Kelompok 2 Management
Kelompok 2 Management
Disusun oleh:
Agnes Wahyuana A
37653
Bernardinus Andrie L
37785
38361
Evan Caesario T
38307
Ferdana Eldriansyah
37772
Indrayana Pratama
37551
Prizka Andhika
38311
PENDAHULUAN
A. Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan
wajib menaggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus
umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menaggung, memikul,menanggung
segala sesuatunya,dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban. Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup
manusia ,bahwa setiap manusia di bebani dengan tangung jawab.apabila di kaji
tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul sebagai akibat dari
perbuatan pihak yang berbuat. Tanggung jawab adalah ciri manusia yang
beradab.manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau
buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan
pengadilan atau pengorbanan.
Bentuk tanggung jawab perusahaan atas kegiatan yang dilakukannya terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan yakni kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya
dapat melalui berbagai program yang dikoordinasikan melalui CSR yakni Corporate
Social Responsibility. Dana yang digunakan berasal dari profit perusahaan hasil
produksi barang dan jasa yang telah diterima oleh masyarakat luas, dampak usahanya
baik untuk lingkungan hidup. Objek dari program ini berkaitan dengan masyarakat
atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan yg disebut
Stakeholders
CSR memberikan profit kepada perusahaan dalam jangka panjang dan
tentunya program tersebut harus tepat guna dan memberikan keuntungan secara
berkelanjutan bagi masyarakat dan planet bumi misalnya pengembangan ukm dan
lain-lain dimana kedua pihak saling menguntungkan sehingga keberadaan perusahaan
dapat diterima, baik bagi masyarakat maupun lingkungan sehingga kelangsungan
perusahaan terjamin dan mendukung pembangunan berkelanjutan
B. Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep
individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu
yang telah dilakukan. Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
kata Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuranukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Adapun prinsip- prisip etika yang merupakan landasan perilaku etika
professional, menurut Arens dan Lobbecke (1996 : 81) adalah :
1. Tanggung jawab : Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional dan
pertimbangan moral dalam semua aktifitas mereka.
2. Kepentingan Masyarakat : Akuntan harus menerima kewajiban-kewajiban melakukan
tindakan yang mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan
masyarakat dan menunjukkan komitmen pada professional.
3. Integritas : Untuk mempertahankan dan menperluas kepercayaan masyarakat, akuntan
harus melaksanakan semua tanggung jawab professional dan integritas.
4. Objektivitas dan indepedensi : Akuntan harus mempertahankan objektivitas dan bebas
dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab profesioanal. Akuntan
yang berpraktek sebagai akuntan public harusbersikap independen dalam kenyataan
dan penampilan padawaktu melaksanakan audit dan jasa astestasi lainnya.
5. Keseksamaan : Akuntan harus mematuhi standar teknis dan etika profesi, berusaha
keras untuk terus meningkatkan kompetensi dan mutu jasa, dan melaksanakan
tanggung jawab professional dengan kemampuan terbaik.
Isi
2.
alih,
masyarakat
minneosta
membantunya
dari
undang-undang
pengambilalihan.
B. Pergeseran ke Etika
Banyak kritik mengatakan bahwa kita hidup di zaman krisis etika. Menurut
pengumpulan pendapat oleh Gallup (1983), sekitar 50 persen berpendapat bahwa etika
bisnis telah menurun dalam sepuluh tahun terakhir. Semua pengumpulan pendapat
menunjuk kearah yang sama: Kepercayaan publik terhadap etika bisnis telah menurun.
Karena kebanyakan keputusan bisnis mempunyai komponen etika, yaitu keputusan itu
mempengaruhi maksud orang lain, maka manajer harus menambahkan etika pada
pemahaman mereka tentang organisasi.
Etika merupakan studi tentang hak dan kewajiban manusia, peraturan moral
yang diterapkan orang dalam membuat keputusan, dan sifat alami hubungan di antara
manusia. Empat kategori pertanyaan etika dalam bisnis:
6
1. Sosial
Pada tingkat sosial, pertanyaan mengenai insitusi dasar dalam mesyarakat.
Masalah apartheid di Afrika Selatan adalah contoh pertanyaan tingkat sosial.
3. Kebijakan Internal
Kategori ketiga dari etika ini mungkin disebut kebijakan internal,
pertanyaannya mengenai sifat hubungan perusahaan dengan para karyawannya.
4. Pribadi
Pertanyaan pada kategori ini mengenai bagaimana orang yang seharusnya
saling memperlakukan di dalam sebuah organisasi. Pertanyaan-pertanyaan ini
menyangkut isu sehari-hari kehidupan suatu organisasi.
C. Unsur-unsur Etika
Secara umum etika memiliki unsur-unsur berikut ini :
1. Nilai-nilai
Nilai-nilai
didefinisikan
sebagai
sesuatu
yang
berharga,
bermutu,
menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Selain itu nilai merupakan
keinginan yang relatif permanen yang dianggap baik.
Di dalam perusahaan, terdapat pula nilai-nilai yang berorientasi untuk
memimpin perusahaan kepada perbaikan mutu. Di dunia perusahaan terdapat sistem
untuk memperbaik mutu, antara lain : pendekatan manajemen mutu terpadu dan
pemfokusan pada perbaikan proses. Dengan sistem pendekatan manajemen mutu,
perusahaan lebih memusatkan perhatiannya pada pengembangan karyawan.
Sedangkan sistem pemfokusan pada perbaikan proses lebih terpusat pada modifkasi
proses untuk meningkatkan mutu dan profit perusahaan.
3. Peraturan Moral
Peraturan moral merupakan cara dan solulsi untuk menyelasaikan suatu
pertentangan, yang tentu juga sering terjadi dalam setiap kegiatan manajerial.
Peraturan moral yang mengatur tingkah laku individu sering disebut sebagai nilainilai.
4. Hubungan Manusia
Sebagai makhluk sosial, manusia saling berinteraksi dan berhubungan. Suatu
perusahaan dan manajemen ada karena adanya hubungan antar manusia yang
dipandang sebagai sebuah aspek kehidupan. Agar tercipta hubungan manusia yang
terus menerus harmonis dan berjalan sinergis, etika sebagai suatu hal yang
mencerminkan nilai-nilai juga mengambil peranan besar dalam mengatur hubungan
tersebut.
5. Moralitas umum
Etika yang ada dalam permasalahan keseharian setiap individu maupun etika
dalam persoalan manajerial juga diatur oleh moralitas umum sebagai peraturan
moral utama. Prinsip dasar moralitas umum dalam persoalan manajerial, antara lain
Menepati Janji
Agar terjadi interaksi sosial yang baik, antar individu harus saling
menepati janji yang telah dibuat. Begitu pula dalam setiap kegiatan bisnis dan
manajerial, segala perputaran roda bisnis dan manajerial akan berjalan dengan
baik apabila setiap individu saling menepati janji.
Saling membantu
Setiap kegiatan manajerial menuntut setiap individunya untuk saling
membantu. Hal itu karena naluri setiap individu sebagai makhluk sosial yakni
selalu bergantung dan membutuhkan orang lain.
Menghargai Orang
Sikap saling menghargai yakni selalu menganggap orang lain sebagi
pribadi yang memiliki cita-cita dan keinginan sendiri, bukan sebagai cara
untuk menggapai cita-cita dan keinginan kita. Hal ini tentu sangat diperlukan
dalam setiap kegiatan manajerial untuk mencamin berjalannya kegiatan
manajerial dengan baik.
Menghargai Milik
Menghargai milik berarti pula menghargai orang lain. Menghargai
milik juga merupakan konsekuensi dari menghargai individu.
dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan antara etika
dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang
dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive advantage. Sehingga dengan
menciptakan etika bisnis dalam kerjanya, perusahaan sendiri akan menciptakan
reputasinya.
E. Relativisme
Relativisme berasal dari bahasa Latin, relativus, yang berarti nisbi atau
relatif. Secara umum relativisme berarti bahwa perbedaan manusia, budaya, etika,
moral, agama, bukanlah perbedaan dalam hakikat, melainkan perbedaan faktor-faktor
di luarnya sehingga kita tidak dapat memutuskan sesuatu benar dan salah, baik dan
buruk, dengan cara yang rasional.
Etika yang merupakan suatu ukuran nilai benar atau salah bersifat relatif.
Relativisme tersebut bergantung kepada etika bisnis dimana perusahan itu berada dan
budaya-budaya serta kehidupan sosial yang ada di daerah tersebut. Oleh karena itu,
etika bisnis suatu perusahaan harus disesuaikan dengan keadaan sosial dan kebudayaan
yang ada.
Sebagai paham dan pandangan moral, relativisme berpendapat bahwa yang
baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah tergantung pada masing-masing orang
dan budaya masyarakatnya. Ajaran seperti ini dianut oleh Protagras, Pyrrho, dan
pengikut-pengikutnya, maupun oleh kaum Skeptik.
Relativisme moral yang berpendapat bahwa penilaian baik-buruk dan benarsalah tergantung pada masing-masing orang disebut relativisme moral subjektif atau
analitis. Menurut relativisme moral subjektif, dalam masalah moral, emosi dan perasaan
berperan
penting.
Karena
itu,
pengaruh
emosi
dan
perasaan
dalam
keputusan moral harus diperhitungkan. Yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang
salah tidak dapat dilepaskan dari orang yang tersangkut dan menilainya. Relativisme
moral berpendapat bahwa tidak terdapat kriteria absolut bagi putusan-putusan moral.
1. Relativisme Budaya
Relativisme Budaya menyatakan bahwa moralitas bersifat relatif terhadap
budaya, masyarakat, dan komunitas tertentu atau dapat dikatakan tidak ada standar
yang membantu kita menilai moralitas dari budaya tertentu. Relativisme budaya
berpendapat bahwa penilaian moral tidak sama, karena tidak ada kesamaan masyarakat
10
dan budaya.Yang dapat kita lakukan dalam menghadapi relativisme budaya ini adalah
dengan memahami kode moral dan kebiasaan dari suatu masyarakat.
Westermarck memeluk relativisme moral yang menghubungkan kriteria
putusan
dengan
kebudayaan
individual,
yang
memperlihatkan
perbedaan-
perbedaan individual. Etika situasi dari Joseph Fletcher menganggap moralitas suatu
tindakan relatif terhadap kebaikan tujuan tindakan itu.
Contoh:
Faktor-faktor budaya yang harus diketahui oleh pengusaha sebelum melakukan bisnis
di Saudi Arabia adalah
1.
2.
3.
11
keyakinan seseorang dalam melakukannya. Pada contoh ini, sangat terlihat toleransi
penganut relativisme naif.
Kekuatan relativisme moral subjektif adalah kesadarannya bahwa manusia itu
unik dan berbeda satu sama lain.Karena itu, orang hidup menanggapi lika-liku hidup
dan menjatuhkan penilaian moral atas hidup secara berbeda. Dengan cara itulah
manusia dapat hidup sesuai dengan tuntutan situasinya. Ia dapat menanggapi hidupnya
sejalan dengan data dan fakta yang ada. Ia dapat menetapkan apa yang baik dan yang
jahat, yang benar dan yang salah, menurut pertimbangan dan pemikirannya
sendiri. Demikian manusia tidak hanya berbeda dan unik, tetapi berbeda dan unik pula
dalam hidup moralnya.
Walaupun sangat menekankan keunikan manusia dalam hal pengambilan
keputusan moral, para penganut relativisme moral subjektif dapat menjadi khilaf untuk
membedakan antara normamoral dan penerapannya, serta antara normamoral dan
prinsip moralnya. Bila orang berbeda dalam hidup dan pemikiran moralnya, bukan
berarti tidak ada norma moral yang sama. Bisa saja norma moral objektif itu sama,
tetapi perwujudannya berbeda karena situasi hidup yang berbeda.
12
PENUTUP
Dalam setiap kegiatan manajerial dalam perusahaan, perusahaan diharapkan mampu
memenuhi aspek tanggung jawab sosial dan etika demi tetap berlangsungnya setiap kegiatan
bisnis dan manajerial serta terciptanya korelasi atau hubungan yang baik antara perusahaan
dengan lingkungan sosial dan budaya di sekitarnya.
Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan melalui CSR
(Corporate Social Responsibility) yang dapat dilakukan melalui berbagai program. Akan
tetapi, tanggung jawab sosial yang kemudian berkembang menjadi kepekaan sosial sebaiknya
juga dilakukan bersama-sama secara sinergis dengan pemerintah. Selain itu, dalam setiap
kegiatan manajerial untuk menciptakan kepekaan sosial kepada masyarakat sebaiknya juga
dilakukan melalui harmonisasi dengan pemenuhan kepentingan perusahaan itu sendiri.
Saat ini mulai banyak perusahaan yang mengalami krisis etika sehingga banyak
menimbulkan hambatan dalam setiap kegiatan manajerial perusahaan. Oleh karena itu, selain
tanggung jawab sosial, aspek lain yang perlu diterapkan oleh perusahaan dalam setiap
kegiatan manajerialnya yakni etika berbisnis. Etika bisnis mejadi suatu aspek penting dalam
perusahaan untuk menjaga reputasi atau nama baik serta eksistensi perusahaan di mata
masyarakat sosial.
Tanggung jawab sosial dan etika yang diterapkan oleh suatu perusahaan dapat bernilai
relatif terhadap budaya sosial yang ada lingkungan sekitar serta terhadap setiap individu
dalam masyarakat. Oleh karena itu penerapan tanggung jawab sosial dan etika hendaknya
disesuaikan dengan keadaan sosial dan budaya di sekitar perusahaan tersebut berada.
13
DAFTAR PUSTAKA
www.youtube.com
14