Anda di halaman 1dari 5

A.

UJI TOLLENS
Uji tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan senyawa
aldehid dan senyawa keton.
Dalam percobaan ini yang pertama dilakukan adalah membuat Pereaksi tollens yaitu
dengan Mencampurkan AgNO3 + NH4OH . karna untuk mencegah pengendapan ion perak
sebagai oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan NH4OH, NH4OH
membentuk kompleks larut air dengan ion perak.
Pada percobaan ini, penambahan larutan 2 ml AgNO3 dengan NH4OH 1 M + 1 mL
larutan (glukosa 10%, sukrosa 10%, fruktosa 10%) terlihat pada campuran terjadi perubahan
reaksi, yaitu munculnya perubahan warna dan terdapat endapan, kemudian di panaskan
terjadi perubahan pada campuran yaitu terdapat cermin perak pada tabung reaksi.
Hal ini terjadi karena sifat pereaksi ini hanya akan beraksi dengan aldehid tetapi tidak
pada keton. Dimana pada glukosa 10%, sukrosa 10%, fruktosa 10% merupakan senyawa
aldehid, hal ini terjadi karena senyawa aldehid mempunyai atom hindrogen yang terikat pada
gugus karbon. Dimana kedua tangan gugus karbonilnya tidak mengikat kedua gugus alkil
sehingga aldehid mengalami oksidasi dengan mudah. Senyawa aldehid adalah senyawa yang
mudah teroksidasi.
Aldehid dapat dideteksi dengan tes Tollens dengan menggunakan reagen Tollen. Tes
ini didasarkan pada oksidasi asuatu aldehid oleh larutan ion perak (Ag+) dalam basa
amonium. Larutan ini mengandung ion kompleks [Ag(NH4)2]+. Oksidasi terhadap
aldehid dibarengi dengan reduksi ion perak menjadi logam perak yang tampak sebagai
cermin perak.
AgNO3 + 2NH4
RCHO + 2[Ag(NH4)2]+ + 3OH-

[Ag(NH4)2]+ + NO3RCOO- + 2 Ag(s) + 4NH4 + 2 H2O

Pada percobaan terhadap larutan glukosa 10%, larutan sukrosa 10%, larutan fruktosa
10% Dari pengamatan ini dapat dinyatakan bahwa ketiga larutan ini merupakan senyawa
aldehid, karena pada dasar tabung reaksi mengkilat yang menunjukkan adanya endapan
cermin perak.Endapan cermin perak ini berasal dari Gugus aktif pada pereksi tollens yaitu
AgNO3 yang bila tereduksi akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan
menempel pada dinding tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Aldehid dioksidasi
menjadi anion karboksilat . ion Ag+ dalam reagensia tollens direduksi menjadi logam Ag.
Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi .

reaksi dengan pereaksi tollens mampu meng ubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan CO.
B. UJI FEHLING
Uji fehling menggunakan pereaksi fehling yang terdiri dari campuran larutan fehling A
+ larutan fehling B, dan ketika dipanaskan akan terbentuk endapan.
Uji fehling ini digunakan untuk mengetahui adanya kandungan gula pereduksi dalam
karbohidrat. Gula pereduksi adalah karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa pengoksidasi
lemah. Agar berfungsi sebagai gula pereduksi, karbohidrat harus mempunyai fungsi aldehid
atau gugus fungsi hemi asetal yang dapat membuka menjadi aldehid.
Dalam pembahasan ini larutan yg diuji adalah larutan glukosa 10%, larutan sukrosa
10%, larutan fruktosa 10%. Apabila larutan-larutan tersebut ditambah pereaksi fehling (A+B)
dan kemudian dipanaskan menunjukkan terbentuknya endapan kecoklatan maka larutan
sample tersebut mengandung gula pereduksi karena mengandung gugus fungsi aldehid yang
dapat mereduksi pereaksi fehling. Dari 3 larutan tersebut, yang menunjukkan adanya endapan
coklat adalah larutan glukosa 10%. Larutan glukosa 10% adalah larutan dengan kandungan
gula pereduksi tertinggi karena larutan tersebut menunjukkan adanya endapan coklat pekat.

C. UJI MOLISCH
Berdasarkan percobaan ini diperoleh ketika direaksikan dengan pereaksi Mollisch dapat
membentuk kompleks cincin di bawa campuran berupa lapisan yang berwarna hitam dan
coklat. Ini membuktikan adanya suatu karbohidrat dalam larutan tersebut.
Pada percobaan Reagen molish diperoleh pengamatan bahwa ketiga sakarida
membentuk cincin coklat-hitam. Hal ini dikarenakan kondensasi karbohidrat oleh reagen
molish, dan karena adanya reaksi dihidro dengan H2SO4. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa semua jenis karbohidrat baik monosakarida, polisakarida akan berwarna
coklat-hitam bila larutannya dicampur beberapa tetes larutan 2-naftol.

Monosakarida dengan H2SO4 pekat terdehidrasi mejadi furfural atau turunannya.


Furfural ini membentuk persenyawaan berwarna dengan naftol atau persenyawaan
aromatik lain. Uji mollisch berdasarkan sifat ini yaitu pembentukan kompleks violet dengan
nathol. Polisakarida tehidrolisis dalam asam sulfat pekat. maka uji molisch positif unutk
hampir semua karbohidrat.

Larutan uji yang telah dicampurkan dengan pereaksi Molisch, dialirkan dengan larutan
H2SO4 pekat dengan cara memiringkan tabung reaksi. Hal ini dilakukan agar larutan H2SO4
tidak bercampur dengan larutan yang ada dalam tabung, sehingga pada akhir reaksi diperoleh
suatu pembentukan cincin berwarna coklat dan hitam pada batas antara kedua lapisan larutan
dalam tabung. Terbentuknya kompleks bewarna biru ini karena pengaruh hasil dehidrasi
monosakarida (furfural) dengan 2-naftol dari pereaksi Mollisch.

D. UJI BENEDICT
Hasil uji positif ditunjukkan oleh larutan glukosa 10%, larutan fruktosa 10% ditandai
dengan adanya endapan coklat pada uji benedict, sedangkan untuk karbohidrat sukrosa 10%
menunjukkan hasil negatif ditandai dengan warna orange. Sekalipun aldosa atau ketosa
berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan
sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini
dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan
hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi.
Pada sukrosa 10%, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon
anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat
gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini
menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict.

A. REAKSI AMILUM DENGAN IODIUM


Pada percobaan ini, iodium digunakan untuk medeteksi adanya suatu polisakarida. Pada
percobaan larutan amilum 2% + 1 tetes larutan iodium 0,1 M, Iodium yang ditambahkan
berfungsi sebagai indikator suatu senyawa polisakarida.
iodium ini menunjukan reaksi yang positif terhadap amilum karena amilum
merupakan salah satu contoh dari molekul polisakarida. Amilum terdiri dari banyak
monomer glukosa.
Pada uji iodium amilum dapat menghasilkan reaksi positif karena pada
amilum terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan
dengan konfigurasi tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan polisakarida dapat
membentuk kompleks dengan molekul iodium yang masuk kedalam spiralnya.

B. HIDROLISA AMILUM

Pada percobaan ini dilakukan hidrolisa karbohidrat menggunakan amilum 2%.


berdasarkan teori bronsted lowry, dikatakan bahwa hidrolisis merupakan proses protolisis
yang melibatkan molekul air dan proteolit lemah yang bermuatan.
Adapun berbagai macam karbohidrat yang terdapat dalam makanan diantaranya
adalah amilum. Karbohidrat (glukosa) dibentuk dari karbondioksida dan air dengan
bantuan cahaya matahari dan klorofil dalam daun. Selanjutnya glukosa yang
dihasilkan diubah menjadi amilum dan disimpan pada buah atau umbi. Reaksinya
adalah:
6CO2 + H2O cahaya matahari

C6H12O6 + 602

Dalam hidrolisis amilum, pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh enzim
atau asam selama pemanasan menjadi molekul molekul yang lebih kecil. Ada beberapa
tingkatan dalam reaksi hidrolisis tersebut. Mula-mula pati pecah menjadi unit rantai glukosa
yang lebih pendek (6-10 molekul) yang disebut dekstrin. Dekstrin kemudian pecah lagi
menjadi maltose yang kemudian pecah lagi menjadi glukosa.
Kemudian hasil hidrolisis tersebut di lakukan penetralan dengan NaOH10% yang
dilakukan untuk menetralkan HCl yang ditambahkan pada proses pemutusan rantai
(hidrolisis). Setelah larutan tersebut netral, kemudian dilakukan kembali dengan pengujian
dengan diambil larutan yang telah dinetralkan, kemudian direaksikan dengan pereaksi
bennedict dan dilakukan pemanasan kembali, hal ini menunjukkan adanya perubahan warna
larutan menjadi biru encer, yang menandakan reaksi positif mengandung gula pereduksi, dan
glukosa adalah contoh dari kelompok monosakarida yang memiliki kemampuan untuk
mereduksi. Pemanasan diatas hanya dilakukan untuk mempercepat terjadinya atau jalannya
reaksi antara bennedict dan hasil larutan netral dari hidrolisis pati (polisakarida).
Karbohidrat dibentuk pada proses pada fotosintesis dengan reaksi sebagai berikut :
nCO2(g)

+ mH2O (l) cahaya matahari Cn(H2O)m + nO2

C, REAKSI TROMER
Pada percobaab ini, larutan amilum 2% direaksikan dengan NaOH 10% + CuSO4 0,1
M dan dipanaskan terdapat glukosa yang merupakan senyawa pereduksi atau gula pereduksi
yang hasil reaksinya adalah adanya perubahan warna menjadi bening dan adanya endapan
berwarna coklat encer.

III. ISOLASI AMILUM

Pada percobaan ini, 20 gram ubi kayu yang sudah di parut dan d endapkan, endapan tersebut
di tambahkan 20 mL alkohol 95%. Dalam hal ini fungsi alkohol 95% adalah untuk mencuci
endapan. Dengan terbentuknya larutan jernih dan endapan putih menunjukkan bahwa amilum
dapat diisolasi dari singkong/ ubi kayu.

Anda mungkin juga menyukai