. Setiap kelompok menunjukkan kumpulan gejala-gejala yang menunjang salah satu
rantai penyebab kematian yang ditemukan pewawancara. Uraikan setiap gejala berdasar berapa
lama gejala tersebut berlangsung, dan apabila memungkinkan dicatat jenis/sifat gejala tersebut.
ertifikat kematian perinatal sebagai berikut:

(a). Penyakit atau keadaan janin/bayi utama sehingga menyebabkan kematian.


(b). Penyakit atau keadaan janin/bayi lain yang menyebabkan kematian.
(c). Penyakit atau keadaan ibu utama yang mempengaruhi kematian janin/bayi.
(d). Penyakit atau keadaan ibu lain yang turut mempengaruhi kematian janin/bayi.
(e). Keadaan relevan lain yang menyebabkan kematian janin/bayi, tetapi tidak
berkaitan dengan penyakit atau keadaan janin/bayi atau ibu, misalnya bersalin tanpa penolong.
Contoh pengisian sertifikat kematian perinatal pada studi mortalitas:

Keadaan bayi: Bayi laki-laki lahir kurang bulan (7 bulan), di Puskesmas, berat badan bayi 2000
gram. Ari-ari kecil, lengkap. Bayi dirujuk ke RS PMI Bogor. Dirawat 4 hari di RS, karena
kehabisan biaya dibawa pulang ke rumah. Setelah 1 hari di rumah bayi meninggal.
Keadaan ibu: waktu hamil ibu tidak sehat tidak ada nafsu makan, penambahan berat badan hanya
4 kg, ANC di Puskesmas, tekanan darah normal.

(a) Disorders related to short gestation and low birth weight (P07)
(b) (c) Fetus and newborn affected by maternal nutritional disorders (P00.4)
(d) Definisi dan peraturan diagnosis kematian perinatal
Penyakit atau keadaan janin utama sehingga menyebabkan kematian adalah suatu
keadaan patologis pada janin yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap kematian janin/bayi
tersebut. Penyakit/kelainan utama pada janin/bayi dicantumkan dalam (a).
Seperti kematian umum, cara meninggal seperti gagal jantung, asphyxia atau anoxia,
prematuritas tidak boleh dicatat sebagai diagnosis di dalam bagian ini, kecuali keadaan tersebut
merupakan satu-satunya penyebab kematian yang diketahui.
Penyakit atau keadaan ibu utama yang mempengaruhi kematian bayi adalah penyakit atau
keadaan ibu yang paling besar pengaruhnya terhadap janin/bayi. Penyakit/ kelainan utama pada
ibu dicantumkan dalam (c).
Penyakit/kelainan pada ibu yang menurut pendapat pemeriksa (dokter) juga dapat
mempengaruhi keadaan janin/bayi, dicantumkan dalam (d). Keadaan yang ada hubungannya
dengan kematian janin/bayi, tetapi tidak termasuk baik penyakit/kelainan pada ibu maupun pada
janin/bayi, maka keadaan tersebut dicantumkan dalam (e), misalnya persalinan tanpa penolong.
Pemberian kode sebab kematian perinatal
Chapter XVI adalah Certain Conditions originating in the perinatal period. Chapter ini
dipakai khusus untuk memberi kode sebab kematian yang terjadi pada masa perinatal (kehamilan
22 minggu sampai bayi berumur 7 hari).
Kode P00-P04 (Keadaan janin dan bayi yang dipengaruhi oleh factor ibu dan komplikasi pada
kehamilan dan persalinan), hanya dapat diletakkan pada (c) dan (d) sebagai penyakit/kelainan
pada ibu yang mempengaruhi janin/ bayi. Kode P00-P04 tidak boleh dicantumkan dalam (a) dan
(b).
Dalam (a) dan (b) boleh dicantumkan kode P lain diluar kode P00-P04, tetapi umumnya adalah
kode P05-P96 (Keadaan perinatal) atau kode Q00-Q99 (Kelainan bawaan).
Dalam (a) dan (c) hanya dapat dicantumkan satu diagnosis atau kode, tetapi dalam (b) dan (d)
dapat dicantumkan lebih dari satu diagnosis atau kode.

Dalam (e) biasanya tercantum keadaan yang relevan dengan kejadian kematian, tetapi tidak
perlu diberi kode. Bila akan diberi kode maka pilihlah salah satu dari kelompok kode V01-Y98
(Chapter XX: Penyebab luar dari morbiditas dan mortalitas) atau kode Z00-Z99 (Chapter XXI:
Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan).

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. (2004). International Classification of Diseases, Tenth


Revision, volume 1 Geneva: WHO.
2. Anonym. (2000). pencatatan dan pelaporan.( Dikases pada 11 Desember 2011 at
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/bab7pencatatan_dan_pelaporan.pdf )
3. Santoso, dian budi. ( 2010 ). pengembangan modul pembelajaran icd-10 pada e-learning
terminologi

medis.

(diakses

pada

14

desember

2011

at

http://dianbudisantoso.net/Pengembangan%20modul%20pembelajaran%20ICD-10.pdf )
4. Rooney, Cleo. (2001). The implementation of ICD-10 for cause of death coding some
preliminary results from the bridge coding study. (accesed on 14 december 2011 at
5. http://www.ons.gov.uk/ons/rel/hsq/health-statistics-quarterly/no--8--winter2000/implementation-of-icd-10-for-mortality-data-in-england-and-wales-from-january2001.pdf )

Anda mungkin juga menyukai