Anda di halaman 1dari 89

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan tersebut dengan sebaik-baiknya. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktek Konstruksi Jalan Raya di Laboratorium Bahan
Bangunan Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam penyususunan laporan tersebut penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
sberbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan diluar pengetahuan penulis. Oleh karena kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat dibutuhkan oleh penulis. Semoga laporan tersebut dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 21 September 2013

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN HUDUL.......

KATA PENGANTAR......

ii

DAFTAR ISI.....

iii

A. JENIS PENGUJIAN..............................................................................

B. KAJIAN TEORI.........................................................

C. ALAT DAN BAHAN............

D. LANGKAH KERJA.......................................................................

E. PENYAJIAN DATA......................

F.

PEMBAHASAN............................................................

G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM..................................

H. KESIMPULAN..........

I.

SARAN......

DAFTAR PUSTAKA...................

LAMPIRAN..........................

iv

A. JENIS PENGUJIAN
Pengujian Pemanasan Aspal. Pengujian Pemanasan Aspal ini dilakukan di
Laboratorium Bahan Bangunan Jururan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

B. KAJIAN TEORI
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive),
berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal
sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran
beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan
lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton) atau aspal minyak
(aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal
dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan
senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan
klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai
sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat
cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan
secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal
adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang
mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain
hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa
aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan
nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawasenyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil)
dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5
sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa
polar.

Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat
menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan
jalan. (RSNI 06-2456-1991).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian pemanasan aspal adalah:
a. Kompor listrik;
Berfungsi untuk memanaskan dan mencairkan aspal yang padat.

Gambar 1. Kompor Listrik


b. Piring atau Plat Seng;
Plat berfungsi untuk alas cawan benda uji saat dipanaskan.

Gambar 2. Piring Seng

c. Cawan benda uji;


Terbuat dari logam atau gelas yang berbentuk silinder dengan
dasar yang rata sesuai syarat SNI. Untuk pengujian penetrasi di
bawah 200:
a. Diameter, mm 55
b. Tinggi bagian dalam, mm 35
Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350:
a. Diameter, mm 55 75
b. Tinggi bagian dalam, mm 45 -70
Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500:
a. Diameter, mm 55
b. Tinggi bagian dalam, mm 70

Gambar 3. Cawan Uji


d. Termometer;
Termometer digunakan untuk menentukan suhu atau perubahan
suhu yang terjadi saat praktikum dilaksanakan.

Gambar 4. Termometer

e. Sendok Pengaduk.
Berfungsi untuk mengaduk aspal agar tidak terjadi gelembung
udara pada aspal.

Gambar 5. Sendok Pengaduk


2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian pemanasan aspal adalah:
a. Aspal
Aspal adalah bahan yang akan digunakan untuk pengujian.

Gambar 6. Aspal

D. LANGKAH KERJA
Langkah kerja yang dilakukan dalam Pengujian Praktikum Pengujian
Aspal adalah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian disiapkan terlebih
dahulu;
2. Aspal diambil dari tempat penyimpanan, kemudian aspal dimasukkan
ke dalam cawan kecil yang telah disediakan;
3. Suhu aspal sebelum dipanaskan diukur menggunakan termometer;
4. Kompor dinyalakan, kemudian cawan diletakkan di atas piring untuk
dipanaskan di atas kompor;
5. Aspal yang telah mencair diaduk, diusahakan tidak terdapat
gelembung atau buih buih pada permukaan aspal;
6. Suhu aspal diukur secara berkala, setelah suhu aspal mencapai suhu
100 - 115C piring diangkat dan kompor dimatikan;
7. Data sementara praktikum yang telah dilaksanakan dibuat.

E. PENYAJIAN DATA
Praktikum Pemanasan Aspal dilakukan pada:
1. Waktu
Hari

Senin

Tanggal

9 September 2013

Pukul

16.00 16.25

Tempat

Laboratorium bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil


dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Data Hasil Pengujian


Setelah dilakukan pengujian diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengujian Pemanasan Aspal
No.

1.

Urutan Pemeriksaan

Pembebanan

Pembebanan

Suhu ( C )

Waktu

24oC

16.00 WIB

Pemanasan Benda Uji


Mulai Pemanasan

Selesai pemanasan

110 C

16.25 WIB

F. PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengujian pemanasan aspal dan dilihat dari hasil
pengujian, menunjukkan bahwa aspal yang telah dipanaskan sudah
memenuhi syarat yang telah ditentukan yaitu antara 100 - 115C.

G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM


Pada pelaksanaan praktkum, terdapat beberapa kendala, yaitu:
1. Keterbatasan jumlah alat praktikum.

2. Alat praktikum yang kurang normal sehingga memerlukan perlakuan


khusus.

H. KESIMPULAN
Setelah dilakukan Praktikum Pengujian Pemanasan Aspal dan setelah data
didapat yaitu yang telah selesai dipanaskan yaitu 110C. Aspal yang
dipanaskan tersebut telah memenuhi syarat yang telah ditentukan yaitu >
100C dan < 115C.

I. SARAN - SARAN
Alangkah baiknya peralatan yang digunakan sesuai dengan standar yang
sudah ditetapkan dan lakukanlah pengujian sesuai dengan prosedur yang
ada termasuk mencatat waktu mulai dan selesai saat pengukuran suhu.

DAFTAR PUSTAKA

__.2013.http://id.wikipedia.org/wiki/Aspal diakses pada 23 September


2013 pukul 07.00 WIB.
Maris, Setya Nugraha. 2011.
http://mariestexist.blogspot.com/2011/07/pengujian-aspal.html
diakses pada 20 Setember 2013, Pukul 19.03
Revisi SNI 06-2456-1991 Cara Uji Penetrasi Aspal.

LAMPIRAN

Gambar 6. Proses Pemanasan Aspal

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan tersebut dengan sebaik-baiknya. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktek Konstruksi Jalan Raya di Laboratorium Bahan
Bangunan Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam penyususunan laporan tersebut penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan diluar pengetahuan penulis. Oleh karena kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat dibutuhkan oleh penulis. Semoga laporan tersebut dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 21 Septembaer 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

KATA PENGANTAR.....

ii

DAFTAR ISI...

iii

A. JENIS PENGUJIAN....................................................................................

B. KAJIAN TEORI..............................................................

C. ALAT DAN BAHAN..................

D. LANGKAH KERJA................................................................................

E. PENYAJIAN DATA...............................

F. PEMBAHASAN..........................................................................

11

G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM........................................

12

H. KESIMPULAN......... 12
I.

SARAN.................

12

DAFTAR PUSTAKA..........................

13

LAMPIRAN.........................................

14

iii

A. JENIS PENGUJIAN
Praktikum ini adalah praktikum penetrasi aspal, yang bertujuan untuk
mengetahui nilai penetrasi aspal , lembek (solid atau semi solid) dengan
memasukkan jarum penetrasi dengan ukuran beban dan waktu tertentu ke
dalam aspal dalam suhu tertentu.

B. KAJIAN TEORI
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan
jumlahnya sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang
merupakan bahan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan
persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat
rheologi aspal yaitu kekerasan aspal (RSNI 06-2456-1991).

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal


pengendalian mutu aspal atau tar untuk keperluan pembangunan,
peningkatan atau pemeliharaan jalan. Pengujian penetrasi ini sangat
dipengaruhi oleh faktor berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan
permukaan jarum, temperatur dan waktu. Oleh karena itu perlu disusun
dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu dan beban
yang digunakan dalam penentuan penetrasi aspal (RSNI 06-2456-1991).

Pengujian ini ditujukan untuk menentukan kekerasan dan kelembekan


suatu aspal. Semakin besar angka penetrasi makin lembek aspal tersebut
dan sebaliknya semakin kecil angka penetrasi maka aspal tersebut semakin
keras.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat Penetrasi Aspal
Alat penetrasi yang dapat melepas pemegang jarum untuk bergerak
secara vertikal tanpa gesekan dan dapat menunjukkan kedalaman
masuknya jarum ke dalam benda uji sampai 0,1 mm terdekat.

Gambar 1. Alat Penetrasi Aspal

2. Kompor Listrik atau Pemanas


Berfungsi untuk memanaskan dan mencairkan aspal yang padat.

Gambar 2. Kompor Listrik


3. Cawan Benda Uji
Terbuat dari logam atau gelas yang berbentuk silinder dengan dasar
yang rata sesuai syarat SNI. Untuk pengujian penetrasi di bawah 200:
a. Diameter, mm 55
b. Tinggi bagian dalam, mm 35
c. Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350:
d. Diameter, mm 55 - 75
e. Tinggi bagian dalam, mm 45 -70

10

Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500:


a. Diameter, mm 55
b. Tinggi bagian dalam, mm 70

Gambar 3. Cawan
4. Baskom Perendam
Baskom yang diisi air dingin untuk mempertahankan temperatur 25oC
0,1oC atau temperatur lain dengan ketelitian tidak lebih dari 0,1oC.

Gambar 4. Baskom Perendam

5. Stopwatch
Stopwatch berfungsi untuk meghitung waktu saat praktikum
dilaksanakan.

11

Gambar 5. Stopwatch
6. Plat atau piring seng
Plat berfungsi untuk alas cawan benda uji saat dipanaskan.

Gambar 6. Piring Seng


7. Baskom yang diisi air
Baskom berfungsi sebagai wadah penampung air dingin yang
digunakan untuk merendam aspal.

12

Gambar 7. Baskom Berisi Air


8. Termometer
Termometer digunakan untuk menentukan suhu atau perubahan suhu
yang terjadi saat praktikum dilaksanakan.

Gambar 8. Termometer
9. Aspal
Aspal adalah bahan yang akan digunakan untuk pengujian.

13

Gambar 9. Aspal
10. Es Batu
Es batu sebaiknya disiapkan terlebih dahulu sebelum pengujian
dimulai. Di dalam pengujian ini es batu berfungsi sebagai bahan untuk
mendinginkan aspal serta menjaga suhu aspal agar tetap stabil.

Gambar 10. Es Batu

D. LANGKAH KERJA
1. Aspal dimasukkan ke dalam cawan uji yang telah disediakan, hingga
garis batas yang ada pada cawan;

14

2. Cawan diletakkan pada piring seng atau plat di atas kompor listrik atau
pemanas;
3. Aspal dipanaskan secara hati-hati dan diaduk untuk menghindari
terjadinya pemanasan setempat yang berlebih. Pemanasan ini
dilakukan hingga aspal cukup cair kurang lebih pada suhu 105oC;
4. Suhu aspal diperiksa menggunakan termometer;
5. Setelah benda uji siap, Benda uji didinginkan menggunakan air es batu
yang telah disiapkan sebelumnya hingga suhu 25oC, Alat-alat yang
telah selesai digunakan dibersihkan dan dikembaikan pada tempatnya;
6. Siapkan alat uji penetrasi, letakkan benda uji pada alat uji penetrasi.
Sebelum pengujian dimulai, Salah satu sisi cawan ditandai untuk
menghindari kesalahan penempatan tititk pengujian.
7. Jarum perlahan-lahan diturunkan hingga jarum menyentuh permukaan
benda uji. Kemudian jarum penujuk skala diatur sehingga jarum
menunjukkan angka 0 pada skala pengujian alat penetrasi;
8. Penahan jarum dilepaskan selama waktu yang disyaratkan (5 detik
0,1 detik) kemudian ditahan kembali setelah 5 detik. Apabila wadah
benda uji bergerak pada saat pengujian maka pengujian dianggap
gagal;
9. Angka skala yang ditunjukkan jarum skala alat uji penetrasi dibaca dan
dicatat;
10. Pengujian dilakukan lima kali untuk benda uji yang sama, dengan
ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak tidak kurang 10 mm dari
dinding cawan dan tidak kurang 10 mm dari satu titik pengujian
dengan titik pengujian lainnya.
11. Hasil penetrasi dilaporkan dalam bilangan bulat. Sekurang-kurangnya
pada tiga kali pengujian nilai penetrasi tidak berbeda lebih dari yang
disyaratkan pada tabel berikut:

15

Tabel 1. Ketentuan Perbedaan Nilai Penetrasi yang Tertinggi Dengan


yang Terendah
Penetrasi

0 49

50 - 149

150 - 249

250 500

12

20

Maksimum
perbedaan nilai
penetrasi antara
yang tertinggi
dengan yang
terendah

E. PENYAJIAN DATA
Praktikum Penetrasi Aspal dilakukan pada :
Tabel 2. Waktu Pelaksanaan Pengujian 1
Hari

Senin

Tanggal

9 September 2013

Pukul

16.00 16.15

Tempat

Laboratorium bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil


dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta.

Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Pengujian 2


Hari

Senin

Tanggal

30 September 2013

Pukul

16.00 16.15

Tempat

Laboratorium bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil


dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta.

16

Data Hasil Pengujian


Tabel 4. Pengujian Penetrasi Aspal
MACAM
PEKERJAAN

WAKTU

TEMPERATUR

Mulai pukul : 15.00


Suhu ruang 27oC

Persiapan
Selesai pukul : 15.30
Perendaman

Mulai pukul : 15.30

Suhu perendaman

Benda Uji

Selesai pukul : 16.15

25C

Pemeriksaan

Mulai pukul : 16.15

Benda Uji

Selesai pukul : 16.40

Tabel 5. Hasil Pengujian Penetrasi Aspal 1


Benda Uji 1

KET

Suhu (oC)

40

Satuan 0,1 mm

25

21

Satuan 0,1 mm

25

45

Satuan 0,1 mm

25

48

Satuan 0,1 mm

25

53

Satuan 0,1 mm

25

49

Satuan 0,1 mm

25

42,6

25

17

Suhu perendaman
25C

Tabel 6. Hasil Pengujian Penetrasi Aspal 2


Benda Uji 2

KET

Suhu (oC)

30

Satuan 0,1 mm

25

27

Satuan 0,1 mm

27

28,5

Satuan 0,1 mm

27

11

Satuan 0,1 mm

26

34

Satuan 0,1 mm

27

25

Satuan 0,1 mm

27,5

25,9

26,58

F. PEMBAHASAN
Tabel 7. Hasil pengujian penetrasi 1
Nilai Terukur

Deviasi

Deviasi

(x)

)
(x - 

Mutlak

40

9,5

90,25

21

-9,5

90,25

Titik

(

 = 61 / 2

)

= 30,5

) 
( 

180,5

45

-1,5

2,25

48

1,5

2,25

(

 = 93 / 2

)

= 46,5

4,5

53

49

-2

(

 = 102 / 2

)

= 51

18

Varians 1

( )

,



= 180,5
Standar deviasi 1

= 
= 180,5
= 13,43

Koefisien varians 1 =
=

#$%&%' &()*#*
'%$%'%$%

+,,+
+,

x 100%

x 100%

= 44,03 %
Varians 2

( )

,,



= 4,5
Standar deviasi 2

= 
= 4,5
= 2,12

Koefisien varians 2 =

#$%&%' &()*#*
'%$%'%$%

x 100%

,

= ,., x 100%
= 4,5 %
Varians 3

( )




=
=8
Standar deviasi 3

= 
= 8

= 2,82

Koefisien varians 3 =

#$%&%' &()*#*
'%$%'%$%

19

x 100%

,


x 100%

= 5,53 %
Tabel 8. Tabel Nilai Koefisien Varians
Suhu

Koefisien Varian

(oC)

(%)

25

44,03

25

4,5

25

5,53

Titik Uji

 = 18,02

Suhu (C)

25,0425

y = 25
24,99
0

10

20

30

40

Koefisien Varians (%)

Gambar 11. Grafik hubungan suhu dengan koefisien varians

20

50

Tabel 9. Hasil pengujian penetrasi 2


Nilai

Deviasi

Deviasi

(x)

)
(x - 

Mutlak

30

1,5

2,25

27

-1,5

2,25

Titik

Terukur

 = 57/2

(
)

= 28,5

) 
( 

4,5

28,5

8,75

76,56

11

-8,75

76,56

 = 39,5/2

(
)

= 19,75

153,12

34

4,5

20,25

25

-4,5

20,25

 = 59/2

(
)

= 29,5

Varians 1

( )

,,



= 4,5
Standar deviasi 1

= 
= 4,5
= 2,12

Koefisien varians 1 =

#$%&%' &()*#*
'%$%'%$%

,

= , x 100%
= 7,4 %
Varians 2

( )

+,




21

x 100%

40,5

= 153,12
Standar deviasi 2

= 
= 153,12
= 12,37

Koefisien varians 2 =
=

#$%&%' &()*#*
'%$%'%$%

 ,+1
2,1

x 100%

x 100%

= 62,63 %
Varians 3

( )

,,



= 40,5
Standar deviasi 3

= 
= 40,5
= 6,36

Koefisien varians 3 =

#$%&%' &()*#*
'%$%'%$%

x 100%

.,+.

= 2,1 x 100%
= 21,37 %

Tabel 10. Tabel Nilai Koefisien Varians


Suhu

Koefisien Varian

(oC)

(%)

26

7,4

26,5

62,63

27,25

21,37

Titik Uji

 = 30,46

22

Suhu (C)

27,4
27,2
27
26,8
26,6
26,4
26,2
26
25,8

y = 0,002x + 26,49

10

20

30

40

50

60

70

Koefisien Varians (%)

Gambar 12. Grafik hubungan suhu dengan koefisien varians


Setelah dua kali dilakukan pengujian didapatkan masing-masing 6
data hasil uji penetrasi bahan aspal. Berdasarkan hasil uji penetrasi yang
tertera pada tabel 5. Pada tabel tersebut didapat angka penetrasi pada ke
enam titik yang diuji mulai dr 40, 21, 45, 48, 53, hingga yang terakhir
49. Suhu rata-rata pada pengujian ini adalah 25C. Dari ke enam hasil
tersebut didapat angka rerata hasil pengujian aspal adalah 42,6. Dari ke
enam data yang telah didapat tersebut terdapat hasil pengujian yang
gagal. Pada pengujian di titik 2 didapatkan hasil penetrasi sebesar 21.
Jika dilihat dari hasil penetrasi pada titik sebelum dan sesudahnya hasil
tersebut sangat melenceng jauh melebihi angka toleransi yang diijinkan
seperti yang telah tertera pada tabel 1.
Pada pengujian kedua didapatkan angka hasil penetrasi yang tertera
pada tabel 6. Pada tabel tersebut tertera angka penetrasi di enam titik
pengujian, mulai dari 30; 27; 28,5 ; 11 ; 34 dan 25 pada suhu rata-rata
26,58 oC. Dari keenam data hasil penetrasi, didapatkan rerata hasil
pengujian yaitu 25,9. Dari hasil yang telah didapatkan, ternyata
pengujian yang dilakukan gagal karena selisih hasil penetrasi antar 2
titik uji penetrasi melebihi nilai toleransi yang telah ditentukan pada
tabel 1.

23

27,5
27
Suhu (C)

y = 0,002x + 26,49
26,5
26
25,5
25

y = 25

24,5
0

10

20

30

40

50

60

70

Koefisien Varians (%)

Gambar 13. Grafik perbedaan hasil penetrasi 1 dan penetrasi 2


G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Pada pelaksanaan praktkum, terdapat beberapa kendala, yaitu:
1. Keterbatasan jumlah alat praktikum.
2. Alat praktikum yang kurang normal sehingga memerlukan perlakuan
khusus.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan dari percobaan yang telah kelompok kami lakukan, kami
menyimpulkan bahwa:
1. Pengujian penetrasi dilakukan untuk kekerasan aspal dengan
memasukkan jarum penetrasi ke dalam aspal pada waktu dan suhu
tertentu, yaitu 25oC.
2. Rata-rata koefisien varians pada pengujian I adalah sebesar 18,02 %.
3. Rata-rata koefisien varians pada penetrasi II adalah sebesar 30,46 %.
4. Nilai penetrasi aspal pertama lebih besar dari pada nilai penetrasi aspal
recycle yaitu 42,6 > 25,9.

I. SARAN-SARAN

24

Berikut adalah beberapa saran untuk praktikum Uji Penetrasi Aspal


selanjutnya:
1. Sebaiknya pada saat pengujian menggunakan alat-alat yang normal;
2. Setelah jarum penetrometer keluar dari bahan uji aspal, sebaiknya
dibersihkan terlebih dahulu sebelum melakukan pengujia selanjutnya;
3. Pengambilan data sebaiknya dilakukan secara cepat dan teliti untuk
menghindari kesalahan data.

25

DAFTAR PUSTAKA

Revisi SNI 06-2456-1991 Cara Uji Penetrasi Aspal.


Nugraha, Maris Setya. 2011.
http://mariestexist.blogspot.com/2011/07/pengujian-aspal.html
diakses pada 20 Setember 2013, Pukul 19.03
TeBe Ceria. 2013.
http://tebeceria09.blogspot.com/2013/10/uji-penetrasiaspalbitumen.html diakses pada 2 Desember 2013, Pukul 00.30

26

LAMPIRAN

Gambar 14. Proses Memasukkan Aspal ke Cawan Uji

Gambar 15. Proses Pemanasan Aspal

27

Gambar 16. Proses Pengukuran Suhu Aspal Sebelum Proses Penetrasi

Gambar 17. Proses Penetrasi Aspal

28

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan tersebut dengan sebaik-baiknya. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktek Konstruksi Jalan Raya di Laboratorium Bahan
Bangunan Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam penyususunan laporan tersebut penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan diluar pengetahuan penulis. Oleh karena kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat dibutuhkan oleh penulis. Semoga laporan tersebut dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 01 Desember 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI..

iii

A. JENIS PENGUJIAN....................................................................................

B. KAJIAN TEORI.............................................................

C. ALAT DAN BAHAN..............

D. LANGKAH KERJA...................................................................................

E. PENYAJIAN DATA..............................

10

F. PEMBAHASAN.............................................................

11

G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM.......................................

11

H. KESIMPULAN...................

12

I. SARAN............

12

DAFTAR PUSTAKA.........................

13

LAMPIRAN.......................................

14

iii

A. JENIS PENGUJIAN
Pengujian titik lembek aspal adalah pengujian dengan alat Cincin dan Bola
(Ring and Ball), dimaksudkan untukmenentukan angka titik lembek aspal
yang berkisar dari 30 sampai dengan 157C dengan cara Ring and Ball.

B. KAJIAN TEORI
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu
mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin
berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh plat dasar yang
terletak di bawah cincin pada ketinggian 1 inchi, sebagai kecepatan akibat
pemanasan.
Percobaan ini dilakukan karena pelembekan bahan aspal dan ter, tidak
terjadi secara langsung suhu tertentu, tetapi bertahap seiring penambahan
suhu. Oleh sebab itu setiap prosedur yang digunakan hendaknya mengikuti
sifat dasar tersebut artinya penambahan suhu pada percobaan hendaknya
berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus itu dengan
penambahan suhu 5C/menit.
Titik lembek juga mengindikasikan tingkat kepekaan aspal terhadap
perubahan temperatur, disamping itu titik lembek juga dipengaruhi oleh
kandungan paraffin (lilin) yang terdapat dalam aspal. Semakin tinggi
kandungan paraffin pada aspal, maka semakin rendah titik lembeknya dan
aspal semakin peka terhadap perubahan suhu. Menurut SNI 06-2434-1991,
titik lembek berkisar 30C-200C dan dibaca saat aspal berikut bola
menyentuh plat dasar yang berjarak kira-kira 1 inchi di bawahnya.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Ring and Ball Test
Alat ini digunakan untuk menguji titik lembek aspal.

28

Gambar 1. Alat Ring and Ball Test


b. Cincin kuningan
Cincin kuningan ini terbuat dari kuningan dan berbentuk seperti
cincin digunakan sebagai tempat aspal dan bola baja.

Gambar 2. Cincin tembaga


c. Thermometer
Thermometer digunakan untuk mengukur suhu dan perubahan suhu
saat mengukur titik lembek aspal.

29

Gambar 3. Thermometer
d. Penjepit
Penjepit digunakan untuk menjepit kassa asbes

Gambar 4. Penjepit

e. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu terjadinya titik
lembek aspal

30

Gambar 5. Stopwatch
f. Kassa asbes
Kassa asbes digunakan sebagai alas penyekat panas untuk gelas
bejana pada saat dipanaskan diatas kompor listrik agar gelas bejana
tidak pecah

Gambar 6. Kassa asbes


g. Kompor listrik
Kompor listrik digunakan untuk memanaskan aspal yang ada di
dalam bejana yang terdapat di cincin kuningan.

31

Gambar 7. Kompor listrik


h. Kain lap
Kain lap digunakan untuk membersihkan peralatan praktikum

Gambar 8. Kain lap

i. Cawan
Cawan digunakan sebagai tempat untuk meletakkan aspal yang
akan diuji.

Gambar 9. Cawan

32

j. Sendok
Sendok digunakan untuk mengambil aspal cair dan ditaruh ke
cincin kuningan

Gambar 10. Sendok


k. Baskom
Baskom digunakan sebagai tempat es batu

Gambar 11. Baskom


l. Kaca
Kaca digunakan sebagai alas saat menuangkan aspal cair di cincin
kuningan dan di bawah kaca terdapat es batu

33

Gambar 12. Kaca


2. Bahan
a. Aspal
Aspal digunakan sebagai bahan yang akan diuji

Gambar 13. Aspal


b. Es batu
Es batu digunakan untuk mengubah suhu aspal menjadi suhu yang
digunakan saat pengujian dilakukan.

Gambar 14. Es batu

34

c. Minyak tanah
Minyak tanah digunakan untuk membersihkan alat yang terkena
aspal

Gambar 15. Minyak tanah


d. Oli
Oli digunakan untuk melapisi cincin kuningan agar aspal tidak
terlalu menempel

Gambar 16. Oli

35

D. LANGKAH KERJA
Prosedur dalam pengujian titk lembek aspal yaitu:
1. Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum disiapkan
2. Aspal ditaruh dalam cawan kemudian jepit dengan penjepit
3. Cawan ditaruh di atas kompor listrik, kemudian kompor dinyalakan
4. Selama pemansan, aspal diaduk aduk
5. Suhu aspal diukur secara berkala hingga aspal mencapai suhu 1105C
6. Setelah mencapai suhu 1105C kompor dimatikan
7. Aspal dituangkan ke cincin kuningan yang diletakkan diatas kaca dan
dibawahnya berisi air dan es dengan suhu 5C
8. Setelah cincin kuningan terisi aspal, aspal direndam di dalam air es
9. Sambil menunggu perendaman aspal, bejana diisi dengan air dan es
utuk membuat suhu air dalam bejana menjadi 5C
10. Alat Ring and Ball test dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air.
11. Cincin dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dirangkai pada alat
Ring and Ball test.
12. Bola baja diletakkan diatas aspal yang berada di daalam cincin
kuningan
13. Kasa asbes diletakkan di atas kompor listrik, kemudian bejana
diletakkan di atasnya, kemudian kompor dinyalakan.
14. Waktu setiap kenaikan suhu 5C dicatat untuk data praktikum.
15. Pencatatan waktu dilakukan sampai bola baja turun dan menyentuh
plat kuningan yang berada di dasar bejana.
16. Suhu dan waktu saat bola jatuh menyentuh plat kuningan dicatat.
17. Hasil percobaan kemudian disusun untuk dibuat laporan sementara.

36

E. PENYAJIAN DATA
Praktikum titik lembek aspal dilaksanakan pada:
1. Waktu Pengujian:
Tabel 1. Waktu dan Tempat Pengujian
Hari

Senin

Tanggal

30 September 2013

Pukul

16.00 16.15

Tempat

Laboratorium bahan Bangunan Jurusan Teknik


Sipil

dan

Perencanaan

Universitas

Negeri

Yogyakarta.

2. Data Hasil Pengujian


Tabel 2. Data Pengujian
No
Keterangan
1
Pemeriksaan suhu es
2
Pemanasan aspal
3
Penuangan aspal
4
Perendaman aspal benda uji
5
Proses pengujian

Waktu
15.55 16.08
15.45 15.55
15.55
16.00 16.08
16.08 16.30

Suhu (oC)
5
110
5

Tabel 3. Data Hasil Pengujian


Suhu yang
No
diamati
(oC)
1
2
3
4
5
6
7
8

5
10
15
20
25
30
35
40

Waktu (menit)
I

II

0
04:37:83
09:28:17
14:10:63
16:49:35
17:05:10
17:20:15
18:10:58

0
04:37:83
09:28:17
14:10:63
16:49:35
17:05:10
17:20:15
18:10:58

37

Titik
Lembek
(oC )
I
II

42

41

Waktu Titik
Lembek
(menit)
I
II

18:17:52

18:14:25

F. PEMBAHASAN
Hasil yang dilakukan pengujian titik lembek aspal yang telah
dilakukan, bola baja jatuh tidak bersamaan. Benda uji pertama jatuh pada
suhu 42C dengan waktu 18 menit, 17,52 detik sedangkan benda uji yang
ke dua jatuh pada suhu 41C dengan waktu 18 menit, 14,25 detik.
Jatuhnya bola baja yang tidak bersamaan disebabkan karena suhu yang
berbeda saat memanaskan benda uji di dalam tabung gelas ukur sehingga
dengan panas yang tidak merata bola baja yang jatuh tidak berbarengan.
Dan juga air yang digunakan saat merendam aspal juga mempengaruhi
karena yang digunakan adalah air es.
45
40

Suhu (C)

35
y = 2,163x - 8,528

30
25
20
15
10
5
0
0

10

15

20

Waktu (detik)

Gambar 17. Grafik hubungan waktu suhu dengan waktu pengujian.

G. KESULITAN DALAM PRAKTIKUM


Kesulitan yang dialami dalam praktikum yaitu:
1. Kurang tersedianya alat praktikum sehingga praktikum dilakasanakan
secara bersama-sama.
2. Tidak ada tempat penjepit thermometer sehingga sulit dalam peletakan
dan melihat pengukuran suhu.

38

H. KESIMPULAN
Hasil yang diperoleh setelah melakukan praktikum pengujian titik lembek
adalah:
1. Titik lembek pada bahan uji 1 terjadi pada suhu 42C dengan waktu 18
menit, 17,52 detik.
2. Titik lembek pada bahan uji 2 terjadi pada suhu suhu 41C dengan
waktu 18 menit, 14,25 detik
3. Rata-rata suhu titik lembek pada bahan uji yaitu 41,5C

I. SARAN
Setelah melakukan pengujian ada beberapa saran yaitu:
1. Sebaiknya peralatan praktikum ditambah jumlahnya agar semua
kelompok mahasiswa dapat melakukan praktikum
2. Terdapat prosedur cara praktikum agar saat pelaksanaan praktikum
tidak ada kesulitan
3. Melakukan praktikum lebih teliti dan hati-hati agar mendapatkan hasil
yang maksimal

39

DAFTAR PUSTAKA
Nobel,

Afret

(2012).

Titik

Lembek

aspal.

(Online).

Tersedia:

http://laporantekniksipil.wordpress.com/2012/06/29/titik-lembek-aspal/
. diakses pada tanggal 13 Oktober 2013 jam 22.11 WIB

SNI 06-2434-1991, Tentang metode pengujian titik lembek aspal dan ter

Yudharizal

(2012),

Artikel

tentang

http://rizayudhaniks.wordpress.com

uji

titik

lembek.

/2012/04/19/uji-titik-lembek-

aspal-dan-uji-titik-bakar-aspal/. di akses pada tanggal 13 Oktober 2013


jam 20.13 WIB

40

LAMPIRAN

Gambar 18. Proses memasukkan aspal ke dalam cincin

Gambar 19. Proses menstabilkan suhu air

41

Gambar 20. Proses uji lembek aspal

42

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan tersebut dengan sebaik-baiknya. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktek Konstruksi Jalan Raya di Laboratorium Bahan
Bangunan Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam penyususunan laporan tersebut penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan diluar pengetahuan penulis. Oleh karena kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat dibutuhkan oleh penulis. Semoga laporan tersebut dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 21 Septembaer 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI..

iii

A. JENIS PENGUJIAN...................................................................................

B. KAJIAN TEORI.............................................................

C. ALAT DAN BAHAN.............

D. LANGKAH KERJA...............................................................................

E. PENYAJIAN DATA..............................

F.

PEMBAHASAN.................................................................

11

G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM.......................................

11

H. KESIMPULAN..............

12

I.

SARAN...............

12

DAFTAR PUSTAKA........................

13

LAMPIRAN..........................................

14

iii

A. JENIS PENGUJIAN
Praktikum titik nyala dan titik bakar aspal adalah praktikum yang
bertujuan untuk mengetahui pada suhu berapakah titik nyala dan titik
bakar aspal.

B. KAJIAN TEORI
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat
menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan
jalan (RSNI 06-2456-1991).

Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5 detik
pada suatu titik diatas permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada saat
terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik pada permukaan
aspal (SNI 06-2433-1991).

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui sifatsifat bahan terhadap bahaya api, pada suhu mana bahan akan terbakar atau
menyala (SNI 06-2433-1991).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Kompor Listrik atau Pemanas
Berfungsi untuk memanaskan dan mencairkan aspal yang padat.

Gambar 1. Kompor Listrik

43

2. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu pada saat praktikum
dilaksanakan.

Gambar 2. Stopwatch
3. Termometer
Termometer digunakan untuk menentukan suhu atau kenaikan suhu
pada saat pengujian berlangsung.

Gambar 3. Termometer

44

4. Aspal
Aspal yang digunakan adalah aspal baru yang belum digunakan pada
pengujian-pengujian aspal yang dilakukuan.

Gambar 4. Aspal
5. Sumber Api
Sumber api dapat berupa korek, lilin, dan lain-lain.

Gambar 5. Korek Api

45

6. Cleveland Open Cup


Cleveland Open Cup adalah alat yang digunakan untuk wadah aspal
ketika pengujian berlangsung.

Gambar 6. Cleveland Opencup

3. Spirtus
Spirtus adalah bahan bakar yang digunakan untuk sumber api.

Gambar 7. Spirtus

46

4. Batang Peyulut Api


Batang yang digunakan untuk menyalurkan api dari sumber api ke
aspal yang diuji.

Gambar 8. Batang Penyulut Api

5. Penjepit
Penjepit berfungsi untuk menjepit termometer yang digunakan untuk
menentukan suhu aspal pada pengujian.

Gambar 9. Penjepit

47

D. LANGKAH KERJA
Berikut langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini:
1. Aspal dimasukkan ke dalam cawan cleveland yang telah disediakan,
hingga batas yang ditentukan;
2. Statip, kompor, dan termometer disiapkan dan dirangkai sesuai
gambar;
3. Aspal yang telah dimasukkan ke dalam cawan cleveland dipanaskan di
atas kompor;
4. Termometer diletakkan di cawan cleveland yang berisi aspal yang
dipanaskan dengan posisi tegak lurus cawan;
5. Waktu pada setiap kenaikan suhu 5oC dari suhu awal dicatat;
6. Pada suhu 200 oC api dinyalakan untuk menguji titik nyala aspal;
7. Api didekatkan di atas permukaan aspal di cawan cleveland;
8. Titik nyala aspal adalah apabila pada permukaan aspal terdapat api
yang tertinggal kurang dari 5 detik.
9. Kemudian pengujian dilanjutkan untuk mengetahui titik bakar aspal
dengan mendekatkan api di atas aspal secara berulang ulang;
10. Titik bakar aspal adalah apabila pada permukaan aspal terdapat api
yang tertinggal selama minimal 5 detik.
11. Suhu pada saat titik nyala dan titik bakar dicatat;

E. PENYAJIAN DATA
Praktikum Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal dilakukan pada:
1. Waktu
Tabel 1. Waktu pelaksanaan pengujian
Hari

Senin

Tanggal

28 November 2013

Pukul

16.00 17.15

Tempat

Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil


dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta.

48

2. Data Hasil Pengujian


Tabel 2. Data Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar

No

Waktu
(Menit)

Benda Uji I
Suhu
(oC)

Ket.

No

Waktu
(Menit)

Benda Uji I
Suhu
(oC)

1.

00:00:00

45

31.

12:16:24

200

2.

01:29:32

50

32.

12:37:84

205

3.

03:27:04

55

33.

12:54:94

210

4.

04:38:71

60

34.

13:15:55

215

5.

05:34:71

65

35.

13:27:70

220

6.

06:02:43

70

36.

13:49:53

225

7.

06:02:43

75

37.

14:12:03

230

8.

06:40:86

80

38.

14:40:83

235

9.

06:55:89

86

39.

15:06:70

240

10.

07:07:50

90

40.

15:38:07

245

11.

07:19:02

95

41.

16:02:68

250

12.

07:28:11

100

42.

16:35:71

255

13.

07:36:93

105

43.

17:10:09

260

14.

07:44:31

110

44.

17:59:95

265

15.

07:53:59

115

45.

18:46:08

270

16.

07:58:62

120

46.

19:21:49

275

17.

08:06:76

125

47.

19:50:16

280

18.

08:14:81

130

48.

20:26:16

285

19.

08:28:05

135

49.

20:04:99

290

20.

08:42:31

140

50.

21:50:89

295

21.

08:58:15

145

51.

22:44:94

300

22.

09:15:66

150

52.

23:58:40

305

23.

09:34:29

155

53.

24:57:94

310

49

Ket.

No

Waktu
(Menit)

Benda Uji I
Suhu
(oC)

Ket.

No

Waktu
(Menit)

Benda Uji I
Suhu
(oC)

24.

09:50:26

160

54.

25:43:30

315

25.

10:09:97

165

55.

26:26:91

320

26.

10:26:31

170

56.

27:38:95

325

Ket.

Titik
Nyala 1

27.

10:47:01

175

57.

28:39:84

330

28.

11:04:83

180

58.

30:17:31

335

Titik
Nyala 2

39.

11:28:32

185

59.

31:45:24

340

30.

11:42:54

190

60.

33:28:54

345

31

12:03:82

195

61.

34:55:83

348

Titik
Bakar

F. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengujian didapatkan data hasil pengujian titik
nyala dan titik bakar bahan aspal yang tertera pada tabel 2. Pada tabel
tersebut didapat nilai titik nyala aspal yang pertama kali pada suhu 325oC
yang ditandai dengan nyala api yang tertinggal di atas permukaan aspal
selama kurang dari 1 detik. Titik nyala kedua aspal didapatkan pada suhu
335oC, yang ditandai nyala api yang tertinggal di permukaan aspal seperti
pada saat titik nyala pertama. Titik bakar aspal didapatkan pada saat suhu
348oC yang ditandai dengan adanya sisa nyala api selama 5 detik di atas
permukaan aspal yang diuji.

50

400
350

y = 4,995x + 40,11

Suhu(C)

300
250
200
150
100
50
0
4,38
6,02
7,07
7,36
7,58
8,28
9,15
10,09
11,04
12,03
12,54
13,49
15,06
16,35
18,46
20,26
22,44
25,43
28,39
33,28

Waktu (menit)

Gambar 10. Grafik hubungan suhu terhadap waktu

G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM


Pada pelaksanaan praktikum, terdapat beberapa kendala, yaitu:
1. Keterbatasan alat, sehingga praktikum dilakukan oleh banyak orang;
2. Ketelitian kerja saat mengambil data;

H. KESIMPULAN
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa aspal yang diuji memiliki titik nyala pada suhu 325oC dan memiliki
titik bakar pada suhu 348oC.

I. SARAN-SARAN
Berikut adalah beberapa saran untuk praktikum pengujian titik nyala dan
titik bakar aspal selanjutnya:
1. Sebaiknya pada saat pengujian menggunakan pemanas yang stabil,
sehingga didapatkan hasil yang lebih maksimal;
2. Pastikan aspal tidak terkena air, untuk menghindari percikan-percikan
aspal akibat terdapatnya air pada aspal.

51

DAFTAR PUSTAKA

Revisi SNI 06-2456-1991 Cara Uji Penetrasi Aspal.

SNI 06-2433-1991 Metode Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar


dengan Cleve Land Open Cup

Teknik Sipil. 2013. Diakses di


http://sipilworld.blogspot.com/2013/02/pengujian-titik-nyala-dantitik-bakar.html. pada 11 Desember 2013, pukul 19.14 WIB.

Maris, Setya Nugraha. 2011. Diakses


dihttp://mariestexist.blogspot.com/2011/07/pengujian-aspal.html
diakses pada 20 Setember 2013, Pukul 19.03

52

LAMPIRAN

Gambar 10. Proses memasukkan aspal ke dalam Cleveland Opencup

Gambar 11. Persiapan pengujian

53

Gambar 12. Proses pengujian titik nyala dan titik bakar aspal

54

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan tersebut dengan sebaik-baiknya. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktek Konstruksi Jalan Raya di Laboratorium Bahan
Bangunan Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam penyususunan laporan tersebut penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan diluar pengetahuan penulis. Oleh karena kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat dibutuhkan oleh penulis. Semoga laporan tersebut dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 01 Desember 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.

KATA PENGANTAR...........

ii

DAFTAR ISI..

iii

A. JENIS PENGUJIAN..................................................................................

B. KAJIAN TEORI.............................................................

C. ALAT DAN BAHAN............

D. LANGKAH KERJA..............................................................................

E. PENYAJIAN DATA.............................

10

F. PEMBAHASAN.............................................................

12

G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM......................................... 14


H. KESIMPULAN...................

14

I.

SARAN.......

14

DAFTAR PUSTAKA.................................

15

LAMPIRAN...........................................

16

iii

A. JENIS PENGUJIAN
Pengujian campuran aspal dengan alat Marshall bertujuan untuk
mengetahui ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari
campuran aspal dengan agregat. Ketahanan (stabilitas) ialah kemampuan
suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan
plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Kelelehan plastis
ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat
suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0.01

B. KAJIAN TEORI
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive),
berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal
sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran
beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan
lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton) atau aspal minyak
(aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal
dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan
senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan
klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai
sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat
cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan
secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal
adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang
mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain
hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa
aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan
nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawasenyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil)

55

dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5


sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa
polar (id.wikipedia.org).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini antara lain:
1. Alat
a. Kompor Listrik
Digunakan sebagai alat pemanas untuk mencairkan aspal.

Gambar 3. Kompor Listrik


b. Termometer
Digunakan untuk mengukur suhu dan menentukan perubahan suhu
pada saat praktikum.

Gambar 4. Termometer

56

c. Ayakan
Untuk mendapatkan agregat dalam ukuran tertentu dibutuhkan
saringan dengan ukuran 3/4, 1/2, 3/8, No. 4, No. 8, No. 30,
No. 100, dan No. 200

Gambar 5. Ayakan

d. Silinder cetakan
Cetakan silinder ini berdiameter 10 cm (4) dan tinggi 7.5 cm (3)
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung berjumlah 2 buah.

Gambar 6. Silinder cetakan


e. Ejector
Alat ini digunakan untuk mengeluarkan campuran aspal dan
agregat yang telah di padatkan dari dalam cetakan.

57

Gambar 7. Ejector

f. Penumbuk
Penumbuk digunakan untuk menumbuk campuran aspal dalam
cetakan, sehingga campuran aspal menjadi padat.

Gambar 8. Penumbuk
g. Mesin tekan Marshall

58

Mesin tekan marshal digunakan untuk menguji kuat tekan


campuran aspal yang telah dibuat.

Gambar 9. Mesin tekan Marshall

h. Kaleng
Digunakan sebagai wadah untuk mencampur
agregat.

Gambar 10. Kaleng


i. Timbangan

59

aspal dengan

Digunakan untuk menimbang aspal dan agregat yang akan


digunakan dalam pengujian.

Gambar 11. Timbangan

j. Piring
Digunakan sebagai wadah aspal.

Gambar 12. Piring


2. Bahan
a. Aspal
Bahan ini merupakan bahan yang akan diuji marshal.

60

Gambar 13. Aspal

b. Agregat
Agregat yang akan dipakai dalam campuran aspal yang telah
diayak dan dibagi sesuai ukuran butirnya..

Gambar 14. Agregat


c. Minyak
Digunakan untuk melumasi cetakan sehingga mudah untuk
mengeluarkan benda uji yang telah dipadatkan

61

Gambar 15. Minyak


d. Kertas
Digunakan sebagai alas dalam silinder cetakan. Kegunaannya
sebagai landasan aspal.

Gambar 16. Kertas

D. LANGKAH KERJA
Langkah kerja yang dilaksanakan dalam praktikum pengujian Marshal
adalah sebagai berikut :
1. Alat dan bahan diersiapkan terlebih dahulu.
2. Agregat diayak dan ditimbang sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan sebelumnya.

62

3. Agregat dipisahkan menurut ukuran butirnya dengan memasukkannya


ke dalam kantong plastik.
4. Aspal dan agregat dipanaskan menggunakan kompor listrik di tempat
terpisah.
5. Aspal dipanaskan hingga suhu mencapai 120oC.
6. Agregat dipanaskan hingga suhunya mencapai 150oC.
7. Cetakan silinder diolesi dengan menggunakan minyak atau oli.
8. Sambil menunggu aspal dan agregat dipanaskan, silinder cetakan
dipanaskan hingga suhu mencapai 62oC.
9. Setelah suhu aspal dan agregat yang dipanaskan telah mencapai suhu
yang ditentukan, aspal dituangkan dan dicampur dengan agregat.
10. Aspal dituangkan sedikit demi sedikit, kemudian campuran diaduk
perlahan-lahan.
11. Kemudian campuran agregat dan aspal dipanaskan hingga mencapai
suhu 140 oC
12. Cetakan silinder yang telah dipanaskan disiapkan.
13. Selembar kertas saring dimasukkan kedalam cetakan silinder.
14. Campuran agregat dan aspal langsung dimasukkan kedalam silinder
kemudian diratakan permukaannya.
15. Kemudian selembar kertas saring diletakkan di atas permukaan
campuran di dalam silinder.
16. Sambil menunggu proses penumbukkan, bejana berisi air disiapkan
dan dipanaskan hingga suhu mencapai 60oC.
17. Cetakan yang berisi campuran aspal diletakkan di bawah penumbuk,
kemudian camuran aspal ditumbuk 112 kali tumbukan.
18. Bagian bawah cetakan kemudian dibalik menjadi di posisi atas
kemudian ditumbuk 112 kali tumbukan.
19. Setelah campuran aspal ditumbuk, campuran aspal dimasukkan ke
dalam bejana berisi air yang telah dipanaskan sebelumnya hingga suhu
air dalam bejana mencapai 60oC.
20. Capuran aspal dikeluarkan dari dalam bejana.

63

21. Selanjutnya cetakan diletakkan di ejector.


22. Campuran agregat dan aspal dikeluarkan perlahan menggunakan
ejector.
23. Campuran agregat dan aspal diletakkan diatas piring dan disimpan
pada suhu ruang.
24. Campuran aspal dikeluarkan dari tempat penyimpanan, kemudian
diukur tinggi, diameter dan beratnya.
25. Campuran aspal kemudian diletakkan ke mesin uji marshal.
26. Mesin marshal dihidupkan.
27. Perputaran jarum pada mesin marshal diamati dan dihitung jumlah
putarannya pada saat pengujian berlangsung.
28. Hasil pengujian dicatat.
29. Tempat praktikum dibersihkan.

E. PENYAJIAN DATA
Tabel 1. Waktu dan tempat praktikum
Hari / Tanggal

Senin, 28 Oktober 2013

Jam

15.20-16.40

Kegiatan

Penyiapan bahan agregat

Hari / Tanggal

Senin ,4 November 2013

Jam

15.20-16.50

Kegiatan

Membuat benda uji campuran aspal dan agregat

Hari / Tanggal

Senin ,18 November 2013

Jam

15.30-17.00

Kegiatan

Pengujian Marshal
Laboratorium Bahan Bangunan

Tempat Praktik

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Universitas Negeri Yogyakarta

64

Tabel 2. Kebutuhan bahan benda uji


Persen

Berat

Persen

Tertahan

Tertahan

0 gram

100

100

10

90

80-100

10

80

70-90

Lolos 3/8 tertahan No. 192


gram
4

16

64

50-70

Lolos No. 4 tertahan No. 198


gram
8

16.5

47.5

35-50

22.5

25

18-25

11

14

8-16

Lolos No. 100 tertahan 84 gram


No. 200

4-10

Lolos No. 200 tertahan 84 gram


pan (filler)

Ayakan

Tertahan 3/4

120
Lolos 3/4 tertahan 1/2

gram
120

Lolos 1/2 tertahan 3/8

gram

Tembus

Spek

Kumulatif

Agregat Halus
Lolos No. 8 tertahan No. 270
gram
30
Lolos No. 30 tertahan
No. 100

132
gram

1200
Jumlah
Berat Aspal

100

gram
76 gram

65

1. Benda uji dengan berat aspal 84 gram


Tabel 3. Pengambilan data pada persiapan benda uji
Jenis Bahan

Suhu

No.

Pembakaran

Aspal

120C

Agregat kasar, Agregat halus dan filler

150C

Campuran aspal + agregat kasar + agregat

140C

halus + filler
Tabel 4. Data Benda Uji
No.

Keterangan

Sebelum di Uji

Sesudah di Uji

9,8 cm

9,67 cm

Diameter

Tinggi

7,185 cm

7,75 cm

Berat

1250 gram

1250 gram

Kuat tekan marshall

15,4893 kN

Bacaan Pengujian = 3 kali putaran + 110


= (3x200) + 110
= 710
F. PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian campuran aspal dengan alat marshal yang telah
dilakukan di dapat hasil:
1. Benda uji dengan berat aspal 76 gram
a. Displacement = (diameter semula) (diameter uji Marshall)
= 9,8 9,67
= 0,13 cm
= 1,3 mm

66

b. Angka koreksi
Angka koreksi didapat dengan menggunakan tabel angka koreksi
stabilitas dengan menghubungkan dengan tinggi / tebal dari benda
uji.
Tabel 8. Kutipan Tabel angka koreksi
(Sumber : RSNI M-01-2003, Metode pengujian campuran
beraspal panas dengan alat marshall)
Tebal Benda Uji(mm)

Angka Koreksi

69,9

0,86

71,4

0.83

Tinggi benda uji = 7,185 cm (71,85 mm )Untuk mencari Angka


koreksi pada tinggi 71,85 mm dipakai cara Interpolasi
Angka koreksi = 0.83 - {(0.86-0.83)x(71,85-69.9)}/(71,4 -69.9)
= 0.83 - (0,03 x 1,95 / 1,5)
= 0.83 - 0,039
= 0,791

c. Beban terkoreksi
Beban terkoreksi

= Beban x Angka koreksi

(stabiitas)

= (15,4893 kN x 100) x 0.791


= 1548,93 kg x 0,791
= 1225,20363 kg

d. Kadar Aspal
Kadar Aspal =
=

3('%$ 4#5%6

3('%$ 78$%6 %9'(9%$


76
1200

x 100 %

= 6,3 %

67

x 100 %

e. Marshall Question
Marshall quetion adalah rasio antara nilai stabilitas dan kelelehan.
Marshall quetion

= stabilitas / flow
= 1225,20363 kg / 1,3 mm
= 942,46433 kg/mm
= 9424,6433 kg/cm

G. KENDALA PRAKTIKUM
1. Mesin tumbuk yang rusak, sehigga campuran aspal ditumbuk dengan
cara manual.
2. Kurangnya jumlah alat yang digunakan, sehingga praktikum
dilaksanakan dengan cara begantian yng menyebabkan lamanya waktu
praktikum.

H. KESIMPULAN
Dari perhitungan di atas dapat di ambil hasil sebagai berikut:
1. Benda uji dengan berat aspal 76 gram
Displacement

= 1,3 mm

Angka koreksi

= 0.791

Beban terkoreksi (stabilitas)

= 1225,20363 kN

Kadar Aspal

= 6,3 %

Marshal question

=9424,6433 kg/mm

I. SARAN
Dalam pelaksanan praktikum ini kami memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Praktikum sebaiknya dilaksanakan dengan mesin penumbuk agar
benda uji yang didapatkan baik.

68

DAFTAR PUSTAKA
Dickaaditia.

2013.

http://www.nyit-nyit.net/topic/130145-proses-

pembuatan-aspal/. diakses pada 18 Desember 2013, pukul


20.15 WIB.
Faqih, M.2011.Presentasi Mata Kuliah Praktikum Jalan Raya
Wikipedia. 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Aspal diakses pada 18
Desember 2013, pukul 20.08 WIB.

69

LAMPIRAN

Gambar 17. Proses pencampuran aspal dengan agregat

Gambar 18. Proses memasukkan campuran aspal ke dalam cetakan

70

Gambar 19. Proses penumbukkan campuran aspal

Gambar 20. Campuran aspal yang telah dicetak

71

Anda mungkin juga menyukai