Anda di halaman 1dari 3

TEMPO.

CO , Jakarta: Jelang lebaran, Suku Dinas Koperasi, Unit Mikro Kecil Menengah dan
Perdagangan Jakarta Pusat menyelenggarakan inspeksi mendadak (sidak) pada Senin, 21 Juli
2014. Inspeksi gabungan bersama dengan Suku Dinas Pertanian dan Peternakan, Satuan Polisi
Pamong Praja, dan Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM) DKI Jakarta ini dimulai pukul 09.30
dengan apel terlebih dahulu sebelum meluncur ke pasar. (Baca juga: BPOM Sebut 15 Persen Jajan
Buka Puasa Tak Sehat)
"Kami selenggarakan karena tingginya permintaan konsumen untuk diadakan inspeksi ini," ujar Sri
Indrastuti, Kasudin UMKM Jakarta Pusat saat ditemui di kantor Wali Kota Jakarta Pusat.
Fokus inspeksi kali ini adalah daging sapi, ayam, bakso, dan makanan olahan lainnya yang
diperjualbelikan di pasar. Selain memeriksa tanggal kadaluarsa di bungkusan, akan diperiksa juga
kandungan formalin, boraks, dan pengawet lainnya dalam makanan. (Baca: Takjil di Jakarta
Mengandung Zat Berbahaya)
"Kami akan tes pH (kadar asam dan basa), kalau nanti kertas tesnya berwarna ungu pekat atau
berbasa tinggi, itu bahaya," ujar Kasudin Peternakan dan Pertanian, Muhamad Ishom Setiawan.
Inspeksi di Pasar Petojo Ilir, petugas menemukan tahu berformalin. Awalnya, penjual tahu yang
berusia sekitar 25 tahun, Iko, enggan memberikan sampel tahu dagangannya. "Sudah ada yang
beli," ujarnya. (Baca: 8 Makanan Berformalin di Pasar Ciputat)
Namun, tim tidak peduli dan megatakan akan menyampaikan kepada orang yang sudah membeli
tahu tersebut bahwa tahunya akan dijadikan sampel inspeksi. Petugas kemudian mengambil sampel
air dari plastik bening berisi lima buah tahu putih tersebut dan memeriksa. Saat kertas reaksi
dicelupkan, warnanya langsung berubah menjadi ungu pekat, dan kandungan formalin dicatat
melebihi 220 PPM atau sangat tinggi.
"Bisa langsung hancur usus kalau ini dimakan," ujar sang petugas. Tahu berformalin juga ditemukan
di beberapa pedagang lain.
Selain di Petojo Ilir, kasus tahu berformalin juga ditemukan di Pasar Cikini, Pasar Senen, dan Pasar
Bendungan Hilir. Para pedagang yang tertangkap basah menjual tahu berformalin ini akan
dikenakan surat peringatan dari Sudin UMKM. (Baca juga:Menteri Lutfi: Tak Ada Celeng di Klender)
TEMPO.CO , Jakarta: Jelang lebaran, Suku Dinas Koperasi, Unit Mikro Kecil Menengah dan
Perdagangan Jakarta Pusat menyelenggarakan inspeksi mendadak (sidak) pada Senin, 21 Juli
2014. Inspeksi gabungan bersama dengan Suku Dinas Pertanian dan Peternakan, Satuan Polisi
Pamong Praja, dan Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM) DKI Jakarta ini dimulai pukul 09.30
dengan apel terlebih dahulu sebelum meluncur ke pasar. (Baca juga: BPOM Sebut 15 Persen Jajan
Buka Puasa Tak Sehat)
"Kami selenggarakan karena tingginya permintaan konsumen untuk diadakan inspeksi ini," ujar Sri
Indrastuti, Kasudin UMKM Jakarta Pusat saat ditemui di kantor Wali Kota Jakarta Pusat.
Fokus inspeksi kali ini adalah daging sapi, ayam, bakso, dan makanan olahan lainnya yang
diperjualbelikan di pasar. Selain memeriksa tanggal kadaluarsa di bungkusan, akan diperiksa juga

kandungan formalin, boraks, dan pengawet lainnya dalam makanan. (Baca: Takjil di Jakarta
Mengandung Zat Berbahaya)
"Kami akan tes pH (kadar asam dan basa), kalau nanti kertas tesnya berwarna ungu pekat atau
berbasa tinggi, itu bahaya," ujar Kasudin Peternakan dan Pertanian, Muhamad Ishom Setiawan.
Inspeksi di Pasar Petojo Ilir, petugas menemukan tahu berformalin. Awalnya, penjual tahu yang
berusia sekitar 25 tahun, Iko, enggan memberikan sampel tahu dagangannya. "Sudah ada yang
beli," ujarnya. (Baca: 8 Makanan Berformalin di Pasar Ciputat)
Namun, tim tidak peduli dan megatakan akan menyampaikan kepada orang yang sudah membeli
tahu tersebut bahwa tahunya akan dijadikan sampel inspeksi. Petugas kemudian mengambil sampel
air dari plastik bening berisi lima buah tahu putih tersebut dan memeriksa. Saat kertas reaksi
dicelupkan, warnanya langsung berubah menjadi ungu pekat, dan kandungan formalin dicatat
melebihi 220 PPM atau sangat tinggi.
"Bisa langsung hancur usus kalau ini dimakan," ujar sang petugas. Tahu berformalin juga ditemukan
di beberapa pedagang lain.
Selain di Petojo Ilir, kasus tahu berformalin juga ditemukan di Pasar Cikini, Pasar Senen, dan Pasar
Bendungan Hilir. Para pedagang yang tertangkap basah menjual tahu berformalin ini akan
dikenakan surat peringatan dari Sudin UMKM. (Baca juga:Menteri Lutfi: Tak Ada Celeng di Klender)

TEMPO.CO, Indramayu - Buah impor yang beredar di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, diketahui
mengandung formalin. Kandungan formalin juga ditemukan pada bakso dan tahu berwarna kuning.
Kandungan formalin itu diketahui setelah Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian
(BKP3) Kabupaten Indramayu melakukan rapid tes kit formalin terhadap sejumlah buah impor yang
beredar di Kabupaten Indramayu. "Selain buah impor, kandungan formalin juga ditemukan pada
bakso dan tahu warna kuning," kata Kepala BKP3 Kabupaten Indramayu, Warjo, Kamis, 24 April
2014.
Dijelaskan Warjo, pengujian pada buah impor tersebut di antaranya dilakukan pada apel merah,
jeruk ponkam, pir impor, dan anggur merah. Pada apel merah dan jeruk ponkam, hasil uji tes
menunjukkan buah tersebut positif mengandungformaldehyde (formalin) sebesar 1,5 miligram per
liter. Sedangkan untuk buah pir impor dan anggur merah impor positif mengandung formalin sebesar
1,0 miligram per liter.
Tidak hanya pada buah impor, formalin pun terdapat pula pada bakso yang dijual oleh beberapa
pedagang bakso keliling. Kandungan formalin pada bakso tersebut sebesar 0,6 mg/liter.
"Sedangkan kandungan formalin pada tahu kuning juga mencapai 0,6 mg/liter," kata Warjo.
Selanjutnya Warjo menjelaskan bahwa uji sampel dilakukan di sejumlah kios buah, pedagang bakso
keliling, dan pedagang tahu di pasar baru yang berada di wilayah Kota Indramayu. Dengan adanya
temuan tersebut, masyarakat pun diminta untuk berhati-hati memilih makanan. "Kami pun terus
melakukan pembinaan terhadap pedagang untuk tidak lagi menjual makanan yang mengandung
formalin," kata Warjo.
Kasubbid Konsumsi dan Keamanan Pangan BKP3 Imam Mahdi menjelaskan bahwa batas toleransi
formalin yang dapat diterima tubuh manusia dengan aman dalam bentuk air minum, menurut
International Programme on Chemical Safety (IPCS), yaitu sebesar 0,1 mg/liter. "Sedangkan
formalin yang boleh masuk ke tubuh manusia dalam bentuk makanan untuk orang dewasa yaitu 1,514 mg per hari," kata Imam.

Anda mungkin juga menyukai