Anda di halaman 1dari 12

PENCEMARAN AIR

Pencemaran lingkungan hidup menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu;
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air yang dapat pula tercemar karena
masuknya atau dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan.
Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan
sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.
Asas-asas ilmu lingkungan yang berkaitan dengan pembahasan makalah ini mengenai
pencemaran air yaitu kemampuan lingkungan habitat untuk menyokong satu materi ada
batasnya. Berdasarkan analisis diatas, pada saat ini sungai terus menerus dicemari oleh
berbagai macam zat yang dihasilkan dari beberapa kegiatan, seperti industri, pabrik, maupun
pemukiman warga. Apabila pencemaran terhadap air sungai terus menerus dibiarkan, maka
kemampuan lingkungan sungai tersebut untuk menampung (menyokong) zat-zat pencemar
akan ada batasnya dan pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan lingkungan itu sendiri.
Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, klasifikasi
dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:
Kelas 1 : air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan lainnya
mempersyaratkan mutu air yang sama
Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air, budidaya ikan air
tawar, peternakan, dan pertanian
Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan dan pertanian
Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/ pertanian
Salah satu dampak negatif kemajuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan dengan benar
adalah terjadinya polusi (pencemaran). Polusi adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur
atau komponen lain yang merugikan kedalam lingkungan akibat aktivitas manusia atau

proses alami. Dan segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut Polutan. Sesuatu benda
dapat dikatakan polutan bila :
1. Kadarnya melebihi batas normal
2. Berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat.
Polutan dapat berupa debu, bahan kimia, suara, panas, radiasi, makhluk hidup, zat-zat yang
dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Adanya polutan dalam jumlah yang berlebihan
menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan pembersihan sendiri (regenerasi). Oleh
karena itu, polusi terhadap lingkungan perlu dideteksi secara dini dan ditangani segera dan
terpadu. Polusi Air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya
kedalam air sehingga kualitas air terganggu. Kualitas air terganggu ditandai dengan
perubahan bau, rasa dan warna.
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda
yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi 6:
1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau
dan rasa.
2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia
yang terlarut, perubahan pH.
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air diantaranya adalah :
- DO (Dissolved Oxygen)
- BOD (Biochemical Oxygen Demand)
- COD (Chemical Oxygen Demand), dan
- Jumlah total Zat terlarut
1. 1.

Air Yang Tercemar > DO/ Dissolved Oxygen (Oksigen Terlarut)

Yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan
hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di
air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm
(part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri
yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik,
sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan
nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen
terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan
kerang akan mati. Lalu apakah penyebab bau busuk dari air yang tercemar? Bau busuk ini
berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik
lanjutan oleh bakteri anaerob.
1. 2.

Air Yang Tercemar > BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD (Biochemical Oxygen Demand) artinya kebutuhan oksigen biokimia yang


menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga
makin banyak bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin
rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika B.O.D
nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.
1. 3.

Air Yang Tercemar > COD (Chemical Oxygen Demand)

COD (Chemical Oxygen Demand) sama dengan BOD, yang menunjukkan jumlah oksigen
yang digunakan dalam reaksi kimia oleh bakteri. Pengujian COD pada air limbah memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD. Keunggulan itu antara lain :

Sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji dengan
BOD karena bakteri akan mati.
Waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam

1. 4.

Air Yang Tercemar > Zat Padat Terlarut

Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang
terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh
limbah yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut
akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya
pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran. Air
yang bersih adalah jika tingkat D.O nya tinggi, sedangkan B.O.D dan zat padat terlarutnya
rendah.

Sumber pencemar air


Banyak penyebab pencemaran air tetapi secara umum dapat dikategorikan sebagai sumber
kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari
industri, TPA (tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung
yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan.
Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan
pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran
udara yang menghasilkan hujan asam.
Pencemar air dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan asam/basa.
Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah
digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air
tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs (polychlorinated phenols), adalah salah satu
contohnya. Pestisida digunakan di pertanian, kehutanan dan rumah tangga. PCB, walaupun
telah jarang digunakan di alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat elektronik lama sebagai
insulator, PCP dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan secara luas
sebagai zat pembersih di rumah tangga.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbedabeda:
1. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
2. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang
dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
3. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam
berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek
termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga
mengurangi oksigen dalam air.
Pencemaran air disebabkan oleh aktifitas manusia sehari hari yang dapat mengakibatkan
adanya perubahan pada kualitas air tersebut. Pencemaran air ini terjadi di sungai, lautan,
danau dan air bawah tanah.
Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah
tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
Padat
Organik dan olahan bahan makanan
Anorganik
Cairan minyak
Zat kimia

Yang dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang berbentuk padat,
baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air
menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan
koloidal. Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan
atau berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan
warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi
penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesa tanaman dalam air akan
terganggu. Jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan organism dalam
air juga terganggu.
Bahan buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi
oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan populasi
mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup kemungkinan dengan
berambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi
manusia. Demikian pula untuk buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya adalah juga
bahan buangan organic yang baunya lebih menyengat. Umumnya buangan olahan makanan
mengandung protein dan gugus amin, maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa
yang mudah menguap dan berbau busuk (misal. NH3).
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam.
Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air.
Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yag melibatkan
penggunaan unsure-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa
atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll. Kandungan ion Mg dan
Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat
merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan
(korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Apabila ion-ion logam
berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air
yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia, air tersebut
tidak layak minum.
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi
permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatile, maka akan
terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada
permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu
yang lama. Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini
disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air,
sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan menghalangi masuknya
sinar matahari ke dalam air, sehingga fotosintesapun terganggu. Selain itu, burungpun ikut
terganggu, karena bulunya jadi lengket, tidak dapat mengembang lagi akibat kena minyak.
Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat menghalau ikan atau
spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan hewan
bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada
ikan atau akan terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu, polusi thermal inipun harus dihindari.
Sebaiknya industri-industri jika akan membuang air buangan ke perairan harus
memperhatikan hal ini.

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar air ini akan
dikelompokkan menjadi :
a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),
b. Bahan pemberantas hama (insektisida),
c. Zat warna kimia,
d. Zat radioaktif
Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih
lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya buih-buih sabun pada
permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan deterjen serta bahan pembersih
lainnya. Sabun berasal dari asam lemak (stearat, palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan
basa Na(OH) atau K(OH), berdasarkan reaksi kimia berikut ini :
C17H35COOH + Na(OH) C17H35COONa + H2O
Asam stearat

basa sabun

Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak seperti pada contoh reaksi di
atas. Sedangkan sabun lunak adalah garam kalium asam lemak yang diperoleh dari reaksi
asam lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna yang menarik dan pewangi
(parfum) yang enak serta bahan antiseptic seperti pada sabun mandi. Beberapa sifat sabun
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat mengemulsikan kotoran yang
melekat pada badan atau pakaian
b. Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi akan membentuk endapan
(C17H35COO)2Ca) dengan reaksi:
2(C17H35COONa) + CaSO4 (C17H35COO)2Ca + Na2SO4
c. Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian.
Sedangkan deterjen adalah juga bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan tetapi dibuat dari
senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sabun, karena
dapat bekerja pada air sadah. Bahan deterjen yang umum digunakan adalah
dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami ionisasi membentuk komponen
bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau ion Mg pada air sadah. Komponen bipolar
aktif terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat. Untuk dapat membersihkan kotoran
dengan baik, deterjen diberi bahan pembentuk yang bersifat alkalis. Contoh bahan pembentuk
yang bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat. Bahan buangan berupa sabun dan deterjen
di dalam air lingkungan akan mengganggu karena alasan berikut :
1. Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat mengganggu kehidupan
organisme di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan
menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-11.

2. Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu


kehidupan mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan.
c. Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi) oleh
mikro organisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang tentu akan merugikan
lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak digunakan bahan sabun/deterjen yang dapat
didegradasi oleh mikroorganisme.
Tingkat pencemaran yang terberat adalah akibat limbah industri yang dibuang ke sungai dan
juga tumpahan minyak dilautan. Pencemaran di sungai dan dilautan ini telah menyebabkan
ekosistem dan habitat air menjadi rusak bahkan mati. Untuk sungai, pembuangan limbah
industri / pabrik telah merusak habitat sungai sepanjang puluhan kilometer.
Limbah industri ini mengandung logam berat, toksin organik, minyak dan zat lainnya yang
memiliki efek termal dan juga dapat mengurangi kandungan oksigen dalam air. Limbah
berbahaya ini selain menyebabkan kerusakan bahkan matinya habitat sungai, juga
mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang
sungai yang menggunakan air sungai tsb untuk keperluan MCK (Mandi, Cuci dan Kakus).
Tidak hanya sepanjang aliran sungai, resapan bahan kimia juga mencemari air bawah tanah
sepanjang belasan bahkan puluhan meter dari sungai tsb. Pengeboran air bawah tanah yang
dilakukan penduduk di dekat aliran sungai sering kali mendapatkan air bawah tanah yang
keruh kehitaman, berbau bahkan berlendir. Dan bila dipaksakan untuk keperluan MCK akan
mengakibatkan penyakit dan gatal gatal pada kulit.
Selain limbah industri, limbah rumah tangga juga memiliki peranan yang besar dalam
pencemaran air. Limbah rumah tangga ini terbagi menjadi 2 golongan, yakni limbah organik
dan anorganik. Limbah organik adalah limbah yang dapat diuraikan oleh bakteri seperti sisa
sayuran, buah dan daun daunan. Sementara limbah anorganik tidak dapat diurai oleh bakteri
seperti bekas kaca, karet, plastik, logam, kain, kayu, kulit, dan lain lain.
Penyebab dan Dampak Pencemaran Air :
1. Limbah Pemukiman
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah
anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau
dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan.
Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan,
logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non
biodegrable). Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah
oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya.
Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan
menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga yang menghasilkan oksigen.
Tentunya kita pernah melihat permukaan air sungai atau danau yang ditutupi buih deterjen.
Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air. Pada saat ini
hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar
diuraikan oleh bakteri. Sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan
deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau.

Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang
dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai
tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya
proses fotosintesis. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang
menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan
pendangkalan.
1. Limbah Industri
Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran air. Pada
umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun.
Menurut PP 18 tahun 99 pasal 1, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau merusak
lingkungan hidup sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan
mahluk lainnya. Karakteristik limbah B3 adalah korosif/ menyebabkan karat, mudah terbakar
dan meledak, bersifat toksik/ beracun dan menyebabkan infeksi/ penyakit. Limbah industri
yang berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan asam. Misalnya limbah yang
dihasilkan industri pelapisan logam, yang mengandung tembaga dan nikel serta cairan asam
sianida, asam borat, asam kromat, asam nitrat dan asam fosfat. Limbah ini bersifat korosif,
dapat mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan
mata, mengganggu pernafasan dan menyebabkan kanker.
1. Limbah Pertambangan
Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi, yang
dapat mengalir ke luar daerah pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat
berubah menjadi asam. Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/ kapur
akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari batuan tersebut. Selanjutnya senyawa Ca dan Mg
yang larut terbawa air akan memberi efek terjadinya AIR SADAH, yang tidak bisa digunakan
untuk mencuci karena sabun tidak bisa berbuih. Bila dipaksakan akan memboroskan sabun,
karena sabun tidak akan berbuih sebelum semua ion Ca dan Mg mengendap. Limbah
pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam
sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik.
Bahan bahan kimia yang dapat mengganggu

No
Bahan-bahan kimia
1.
Arsen
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Barium
Cadmium
Chromium
Timah hitam
Merkuri
Nitrat
Selenium
Silver
Sulfat
Besi
Tembaga
Klorida
Flour

Keterangan
Bersifat karsinogenik dengan melalui kontak pada
makanan
Bersifat toxis terhadap hati, aliran darah dan nervous
Sebagai racun yang akut bagi manusia seperti batu ginjal.
Carsinogenik pada pernapasan
Sebagai racun pada pekerja dan ikan
Sebagai racun pada pekerja dan ikan
Menyebabkan methemogloinema pada bayi
Menyebabkan keracunan pada anak
Menyebabkan penyakit agria
Menyebabkan laxative
Menimbulkan koloid yang berwarna dalam air
Menyebabkan air mempunyai rasa tertentu
Menyebabkan air menjadi asin rasanya
Menyebabkan penyakit flur esis

Mencegah/Mengurangi Dampak Pencemaran Air


Limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari semua aktifitas kehidupan manusia, baik
dari setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, industri serta pertambangan tidak bisa kita
hindari. Namun kita masih bisa mencegah atau paling tidak mengurangi dampak dari limbah
tersebut, agar tidak merusak lingkungan yang pada akhirnya juga akan merugikan manusia.
Untuk mencegah atau paling tidak mengurangi segala akibat yang ditimbulkan oleh limbah
berbahaya, setiap rumah tangga sebaiknya menggunakan deterjen secukupnya. Tidak
menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air
seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
Kemudian memilah sampah organik dari sampah anorganik. Sampah organik bisa dijadikan
kompos, sedangkan sampah anorganik bisa didaur ulang. Pemerintah bekerjasama dengan
World Bank, pada saat ini tengah mempersiapkan pemberian insentif berupa subsidi bagi
masyarakat yang melakukan pengomposan sampah kota.
Beberapa manfaat pengomposan sampah antara lain :

Mengurangi sampah di sumbernya


Mengurangi beban volume di TPA
Mengurangi biaya pengelolaan
Menciptakan peluang kerja
Memperbaiki kondisi lingkungan
Mengurangi emisi gas rumah kaca
Penggunaan kompos mendukung produk organik

Setiap pabrik / kegiatan industri sebaiknya memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), untuk mengolah limbah yang dihasilkannya sebelum dibuang ke lingkungan sekitar.
Dengan demikian diharapkan dapat meminimalisasi limbah yang dihasilkan atau
mengubahnya menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan.

Mengurangi penggunaan bahan-bahan berbahaya dalam kegiatan pertambangan atau


menggantinya dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan. Atau diharuskan
membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah pertambangan, sehingga limbah bisa diolah
terlebih dahulu menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan, sebelum dibuang keluar daerah
pertambangan.
Kita harus bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kemasan
kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat unsur pewarna pada
kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat pembuangan akhir. Bahkan
pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki, turut menyumbangkan emisi asam satu
hidrokarbon ke dalam atmosfir yang akhirnya berdampak pada siklus air alam. Menjadi
konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana. Sebagai contoh,
kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya akan menjadi sumber bencana yang
persisten, eksplosif, korosif dan beracun atau degradable (dapat didegradasi alam)? Apakah
barang yang kita konsumsi nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan aman
bagi makhluk hidup dan lingkungan? Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi
pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang
dioperasikan dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang
tercemar. Dari segi kebijakan atau peraturanpun mengenai pencemaran air ini telah ada. Bila
kita ingin benar-benar hal tersebut dapat dilaksanakan, maka penegakan hukumnya harus
dilaksanakan pula. Pada akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi ataupun social
(kolektif) yang harus ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang akan mempengaruhi
tingkat pencemaran dimanapun kita berada. Walaupun demikian, langkah pencegahan lebih
efektif dan bijaksana.
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan berkurang dan
kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat sumber air yang aman,
bersih dan sehat. Kendala dalam mengatasi pencemaran air :
1. Kurangnya kesadaran diri dari orang orang untuk membuang sampah pada tempatnya.
2. Kurangnya sistem drainase di jalan jalan.
3. Limbah limbah yang tidak diolah oleh manajemen pabrik dengan baik, sehingga
mencemari lingkungan sekitar.
4. Kurangnya perhatian dari pemerintah mengenai pencemaran lingkungan.

Syarat kadar kualitas air yang baik


Secara fisik kualitas air yang baik adalah bening, tidak keruh, tidak berbau, berasa tawar dan
tidak berwarna, serta suhu air hendaknya di bawah suhu udara. Secara kimiawi kualitas air
yang baik meliputi pH yang bersifat normal/netral, bahan kimia yang tidak melebihi ambang
batas ketetapan serta tingkat kesadahan yang rendah, kekurangan atau kelebihan suatu zat
kimia dalm air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Sedangkan secara biologis kualitas air yang sehat harus bebas dari segala bakteri terutama
bakteri patogen dan nonpatogen walaupun tidak menimbulkan penyakit namun menyebabkan

bau dan rasa tidak enak pada air, serta menyebabkan adanya lendir pada air, serta tidak
mengandung bakteri coli lebih dari 1 coli/100 mL air. Bakteri patogen menyebabkan penyakit
pada manusia, organisme ini bersal dari bakteri, protozoa dan virus.. yang mungkin ada
dalam air misalnya bakteri typhsum, vibrio colerae, bakteri dysentriae, bakteri enteritis, dan
entamoeba hystolotica. Air yang mengandung golongan coli, dianggap telah terkontaminasi
dengan kotoran manusia. dalam pemerikasaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa air
tersebut mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan
coli. Pencemaran air akan menimbulkan terganggunya/hilangnya persyaratan kualitas air
tersebut baik secara fisik, kimia maupun biologi.
Kadar yang tidak boleh
dilampaui
Keasaman
7,0 8,5
Di bawah 6,5 dan di atas 9,5
Bahan-bahan padat
Tidak melebihi 50 mg/L
Tidak melebihi 1500 mg/L
Warna
Tidak melebihi 6 satuan
Tidak melebihi 50 satuan
Rasa
Tidak mengganggu
Bau
Tidak mengganggu
Jenis Bahan
Kadar yang dibenarkan (mg/liter)
Flour (F)
1-1,5
Clor (Cl)
250
Arsen (As)
0,05
Ph
6,5 9,0
CO2
0
Besi (Fe)
0,3
Tembaga (Cu)
1
Zat organik
10
Syarat fisik

Kadar yang disyaratkan

Komposisi
ideal
bahan
kimia
dalam air

Cara
memperoleh air bersih
Air yang kita minum harus bersih sesuai standar, demikian juga air yang kita gunakan untuk
mandi, mencuci, memasak, juga harus bersih. Bersih disini artinya bersih dari segi fisik,
kimiawi dan biologis. Bersih secara fisik artinya jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak
berbau.
Secara kimiawi air yang kualitasnya baik adalah yang memiliki pH netral, tidak mengandung
bahan berbahaya dan beracun (B3) dan ion-ion logam, serta bahan organik. Sedangkan bersih
secara biologis artinya tidak mengandung mikroorganisme seperti bakteri baik yang patogen/
menyebabkan penyakit atau yang apatogen.
Ada 2 cara untuk mendapatkan air bersih dalam skala terbatas yaitu :

Tanpa Bahan Kimia, dan


Dengan Menambahkan Bahan Kimia.

Kedua cara penjernihan air ini melalui 2 tahap, yaitu tahap pengendapan dan tahap
penjernihan. Media penyaring yang digunakan adalah; pasir, arang batok, ijuk dan kerikil.
Pada cara yang kedua, ditambahkan bahan kimia berupa tawas, kapur dan kaporit ke dalam
bak pengendap untuk membantu menggumpalkan zat kimia pencemar.

Cara memperoleh air bersih tanpa bahan kimia


Cara ini biasanya digunakan untuk sumber air terbuka dengan menggunakan 3 macam bak
yaitu bak pengendap, bak penyaring dan bak penampung air bersih, yang ukurannya
tergantung volume air yang akan dialirkan. Mula-mula air dari sumbernya dialirkan ke bak
pengendap. Selanjutnya lewat saluran bambu yang pada bagian ujungnya di beri kawat kasa,
dari bak pengendap air dialirkan ke dalam bak penyaring melalui parit yang berbelok-belok
dan berbatuan untuk mendapatkan kandungan oksigen. Atau jika tidak mungkin parit dapat
diganti dengan saluran bambu. Bak penyaring ini telah diisi dengan media penyaring, yang
disusun berturut-turut dari bagian dasar bak berupa batu setinggi 10 cm, kerikil 10 cm, pasir
halus setinggi 20 cm, arang 5 cm, ijuk 10 cm, pasir halus 15 cm dan lapisan paling atas diisi
ijuk lagi setinggi 10 cm. Setelah melewati bak penyaring air di tampung di dalam bak
penampung air bersih. Untuk keperluan minum dan masak, air ini tetap harus dimasak agar
kumannya mati.
Cara memperoleh air bersih dengan menambahkan bahan kimia
Pada cara kedua ini digunakan 2 buah drum yang berukuran sama yang dilengkapi dengan
keran air, sebagai bak pengendap dan bak penyaring. Tinggi keran air dari dasar drum kirakira 5-10 cm (harus lebih tinggi dari lumpur yang akan terkumpul). Tetapi drum bisa juga
diganti dengan gentong. Setelah air kotor masuk ke drum pengendap, masukkan 1 gr tawas/ 1
gr kapur/ 2,5 gr kaporit untuk setiap 10 liter air, lalu diaduk perlahan ke satu arah.
Pengadukan sebaiknya dilakukan pada malam hari sehingga pengendapan berlangsung
sempurna pada keesokan paginya.
Pada drum yang berfungsi sebagai bak pengendap diberi media penyaring yang terdiri dari
kerikil setinggi 5 cm di bagian dasar, kemudian berturut-turut ke atas diberi arang batok
setinggi 10 cm, ijuk setinggi 10 cm dan pasir halus setinggi 20 cm. Ketika air yang dialirkan
dari drum pengendap melewati media penyaring ini, air akan dijernihkan lagi melalui proses
penyaringan. Sehingga ketika kran dibuka akan diperoleh air yang bersih. Apabila air yang
keluar dari drum kedua sudah tidak jernih, media penyaring harus dicuci atau diganti dengan
yang baru.

Anda mungkin juga menyukai