Anda di halaman 1dari 6

DINAMIKA ATMOSFER

Interpretasi Pertanian dan Peternakan pada Iklim Cibeureum


Dengan Pendekatan metode Mohr, Schmidt Ferguson, dan Oldeman
Berdasarkan Curah Hujan Bulanan

Disusun oleh :
Galih Agung Gunawan
200110120123

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2013

Pengklasifikasian Iklim di Indonesia diklasifikasikan oleh Koppen dan Thornwhite yang


menggunakan acuan temperatur dan curah hujan.Namun hasil penelitiannya bahwa
temperature di Indonesia relative stabil, tetapi sebaliknya curah hujan sangat berubah
terhadap musim.Oleh karena itu di Indonesia pada umumnya hanya memakai iklim curah
hujan saja yang dapat diklasifikasikan melalui beberapa metode, yaitu : metode Mohr,
metode Schmidt & ferguson, dan metode Oldeman.
Pengkajian iklim curah hujan yang coba dilakukan yaitu dengan mengamati dan
mengolah data curah hujan di wilayah Cibeureum yang selanjutnya akan
diimplementasikan dengan sector agriculture yaitu pertanian dan peternakan yang cocok
di wilayah tersebut.
Metode Mohr
Dari hasil pengolahan data curah hujan di daerah Cibeureum didapatkan data bulan basah
sebanyak 28 bulan ( R > 100 mm) , bulan lembab sebanyak 2 bulan (R 60 100 mm) dan
42 bulan ialah bulan kering (R < 60 mm).
Pengklasifikasian Iklim wilayah Cibeureum dapat disimpulkan mempunyai keberagaman
iklim menurut intensitas curah hujan perbulannya yaitu termasuk iklim III / agak kering,
Iklim IV / daerah kering, dan iklim V / sangat kering.Keadaan ini terjadi akibat fluktuasi
curah hujan yang beragam setiap tahunnya dan dapat dilihat bahwa pada tahun 90an
keadaan iklim relative kering dan berbeda pada saat tahun 2000 keatas intensitas curah
hujan tiap bulan lumayan tinggi sehingga menjadikan perbedaan iklim yang berbeda.
Metode Schmidt & Ferguson
Dalam metode Schmidt merupakan penyempurnaan dari metode Mohr, dimana
pengklasifikasian yang digunakan menggunakan penentuan nilai Q
Q

Rata-rata Bulan Kering (BK) x 100 %


Rata-rata Bulan Basah (BB)
0,58
x 100 %
0,39
1,49

Sehingga menurut metode Schmidt & Ferguson iklim daerah Cibeureum dapat
diklasifikasikan pada iklim agak kering, hutan sabana.sehingga pemilihan tipe tanaman
harus secara hati-hati karena pada iklim seperti ini adanya keterbatasan irigasi terutama
pada musim kemarau.
Metode Oldeman
Penggunaan metode Oldeman masih menggunakan asumsi bulan kering dan bulan basah
namun penggolongannya sedikit berbeda yaiutu : curah hujan 200 mm untuk bulan basah,
dan <100mm untuk bulan kering.
Setelah dilakukan pengolahan data pada curah hujan daerah cibeureum didapatkan hasil
bahwa daerah cibeureum termasuk dalam tipe iklim C4 dan D4 yaitu : dalam kurun waktu
1 tahun hanya dapat menanam padi 1 kali dan menanam palawija 1 kali namun harus
berhati-hati saat penanaman palawija pada musim kemarau dan dapat tergantung dengan
persediaan irigasi air yang ada, karena dua tipe iklim ini menunjukaan dimana keadaan
iklim kering namun pada saat tahun tertendu dapat menjadi musim kemarau dengan bulan
kering yang panjang atau bulan basah yang berlebih.

Interpretasi Iklim Cibeureum terhadap Pertanian


Dengan melakukan terlebih dahulu pengkajian tipe iklim dapat ditelaah bidang pertanian
yang cocok bagi wilayah Cibeureum, dan kesimpulan dari hasil pengolahan data bahwa
daerah Cibeureum termasuk daerah yang agak kering dengan jumlah bulan basah rata-rata
4- 6 bulan pertahun sehingga pertanian yang cocok merupakan sistem pertanian silang
yaitu dilakukan 1 kali tanam untuk tanaman padi yang dapat dimaksimalkan pada saat
bulan basah atau siklus Oktober-Maret dan penanaman palawija atau umbi-umbian saat
musim kemarau atau siklus April-September yaitu pada saat intensitas curah hujan sedikit
atau saat terjadinya bulan kering yang terkadang sama sekali tidak terjadi hujan.
Namun memaksimalkan tanaman palawijapun harus berhati-hati karena ada siklus yang
dlam satu tahun banyak terjadi bulan kering sehingga peranan irigasi dan ketersediaan air
harus diperhatikan.Sehingga pada saat terjadi siklus kemarau yang panjang hanya
memungkinkan untuk penanaman padi saja atau palawija saja.
Interpretasi iklim Cibeureum terhadap Peternakan
Tipe iklim agak kering sedikit sulit untuk dimaksimalkannya potensi bidang pertanian
dan peternakan karena keterbatasannya daur air dalam siklus tahunannya namun tidak
menutup kemungkinan bahwa dengan manipulasi iklim dan rekayasa zona nyaman ternak
dapat dibuat senyaman mungkin.Sedikit sulit bila kita ingin memaksimalkan sapi perah
pada iklm seperti ini, sehingga bidang peternakan yang dipilih dapat dialihkan pada
peternakan sapi potong yang lebih tahan terhadap suhu panas dan peternakan unggas atau
ayam yang dapat memaksimalkan suhu yaman dengan bantuan fan/blower yang sedikit
untyk terciptanya efisiensi energi.
Tetapi pada praktik dilapangannya sulit sekali ditemukan bidang peternakan diwilayah
seperti ini, karena keadaan kering tadi sehingga industry peternakan yang diambil ialah
industry RPH yang tidak bergantung pada curah hujan sebagai faktor primernya.

Anda mungkin juga menyukai