Anda di halaman 1dari 35

Manusia sebagai Makhluk Sosial

dan Interaksinya dengan


Lingkungan
Sosiologi Lingkungan TPE 4191

Satwika Desantina Muktiningsih, ST. MT.

Manusia dan Lingkungan

Masyarakat dan lingkungan adalah sesuatu yang tidak dapat


dipisahkan.

Perilaku dan tindakan manusia dalam kehidupan keseharian


berpengaruh pada kualitas lingkungan dimana ia tinggal.
Kerusakan lingkungan telah menjadi ancaman yang sangat serius di
semua belahan bumi dan telah dirasakan dengan adanya
perubahan iklim dan efek-efek yang ditimbulkannya.

Di Indonesia, lingkungan yang mengalami kerusakan yang parah


dapat dilihat pada penggundulan hutan, polusi udara, maupun
pencemaran sungai

Dampak pembakaran hutan


- Export asap
Dari Indonesia ke Malaysia

PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP, Kompas 24-9-2007

Sosiologi lingkungan
Berkaitan dengan masyarakat yang tidak bisa
dilepaskan dari lingkungan, perspektif sosiologis
tidak dapat dipungkiri menjadi sangat penting
dalam kajian tentang lingkungan.
Bersinggungan dengan banyak bidang, kajian
lingkungan tidak dapat dilepaskan dari fenomena
sosial-budaya sebuah masyarakat. Inilah
mengapa kajian lingkungan selalu menjadi kajian
yang interdisipliner.

Persinggungan lingkungan dengan


kondisi sosial (Dunlap dan Marshall,
2007)
masalah lingkungan akan menjadi salah satu perhatian utama umat
manusia di abad kedua puluh satu, dan sosiolog dapat memainkan
peran penting dalam menyoroti masalah ini dan langkah-langkah
yang perlu diambil untuk mengatasinya

Sementara mempelajari masalah-masalah lingkungan hidup adalah


proyek inheren interdisipliner, mencakup ilmu-ilmu alam dan sosial
serta humaniora
ini bermula dari kesadaran akan fakta bahwa masalah lingkungan
adalah masalah fundamental sosial: hasil dari perilaku sosial
manusia, dipandang sebagai bermasalah karena dampaknya
terhadap manusia dan solusinya memerlukan upaya sosial

Environmental Sociology dari Analysis


to Action (2009) oleh McCarthy dan
Leslie King

Sosiolog, dengan memfokuskan penelitian


mereka pada pertanyaan ketimpangan,
budaya, kekuasaan dan politik, hubungan
antara pemerintah dan ekonomi, dan isu-isu
sosial lainnya, membawa perspektif untuk
pemecahan masalah lingkungan yang cukup
berbeda dari kebanyakan ilmuwan alam dan
fisik

kajian sosiologis
problem lingkungan akan dikaji dari aspek
perilaku, tindakan maupun budaya
masyarakat dalam berinteraksi dengan
lingkungan
menempatkan penekanan khusus ketika
mempelajari faktor sosial yang mengakibatkan
masalah lingkungan

Modernisasi dan lingkungan


Dalam masyarakat industri yang sudah maju manusia
seakan terjepit dalam sebuah lingkaran, di satu pihak
produktivitas semakin besar untuk memungkinkan
konsumsi semakin besar pula, namun di lain pihak satu
satunya alasan bagi konsumsi ialah menjamin
berlangsungnya produktivitas, dan kemakmuran
Maka sistem kemasyarakatan industrial memberi kesan
mau memajukan pembebasan manusia, tetapi pada
kenyataannya ia hanya tertuju kepada perbudakan dan
keterasingan.

Manusia modern mengira bahwa ia bebas sama sekali dan bahwa ia


hidup dalam dunia yang menyajikan segala kemungkinan yang
berlimpah limpah untuk dipilih serta direalisasikannya, namun apa
yang dikehendaki manusia sebenarnya didiktekan kepadanya.
Pada kenyataannya ia dijuruskan saja oleh apa yang ditentukan
aparat produksi dan konsumsi, media massa dan publisitas
periklanan, dan pengelolaan teknokratis
Manusia berpikir bahwa ia memiliki segala sesuatu yang
dikehendakinya, tetapi pada kenyataannya ia tidak membuat lain
daripada menginginkan apa yang dianggap perlu oleh sistem
teknologis yang totaliter itu untuk mempertahankan dirinya.

ilmu pengetahuan dan teknologi bisa menjadi


pisau bermata dua, di satu sisi meningkatkan
martabat manusia, tapi di sisi lain, melalui
rasionalitas teknokratis, ia telah merendahkan
manusia dengan pengrusakan lingkungan
perubahan sosial hendaknya diukur sampai
sejauh mana hal tersebut dapat
menyelamatkan alam

Manusia dalam masyarakat Pra-Modern biasanya tidak


membedakan: masyarakat dan 'alam'. Bagi mereka hanya ada satu
dunia, yang berisi manusia, innanimates entitas dan entitas nonmanusia. Pengetahuan tentang dunia diperoleh melalui tinggal di
dalamnya dan berinteraksi dengan itu

Manusia dalam masyarakat modern biasanya membedakan antara 2


dunia: Masyarakat manusia di satu sisi dan 'alam' di sisi lain. Namun dalam
prakteknya orang, sebagai organisme, merupakan bagian dari kedua dunia
tersebut. Dalam masyarakat modern manusia tergantung sedikit dari
pengetahuan yang didapat melalui interaksi langsung dengan lingkungan
dan banyak dari pengetahuan abstrak yang diperoleh melalui melihat
kondisi lingkungan.

Masyarakat primitif sangat terpengaruh oleh lingkungan hidupnya,


makanan mereka sangat tergantung pada jumlah yang tersedia di
alam sehingga nomaden sesuai dengan ketersediaan bahan
makanan
Dengan kemajuan budaya, manusia mulai memodifikasi alam untuk
memenuhi kebutuhannya seperti bercocok tanam, beternak
Dengan kemampuan mendayagunakan SDA yang semakin lebih baik
dan perkembangan teknologi memicu pertumbuhan penduduk

Kebutuhan yang makin besar seiring pertambahan penduduk coba


diatasi dengan industrialisasi. Namun selain mempercepat
pemenuhan ketersediaan seluruh kebutuhan hidup manusia, juga
menyebabkan pencemaran lingkungan

Sebagai kajian yang yang memberi penekanan pada faktor


sosial yang terkait dengan problem sosial, maka salah satu
hal penting yang dilakukan adalah memberi kritik pada
masyarakat bagaimana ia berinteraksi dengan lingkungan
Terdapat banyak paradoksal dalam kebudayaan masyarakat
modern.
Di tengah pemujaan pada rasionalitas, terjadi berbagai
krisis dan kondisi ambivalen pada masyarakat modern.

Kemiskinan dan kehancuran tata nilai kehidupan,


mengiringi janji kesejahteraan dan kemajuan yang
digaungkan oleh modernisme.

Kemiskinan
Suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya
sesuai dengan taraf kehidupan kehidupan kelompok
Keadaan kaya dan miskin yang berdampingan bukan menjadi
masalah sosial sampai akhirnya perdagangan berkembang pesat
dan timbulnya nilai-nilai sosial baru
Dengan berkembangnya perdagangan, ditetapkan taraf kehidupan
tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat
Individu sadar akan kedudukan ekonomisnya sehingga mampu
menggolongkan dirinya kaya atau miskin selain dengan
ditegaskannya perbedaan kedudukan ekonomis di masyarakat

Pada masyarakat bersahaja susunan organisasinya, kemiskinan


baukan masalah sosial karena menganggapnya sebagai takdir
sehingga tidak ada usaha mengatasinya
Tidak terlalu memperhatikan keadaan tsb kecuali jika benar-benar
menderita karenanya
Pada masyarakat modern, kemiskinan menjadi problem sosial
karena adanya sikap membenci kemiskinan. Bukan m,iskin karena
kekurangan kebutuhan pokok tetapi karena harta miliknya tidak
mampu memenuhi taraf kehidupan yang ada
Turut dalam arus urbanisasi tetapi gagal mendapat pekerjaan

Namun modernisasi diterima dengan sangat terbuka di


negara berkembang (Dunia Ketiga) menyebabkan
terbukanya peluang bagi negara-negara kapitalis untuk
mengembangkan usahanya di negara berkembang melalui
perusahaan-perusahaan multinasional.

Dalam operasinya, perusahaan-perusahaan ini kemudian


melakukan eksploitasi sumber daya alam di negara-negara
tersebut.
Hal ini sebetulnya merugikan negara-negara Dunia Ketiga
(termasuk Indonesia) karena yang terjadi kemudian adalah
kerusakan lingkungan.

Penerapan modernisasi dan ideologi pembangunan di


negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia telah
menimbulkan dominasinya peran negara dan pemilik modal
besar yang berdampak kerusakan lingkungan. Indonesia
sebagai negara yang terlambat melakukan proses
industrialisasi, melakukan proses pembangunan ekonomi
dengan pelbagai cara.
Negara dan pemilik modal melakukan proses pembangunan
ekonomi yang kemudian mendorong akumulasi modal,
mendirikan perusahaan-perusahaan negara, investasi, dan
mendorong terciptanya dunia usaha, dan regulasi di bidang
industri dan perdagangan, yang semuanya dilakukan tanpa
sensitivitas terhadap lingkungan

kasus di Nigeria pada 1999


Royal Dutch atau Shell dinilai telah melakukan pelanggaran hak
asasi manusia dan kerusakan lingkungan hidup
Di dalam kasus tersebut, para pekerja menuduh perusahaan Shell
telah melakukan penambangan yang menyebabkan terjadinya
kerusakan alam serta telah mengeksploitasi buruh. Tuduhan ini
menunjukkan adanya kelalaian perjanjian di antara negara dengan
perusahaan multinasional tersebut.
baik buruknya keberadaan perusahaan multinasional sebenarnya
sangat tergantung pada kebijakan dalam negeri. Bhagwati juga
menyatakan bahwa bahaya keberadaan perusahaan multinasional
dan investasi asing juga bersumber pada baik-buruknya kebijakan
dijalankan (Bhagwati, 2004).

PT Freeport Indonesia
sebuah perusahaan tambang multinasional milik negeri
Paman Sam berafiliasi dengan Freeport-McMoran Copper
& amp; Gold Inc. (FCX) yang bermarkas di Phoenix, Arizona,
Amerika Serikat
kawasan tambang Grasberg yang amat terkenal, sejak
tahun 1967 di bawah kontrak kerja Contract of Work
(COW) dengan pemerintah Indonesia yang saat itu berada
di bawah pimpinan Presiden Soeharto

memberikan PT Freeport Indonesia hak penuh dalam


pengelolaan 2 blok tambang (A dan B) dengan luas masingmasing mencapai 27.400 Ha dan 413.000 Ha

PT Freeport Indonesia mampu


memberikan revenue bagi bangsa yang belum cukup
mampu mengolah sumberdaya tambangnya sendiri ini,
yakni sebesar 70 Trilyun setiap tahun sebagaimana
yang diberitakan oleh Forum Hijau Indonesia.
WALHI melansir hasil investigasinya yang cukup
mencengangkan publik Indonesia, dimana
nilai revenue bagi sang pemilik hanya setara dengan 6
% dari total profit PT Freeport Indonesia sedangkan
Amerika Serikat mendapatkan lebih dari 90 %.

Kerusakan lingkungan oleh beroperasinya tambang


skala besar layaknya PT Freeport Indonesia pada suatu
daerah sangat beragam mulai dari polusi air (surface
dan subsurface), polusi udara, dan penelanjangan
lahan oleh berbagai aktivitas yang dilakukannya
(Nicholson 2010; Lynch and Harwell 2002; Marr 1993)
Buangan limbah ke Sungai Aijkwa, Aghawagon dan
Otomona, tumpukan batuan limbah tambang dan
tailing yang jika ditotal mencapai 840.000 ton dan
matinya ekosistem di sekitar lokasi pertambangan

Merujuk pada newsletter yang dilansir


oleh International Campaign for Ecological Justice in
Indonesia, PT Freeport Indonesia menghasilkan
300.000 ton sampah setiap harinya yang dikalkulasikan
dari kegiatan sisa pengolahan bahan tambang,
deforestasi, dan pembukaan lahan tambang baru.
Sumber lain, Forum Hijau Indonesia, bahkan
menyebutkan sampah yang dihasilkan jauh lebih besar
yakni ditaksir mencapai 1 milyar ton limbah tambang
meliputi taillings dan waste rocks sejak beroperasi
hingga tahun 2006

PT Freeport Indonesia justru memanfaatkan dataran banjir sungai yang


bisa berdampak pada area seluas 230 km2 dengan alasan kondisi seismik
di Papua tidak memungkinkan untuk pembangunan bendungan.
Hal tersebut jelas menimbulkan kerusakan lingkungan yang pelik
manakala taillings hanyut ke muara sungai dan terus mengalir ke laut.

Limbah tersebut dapat menghasilkan racun yang bersifat asam dan


berbahaya yang jelas akan merusak ekosistem terumbu karang dan
kehidupan aquatik lainnya dengan total kerugian akibat kerusakan
lingkungan yang mau tak mau harus ditanggung oleh Pemerintah
Indonesia mencapai Rp 67 trilyun (Greenomics Indonesia, 2010).
Dan oleh limbah yang sama, taillings, 23.000 Ha hutan rusak akibat
sedimentasi limbah tersebut.

Limbah tersebut dapat menghasilkan racun yang


bersifat asam dan berbahaya yang jelas akan
merusak ekosistem terumbu karang dan
kehidupan aquatik lainnya dengan total kerugian
akibat kerusakan lingkungan yang mau tak mau
harus ditanggung oleh Pemerintah Indonesia
mencapai Rp 67 trilyun (Greenomics Indonesia,
2010).

Dan oleh limbah yang sama, taillings, 23.000 Ha


hutan rusak akibat sedimentasi limbah tersebut.

Masyarakat lokal (indigenous people) di sana teramat bergantung


dari alam dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama pangan.
Mereka hidup dari bercocok tanam, berburu, dan memancing.
Jika Dr. Muin dari ITB telah mengatakan bahwasanya ada
284.000.000 metrik ton limbah taillings di muara hutan bakau dan
daerah sekitar pantai Laut Arafura, maka tidak yakin jika ada cukup
ikan dan sagu yang masih layak dan dapat dimakan oleh masyarakat
Papua di sana.
suku Ammunge sebagai masyarakat lokal menuntut ganti rugi atas
pemanfaatan tanah ulayat mereka yang kini telah dikeruk deposit
tembaga, perak dan emasnya dengan masih menyisakan cadangan
deposit dalam jumlah besar, senilai US$ 20,83 miliar.

Anda mungkin juga menyukai