Anda di halaman 1dari 21

Jenis-jenis Relay Pengaman Pada Transformator

1. Relay Bucholz
Relay ini digunakan untuk mendeteksi dan mengamankan transformator terhadap gangguan
di dalam transformator yang menimbulkan gas. Gas yang timbul ini diakibatkan oleh Hubung
Singkat pada kumparan, busur listrik antar laminasi dan busur listrik akibat kontak yang
kurang baik.
Relay Bucholz dipasang di antara tangki transformator dan konservator. Relay ini
memberikan indikasi alarm kalau terjadi gangguan didalam transformator yang relatif kecil
dan akan memberikan sinyal triping kalau gangguan yang terjadi di dalam transformator
serius (cukup membahayakan). Relay ini biasanya digunakan pada transformator yang
mempunyai rating kapasitas 750 KVA.
2. Relay Suhu
Relay ini digunakan untuk mengamankan transformator dari kerusakan akibat adanya suhu
yang berlebihan. Ada 2 macam relay suhu pada transformator, yaitu :
a. Relay Suhu Minyak
Relay ini dilengkapi dengan sensor yang dipasang pada minyak isolasi transformator. Pada
saat transformator bekerja memindahkan daya dari sisi primer ke sisi sekunder, maka akan
timbul panas pada minyak isolasi, akibat rugi daya maupun adanya gangguan pada
transformator.
b. Relay Suhu Kumparan
Relay ini hampir sama dengan relay suhu minyak. Perbedaannya terletak pada sensornya.
Sensor relay suhu kumparan berupa elemen pemanas yang dialiri arus dari transformator arus
yang dipasang pada kumparan-kumparan transformator.
3. Relay Hubung Tanah (Earth faulth)
Relay hubung tanah berfungsi untuk mengamankan transformator dari kerusakan akibat
gangguan tanah (Earth faulth). Relay ini dilengkapi dengan transformator arus, kumparan
kerja relay dan kumparan triping. Pada kondisi normal, dimana tidak ada gangguan yang
terjadi pada transformator, jumlah arus ketiga fase sama dengan nol sehingga jumah fluks
pada inti transformator sama dengan nol. Apabila terjadi gangguan tanah, maka jumlah fluks
pada inti transformator tidak lagi nol.
4. Relay Beban Lebih (Over Load)
Relay ini berfungsi untuk mengamankan transformator dari kerusakan akibat adanya beban
(arus) yang melebihi harga tertentu. Beban lebih kalau dibiarkan terlalu lama akan
menyebabkan panas pada kumparan transformator sehingga bisa terjadi kerusakan isolasi
pada kumparan transformator. Sensor relay ini pada umumnya berupa bimetal yang mendapat

sinyal atau arus masukan dari transformator arus. Sinyal arus masukan diubah ke panas untuk
mengerakkan elemen bimetal (termis).
5. Relay Differensial
Pemakaian relay differensial sebagai pengaman transformator diharapakan mampu
mendeteksi gangguan-gangguan internal transformator. Gangguan-gangguan tersebut, antara
lain hubung singkat di dalam kumparan dan hubung singkat antara fase kumparan. Prinsip
kerja relay differensial pada transformator berdasarkan sirkulasi arus masukan atau
perbandingan besarnya arus sisi primer dengan arus sisi sekunder.
6. Relay Tekanan Lebih
Relay tekanan lebih digunakan sebagai pengaman transformator untuk mendeteksi adanya
tekanan-tekanan yang berlebihan akibat gangguan di dalam transformator. Relay ini
merupakan relay mekanik yang menggunakan sejenis membran atau pelat yang akan pecah
oleh karena tekanan atau desakan jarum pemecah (breaking needle) akibat gangguan dalam
transformator.
7. Pengaman Tangki Tanah
Tangki transformator terbuat dari bahan logam yang merupakan suatu media penghantar
listrik yang baik. Meskipun jarang terjadi pada transformator, ada kemungkinan terjadi
hubung singkat antara kumparan fase dengan tangki transformator. Pengaman tangki
transformator biasanya menggunakan relay arus lebih dengan karakteristik waktu kerja
seketika (instantaneous).

2. A. Pengertian Relai Proteksi Relai adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk
mengatur /memasukan suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya
perubahan lain.
B. Perangkat Sistem Proteksi Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan
sistem yang terdiri dari komponen-komponen berikut :
1. Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya memberi
perintah trip kepada Pemutus Tenaga (PMT).
2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran listrik primer
dari sistem yang diamankan ke relai (besaran listrik sekunder).
3. Pemutus Tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu.
4. Batere beserta alat pengisi (batere charger) sebagai sumber tenaga untuk bekerjanya relai,
peralatan bantu triping.
5. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sisrkit sekunder (arus dan/atau tegangan), sirkit
triping dan sirkit peralatan bantu.
Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga bagian utama, seperti pada blok
diagram, dibawah ini : Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Elemen pengindera. Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti
arus, tegangan, frekuensi, dan sebagainya tergantung relay yang dipergunakan. Pada bagian
ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang diproteksi itu

mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut
dikirimkan ke elemen pembanding.
2. Elemen pembanding. Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu
besaran itu diterima oleh elemen oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran
listrik pada saat keadaan normal dengan besaran arus kerja relay. 3. Elemen
pengukur/penentu. Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada
besaran ukurnya
3. dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.
Transformator arus ( CT ) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah keadaan
yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding
sekaligus alat pengukur adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat
pengindera dan membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja relay. Apabila
besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya, maka kumparan
relay akan bekerja menarik kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan
perintah pada kumparan penjatuh (trip-coil) untuk bekerja melepas PMT. Sebagai sumber
energi penggerak adalah sumber arus searah atau batere.
C. Syarat-syarat Relai Proteksi Dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan
suatu sistem proteksi yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Sensitif. Suatu relay proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian tertentu
dari suatu sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang termasuk dalam jangkauan
pengamanannya. Relay proteksi mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di daerah
pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan
rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan pemutus tenaga (PMT) untuk
memisahkan bagian sistem yang terganggu, sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal
ini tidak boleh terbuka.
2. Selektif. Selektivitas dari relay proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam
mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya
gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi lebih kecil. Relay
proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi didaerah
pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada keadaan gangguan
yang terjadi diluar daerah pengamanannya.
3. Cepat. Makin cepat relay proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan
akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan
oleh gangguan. 4. Handal.
4. Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay proteksi tidak
bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi relay proteksi bila diperlukan
harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila relay gagal bekerja dapat mengakibatkan
kerusakan yang lebih parah pda peralatan yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya
relay lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas. Untuk tetap menjaga
keandalannya, maka relay proteksi harus dilakukan pengujian secara periodik.
5. Ekonomis. Dengan biaya yang sekecilnya-kecilnya diharapkan relay proteksi mempunyai
kemampuan pengamanan yang sebesar-besarnya.
6. Sederhana. Perangkat relay proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana dan
fleksibel.
D. Karakteristik Waktu Kerja Relai Proteksi a. Relai arus lebih seketika (instanstaneous over
current relay) Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika ialah jika jangka
waktu relai mulai saat relai arusnya pick up (kerja) sampai selesainya kerja relai sangat

singkat (20-100 ms), yaitu tanpa penundaan waktu. Relai ini pada umumnya dikombinasikan
dengan relai arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) atau waktu terbalik
(inverse time) dan hanya dalam beberapa hal berdiri sendiri secara khusus.
b. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (Definite time over current relay) Relai
arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ialah jika jangka waktu mulai relai arus pick up
sampai selesainya kerja relai diperpanjang dengan nilai tertentu dan tidak tergantung dari
besarnya arus yang menggerakan. Relai ini bekerja berdasarkan waktu tunda yang telah
ditentukan sebelumnya dan tidak tergantung pada perbedaan besarnya arus.
c. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (Inverse time over current relay) Relai
dangan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu mulai relai arus pick up sampai
selesainya kerja diperpanjang dengan besarnya nilai yang berbanding terbalik dengan arus
yang menggerakkan. Relai ini bekerja dengan waktu operasi berbanding terbalik terhadap
besarnya arus yang terukur oleh relai. Relai ini mempunyai karakteristik kerja yang
dipengaruhi baik oleh waktu maupun arus.
d. Inverse Definite Time Relay
5. Relai ini mempunyai karakteristik kerja berdasarkan kombinasi antara relai invers dan
relai definite. Relai ini akan bekerja secara definite bila arus gangguannya besar dan bekerja
secara inverse jika arus gangguannya kecil. Sistem proteksi memiliki komponen utama yaitu
Relay, jenis-jenis relay ini dapat di gunakan pada system pembangkitan, transmisi tenaga
listrik, system distribusi dll. E. Jenis-jenis Relay Proteksi Adapun jenis-jenisnya adalah sbb :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Relay Relay jarak (distance relay) Fungsi Relay Untuk
mendeteksi gangguan 2 fasa atau 3 fasa di muka generator sampai batas jangkauannya. Relay
periksa sinkron Pengaman Bantu generator untuk mendeteksi persaratan sinkronisasi
(parallel). Relay tegangan kurang (underMendeteksi turunnya tegangan sampai voltage relay)
dibawah harga yang di izinkan (relay ini bekerja apabila sebelum rele loss of field bekerja)
Relay daya balik (reverse powerUntuk mendeteksi daya balik, sehingga relay) mencegah
generator bekerja sebagai motor. Relay kehilangan medan penguat Untuk mendeteksi
kehilangan medan penguat generator. Relay fasa urutan negatif Untuk mendeteksi arus urutan
negatif yang disebabkan oleh beban tidak seimbang pada batas-batas yang tidak diizinkan
Relay arus lebih seketika (overUntuk mendeteksi besaran arus yang current relay
instanteneous) melebihi batas yang ditentukan dalam waktu seketika. Relay arus lebih dengan
waktuUntuk mendeteksi besaran arus yang tunda (time over current relay) melebihi batas
dalam waktu yang diizinkan. Relay penguat lebih (overUntuk mendeteksi penguat lebih pada
excitation relay) generator. Relay tegangan lebih 1. bila terpasang di titik netral generator
atau trafo tegangan yang di hubungkan segitiga terbuka untuk mendeteksi gangguan stator
hubungan tanah. 2. bila terpasang pada terminal generator untuk mendeteksi tegangan lebih.
Relay keseimbangan teganganUntuk mendeteksi hilangnya tegangan (voltage balanced relay)
dari trafo tegangan pengatur tegtangan otomatis (AVR dan relay).
6. 12 13 14 15 16 17 Relay waktu (time delay) Untuk memperlambat waktu. Relay stator
gangguan tanah (statorUntuk mendeteksi kondisi a sinkron pada ground fault relay) generator
yang sudah paralel dengan sistem. Relay kehilangan sinkronisasi (outUntuk mendeteksi
kondisi a sinkron pada of step relay) generator yang sudah paralel dengan sistem. Relay
pengunci (lock out relay) Untuk menerima signal trip dari relayrelay proteksi dan kemudian
meneruskan signal trip ke PMT, alarm dan peralatan lain serta mengunci. Relay frekuensi
(frekuensi relay) Mendeteksi besaran frekuensi rendah/lebih di luar harga yang diizinkan.
Relay diferensial (diferensial relay)Untuk mendeteksi gangguan hubungan singkat pada
daerah yang diamankan. Jenis Relay Proteksi Berdasarkan Besaran Ukur dan Prinsip Kerja
Berdasarkan besaran ukur dan prinsip kerja, rele proteksi dapat dibedakan sebagai berikut : a.

Rele Arus Lebih (Over Current Relay) Adalah suatu rangkaian peralatan rele pengaman yang
memberikan respon terhadap kenaikan arus yang melebihi harga arus yang telah ditentukan
pada rangkaian yang diamankan. Keuntungan dari penggunaan proteksi rele arus lebih ini
antara lain : Sederhana dan murah Mudah penyetelannya Dapat berfungsi sebagai
pengaman utama dan cadangan Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa, satu
fasa ke tanah, dan dalam beberapa hal digunakan untuk proteksi beban lebih (overload).
Pengaman utama pada jaringan distribusi dan substransmisi Pengaman cadangan untuk
generator, trafo, dan saluran transmisi. b. Rele Tegangan Kurang (Under Voltage relay)
Adalah rele yang bekerja dengan menggunakan tegangan sebagai besaran ukur. Rele akan
bekerja jika mendeteksi adanya penurunan tegangan melampaui batas yang telah
ditetapkan..Untuk waktu yang relatif lama tegangan turun adalah lebih kecil dari 5% dari
tegangan nominal dan dalam jangka waktu jam beberapa
7. peralatan yang beroperasi dengan tegangan di bawah 10 % akan mengalami penurunan
efisiensi. c. Rele jarak (Distance Relay) Adalah rele yang bekerja dengan mengukur tegangan
pada titik rele dan arus gangguan yang terlihat dari rele, dengan membagi besaran tegangan
dan arus, maka impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat di tentukan. d. Rele Arah
(Directional Relay) Adalah rele pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan
tegangan yang dapat membedakan arah arus gangguan ke depan atau arah arus ke belakang.
Rele ini merupakan pengaman cadangan dan bila bekerja akan mengerjakan perintah trip. e.
Rele Hubung Tanah (GFR) Rele hubung tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan
listrik akibat adanya gangguan hubung singkat fasa ke tanah. f. Rele Arus Hubung Tanah
Terbatas (REF) Adalah rele yang bekerja mengamankan transformator bila ada gangguan
satu fasa ketanah di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele
differensial. g. Rele Diferensial (Differential Relay) Adalah rele yang bekerja berdasarkan
Hukum Kirchof, dimana arus yang masuk pada suatu titik sama dengan arus yang keluar dari
titik tersebut. Yang dimaksud titik pada proteksi diferensial ialah daerah pengamanan, dalam
hal ini dibatasi oleh 2 buah trafo arus.

KORDINASI RELE GANGGUAN TANAH

KORDINASI RELE GANGGUAN TANAH


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro,UNIMED.

Abstrak:
Dalam setiap sistem tenaga listrik selalu digunakan sistem proteksi atau pengaman untuk
mengantisipasi apabila terjadi gangguan. Sistem proteksi dan pengaman ini diperlukan untuk
memisahkan bagian yang mengalami gangguan dengan yang tidak mengami gangguan sehingga
sistem dapat menjalankan operasinya. Apabila peralatan proteksi atau pengaman memberikan
respon yang salah terhadap gangguan maka terjadi Symphathetic Tripping. Symphathetic tripping
atau pada umumnya disebut tripping ikutan/palsu yaitu peristiwa yang menggambarkan kejadian
ketika suatu peralatan proteksi pengaman merespon/menanggapi secara salah atau tidak
diharapkan pada suatu kondisi atau keadaan sistem tenaga listrik yang sedang mengalami
gangguan. Symphathetic Tripping ini dapat terjadi pada peralatan pengaman atau proteksi yang

dihubungkan seri pada penyulang yang sama, sehingga apabila terjadi gangguan pada penyulang
tersebut maka dua atau lebih peralatan pengaman pada penyulang itu akan mengalami tripping.
Symphathetic Tripping juga dapat terjadi pada penyulang-penyulang lainnya pada bus yang sama.
Kata kunci: penyulang, JaringanTegangan Menengah, proteksi, rele inverse time, Symphathetic
Tripping.
BAB1
2.1 PENDAHULUAN
Dalam Sistem Tenaga diperlukan suatu sistem distribusi Jaringan Tegangan Menengah yang dapat
menjamin keandalan dan kesinambungan penyaluran, keserasian penyaluran dan penyediaan
tenaga listrik antara konsumen dan produsen. Jumlah gangguan pelayanan merupakan indikator
untuk mengetahui keandalan suatu sistem Jaringan Tegangan Menengah. Semakin besar jumlah
gangguan berarti keandalan sistem semakin rendah, begitu pula sebaliknya apabila semakin kecil
jumlah gangguan berarti keandalan sistem semakin tinggi pula. Salah satu gangguan yang sering
terjadi pada sistem Jaringan Tegangan Menengah adalah gangguan yang dikenal sebagai gangguan
Symphathetic Tripping, dimana suatu proteksi atau pengaman dapat merespon secara salah atau
tidak diharapkan pada suatu kondisi atau keadaan sistem tenaga listrik yang sedang mengalami
gangguan . Peristiwa ini pada umumnya disebut dengan tripping ikutan atau palsu.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan pembahasan masalah yang diangkat dan waktu yang tersedia bagi
mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhir terbatas, serta dengan mempertimbangkan waktu,
dana, serta keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis serta luasnya cakupan, maka penulis
membatasi masalah yaitu hanya pada Kordinasi Rele Proteksi Pada Jaringan Distribusi.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka penulis merumuskan permasalahan yang
akan dibahas untuk memudahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan ini yaitu Kordinasi Rele
Proteksi Pada Jaringan Distribusi.
1.4 Tujuan
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah bagaimana cara untuk meminimalkan gangguan
yang terjadi pada Jaringan Tegangan Menengah distribusi yang disebabkan oleh gangguan
Symphathetic Tripping.
1.5Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan ini adalah Untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Sistem Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi dari Gardu Induk Bulk Supply sampai ke kWh meter di tempat
konsumen, terdiri dari dua bagian:
1. Jaringan Sistem Distribusi Primer/Jaringan Distribusi Tegangan Menengah
2. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder/Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
Secara umum sistem distribusi dapat digambarkan secara blok diagram seperti gambar
2.1.Fungsi bagian dalam gambar. 2.1 adalah sebagai berikut:
1. Gardu induk distribusi berfungsi menerima tenaga listrik dari jaringan transmisi dengan tegangan
transmisi dan meneruskan tenaga listrik dengan tegangan yang diturunkan menjadi tegangan
distribusi primer. Gardu Induk distribusi dilengkapi dengan peralatan ukur dan peralatan proteksi.
2. Jaringan primer berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke gardu
distribusi transformator.
3. Gardu distribusi/gardu transformator berfungsi untuk menurunkan tegangan primer menjadi
tegangan sekunder yang digunakan konsumen.
4. Jaringan sekunder berfungsi menyalurkan daya listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Jaringan
ini dimulai dari sisi tegangan rendah transformator distribusi sampai ke kWh-meter konsumen.

Konfigurasi jaringan distribusi primer (tegangan menengah) yang banyak dipergunakan adalah
sebagai berikut:
Jaringan primer pola radial
Jaringan primer pola ring dan loop
Jaringan primer pola loop radial
Jaringan primer pola Grid
Jaringan primer pola Spindle

22 Syarat-Syarat Rele Pengaman Beserta penerapannya


Untuk menjamin keandalan, rele pengaman harus memenuhi persyaratan sbb :
-Kecepatan Bereaksi
Saat mulai ada gangguan sampai pelepasan pemutus (CB), dimana kadang-kadang diperlukan
kelambatan waktu :
top = tp + tcb
top

= waktu total

tp= waktu bereaksi dari unit rele


tcb= waktu pelepasan CB
Kecepatan pemutus arus gangguan dapat mengurangi kerusakan serta menjaga stabilitas operasi
mesin-mesin
-Kepekaan Operasi ( sensitivity )
Kemampuan rele pengaman untuk memberikan respon bila merasakan gangguan.
-Selektif ( selectivity )
Kemampuan rele pengaman untuk menentukan titik dimana gangguan muncul dan
memutuskan rangkaian dengan membuka CB terdekat.

-Keandalan ( reliability )
Jumlah rele yang bekerja atau mengamankan terhadap jumlah gangguan yang terjadi.
Keandalan rele yang baik adalah 90-99 %
-Ekonomis
Penggunaan rele selain memenuhi syarat diatas, juga harus disesuaikan dengan harga
peralatan yang diamankan.
Didalam penerapan rele perlu diperhatikan beberapa kondisi sistem tenaga listrik:

Daya terbalik : arus dan tegangan gangguan berubah dengan berubahnya arah daya.

Sistem pentanahan netral : arus dan tegangan berubah dengan berubahnya sistem pentanahan.

Rangkaian ganda ( double circuit ) dan bercabang ditengah : pada saluran multi circuit sejajar perlu
diperhatikan impedansi urutan nolnya karena pengaruh pentanahan rangkaian lain yang
mempengaruhi perubahan arus urutan nol sehingga mempengaruhi kemampuan rele jarak
disamping arus gangguan mengalir kedaerah luar perlindungan dan berpengaruh pada rele arah.
2.3 Fungsi Rele
Fungsi dari rele pengaman pada sistem tenaga listrik sebagai berikut:

Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta memisahkan secara
cepat sehingga sistem lainnya yang tidak terganggu dapat beroperasi secara normal.
Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain yang tidak terganggu di dalam
sistem tersebut serta mencegah meluasnya gangguan.
Memperkecil bahaya bagi manusia.

Pemilihan macam rele pengaman yang dipergunakan:

Tipe dan rating peralatan

Tingkat kepentingan peralatan

Lokasi atau letak peralatan dalam sistem tenaga

Kemungkinan terjadinya gangguan

Harga peralatan
Faktor faktor yang mempengaruhi perencanaan dan konstruksi rele:

Karakteristik rele bekerja atas dasar tanggapan thdp jenis gangguan


Daerah Penyetelan variabel setting releSpesifikasi rele sesuai dengan negara pemakai
Ketahanan terhadap effek transient
Konstruksi rele harus kompak, sederhana dan mempermudah pemeliharaan
Pengawatan dan pengaturan terminal sehingga mudah testing dan pencarian gangguan
Modifikasi disesuaikan dengan kondisi
2.4 Rele Arus Lebih (Over Current Relay)
Rele arus lebih yaitu rele yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai
pengaman tertentu dan jangka waktu tertentu. Fungsi utama dari rele arus lebih ini adalah untuk
merasakan adanya arus lebih kemudian memberi perintah kepada pemutus beban (PMT) untuk
membuka. Pengaman dengan menggunakan rele arus lebih mempunyai beberapa keuntungan
antara lain:
Pengamannya sederhana
Dapat sebagai pengaman cadangan dan pengaman utama
Harganya relatif murah

1. Rele arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)


Rele ini memberikan perintah kepada pemutus beban (PMT) pada saat terjadi gangguan bila besar
arusnya melampaui penyetelannya (arus setnya) dan jangka waktu kerja rele mulai "pick up" sampai
kerja rele diperpanjang dengan waktu tertentu dan tidak tergantung pada besarnya arus gangguan.

Waktu operasi dapat disetel di suatu harga tertentu untuk harga arus yang sama dan lebih besar
dari nilai "pick up"nya sehingga waktu operasi rele dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
koordinasi. Keuntungan dari Definite Time Relays yaitu:
koordinasinya mudah
waktu kerjanya tidak tergantung oleh perubahan kapasitas pembangkit
Kelemahannya adalah:
terjadi komulasi waktu pada rele di hulu, untuk sistem besar, akumulasi waktu tidak diinginkan
Bila diterapkan pada pengaman gangguan tanah jaringan distribusi radial, bisa menimbulkan masalah
simpatetik tripping.
2. Rele arus lebih waktu terbalik (Inverse Time Relay)
Rele arus lebih waktu terbalik memberikan perintah kepada pemutus beban (PMT) pada saat terjadi
gangguan bila besar arus gangguannya melampaui arus penyetelannya dan jangka waktu kerja rele
dari pick up, waktunya berbanding terbalik dengan besar arusnya. Jadi dapat dikatakan bahwa rele
arus lebih waktu terbalik mempunyai waktu operasi yang semakin singkat untuk arus gangguan yang
semakin besar dan waktu operasi yang semakin lama untuk arus gangguan yang semakin kecil.
lebih waktu terbalik
Rele arus lebih waktu terbalik ini dapat dibagi lagi menjadi empat, yaitu:
1. Berbanding terbalik (Inverse)
2. Sangat berbanding terbalik (very inverse)
3. Sangat berbanding terbalik sekali (Extremely inverse)
4. Long Inverse
Perbedaaan grafik/kurva dapat dilihat pada gambar 2.4:

3. Rele arus lebih waktu seketika (Instantaneous Relay)


Rele arus lebih waktu seketika yaitu rele yang jangka waktu mulai pick up sampai selesainya kerja
rele sangat singkat (20-40 ms) tanpa penundaan waktu. Kerja dari rele ini tidak tergantung dari
besarnya arus gangguan / arus yang menggerakkannya. Jadi releini akan memberikan perintah
kepada pemutus beban (PMT) pada saat terjadi gangguan bila besar arus gangguannya melampaui
penyetelannya (Im) dan jangka waktu kerjanya singkat.
GANGGUAN SYMPHATHETIC TRIPPING
Tripping Seri dan Tripping Paralel Symphathetic Tripping yaitu peristiwa yang menggambarkan
kejadian sewaktu peralatan proteksi (pengaman) merespon tidak diharapkan atau salah pada saat
sistem tenaga dalam keadaan gangguan.

1. Tripping Seri
Pada gambar terlihat gangguan satu saluran ke tanah mengakibatkan A dan B mengalami tripping.
Pada kejadian ini tidak diharapkan B untuk trip. Beberapa penyebab yang memungkinkan kejadian di
atas yaitu:
1. Setting arus minimum gangguan tanah terlalu rendah
2. Kenaikan arus yang melewati pemutus B yang
disebabkan pergeseran netral, yang akan menyebabkan:
Kenaikan tegangan pada penyulang sehat
Kemungkinan terjadi kejenuhan transformator (transformator saturation) pada fasa-fasa yang
mengalami gangguan.
Gangguan Symphathetic Tripping Akibat Arus Kapasitif
Karena adanya kapasitansi antara konduktor fasa dan tanah pada jaringan yang ditunjukkan pada
gambar 2.6 maka masing-masing, arus kapasitif yang tidak seimbang sewaktu terjadi gangguan satu
fasa ke tanah akan mengalir 4kembali ke sumber melalui konduktor fasa yang terhubung pada bus
yang sama di Gardu Induk (dalam hal ini arus kapasitif penyulang 2 mengalir ke sumber melalui
penyulang 1), maka ketidakseimbangan arus kapasitif dari penyulang yang lain juga akan kembali ke
sumber melalui konduktor fasa di penyulang yang terganggu.

Keadaan Sistem Sebelum dan Sesudah Gangguan Pada gambar 2.7 dapat dilihat gambar penyulang
sebelum terjadi gangguan. Penyulang sebelum terkena gangguan, masih dalam keadaan normal.
Pada sistem kondisi normal, antara konduktor fasa dan tanah akan mempunyai nilai kapasitansi yang
dianggap sama pada masing-masing fasanya walaupun jarak antara konduktor fasa ke tanah belum
tentu sama untuk masing-masing fasanya. Jadi jarak konduktor fasa ke tanah tidak mempengaruhi
besarnya kapasitansi saluran.
Keterangan gambar:
CeR1, CeS1, CeT1 : kapasitansi ke tanah masing-masing fasa penyulang 1
CeR1, CeS2, CeT2 : kapasitansi ke tanah masing-masing fasa penyulang 2
ZCT

: Zero Current Transformator = trafo arus

Sesudah terjadi gangguan sistem gambar 2.8 yaitu gangguan satu fasa ke tanah yang terjadi pada
salah satu penyulang, misalkan terjadinya di fasa T penyulang 1. Maka kapasitansi konduktor fasa
yang terganggu menjadi terhubung singkat oleh gangguan tanah tersebut, sedangkan fasa yang tidak
terganggu (fasa R dan fasa S) tegangannya naik sehingga arus kapasitif hanya mengalir pada di fasa
yang sehat saja dan mengalir kembali ke sumber melalui titik yang terganggu di fasa T, karena fasa T
sedang terhubung ke tanah seperti pada gambar 2.8. Apabila penyulang lebih dari satu, maka analog
dengan uraian arus kapasitif di penyulang yang terganggu, di penyulang lain yang sehat juga akan

mengalirkan arus kapasitif ke tanah (Ice2) dan akan kembali ke sumber melalui titik gangguan di
penyulang yang terganggu. Arus kapasitif pada titik gangguan ini merupakan gabungan dari arus
kapasitif penyulang yang sehat dan arus kapasitif penyulang yang terganggu (Icef). Arus kapasitif dari
penyulang yang sehat ini dideteksi oleh ZCT (Zero Current Transformator) feeder yang terganggu.

Gangguan Satu Fasa Ke Tanah Pada Saluran


Distribusi 20 kV
Arus gangguan tanah
Arus kapasitif tidak tergantung dari tempat terjadinya gangguan dan hanya tergantung dari
kapasitansi jaringan ke tanah. Karena adanya kapasitansi antara konduktor fasa dan tanah pada
jaringan itu masing-masing, arus kapasitif yang tidak seimbang sewaktu terjadi gangguan satu fasa
ke tanah akan mengalir ke sumber melalui konduktor tiga fasa yang terganggu tersebut di titik
gangguan, tetapi karena ada beberapa penyulang yang terhubung pada bus yang sama di gardu
induk, maka ketidakseimbangan arus kapasitif dari penyulang lain juga akan kembali ke sumber
melalui konduktor fasa di penyulang yang terganggu, sehingga arus kapasitif di penyulang terganggu
ini menjadi lebih besar lagi menuju ke sumber, yang kemudian mentripkan PMT penyulang yang
terganggu oleh rele gangguan tanah. Terlihat pada gambar 2.8 bahwa penyulang yang sehat teraliri
arus kapasitifnya sendiri oleh ZCT juga menghasilkan induksi arus yang diteruskan ke GFR. Bila arus
kapasitif ini cukup besar sampai melebihi Iset, maka GFR penyulang sehatpun ikut pick up dan
menghitung waktu untuk memberikan tripping ke PMT. Arus kapasitif jaringan distribusi besarnya
Ice = 3. Eph.2.f.Ce
Keterangan : Eph = tegangan fasa ke netral
C =kapasitansi urutan nol dalam sistem
2.4 Penggunaan Rele Gangguan Tanah dengan Karakteristik Waktu Tertentu (Definite Time Relay)
Untuk Mengatasi Gangguan 1 Fasa Ke Tanah Rele gangguan tanah dengan karakteristik waktu
tertentu (definite time relay) adalah suatu rele yang waktu mulai sampai berakhirnya operasinya,
waktu setelannya ditentukan dan tidak bergantung pada besarnya arus yang menggerakkannya.

Waktu kerja rele yang paling jauh dari sumber dipilih yang paling cepat. Untuk mendapatkan
selektivitas tripping dengan rele gangguan tanah di sisi sebelah hulu (mendekati sumber ) maka
diberi grading time sebesar 0,4 detik:
tB = tC + t biasanya

t = 0,4 detik

tA = tB + t
Keuntungan rele gangguan tanah dengan karakteristik waktu tertentu (definite time):

Koordinasinya mudah atau sederhana, hanya dengan peningkatan waktu (time grading)
Waktu kerjanya, jadi juga koordinasinya, tidak terpengaruh oleh perubahan kapasitas pembangkitan
Kerugian rele gangguan tanah dengan karakteristik waktu tertentu (definite time relay):
Terjadi kumulasi waktu pada rele di dekat sumber, makin dekat ke sumber waktu kerjanya makin
panjang, padahal arus gangguannya makin besar
Dapat menimbulkan masalah Symphathetic Tripping Setelah jaringan distribusi yang harus ditarik
konsumen
tersebar luas, menyebabkan kapasitansi jaringan per penyulang menjadi membesar. Sehingga setiap
kali terjadi gangguan tanah di jaringan, menyebabkan arus kapasitif yang masuk ke rele gangguan
tanah sudah tidak mampu membuat rele tersebut pick-up . Jadi rele gangguan tanah di beberapa
penyulang trip secara bersamaan, kejadian inilah yang mengakibatkan adanya maslah Symphathetic
Tripping dan penyelesaian masalah ini dengan cara menggunakan pengaman gangguan tanah
dengan karakteristik waktu terbalik (inverse time relay).
2.5 Rele Gangguan Tanah Dengan Karakteristik Waktu Terbalik (Inverse Time Relay)
Yang dimaksud dengan rele katakteristik waktu terbalik (Inverse Time Relay) adalah rele yang
bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus. Pada rele gangguan tanah dengan
karakteristik waktu terbalik (inverse time relay) diharapkan bekerja lebih cepat pada arus yang besar
yang masuk ke rele, sehingga rele yang dekat pada titik gangguan diharapkan bekerja relatif lebih
cepat. Dengan demikian hanya jaringan yang terkena gangguan saja yang dibuka (selected tripping).
Rele gangguan tanah karakteristik waktu terbalik akan bekerja pada waktu dan arus lebih tertentu.
Untuk memungkinkan adanya selected tripping dari gangguan tanah yang mengandung arus resistif
dan arus kapasitif (penyulang terganggu) bekerja lebih cepat dari rele gangguan tanah di penyulang
yang sehat maka sebaiknya dipakai rele dengan karakteristik waktu terbalik (inverse time relay)
Apabila dipakai rele gangguan tanah dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) waktu
bekerjanya tertentu setelah rele ini pick-up. Sehingga menghasilkan tripping yang serentak pada
penyulang yang terganggu satu fasa ke tanah dan penyulang sehat yang hanya karena pick-up oleh
arus kapasitif. Akibatnya rele dengan waktu tertentu (definite time) menjadi tidak sesuai untuk
pengamanan sistem dengan banyak penyulang yang terpaksa ditripkan termasuk saluran distribusi
yang penting. Pemakaian rele gangguan tanah dengan waktu tertentu (definite time) yang semula
bertujuan untuk menanggulangi masalah gangguan satu fasa ke tanah, dengan cara hitungan
koordinasi yang paling mudah tetapi malahan membuat arus kapasitif pada penyulang sehat masuk
ke rele pada penyulang yang tidak sehat, sehingga akan mengakibatkan terjadinya peristiwa
Symphathetic Tripping Penanggulangan masalah Symphathetic Tripping ini dengan pemakaian rele
gangguan tanah dengan karakteristik waktu terbalik (inverse time relay).
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil analisis evaluasi koordinasi rele proteksi pada feeder distribusi terhadap kemungkinan
gangguan Symphathetic Tripping pada gangguan satu saluran ke tanah dapat diperoleh beberapa
kesimpulan, sebagai berikut:

1.

Salah satu penyebab Symphathetic Tripping paralel adalah adanya arus kapasitif pada maisngmasing penyulang, sedangkan pada sistem Jaringan Tegangan Menengah pada umumnya dipakai
rele gangguan tanah dengan karakteristik waktu tertentu (definite time relay). Penggunaan rele
definite time ini akan menyebabkan Symphathetic Tripping karena waktu kerjanya tertentu setelah
rele ini pick up sehingga menghasilkan tripping yang serentak pada penyulang yang terganggu dan
penyulang sehat yang hanya pick up oleh arus kapasitif.

2.

Penanggulangan masalah Symphathetic Tripping dapat menggunakan rele karakteristik waktu


terbalik (inverse time relay) karena bekerja sesuai besarnya arus gangguan

Berdasarkan besaran ukur dan prinsip kerja, rele proteksi dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Rele Arus Lebih (Over Current Relay)
Adalah suatu rangkaian peralatan rele pengaman yang memberikan respon terhadap kenaikan
arus yang melebihi harga arus yang telah ditentukan pada rangkaian yang diamankan.
Keuntungan dari penggunaan proteksi rele arus lebih ini antara lain :
Sederhana dan murah
Mudah penyetelannya
Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan cadangan
Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa, satu fasa ke tanah, dan
dalam beberapa hal digunakan untuk proteksi beban lebih (overload).
Pengaman utama pada jaringan distribusi dan substransmisi
Pengaman cadangan untuk generator, trafo, dan saluran transmisi.
b. Rele Tegangan Kurang (Under Voltage relay)

Adalah rele yang bekerja dengan menggunakan tegangan sebagai besaran ukur. Rele akan
bekerja jika mendeteksi adanya penurunan tegangan melampaui batas yang telah
ditetapkan..Untuk waktu yang relatif lama tegangan turun adalah lebih kecil dari 5% dari
tegangan nominal dan dalam jangka waktu jam beberapa
peralatan yang beroperasi dengan tegangan di bawah 10 % akan mengalami penurunan
efisiensi.
c. Rele jarak (Distance Relay)
Adalah rele yang bekerja dengan mengukur tegangan pada titik rele dan arus gangguan yang
terlihat dari rele, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi sampai titik
terjadinya gangguan dapat di tentukan.
d. Rele Arah (Directional Relay)
Adalah rele pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan tegangan yang dapat
membedakan arah arus gangguan ke depan atau arah arus ke belakang. Rele ini merupakan
pengaman cadangan dan bila bekerja akan mengerjakan perintah trip.
e. Rele Hubung Tanah (GFR)
Rele hubung tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan
hubung singkat fasa ke tanah.

f. Rele Arus Hubung Tanah Terbatas (REF)


Adalah rele yang bekerja mengamankan transformator bila ada gangguan satu fasa ketanah di
dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele differensial.
g. Rele Diferensial (Differential Relay)
Adalah rele yang bekerja berdasarkan Hukum Kirchof, dimana arus yang masuk pada suatu titik
sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut. Yang dimaksud titik pada proteksi diferensial
ialah daerah pengamanan, dalam hal ini
dibatasi oleh 2 buah trafo arus.

Rele Gangguan Ke Tanah


Ratings: (0)|Views: 232 |Likes: 4
Published by Ono Pangeran Koplak
See more

RELE GANGGUAN KE TANAH


Rele gangguan tanah (Ground Fault Relay) adalah
pengaman terhadap gangguan tanah. Arusatau tegangan nol (residu) merupakan penggerak rele ini. Sistem
daya listrik pada umumnya titik netralnya ditanahkan, baik pentanahan langsung (Solid Grounded) maupun
melalui impedansi,karena itu arus residu merupakan penggerak utama rele gangguan tanah. Tegangan
residubiasanya digunakan pada sistem yang tidak ditanahkan. Rele gangguan tanah terarah (DirectionalGround
Fault Relay) mempergunakan arus dan tegangan residu.
Prinsip Kerja Rele Gangguan Tanah
Suatu system tenaga listrik tiga fasa mengalami gangguan tanah. Gangguan tanah ini akanmengakibatkan
terjadinya aliran arus ke tanah. Besarnya gangguan tanah ini bervariasi, mulaidari kecil sampai yang besar.
Dengan menggunakan metode komponen simetris dapat ditentukanbesar arus gangguan tanah yang terjadi.
Setting Arus Rele Gangguan Tanah di Feeder 20 KV(Outgoing Relay)

Gambar 1. Rangkaian Rele Gangguan Tanah di Feeder 20 KVSetelan Arus Rele Gangguan
Tanah
Untuk menentukan Iset rele gangguan tanah biasanya dipilih 10% - 20% dari I set OCRnya(Over Current Relay)
dimana untuk setelan arus OCR dihitung berdasarkan arus beban mengalirdipenyulangan atau incoming
transformator : Untuk rele arus lebih yang terpasang dipenyulangtersebut. Untuk rele arus leih yang terpasang
di incoming transformator dihitung berdasarkanarus nominal transformator tersebut. Rele invers biasanya
diset sebesar (1,05

1,1) x I bebansedangkan relay defenite diset sebesar (1,02 -1,3) x I nominal.

Setting Arus Over Current RelaySetting Arus rele Gangguan TanahSetting Arus Rele
Gangguan Tanah Di Incoming Transformator
Diketahui data sebagai berikut : Kapasitas Transformator = 30 MVATegangan = 150/20KVRasio CT = (1000/5)
Amp
Setting Arus Over Current Relay

Setelan Arus Ground Foult Relay

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay


Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe
relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe relay, yaitu Relai Hubung Tanah dan Relai
Gangguan Tanah Terbatas, atau dalam bahasa inggrisnya kedua relay ini disebutkan seperti pada
judul.
Berikut sedikit penjelasan mengenai kedua relai ini.
1. Ground Fault Relay
Pada dasarnya relai ini tak lain merupakan relai arus lebih. Jadi relai ini bertugas untuk
mengamankan gangguan hubung singkat fasa ke tanah.
FYI, arus gangguan fasa ke tanah dipengaruhi oleh pentanahan sistem, artinya dipengaruhi oleh
besarnya impedansi pentanahan titik netral transformator daya yang mensuplay.

Sistem pentanahan di Indonesia terbagi atas beberapa sistem, yaitu:


a. Ungrounded, atau sistem pentanahan mengambang untuk tegangan 6-12 kV
b. Pentanahan dengan nilai tahanan rendah untuk sistem tegangan 20 kV (3 fasa, 3 kawat)
c. Pentanahan dengan nilai tahanan berkisar 500 ohm
d. Pentanahan langsung untuk tegangan 20 kV (3 fasa, 4 kawat)

2. Restricted Earth Fault Relay


Relai ini hanya terpasang pada transformator tenaga yang titik netralnya ditanahkan langsung atau
melalui tahanan dan berfungsi untuk membantu relai diferensial dalam mengamankan dari
gangguan tanah di dalam belitan transformator.
Relai ini diperlukan karena sensitifitas relai diferensial sangat terbatas, terutama untuk mendeteksi
terjadinya hubungan singkat di dekat titik netral. Apabila terjadi gangguan tanah di luar daerah
pengamanan, maka tidak ada flow arus di relai. Tetapi bila terjadi gangguan tanah di dalam daerah
pengamanan, maka akan timbil arus yang mengalir di relai.
Ada dua jenis gangguan, yaitu:
a. Relai arus lebih instantaneous biasa
b. Relai diferensial berimpedansi tinggi

Bila digunakan relai diferensial berimpedansi tinggi, maka pada kondisi gangguan tanah internal
akan timbul suatu tegangan yang tinggi pada terminal relai. Untuk mengamankannya makan
digunakan tahanan non linear atau yang disebut dengan varistor. Varistor ini sifatnya membatasi
tegangan, yaitu harga resistansinya akan menurun makin kecil bila terkena tegangan yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai