Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Hipertensi
menyerang lebih dari 700 juta penduduk dunia dengan angka mortalitas 7 juta jiwa dan
morbiditas 64 juta jiwa pertahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
1995, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3%. Survei faktor risiko penyakit
kardiovaskular oleh WHO di Jakarta, menunjukkan angka prevalensi hipertensi dengan
tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria 12,1% (2000). Pada wanita, angka
prevalensi mencapai 12,2% (2000).WHO dan International Society of Hypertension
(ISH), 1993 menyatakan hipertensi adalah menetapnya tekanan darah 160/95 mmHg.
Selanjutnya hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 95 mmHg (Smeltzer & Bare,
2001). Secara terminologi hipertensi berasal dari bahasa latin hypertension yaitu hyper
dan tension berarti meningkatnya tekanan.
Hipertensi sering disebut dngan silent killer karena tidak menimbulkan gejala.
Komplikasi pada hipertensi dapat disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi, serta
proses aterosklerosis yang cepat.Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan
kerusakan dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah kehilangan
fungsinya secara normal. Sedangkan proses aterosklerosis pada penderita hipertensi
lebih sering dan lebih hebat, serta timbul pada usia yang lebih muda, terutama pada
penderita dengan kadar kolesterol yang lebih tinggi dari normal.Komplikasi dari
hipertensi dapat menyebabkan gangguan struktur penyaring ginjal yang mengakibatkan
terjadinya penyakit ginjal tahap akhir dimana penderita dapat mengalami cuci darah.
Hipertensi juga dapat mengakibatkan pembesaran dinding vertical jantung yang akan
mengganggu pompa jantung, sehingga jantung tidak dapat bekerja secara optimal yang
mengakibatkan terjadinya gagal jantung. Komplikasi hipertensi dengan penyakit jantung
koroner ini dapat terjadi akibat pengapuran yang terjadi pada dinding pembuluh darah
jantung. Penyempitan yang terjadi pada lubang pembuluh darah jantung ini biasanya
menyebabkan masalah berkurangnya suatu aliran darah pada beberapa bagian dari otot

jantung. Hal ini bisa menyebabkan rasa nyeri yang sakit di dada dan bisa berakibat
gangguan pada masalah otot jantung. Bahkan, bisa juga menyebabkan timbulnya
masalah serangan jantung. Selain itu, komplikasi juga dapat terjadi pada otak penderita
hipertensi, sehingga penderita akan mengalami gangguan berupa sumbatan atau
pendarahan otak yang dapat mengakibatkan stroke. Selain itu, tekanan darah tinggi juga
dapat menyebabkan retinopati hipertensif atau perdarahan, pecahnya pembuluh darah
pada retina sehingga terjadi gangguan penglihatan.
Berbagai upaya dalam penatalaksanaan penderita hipertensi sudah dilakukan yaitu
secara pengobatan medis maupun alternatif. Pengobatan hipertensi secara farmakoterapi
dapat dilakukan dengan pemberian diuretika, penyekat reseptor beta adrenergic,
penyekat saluran kalsium, inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) atau
penyekat reseptor alfa adrenergic. Pengobatan tersebut bergantung pada pertimbangan
klien termasuk mengenai biaya, karakteristik demografik, penyakit penyerta, dan
kualitas hidup. Pengobatan hipertensi saat ini belum efektif karena hanya menurunkan
prevalensi sebesar 8%, harganya mahal, sering terjadi kekambuhan dan menimbulkan
efek samping yang lebih berbahaya (Price dan Wilson, 2005).
Terapi alternatif komplementer adalah sebuah kelompok dari bermacammacam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktek dan produk yang
secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (National
Institute of Health, 2005). The United States National Institutes of Health
mengelompokkan Terapi alternatif komplementer menjadi 5 kelompok :
1. Biologically based practice. Hal ini meliputi penggunaan dari suplemen
vitamin dan mineral, produk alami seperti chondroitin sulfat yang berasal dari
turunan tulang kartilago ikan hiu, produk herbal seperti ginkgo biloba dan
Echinacea serta diet diluar kebiasaan seperti diet rendah karbohidrat.
Contohnya seperti Chelation therapy, folk medicine, diet based therapy,
vegetarian diet, macrobiotic diet, atkins diet, Pritikins diet, Ornish diet, Zone
diet dan Megavitamin diet.
2. Manipulative and body-based approaches. Jenis pendekatan ini yang
meliputi pijat (messages) sudah mulai digunakan sejak abad 19 seperti

chiropractic medicine dan osteophatic medicine.


3. Mind-Body medicine. Jenis pendekatan ini meliputi pendekatan spiritual
seperti meditasi dan teknik relaksasi. Contohnya biofeedback, Meditation,
Guided imagery, Progressive relaxation, Deep breathing exercise,
Hypnosis, Yoga, Tai chi, Qi gong, Prayer for health reasons.
4. Alternative Medical System. Contohnya adalah Acupuncture, Ayurveda,
Cupping therapy, Homeophatic treatment, Naturopathy.
5. Energy medicine. Pendekatan ini menggunakan terapi yang meliputi
penggunaan energy seperti biofield atau bioelectromagnetic atau keduanya
dalam melakukan intervensi. Contoh dari terapi ini adalah terapi Reiki
(Barnes., Powell-Greiner., Mc Fann., Nahin, 2004)
Tren pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan menggunakan terapi alternatif
dan komplementer, salah satunya yaitu terapi bekam atau hijamah yang sudah digunakan
semenjak zaman Nabi Muhammad SAW. Terbukti dengan adanya hadis Nabi
Muhammad SAW yang berbunyiKesembuhan itu terdapat pada tiga hal, yaitu
minuman madu, sayatan alat bekam dan kay (pembakaran) dengaan api, dan
sesungguhnya aku melarang umatku dari kay. Sabda yang lainSungguh, pengobatan
paling utama yang kalian gunakan adalah bekam, (Hadits Shohih). "Apabila ada atau
ada kebaikan pada sesuatu dari obatmu, maka ia ada pada hijamah atau meminum
madu (herba)" (H.R. Bukhori dalam Yasin, 2005)
Kata "Hijamah" berasal dari bahasa Arab, dari kata Al Hijmu yang berarti pekerjaan
membekam. Al Hajjam berarti ahli bekam. Nama lain bekam adalah canduk, canthuk,
kop, mambakan, di Eropa dikenal dengan istilah "Cuping Therapeutic Method".
Ullah (2008) mengatakan bahwa bekam dapat dilakukan dengan dua cara, yakni
bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah atau Dry Cupping) dan bekam basah
(Hijamah Rothbah atau Wet Cupping). Bekam basah merupakan bekam kering yang
mendapatkan tambahan perlakuan, yaitu darah dikeluarkan dengan cara disayat pada
daerah yang dibekam (Ullah, 2007).
Juga menyebutkan beberapa manfaat dari bekam basah diantaranya adalah
membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat meningkatkan aktifitas
saraf-saraf vertebra, mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan
arteriosklerosis, menghilangkan rasa pusing, memar di bagian kepala, wajah, migrain

dan sakit gigi, menghilangkan kejang-kejang dan keram otot, memperbaiki


permeabilitas pembuluh darah, menyembuhkan reumatik, mengatasi kemalasan, lesu
dan banyak tidur, mengatasi radang selaput jantung dan ginjal, mengatasi gangguan
kulit, alergi, jerawat dan gatal-gatal.
Cara kerja bekam dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
pembekaman pada satu poin maka dikulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia
dan ototnya akan terjadi kerusakan dari mast cell dan lain-lain. Akibat kerusakan ini
akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting
substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan
terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam.
Dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman. Ini
menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek
relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan
menurunkan tekanan darah secara stabil. (dr. Wadda A. Umar, 2010)
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul perbedaan

titik bekam punggung dan titik bekam dada terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

B. Rumusan Masalah
Berbagai upaya dalam penatalaksanaan penderita hipertensi sudah dilakukan
yaitu secara pengobatan medis maupun alternatif, Pengobatan hipertensi secara
farmakoterapi dapat dilakukan dengan pemberian diuretika, Adapun pengobatan
alternatif seperti akupuntur, reiki, pijat urat, dan Bekam.
Bekam merupakan

suatu pengobatan alternatif yang ada sejak jaman nabi,

pengobatan bekam di indonesia mulai banyak dan dianggap dapat menyembuhkan


tekanan darah tinggi oleh kebanyakan masyarakat indonesia, meskipun belum ada
penelitian yang membenarkan bahwa bekam dapat menurunkan tekanan darah tinggi
( hipertensi ) pengobatan bekam ini masik banyak digunakan untuk pengobatan

Oleh karena itu peneliti ingin melakukan kebenaran pengaruh bekam tersebut
terhadap penurunan hipertensi
C. Pertanyaan Masalah
1. Bagimana tekanan darah setelah di bekam di titik punggung ?
2. Bagimana tekanan darah setelah di bekam di titik dada ?
3. Adakah perbedaan titik bekam punggung dan titik dada terhadap penurunan
tekanan darah ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan titik bekam punggung dan titik bekam dada
terhadap penurunan tekanan darah.
E. Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat bagi Akademis
Secara akademis penelitian ini berguna untuk menambah informasi bagi calon
sarjana tentang pengobatan hipertensi dengan terapi bekam.
2. Manfaat bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dalam mengobati hipertensi baik secara
3.

farmakologi maupun non framakologi ( Bekam )


Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai acuan dasar dalam penemuan dan pengembangan dalam pengobatan
hipertensi yang akan mendatang

Anda mungkin juga menyukai