[JAKARTA] Skandal pengajuan 197 kredit perumahan dan 113 di antaranya fiktif diduga melibatkan tiga pimpinan Bank Syariah Mandiri (BSM) Bogor, Jawa Barat dan seorang pengusaha properti, masuk kategori kejahatan pencucian uang menonjol yang diungkap Mabes Polri selama 2013. Nilai pengajuan kredit itu mencapai Rp 102 miliar. Keempat pelaku tersebut telah dijadikan tersangka oleh penyidik Direktorat Reserse Ekonomi Khusus Bareskrim dengan tuduhan melanggar Pasal 2 dan 3 UU RI No 8 Tahun 2010 tentang Pencucian Uang dan Pasal 63 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Keempat tersangka itu, adalah M Agus (kepala utama BSM Bogor), Haeril Hermawan (kepala cabang pembantu BSM Bogor), John Lopulisa (akunting BSM cabang Bogor), dan Iyan Permana (pengusaha properti). Kawanan kejahatan perbankan saat membobol BSM berlangsung rapi hampir satu tahun dengan strategi terorganisir melalui cara mengumumkan, mendaftar, sampai merekayasa nasabah fiktif sebagai syarat meraup keuangan dalam jumlah maksimal. Potensi kerugian keuangan negara sebesar Rp 59 miliar. Barang bukti yang disita petugas dari para pelaku antara lain, Jeep Hummer H3 (B 741 FKD), Mercy E300 putih (B 741 NDH), Mercedes Sport SLK 300 (B 1 ADG), Toyota Vellfire putih (B 1650 RL), Honda Jazz (F 39 A), Honda CRV (F 1288 L), Honda Freed (F 639 CW), Toyota Fortuner (F 1030 DO), Toyota Altis (F 1649 DK), dan motor gede baru Honda Goldwing F6B yang belum keluar nomor polisinya. Semua kendaraan dibeli dalam waktu dua bulan terakhir. "Setelah menangkap para tersangka dan menyita sejumlah barang bukti hasil kejahatan dengan modus kredit fiktif di BSM itu penyidik sampai saat ini masih berkoordinasi dengan menunggu audit BPK, ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Roni F Sompie dalam percakapan dengan SP, Kamis. Plafon kredit yang diajukan para pelaku kepada BSM dengan menarik uang Rp 100 juta hingga Rp 200 juta kurun waktu Juli 2011 hingga Mei 2012. Kredit tertulis seolah untuk layanan pinjaman perumahan. Setelah uang cair, kelompok penjahat berdasi ini awalnya pembayaran kredit berjalan lancar, namun selanjutnya terjadi kredit macet, sehingga pihak BSM Pusat turun untuk melakukan audit ke BSM. Setelah diselidiki, ditemukan ketidakberesan dan mengarah tindak kejahatan perbankan dengan kerugian keuangan negara lalu bukti temuan tersebut dilaporkan ke Mabes Polri. Kemudian, Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Arief Sulistiyanto merekomendasikan anggotanya melakukan penyelidikan dengan memeriksa sejumlah saksi sampai berhasil diungkap keempat tersangka tersebut. Pemeriksaan di lapangan menunjukkan, telah terjadi kerja sama pembuatan kredit fiktif dalam rangka mengeruk dana secara siluman dalam jumlah tidak
terbatas atau maksimal dengan sasaran BSM.
Pengungkapan kasus BSM berkat cepatnya informasi pengaduan yang selanjutnya berhasil ditangani dengan baik dan maksimal oleh otoritas Bareskrim. Kasus ini berawal dari peran tersangka Iyan Permana yang menjadi koordinator pengumpul nasabah fiktif. Iyan dalam kelompok kejahatan tersebut juga diskenariokan sebagai pengusaha properti yang memenuhi syarat pengajuan kredit perumahan. Dalam proposal pengajuan uang ke pihak bank dengan menjanjikan ada pembangunan perumahan dengan lokasi jelas plus dukungan sejumlah nasabah yang siap sebagai penghuninya. Sementara itu, pada Kamis (24/10), pelayanan nasabah di BSM Cabang Bogor berjalan normal pascapenangkapan tiga pimpinan di kantor tersebut. "Pelayanan kepada nasabah normal, aktivitas berjalan seperti bisa dilihat seperti saat ini," ujar Supervisor Back Office, Isya Shofwan. [G-5] Sumber: www.suarapembaruan.com
singkat yang dioptimalkan untuk proposal sponsorship acara Government And Corporate’s Strategy In Economic Challenges And Financial Conglomeration For Sustainability