Kelompok E6 :
Febriany Gotamy
(102011075)
Sintia Fransiska
(102011080)
Erik Susanto
(102011104)
(102011118)
Stella Yosanie
(102011226)
Eifraimdio Paisthalozie
(102011384)
Kharisma Albert
(102009260)
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut WHO, uretritis gonokokus dan non gonokokus merupakan masalah
kesehatan lingkungan yang sangat penting. Penyakit ini ditransmisikan terutama
malalui hubungan seksual dengan partner yang terinfeksi. Penyakit ini juga dapat
menular melalui cairan tubuh yang terinfeksi sehingga ibu dapat menularkan infeksi
ini ke bayinya selama persalinan. Penyakit ini dapat mengenai pria dan wanita, serta
lebih
mudah
menyebar
pada
individu
yang
memiliki
banyak
partner
BAB II
ISI
2
Anamnesis
1. Identitas
Tanyakan Nama, Umur (pada penyakit tertentu umur dapat dijadikan patokan seperti
pada kasus umur remaja 27 tahun dapat meningkatkan risiko penyakit gonore), Alamat
(keadaan tempat tinggal juga dapat menjadi patokan berbagai jenis penyakit, dalam hal
penyakit gonore tidak terlalu spesifik mungkin bias terjadi akibat pergaulan yang tidak
baik dari lingkungannya) , dan Pekerjaan (pekerjaan seseorang penting untuk mengetahui
aktivitas sehari - harinya untuk dapat terjadinya penyakit gonore, contoh wanita PSK).
2. Keluhan Utama
Nyeri BAK dan keluar nanah dari kelamin. Pada berbagai referensi disebutkan bahwa
setelah 3-5 hari masa inkubasi bakteri akan timbul beberapa keluhan seperti frekuensi
berkemih dan rasa terbakar (nyeri) saat berkemih. Selain itu, terdapat pula keluhan
discharge yang keluar dari urethra berwarna kuning dan purulen.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dari hasil anamnesis didapatkan Sejak 3 hari yang lalu pasien merasakan nyeri saat
BAK dan alat kelamin keluar nanah. Nyeri saat BAK dan alat kelamin keluar nanah
dalam jumlah banyak merupakan gejala klinis uretritis gonore. Gejala ini akan tampak
setelah masa inkubasi yang singkat. Pada pria gejala nyeri saat BAK dan keluar nanah
dari alat kelamin mulai muncul biasanya setelah 2- 5 hari (masa inkubasi), namun pada
beberapa individu justru terjadi lebih lama yakni setelah 7-10 hari (masa inkubasi).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah pernah mengalami sakit serupa. Ada atau tidaknya riwayat alergi
karena riwayat alergi harus ditanyakan kepada pasien hal ini terkait dengan penyebab
penyakit. Pada uretritis non spesifik (tidak spesifik karena gonokok) ada dugaan
disebabkan oleh reaksi alergi terhadap komponen sekret alaturogenital pasangan
seksualnya. Alasan ini dikemukakan karena pada pemeriksaan secret UNS tersebut akan
menunjukkan hasil steril dan dengan pemberian antihistamin dan kortikosteroid akan
mengurangi gejala penyakit. Selain itu, riwayat alergi juga bermanfaat untuk pemilihan
terapi pada pasien agar tidak terjadi alergi terhadap obat dan pasien dapat mendapatkan
pengobatan yang optimal.
Pemeriksaan fisik
Kebanyakan pasien dengan urethritis tidak tampak sakit dan tidak muncul tanda tanda
sepsis, seperti demam, takikardia, takipnea, atau hipotensi. Fokus primer dari pemeriksaan
adalah pada alat kelaminnya.
Pria
Pastikan pasien dalam kondisi berdiri, dan secara utuh tidak berpakaian, serta ruangan
hangat dengan penerangan yang baik. Ketika pasien melepaskan pakaian, perhatikan
pakaian dalam untuk mencari adanya sekresi yang mungkin akan menambahkan
informasi tambahan.
Periksa pasien untuk mencari adanya lesi yang mengindikasikan PMS lainnya, seperti
kondilima acuminata, herpes simplex, atau sifilis. Pemeriksa harus menarik preputium
penis pada pria yang tidak disirkumsisi. Lesi dan eksudat dapat tersembunyi.
Periksa bagian lumen dari urethra distal untuk mencari lesi, striktur, atau duh urethra
yang jelas.
Palpasi sepanjang urethra, nyeri tekan, atau panas yang menandakan abses atau benda
keras yang menandakan benda asing.
Periksa testis untuk bukti adanya massa atau peradangan. Palpasi korda spermatika,
cari bukti adanya pembengkakan, nyeri tekan, atau rasa panas yang menandakan
orchitis atau epididimistis.
Palpasi tanda keradangan pada prostat untuk prostatitis. Saat pemeriksaan rectal
touche, perhatikan adanya lesi disekitar anus
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan linis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 5 tahapan:1
Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan ggram akan ditemukan gonokok
gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari
daerah fossa naviculare, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar
bartholin, serviks, dan rektum.
Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan / kultur. Dua macam media
yang digunakan : media transpor dan media pertumbuhan.
5
Tes definitif
a. Tes oksidatif : reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-pfenilendiaminhidroklorida 1%ditambahkan pada koloni gonokok tersangka.
Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang
semula bening berubah menjadi merah muda smapai merah lembayung.
b. Tes fermentasi: Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan fermentasi memakai
glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
Tes thomson
Tes thomson berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah
berlangsung.dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu
itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini diperlukan persayaratan tertentu.
Diagnosis
Didapatkan diagnosis yaitu Uretritis Gonorrheae. Alasan diagnosis banding kami
yang pertama adalah uretritis gonore karena keluhan utama pasien adalah nyeri saat BAK dan keluar
nanah dari alat kelamin. Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis untuk mendapatkan berbagai
6
gejala klinis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Gonore merupakan penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh kuman gram negatif N.gonorrhoeae , adapun uretritis
gonore adalah gonore yang mengenai saluran uretra. Penyakit ini mempunyai insidens yang
tinggi diantara P.M.S . pada umumnya penularannya melalui hubungan kelami yaitu genitogenital, oro-genital dan dan ano-genital.
Gejala Klinis
Uretritis akut merupakan manifestasi klinis yang sering terjadi pada infeksi
gonokokus pada pria. Waktu inkubasi setelah terpapar kuman adalah antara 2 sampai dengan
7 hari, walau bagaimanapun interval dapat lebih panjang dan kadang-kadanag pada beberapa
orang tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). Gambaran klinis dan komplikasi gonore
sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia.
Tempat masuk kuman pada pria di uretra menimbulkan uretritis. Yang paling sering
adalah uretritis anterior akuta yang dapat menjalar ke proksimal, dan mengakibatkan
komplikasi lokal, asendens serta diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas di
bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria,
polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dapat pula
disertai nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum
kemerahan, edema, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen. Pada beberapa
kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.2
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria. Pada wanita,
penyakit akut maupun kronik, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah
didapati kelainan objektif. Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada komplikasi.
Infeksi pada wanita pada mulanya hanya mengenai serviks uteri. Pada pemeriksaan serviks
tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak
bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis.
7
Etiologi
Disebabkan oleh bakteri Neiserria gonorrhoeae. Neiserria gonorrhoeae merupakan kuman
kokus gram negatif, berukuran 0,6 sampai 1,5 m, berbentuk diplokokus seperti biji kopi
dengan sisi yang datar berhadap - hadapan. Kuman ini tidak motil dan tidak membentuk
spora. Neisseria gonorrheae dapat dibiakkan dalam media Thayer Martin dengan suhu
optimal 35 - 37C, pH 6,5 - 7,5, dengan kadar C02 5%.3
Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda secara antigen dari Neisseriae lain.
Gonococci biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan Neisseriae lainnya.
Gonococci yang membutuhkan arginin, hipoxantin dan urasil ( auksotipe Arg , Hyx+, Ura+ )
cenderung tumbuh dengan sangat lambat pada kultur primernya. 3
Gonococci diisolasi dari specimen klinis atau dipertahankan oleh subkultur nonselektif
yang memiliki cirri koloni kecil yang mengandung bakteri yang berpili. Pada subkultur
nonselektif, koloni yang lebih besar yang mengandung gonococci nonpili juga terbentuk
Varian yang pekat dan transparan pada kedua bentuk koloni ( besar dan kecil ) juga terbentuk,
koloni yang pekat berhubungan dengan keberadaan protein yang berada di permukaan, yang
disebut Opa. Kellog membedakan Neisseria gonorrhea berdasarkan pertumbuhan koloninya
pada media agar, yaitu:3
Koloni yang kecil karena mempunyai pili diberi tanda p+, sedangkan koloni besar diberi
tanda p . Makin kecil N.gonorrheae makin tinggi virulensinya, karena sel bakteri ini memiliki
pili yang memudahkan perlekatannya dengan dinding sel selaput lendir.3
Epidemiologi
Gonore terdapat dimana - mana di seluruh dunia dan merupakan penyakit kelamin
yang terbanyak dewasa ini. Tidak ada imunitas bawaan maupun setelah menderita penyakit.
Juga tidak ada perbedaan mengenai kekebalan antara berbagai suku bangsa atau jenis kelamin
atau umur. Diperkirakan setiap tahun tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan di dunia.
Beberapa strain kuman gonokok yang resisten terhadap penisilin, quinolone dan antibiotik
lainnya telah ditemukan beberapa tahun yang lalu dan membawa persoalan dalam
pengobatan, telah tersebar di beberapa negara. Penularan dapat melalui genito-genital, anogenital, dan oro-genital.4
Patogenesis
Pada umumnya infeksi primer dimulai pada epitel silindris dari urethra, ductus
periurethralis atau beberapa kelenjar di sekitarnya. Kuman juga dapat masuk lewat mukosa
serviks, konjungtiva, atau rectum. Kuman menempel dengan pili pada permukaan sel epitel
atau mukosa. Pada hari yang ke-3 kuman mencapai jaringan ikat di bawah epitel, setelah
terlebih dahulu menembus ruang antar sel. Selanjutnya terjadi reaksi radang berupa infiltrasi
lekosit polimorfonuklear. Penyebaran ke tempat lain lebih sering terjadi lewat saluran getah
bening daripada lewat saluran darah. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra,
nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi
urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi
primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina,
meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba
uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. 5
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit
(terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan,
lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi
pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh
gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah.
Gonococci kadang dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata
orang dewasa; penyakit tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan
yang disebabkan oleh meningococci. 5
9
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum tetapi relatif
resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke dalam aliran darah dan
menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap
penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin,
hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya. 5
Komplikasi
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal
genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson),
parauretritis, littritis (radang kelenjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar Cowper).
Infeksi dapat pula asendens, sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis,
yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior dapat mengenai
trigonum kandung kemih menimbulkan trigonitis, yang memberi gejala poliuria, disuria
terminal,dan hematuria. Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis,
miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis.2
Penatalaksanaan
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit mungkin
efek toksiknya. Pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali di daerah yang tinggi
insiden PPNG. Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis
tunggal.Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain:6
Penisilin.
Yang efektif adalah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Kontraindikasi pada alergi penisilin.
10
Dosis ampisilin 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan dosis amoksisilin 3 gram + 1 gram
probenesid. Kontraindikasi pada alergi penisilin. Untuk daerah dengan PPNG yang
tinggi, penisilin, ampisilin, dan amoksisilin tidak dianjurkan.
Sefalosporin
Seftriakson cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m, Sefoperazon dengan dosis 0,5-1
gram i.m, dan Sefiksim 400 mg merupakan obat pilihan baru dari golongan
sefalosporin yang dapat diberikan secara oral.
Spektinomisin
Dosis 2 gram i.m, baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami
kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka
menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis. Namun obat ini relatif
tidak efektif untuk infeksi gonore pada faring.
Kanamisin
Dosis 2 gram i.m, kebaikan obat ini sama dengan spektinomisin. Kontraindikasi pada
kehamilan.
Tiamfenikol
Dosisnya 2,5-3,5 gram secara oral. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.
Kuinolon
Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 500 mg, secara
oral. Di Asia (termasuk Indonesia) dan Amerika Utara sudah mulai dijumpai kepekaan
yang menurun terhadap kuinolon. Levofloksasin generasi terbaru kuinolon dapat
dianjurkan untuk pengobatan gonore dengan dosis 250 mg per oral dosis tunggal.
Kuinolon tidak boleh diberikan untuk wanita hamil dan menyusui.
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari.
Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
Pencegahan
Penggunaan kondom dapat mencegah penularan. Selain itu perlu terus waspada, karena
sekali seseorang terinfeksi, tidak berarti selanjutnya ia menjadi kebal atau imun. Banyak
orang terserang gonorrhea ini lebih dari sekali.6
Pencegahan jauh lebih baik dan lebih mudah dibandingkan dengan pengobatan. Perlu di
tinjau kembali perilaku seksual sekarang, dan segera meninggalkan perilaku seks yang beresiko
dan tidak bertanggung jawab. Hindarilah berganti pasangan. Kemudian bersikap setia terhadap
pasangan juga merupakan tindakan yang baik untuk pencegahan penyakit ini. 6
Serta berikan edukasi mengenai penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat
berpengaruh pada keberhasilan pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular
kembali dan dapat terjadi komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas. Tidak ada cara
pencegahan terbaik kecuali menghindari kontak seksual dengan pasangan yang beresiko.
Penggunaan kondom masih dianggap yang terbaik. Pendidikan moral, agama dan seks perlu
diperhatikan.6
Prognosis
Sebagian besar infeksi gonore memberikan respons yang cepat terhadap pengobatan
dengan antibiotik. Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap.7
Diagnosis banding
Urethritis diartikan sebagai inflamasi yang diinduksi oleh infeksi pada urethra.
Meskipun berbagai kondisi klinis dapat mengakibatkan iritasi terhadap urethra, penggunaan
istilah urethritis khususnya dipergunakan untuk inflamasi urethra yang disebabkan oleh
Penyakit Menular Seksual (PMS). Urethritis secara umum dikelompokkan kepada dua bentuk
berdasarkan penyebabnya: urethritis gonokokal (GO) dan urethritis non-gonokokal (GNO).2
12
tipe
Gejala klinis :
Dysuria + secret mucopurulent pada urethra. Pada pria dapat menjadi epididymitis,
prostatitis, proctitis (homoseksual), dan mungkin timbul reiters syndrome. Sedangkan
pada wanita dapat timbul cervicitis, salphingitis, endometritis, dan pelvic inflammatory
disease, tetapi juga dapat asymptomatic.
2. Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis
13
Ureaplasma urealyticum merupakan 25% penyebab NSU dan sering bersamaan dengan
Chlamydia trachomatis. Mycoplasma hominis juga sering bersama-sama dengan
Ureaplasma urealyticum. Mycoplasma hominis bersifat komensal yang dapat menjadi
pathogen
hanya
saat-saat
tertentu
saja.
Ureaplasma
urealyticum
merupakan
14
BAB III
KESIMPULAN
Dengan anamnesis yang didapatkan gejala klinis yang ada serta berbagai
pemeriksaan, pasien menderita uretritis gonorrheae. Penyakit gonore merupakan salah satu
penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae.
Neisseria Gonorrhoaea yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum (usus
bagian bawah), tenggorokan maupun bagian putih mata (Gonorhoaea Conjugtiva). Gonore
bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh lainnya terutama kulit dan persendian.
Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul
sehingga menimbulkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Gonore biasanya diobati
dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian
antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Di
15
Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS (penyakit
menular seksual). Karena gonorrhea ini sangat menular namun seringkali tidak
menampakkan gejala-gejala khusus. Seseorang yang pernah melakukan hubungan seks
dengan lebih dari satu pasangan sebaiknya memeriksakan dirinya dengan teratur.
Daftar pustaka
1. Davey P. At a glance medicine. 1st ed. Jakarta: Erlangga; 2002; 39-40.
2. Djuanda A, Hamzah M, Alsah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 5; jilid 1.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 366-85
3. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan. 1st ed. Jakarta: EGC; 2009; 212-3.
4. Timmreck T. Epidemiologi suatu pengantar. 1st ed. Jakarta: EGC; 2005; 147-8.
5. Tambayong J. Patofisiologi. 1st ed. Jakarta: EGC; 2000; 195-7.
6. Ganiswarna SG, dkk. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2005. Hal 622-50.
7. Hayes PC, Mackay TW. Diagnosis dan terapi. 1st ed. Jakarta: EGC; 2000; 357-9.
16
17