Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

Asam asetil salisilat atau aspirin (asetosal) merupakan suatu antibiotik yang memiliki
efek teurapetik berupa analgesik, antipiretik, dan anti inflamasi. Aspirin tidak stabil dalam
kondisi panas dan lembap yang berlebihan, di mana adanya hidrolisis karena kelembapan
dapat mengakibatkan asam asetil salisilat terurai menjadi asam salisilat dan asam asetat.
Penguraian ini dapat menyebabkan aspirin menjadi kehilangan efek teurapetik dan
stabilitasnya. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas aspirin, tidak hanya dari
proses penyimpanannya saja yang perlu diperhatikan, tetapi juga dalam proses formulasinya
untuk diproduksi menjadi suatu bentuk sediaan farmasi.
Pada percobaan ini, asam asetil salisilat akan dibuat menjadi bentuk sediaan tablet dan
dipilih metode granulasi kering untuk menghindari proses yang dapat mengganggu
stabilitasnya (panas dan kelembapan). Selain itu, penggranulan dalam metode granulasi
kering ini juga diharapkan dapat meningkatkan sifat aliran, kompresibilitas, dan
kompaktibilitasnya pada saat proses pengempaan.
Sediaan tablet dengan zat aktif asam asetil salisilat dibuat dengan proses granulasi
kering karena asam asetil salisilat tidak tahan terhadap panas dan lembap. Asam asetil
salisilat ini dapat mengalami hidrolisis di udara lembap sehingga terurai menjadi asam
salisilat dan asam asetat. Selain itu, asam asetil salisilat memiliki sifat aliran dan
kompresibilitas yang kurang baik sehingga dengan proses penggranulasian, sifat aliran dan
kompresibilitasnya dapat diperbaiki. Asam asetil salisilat juga memiliki densitas/bobot jenis
nyata yang rendah sehingga dapat menyebabkan voluminous saat pemprosesan. Akan tetapi,
dengan penggunaan metode granulasi kering ini bisa diperoleh granul dengan bobot jenis
nyata yang sesuai. Selain itu, karena dosis zat aktif yang digunakan dalam formulasi relatif
tinggi (50% dari bobot total tablet) maka akan sulit jika dikempa langsung sehingga
digunakan metode granulasi kering.
Karena bobot zat aktif yang digunakan dalam formulasi tidak mencapai bobot tablet
yang dibutuhkan, maka perlu ditambahkan suatu pengisi untuk membuat bobot tablet sesuai
dengan yang diharapkan. Pengisi yang digunakan harus bersifat non toksik, inert, kompatibel
dengan komponen tablet lainnya, serta dapat memperbaiki sifat aliran dan kompresibilitas
tablet. Oleh karena itu, digunakan laktosa sebagai pengisi pada formulasi tablet ini. Baik
dalam bentuk hidrat maupun bentuk anhidrat, laktosa jarang bereaksi dengan obat (inert).
Selain itu, laktosa juga memiliki rasa sedikit manis sehingga dapat sedikit menutupi rasa
pahit yang diberikan oleh zat aktif aspirin.

Dalam

metode

granulasi

kering

ini,

pengikat

kering

perlu

ditambahkan

untuk meningkatkan kompaktibilitas dan kohesifitas zat aktif sehingga terbentuk granul yang
dapat ditabletasi. Pengikat ini bekerja untuk memfasilitasi terbentuknya ikatan partikel
melalui gaya adhesi dan kohesi partikel padat yang diberikan oleh mesin slugging.
Pada percobaan ini pengikat yang digunakan yaitu avicel Ph 102.
Untuk mempermudah hancurnya granul menjadi partikel halus yang mudah larut,
maka digunakan penghancur/disintegran dalam di mana disintegran ini dicampur
dengan bahan fasa dalam lainnya saat granulasi. Oleh karena itu, digunakan amprotab
(amilum protablet) sebagai penghancur dalam pada formulasi tablet ini karena amprotab
termasuk zat yang inert, kompatibel dengan komponen tablet lainnya, dan merupakan serbuk
yang alirannya baik. Sifat hidrofilik yang dimiliki amprotab mampu menyerap air dan
membentuk pori-pori dalam tablet. Hal ini akan menyebabkan penghancuran tablet menjadi
lebih baik.
Untuk mempermudah hancurnya tablet menjadi granul ketika berkontak dengan
cairan saluran cerna, maka diperlukan penghancur/disintegran luar di mana disintegran ini
dicampur sebagai fasa luar setelah granul terbentuk. Oleh karena itu, digunakan amprotab
sebagai penghancur luar dalam formulasi ini karena amilum kompatibel dengan komponen
tablet lainnya.
Untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet dengan
dinding die selama proses pengempaan dan penarikan tablet digunakan lubrikan. Penggunaan
lubrikan juga cenderung meratakan distribusi tekanan pada saat pengempaan tablet dan juga
meningkatkan kepadatan partikel sebelum dikempa. Dalam formulasi tablet ini digunakan
Mg Stearat sebagai lubrikan karena memiliki sifat tidak mudah terhidrolisis, tahan panas dan
lembab, serta kompatibel terhadap zat aktif. Mg Stearat juga memiliki kestabilan yang baik
dalam kondisi tekanan yang tinggi.
Untuk menunjang karakteristik aliran dari granul atau meningkatkan aliran granul
dari hopper

ke dalam die digunakan glidan. Glidan juga dapat meminimalisasi

kecenderungan granul untuk memisah atau segregasi selama tahap vibrasi yang berlebihan.
Dalam formulasi tablet ini digunakan talk sebagai lubrikan. Talk yang digunakan hanya 2%
karena jika digunakan terlalu banyak, menyebabkan tablet menjadi capping. Talk dapat
mengabsorbsi gas, sehingga meningkatkan sifat hidrofob bahan. Bahan yang hidrofob akan
capping (terbelah) ketika dicetak.

Pada fasa dalam diperlukan glidan karena selama proses granulasi kering, partikel
digranulasi membentuk slug kemudian dialirkan pada mesin chilsonator. Untuk dapat
mengalirkan granul sebelum dikempa, diperlukan glidan yang dapat melapisi granul sehingga
dapat mengalir dengan baik. Lubrikan juga diperlukan pada fasa dalam untuk mengurangi
friksi yang terjadi antara partikel dengan alat ketika partikel di-slugging dan menjaga supaya
mesin tidak cepat rusak serta kehilangan massa yang banyak akibat gesekan. Oleh karena itu
setengah dari komposisi glidan dan lubrikan di campurkan pada fase dalam.
Pada percobaan ini dilakukan evaluasi terhadap granul sebelum proses pengempaan
dan evaluasi tablet setelah proses pengempaan. Evaluasi granul yang dilakukan diantaranya
penentuan BJ nyata, BJ mampat dan BJ sejati, kadar pemampatan, persen kompresibilitas,
dan kecepatan aliran. Sedangkan Evaluasi tablet yang dilakukan di antaranya pemeriksaan
organoleptik, keseragaman ukuran, keragaman bobot, friabilitas, kekerasan tablet, dan uji
waktu hancur tablet. Dari hasil pengamatan diperoleh nilai BJ nyata yaitu 0,74 g/ml,
sedngkan BJ mampat yaitu pada 10 ketukan 0,74 g/ml sedangkan pada 200 ketukan yaitu
nilai BJ mampat nya 0,874 g/ml, sedangkankan untuk nilai BJ sejati yang diperoleh pada
evaluasi yaitu 1,22 g/ml.
Penentuan BJ nyata dan BJ mampat dilakukan untuk mengetahui kadar pemampatan
dan persen kompresibilitasnya, di mana dari dua hal ini sifat aliran granul juga dapat
diketahui. Selain itu, perbandingan BJ mampat dan BJ nyata dapat menghasilkan bilangan
Haussner, di mana angka hausner memenuhi syarat jika angka hausner sama dengan 1.
Berdasarkan hasil evaluasi, diperoleh hasil persen kompresibilitas yaitu 15,52%, dimana jika
% K = 5%-15% yaitu mempunyai aliran yang sangat baik, sedangkan untuk angka hausner
yaitu diperoleh angka hausner 1,18.
Pada evaluasi kadar pemampatan, formulasi tablet asetosal ini memberikan kadar
pemampatan yang memenuhi syarat karena kadar pemampatan yang dihasilkan < 20%, yaitu
15,38%. Dimana besarnya kadar pemampatan dapat disebabkan oleh massa granul yang
masih voluminus sehingga pada saat penuangan ke dalam alat ukur, banyak udara yang ikut
terperangkap dalam serbuk sehingga menghasilkan volume ruahan yang besar. Granul yang
voluminus ini dapat terbentuk karena bahan pengikat di dalam granul tidak bekerja efektif
sehingga granul pecah membentuk partikel-partikel yang lebih kecil yang lebih bersifat
hidrofobik dan menyerap udara.

Pada evaluasi kecepatan aliran, formulasi memberikan nilai kecepatan aliran yang
memenuhi syarat (< 5 detik untuk 50 gram granul ), di mana formula memberikan nilai
kecepatan aliran yaitu 3 detik untuk 50 gram granul. Pengujian kecepatan aliran granul ini
bertujuan untuk memastikan homogenitas komposisi tablet selama proses pencetakan.
Kecepatan aliran yang baik yaitu < 5 detik/50 gram granul dianggap cukup optimal karena
dapat menghasilkan tablet dengan komposisi komponen tablet yang homogeny, sedangkan
kecepatan aliran > 5 detik/50 gram granul dapat menyebabkan terjadinya segregasi partikel
granul (pemisahan partikel di mana partikel dengan ukuran paling kecil berada pada posisi
paling bawah) sehingga partikel dengan ukuran paling kecil yang biasanya merupakan zat
aktif, akan turun terlebih dahulu selama pencetakan.
Hal ini menyebabkan tablet yang dicetak lebih awal akan memiliki dosis yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tablet yang dicetak di akhir. Oleh karena itu, kecepatan aliran
yang buruk dapat menyebabkan ketidakseragaman kandungan zat aktif atau dosis dalam
sediaan tablet yang dibuat. Aliran yang buruk juga bisa membuat granul turun lebih lama ke
dalam cetakan sehingga membuat udara di sekeliling granul terperangkap di dalam granul.
Hal ini menyebabkan ikatan antar partikel granul kurang kuat sehingga tablet menjadi
capping saat proses pengempaan. Namun, kecepatan aliran yang terlalu tinggi juga kurang
baik (biasanya terjadi karena penggunaan glidan yang terlalu banyak dan membuat ikatan
kohesi antar partikel granul menjadi lebih lemah sehingga tablet menjadi capping.
Evaluasi terhadap tablet dilakukan setelah proses pengempaan tablet, di mana evaluasi yang
dilakukan di antaranya evaluasi organoleptik, keseragaman ukuran, keragaman bobot,
kekerasan tablet, friabilitas, uji waktu hancur, serta kadar zat aktif.
Pada evaluasi organoleptik dilakukan pemeriksaan visual terhadap kehomogenan
(warna), warna atau rupa (sesuai dengan warna massa cetaknya yaitu putih dengan
permukaan kasar), serta bau tidak berbau atau bau khas lemah dengan rasa asam. Sifat
organoleptik suatu tablet dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya proses
pencampuran atau pembuatan massa cetak,di mana jika pengadukan atau pencampuran
kurang baik, tablet akan terlihat tidak homogen. Selain itu, kebersihan mesin cetak juga dapat
mempengaruhi organoleptik tablet,misalnya penggunaan oli pada mesin cetak dapat membuat
oli mengenai tablet (terlihat berbintik-bintik) sehingga dapat menurunkan kepercayaan
konsumen dan bahkan berpengaruh kepada kesehatan pasien yang meminumnya. Bintikbintik pada tablet juga dapat disebabkan oleh pencampuran warna yang tidak homogen
ataupun karena adanya kotoran yang mengkontaminasi massa cetak karena pada metode

granulasi kering ini, kontaminan silang dari debu biasanya sangat tinggi jika pengerjaannya
tidak hati-hati.
Pada evaluasi keseragaman ukuran, formulasi tablet tidak memenuhi syarat, dimana
diameter tablet kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet yaitu kurang dari 9,533 tebal tablet.
Keseragaman ukuran tablet sangat dipengaruhi oleh ukuran punch dan kinerja mesin tablet
(tekanan yang diberikan mesin tablet). Selain itu, data keseragaman ukuran juga dapat
menentukan sifat deformasi plastis dan elastis dari tiap campuran formulasi tablet. Tablet
yang diameternya > 3 x tebal tablet memiliki sifat deformasi elastis yang terlalu tinggi
sehingga bisa mengalami pemuaian yang signifikan setelah mengalami kompresi. Tablet yang
diameternya < 1 1/3 x tebal tablet tidak memiliki sifat deformasi plastis sehingga tidak bisa
memenuhi ukuran cetakan. Keseragaman ukuran juga dapat memberikan nilai estetika yang
baik terhadap tablet yang dibuat.
Pada evaluasi keragaman bobot, tablet tidak memenuhi syarat karena adanya 5 tablet
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari kolom A yaitu > 5%, dan ada 1 tablet yang
bobotnya menyimpang lebih besar pada kolom B yaitu > 10%. Keragaman bobot sangat
dipengaruhi oleh kecepatan aliran dari granul.
Pada evaluasi kekerasan tablet, tablet tidak memenuhi persyaratan , karena kekerasan
tablet yang diperoleh 1,7 kg/cm2 dengan kriteria tablet besar (7-10 kg/cm2) untuk tablet besar
> 250 mg. Kekerasan tablet ini merupakan parameter yang menunjukkan ketahanan tablet
terhadap kondisi penyimpanan. Tablet diharapkan memiliki tingkat kekerasan yang cukup
untuk membuat tablet tetap dalam bentuknya pada kondisi penyimpanan, tetapi dapat hancur
ketika digunakan dan berkontak dengan cairan saluran cerna di dalam tubuh. Kekerasan tablet
juga sangat dipengaruhi oleh kinerja mesin tablet. Mesin tablet yang cukup baik akan
memberikan nilai kekerasan yang seragam.
Persen friabilitas menunjukkan ketahanan tablet terhadap gesekan antar tablet. Hal ini
akan berkaitan dengan penggunaan jenis pengikat dan distribusi pengikat dalam tablet.
Pengikat yang efektivitasnya tinggi akan memberikan % friabilitas dyang rendah karena
pengikat tersebut akan mengikat kuat massa tablet sehingga massa yang lepas dari tablet akan
lebih sedikit. Persyaratan % friabilitas yang baik adalah < 1%. Berdasarkan hasil evaluasi
friabilitas, tablet tidak baik karena % friabilitas nya lebih dari 1% yaitu 23,64%.
Apabila persentase friabilitas tidak memenuhi syarat (lebih dari 1%), dapat disimpulkan
bahwa tablet yang dibuat tidak cukup kuat terhadap perlakuan mekanik. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh beberapa faktor seperti terlalu banyaknya fines atau debu yang
mengkontaminasi atau ikut serta dalam pencetakan, karena salah satu kelemahan metode

granulasi kering yaitu banyaknya kontaminan silang debu yang dihasilkan dari proses ini.
Debu/fines yang ikut tercetak ini memiliki ikatan yang lemah sehingga saat diberi perlakuan
uji friabilitas, debu/fines ini akan terlepas dari tablet sehingga memberikan pengurangan
bobot yang cukup berarti dan membuat persentase friabilitas tinggi nilainya. Selain itu, terlalu
banyaknya jumlah fasa luar yang ditambahkan juga dapat mempengaruhi karena
kemungkinan besar akan semakin banyak pula fines yang terdapat di dalam tablet. Hal ini
membuat nilai friabilitas tablet lebih tinggi. Selain itu, pada saat sebelum pengujian,
seharusnya dilakukan pembersihan terhadap partikel yang menempel pada permukaan tablet
sehingga membuat hasil uji dan penimbangan lebih akurat, serta persen friabilitas yang
dihasilkan pun bisa lebih akurat
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan suatu sediaan untuk hancur di dalam
saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi, atau menjadi
lunak karena tidak memiliki inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang
kapsul

yang

tidak

larut.

Waktu

hancur

berkaitan

erat

dengan

penggunaan

penghancur/disintegran dalam formulasi tablet dan daya ikat pengikat pada tablet. Uji ini
dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masingmasing monografiz at aktif. Berdasarkan hasil evaluasi, waktu hancur yang diperlukan untuk
menghancurkan ke 6 tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet bersalut, yaitu 29 detik yang
artinya memiliki waktu hancur yang baik karena kurang dari 15 menit.
Untuk uji kadar zat aktif yaitu menggunakan spektrofotometri dimana dengan
pembandingnya yaitu tablet asetosal yang sudah berada dipasaran. Dibuat kurva kalibrasi
hingga diperoleh persamaan y = 0,0015x + 0,0315. Untuk tablet asetosal pembanding
diperoleh absorbansi yaitu 0,369 sehingga diperoleh kadar zat aktif tablet pembanding
dengan 6 kali pengenceran yaitu 135 mg (90%), sedangkan untuk tablet asetosal sampel
diperoleh absorbansi 0,705 sehingga diperoleh kadar zat aktif dengan 3 kali pengenceran
yaitu 98,1 mg (65,4%).
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil evaluasi maka dapat disimpulkan bahwa tablet asetosal dengan
pengkiat avicel Ph 102 tidak baik atau tidak memenuhi persyaratan.

Anda mungkin juga menyukai