Anda di halaman 1dari 5

Midtest Task

Concurrent Engineering

Nama
NIM

: Amirul Mukminin
: 1104106010005

A. Recycle/ Daur Ulang


Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan
baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu
yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan
energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika
dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu
strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pemprosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai, dan
komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses
hierarki sampah 4R (Reduce, Reuse, Recycle, and Replace).
1. Recycle Material.
Kaca menjadi suatu bisnis daur ulang yang sangat menguntungkan dengan cara
memanfaatkan kaca-kaca bekas sebagai bahan dasar pembuatan kerajinan. Salah
satunya adalah benda seni berupa kerajinan gelas dari bahan pecahan kaca. Selain
terkesan mewah, bentuknya yang unik akan menarik para konsumen. Ini bisa menjadi
peluang bisnis yang cukup menggiurkan dengan kerajinan berbahan baku pecahan kaca.
Bahan yang dibutuhkan adalah pecahan kaca atau pecahan botol bekas, toples
bekas dan apa saja yang berbahan kaca. Bahan baku tersebut dibersihkan dari bahan
kontaminan, dicuci hingga bersih dan dilebur dalam tungku pemanas bersuhu 1.500
derajat Celcius selama 24 jam. Setelah benar-benar meleleh, selanjutnya kaca itu
dibentuk sesuai dengan keinginan. Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan
jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30%
material kaca daur ulang. Proses lainnya yang juga bisa dilakukan adalah bahan kaca
yang sudah didapat dilakukan pemotongan dan dimodifikasi sesuai desain yang
diinginkan misalnya dalam bentuk mainan maupun kerajinan.

Berbagai bentuk dapat di bentuk dari limbah-limbah kaca itu menjadi bentuk
baru dengan nilai tambah didalamnya. Mulai vas, kap lampu, maupun bentuk baru
berupa mainan, antara lain, berbentuk senjata api, kereta api, mobil, helikopter, sepeda
motor, andong, becak, dan alat musik drum, gapura, lampu hias dan yang lainnya. Harga

yang ditawarkan pun cukup bervariasi yaitu mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 15 juta
tergantung ukuran dan tingkat kerumitan proses pembuatan.
a. The Glass Recycle Process

Proses daur ulang kaca pada dasarnya melibatkan proses dasar daur ulang
pengumpulan bahan daur ulang, penyortiran dan mengolahnya menjadi bahan baku
dan produk baru yang menggunakan bahan baku daur ulang.
Namun demikian, ada beberapa variasi dari proses daur ulang tergantung bahan
yang didaur ulang. Berikut adalah fakta-fakta lebih lanjut tentang proses daur ulang
kaca setelah sampah kaca dikumpulkan.
1. Penyortiran
Sampah kaca terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan warnanya. Hal ini
karena bahan kimia yang berbeda harus ditambahkan ke sampah kaca yang berbeda
warnanya untuk menghasilkan kaca daur ulang dengan warna yang diinginkan.
2. Pengolahan: Memproduksi Cullet
Setelah tahap penyortiran, tahap selanjutnya dalam proses daur ulang kaca
adalah penghancuran kaca limbah menjadi potongan-potongan kecil. potonganpotongan kaca Ini kemudian ditumbuk halus menghasilkan bubuk kaca yang disebut
sebagai cullet.
3. Pengolahan: Menghilangkan Kontaminan
Tahap berikutnya dalam proses daur ulang kaca adalah memisahkan
kontaminan dari cullet. Cullet tersebut dilewatkan melalui medan magnet, di mana
kontaminan logam seperti tutup botol dikeluarkan dari kaca. Kontaminan lainnya
seperti kertas dan plastik dari label botol diambil secara manual atau melalui proses
otomatis.
Kontaminan keramik dan pyrex (kaca tahan panas) dihilangkan dari cullet
melalui proses yang dikenal sebagai fine-sizing. Cullet yang telah ditumbuk halus
dilewatkan melalui beberapa ayakan, memisahkannya dari residu keramik. Jika ada
kontaminan keramik yang lolos melewati ayakan bersama dengan cullet, kualitas dari
kaca daur ulang akan terpengaruh. Kontaminan keramik di kaca dapat menyebabkan
cacat struktural.

4. Pengolahan: Membuat Kaca Daur Ulang


Cullet tersebut kemudian dilelehkan. cullet tersebut kemudian dapat digunakan
dalam pembuatan produk kaca daur ulang seperti wadah kaca baru, botol dll.
5. Pengolahan: Decolorizing dan Pencelupan (Dyeing).
Untuk memproduksi kaca daur ulang yang diinginkan, kaca daur ulang harus
menjalani proses decolorizing dalam proses daur ulang kaca, diikuti dengan
pencelupan.
Langkah pertama dalam proses decolorizing meliputi oksidasi cullet dalam
keadaan meleleh. Untuk kaca hijau, proses oksidasi mengubah warna kaca hijau
tua/gelap menjadi hijau kekuningan. Zat kimia yang dikenal sebagai mangan oksida
kemudian dicampur dengan cullet untuk menjadikannya keabu-abuan. Warna abu-abu
biasanya digunakan sebagai warna dasar yang penambahan pewarna atau agen lainnya
yang ditambahkan untuk membuat kaca berbagai warna.
Untuk kaca berwarna cokelat atau kuning (amber), seng oksida ditambahkan
bukan untuk mengoksidasi cullet kaca cokelat menjadi cullet biru atau hijau, tergantung
pada jumlah seng oksida ditambahkan dan tingkat intesitas warna coklat atau kuning
kaca yang didaur ulang.
Untuk kaca daur ulang bening, erbium oksida dan mangan oksida ditambahkan
ke cullet untuk membantu menjernihkan semua warna dari cullet.
Beberapa pewarna yang paling umum digunakan untuk pewarnaan kaca daur
ulang termasuk boraks, kalium permanganat, seng oksida, erbium oksida, kobalt
karbonat, neodymium oksida, dan titanium dioksida.
6. Pengolahan: Membuat produk kaca daur ulang
Pada tahap terakhir dari proses daur ulang kaca, kaca daur ulang baik berwarna
ataupun bening, kemudian dibentuk menjadi berbagai produk dan dijual di pasar. Hal
yang menarik tentang proses daur ulang kaca adalah bahwa kaca dapat didaur ulang
sebanyak yang diperlukan, tanpa penurunan kualitas.
B. Recycle Technology.
Barang bekas elektronik dapat didefinisikan sebagai semua komputer bekas,
perangkat elektronik, ponsel, dan barang-barang lain seperti televisi dan kulkas, yang
mencakup elektronik yang dimaksudkan untuk digunakan kembali, dijual kembali,
penyelamatan, daur ulang, atau pembuangan. Istilah lain untuk limbah elektronik
adalah e-waste, e-scrap, atau Limbah Peralatan Listrik dan Elektronik (Waste Electrical
and Electronic Equipment (WEEE)) .

Sebuah ponsel berisi berbagai macam piranti elektronik seperti timah yang
kebanyakan untuk men-solder komponen, Arsenic, dan Brominan sejenis senyawa atom
dengan nomor 35 dimana sangat membahayakan kesehatan. Ponsel-ponsel lama
kebanyakan menggunakan baterai NiCad yang di dalamnya terdapat Cadmium, Toxin,
dan Carcinogen. Diperkirakan sekitar 130 juta ponsel atau sekitar 65.000 ton yang
terbuang akan tidak digunakan lagi pada tahun-tahun berikutnya.
Beberapa negara seperti Australia dan Swiss mempunyai program khusus untuk
menanggulanginya, seperti mendaur ulang ponsel-ponsel lama tersebut. Di Amerika
Serikat, pemerintah federal tidak memusingkan hal tersebut. Akan tetapai beberapa
negara bagian termasuk Callifornia mulai mengambil langkah khusus untuk
menanggulanginya. The California Cell Phone Recycling Act bertugas untuk mencari
ponsel-ponsel lama dari para konsumen untuk didaur ulang. Setelah diadakannya
pertemuan, maka mereka sepakat untuk mengatur harga dan jumlah produk yang layak
di pasarkan di Eropa dan hal ini di atur oleh Eropean Union, dengan begitu dirasa dapat
mengurangi tingkat pembuangan ponsel-ponsel bekas. Kenyataan di lapangan terdapat
tiga kata yang sangat sering dilakukan yaitu: mengurangi, daur ulang dan membuang.
Ketiganya dijadikan alasan utama untuk masalah pembuangan ponsel sekarang ini.
Daur ulang dan membuangnya sangat sering terjadi. Banyak perusahaan, pabrikan
ponsel, dan pengumpul sampah ponsel sedang berusaha mencari jalan keluar agar
masalah ini tidak berlarut-larut.
Perusahaan seperti AT&T, Cingular dan Tracfone menawarkan ponsel hasil daur
ulang kepada para pengguna ponsel secara cuma-cuma. T-Mobile memberikan
keleluasaan kepada penggunanya untuk menggunakan ponsel hasil daur ulang yang
kompatibel dengan jaringan GSM (Global System for Mobile Communications). Atlanta
Phone Recycler Collective Good merupakan salah satu dari beberapa perusahaan kecil
yang mendedikasikan hidup mereka untuk ponsel. Collective Good tersebar sekitar 300
tempat di Amerika dan Kanada, termasuk San Diego YWCA. Kelompok ini
mengumpulkan ponsel-ponsel dan mengirimkanya kepada para pendaur ulang untuk
dapat dijual kembali. Collective Good juga menerima segala model ponsel yang masih
dapat digunakan. Hal ini juga dapat mendatangkan uang untuk seperempat bagian
lainnya, yang dapat di daur ulang dan di jual kembali, khususnya untuk daerah

pemasaran di Amerika Latin, dimana orang-orang disana tidak begitu tertarik akan
ponsel-ponsel baru.

Di Indonesia Sebagai upaya untuk mengurangi dampak negatif terhadap


lingkungan, PT Bakrie Telecom Tbk akan mendaur ulang 50.000 telepon seluler dan
ribuan baterai ponsel bekas. Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk Anindya Bakrie
mengatakan, langkah daur ulang ini merupakan salah satu upaya dalam Kampanye
Hijau untuk Negeri yang dia canangkan. Selain mendaur ulang ponsel dan baterai bekas,
Bakrie Telecom juga melakukan langkah penghematan produksi kertas voucer isi ulang.
Penghematan pengoperasian base tranceiver station (BTS) ramah lingkungan juga
dapat mengurangi konsumsi energi hingga 30 persen dan memangkas biaya
operasional hingga Rp 10 miliar per tahun.
Industri untuk pendaur ulangan ponsel ini mulai berkembang besar, dan ratarata tidak bertujuan untuk keuntungan mereka sendiri. Namun daur ulang ponsel
secara nyata telah memberikan solusi terhadap semakin menggunungnya sampah
ponsel. Dampaknya mungkin sedikit banyak telah mengurangi menumpuknya ponsel
bekas atau ponsel yang tak terpakai. Selain itu ternyata pendaur ulangan handphone
dapat mengurangi emisi karbon dari aktivitas teknologi informasi karena Untuk
memproduksi sebuah telepon genggam, misalnya, memerlukan penambangan dengan
mengambil tanah sebanyak 100 kg. Padahal, kalau dibuang, sebuah ponsel memerlukan
waktu 400 juta tahun agar dapat terurai.

Anda mungkin juga menyukai