Anda di halaman 1dari 3

A.

ANALISA DATA

Data
DS:
- Tidak terkaji dalam kasus
DO:
Terlihat oleh perawat:
- Pasien tampak murung, menyendiri,
menangis terus
- Pasien Nampak gelisah
- Pasien pernah melakukan percobaan
bunuh diri dengan cara melompat dari
genting rumah sambil menangis
DS:
- Tidak terkaji dalam kasus
DO:
Terlihat dan tercium oleh perawat:
- Kuku pasien kotor
- Rambut pasien lengket
- Rambut pasien bau
DS:
- Tidak terkaji dalam kasus
DO:
Terlihat oleh perawat:
- Pandangan mata tajam
- Bicara kasar
- Berkelahi dengan pasien lain

Masalah
Resiko Bunuh Diri

Defisit perawatan diri

Risiko perilaku kekerasan:


mencederai orang lain

B. PERENCANAAN
NO
1.

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko Bunuh Diri

TUJUAN
INTERVENSI
Setelah 2x pertemuan, pasien SP 1
tidak melukai diri sendiri. Dengan
1. Identifikasi
benda-benda
kriteria hasil:
yang dapat membahayakan
1. Mengidentifikasi bendapasien.
benda yang dapat mampu
mengendalikan,
dan
2. Lakukan kontrak treatment.
mendorong bunuh diri.
2. Mengantipasi
aspek
positif
dan
mampu SP 2
menghargai diri sebagai
1. Identifikasi aspek positif
individu yang berharga.
pasien.

Risiko
Perilaku
Kekerasan: Pasien tidak mencederai diri
Mencederai Orang Lain
sendiri,
orang
lain,
dan
lingkungan. Dengan kriteria hasil:
1. Ekspresi wajah klien
bersahabat
2. Menunjukkan rasa senang
3. Ada kontak mata mau
berjabat tangan
4. Mau menyebutkan nama
5. Mau menjawab salam
6. Menyepakati
kontrak
waktu
yang
telah
disepakati
7. Pasien mengungkapkan
perasaannya

2. Dorong pasien untuk berfikir


positif terhadap dirinya.
3. Dorong
pasien
untuk
menghargai sebagai individu
yang berharga.
1. Observasi
tanda-tanda
perilaku kekerasan pada
pasien
2. Bina
hubungan
saling
percaya dengan pasien.
3. Luangkan waktu bersama
pasien.
4. Beri kesempatan pasien
untuk
mengungkapkan
perasaannya.
5. Bantu
pasien
untuk
mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel/kesal.
6. Anjurkan
pasien
mengungkapkan
yang

RASIONAL
1. Menjauhkan pasien dari
benda-benda
yang
membahayakan.
2. Membuat
kesepakatan
supaya pasien konsisten.

1. Aspek positif yang dimiliki


pasien bisa menjadi alasan
untuk tidak bunuh diri.
2. Supaya pasien sadar dirinya
itu berharga.
3. Supaya pasien sadara akan
dirinya itu berharga.

1. Untuk mengetahui tanda


perilaku kekerasan pasien.
2. Hubungan saling percaya
merupakan dasar untuk
melakukan
intervensi
selanjtnya dan menambah
persepsi.
3. ada
orang
yang
memperhatikan sehingga
menimbulkan rasa percaya
pasien.
4. Klien
dapat
mengungkapkan
perasaannya dengan leluasa
dan mengetahui penyebab

dialami atau yang dirasakan


pada saat marah.
5.

6.

3.

Defisit Perawatan Diri

Setelah 2x pertemuan, pasien


dapat merawat dirinya sendiri.
Dengan kriteria hasil:
1. Pasien
menampilkan
aktivitas merawat diri
dengan mandiri.

1. Berikan perawatan
kebutuhan.

sesuai

1.

2. Libatkan
pasien
dalam
pembuatan
rencana
perawatan.
3. Berikan
dan
tingkatkan
privasi dalam kebutuhan
yang terbatas.
4. Berikan
fasilitas
dalam
memenuhi perawatan diri.
5. Berikan motivasi pada pasien
dalam perawatan dri.
6. Berikan pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri.

2.

klien merasa jengkel dan


kesal.
Klien
dapat
mengungkapkan
perasaannya.
Mengetahui perasaan saat
klien marah dan mencegah
perilaku kekerasan.
Pasien mungkin mengalami
agitasi
dan
perawatan
mungkin perlu di tunda
sampai
kemampuan
mengontrol
diri
di
tingkatkan.
Meningkatkan partisipasi
pasien.

3. Penting
untuk
meningkatkan harga diri.
4. Mudahkan pasien dalam
melakukan perawatan diri.
5. Meningkatkan
motivasi
pasien dalam merawat diri.
6. Untuk menekan bahwa
perawatan diri itu penting.

Anda mungkin juga menyukai