Anda di halaman 1dari 13

Kemampuan Kognitif (Cognitive Ability)

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas mengenai variabel kemampuan kognitif,
definisi sampai indikator. Semoga berguna^^

Konsep-Konsep Kemampuan Kognitif


Latar Belakang
Kemampuan kognitif atau Cognitive Ability adalah sebuah variabel yang
memiliki pengaruh juga dalam Perilaku Organisasi atau Organizational Behavior atau
yang biasa kita sebut dengan OB. Dalam OB, kemampuan kognitif merupakan salah
satu variabel atau faktor yang mempengaruhi hal-hal seperti kinerja, motivasi, komitmen
kerja, dan lain-lain.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengungkap dan membahas mengenai
variabel kemampuan kognitif ditinjau dari pandangan dan pendapat para ahli yang
akhirnya penulis akan merangkum dan mencoba menyimpulkan mengenai indikator apa
saja yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan kognitif
seseorang yang memiliki pengaruh dalam OB tersebut.

Konsep dan definisi kemampuan kognitif


Schermerhorn dkk mengatakan dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior
bahwa Cognitive ability, intelligence, social intelligence: Ability to gather, integrate, and
interpret information; intelligence, understanding of social setting[1]
Menurut Schermerhorn kemampuan kognitif, intelejensia, dan intelejensia sosial adalah
kemampuan untuk mengumpulkan, menyatukan, dan mengintepretasikan informasi, dan pengertian
kepada lingkup sosial. Dari definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa schermerhorn berpendapat
bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam hal mengumpulkan atau
memperolah sebuah informasi. Lalu bagaimana orang tersebut menyatukan informasi itu dalam
pemahamannya, setelah itu bagaimana orang tersebut mengintepretasikan atau mentransfer
informasi tersebut kepada orang lain.

Sementara itu Hunter dalam Murphy memiliki definisi tentang kemampuan kognitif sebaagai
berikut:
General cognitive ability has been empirically related to performance on hundred of jobs.[2]
Menurut Hunter dalam Murphy adalah bahwa kemampuan kognitif sangat berhubungan secara
empirik dengan performa seseorang dalam mengerjakan banyak pekerjaan. Lebih lanjut Murphy
mengatakan bahwa:
In this article, the term ability refers to general factor that is associated with performance on all (or
essentially all) tests that involve the active processing of information[3]
Dalam penjelasannya tersebut Murphy mengatakan bahwa kemampuan mengacu pada
faktor-faktor umum yang berkaitan dengan performa keseluruhan atau bisa dibilang keseluruhan tes
yang berkaitan dengan bagaimana seseorang memproses sebuah informasi.
Dari seluruh penjelasan Murphy dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan kognitif adalah
kemampuan seseorang dalam memproses satu atau lebih informasi, dimana proses dalam hal ini
menyangkut juga mengenai pemahaman orang tersebut tehadap informasi yang dia dapatkan.
Sementara itu Ian Pownal menghubungkan kemampuan kognitif dengan pengambilan
keputusan seorang pemimpin. Ian Pownall mengatakan bahwa salah satu hal penting bagi seorang
pemimpin dalam pengambilan keputusan adalah kemampuan kognitif pemimpin itu dimana Ian
Pownall mengatakan:
A cognitive ability to identify key information from within the problem domain.[4]
Ian Pownall menekankan bahwa kemampuan kognitif intuk mengidentifikasi informasi-informasi
kunci dari sebuah permasalahan adalah hal yang sangat penting untuk sebuah pengambilan
keputusan bagi seorang manajer. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa Ian juga menganggap
kemampuan kognitif sangat berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menyaring dan
mendapatkan informasi kunci dari sebuah kejadian.
Sementara itu Seck Hong Che mengatakan suatu hal yang berbeda mengenai kemampuan
yakni:
Ability is ones performance potential[5]
Seck mengatakan bahwa kemampuan itu adalah potensi kinerja seseorang. Dapat dikatakan bahwa
kemampuan itu adalah bagaimana seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan.

Carrol dalam Studynya mengenai kemampuan kognitif mendefinisikan kata kemampuan


atau ability sebagai berikut:
It is a term that refers only to variations in individuals potentials for present performance on a define
class of tasks.[6]
Kata it disini mengacu pada kata ability yang ia bahas pada kalimat sebelumnya. Carrol
mengatakan bahwa kemampuan adalah mengacu pada variasi potensi pada individu dalam
kinerjanya untuk suatu pekerjaan atau tugas yang tertentu.
Carrol juga mengungkapkan dari definisinya di atas secara tidak langsung bahwa
kemampuan kognitif berarti adalah kemampuan seseorang pada suatu pekerjaan atau tugas yang
bersifat kognitif (cognitive tasks). Dia lalu mengatakan juga bahwa contohnya adalah Elementary
Cognitive Task (ECT), dimana Carrol mengatakan mengenai ECT sebagai berikut :
ECT is any one of possibly very large number of tasks in which a person undertakes, or is
assigned...[7]
ECT adalah satu dari segala kemungkinan dari banyaknya pekerjaan atau tugas yang di lakukan
oleh seseorang.
Dengan demikian Carrol mengungkapkan bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan
untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang bersifat kognitif.
Sintesa dan Indikator
Dari berbagai konsep di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif
adalah kebisaan seseorang dalam melakukan berbagai macam tugas yang dibebankan pada
khususnya mengenai pengumpulan informasi, pengintepretasian informasi, dan bagaimana transfer
informasi tersebut kepada orang lain. Kemampuan kognitif menjadi sangat penting dalam hal
pemecahan masalah, karna dalam pemecahan masalah tersebut maka seseorang yang
kemampuan kognitifnya baik, dia akan dengan cepat menemukan inti masalah itu dan
mengintepretasikan serta mencari jalan keluarnya.
Dengan demikian maka indikator yang dapat dibuat dari berbagai teori tersebut untuk
mengukur kemampuan kognitif seseorang adalah sebagai berikut:
1. cara dan trik seseorang dalam mendapatkan dan mengumpulkan informasi yang benar-benar
penting.

2. cara seseorang dalam mengintepretasikan atau memproses informasi tersebut agar manjadi
berguna dalam pemecahan masalah
3. Bagaimana seseorang mentransfer informasi yang sudah diintepretasikan tersebut kepada orang
lain agar bisa menemukan pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

John R. Schermerhorn Jr. Dkk, Organizational Behavior, USA, Atpala, Inc, 2007

Kevin R. Murphy, Is relationship between cognitive ability and job performancestable over
time?,colorado state university, Lawrence Elbraum Associates, inc, 1999

Ian Pownall, Effective Management Decision Making, Ian Pownall & ventus Publishing ApS, 2012

Seck Hong Che, performance as a function of ability, motivation and emotion, singapore, university
of singapore, 1968

John B. Carrol, Human cognitive ability:a survey factor of analytic studies, university of north
carolina, cambridge university press, 1993

[1] John R. Schermerhorn Jr. Dkk, Organizational Behavior, USA, Atpala, Inc, 2007; h.307
[2] Kevin R. Murphy, Is relationship between cognitive ability and job performancestable over

time?,colorado state university, Lawrence Elbraum Associates, inc, 1999;h.185


[3] Ibid, H. 184
[4] Ian Pownall, Effective Management Decision Making, Ian Pownall & ventus Publishing ApS,
2012;h.207
[5] Seck Hong Che, performance as a function of ability, motivation and emotion, singapore,
university of singapore, 1968;h.10
[6] John B. Carrol, Human cognitive ability:a survey factor of analytic studies, university of north
carolina, cambridge university press, 1993;h.16
[7] Ibid, h.11

Definisi penguasaan konsep


Konsep adalah suatu satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama Winkel (1991). Sementara Dahar (1989)
mendefinisikan konsep sebagai batu-batu landasan berpikir, yang
diperoleh melalui fakta-fakta dan dapat digunakan untuk memecahkan
masalah. Wollfold & Nicolish (2004) dalam Juliana (2009) mendefinisikan
konsep sebagai kategori yang digunakan untuk mengelompokkan
peristiwa, ide, atau obyek yang serupa atau merupakan abstraksi, kreasi
pikiran untuk mengorganisasi pengalaman
Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Winkel
(1991) adalah pemahaman dengan menggunakan konsep, kaidah dan
prinsip. Dahar (2003) mendefinisikan penguasaan konsep sebagai
kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori
maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan definisi
penguasaan konsep yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bloom
(dalam Rustaman et al., 2005) yaitu kemampuan menangkap pengertianpengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke
dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan
mampu mengaplikasikannya. Lebih lanjut, Wollfold & Nicolish (2004) dalam
Juliana (2009) mengemukakan bahwa penguasaan konsep adalah
kemampuan siswa yang bukan hanya sekedar memahami, tetapi juga
dapat menerapkan konsep yang diberikan dalam memecahkan suatu
permasalahan, bahkan untuk memahami konsep yang baru. Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep
adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran, penguasaan konsep sangatlah penting.
Dengan penguasaan konsep menurut Winkel (1991) dan Anderson dalam
Rustaman (2005) siswa dapat meningkatkan kemahiran intelektualnya dan
membantu dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya serta
menimbulkan pembelajaran bermakna.

Menurut Winkel (1991) penguasaan konsep dapat diperoleh melalui:


benda-benda, gambar-gambar dan penjelasan verbal serta menuntut
kemampuan untuk menemukan ciri-ciri yang sama pada sejumlah obyek.
Penguasaan konsep diperoleh dari proses belajar. Ausubel (Dahar, 1989)
mengemukakan bahwa konsep dapat diperoleh melalui formasi konsep
(concept formation) dan asimilasi konsep (concept assimilation). Formasi konsep erat
kaitannya dengan perolehan pengetahuan melalui proses induktif. Dalam
proses induktif anak dilibatkan belajar penemuan (discovery learning). Belajar
melalui penemuan akan membuat apa yang dipelajari siswa bertahan lebih
lama dibandingkan dengan belajar cara hafalan. Sedangkan perolehan
konsep melalui asimilasi erat kaitannya dengan proses deduktif. Dalam
proses deduktif, siswa memperoleh konsep dengan cara menghubungkan
atribut konsep yang sudah dimilikinya dengan gagasan yang relevan yang
sudah ada dalam struktur kognitifnya.
Indikator penguasaan konsep menurut Sumaya(2004) yaitu seseorang
dapat dikatakan menguasai konsep jika orang tersebut benar-benar
memahami konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan
dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada di dalamnya.
Sedangkan, Winkel (1991) mengatakan adanya skema konseptual yaitu
suatu keseluruhan kognitif, yang mencakup semua ciri khas yang
terkandung dalam suatu pengertian. Indikator yang lebih komprehensif
dikemukakan oleh Bloom dalam (Rustaman et al., 2005) sebagai berikut:
Mengingat (C1) yakni kemampuan menarik kembali informasi yang
tersimpan; Memahami (C2) yakni kemampuan mengkonstruk makna atau
pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki; Mengaplikasikan
(C3) yakni kemampuan menggunakan suatu prosedur guna menyelesaikan
masalah atau mengerjakan tugas; Menganalisis (C4) yakni kemampuan
menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan
menentukan bagaimana keterkaitan antar unsur-unsur tersebut;
Mengevaluasi (C5) yakni kemampuan membuat suatu pertimbangan
berdasarkan criteria dan standar yang ada serta; Membuat (C6) yakni
kemampuan menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk
kesatuan.

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENGUASAAN


KONSEP
Browse Home Label: PENDIDIKAN Perbedaan Pemahaman Konsep dan Penguasaan konsep

Dalam dunia pendidikan kita sering mendengar istilah pemahaman


konsep dan penguasaan konsep. Apakah kedua mahluk tersebut
berbeda atau sama? Mari kita kaji istilah-istilah tersebut menurut para
ahli.

Pemahaman konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata paham sebagai asal kata dari
pemahaman diartikan sebagai mengerti benar atau tahu benar. Jadi,
pemahaman dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk
mengerti benar atau mengetahui benar. Seseorang dapat dikatakan paham
mengenai sesuatu apabila orang tersebut sudah mengerti benar mengenai
hal tersebut.

Menurut Sudjana yang dimaksud dengan pemahaman adalah tingkat


kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti dari
konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, siswa tidak
hanya menghafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari konsep
atau masalah.

Dalam upaya untuk mengoptimalisasi pemahaman konsep pada siswa


adalah siswa harus berani mengungkapkan pendapatnya tentang materi
yang disampaikan guru atau temannya. Ada tujuh ciri pemahaman konsep
yaitu sebagai berikut.
Menyatakan ulang sebuah konsep
2.
Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu atau
sesuai dengan konsepnya
3.
Memberi contoh dan non contoh dari konsep
4.
Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis
5.
Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep
1.

Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau


operasi tertentu
7.
Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah
6.

Dalam taksonomi ranah kognitif Bloom pemahaman dibagi menjadi tiga


aspek yaitu translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.
Translasi (kemampuan menerjemahkan), yaitu kemampuan
untuk mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa
perubahan makna. Simbol berupa kata-kata (verbal) diubah menjadi
gambar atau bagan atau grafik. Kalau simbol ini berupa kata-kata
atau kalimat tertentu, maka dapat diubah menjadi kata-kata atau
kalimat lain. Pengalihan konsep yang dirumuskan dari kata-kata ke
dalam grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan.
2.
Interpretasi (kemampuan menafsirkan), yaitu kemampuan
untuk menjelaskan makna yang terdapat di dalam simbol, baik
simbol verbal maupun yang nonverbal. Kemampuan untuk
menjelaskan konsep, atau prinsip atau teori tertentu termasuk dalam
kategori ini. Seseorang dapat menginterpretasikan sesuatu konsep
atau prinsip jika ia dapat menjelaskan secara rinci makna atau arti
suatu konsep atau prinsip, atau dapat membandingkan,
membedakan, atau mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain.
3.
Ekstrapolasi (kemampuan meramalkan), yaitu kemampuan
untuk melihat kecenderungan atau arah atau kelanjutan dari suatu
temuan. Kemampuan pemahaman jenis ini menuntut kemampuan
intelektual yang lebih tinggi, misalnya membuat telahan tentang
kemungkinan apa yang akan berlaku.
1.

Penguasaan Konsep
Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Dahar
(2003), mendefinisikan penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa
dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan definisi penguasaan konsep
menurut Bloom yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian
seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam

bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu


mengaplikasikannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa


penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna
pembelajaran dan mampu menerapkan dalam memecahkan masalah di
kehidupan sehari-hari.

Jadi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa perbedaan dari pemahaman konsep dan penguasaan
konsep adalah terletak pada penerapan dari konsep tersebut. Kalau
pemahaman konsep siswa hanya mampu memahami konsep tersebut tetapi
tidak mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
kalau penguasaan konsep siswa mampu mengaplikasikan konsep tersebut
dalam memcahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seseorang yang
menguasai konsep pasti memahami konsep tersebut, tetapi seseorang yang
memahami konsep belum tentu menguasai konsep tersebut. Jadi
penguasaan konsep lebih tinggi tingkatannya daripada sekedar memahami
konsep. Penguasaan konsep memerlukan pemikiran tingkat tinggi
dibandingkan dengan pemahaman konsep.

Definisi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor


DEFINISI KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK
1. Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek,
yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual
yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut
siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang
dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2. Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak
perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat
tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau

komplek nilai)
3. Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar
afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor
adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan
penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah
mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak
dalam lingkungan kerjanya.

Pengertian kemampuan kognitif

Depdiknas (2007:3), kemampuan kognitif merupakan salah satu dari bidang pengembangan oleh
guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu megolah perolehan belajarnya,
menemukan bermacam-macam alternative pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika
matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan
persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti.

Pengertian Kemampuan Kognitif


oleh: sehatjaya

Summar y rating: 3 stars

Pengarang : nur afifa

(9 Tinjauan)

Kunjungan : 2877
kata:300

Kemampuan adalah kesanggupan, kebolehan atau kecakapan untukmelakukan atau mengerjakan sesuatu.
Sedangkan dalam Kamus IlmiahPopuler, kognitif adalah berfikir dan mengerti, bersifat pengetahuan. 1 Dalamhal ini
adalah kemampuan kognitif siswa dalam pelajaran Pendidikan AgamaIslam. Siswa merupakan salah satu unsur
dalam proses belajar mengajar dansekaligus sebagai obyek dari tujuan pengajaran. Agar pengajaran
PendidikanAgama Islam di sekolah berhasil dan berlansung secara efisien, makakemampuan kognitif atau kesiapan
mental siswa perlu terus di latih.Istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayahpsikologis
manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungandengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah,kesengajaan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini
jugaberhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertaliandengan ranah rasa. Jadi
kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitandengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Setiap orang memilikipersepsi tentang pengamatan atau penyerapan suatu obyek. Berarti menguasaisesuatu yang
diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, danpengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik
untuk menjadi miliknya.Setiap saat bila diperlukan, pengetahuan yang dimilikinya itu dapatdireproduksi. Banyak atau
sedikit, tepat atau kurang tepat pengetahuan itudapat dimiliki dan dapat diproduksi kembali dan ini merupakan
tingkatkemampuan kognitif seseorang.Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar.Sebagaimana
kita ketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antarafaktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (faktor
dasar dan ajar).2 Faktordasar yang berpengaruh dalam bentuk lingkungan alamiah dan lingkunganyang dibuat.
Proses belajar mengajar adalah upaya menciptakan lingkunganyang bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk
mengembangkan faktordasar yang telah dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan kognitif tergambarpada hasil belajar

yang diukur dengan tes hasil belajar pada pelajaranPendidikan Agama Islam. Tes hasil belajar menghasikan nilai
kemampuankognitif yang bervariasi. Variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaankemampuan kognitif tiap-tiap
individu. Dengan demikian pengukuran kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan tes kemampuan belajar atau
teshasil belajar pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Diterbitkan di: 09 Juli, 2011

Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2184204-pengertian-kemampuan-kognitif/#ixzz2h2rWcml5

Anda mungkin juga menyukai