Anda di halaman 1dari 3

Kemiskinan merupakan kondisi ekonomi penduduk yang menjadi indikator paling

sederhana bagi kemajuan suatu daerah. Daerah dengan penduduk miskin yang tinggi tentunya
menunjukkan adanya ketidakmampuan daerah tersebut dalam memenuhi kebutuhan
penduduknya baik secara fisik, sosial maupun politiknya. Secara fisik, kebutuhan penduduk
tidak terpenuhi disebabkan oleh kurangnya sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan atau
dikonsumsi sebagai produk pemenuhan kebutuhan. Secara sosial, kebutuhan penduduk tidak
terpenuhi disebabkan oleh redahnya kualitas dan/atau kuantitas sumberdaya manusia dalam
mengelola sumberdaya. Secara politik, kebutuhan penduduk tidak terpenuhi disebabkan oleh
kurang efektifnya kebijakan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan. Dampak yang paling
mudah terlihat dari kondisi ini adalah adanya penduduk yang mengalami kelaparan.
Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum
sandang dan papan. Oleh karena itu bila kebutuhan pangan penduduk di suatu daerah belum
terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa daerah tersebut masih terdapat penduduk yang
miskin. Berbagai permasalahan ini menempatkan pengentasan kemiskinan dan kelaparan
menjadi tujuan yang pertama dari delapan tujuan MDGs (Millenium Develompment Goals).
Tabel 1.1. Persentase Penduduk Miskin Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2012 dan 2013

Periode Tahun

September 2012
Maret 2013
September 2013

Jumlah Penduduk Miskin


(ribu jiwa)
Kota

Desa

308,51
315,47
325,53

255,8
234,73
208,88

Persentase Penduduk Miskin (%)

Kota + Desa
582,11
550,18
535,18

Kota

Desa

13,1
13,43
13,73

21,29
18,28
17,62

Kota + Desa
15,88
15,43
15,03

Tabel 1.2. Ketercapaian Target MDGs dan Garis Kemiskinan Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2012
dan 2013

Periode Tahun

Garis
Kemiskinan
(Rp/kapita/bln)

Persentase
Penduduk
Miskin (%)

Target MDGs
Proporsi penduduk
pendapatan < 1
USD

Ketercapaian

September 2012

270.110

15,88

10,30% Belum Tercapai

Maret 2013

283.454

15,43

10,30% Belum Tercapai

September 2013

303.843

15,03

10,30% Belum Tercapai

Berdasarkan tebel diatas Proporsi

penduduk miskin di Provinsi DI Yogyakarta terus

mengalami penurunan antara kurun waktu tahun 2012 sampai 2013. Pada bulan September tahun
2012, proporsi penduduk miskin sebesar 15,88 % dan menurun menjadi 15,03 % pada bulan
September 2013. Penurunan ini menandakan adanya perbaikan pendapatan penduduk DI Yogyakarta.
Garis kemiskinan juga mengalami peningkatan dari awalnya RP 270.110 bulan September 2012
menjadi Rp 303.843 pada tahun 2013. Namun, perbaikan ini tidak diiringi dengan peningkatan
ketercapaian target MDGs terhadap proporsi penduduk dengan pendapatan < 1 USD per hari. Dengan
estimasi 1 USD adalah sebesar Rp 11.000, persentase penduduk miskin di DIY masih belum
memenuhi target MDGs.
Persentase penduduk miskin di desa umumnya lebih besar daripada perkotaan, sehingga
proporsi penduduk miskin di pedesaan juga lebih besar. Hal ini berdampak pada ketimpangan
kemiskinan antara daerah pedesaan dan perkotaan juga ketercapaian terhadap target MDGs.
Pengentasan penduduk miskin di desa seharusnya menjadi perhatian. Berkaitan dengan interaksi yang
terjadi antara desa dan kota, kemiskinan menjadi penghambat perkembangan ekonomi daerah. Indeks
kedalaman kemiskinan (tabel 1.3.) di Provinsi DI Yogyakarta yang menjadi target MDGs masih
belum tercapai hingga bulan September tahun 2013. Meskipun begitu telah terjadi penurunan indeks
dari kurun waktu tahun 2012 hingga 2013. Hal ini mengartikan bahwa semakin meningkatnya jumlah
penduduk miskin yang bergerak ke arah garis kemiskinan untuk mentas dari kemiskinan.

Tabel 1.3. Ketercapaian Target MDGs terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi DI
Yogyakarta Tahun 2012 dan 2013
Periode Tahun
September 2012
Maret 2013
September 2013

Indeks Kedalaman Miskin (%)


Kota
Desa
Kota + Desa
2,28
2,08
2,18

4,07
3,02
2,04

3,18
2,55
2,11

Target MDGs
(P1)

Tingkat
Ketercapaian

2,08 Belum Tercapai


2,08 Belum Tercapai
2,08 Belum Tercapai

Setelah kemiskinan yang menjadi target dari MDGs adalah kelaparan. Kemiskinan dan
kelaparan memiliki hubungan yang sangat erat. Indikator utama penduduk miskin adalah tidak
terpenuhinya kebutuhan pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Penduduk miskin yang
kelaparan biasanya mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan tanpa memperhatikan
kualitas makanannya. Hal ini berdampak pada kondisi gizi penduduk tersebut. Oleh karenanya
kondisi gizi penduduk dapat menjadi indikator kelaparan. Tabel 1.4. menunjukkan telah tercapainya
target MDGs untuk penderita gizi buruk di Provinsi DIY. Dilihat dari angkanya yang memilki selisih
yang terpaut jauh atau sekitar dua persen dari target MDGs dimana juga lebih mendekati angka 0 %,
ketercapaian target MDGs untuk penderita gizi buruk di Provinsi DIY ini memiliki hasil yang cukup
baik. Standar nasional yang menetapkan angka 3,60% sebagai target MDGs terhadap prevalensi

penderita gizi buruk menandakan bahwa Provinsi DIY cukup berhasil dalam mengatasi masalah
kelaparan dibandingkan banyak provinsi lainnya di Indonesia.

Tabel 1.4. Ketercapaian Target MDGs terhadap Prevalensi Penderita Gizi Buruk Provinsi DI
Yogyakarta Tahun 2011 dan 2012
Periode Tahun
2011
2012

Prevalensi Penderita Gizi Buruk


DI Yogyakarta
Target MDGs
0,68%
3,60%
0,56%
3,60%

Tingkat
Ketercapaian
Tercapai
Tercapai

Anda mungkin juga menyukai