Sebagai wahana substantif, pedagogis, dan sosial kultural untuk membangun
cita-cita, nilai, konsep, prisip, sikap, serta keterampilan demokrasi dalam diri earga negara melalui pengalaman hidup dan kehidupan demokrasi dalam berbagai konteks.
Misi Pendidikan Demokrasi
Memfasilitasi warga negara untuk mandapatkan berbagai akses kepada dan menggunakan secara cerdas berbagai sumber informasi tentang demokrasi dalam teori dan praktik untuk berbagai konteks kehidupan. Memfasilitasi warga Negara untuk dapat melakukan kajian konseptual dan operasional secara cermat dan bertanggung jawab terhadap berbagai citacita. Memfasilitasi warga Negara untuk memperoleh dan memanfaatkan kesempatan berpartisipasi, serta cerdas dan bertanggung jawab dalam praksis kehidupan demokrasi di lingkungannya.
Pendidikan demokrasi terbagi menjadi 3, sebagai
berikut: 1. Pedidikan demokrasi secara formal, yaitu pendidikan yang melewati tatap muka, diskusi timbal balik, perensentasi, serta studi kasus untuk memberikan gambaran kepada siswa bagaimana agar mencintai negara dan bangsa. Biasanya dilakukan di sekolah dan di perguruan tinggi. 2. Pedidikan demokrasi secara informal, yaitu pendidikan yang melewati tahap pergaulan di rumah ataupun masyarakat sebagai bentuk aplikasi nilai berdemokrasi. Selain itu, sebagai hasil interaksi terhadap lingkungan sekitarnya yang langsung dirasakan hasilnya. 3. Pendidikan nonformal, yaitu pendidikan yang melewati tahap diluar lingkungan masyarakat. Pendidikan ini lebih makro dalam berinteraksi sebab pendidikan diluar sekolah mempunyai variable ataupun parameter yang signifikan terhadap pembentukan jiwa seseorang.
No
Periode
Pelaksanaa
Awal Kemerdekaan (UUD 1945):
18 Agustus 1945 27 Desember 1949
1. Demokrasi dengan sistem Presidensial
2. Segala kekuasaan terletak pada KNIP 3. 14 November Demokrasi dengan sistem parlementer
Konstitusi RIS 1949: 27 Desember
1949 17 Agustus 1950
1. Demokrasi sistem parlementer
2. Kabinet parlementer semu (quasi parlementer). 3. Sudah adanya perdana mentri dan terbentuk kabinet, tetapi presiden masih ikut campur karena adanya mosi tidak percaya parlemen terhadap kabinet.
UUDS 1950: 17 Agustus 1950 5
Juli 1959
1. Demokrasi sistem parlementer
2. Kabinet parlementer semu (quasi parlementer). 3. Terjadi 7 kali pergantian kabinet akibat mosi tidak percaya dari Parlemen (DPR)
4. Berlangsungnya pemilu legislatif pada
29 September 1955 dan 15 Desember 1955 4
Orde Lama, UUD 1945: 5 Juli
1959 -11 Maret 1966
1. Berlakunya sistem demokrasi terpimpin
2. Namun pelaksanaannya berubah menjadi pemerintahan yang sentralistik di bawah pemimpin besar revolusi Bung Karno
Orde Baru, UUD 1945: 11 Maret
1966-21 Mei 1998
1. Berlakunyaa Demokrasi Pancasila
dengan sistem kabinet presidensial 2. Digelarnya pemilu pertama selama orde baru pada 3 Juli 1971 3. Penyederhanaan 10 parpol menjadi 3 parpol yaitu Golkar, PDI dan PPP
Reformasi, Masa Amandemen
UUD 1945: 21 Mei 1998 sampai sekarang
1. Masih berlakunya Demokrasi Pancasila
dan sistem kabinet presidensial dan membatasi masa jabatan presiden melalui Amandemen I UUD 1945 2. Digelarnya sidang MPR pada November 1998 guna penataan kehidupan bernegara untuk memenuhi tuntutan reformasi dengan pemilu dipercepat
Demokrasi parlementer menonjolkan
peranan parlementer serta partai-partai. Akibatnya, persatuan yang digalang selama perjuangan melawan musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan.
Demokrasi terpimpin ini telah menyimpang
dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini ditandai dengan dominasi presiden, terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh komunis dan peran ABRI sebagai unsure social-politik semakin meluas.
Demokrasi pancasila merupakan demokrasi
konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial. Landasan formal periode ini adalah pancasila, UUD 1945 dan Tap MPRS/MPR dalam rangka untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa Demokrasi Terpimpin, dalam perkembangannya, peran presiden semakin dominantterhadap lembaga-lembaga Negara yang lain. Melihat praktek demokrasi pada masa ini, nama pancasila hanya digunakan sebagai legitimasi politik penguasa saat itu sebab kenyataannya yang dilaksanakan tidaklah sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Pada masa ini, peran partai politik kembali
menonjol sehingga demokrasi dapat berkembang. Pelaksanaan demokrasi setelah Pemilu banyak kebijakan yang tidak mendasarkan pada kepentingan rakyat, melainkan lebih ke arah pembagian kekuasaan antara presiden dan partai politik dalam DPR. Dengan kata lain, model demokrasi era reformasi dewasa ini kurang mendasarkan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (walfare state)
Pengertian masyarakat madani
Menurut Mohammad A.S. Hikam Masyarakat madani, adalah wilayah kehidupan sosial yang
terorganisasi dan bercirikan sukarela, keswasembadaan,
keswadayaan, kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara, dan terikat dengan norma atau hukum yang berlaku.
Menurut Patrick
Masyarakat madani, adalah jaringan kerja yang komplek
dan organisasi-organisasi yang dibentuk secara sukarela,
yang berbeda dari lembaga-lembaga negara yang resmi, bertindak secara mandiri atau dalam bekerjasama dengan lembaga-lembaga negara.
Antara lain: Menjunjung tinggi nilai,norman dan hukum yang ditopang oleh
iman dan teknologi
Mempunyai peradaban yang tinggi (beradab) Mengedepankan kesederajatan dan transparansi(keterbukaan) Kehidupan yang toleran, menghargai pluralisme, dan musyawarah
Prof.Dr. Mohammad A.S. Hikam menjelaskan ciri pokok
masyarakat madani di Indonesia sebagai
Kesukarelaan Keswasembadaan Kemandirian yang tinggi terhadap negara Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama
Beberapa syarat terpenuhinya masyarakat
madani: Adanya pemerintahan demokratis yang terpilih
dan berkuasa secara demokratis
Adanya masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security, civil responsibility, dan civil resilience