Cash;
Hak kontraktual untuk menerima cash atau aset finansial lainnya dari entitas lain;
Hak kontraktual untuk menukarkan instrument finansial dengan entitas lain di bawah
persyaratan yang berpotensi menguntungkan;
Di bawah IASC Framework, untuk menentukan item mana yang harus diakui dalam Laporan
Keuangan sebagai aset dan kewajiban mencakup 2 langkah berikut ini:
Menetukan apakah item tersebut memenuhi definisi aset atau kewajiban; dan
Terkait langkah ke-2, dalam PSC Study 2, disebutkan bahwa aset dan kewajiban harus diakui
ketika terdapat kemungkinan peningkatan aset atau penurunan kewajiban dalam kaitannya
dengan manfaat ekonomi; dan jumlah dari penyelesaian kewajiban dan biaya dari aset dapat
diukur secara andal.
Berdasarkan Lampiran V PMK Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Pusat, pengakuan atas piutang baik jangka pendek maupun panjang dilaksanakan
berdasarkan kriteria berikut ini:
a.
Piutang Perpajakan
Pajak pada dasarnya merupakan iuran umum untuk mengisi kas negara/daerah yang
menurut ketentuan perundang-undangan bersifat memaksa untuk membiayai
pengeluaran umum, dan kepada pembayar pajak tidak diberikan imbalan secara
langsung. Ketentuan tentang perpajakan diatur secara khusus dalam berbagai
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Dengan mempertimbangkan
bahwa pemungutan pajak lebih didasarkan pada hak negara/daerah yang dijamin
dengan undang-undang dan tidak didasarkan pada penyerahan suatu prestasi kepada
pembayar pajak serta Standar Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa basis
akuntansi untuk aset adalah basis akrual, maka piutang pajak terjadi pada saat hak
negara/daerah untuk menagih timbul. Secara umum, pengakuan piutang perpajakan
diakui bersamaan dengan pengakuan terhadap pendapatan perpajakan. Pengakuan
pendapatan pajak yang menganut sistem self assessment, setiap wajib pajak wajib
membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat
ketetapan pajak. Pajak terutang adalah sebesar pajak yang harus dibayar sesuai
ketentuan perundang-undangan perpajakan dan diberitahukan melalui Surat
Pemberitahuan yang wajib disampaikan oleh wajib pajak ke instansi terkait. Setelah
adanya pengakuan pendapatan, wajib pajak yang bersangkutan wajib melunasinya
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Terhadap pajak yang belum dilunasi
sampai dengan batas waktu yang ditentukan akan diterbitkan Surat Tagihan Pajak
sebagai dasar penagihan pajak.Untuk dapat diakuinya piutang perpajakan, maka
harus dipenuhinya kriteria telah diterbitkan surat ketetapan dan/atau telah
diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan.
a) Piutang Pajak pada Direktorat Jenderal Pajak
Berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan
yang
berlaku,
(g) Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan bangunan (SKP PBB).
(2). Untuk Tahun Pajak 2008 dan Tahun Pajak selanjutnya, Piutang Pajak
diakui pada saat:
(a) diterbitkan Surat Tagihan Pajak;
(b) diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang telah disetujui
oleh Wajib Pajak;
(c) Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan sampai dengan berakhirnya
batas waktu jatuh tempo pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar untuk jumlah yang tidak disetujui oleh Wajib
Pajak;
(d) diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan untuk
jumlah yang telah disetujui oleh Wajib Pajak;
(e) Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan sampai dengan berakhirnya
batas waktu jatuh tempo pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan yang tidak disetujui oleh Wajib Pajak;
(f) diterbitkan Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan jumlah
pajak yang masih harus dibayar bertambah;
(g) Wajib Pajak tidak mengajukan banding sampai dengan berakhirnya
batas waktu jatuh tempo pengajuan banding atas Surat Keputusan
Keberatan;
(h) diterbitkan Surat Keputusan Pelaksanaan Putusan Banding;
(i) diterbitkan Surat Keputusan Pelaksanaan Putusan Peninjauan Kembali
yang menyebabkan jumlah yang masih harus dibayar bertambah;
(j) diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT);
(k) diterbitkan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (STP
PBB);
(l) diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (SKP
PBB);
b) Piutang Pajak pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Piutang atas pendapatan pajak berupa bea masuk, bea keluar dan cukai yang
dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat timbul karena adanya:
3)
Lancar TPA adalah melalui reklasifikasi TPA menjadi Bagian Lancar TPA yang
dilakukan pada akhir periode pelaporan.
4)
5)
6)
7)
Piutang BLU
Piutang BLU diakui dengan kriteria:
a) Telah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak dengan bukti surat
pernyataan tanggung jawab untuk melunasi piutang dan diotorisasi oleh kedua
belah pihak dengan membubuhkan tanda tangan pada surat kesepakatan
tersebut.
b) Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau
c) Telah diterbitkan surat penagihan.
8)