Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya setiap perusahaan dituntut untuk memproduksi produk yang
secara ekonomis dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dengan proses
produksi yang efektif dan efisien. Produksi yang efektif dan efisien dengan
mengoptimalkan semaksimal mungkin segala sumber daya yang dimiliki serta
mengliminasi semua pemborosan atau waste yang terjadi. Waste atau muda dalam
bahasa Jepang bisa diartikan juga sebagai aktivitas-aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah bagi throughput perusahaan. Aktivitas yang tidak atau
kurang memberikan nilai tambah merupakan suatu waste sehingga perlu
dihilangkan agar proses produksi dapat berjalan lancar.
PT Yamaha Musical Products Indonesia (PT. YMPI) merupakan
perusahaan manufaktur yang memproduksi alat musik yaitu Flute, Clarinet,
Saxophone Alto dan Saxophone Tenor serta PCR Production Division yang
memproduksi Pianica, Recorder, dan Case (kotak musik) dengan skala ekspor
tentunya memerlukan strategi dan sistem yang baik untuk meningkatkan efisiensi
serta meminimasi biaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satu lini
produksi pada PT YMPI ini adalah lini produksi Handatsuke Flute Body. Lini
produksi ini merupakan proses pembuatan Body dan Foot dari Flute. Pada lini
produksi ini masih sering tidak tercapainya target produksi seperti yang terjadi
pada bulan Oktober 2013, dari target produksi yang diharapkan yaitu 17278 pcs
namun yang bisa diproduksi yaitu 16709 pcs, ada 569 pcs yang tidak terpenuhi
(Data PPIC PT YMPI). Hal ini diakibatkan oleh ketidekefisienan yang terjadi
pada sistem produksi. Seperti produk cacat (defect) dan proses menunggu
(waiting) terlalu lama. Tentunya waste ini akan mempengaruhi dengan waste yang
lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengaruh antara
satu jenis waste dengan waste lainnya. Pada penelitian Hines dan Rich (1997)
serta penelitian Imai (1997) yang diolah dan disajikan ulang oleh Rawabdeh
(2005) menyatakan bahwa waste over production mengurangi kelancaran aliran

barang atau jasa dan sangat mungkin akan menghambat produktivitas dan
beresiko terhadap kualitas serta waste inventory dapat mempengaruhi waste over
production, waste defect, waste motion dan waste transportation dalam tingkat
yang sama. Selain itu waste excessive inventory cenderung meningkatkan lead
time, menghalangi diketahuinya masalah secara cepat dan meningkatkan
kebutuhan ruang serta menghambat komunikasi dan produk berkualitas rendah
akan dihasilkan jika mesin-mesin digunakan secara tidak efisien.
Pada lini produksi Handatsuke Flute Body, produk cacat (defect) yang
terjadi masih cukup besar. Pada bulan Oktober 2013 terdapat 321 unit produk
cacat kemudian mengalami peningkatan pada bulan November 2013 sebesar 483
unit dan pada bulan Desember 2013 masih ada produk cacat sebesar 210 unit.

Defect (unit)
600
500
400
300

Defect

200
100
0
Oktober

November

Desember

Gambar 1.1 Jumlah produk defect selama bulan Oktober s/d Desember 2013

Masih terdapatnya produk cacat ini tentu menyebabkan proses produksi


perusahaan tidak efektif dan akan merugikan perusahaan. Oleh karena itu perlu
dilakukan perbaikkan yang dapat membuat proses produksi menjadi lebih efektif
dan efisien. Salah satu pendekatan yang relatif sederhana dan terstruktur dengan
baik agar mudah dipahami yaitu Lean Production. Lean Production diprakarsai
pertama kali oleh Toyota di Jepang, pendekatan ini memfokuskan aktivitasaktivitas apa saja yang memberikan Value bagi customer sehingga dapat
meminimasi pemakaian resource yang tidak memberikan nilai tambah pada
produk (Heins & Taylor, 2000).

Teknik-teknik lean production dapat menolong perusahaan untuk


menjadi kompetitif, terkhusus dalam hal pengurangan waste (pemborosan) yang
terjadi pada proses produksi mereka. Dari penerapan lean production ini
diharapkan biaya produksi lebih rendah, output meningkat, dan lead time produksi
lebih pendek.

1.2 Rumusan masalah


Permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah
Bagaimana perbaikkan sistem produksi lini produksi Handatsuke Flute Body
dengan pendekatan Lean Production.

1.3 Tujuan penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi waste (pemborosan) yang paling dominan

pada lini

produksi Handatsuke Flute Body.


2. Menentukan Mapping Tools berdasarkan bobot Value Stream Analysis
Tool (VALSAT) dengan pendekatan Lean Production.
3. Menentukan penyebab dasar waste (pemborosan) dominan dengan Fault
Tree Analysis (FTA).
4. Memberikan usulan perbaikkan sistem produksi bagi perusahaan untuk
mengurangi waste (pemborosan) dominan.

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat yang didapatkan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan dapat mengetahui waste (pemborosan) yang terjadi pada
proses produksi

2. Perusahaan

dapat

mengetahui

akar

penyebab

terjadinya

waste

(pemborosan) yang ada.


3. Perusahaan mendapat masukan dan saran perbaikan untuk meminimasi
terjadinya waste (pemborosan) dan meningkatkan performansi perusahaan.
1.5 Batasan Masalah
Dalam mencapai tujuan dan pembahasan penelitian yang lebih terarah
pada pendekatan konsep Lean Production di PT Yamaha Musical Products
Indonesia, maka penulis membatasai pembahasan yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan selama satu bulan dari tanggal 12 Desember 2013 s/d
10 Januari 2014.
2. Lini produksi yang diteliti adalah pada lini produksi handatsuke flute
body.
3. Tidak membahas biaya-biaya yang berhubungan dengan lini produksi
handatsuke flute body.
4. Penelitian dibatasi sampai tahap usulan perbaikkan terhadap waste yang
dominan, namun tidak sampai tahap pengimplementasian terhadap usulan
perbaikkan.

1.6 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian skripsi ini antara lain:
1. Penyebaran kuisioner diberikan kepada pihak-pihak yang terlibat langsung
pada lini produksi handatsuke flute body.

Anda mungkin juga menyukai