NIM : 05121407006
Asisten :
1. Jjnn
Dilahan Rawa
Pasang Surut
2. Jkj
3. Jkj
4. H
5. Vv
6. h
I.
PENDAHULUAN
surut. Lahan rawa pasang surut merupakan lahan yang dipengaruhi oleh pasang
surut air laut.
Lahan pasang surut merupakan suatu lahan yang terletak pada
zone/wilayah sekitar pantai yang ditandai dengan adanya pengaruh langsung
limpasan air dari pasang surutnya air laut atau pun hanya berpengaruh pada muka
air tanah. Sebagian besar jenis tanah pada lahan rawa pasang surut terdiri dari
tanah gambut dan tanah sulfat masam.
Lahan rawa pasang surut jika dikembangkan secara optimal dengan
meningkatkan fungsi dan manfaatnya maka bisa menjadi lahan yang potensial
untuk dijadikan lahan pertanian di masa depan. Untuk mencapai tujuan
pengembangan lahan pasang surut secara optimal, ada beberapa kendala. Kendala
tersebut berupa faktor biofisik, hidrologi yang menyangkut tata air, agronomi,
sosial dan ekonomi.
Kemudian tanah pasang surut biasanya dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan terutama untuk lahan persawahan. Luas lahan pasang surut yang
dapat dimanfaatkan berfluktuasi antara musim kemarau dan penghujan.
Pemanfaatan lahan pasang surut telah menjadi sumber mata pencaharian penting
bagi masyarakat disekitarnya meskipun belum dapat menggunakannya sepanjang
tahun. Rata - rata lahan pasang surut hanya dapat ditanami sekali dalam
setahunnya selebihnya dibiarkan dalam keadaan bero karena tergenang air.
Tergenangnya lahan pasang surut secara periodik ada kaitannya dengan
kepentingan pembangkit tenaga listrik dan meluapnya air pada musim penghujan.
( Hanggari,2008)
1.
A bila lahan selalu terluapi air baik pada waktu pasang besar maupun pasang kecil
dan Lahan bertipe luapan A selalu terluapi air pasang, baik pada musim hujan
maupun musim kemarau,; (2) tipe luapan B bila lahannya hanya terluapi oleh air
pasang besar. lahan bertipe luapan B hanya terluapi air pasang pada musim hujan
saja; (3) lahan tidak terluapi air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil,
tetapi permukaan air tanah kurang dari 30 cm dari permukaan tanah. Lahan
bertipe luapan C tidak terluapi air pasang tetapi kedalaman muka air tanahnya
kurang dari 50 cm,; (4) tipe luapan D bila lahannya tidak terluapi oleh air pasang
baik pasang besar maupun pasang kecil, tetapi permukaan air tanahnya berada
pada kedalaman lebih dari 30 cm dari permukaan tanah.
Tipologi lahan dan tipe luapan air merupakan acuan yang seharusnya
dipatuhi dalam penerapan paket teknologi agar usahatani yang dikelola dapat
memberikan hasil yang optimal. Paket teknologi usahatani itu sendiri pada garis
besarnya berisi: (1) teknik pengelolaan lahan dan air yang memuat pengaturan
pemasukan dan pengeluaran air baik pada tingkat makro maupun tingkat mikro,
penataan dan pengeolahan lahan; (2) teknik budidaya yang memuat teknik
budidaya tanaman, ikan dan ternak, di dalamnya meliputi vareitas/jenis yang
cocok, pupuk dan pemupukkan, pencegahan dan pengendalian organisme
penganggu tanaman (OPT), dan; (3) teknik reklamsi lahan. Pengelolaan lahan dan
air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengelolaan usahatani di
lahan pasang surut dalam kaitannya dengan optimalisasi pemanfaatan dan
pelestarian sumberdaya lahannya ( Alihamsyah, 2003).
Pengaturan pemasukan dan pengeluaran air baik di tingkat makro maupun
ditingkat mikro sangat tergantung dengan tipe luapan air pada satu kawasan
tertantu. Pada lahan yang bertipe luapan A diatur dengan sistem satu arah, lahan
yang bertipe luapan B selain dengan sistem satu arah juga disertai dengan sistem
tabat. Sedangkan lahan yang bertipe luapan C dan D dimana sumber air utamanya
adalah air hujan digunakan sistem tabat yang dilengkapi dengan pintu stoplog
untuk menjaga permukaan air tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman dan yang
lebih terpenting adalah agar permukaan air tanah selalu tetap berada pada lapisan
pirit dengan kandungan lebih dari 2% dengan maksud agar tidak terjadi oksidasi.
Pada pengaturan pemasukan dan pengeluaran air satu arah, saluran pemasukkan
dan pengeluaran dibedakan dimana antara saluran pemasukkan dan pengeluaran
dibuatkan pintu engsel (Flape Gate) yang membuka kedalam pada saluran
pemasukkan dan membuka keluar pada saluran pembuangan (Ismail, I.G. dkk.
1993).