Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Energi adalah suatu kemampuan untuk melakukan kerja atau kegiatan. Tanpa energi,
dunia ini akan diam atau beku. Dalam icehiduparTmanusia selalu terjadi kegiatan dan
untuk kegiatan otak serta otot diperlukan energi. Energi itu diperoleh melalui _proses
oksidasi (pembakaran) zat makanan yang masuk ke tubuh berupa makanan. Kegiatan
manusia lainnya dalam memproduksi barang, transportasi, dan lainnya juga
memerlukan energi yang diperoleh dari bahan sumber energi atau sering disebut
sumber daya alam (natural resources).
Sumber daya alam itu dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu_
1. sumber daya alam yang dapat_diperbarui (renewable) atau hampir tidak dapat habis
misalnya: tumbuhan hewan. air, tanah, sinar matahari, angin, dan sebagainya;
2. sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (unjenewable) atau habis, misalnya:
minyak bumi atau batu bara.
Selanjutnya, secara terinci energi dibedakan atas butir-butir berikut dan perlu diketahui
bahwa energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Misalnya, energi
potensial air (air terjun) dapat diubah menjadi energi gerak, energi listrik, dan
seterusnya.

1.1 Energi Angin


Dua ribu tahun yang lalu manusia sudah dapat memanfaatkan energi angin
untuk usaha sederhana. Beratus-ratus tahun kemudian energi angin itu menjadi
semakin jelas pemanfaatannya. Kapal kecil dan besar dapat mengarungi lautan luas
dengan bantuan energi angin yang meniup layar kapal. Angin merupakan udara yang
bergerak; udara yang berpindah tempat,mengalir dari tempat yang dingin ke
tempat yang panas dan dari tempat yang panas mengalir ke tempat yang dingin,
demikian terus-menerus.
Angin adalah proses alam yang berlaku secara skala kecil dan skala besar,
secara lingkup daerah dan dunia. Di lapisan atmosfir bawah udara dingin mengalir
dari daerah kutub menuju daerah khatulistiwa dan di lapisan atmosfir atas udara
hangat mengalir dari khatuistiwa menuju daerah kutub.
Angin merupakan suatu energi alam yang berlimpah adanya di bumi yang
juga merupakan energi yang murah serta tak pernah habis. Energi angin telah
lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Adapun pemanfaatannya adalah antara
lain :
- Pemompaan air untuk keperluan rumah tangga dan pertanian.
- Melaksanakan kegiatan pertanian, seperti menggiling jagung, menggiling
tepung, tebu.
- Mengalirkan air laut untuk pembuatan garam.
- Membangkitkan tenaga listrik khususnya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin
terutama untuk daerah yang belum terjangkau oleh PLN.

1.2 Asal energi angin

Semua energi yang dapat diperbaharui dan bahkan energi pada bahan bakar
fosil

kecuali

energi

pasang

surut

dan

panas bumi

berasal

dari

Matahari.

Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi ke Bumi setiap jam. Dengan kata
lain, Bumi menerima 1,74 x 1.017 watt daya.
Sekitar 1-2 persen dari energi tersebut diubah menjadi energi angin. Jadi,
energi angin berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada energi yang diubah
menjadi biomassa oleh seluruh tumbuhan yang ada di muka Bumi. Sebagaimana
diketahui, pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan temperatur antara udara
panas dan udara dingin. Daerah sekitar khatulistiwa, yaitu pada busur 0, adalah
daerah yang mengalami pemanasan lebih banyak dari Matahari dibanding daerah
lainnya di Bumi.
Daerah panas ditunjukkan dengan warna merah, oranye, dan kuning pada
gambar inframerah dari temperatur permukaan laut yang diambil dari satelit NOAA-7
pada Juli 1984. Udara panas lebih ringan daripada udara dingin dan akan naik ke
atas sampai mencapai ketinggian sekitar 10 kilometer dan akan tersebar ke arah utara
dan selatan.
Jika Bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba di kutub utara
dan kutub selatan, turun ke permukaan lalu kembali ke khatulistiwa. Udara yang
bergerak inilah yang merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang dapat digunakan
untuk memutar turbin dan akhirnya dapat menghasilkan listrik.

1.3 Proses Terjadinya Angin


Angin terjadi bila terdapat pemanasan permukaan bumi yang tak sama oleh
sinar matahari. Disiang hari udara di atas lautan relati lebih dingin daripada daratan.
Sinar matahari menguapkan air lautan dan diserap lautan. Penguapan dan obsorsi
sinar matahari di daratan kurang sehingga udara di atas daratan lebih panas.
Dengan demikian udara di atas mengembang,jadi ringan dan naik ke atas.
Udara dingin yang lebih berat turun mengisi kekurangan udara di daratan,
maka terjadilah aliran udara yang disebit angin dari lautan ke daratan tepi pantai. Di
malam hari peristiwa yang sebaliknya terjadi, angin di permukaan laut mengalir dari
pantai ke tengah lautan dan peristiwa inilah yang dimanfaatkan oleh para nelayan
untuk mencari ikan di lautan. Angin di lereng gunung juga terjadi demikian. Pada
sekitar puncak pegunungan lebih dulu panas dibandingkan dengan daerah lembah.
Karena perbedaan panas ini sehingga menimbulkan perbedaan tekanan yang akhirnya
timbul angin biasa yang disebut angin lembah dan angin gunung.

1.4 Turbin Angin sebagai Alternatif Pembangkit Listrik


Menurunnya

tinggi

muka

air

di

berbagai bendungan

terutama yang

dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA)-telah menurunkan


pasokan listrik di Jawa hingga 500 megawatt. Sebagai salah satu sumber pemasok
listrik, PLTA bersama pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik
tenaga gas (PLTG) memang memegang peran penting terhadap ketersediaan listrik
terutama di Jawa, Madura, dan Bali. Energi angin yang sebenarnya berlimpah di

Indonesia ternyata belum dimanfaatkan sebagai alternatif penghasil listrik. Padahal, di


berbagai

negara,

pemanfaatan energi

angin

sebagai

sumber

energi alternatif

nonkonvensional sudah semakin mendapatkan perhatian.


Hal ini tentu saja didorong oleh kesadaran terhadap timbulnya krisis
energi dengan kenyataan bahwa kebutuhan energi terus meningkat sedemikian
besarnya. Di samping itu, angin merupakan sumber energi yang tak ada habisnya
sehingga pemanfaatan

sistem konversi

energi

angin

akan

berdampak

positif

terhadap lingkungan.

1.5 Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Pembangkit

listrik

tenaga

angin,

yang

diberi

nama Wind

Power

System memanfaatkan angin melalui kincir, untuk menghasilkan energi listrik. Alat ini
sangat cocok sekali digunakan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil. Secara
umum, sistem alat ini memanfaatkan tiupan angin untuk memutar motor. Hembusan
angin ditangkap

baling-baling,

dan

dari

putaran

baling-baling

tersebut

akan

dihasilkan putaran motor yang selanjutnya diubah menjadi energi listrik.


Wind

Power

System ini

terdiri

dari empat

bagian

utama,

yaitu

rotor,

transmisi, elektrikal dan, tower. Bagian rotor terdiri dari baling-baling dengan empat
daun, bentuknya seperti baling-baling pesawat. Dengan bentuk seperti ini diharapkan
energi angin yang tertangkap bisa maksimal agar bobotnya lebih ringan. Baling-baling
ini dibuat dengan diameter 3,5 dan bahannya dibuat dari fiberglass.

Untuk mendapat hembusan angin, baling-baling diletakkan pada tower


setinggi delapan meter. Sedangkan pada bagian transmisi digunakan sistem kerekan
dan tali, sistem transmisi ini digunakan untuk menyiasati kekuatan angin yang kecil.
Karena kecepatan angin di Indonesia relatif kecil, transmisi ini sangat menguntungkan
untuk meningkatkan putaran sebagai pengubah energi digunakan alternator dua fase
12 volt, energi listrik yang dihasilkan oleh alternator dapat disimpan dalam aki.
Sementara kapasitas daya yang didapat sebesar 1,5 KW. Wind Power System telah
diuji coba oleh para mahasiswa di pantai kenjeran, kurang dari satu jam hasil dari
percobaan tersebut sudah dapat menghasilkan energi listrik untuk menyalakan TV dan
lampu sampai 100 watt.
Karya yang dibuat selama bulan ini sudah dapat langsung diterapkan
bagi masyarakat.

Untuk

menyimpan

energi

listrik

bisa

digunakan

aki

besar,

dan penggunaannya bisa digunakan instalasi pembagi. Sedangkan biaya yang


dikeluarkan untuk pembuatan Win Power System relatif murah, sekitar Rp 16 juta. Tapi,
itu belum termasuk bahan dan pembuatan towernya.

BAB II
ISI
2.1 Energi Tenaga Angin
Energi angin juga menjadi pilihan alternatif sebagai energi pengganti bahan
bakar fosil, yang disediakan alam secara gratis. Energi angin tersedia dalam jumlah
tidak terbatas, selama bumi masih memiliki cadangan udara. Energi tersebut dihasilkan
oleh angin yang menggerakkan kincir angin ukuran raksasa. Biasanya kincir angin
sebagai penghasil energi diletakkan pada wilayah tertentu dengan tingkat intensitas
angin yang tinggi.
Untuk menggerakan blade / baling-baling agar bisa berputar saja harus memiliki
kecepatan angin 2 meter/detik dan untuk menghasilkan listrik yang stabil sesuai
kapasitas generatornya rata-rata 6 s/d 10 meter/detik.
Pembangkit ini bisa digunakan untuk skala kecil, menengah dan besar karena
arus yang dihasilkan dalam 1 jam lebih besar serta membutuhkan investasi yang lebih
murah ketimbang PLTS .Daerah yang cocok digunakan pembangkit ini adalah daerah
pantai, pesisir, pegunungan.
Kincir angin merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Awal mulanya
kincir angin digunakan pada zaman babilonia untuk penggilingan padi.
Penggunaan teknologi modern dimulai sekitar tahun 1930, diperkirakan ada
sekitar 600.000 buah kincir angin untuk berbagai keperluan. Saat ini kapasitas daya
yang dihasilkan kincir angin skala industri antara 1 4 mw.
Prinsip kerja Turbin Angin adalah mengubah energi kinetik angin menjadi energi
mekanik putaran poros. Energi mekanik poros biasanya dimanfaatkan untuk
membangkitkan listrik menggunakan suatu generator. Energi listrik sifatnya sangat

fleksibel. Energi ini dapat digunakan untuk penerangan, menggerakkan mesin-mesin


industri, transportasi, dan masih banyak lagi.
Perangkat pembangkit dari angin juga jauh lebih murah dibandingkan perangkat
pembangkit dari energi matahari. Padahal jumlah energi yang dihasilkan oleh 1.000
buah sel fotovoltaik relatif setara dengan belasan kincir angin. Bahkan sejumlah sistem
kincir angin yang dipasang di Denmark bahkan menghasilkan energi hingga 3.000
megawatt atau sekitar 20 persen kebutuhan energi di seluruh Eropa.
Kini, Eropa menghasilkan energi angin dengan jumlah energi sekitar 35.000
megawatt atau setara dengan tiga puluh lima pembangkit listrik tenaga batu bara
(National Geographic, Agustus 2005: 65). Hal ini jelas menjadi sebuah keuntungan
besar bagi masyarakat luas. Karena keuntungannya yang sedemikian besar, maka
beberapa negara, di wilayah Eropa dan Amerika Serikat, menggunakan teknologi ini.
Potensi energi angin untuk kebutuhan energi masa depan sangat menjanjikan.
Ketika sel fotovoltaik tidak mendapatkan sinar matahari, maka pasokan listrik akan
terhambat, sedangkan kincir angin relatif stabil pada semua cuaca karena tidak
membutuhkan sinar matahari untuk menghasilkan energi. Hal itu membuat kincir angin
unggul satu langkah di depan sel fotovoltaik dalam menghasilkan energi.
Para ilmuwan di Eropa dan Amerika Serikat menaruh harapan besar kepada
sumber energi angin sebagai sebuah cara menghadapi krisis energi di masa depan.
Namun demikian tidak semua masyarakat setuju dengan kincir angin sebagai sebuah
penghasil energi alternatif, ukuran kincir yang terlalu besar dan suara desing yang
berisik membuat masyarakat di sekitar proyek kincir angin cenderung menolaknya,
padahal banyak sisi positif yang dapat dipetik dari pemanfaatan energi ini.

Jika kita bisa membuat simulasi numerik aliran udara melintasi turbin angin
dengan rancangan tertentu misalnya aerofoil, jumlah blade (bilah), panjang chord,
diameter dan lain sebagainya, maka dengan menentukan kecepatan aliran udara di
depan dan belakang turbin akan dapat ditentukan berapa Thrust yang dihasilkan dan
Daya Angin yang berhasil diserap Turbin Angin. Thrust bersifat merugikan karena thrust
yang mendorong menara penyangga turbin, semakin besar trhust, maka menara
penyangga juga harus kuat, sehingga biaya pembuatannya akan mahal.
Semakin besar Daya (Power) yang diserap oleh turbin, maka efisiensi konversi energi
turbin akan semakin besar, artinya turbin yang dirancang sangat menguntungkan.

2.2 Cara Kerja Kincir Angin


Cara kincir angin bekerja sangat sederhana yaitu:
Angin akan meniup bilah kincir angin sehingga bilah bergerak

bilah kincir angin akan memutar poros didalam nacelle

Poros dihubungkan ke gearbox, di gearbox kecepatan perputaran poros


ditingkatakan dengan cara mengatur perbandingan roda gigi dalam gearbox

gearbox dihubungkan ke generator. generator merubah energi mekanik menjadi


energi listrik

dari generator energi listrik menuju transformer untuk menaikan tegangannya


kemudian baru didistribusikan ke konsumen

2.3 Merancang Generator Angin Skala Kecil


Generator bekerja dengan menggunakan prinsip magnetic induction dan bekerja
dengan prinsip left-hand rule , yaitu:

1. Thumb Finger determine the direction of motion of inductor


2. Fore Finger determine the direction of flux
3. Other Finger determine the direction of current flow

Generator diklasifikasikan menjadi 2:


1. Generator AC
2. Generator DC
Untuk membuat generator dengan tenaga angin sebagai sumber energinya.
Prinsipnya sederhana, 3 bilah kincir angin dibuat dengan sudut 120 derajat satu sama
lain dan kemiringan kurang lebih 12.75 derajat. Di titik pangkalnya, dipasang poros
generator yang kemudian terhubung dengan slip rings, stator, sikat, komutator, dan
armature.
Angin yang berhembus akan memutar kincir sehingga poros akan ikut berputar
dan menyebabkan garis-garis fluks terpotong dan menimbulkan tegangan induksi.
Tegangan ini menyebabkan arus mengalir. Namun,tegangan yang dihasilkan adalah
tegangan AC, sehingga dibutuhkan komutator untuk membuat arus yang mengalir
adalah arus searah. Besarnya daya yang dihasilkan sangat tergantung dari kecepatan
putaran kincir, yang artinya sangat tergantung dari kecepatan hembusan angin

2.4 Mekanisme turbin angin


Sebuah pembangkit listrik tenaga angin dapat dibuat dengan menggabungkan beberapa turbin angin sehingga menghasilkan listrik ke unit penyalur listrik.
Listrik dialirkan melalui

kabel

transmisi

dan

didistribusikan

ke

rumah-rumah,

kantor, sekolah, dan sebagainya.


Turbin angin dapat memiliki tiga buah bilah turbin. Jenis lain yang umum adalah jenis
turbin dua bilah.
Turbin

angin

bekerja

sebagai

kebalikan dari

kipas

angin.

Bukannya

menggunakan listrik untuk membuat angin, seperti pada kipas angin, turbin angin
menggunakan angin untuk membuat listrik.
Angin akan memutar sudut turbin, kemudian memutar sebuah poros yang dihubungkan
dengan generator, lalu menghasilkan listrik. Turbin untuk pemakaian umum berukuran
50-750

kilowatt.

Sebuah turbin

kecil,

kapasitas

50

kilowatt, digunakan

untuk

perumahan, piringan parabola, atau pemompaan air.

2.5 Jenis turbin angin


Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi jenis turbin angin
propeler dan turbin angin Darrieus. Kedua jenis turbin inilah yang kini memperoleh
perhatian besar untuk dikembangkan. Pemanfaatannya yang umum sekarang sudah
digunakan adalah untuk memompa air dan pembangkit tenaga listrik.
Turbin angin propeler adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal
seperti baling- baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus
diarahkan sesuai dengan arah angin yang paling tinggi kecepatannya.

Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer. Anemometer


jenis mangkok adalah yang

paling banyak digunakan. Anemometer mangkok

mempunyai sumbu vertikal dan tiga buah mangkok yang berfungsi menangkap angin.
Jumlah

putaran

per

menit

dari

poros

anemometer

dihitung

secara

elektronik. Biasanya, anemometer dilengkapi dengan sudut angin untuk mendeteksi


arah angin. Jenis anemometer lain adalah anemometer ultrasonik atau jenis laser
yang mendeteksi perbedaan fase dari suara atau cahaya koheren yang dipantulkan
dari molekul-molekul udara.
Turbin

angin

Darrieus

merupakan

suatu

sistem konversi

energi

angin

yang digolongkan dalam jenis turbin angin berporos tegak. Turbin angin ini pertama
kali ditemukan oleh GJM Darrieus tahun 1920.
Keuntungan dari turbin angin jenis Darrieus adalah tidak memerlukan
mekanisme orientasi pada arah angin (tidak perlu mendeteksi arah angin yang paling
tinggi kecepatannya) seperti pada turbin angin propeler.
Di Indonesia telah mulai dikembangkan proyek percontohan baik oleh
lembaga penelitian maupun oleh pusat studi beberapa perguruan tinggi. Proyek ini
perlu memperoleh

perhatian

karena membutuhkan

riset

dari
yang

pihak

yang

terkait

untuk

cukup intensif mengenai

dikembangkan

kecepatan

angin,

lokasi penempatan turbin angin, serta cara untuk mengatur pembebanan turbin yang
tidak merata.
Misalnya pada malam hari angin cukup kencang, sedangkan pada pagi
dan siang hari kecepatan angin turun sehingga harus ada mekanisme penyimpanan
energi serta mekanisme untuk menstabilkan fluktuasi tegangan listrik yang dihasilkan.

Dalam situasi yang serba kekurangan pasokan listrik seperti sekarang,


tampaknya alternatif

energi

angin

perlu

dikaji

ulang.

Selain

hasilnya

selalu

berkelanjutan, harganya pun kompetitif dibanding pembangkit listrik lainnya.

2.6 Alat Pengukur Kecepatan Angin.

Dalam mengetahui seberapa besar kecepatan hembusan suatu angin maka


perlu suatu alat/parameter pengukur kecepatan angin itu. Alat yang sering digunakan
dalam mengukur kecepatan angin biasa disebut anemometer.

2.7 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik
Tenaga

Angin

mengkonversikan

energi

angin

menjadi

energi

listrik

dengan

menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi
angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator
dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi
Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.
Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum
energi

angin

yang

dapat

dimanfaatkan

untuk

menghasilkan

energi

listrik.

Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang paling


berkembang saat ini.
Berdasarkan data dari WWEA (World Wind Energy Association), sampai dengan
tahun 2007 perkiraan energi listrik yang dihasilkan oleh turbin angin mencapai 93.85
GigaWatts, menghasilkan lebih dari 1% dari total kelistrikan secara global. Amerika,
Spanyol dan China merupakan negara terdepan dalam pemanfaatan energi angin.
Diharapkan pada tahun 2010 total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin secara
glogal mencapai 170 GigaWatt.
Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas
terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di
seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80
kilowatt (kW) sudah dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul
dibangun di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua
unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Mengacu
pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB)
ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.
Tenaga angin telah lama dimanfaatkan di tanah air kita sejak ratusan mungkin
ribuan tahun yang lalu, khususnya untuk menggerakkan kapal layar sampai sekarang,
dan yang banyak kita lihat sekarang digunakan dalam tambak-tambak ikan di tepi
pantai untuk menggerakkan baling-baling (atau turbin angin) untuk menjalankan
memompaan air. Namun baiklah kalau kita di Indonesia mulai mempopulerkan PTLTA,
khususnya ukuran kecil. PTLTA ukuran kecil adalah istilah yang biasanya diberikan
kepada unit 50 KW atau lebih kecil.

Tempat-tempat terpencil yang biasanya menggunakan diesel-generator dapat


menggantikannya atau menambahkannya dengan PTLTA ukuran kecil ini.
2.8 Dampak PLT Angin Terhadap Lingkungan

Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara


prinsipnya adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti
eksploitasi sumber energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang berkurang
seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil.
Oleh karenanya tenaga angin dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia
di masa depan. Tenaga angin juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan,
dimana penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang atau polusi yang berarti
ke lingkungan. Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan
ladang angin merupakan proses yang paling lama untuk pengembangan proyek energi
angin. Hal ini dapat memakan waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang
besar yang membutuhkan studi dampak lingkungan yang luas.
Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari
proses manufaktur komponen serta proses pengerjaannya di tempat yang akan
didirikan pembangkit listrik tenaga angin. Namun dalam operasinya membangkitkan
listrik, secara praktis pembangkit listrik tenaga angin ini tidak menghasilkan emisi yang
berarti. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan batubara, emisi karbon
dioksida pembangkit listrik tenaga angin ini hanya seperseratusnya saja.

Disamping karbon dioksida, pembangkit listrik tenaga angin menghasilkan sulfur


dioksida, nitrogen oksida, polutan atmosfir yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
pembangkit listrik dengan menggunakan batubara ataupun gas. Namun begitu,
pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat
beberapa masalah yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin sebagai
pembangkit listrik, diantaranya adalah dampak visual , derau suara, beberapa masalah
ekologi, dan keindahan.
Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik. Penggunaan
ladang angin sebagai pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit dan
tidak mungkin untuk disembunyikan. Penempatan ladang angin pada lahan yang masih
dapat digunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi
penduduk setempat. Selain mengganggu pandangan akibat pemasangan barisan
pembangkit angin, penggunaan lahan untuk pembangkit angin dapat mengurangi lahan
pertanian serta pemukiman.
Hal ini yang membuat pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas.
Beberapa aturan mengenai tinggi bangunan juga telah membuat pembangunan
pembangkit listrik tenaga angin dapat terhambat. Penggunaan tiang yang tinggi untuk
turbin angin juga dapat menyebabkan terganggunya cahaya matahari yang masuk ke
rumah-rumah penduduk. Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya matahari yang
berkelap-kelip dan dapat mengganggu pandangan penduduk setempat.

Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi
rendah. Putaran dari sudu-sudu turbin angin dengan frekuensi konstan lebih
mengganggu daripada suara angin pada ranting pohon. Selain derau dari sudu-sudu
turbin, penggunaan gearbox serta generator dapat menyebabkan derau suara mekanis
dan juga derau suara listrik.
Derau mekanik yang terjadi disebabkan oleh operasi mekanis elemen-elemen
yang berada dalam nacelle atau rumah pembangkit listrik tenaga angin. Dalam keadaan
tertentu

turbin

angin

dapat

juga

menyebabkan

interferensi

elektromagnetik,

mengganggu penerimaan sinyal televisi atau transmisi gelombang mikro untuk


perkomunikasian.

Penentuan

ketinggian

dari

turbin

angin

dilakukan

dengan

menganalisa data turbulensi angin dan kekuatan angin. Derau aerodinamis merupakan
fungsi dari banyak faktor seperti desain sudu, kecepatan perputaran, kecepatan angin,
turbulensi aliran masuk.
Derau aerodinamis merupakan masalah lingkungan, oleh karena itu kecepatan
perputaran rotor perlu dibatasi di bawah 70m/s. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa
penggunaan skala besar dari pembangkit listrik tenaga angin dapat merubah iklim lokal
maupun global karena menggunakan energi kinetik angin dan mengubah turbulensi
udara pada daerah atmosfir. Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan
pembangkit tenaga angin adalah terhadap populasi burung dan kelelawar. Burung dan
kelelawar dapat terluka atau bahkan mati akibat terbang melewati sudu-sudu yang
sedang berputar.

Namun dampak ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kematian burungburung akibat kendaraan, saluran transmisi listrik dan aktivitas manusia lainnya yang
melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Dalam beberapa studi yang telah dilakukan,
adanya pembangkit listrik tenaga angin ini dapat mengganggu migrasi populasi burung
dan kelelawar. Pembangunan pembangkit angin pada lahan yang bertanah kurang
bagus juga dapat menyebabkan rusaknya lahan di daerah tersebut. Ladang angin lepas
pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelaut dan kapal-kapal
yang berlayar.
Konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin dapat mengganggu permukaan
dasar laut. Hal lain yang terjadi dengan konstruksi di lepas pantai adalah terganggunya
kehidupan bawah laut. Efek negatifnya dapat terjadi seperti di Irlandia, dimana
terjadinya polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di daerah
pemasangan turbin angin. Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladang pembangkit
listrik tenaga angin lepas pantai menambah 80 110 dB kepada noise frekuensi rendah
yang dapat mengganggu komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator
laut.
Namun begitu, ladang angin lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat
pertumbuhan bibit-bibit ikan yang baru. Karena memancing dan berlayar di daerah
sekitar ladang angin dilarang, maka spesies ikan dapat terjaga akibat adanya
pemancingan berlebih di laut. Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan
tanpa kegagalan dan kecelakaan. Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es
akibat perputaran telah menyebabkan beberapa kecalakaan dan kematian.

Kematian juga terjadi kepada beberapa penerjun dan pesawat terbang kecil yang
melewati turbin angin. Reruntuhan puing-puing berat yang dapat terjadi merupakan
bahaya yang perlu diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk dan jalan raya.
Kebakaran pada turbin angin dapat terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan
akibat tingginya posisi api sehingga dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis. Hal ini
dapat menyebarkan asap beracun dan juga dapat menyebabkan kebakaran berantai
yang membakar habis ratusan acre lahan pertanian.
Hal ini pernah terjadi pada Taman Nasional Australia dimana 800 km2 tanah
terbakar. Kebocoran minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat menyebabkan
terjadinya polusi daerah setempat, dalam beberapa kasus dapat mengkontaminasi air
minum.

Meskipun

dampak-dampak

lingkungan

ini

menjadi

ancaman

dalam

pembangunan pembangkit listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan


penggunaan energi fosil, dampaknya masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan
energi angin dalam kelistrikan telah turut serta dalam mengurangi emisi gas buang.

2.9 Problem Teknis yang Dihadapi PLT Angin

1. Kecepatan Angin
Variable angin menimbulkan masalah manajemen sistem jaringan listrik lebih
sedikit daripada yang diharapkan oleh pihak-pihak yang skeptis. Ketidakstabilan
permintaan energi dan kebutuhan untuk melindungi gagalnya pembangkit listrik
konvensional memenuhi kebutuhan tersebut, sesungguhnya membutuhkan sistem
jaringan listrik yang lebih fleksibel daripada tenaga angin, dan pengalaman dunia nyata

telah menunjukan bahwa sistem pembangkit listrik nasional mampu menjalankan tugas
tersebut.
Pada malam berangin, sebagai contoh, turbin angin 50% pembangkit listrik di
bagian barat Denmark, tapi kekuatannya telah terbukti dapat diatur. PLTB (pembangkit
listrik tenaga bayu/angin) saat ini cukup menjadi primadona di dunia barat dikarenakan
potensi angin yang mereka miliki (daerah sub tropis) sangat besar. Berangsur-angsur
tapi pasti, PLTN mulai diganti dengan penggunaan PLTB ataupun pembangkit
renewable lainnya. Perlu diingat di lokasi-lokasi tersebut size kapasitas PLTB mereka
sudah besarbesar (Min 1 MW). PLTB ukuran kecil seperti di Nusa penida dengan
kapasitas 80 kW sangat teramat jarang sekarang ini.

Untuk di Indonesia, dengan iklim tropisnya mungkin akan cukup sulit untuk
menemukan daerah dengan potensi angin (distribusi anginnya) yang konstan/baik. Ada
beberapa daerah di Indonesia yang katanya memiliki kecepatan angin cukup tinggi
(gust wind) berdasarkan survei yang dilakukan selama 3 bulan, tapi hal ini tidak
berguna bagi PLTB bila kecepatan angin itu hanya cuma bertahan beberapa menit/detik
saja dan kemudian hilang. Perlu adanya survei/studi berkesinambungan yang
memerlukan data selama minimal satu tahun untuk mevalidasi potensi angin didaerah
tersebut.

Rata-rata PLTB yang dijual di pasaran untuk kapasitas kecil (kurang dari 100
kW), cut in dan cut out mereka adalah 3 dan 25 m/s dengan kecepatan optimumnya
adalah 12 m/s. Di dunia saat ini banyak ditemukan PLTB stand alone yang beredar
dipasaran (untuk ukuran 10 kW). Penggunanya adalah daerah-daerah terpencil yang
tidak tersentuh oleh ataupun terlalu mahal untuk dihubungkan oleh grid. Kebanyakan
dari mereka tidak pure hanya menggunakan PLTB tapi juga menggunakan PV. Selain
karena disebabkan kebutuhan listrik yang cukup besar juga disertai dengan diversikasi
energi apabila tiba-tiba tidak terdapat anginya yang cukup.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia saat ini untuk daerah-daerah
terpecil seperti di kepulauan-kepulauan, diperlukan hybrid system antara potensi
renewable energy yang ada di lokasi (seperti PLTB-PLTsurya-baterai, PLTB-PLTMHFuel Cell, dll). Akan tetapi perlu menjadi catatan, semua teknologi untuk penggunaan
energi-energi tersebut masih cukup mahal bila dilihat dari kelayakan ekonominya
terutama FC dan PLTSurya.

2. Resiko Kincir
Kelemahan listrik tenaga angin pada bunyi bising kincir dan resiko tersambar
petir serta tidak cocok untuk daerah jalur penerbangan. Apalagi kalau banyak yang
bermain layang-layang atau banyak burung terbang jadi mudah tersangkut.Hal ini juga
berpengaruh pada dampak lingkungan yang disebabkan pembuatan Pembangkit Listrik
Tenaga Angin skala besar.

2.10 Solusi Masalah Teknis

Karena kecepatan angin yang diperlukan untuk memutar kincir sangat


bergantung pada alam maka pada pembangkit listrik tenaga angin ini dilengkapi dengan
charger baterai/aki,sehingga pada saat kecepatan angin cukup untuk menghasilkan
listrik,listrik yang dihasilkan disimpan dalam baterai/aki dan dapat digunakan saat turbin
angin tidak beroperasi.
Kombinasi dari penggunaan listrik tenaga angin, tenaga surya, dan tenaga micro hidro
mampu mengatasi krisis energi dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Untuk tenaga angin selama kincir berputar maka suplai listrik terus terpenuhi
walau hari sudah gelap. Ingatlah bahwa matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam
energi ke bumi setiap jam.
Jadi bumi menerima 1,74 x 1.017 watt daya. Dengan menggabungkan dua atau lebih
energy konvensional maka hal ini dapat menutupi kekurangan energy yang diakibatkan
kelemahan-kelemahan dari pembangkit listrik tenaga angin tersebut. Penciptaan
jaringan listrik yang super mengurangi masalah ketidakstabilan angin.
Caranya dengan membiarkan perubahan pada kecepatan di wilayah-wilayah
berbeda untuk diseimbangkan satu sama lain. Perkembangan tenaga angin
berkembang dengan pesat saat ini, namun demikian masa depan tenaga ini belum
terjamin. Saat ini tenaga angin telah dimanfaatkan oleh sekitar 50 negara di dunia.
Namun sejauh ini kemajuan itu disebabkan oleh usaha segelintir pihak, yang
dipimpin oleh Jerman, Spanyol dan Denmark. Negara-negara lain perlu untuk
memperbaiki industri tenaga angin secara dramastis jika target global ingin dicapai.
Oleh karena itu prediksi untuk menjadikan tenaga angin dapat memasok energi dunia

sebesar 12 persen pada tahun 2020 sebaiknya tidak dilihat sebagai hal yang pasti, tapi
sebagai tujuansatu kemungkinan masa depan yang kita bisa pilih jika kita mau.

Anda mungkin juga menyukai