Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PERMASALAHAN

3.1 Vulvovaginitis
Vulvovaginitis adalah peradangan atau infeksi pada vulva dan vagina.
Vulvovaginitis dapat menyerang semua wanita tanpa memandang usia.
Vulvovaginitis dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, dan parasit lainnya.
Sexually Transmitted Disease (STD) juga dapat menyebabkan Vulvovaginitis.
(Merrit,2011).

3.2 Diagnosa Vulvovaginitis


Telah disebutkan bahwa penyebab dari vulvovaginitis dapat berupa
bakteri, jamur dan parasit lainnya. Oleh karena itu manifestasi keluhan
berbeda tergantung penyebabnya. Tetapi, secara umum vaginitis ditandai
dengan pruritus, keputihan, dispareunia, dan disuria. Bau adalah keluhan
yang paling sering dijumpai di tempat praktik. Diagnosis vaginitis umumnya
memerlukan pemeriksaan mikroskopik cairan vagina.

Berikut adalah

penegakan diagnosa Vulvovaginitis berdasarkan penyebabnya.

3.2.1 Vaginosis Bakterial


Vaginosis Bakterial (VB) adalah penyebab vaginitis paling biasa. Tidak
ada penyebab infeksi tunggal tetapi lebih merupakan pergeseran komposisi
flora vagina normal dengan peningkatan bakteri anerobik sampai sepuluh
kali. VB lebih sering dijumpai pada pemakai AKDR dibanding kontrasepsi
lain dan meningkatkan resiko penyakit menular seksual. Ciri-ciri keputihan
dari VB adalah tipis, homogen, warna putih abu-abu, dan berbau amis.

Keputihannya bisa banyak sekali dan pada pemeriksaan dengn spekulum


lengket di dinding vagina. Pruritus atau iritasi vulva dan vagina jarang terjadi.
Diagnosis dibuat dengan cara sebagai berikut :

Identifikasi mikroskopik sel-sel clue pada usapan basah (lebih


dari 20%).

pH cairan vagina sama atau lebih dari 4,5.

Uji whiff positif yang berarti keluar bau seperti amis pada waktu
ditambahkan KOH 10%-20% pada cairan vagina.

Eritema vagina jarang.

3.2.2 Vulvovaginitis Kandida


Vaginitis kandida bukan infeksi menular seksual karena Candida
merupakan penghuni vagina normal. Faktor resiko infeksi meliputi
imunosupresi, diabetes mellitus, perubahan hormonal (kehamilan), dan
obesitas. Keluhan yang menonjol adalah pruritus, seringkali disertai iritasi
vagina, disuria, atau keduanya. Cairan vagina klasik berwarna putih seperti
susu yang menjendal dan tidak berbau. Pemeriksaan spekulum seringkali
memperlihatkan eritema dinding vulva dan vagina, kadang-kadang dengan
plak yang menempel.
Diagnosis dibuat kalau preparat KOH cairan vagina menunjukkan hife
dan kuncup (larutan KOH 10% sampai 20% menyebabkan lisis sel darah
merah dan putih sehingga mempermudah identifikasi jamur). Preparat KOH
negatif tidak mengesampingkan infeksi.

3.2.3 Vaginosis Trikomonas


Infeksi trikomonas adalah infeksi oleh protozoa Trichomonas vaginalis
yang ditularkan secara seksual. Keluhan dan gejala bisa sangat bervariasi.
Klasik cairan berbuih, tipis, berbau tidak enak, dan banyak. Warnanya bisa
abu-abu, putih, atau kuning kehijauan. Mungkin ada eritema atau edema
vulva dan vagina. Serviks juga mungkin tampak eritematus dan rapuh.
Diagnosis didapatkan :

Preparat kaca basah memperlihatkan protozoon fusiformis


uniseluler yang sedikit lebih besar dibanding sel darah putih.
Terdapat flagela dan dalam spesimen dapat dilihat gerakannya.
Biasanya ada banyak sel radang.

Cairan vagina mempunyai pH 5,0 sampai 7,0.

Pasien yang terinfeksi tapi tidak ada keluhan mungkin diketahui


terinfeksi dengan diketemukannya Trichomonas pada usapan
Pap.

Kriteria
Normal
Diagnostik

pH Vagina

Vaginosis

Vulvovaginitis

Trikomons

Kandida

> 4,5

> 4,5

> 4,5

Tipis, Homogen,

Kuning - hijau,

putih, abu-abu,

berbuih, lengket,

lengket,

tambah banyak

Ada (amis)

Mungkin ada

Vaginosis Bakterial

3,8 - 4,2

Putih, seperti keju,


Cairan
Putih, jernih, halus
Vagina

kadang tambah
banyak

Bau amis
Tidak Ada

Tidak Ada

(KOH) Uji
(amis)
whiff

Keluhan

Keputihan, bau

Keputihan berbuih,

Gatal/panas,

utama

busuk, mungkin

bau busuk, pruritus

keputihan

pasien

gatal

vulva, disuria

Laktobasili, sel-sel

Sel-sel clue

Trikomonas,

Kuncup jamur, hife,

epitel

dengan bakteri

leukosit >10

pseudohife (preparat

kokoid yang

lapangan

basah dengan KOH)

melekat, tidak ada

pandangan kuat

Tidak Ada

Mikroskopik

leukosit

Tabel 3.1. Diagnosis diferensial infeksi vagina.


(APGO Educational Series in Womens Health Issues, 2009).

3.3 Tatalaksana Vulvovaginitis


Manajemen terapi dari vulvovaginitis dibedakan berdasarkan penyebabnya.

Vaginosis Bakterial

Vaginosis Trikomons

Vulvovaginitis Kandida

Flukonasol 150mg

Metronidazol 500
per oral
mg per oral 2x

Aplikasi topikal

sehari selama 7 hari

Terapi

imidasol/triasol
Metronidazol per
Metronidazol 2g per

dapat berupa krim,

oral (dosis tunggal)

supositoria atau

vagina 2x sehari
selama 5 hari
keduanya.

Krim Klindamisin 2%

Lama pengobatan

per vagina 1x sehari


bervariasi
selama 7 hari
tergantung obat

Tabel 3.2. Tatalaksana Vaginitis (Sarwono, 2011).

Anda mungkin juga menyukai