Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
I.

LATAR BELAKANG
Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cidera.

Trauma abdomen adalah keadaan pada abdomen baik bagian dalam ataupun luar yang
disebabkan oleh luka atau cidera. Trauma tumpul abdomen yaitu trauma abdomen
tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan,
benturan, ledakan, deselarasi, kompresi, atau sabuk pengaman.
Trauma tumpul abdomen sering kali ditemui pada unit gawat darurat.
Sebanyak 75% kasus trauma tumpul abdomen adalah akibat dari kecelakaan lalu
lintas, baik itu dengan kendaraan maupun pejalan kaki. Sedangkan trauma abdomen
akibat pukulan sebanyak 15% dan jatuh sebanyak 9%. Selebihnya diakibatkan
karena cidera akibat olahraga, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman, child abuse
dan domestic violence.
.

BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ridwan

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 15 tahun

Alamat

: Gedong

Agama

: Islam

Suku

: Aceh

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: siswa

No. CM

: 06.00.99

Masuk Rumah Sakit : 14 September 2014


B. ANAMNESIS
Keluhan Utama

: nyeri perut

Keluhan tambahan

: muntah darah

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSU Cut Meutia dengan keluhan nyeri di seluruh
lapangan perut. Awalnya pasien mengaku terhimpit dengan kayu besar, pasien
mengaku perutnya kembung dan muntah-muntah berwarna merah lebih dari dua
puluh kali sebelum masuk Rumah Sakit, pusing, jejas perut sebelah kanan.

Riwayat Penyakit Dahulu

: Disangkal

Riwayat Penyakit lain

: Disangkal

Riwayat Penyakit keluarga

: Disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : lemah
Status generalisata :
Kulit

: Turgor kembali cepat.

Kepala

: Mesosefal.

Mata

: Konjungtiva palpebra anemis (-)/(-), sklera ikterik (-).


Pupil isokor /2 mm, reflek cahaya (+), perdarahan
konjungtiva (-/-), ptosis (-/-), oftalmoplegi (-/-).

Hidung

: Nafas cuping (-), discharge (-), deviasi septum (-), luka


laserasi (+), nafas cuping hidung (-).

Telinga

: Discharge (-)/(-).

Mulut

: Bibir pucat (-), bibir sianosis(-).

Leher

: Simetris, pembesaran kel. Limfe (-).

Dada

:
Inspeksi

: Simetris.

Palpasi

: Stem fremitus kanan=kiri.

Perkusi

: Sonor di seluruh lapangan paru.

Auskultasi : Suara dasar vesikuler.

Jantung

Inspeksi

: Ictus cordis tak tampak.

Palpasi

: Ictus teraba di SIC V, linea midklavikularis kiri.

Perkusi

: Batas jantung kiri SIC V linea midklavikularis.

Auskultasi : Suara jantung murni, Bising (-), Gallop (-).


Genitalia

: Laki-laki.

Ekstremitas

Superior

Inferior

Sianosis

-/-

-/-

Udem

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Jejas

-/-

-/-

Reflek fisiologis

+N/+N

+N/+N

Reflek patologis

-/-

-/-

Kekuatan otot

5 /5

5/5

Tonus

cukup

cukup

Status Lokalisata :
Abdomen

Inspeksi

: Jejas (+), perut distensi (+) Venektasi (-).

Palpasi

: Defans muskular (+), nyeri tekan seluruh lapang


abdomen (+) Lien tak teraba, hepar tak teraba.

Perkusi

: Nyeri perkusi, hipertimpani di seluruh lapangan


abdomen, pekak hati menghilang.

Auskultasi : Peristaltik (-).


D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
1.
darah rutin
2.
Clotting time
3.
Bleeding time
4.
Foto thoraks
E. DIAGNOSA BANDING
Trauma Tumpul Abdomen
Peritonitis
F. DIAGNOSIS KERJA
Trauma Tumpul Abdomen
G. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :

1. Antibiotik
2. analgetil
3. pemasangan NGT
4. transfusi darah
Operatif : Laparatomi Eksplorasi
H. POST OPERASI LAPARATOMI EKSPLORASI :
IV. PROGNOSIS

Bila dilakukan tindakan segera :


Quo ad vitam
: dubia at bonam
Quo ad functionam : dubia at bonam
Quo ad sanactionam : dubia at bonam

STATUS FOLLOW UP PASIEN

Tanggal
14/9/ 2014

15/9/ 2014

S
-nyeri perut (+),
-jejas perut sebelah
kanan(+)
- Distensi (+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (-/-)
-nyeri perut (+)
-jejas perut sebelah
-kanan(+)
- Distensi (+)
-mual (+)
-muntah(+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)

Output urin:300 cc

KU : lemah
Sens: CM
TD:120/80
HR :100x/i
RR : 24x/i
T : 36,80C
Lp: 66 cm
HB: 12,9

Trauma
tumpul
abdomen
(+1)

- O2 2-4 l/i
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxim 1 gr/12 j

KU : lemah
Sens: CM
TD:65/40
HR :75x/i
RR : 28x/i
T : 37,00C
Lp: 73 cm
Hb:15,6
Hb:14,2
LED: 6
Leukosit: 11,6
Leukosit: 12,0
Eritrosit: 5,3
Hematokrit:
44,0

Trauma
tumpul
abdomen
(+2)

- O2 2-4 l/i
- ifs RL guyur 2 fls
- ifs Nacl 0,9/20 gtt/i
-ifs Aminofluid/ H
-ifs Gelafusal/ H
-ifs metronidazole/12 j
-Inj. Cefotaxim 1 gr/12 j

Inj. Ranitidine amp/12 j


Inj. Ketorolac 3%/12 j
Inj. Ondancentron 1
amp / 12 j
Inj. Kalnex 500 mg
amp/12 j

-Inj. Ranitidine /12 j


-Inj. Omeprazole / 12 j
-Inj. Ketorolac /12 j
-Inj. Ondancentron /12j
-Inj. Kalnex /12 j
-Inj.metilprennisolon/ 8 j
-Tranfusi 2 bag

MCV: 82
MCH: 29,1
MCHC:35,5
RDW:13,8
Trombosit: 214
BT:3
CT:8

16/9/ 2014

-nyeri perut (+),


-jejas perut sebelah
-kanan(+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)
Input:
- Nacl 360 cc
Nacl 240 cc
Nacl >60 cc
- RL 1000 cc

Output urin:200 cc
200 cc

Cek hb dan
leukosit setiap
30 menit
berturut-turut
selama 3hari
KU : lemah
Sens: CM
TD:110/50
HR :80x/i
RR : 30x/i
T : 37,00C
Lp: 76 cm
Hb:13,8
Hb:14,2
Leukosit: 11,5
Eritrosit: 4,7
Hematokrit:
39,2
MCV: 84
MCH: 29,6
MCHC:35,2
RDW:14,1
Trombosit: 152
Bilirubin T:
0,90
Bilirubin D:
0,47
Sgot: 137
Sgpt:262
alkli f: 212
ureum:72
creatinin: 2,48
uric acid: 9,3

Trauma
tumpul
abdomen
(+3)

- O2 2-6 l/i
- ifs Nacl 0,9/20 gtt/i
-ifs metronidazole/12 j
-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

-Inj. Ranitidine /12 j


-Inj. Ketorolac /12 j
-Inj. Ondancentron /12j
-Inj. Kalnex /12 j

17/9/ 2014

-nyeri perut (+),


-jejas perut sebelah
-kanan(+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)
Input:
- Nacl 360 cc
Nacl 240 cc
Nacl >60 cc
- RL 1000 cc

KU : lemah
Sens: CM
TD:100/50
HR :80x/i
RR : 30x/i
T : 37,00C
Lp: 73 cm
Hb:11,1

- O2 2-4 l/i
Post
eksplorasi - ifs RL 30 gtt/i
laparatomy -ifs Aminofluid/ H

KU : lemah
Sens: CM
TD:120/60
HR :80x/i
RR : 24x/i
T : 37,00C
Hb:11,1

- O2 4 l/i
Post
eksplorasi - ifs RL 30 gtt/i
laparatomy -ifs Aminofluid/ H

KU : lemah
Sens: CM
TD:140/80
HR :80x/i
RR : 28x/i
T : 37,00C
Lp: 73 cm
Hb:11,1

Post
eksplorasi
laparatomy
(+3)

(+1)

-ifs Gelafusal/ H
-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

-Inj. Ranitidine /12 j


-Inj. crome / 8 j
-Inj. Gastrover 1vial /12 j
-Inj. Ondancentron /12j
-Inj. Kalnex /12 j
-Inj.torasit/ 8 j
- Inj. mikasin 0,5 g /12 j

Output urin:500 cc
18/9/ 2014

-nyeri perut (+),


-jejas perut sebelah
-kanan(+)
Distensi(-)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)

(+2)

-nyeri perut (+),


-jejas perut sebelah
-kanan(+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)

Output urin:500 cc
400
500

-Farmadol fls /12


-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

-Inj. Ranitidine /12 j


-Inj. crome / 8 j
-Inj. Gastrover 1vial /12 j
-Inj. Ondancentron /12j
-Inj. Kalnex /12 j
-Inj.torasit/ 8 j
- Inj. mikasin 0,5 g /12 j
- Kanex /8 j

Output urin:950 cc

19/9/ 2014

-ifs Gelafusal/ H

- O2 4 l/i
- ifs RL 30 gtt/i
-ifs eas primer/ H
-ifs Gelafusal/ H
-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

-Inj. crome / 8 j
-Inj. Gastrover 1vial /12 j
-Inj. Ondancentron /12j
-Inj. Kalnex /12 j
-Inj.torasit/ 8 j
- Inj. mikasin 0,5 g /12 j
Farmadol fls /12j

20/9/ 2014

-nyeri perut (+),


-jejas perut sebelah
-kanan(+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)

KU : lemah
Sens: CM
TD:110/60
HR :80x/i
RR : 24x/i
T : 37,00C
Lp: 73 cm
Hb:11,1

Post
eksplorasi
laparatomy
(+4)

KU : lemah
Sens: CM
TD: 80/70
HR :80x/i
RR : 24x/i
T : 37,00C
Lp: 73 cm
Hb:13,5

Post
eksplorasi
laparatomy
(+5)

KU : lemah
Sens: CM
TD: 120/70
HR :75x/i
RR : 26x/i
T : 37,00C
Lp: 73 cm
Hb:11,1
Albumin:2,2
Ureum: 65
Creatinin: 1,62
Urinacid:5,6

Post
eksplorasi
laparatomy
(+6)

KU : lemah

Post

-Inj. crome / 8 j
-Inj. Gastrover 1vial /12 j
-Inj. Ondancentron /12j
-Inj. Kalnex /12 j
-Inj.torasit/ 8 j
- Inj. mikasin 0,5 g /12 j
Farmadol fls /12j

Output urin:200 cc
400
600
21/9/ 2014

-nyeri perut (+),


-jejas perut sebelah
-kanan(+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)

-nyeri perut (+),


-jejas perut sebelah
-kanan(+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)

Output urin:300 cc
200
700
Drain 300 cc
23/9/ 2014

-nyeri perut (+),

- O2 4 l/i
- ifs RL 30 gtt/i
-ifs eas primer/ H
-ifs Gelafusal/ H
-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

-Inj. crome / 8 j
-Inj. Prosogan /12 j
-Inj. Ondancentron /12j
-Inj. Kalnex /12 j
-Inj.torasit/ 8 j
- Inj. mikasin 0,5 g /12 j
Farmadol fls /12j

Output urin:300 cc
400
700
Drain 300 cc
22/9/ 2014

- O2 4 l/i
- ifs RL 30 gtt/i
-ifs eas primer/ H
-ifs Gelafusal/ H
-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

- O2 3 l/i
- ifs RL 30 gtt/i
-ifs eas primer/ H
-ifs Gelafusal/ H
-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

-Inj.torasit/ 8 j
- Inj. mikasin 0,5 g /12 j
-Inj. Prosogan /12 j
Farmadol fls /12j

- O2 3 l/i

-jejas perut sebelah


-kanan(+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)

Sens: CM
TD: 100/60
HR :80x/i
RR : 24x/i
T : 37,00C
Lp: 73 cm
Hb:11,1

eksplorasi - ifs RL 20 gtt/i


laparatomy -ifs eas primer/ H
-ifs albumin/ H
(+7)

KU : lemah
Sens: CM
TD: 110/80
HR :90x/i
RR : 24x/i
T : 37,00C
Lp: 73 cm
Hb:11,1

- O2 3 l/i
Post
laparatomy - ifs RL 20 gtt/i
-ifs albumin/ H
(+8)

KU : lemah
Sens: CM
TD: 100/70
HR :70x/i
RR : 28x/i
T : 37,00C
Lp: 73 cm
Hb:11,1

- O2 3 l/i
Post
laparatomy - ifs RL 20 gtt/i
-ifs Aminofluid/ H
(+9)

Output urin:300 cc
200
700
Drain 300 cc
24/9/ 2014

-nyeri perut (+),


-jejas perut sebelah
-kanan(+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)

Output urin:300 cc
150
200
Drain 300 cc
25/9/ 2014

-nyeri perut (+),


-jejas perut sebelah
-kanan(+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)

Output urin:450 cc
200
300
Drain 300 cc

10

-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

-Inj.torasit/ 8 j
- Inj. mikasin 0,5 g /12 j
-Inj. Prosogan /12 j
Farmadol fls /12j
Dulcolax supp
Boleh minum sedikitsedikit

-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

-Inj.torasit/ 8 j
- Inj. mikasin 0,5 g /12 j
-Inj. Prosogan /12 j
Bisolvon/8j
Farmadol fls /12j
Dulcolax supp
Boleh minum sedikitsedikit

-ifs albumin/ H
-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

-Inj. crome / 8 j
-Inj.torasit/ 8 j
- Inj. mikasin 0,5 g /12 j
-Inj. Prosogan /12 j
Bisolvon/8j
Farmadol fls /12j
Inadril 3x1
Rafacort 3x1
Asta plus 2x1
Vestein 3x1

Boleh minum sedikitsedikit


26/9/ 2014

-nyeri perut (+),


-jejas perut sebelah
-kanan(+)
-mual (+)
-muntah (+)
- BAK(+)
-BAB(-)
-KA: (+/+)
-SI: (+/+)

Output urin:450 cc
200
300
Drain 300 cc

KU : lemah
Post
Sens: CM
laparatomy
TD: 100/70
(+10)
HR :70x/i
RR : 28x/i
T : 37,00C
Lp: 73 cm
Hb:11,7
Eritrosit: 3,9
Leukosit:29,3
Hematokrit:
36,8
MCV: 92
MCH: 29,5
MCHC:31,8
RDW:14,8
Trombosit: 183
Albumin:2,2

11

- O2 3 l/i
- ifs RL 20 gtt/i
-ifs Aminofluid/ H
-ifs Gelafusal/ H
-ifs albumin/ H
-Inj. fosmicin 1 gr/12 j

-Inj. crome / 8 j
-Inj.torasit/ 8 j
- Inj. mikasin 0,5 g /12 j
-Inj. Kalnex /12 j
-Inj. Meroponem
-Inj. Metilprednisolon /8j
-Inj. Prosogan /12 j
Bisolvon/8j
Inadril 3x1
Rafacort 3x1
Asta plus 2x1
Vestein 3x1
Boleh minum sedikitsedikit
Rujuk

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1

Definisi
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan atau benturan pada rongga abdomen

yang mengakibatkan cidera tekanan atau tindasan pada isi rongga abdomen, terutama
pada organ padat (hati, pangkreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus,
usus besar, pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen.
3.2 Mekanisme Trauma
Trauma tumpul abdomen paling sering mengakibatkan cedera pada lien (40-45%),kemudian
diikuti cedera pada hepar (35-45%) dan usus halus (5-10%). Sebagai tambahan15%
mengalami hematoma retroperitoneal.
Beberapa mekanisme patofisiologi dapat menjelaskan trauma tumpul
abdomen.Secara garis besar trauma tumpul abdomen (non penetrasi trauma) dibagi
menjadi 2 yaitu :
1.

Trauma Kompresi
Trauma kompresi terjadi bila bagian depan dari badan berhenti bergerak,

sedangkan bagian belakang dan bagian dalam tetap bergerak ke depan.


2.

Trauma Sabuk pengaman

12

Sabuk pengaman dapat mengurangi kematian 65%-70% dan mengurangi trauma berat
sampai 10 kali. Bila tidak dipakai dengan benar sabuk pengaman dapat
menimbulkan trauma. Agar berfungsi dengan baik, sabuk pengaman harus
dipakai di bawah spina iliaka anterior superior, dan diatas femur tidak boleh
mengendur saat tabrakan dan harus mengikat penumpang dengan baik. Bila dipakai
terlalu tinggi (di atas SIAS) maka hepar, lien, pankreas, usus halus, diodenum,
dan ginjal akan terjepit di antara sabuk pengaman dan tulang belakang, dan timbul
burst injury atau laserasi. Hiperfleksi vetebra lumbalis akibat sabuk yangt erlalu
tinggi mengakibatkan fraktur kompresi anterior dan vetebra lumbal.
3.

Trauma akselerasi dan deselerasi

Trauma akselerasi dan deselerasi terjadi bila bagian yang menstabilasi organ, seperti
pedikel ginjal, ligamentum te res berhenti bergerak, sedangkan organ ya ng
distabilisasi te tap bergerak. Shear force terjadi bila pergerakan ini terus berlanjut,
contoh pada ginjal dan limpa denga pedikelnya, pada hati terjadi laserasi hati bagian
sentral, terjadi jika deselerasi lobus kanan dan kiri sekitar ligamentum teres
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak
benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ
berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler.

3.3 Patofisiologi

13

pada trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra


abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai
penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik.
Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi,
tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut
meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila
telah terjadi peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan
peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis.

3.4 Manifestasi klinis


Tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat, nyeri dapat timbul
dibagian yang luka atau tersebar, terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan
oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) Yang disebabkan oleh kehilangan
darah dan tanda-tanda awal shock hemoragik
3.5 Pemeriksaan

14

1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit

yang melebihi

20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak


kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan
adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pada hepar
3. Plain abdomen foto tegakMemperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara
bebas retroperinealdekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
5. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan kemungkinan adanya
trauma pada hepar dan retroperitoneum.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan
usus dalam rongga perut.
7. Pemeriksaan LaparoskopiDilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.

15

8. Abdomonal ParacentesisMerupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk


menentukan adanyaperdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm
dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100200
ml larutanNaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi

Riwayat trauma
Secara umum, jangan
menanyakan riwayat
lengkap hingga cidera
yangmengancam nyawa
teridentifikasi dan
mendapatkan
penatalaksanaan yang
sesuai.AMPLE sering
digunakan untuk
16

mengingat kunci dari


anamnesis, yaitu
Allergies,Medications,
Past medical history,
Last meal or other
intake, Events leading
to presentation.Riwayat
trauma sangat penting
untuk menilai penderita
yang cedera
dalamtabrakan
kendaraan bermotor.
17

Keterangan ini dapat


diberikan oleh penderita,
penumpanglain, polisi
atau petugas medis
gawat darurat di
lapangan. Keterangan
mengenai tanda-tanda
vital, cedera yang
kelihatan, dan respon
terhadap perawatan prehospital juga
harusdiberikan oleh para
18

petugas yang
memberikan perawatan
pre-hospital. Pada
traumatumpul abdomen
terutama yang
merupakan akibat dari
kecelakaan lalu lintas,
petugasmedis harus
menanyakan hal-hal
sebagai berikut :fatalitas dari kejadian ?19

tipe kendaraan dan


kecepatan ?apakah kendaraan
terguling ?bagaimana kondisi
penumpang lainnya ?lokasi pasien dalam
kendaraan ?20

tingkat keparahan
rusaknya kendaraan ?
deformitas setir ?apakah korban
menggunakan sabuk
pengaman? Tipe sabuk
pengaman?apakah airbag di
samping dan depan
21

korban berfungsi ketika


kejadian?apakah ada riwayat
pengunaan alkohol dan
obat-obatan
sebelumnya?Parahnya
cedera pada pejalan kaki
bervariasi tergantung
pada kecepatan
danukuran kendaraan
yang menabraknya.
22

Tinggi bemper versus


ketinggian
penderitamerupakan
faktor kritis dalam
trauma. Pada orang
dewasa dengan posisi
berdiri, benturanawal
dengan bemper biasanya
mengenai tungkai dan
pelvis. Trauma lutut
terjadi samaseringnya
dengan seperti trauma
23

pelvis. Anak-anak lebih


mungkin terkena truma
dadadan abdomen.
Pejalan kaki sering
mengalami trias cedera
yaitu kaki, batang tubuh,
dancranium, sebagai
akibat dari mekanisme
trauma yaitu benturan
bemper, benturan
kacadepan dan kap
mobil, serta benturan
24

kepala dengan tanah.


Cedera pada salah satu
bagianini memerlukan
evaluasi yang lebih
segera dibandingkan
cedera pada bagian
tubuh lain.Riwayat dan
kronologis kejadian
memang penting, tapi
mekanisme sendiri
tidak bisa menentukan
apakah diperlukan
25

laparotomi emergency
atau tidak. Mekanisme
dankronologis kejadian
harus disertai dengan
data lain seperti vital
sign
prehospital, pemeriksaan
fisik, tes diagnostik, dan
kondisi kesehatan yang
mendasari.
3.6 Penatalaksanaan
1. mengatasi ABC ( air, breathing, circulation)
2. pemasangan NGT

26

Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen


4. Kateter
5. Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi
6. laparatomi

DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI :
Jakarta
3. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah , EGC Jakarta, 1997
4. Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

27

5. JA Norton,RR Bol8inger, Surgery Basic Science and Clinica Evidence, Matrix


Publishing Sevice New York, 2000
6. Djohansjah Marzoeki, Ilmu Bedah, Lukia dan Perawatannnya, Airlangga
University Press 1993.

28

Anda mungkin juga menyukai