PEB Dengan PB
PEB Dengan PB
1. Preeklampsia
1.1.
Definisi
Preeklampsia merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang
mengenai wanita hamil dengan usia kehamilan > 20 minggu dengan tanda
yang utama berupa adanya hipertensi dan proteinuria.(1,2)
Preeklampsia, terjadi pada 5% kehamilan dengan morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi, adalah sindrom spesifik yang menyebabkan
berkurangnya perfusi organ sekunder untuk vasospasme dan aktivasi endotel
pada kehamilan.(3)
Hal ini ditandai dengan hipertensi dan proteinuria. Sindrom ini
biasanya terkait dengan ibu obesitas dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan obesitas, misalnya hipertensi, intoleransi glukosa, resistensi insulin
dan hiperlipidemia.(3)
1.2.
Etiologi(1,2)
Sampai saat ini etiologi pasti dari preeklampsia belum diketahui
secara pasti. Pengetahuan mengenai etiologi dan patogenesis pada tahuntahun belakangan ini telah berubah secara dramatis. Semula preeklampsia
hanya dianggap sebagai kelainan kejang saja, kemudian berkembang
menjadi penyakit yang berhubungan dengan gangguan ginjal dan hipertensi.
Dewasa ini preeklampsia dipandang sebagai kelainan multisistem yang
berpusat pada disfungsi vaskuler. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan
perkiraan etiologi dari kelainan tersebut diatas, sehingga kelainan ini sering
dikenal sebagai the disease of theory.
Sampai saat ini etiologi preeklampsia masih belum jelas, terdapat
hipotesis mengenai etiologi preeklampsia: (1,3)
1. Iskemia plasenta; invasi trofoblas yang tidak normal terhadap arteri
spiralis menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta yang dapat
berkembang menjadi iskemia plasenta.
1.3.
wanita hamil, 3-7 % terjadi pada nullipara dan 0,8-5 % pada multipara. Angka
kejadian preeklampsia di Indonesia berkisar antara 3-10 %. Penelitian di
Medan oleh Girsang E.S. (2004), melaporkan angka kejadian preeklampsia
3
berat di RSUP. H. Adam Malik dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan periode 20002003 adalah 5,94 %, sedangkan eklampsia 1,07 %.(4)
Frekuensi kejadian dari preeklampsia meningkat pada primigravida,
terutama primigravida muda. Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan
ganda, bayi besar, umur ibu saat mengandung 20 tahun, riwayat pernah
menderita preeklampsia atau eklampsia, riwayat keluarga pernah menderita
preeklampsia atau eklampsia dan obesitas merupakan faktor predisposisi dari
preeklampsia.(2)
Faktor-faktor resiko preeklampsia adalah: (5,6,7)
Primigravida
Nullipara
Kehamilan ganda
Obesitas
Riwayat keluarga dengan preeklampsia atau eklampsia
Abnormalitas uterus yang diperoleh pada doppler pada usia
kandungan 18 dan 24 minggu
Diabetes mellitus gestasional
Hipertensi atau penyakit ginjal
1.4.
Klasifikasi
No proteinuria
Preeclampsia:
Minimum criteria:
BP 160/110 mm Hg
Eclampsia:
Chronic Hypertension:
1.5.
Gejala klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi
dan proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari
oleh wanita hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan
penglihatan, dan nyeri epigastrium mulai timbul, hipertensi dan proteinuria
yang terjadi biasanya sudah berat.(9)
a) Tekanan darah Kelainan dasar pada preeklampsia adalah
vasospasme arteriol sehingga tanda peringatan awal muncul
adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan diastolik merupakan
tanda prognostik yang lebih baik dibandingkan tekanan sistolik
dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap
menunjukan keadaan abnormal. (9)
b) Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan
terutama disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat
ditemukan sebelum timbul gejala edema nondependen yang
6
1.6.
Patogenesis
Patogenesis dari Preeklampsia dianggap melibatkan 3 tahap: cacat
(Pseudovaskulogenesis/Vascular
mimicry)
pada
preeklampsia,
pada
kehamilan
normal.
Aldosteron
penting
untuk
preeklampsia
meningkat
permeabilitas
pembuluh
darah
terhadap
protein
(11,12)
ii.
normal
renin
plasma,
angiotensinogen,
wanita
tidak
hamil.
Perubahan
ini
merupakan
protein
biasanya
ringan
sampai
sedang.
10
iv.
volume
plasma
menurun
500
ml
pada
1.7.
Penatalaksanaan
pertumbuhan
janin
terhambat
dan
adanya
sindroma
HELLP.
11
tirah baring
ii.
oksigen
iii.
kateter menetap
iv.
v.
vi.
12
13
2. Presentasi Bokong
2.1. Definisi
Presentasi bokong adalah letak memanjang, dimana bokong sebagai bagian
terendah, sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum
uteri. (2)
2.2. Etiologi
Umumnya penyebabnya belum jelas, tetapi ada beberapa faktor predisposisi yaitu ;
a. Kelainan dari Ibu
1. Kelainan Uterus
- Tumor dari uterus yang mendesak uterus
- Kelainan bawaan uterus, seperti uterus arkuatus yang dapat mengubah
letak janin
2. Kelainan panggul
Pintu atas panggul yang terlalu luas atau terlalu sempit dapat mengganggu
fiksasi dari kepala janin.
3. Kelainan dari jumlah air ketuban
Hidramnion menyebabkan terlampau bebasnya pergerakkan janin dalam
uterus sehingga fiksasi kepala terganggu dan pada oligohidramnion
gerakan janin terbatas sehingga terhalang versi spontan dari jauh.
4. Kelainan implantasi plasenta
Misalnya plasenta previa yang menghalangi turunnya kepala ke pintu atas
panggul.
b. Kelainan dari Janin
1. Bayi prematur
Pada bayi premature ukuran kepala masih kecil, fiksasi kepala tidak
sempurna
2. Kehamilan ganda
Umumnya pada kehamilan kembar, janin menyesuaikan dirinya dalam
rahim.
3. Bayi mati
Presentasi bokong terjadi pada keadaan ini oleh karena gerakan janin tidak
ada lagi.
14
15
16
ditemukan,
juga
jika
air
ketuban
berlebihan
kedua tuberositas
spinosumnya dan anus. Pada penurunan lebih lanjut, dengan pemeriksaan dalam
yang baik, genitalia eksterna dapat dikenali.
Apabila teraba bagian kecil yakni kaki, maka harus dibedakan dengan tangan.
Pada kaki teraba tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya
tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari tangan kurang lebih sama dengan
panjang telapak tangan janin.
Pada partus tak maju, bokong bisa terjadi edema, sehingga dapat meragukan
diagnosa presentasi muka. Anus teraba seperti mulut dan tuberositas ischiadica
seperti rahang atas. Dengan perabaan hati hati, telunjuk yang masuk ke dalam anus
17
terasa tegangan
18
b. Versi Luar
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan diatas 32 minggu. Pada
primigravida 32 34 minggu dan pada multigravida 34 36 minggu.
Sedangkan setelah 38 minggu versi luar sulit dilakukan karena janin sudah
cukup besar, jumlah air ketuban sudah berkurang.
Syarat-syarat versi luar :
1. Janin diharapkan dapat dilahirkan pervaginam
2. Bagian terendah janin masih dapat digerakkan di atas pintu atas panggul
3. Ibu tidak gemuk, agar penolong dapat meraba bagian-bagian janin
4. Selaput ketuban masih utuh
5. Dipasang KTG untuk memantau janin.
6. Pada keadaan yang inpartu, dilatasi serviks < 4 cm
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar adalah :
-
Panggul sempit
Perdarahan antepartum
Hipertensi
Hamil kembar
Kelainan uerus
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak dan presentasi janin harus
pasti, dan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Versi luar harus
dengan kekuatan ringan tanpa paksaan. Penggunaan narkosis dalam versi luar
masih kontroversial, mengingat penderita tidak merasakan sakit sehingga
tenaga penolong berlebihan melakukan versi luar, dapat menyebakan
terjadinya solusio plasenta. Perlu alat ultrasonografi untuk memandu reposisi
janin pada versi luar.
19
Tahap Kedua
20
Parsial
(Partial
Breech
Extraction/Assisted
Breech
Delivery/Manual Aid )
adalah lahirnya anak secara spontan sampai batas umbilikus (pasif).
Kemudian seluruh tubuh bayi dilahirkan dengan pertolongan aktif. Pada fase
pasif kita harus menunggu dengan sabar sampai lahir tubuh bayi sebatas
umbilikus.
A. Cara melahirkan bahu dan lengan ada beberapa cara :
Cara Klasik (Deventer)
Adalah melahirkan bahu dan lengan belakang lebih dahulu, karena lengan
belakang berada di ruangan yang lebih luas (sakrum), baru kemudian
melahirkan lengan depan yang berada dibawah simfisis.
Cara Lovset
Setelah sumbu bayi berada dalam ukuran muka belakang, tubuh bayi ditarik
ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan belakang, setelah itu bayi diputar
900 sehingga bahu depan menjadi bahu belakang, lalu dilahirkan.
Cara Muller
Tarik bayi vertikal ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara
melahirkan bahu-lengan depan bisa spontan atau dikait dengan satu jari
menyapu muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki ke atas, lalu
bahu-lengan belakang dikait dengan menyapu muka.
B. Cara Melahirkan Kepala
Cara Mauriceau (Veit Smellie)
Masukka jari-jari penolong ke dalam mulut bayi (muka mengarah ke kiri
gunakan jari kiri, mengarah ke kanan gunakan jari kanan). Kegunaan jari
21
22
Lengan menunjuk adalah bila salah satu lengan janin melingkar di belakang
leher dan menunjuk ke suatu arah. Cara reposisinya adalah sebagai berikut :
1. Satu tangan menunjuk
Janin diputar 900 ke arah mana tangan menunjuk, sehingga tangan akan
terlepas dengan gerakan menyapu kepala.
2. Kedua tangan menunjuk
Untuk tangan pertama seperti diatas, dan untuk tangan kedua diputar
berlawanan arah 1800
Cara Melahirkan Lengan Menjungkit
Lengan menjungkit adalah lengan dalam posisi lurus keatas di samping
kepala. Cara terbaik untuk melahirkan lengan menjungkit adalah dengan cara
Lovset.
Cara melahirkan kepala yang sulit lahir (After Coming Head)
1. Bila janin masih hidup, lahirkan kepala dengan ekstraksi forcep (Cunam
Piper). Cunam Piper memiliki lengkung kepala dan lengkung panggul
yang sesuai dan panjang, dapat dipergunakan untuk melahirkan kepala
pada keadaan After Coming Head. Langkah 1 : Tubuh janin disanggah keatas
menggunakan kain/handuk yang hangat. Langkah 2 : dilakukan
pemasangan cunam piper pada kepala janin yang after coming head. Langkah
3 : dilakukan tarikan kepala searah sumbu lahir dan ke arah atas,
sementara penolong lain memegang kain/ handuk yang menyanggah
tubuh bayi mengikuti arah tarikan kepala oleh cunam piper yang
dilakukan penolong pertama. Indikasi Cunam Piper ini setara dengan
pertolongan pengeluaran kepala cara Mauriceau.
2. Bila janin sudah meninggal, dilakukan embriotomi
2.5.3. Penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi
1. Sufokasi : aspirasi darah, lendir, mekonium, air ketuban terhisap ke jalan napas
2. Prolaps tali pusat
3. Asfiksia
4. Kerusakan jaringan otak
23
24
25
Skor 0
Skor 1
Primigravida
Multigravida
>39 minggu
<38 minggu
>3650 gr
3176 - 3649 gr
<3176 gr
Tidak ada
1 kali
>2 kali
<2 cm
3 cm
>4cm
<-3
-2
Paritas
Umur Kehamilan
Pembukaan Serviks
Station
Skor 2
-1 atau lebih
rendah
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Cuningham G, Leveno JK, William Obstetrics 22nd Edition, McGraw Hill,
2005
2. Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo, Edisi kedua, Jakarta, 2002.
3. Abd-Alaleem D.I, Adiponectin levels in serum of women with preeclampsia, Eastern Mediterranean Health Journal Vol. 17 No.7, 2011
4. Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI; Pedoman Pengelolaan
Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia; edisi kedua; 2005
5. Comitte on Technical Bulletins of the american College of Obstetricians
and Gynecologist. Hypertension in pregnancy. ACOG technical bulletin.
Number 219 januari 1996. Int J Gynaecol Obstet 1996;53 175-83
6. Brandon JB, Amy EH, Nicholas CL, Hypertensive disorders in pregnancy.
In: The John Hopkins Manual of gynecology and obstetric. 22nd ed
Philadelpia: Lippincot William & Wilkins; 2002: 94-183
7. Hauth JC, Cunningham FC, Preeklampsia-eklampsia In:Lindheimer MD,
Roberts JM. Editors Chesleys Hypertensive disorders in pregnancy (2nd
ed). Stamford CT:Appleton & Lange, 1999:99-169
8. MD, Naoko Suwaki, Hypoadiponectinemia and circulating angiogenic
factors in overweight patients complicated with pre-eclampsia , American
Journal of Obstetrics and Gynecology (2006) 195, 168792
9. Gilstrap LC, Ramin MS, Diagnosis and Management of preeklampsia and
eclampsia. American College of Obstetricians and Gynaecologist 2002;
33; 159-67
10. Karumanchi A, Maynard SE, Stillman IE, Preeclampsia renal perspective.
J kidney international 2005; 67
11. Brandon JB, Amy EH, Nicholas CL, Hypertensive disorders in pregnancy.
In: The John Hopkins Annual of Gynecology and obstetriks. 22 nd ed
Philadelpia Lippincott Williams & Wilkins; 2002 : 183-94
12. Hauth JC, Cunningham FC, Preeklampsia-eklampsia In : Lindheimer MD,
Roberts JM, editor Chesleys Hypertensive Disorders in Pregnancy (2 nd
ed). Stamford CT : Appleton & Lange, 1999 : 169-99
27
28