Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Jumlah kata dalam sebuah kalimat yang panjang
sebenarnya terbatas selama kalimat itu masih jalan, artinya masih dapat ditangkap
maknanya secara jelas karena susunan kata, frase dan klausanya teratur. Kesalahan dalam
sebuah kalimat sebenarnya bermula dari kesalahan dalam bernalar. Selanjutnya, sekurangkurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tulisan , harus memiliki subjek (S)
dan predikat (p).
Keparalelan Bentuk
Kepalalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Dalam kalimat
yang efektif, gaya paralelisme menempatkan unsur yang setara dalam konstruksi yang sama.
Selain itu, paralelisme atau kesejajaran bentuk membantu memberi kejelasan dalam unsur
gramatikal dengan memperhatikan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang
sama. Artinya kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan bentuk kedua
menggunakan verbal. Dengan kata lain, kalau berawalan me- sama-sama berawalan me-,
berawalan di- sama-sama berawalan di-, dan kalau berbentuk ke- an sama-sama berbentuk
ke-an pula.
Contoh 1
Langkah-langkah tersebut memahami, menghayati dan pengamalan.
Sesudah menghayati dan memahami, pancasila harus diamalkan.
Bandingkan dengan kalimat:
(1a) langkah-langkah tersebut adalah memahami, menghayati, dan mengamalkan.
(1b) Langkah-langkah tersebut adalah pemahaman, penghayatan dan
Pengamalan.
(2a) Sesudah dipahami dan dihayati, Pancasila harus diamalkan.
(2b) Sesudah memahami dan menghayati, kita harus mengamalkannya.
Catatan 1:
Pada kalimat (1)dan(2) terdapat ketidakparalelan bentuk tentang gagasan-gagasan yang
sederajat. Pada kalimat (1) gagasangagasan yang sedarajat adalah kata kerja memahami dan
menghayati dan kata benda pengamalan; sedangkan pada kalimat (2) gagasan yang sederajat
adalah kata kerja aktif me(N)- memahami dan menghayati kata kerja pasif diamalkan. Agar
sebuah kalimat menjadi efektif, gagasangagasan yang sederajat harus dinyatakan dengan
bentuk yang sama. Jelasnya, jika dalam sebuah kalimat suatu gagasan dinyatakan dengan kata
kerja me(N)- gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dengan kata kerja me(N) juga.
Demikian juga jika suatu gagasan dinyatakan dengan kata benda pe(N)-an, gagasan lain yang
sederajat harus dinyatakan dengan kata benda pe(N)-an. Jadi kalimat (1a),(1b),(2a),dan (2b)
memiliki keparalelan bentuk.
Kehematan kata
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat menggunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Artinya membuang kata
yang memang tidak perlu, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Contoh:
Karena ia tidak belajar, dia tidak naik kelas.(salah)
Karena tidak belajar, dia tidak naik kelas.(benar)
Contoh :
Dia memakai kemeja warna merah .(salah)
Dia memakai kemeja merah. (benar)
Contoh:
Para tamu-tamu para tamu
Beberapa orang-orang beberapa orang
Kecermatan Penalaran
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda,dan tepat dalam pilihan kata. Artinya bahwa penafsiran ganda dapat mengakibatkan
ketidakcermatan penalaran. Tafsiran ganda di sebut juga ketaksaan atau ambiguitas .
Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda mendua arti.
Ambiguitas timbul dalam dalam berbagai variasi ujaran atau bahasa tertulis. Umpamanya,
frase buku sejarah baru dapat ditafsirkan sebagai
(1) buku sejarah itu baru terbit, atau
(2) buku berisi sejarah zaman baru
Tiga bentuk utama ketaksaan, ketiganya berhubungan dengan fonetik, gramatikal,dan
leksikal.
Pemilihan kata yang tidak tepat dapat disebabkan beberapa hal, antara lain:
(a) pemakaian kata tutur
Kata tutur adalah kata yang hanya dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam
percakapa
Contoh:
Saya sedang bikin kue.(salah)
Saya sedang membuat kue. (benar)
(b) Pemakaian kata-kata bersinonim
Kata-kata bersinonim ada yang dapat saling menggantikan,ada yang tidak. Adapula kata-kata
bersinonim yang pemakaiannya dibatasi oleh persandingan yang dilazimkan.
Contoh:
Saya suka melihat wayang kulit.(salah)
Saya suka menonton wayang kulit. (benar)
(c)Pemakaian kata-kata yang bernilai rasa
Kata-kata yang bernilai rasa hendaknya di pilih secara cermat agar keefektifan penuturan
dapat dicapai dwngan sebaik-baiknya. Salah pilih terhadap yang bernilai rasa akan
menggangu perasaan pembaca .
Contoh:
Banyak pahlawan kita yang mati di medan perang.(salah)
Banyak pahlawan kita yang gugur di medan perang.(benar)
(d) Pemakaian kata-kata/istilah istilah asing
Ada kata-kata/istilah istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, ada
juga yang belum. Jika sudah ada padanannya, hendaknya dipakai padanannya, bukan
asingnya.
Kata-kata/istilah istilah asing boleh dipakai dengan pertimbangan sebagai berikut:
Bersifat internasional,misalnya;
Matematika-------ilmu pasti
Kepaduan gagasan
Yang dimaksud dengan kepaduan adalah kepaduan peryataan kalimat, yang menyebabkan
kalimat tidak padu adalah:
1.
Contoh:
Pengemudi setelah menyelesaikan tugasnya dapat idtirahat dan minum kopi yang telah
disedikan oleh pelayan. (salah)
Setelah selesai melakukan kegiatan nya, pengemudi dapat istirahat dan dan minum kopi.
Keterangan aspek seperti akan,harus , telah, belum, masih sedang dan sebainya, tidak boleh
disisipkan pada kata kerja pasif yang berupa ikatan erat pelaku orang I atau ii dengan pokok
kata kerja.
Contoh:
Selajutnya saya akan uraikan pentingnya bahasa bagi manusia.(salah)
Selanjutnya akan saya uraikan pentingnya bahasa bagi manusia. (benar)
Posisi unsur- unsur kalimat tidak mengikuti aturan pola kaliimat bahasa indonesi.
Contoh:
Dalam kita menghadapi berbagai-bagai cobaan hidup harus tetap tabah. (salah)
Dalam menghadapi berbagai-bagai cobaan hidup, kita harus tetap tabah.(benar)
Pemakaian kata depan kepada/bagi diantara P (predikat) dan O(objek Penderita).
Contoh:
Sifa sangat menyayangi kepada kucingnya.(salah)
Sifa sangat sayang kepada kucingnya. (benar)
Kelogisan bahasa
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
Waktu kami persilakan.
Dirgahayu Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-55
Bandingkan dengan kalimat:
(1a) Bapak Kepala Sekolah kami persilakan!
(1b) Waktu kami serahkan kepada bapak kepala sekolah.
.Kalimat (1) dan (2) memang tidak logis. Ketidaklogisannya terlihat pada hubungan S dan P
nya
Penjelasan Kalimat (1):
Siapakah yang dipersilakan oleh pembawa acara?
Jawabnya: Bapak Dekan, bapak camat, Saudara Ketua, sebagainya bukan waktu.
Apakah yang diserahkan kepada Bapak Dekan?
Jawabnya: waktu
Jadi, yang dipersilakan oleh pembawa acara tentu saja orang, bukan benda
Demikian Pembahasan mengenai Kalimat Efektif, mohon koreksi jika ada salah. Silakan
berkomentar untuk kritik dan sarannya. Terima Kasih
Baca Juga Macam-macam Morfologis
Sumber Pustaka:
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademi Pressindo
Badulu, J.S. 1994. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramadia Pustaka Utama
Chaer, Abdul. 1995. Pengatar Sematik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: `Balai Pustaka
Djajasudarma, T . Fatimah.1999.Semantik 1. Bandung: Radika Aditama
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah
Pateda, Monsoer. 1996. Sematik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
Razak,Abdul. Kalimat Efektif. Jakarta: PT Gramadia Pustaka Utama
Soedjito. 1994. Kalimat Efektif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Ramlan, M. 2001.Sintaksis. Yokyakarta: CV Karyono
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan
kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel lah, -pun, dan
kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak,
antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara
satu dan lainnya.
Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
KALIMAT EFEKTIF
DI SUSUN OLEH:
ufima elma
(1222010017)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikm Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang maha
pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada
kami, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang KALIMAT
EFEKTIF.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka
pengembangan dasar ilmu bahasa indonesia yang berkaitan dengan kalimat efektif. Selain itu
tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
Bahasa secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat
menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak.
Amiin.
Wassalamualikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 4
Latar belakang 4
Rumusan masalah 5
Tujuan pembahasan 5
Manfaat pembahasan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
Pengertian kalimat efektif 6
Unsure-unsur kalimat efektif 6
Ciri-ciri kalimat efektif 12
Syarat kalimat efektif 18
Struktur kalimat efektif 18
BAB III PENUTUP 20
kesimpulan 20
saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang
ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat
mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu
dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya
secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau
pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat
yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang
digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang
tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala
permasalahannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi baik
dan benar
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
3. Menjaga kemurnian bahasa Indonesia
D. MANFAAT PEMBAHASAN
1. Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana yang dikatakan dengan kalimat
efektif.
2. Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa menjaga budaya Bahasa Indonesia yang baik dan
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya
secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif
dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau
pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia
baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain
(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,
atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
sebagai berikut ini:
a.
b.
c.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada
jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi,
status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang
jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian
besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat
(b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan
bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah
rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata
pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang
gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada
apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu
pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian katakata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan
baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a.
Nurul menimang
b. Arsitek merancang
c.
yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah
yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P
dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.
Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c.
Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
a.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak
Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh
O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa
nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di
bawah ini:
a.
Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila,
jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila
sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina
dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi
S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.
5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa
nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Posisi/penghubung
Contoh pemakaian
1.
Di
Di kamar, di kota
Ke
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari
Pada
Pada permukaan
Sekarang, kemarin
Pada
Dalam
Se-
Sepulang kantor
Sebelum
Sebelum mandi
Sesudah
Sesudah makan
Selama
Selama bekerja
sepanjang
Sepanjang perjalanan
2.
Tempat
Waktu
3.
Alat
dengan
4.
Tujuan
Supaya/agar
Untuk
Untuk kemerdekaan
Bagi
Demi
Secara
Secara hati-hati
Dengan cara
Dengan jalan
5.
Cara
6.
Kesalingan
7.
Similatif
Seperti
Seperti angin
Bagaikan
Laksana
Karena
Sebab
Sebab kegagalannya
8.
Penyebab
9.
Penyerta
Dengan
Dengan adiknya
Bersama
Beserta
Beserta saudaranya
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki
dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan
baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar
dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya
kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan
merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang
terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang
jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan
yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan
biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai
bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan.
Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya.
Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan
berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural
pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal
ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah
dibiasakan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara
tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket).
Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan,
kepaduan, kelogisan.
B. SARAN
1) Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa
indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar
mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik
dengan peserta didik.
2) Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak
terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
3) Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap
penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.