Anda di halaman 1dari 8

Data pengindaran jauh berupa data digital dan data visual (manual).

Dalam Interpretasi citra


dilakukan melalui 6 tahap yaitu :
1. Deteksi adalah penyadapan data secara selektif atas objek dan elemen dari citra.
2. Indentifikasi adalah proses penemukenali objek yang akan dikaji.
3. Proses analisis atau pemisahan dengan penarikan garis batas kelompok objek atau elemen yang
memiliki kesamaan wujud.
4. Deduksi yaitu proses yang sangat rumit yang dilakukan berdasarkan asas Konvergensi Bukti yaitu
penggunaan bukti-bukti yang masing-masing saling mengarah ke satu titik simpul
5. Klasifikasi yaitu dilakukan untuk menyusun objek dan elemen ke dalam sistem yang teratur
6. Idealisasi yaitu : penggambaran hasil interpretasi tersebut.
Analisis Citra terdiri dari :
Memisahakn dan mendeteksi melalui rona dan warna setelah itu mendelesiasi.
Mengklasifikasi melalui kelompok rona dan warna.
Interpretasi Citra terdiri dari kegiatan
Mengenali hubungan Spasial melalui :Ukuran, Bentuk, Tekstur, dan Pola.
Menemukan Pola melalui : BentukLahan, Kultural, Aliran, Penggunaan Lahan, Penutup lahan.
Dalam interpretasi citra harus memahami 9 unsur/ kunci interprtasi diantaranya:
o Rona Atau Warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada citra atau tingkatan dari hitam ke
putih, sedangkan
Warna adalah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan kombinasi band.
o Bentuk
Variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek,misal : bersegi,
membulat, memanjang,dll
o Ukuran
Atribut obyek yang antara lain berupa jarak,luas,tinggi,lereng dan volume. Ukuran tergantung pada
skala/resolusi, contoh bangunan industri dibanding rumah
o Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra.Tekstur sering dinyatakan dengan kasar dan
halus.
o Pola
Pola terkait dengan susunan keruangan suatu obyek merupakan ciri yang menandai bagi banyak
bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah
o Situs/ lokasi
Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain disekitarnya atau letak obyek terhadap bentang
darat.
Mangrove dekat pantai/tepi sungai berair payau,
Hutan dataran tinggi,
Sawah dataran rendah.
o Bayangan
Bayangan terkait dengan obyek yang tidak tampak atau sanar-samar saat pemotretan, karena
pengaruh sinar matahari, hal ini berguna untuk identivikasi kapan saat pemotretan dan arah
orientasi foto.
o Asosiasi
Keterkaitan obyek satu dengan obyek lainnya

2.4. Kajian Penggunaan Lahan


Menurut Malingreau dalam Ejasta (1998) mendefinisikan penggunaan lahan sebagai berikut, bahwa
penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia baik secara permanen maupun
secara siklus terhadap suatu kumpulan sumber daya alam dan sumber daya buatan yang scara
keseluruhan disebut lahan dengan tujuan untuk mencapai kebutuhan hidupnya, baik material,
spiritual maupun keduanya.
Menurut Sutanto dalam Ejasta (1998), mengemukakan definisi penggunaan lahan yaitu penggunaan
lahan merupakan kegiatan manusia terhadap lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini
berarti penggunaan dari gabungan unsur-unsur yang meliputi aspek fisik, ekonomi, etnik, dan sosial.
Selain itu bahwa pengertian penggunaan lahan merupakan bagaimana pengaplikasian metode
tertentu dalam pengelolaan lahan dengan penyesuaian kemampuan lahan tersebut. (Ejasta, 1998)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Obyek yang Dapat Diinterpretasi Pada Foto Udara Inframerah Berwarna Semu Skala 1 : 30.000
Pada Daerah Kaldera Beratan Purba Khususnya di Sekitar Danau Buyan dan Tamblingan.
Sebelum dapat melakukan delinasi yang nantinya akan dapat mengukur luas masing-masing obyek
yang dideliniasi pada foto udara, ada beberapa persiapan. Adapun beberapa hal yang perlu
dipersiapankan yaitu :
1. Meyiapkan Bahan yaitu menyiapakan bahan seperti kertas kalkir, plastik trasparan, spidol, pensil
2B, penggaris, Rapido berserta tintannya, serta sablonnya.
2. Menyiapkan Alat yaitu mengenai alat yang digunakan dalam interpretasi adalah sterioskop cermin,
foto udara, dan Planimeter.
Setelah dipersiapkan bahan dan alat tersebut selanjutnya melakukan tahap berikutnya yaitu pada
tahap pelaksanaan. Adapun pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagi berikut :
Melakukan mozaik yaitu suatu rangkaian kegiatan dengan menyambung beberapa foto udara
yang dikaji. Dari 2 foto udara yang dipakai dilakukan mozaik dengan mengoverlaykan/menumpang
tindihkan kenampakan yang sama pada foto udara yang berbeda sehingga memperoleh gambaran
yang utuh.
Melakukan Interpretasi
Setelah melakukan mozaik selanjutnya melakukan interpretasi dengan bantuan alat berupa
sterioskop cermin. Dengan demikian dapat mempermudah menginterpretasi khususnya hanya
sebatas deliniasi terhadap obyek foto udara.
Dari hasil deliniasi tersebut diperoleh beberapa kenampakan obyek. Adapun obyek yang tampak
pada foto udara yaitu berjumlah 11 obyek pada lokasi yang berbeda-beda antar lain :
1. Danau Tamblingan
2. Danau Buyan
3. Permukiman
4. Lahan Kosong
5. Hutan
6. Lahan Kosong
7. Hutan
8. Hutan
9. Perkebunan
10. Hutan
11. Lahan Kosong

Dari kenampakan obyek tersebut terdapat beberapa kenampakan yang sama. Karena dalam hal ini
hanya dibatasi 5 obyek yang akan dicari ukuran luasnya maka digunakan metode proporsional
random sampling. Yaitu memilih secara acak dengan memperhatikan proporsinya sehingga dapat
mewakili masing-masing obyek dan tidak ada obyek yang sama. Adapun obyek yang akan dicari
luasnya yaitu :
I. Danau Tamblingan (no. 1)
II. Permukiman (no. 3)
III. Lahan Kosong (no. 4)
IV. Hutan (no. 5)
V. Perkebunan (no. 9).
3.2. Luas Masing-masing Obyek dengan Pengukuran Menggunakan Sistem Grid.
Sistem grid merupakan sistem pengukuran luas pada obyek yang dideliniasi dengan mengaris kotakkotak pada obyek dengan ukuran tertentu. Ukuran yang penulis gunakan sebesar 1cm. Setelah
daerah diberi kotak-kotak 1cm, maka mulai menghitung jumlah kotak yang terdapat pada obyek.
Ketentuannya yaitu, jika lebih dari setengah, maka dihitung satu kotak. Kemudian kotak-kotak
tersebut dijumlahkan dan dikalikan dengan skala foto udara.
Untuk memperoleh luas, maka ada beberapa cara yang dapat digunakan. Salah satu caranya adalah
sebagai berikut :
1 kotak = 1 cm, jadi luasnya = panjang x lebar.
Luas kotak = 1cm x 1cm.
= 1cm2
Karena skalanya 1 : 30.000, maka :
1cm di peta = 30.000 cm di lapangan
1cm di peta = 300 m di lapangan
1cm2 di peta = 90000m2 di lapangan
1cm 2 di peta = 900 are
1cm2 di peta = 9 ha di lapangan.
1cm2 di peta = 0,09 Km2 di lapangan.
Jadi dari perhitungan tersebut, dapt diturunkan rumus :
Keterangan :
Lo : luas obyek
k : Jumlah kotak dalam obyek
9 ha/ 0,09km2 : luas satu kotak di peta
Lo = k x 9 ha.
Lo = k x 0,09 Km2.
atau
Dari hasil grid, perolehan kotak masing-masing obyek adalah sebagai berikut :
No
Nama Obyek
Jumlah kotak
Luas (ha) atau (km2)
I
Danau Tamblingan
19
171 atau 1,71 km2

II
Permukiman
29
261atau 2,61 km2
III
Lahan Kosong
7
69 atau 0,69 km2
IV
Hutan
111
999 atau 9,99 km2
V
Perkebunan
95
855 atau 8,55 km2
Penjelasan tabel :
I. Danau Tamblingan
Danau Tamblingan merupakan salah satu danau yang tampak pada foto udara dan hasil deliniasi,
selain Danau Buyan. Obyek Danau Tamblingan setelah diberi kotak-kotak, berjumlah 19 kotak.
Karena 1 kotak di peta sama dengan 1cm2 , maka
dilapangan luasnya untuk 1 kotak sama dengan 9 ha. Jadi luas keseluruhannya adalah 19 kotak
dikalikan 9 ha yang hasilnya sama dengan 171 ha atau 1,71 km2
.
II. Permukiman
Setelah dideliniasi terdapat satu kawasan permukiman yang mengelompok pada sisi timur Danau
Buyan. Pola mengelompok ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor relif yang
relatif landai. Jika dilihat dari bentuklahannya, dareah permukiman ini adalah bentuklahan bentukan
asal fluvial. Dari bentuk lahan ini, dapat dianalisis bahwa daerah ini memiliki tanah yang subur
sehingga memudahkan aktivitas nmasyarakat untuk bercocok tanam.
Selain itu juga, permukiman ini juga dipengaruhi oleh adanya jalur transfortasi berupa jalan. Hal ini
juga akan memudahkan dalam mobilitas penduduk.
Dari hasil sisitem gird, diperoleh jumlah kotak sebanyak 29 kotak. Dengan menggunakan rumus yang
sudah ditetapkan, maka diperoleh hasil berupa luas daerah permukiman yaitu 261 ha atau 2,61 km2
III. Lahan Kosong
Lahan kosong dapat dilihat pada foto udara yaitu dipinggir-pinggir danau yaitu tepatnya disebelah
selatan Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Dalam kajian ini yang akan dikaji yaitu mengenai lahan
kosong yang ada di sisi selatan Danau Tamblingan. Terjadinya lahan kosong di sini yaitu diakibatkan
oleh beberapa faktor yaitu diantaranya disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Yang
disebabkan oleh faktor alam yaitu terjadinya penyusutan air danau sehingga terbentuk lahan baru.
Sedangkan yang disebabkan oleh faktor manusia karena masyarakat disana tidak memanfaatkan
lahan tersebut. Hal ini karena lahan yang terbentuk akibat dari penurunan air danau tanahnya
berpasir. Sehingga sulit untuk dimanfaatkan. Dari hasil grid jumlah kotak yang dapat dihitung yaitu
sebanyak 7 kotak. Dari hasil kali antara jumlah kotak dengan luas kotak di lapangan. Hasil yang
diperoleh adalah 69 ha atau 0,69 km2.

IV. Hutan
Hutan merupakan lahan yang masih alami di kaldera ini. Lokasi hutan ini berada pada bagian
bentuklahan bentukan asal proses Denudasional. Dalam kajian ini, yang akan dicari luas obyeknya
adalah hutan yang ada disebelah barat lahan kosong di Tanau Tamblingan. Dari hasil grid diperoleh
jumlah kotak sebanyak 111 kotak. Setelah dikalikan dengan luas satu kotak di lapangan diperoleh
hasil yaitu 999 ha atau 9,99 km2. dalam interpretasi terdapat beberapa obyek hutan, pada masingmasing bentuklahan dengan kemiringan lereng yang berbeda.
V. Perkebunan
Obyek perkebunan dapat identifikasi pada daerah lereng tengah kaldera Beratan Purba. Perkebunan
di sisi berupa kebun campuran. Jika dilihat dari luasnya, perkebunan ini memiliki daerah yang sangat
luas. Setelah dihitung jumlah kotaknya diperoleh jumlah 95 kotak. Setelah dikalikan 9 ha diperoleh
luas perkebunan yaitu 855 ha atau 8,55km2.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil praktikum
fotogrametri yaitu sebagai berikut:
4.1.1. Dari hasil interpretasi foto udara inframerah berwarna semu skala 1 : 30.000 di daerah kaldera
Beratan Purba yaitu khususnya di sekitar kawasan Danau Buyan dan Danau Tamblingan ada
beberapa obyek yang dapat dideliniasi yaitu berupa hutan, permukiman, lahan kosong, danau, dan
perkebunan.
4.1.2. Dengan mengetahui obyek-obyek yang akan dihitung luasnya maka dilakukan perhitungan luas
pada peta dan dicari luas yang sebenarnya. Untuk mengetahui luas obyek pada peta, dilakukan
sistem perhitungan luas sederhana yaitu sistem grid. Setelah diketahui jumlah kotak pada obyek,
selanjutnya dikalikan dengan luas kotak di lapangan. Dari hasil perhitungan diperoleh luas masingmasing obyek yaitu sebagai berikut :
I. Danau Tamblingan luasnya 171 ha atau 1,71 km2.
II. Permukiman luasnya yaitu 261 ha atau 2,61 km2
III. Lahan Kosong Luasnya yaitu 69 ha atau 0,69 km2.
IV. Hutan Luasnya yaitu 999 ha atau 9,99 km2
V. Perkebunan luasnya yaitu 855 ha atau km2.
membedakan penafsiran objek objek yang tampak pada foto udara.

Contoh Foto
Udara
Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :
Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek individual. Bentuk
agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam pengenalan objek pada citrta foto.
Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat disalahtafsirkan
apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.
Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau keterkaitan
merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk pola
objek yang dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya.
Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan dengan pantulan
sinar oleh objek.
Bayangan

Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan menghasilkan suatu
profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi objek dalam bayangan
memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam
interpretasi.
Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan
kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto.
Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto
diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.
Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam identifikasi
Unsur-unsur ini disebut unsur-unsur interpretasi dan meliputi 8 hal, yaitu rona/warna, bentuk,
ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs, dan asosiasi.
Rona (tone) mengacu ke kecerahan relatif obyek pada citra. Rona biasanya dinyatakan dalam derajat
keabuan (gray scale), misalnya hitam/sangat gelap, agak gelap, cerah, sangat cerah/putih. Apabila
citra yang digunakan itu berwarna, maka unsur interpretasi yang digunakan ialah warna (color),
meskipun penyebutannya masih terkombinasi dengan rona; misalnya merah, hijau, biru, coklat
kekuningan, biru kehijauan agak gelap, dan sebagainya.
Bentuk (shape) sebagai unsur interpretasi mengacu ke bentuk secara umum, konfigurasi, atau garis
besar wujud obyek secara individual. Bentuk beberapa obyek kadang-kadang begitu berbeda dari
yang lain, sehingga obyek tersebut dapat dikenali semata-mata dari unsur bentuknya saja. Ukuran
(size) obyek pada foto harus dipertimbangkan dalam konteks skala yang ada. Penyebutan ukuran
juga tidak selalu dapat dilakukan untuk semua jenis obyek.
Pola (pattern) terkait dengan susunan keruangan obyek. Pola biasanya terkait pula dengan adanya
pengulangan bentuk umum suatu tau sekelompok obyek dalam ruang. Istilah-istilah yang digunakan
untuk menyatakan pola misalnya adalah teratur, tidak teratur, kurang teratur; namun kadangkadang pula perlu digunakan istilah yang lebih ekspresif, misalnya melingkar, memanjang terputusputus, konsentris, dan sebagainya.
Bayangan (shadows) sangat penting bagi penafsir, karena dapat memberikan dua macam efek yang
berlawanan. Pertama, bayangan mampu menegaskan bentuk obyak pada citra, karena outline obyek
menjadi lebih tajam/jelas; begitu pla kesan ketinggiannya. Kedua, bayangan justru kurang
memberikan pantulan obyek ke sensor, sehingga obyek yang diamati menjadi tidak jelas.
Tekstur (texture) merupakan ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar obyek. Tekstur dapat
dihasilakan oleh agregasi/pengelompokan satuan kenampakan yang terlalu kecil untuk dapat
dibedakan secara individual, misalnya dedaunan pada pohon dan bayagannya, gerombongan satwa
liar di gurun, ataupun bebatuan yang terserak di atas permukaan tanah. Kesan tekstur juga bersifat
relatif, tergantung pada skala dan resolusi citra yang digunakan.
Situs (site) atau letak merupakan penjelasan tentang lokasi obyek relatif terhadap obyek tau
kenampakan lain yang lebih mudah untuk dikenali dan dipandang dapat dijadikan dasar untuk
identifikasi obyek yang dikaji. Obyek dengan rona cerah, berbentuk silinder, ada bayangannya, dan

tersusun dalam pola teratur dapat dikenali sebagai kilang minyak, apabila terletak di dekat perairan
pantai.
Asosiasi (association) merupakan unsur yang memperlihatkan keterkaitan antara suatu obyek atau
fenomena dengan obyek atau fenomena lain, yang digunakan sebagai dasar untuk mengenali obyek
yang dikaji. Misalnya pada foto udara skala besar dapat terlihat adanya bangunan berukuran lebih
besar daripada rumah, mempunyai halaman terbuka, terletak di tepi jalan besar, dan terdapat
kenampakan menyerupai tiang bendera (terlihat dengan adanya bayangan tiang) pada halaman
tersebut. Bangunan ini dapat ditafsirkan sebagai bangunan kantor, berdasarkan asosiasi tiang
bendera dengan kantor (terutama kantor pemerintahan).
Perlu diperhatikan bahwa dalam mengenali suatu obyek, tidak semua unsur perlu digunakan secara
bersama-sama. Ada beberapa jenis fenomena atau obyek yang langsung dapat dikenali hanya
berdasarkan satu jenis unsur interpretasi. Ada pula yang membutuhkan sebagian besar atau bahkan
keseluruhan unsur interpretasi tersebut. Ada kecenderungan pengenalan obyek penutup atau
penggunaan lahan pada foto udara skala besar untuk wilayah perkotaan membutuhkan lebih banyak
unsur interpretasi seperti pada deskripsi dibandingkan dengan pengenalan bentuk lahan atau
fisiografi pada citra skala sedang-kecil dan pada liputan wilayah yang luas.
Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :
Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek individual. Bentuk
agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam pengenalan objek pada citrta foto.
Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat disalahtafsirkan
apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau keterkaitan
merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk pola
objek yang dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya.Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan dengan pantulan
sinar oleh objek.
Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan menghasilkan suatu
profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi objek dalam bayangan
memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam
interpretasi.Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan
kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto.
Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto
diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam identifikasi.

Anda mungkin juga menyukai