Anda di halaman 1dari 17

Urethritis karena Infeksi Neisseria Gonorrhoeae

Kelompok E6 :
Febriany Gotamy

(102011075)

Sintia Fransiska

(102011080)

Erik Susanto

(102011104)

Kelly S.C Tanzil

(102011118)

Stella Yosanie

(102011226)

Eifraimdio Paisthalozie

(102011384)

Kharisma Albert

(102009260)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Utara No.6
Jakarta 11510

BAB I
1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Menurut WHO, uretritis gonokokus dan non gonokokus merupakan masalah
kesehatan lingkungan yang sangat penting. Penyakit ini ditransmisikan terutama
malalui hubungan seksual dengan partner yang terinfeksi. Penyakit ini juga dapat
menular melalui cairan tubuh yang terinfeksi sehingga ibu dapat menularkan infeksi
ini ke bayinya selama persalinan. Penyakit ini dapat mengenai pria dan wanita, serta
lebih

mudah

menyebar

pada

individu

yang

memiliki

banyak

partner

seksual .Neisseria gonorhoeae merupakan penyebab gonore, salah satu penyakit


menular seksual yang terbanyak. Sekitar 62 juta kasus gonore terdiagnosa pada 1995.
Waktu inkubasinya sekitar 2-5 hari. Penyakit ini menimbulkan gejala disuria, gatal
pada uretra, dan secret uretra purulen. Namun pada sebagian besar kasus, terutama
pada wanita, penyakit ini asimtomatik. Non-gonococcal urethritis (NGU) adalah satu
di antara penyakit menular seksual yang umum ditemukan. NGU dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, parasit, dan jamur. Uretritis gonokokus dan non gonokokus
memiliki gejala klinis yang hampir sama, sedangkan penanganan yang diperlukannya
cukup berbeda. Oleh karena itu, diagnosisnya perlu dibedakan baik melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dengan penegakan diagnosis yang
tepat, terapi dapat dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga mengurangi
timbulnya komplikasi penyakit dan tingkat penyebarannya di masyarakat.

BAB II
ISI
2

Anamnesis
1. Identitas
Tanyakan Nama, Umur (pada penyakit tertentu umur dapat dijadikan patokan seperti
pada kasus umur remaja 27 tahun dapat meningkatkan risiko penyakit gonore), Alamat
(keadaan tempat tinggal juga dapat menjadi patokan berbagai jenis penyakit, dalam hal
penyakit gonore tidak terlalu spesifik mungkin bias terjadi akibat pergaulan yang tidak
baik dari lingkungannya) , dan Pekerjaan (pekerjaan seseorang penting untuk mengetahui
aktivitas sehari - harinya untuk dapat terjadinya penyakit gonore, contoh wanita PSK).
2. Keluhan Utama
Nyeri BAK dan keluar nanah dari kelamin. Pada berbagai referensi disebutkan bahwa
setelah 3-5 hari masa inkubasi bakteri akan timbul beberapa keluhan seperti frekuensi
berkemih dan rasa terbakar (nyeri) saat berkemih. Selain itu, terdapat pula keluhan
discharge yang keluar dari urethra berwarna kuning dan purulen.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dari hasil anamnesis didapatkan Sejak 3 hari yang lalu pasien merasakan nyeri saat
BAK dan alat kelamin keluar nanah. Nyeri saat BAK dan alat kelamin keluar nanah
dalam jumlah banyak merupakan gejala klinis uretritis gonore. Gejala ini akan tampak
setelah masa inkubasi yang singkat. Pada pria gejala nyeri saat BAK dan keluar nanah
dari alat kelamin mulai muncul biasanya setelah 2- 5 hari (masa inkubasi), namun pada
beberapa individu justru terjadi lebih lama yakni setelah 7-10 hari (masa inkubasi).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah pernah mengalami sakit serupa. Ada atau tidaknya riwayat alergi
karena riwayat alergi harus ditanyakan kepada pasien hal ini terkait dengan penyebab
penyakit. Pada uretritis non spesifik (tidak spesifik karena gonokok) ada dugaan
disebabkan oleh reaksi alergi terhadap komponen sekret alaturogenital pasangan
seksualnya. Alasan ini dikemukakan karena pada pemeriksaan secret UNS tersebut akan
menunjukkan hasil steril dan dengan pemberian antihistamin dan kortikosteroid akan
mengurangi gejala penyakit. Selain itu, riwayat alergi juga bermanfaat untuk pemilihan
terapi pada pasien agar tidak terjadi alergi terhadap obat dan pasien dapat mendapatkan
pengobatan yang optimal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Ada tidaknya riwayat penyakit keluarga pada pasien dapat membantu diagnosis.
Riwayat penyakit keluarga meliputi, riwayat penyakit serupa, riwayat penyakit kronis
maupun riwayat rawat inap di rumah sakit karena penyakit berat. Dari data anamnesis
tidak diketahui apakah keluarga pasien memiliki riwayat - riwayat yang telah disebutkan di
atas. Riwayat tersebut penting ditanyakan untuk mengetahui hubungan antara penyakit yang
dialami pasien saat ini denganriwayat penyakit pada keluarga pasien.
6. Lingkungan Sosial dan Kebiasaan
Keadaan sosial misal adanya ketidakharmonisan dalam suatu keluarga yang memicu untuk bercerai
sehingga mencari pasangan yang mempunyai riwayat penyakit tersebut. Dan kebiasaan, misal seringkali
untuk pergi ketika malam hari dan jajan dengan wanita PSK. Serta tingkat keadaan ekonomi juga dapat
mendukung dapat terjadinya penyakit gonore (biasa akibat sosial ekonomi yang rendah) akibat kebiasaan
yang ia lakukan.

Pemeriksaan fisik
Kebanyakan pasien dengan urethritis tidak tampak sakit dan tidak muncul tanda tanda
sepsis, seperti demam, takikardia, takipnea, atau hipotensi. Fokus primer dari pemeriksaan
adalah pada alat kelaminnya.
Pria

Rencana terbaik adalah menghindari pemeriksaan genitalia segera setelah pasien


mikturisi karena urin yang keluar dapat secara sementara membersihkan duh dan
organisme yang dapat dikultur. Oleh karena kultur urin adalah komponen yang
penting untuk evaluasi, sarankan kepada pasien agar kencing 2 jam sebelum
pemeriksaan genitalia sehingga hasil kultur dan pemeriksaan dapat optimal dan pasien
dapat secara nyaman spesimen urin setelah pemeriksaan.

Pastikan pasien dalam kondisi berdiri, dan secara utuh tidak berpakaian, serta ruangan
hangat dengan penerangan yang baik. Ketika pasien melepaskan pakaian, perhatikan
pakaian dalam untuk mencari adanya sekresi yang mungkin akan menambahkan
informasi tambahan.

Periksa pasien untuk mencari adanya lesi yang mengindikasikan PMS lainnya, seperti
kondilima acuminata, herpes simplex, atau sifilis. Pemeriksa harus menarik preputium
penis pada pria yang tidak disirkumsisi. Lesi dan eksudat dapat tersembunyi.

Periksa bagian lumen dari urethra distal untuk mencari lesi, striktur, atau duh urethra
yang jelas.

Palpasi sepanjang urethra, nyeri tekan, atau panas yang menandakan abses atau benda
keras yang menandakan benda asing.

Periksa testis untuk bukti adanya massa atau peradangan. Palpasi korda spermatika,
cari bukti adanya pembengkakan, nyeri tekan, atau rasa panas yang menandakan
orchitis atau epididimistis.

Periksa adanya inguinal adenopati

Palpasi tanda keradangan pada prostat untuk prostatitis. Saat pemeriksaan rectal
touche, perhatikan adanya lesi disekitar anus

Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan linis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 5 tahapan:1

Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan ggram akan ditemukan gonokok
gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari
daerah fossa naviculare, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar
bartholin, serviks, dan rektum.

Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan / kultur. Dua macam media
yang digunakan : media transpor dan media pertumbuhan.
5

Contoh media transpor: media stuart, media transgrow.


Contoh media pertumbuhan : media thyer martin, mc.leods chocolate agar.

Tes definitif
a. Tes oksidatif : reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-pfenilendiaminhidroklorida 1%ditambahkan pada koloni gonokok tersangka.
Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang
semula bening berubah menjadi merah muda smapai merah lembayung.
b. Tes fermentasi: Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan fermentasi memakai
glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.

Tes beta laktamase


Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL
961192 yang akan mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan
perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim betalaktamase.

Tes thomson
Tes thomson berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah
berlangsung.dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu
itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini diperlukan persayaratan tertentu.

Diagnosis
Didapatkan diagnosis yaitu Uretritis Gonorrheae. Alasan diagnosis banding kami
yang pertama adalah uretritis gonore karena keluhan utama pasien adalah nyeri saat BAK dan keluar
nanah dari alat kelamin. Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis untuk mendapatkan berbagai
6

gejala klinis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Gonore merupakan penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh kuman gram negatif N.gonorrhoeae , adapun uretritis
gonore adalah gonore yang mengenai saluran uretra. Penyakit ini mempunyai insidens yang
tinggi diantara P.M.S . pada umumnya penularannya melalui hubungan kelami yaitu genitogenital, oro-genital dan dan ano-genital.

Gejala Klinis
Uretritis akut merupakan manifestasi klinis yang sering terjadi pada infeksi
gonokokus pada pria. Waktu inkubasi setelah terpapar kuman adalah antara 2 sampai dengan
7 hari, walau bagaimanapun interval dapat lebih panjang dan kadang-kadanag pada beberapa
orang tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). Gambaran klinis dan komplikasi gonore
sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia.
Tempat masuk kuman pada pria di uretra menimbulkan uretritis. Yang paling sering
adalah uretritis anterior akuta yang dapat menjalar ke proksimal, dan mengakibatkan
komplikasi lokal, asendens serta diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas di
bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria,
polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dapat pula
disertai nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum
kemerahan, edema, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen. Pada beberapa
kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.2

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria. Pada wanita,
penyakit akut maupun kronik, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah
didapati kelainan objektif. Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada komplikasi.
Infeksi pada wanita pada mulanya hanya mengenai serviks uteri. Pada pemeriksaan serviks
tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak
bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis.
7

Etiologi
Disebabkan oleh bakteri Neiserria gonorrhoeae. Neiserria gonorrhoeae merupakan kuman
kokus gram negatif, berukuran 0,6 sampai 1,5 m, berbentuk diplokokus seperti biji kopi
dengan sisi yang datar berhadap - hadapan. Kuman ini tidak motil dan tidak membentuk
spora. Neisseria gonorrheae dapat dibiakkan dalam media Thayer Martin dengan suhu
optimal 35 - 37C, pH 6,5 - 7,5, dengan kadar C02 5%.3
Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda secara antigen dari Neisseriae lain.
Gonococci biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan Neisseriae lainnya.
Gonococci yang membutuhkan arginin, hipoxantin dan urasil ( auksotipe Arg , Hyx+, Ura+ )
cenderung tumbuh dengan sangat lambat pada kultur primernya. 3
Gonococci diisolasi dari specimen klinis atau dipertahankan oleh subkultur nonselektif
yang memiliki cirri koloni kecil yang mengandung bakteri yang berpili. Pada subkultur
nonselektif, koloni yang lebih besar yang mengandung gonococci nonpili juga terbentuk
Varian yang pekat dan transparan pada kedua bentuk koloni ( besar dan kecil ) juga terbentuk,
koloni yang pekat berhubungan dengan keberadaan protein yang berada di permukaan, yang
disebut Opa. Kellog membedakan Neisseria gonorrhea berdasarkan pertumbuhan koloninya
pada media agar, yaitu:3

T1 bentuk koloninya kecil, cembung dan lebih terang


T2 bentuk koloninya kecil, lebih gelap, tapi lebih terang
T3 bentuk koloninya besar, datar dan lebih gelap
T4 sama dengan T3 tetapi lebih terang

Koloni yang kecil karena mempunyai pili diberi tanda p+, sedangkan koloni besar diberi
tanda p . Makin kecil N.gonorrheae makin tinggi virulensinya, karena sel bakteri ini memiliki
pili yang memudahkan perlekatannya dengan dinding sel selaput lendir.3

Gambar 1. Kuman Neiserria gonorrhoeae3

Epidemiologi
Gonore terdapat dimana - mana di seluruh dunia dan merupakan penyakit kelamin
yang terbanyak dewasa ini. Tidak ada imunitas bawaan maupun setelah menderita penyakit.
Juga tidak ada perbedaan mengenai kekebalan antara berbagai suku bangsa atau jenis kelamin
atau umur. Diperkirakan setiap tahun tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan di dunia.
Beberapa strain kuman gonokok yang resisten terhadap penisilin, quinolone dan antibiotik
lainnya telah ditemukan beberapa tahun yang lalu dan membawa persoalan dalam
pengobatan, telah tersebar di beberapa negara. Penularan dapat melalui genito-genital, anogenital, dan oro-genital.4

Patogenesis
Pada umumnya infeksi primer dimulai pada epitel silindris dari urethra, ductus
periurethralis atau beberapa kelenjar di sekitarnya. Kuman juga dapat masuk lewat mukosa
serviks, konjungtiva, atau rectum. Kuman menempel dengan pili pada permukaan sel epitel
atau mukosa. Pada hari yang ke-3 kuman mencapai jaringan ikat di bawah epitel, setelah
terlebih dahulu menembus ruang antar sel. Selanjutnya terjadi reaksi radang berupa infiltrasi
lekosit polimorfonuklear. Penyebaran ke tempat lain lebih sering terjadi lewat saluran getah
bening daripada lewat saluran darah. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra,
nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi
urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi
primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina,
meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba
uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. 5
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit
(terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan,
lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi
pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh
gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah.
Gonococci kadang dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata
orang dewasa; penyakit tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan
yang disebabkan oleh meningococci. 5
9

Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum tetapi relatif
resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke dalam aliran darah dan
menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap
penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin,
hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya. 5

Komplikasi
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal
genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson),
parauretritis, littritis (radang kelenjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar Cowper).
Infeksi dapat pula asendens, sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis,
yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior dapat mengenai
trigonum kandung kemih menimbulkan trigonitis, yang memberi gejala poliuria, disuria
terminal,dan hematuria. Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis,
miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis.2
Penatalaksanaan
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit mungkin
efek toksiknya. Pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali di daerah yang tinggi
insiden PPNG. Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis
tunggal.Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain:6

Penisilin.
Yang efektif adalah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Kontraindikasi pada alergi penisilin.

Ampisilin dan amoksisilin.

10

Dosis ampisilin 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan dosis amoksisilin 3 gram + 1 gram
probenesid. Kontraindikasi pada alergi penisilin. Untuk daerah dengan PPNG yang
tinggi, penisilin, ampisilin, dan amoksisilin tidak dianjurkan.

Sefalosporin
Seftriakson cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m, Sefoperazon dengan dosis 0,5-1
gram i.m, dan Sefiksim 400 mg merupakan obat pilihan baru dari golongan
sefalosporin yang dapat diberikan secara oral.

Spektinomisin
Dosis 2 gram i.m, baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami
kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka
menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis. Namun obat ini relatif
tidak efektif untuk infeksi gonore pada faring.

Kanamisin
Dosis 2 gram i.m, kebaikan obat ini sama dengan spektinomisin. Kontraindikasi pada
kehamilan.

Tiamfenikol
Dosisnya 2,5-3,5 gram secara oral. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.

Kuinolon
Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 500 mg, secara
oral. Di Asia (termasuk Indonesia) dan Amerika Utara sudah mulai dijumpai kepekaan
yang menurun terhadap kuinolon. Levofloksasin generasi terbaru kuinolon dapat
dianjurkan untuk pengobatan gonore dengan dosis 250 mg per oral dosis tunggal.
Kuinolon tidak boleh diberikan untuk wanita hamil dan menyusui.

Non medika mentosa


Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:
-

Bahaya penyakit menular seksual


Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
11

Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat

dihindari.
Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

Pencegahan
Penggunaan kondom dapat mencegah penularan. Selain itu perlu terus waspada, karena
sekali seseorang terinfeksi, tidak berarti selanjutnya ia menjadi kebal atau imun. Banyak
orang terserang gonorrhea ini lebih dari sekali.6
Pencegahan jauh lebih baik dan lebih mudah dibandingkan dengan pengobatan. Perlu di
tinjau kembali perilaku seksual sekarang, dan segera meninggalkan perilaku seks yang beresiko
dan tidak bertanggung jawab. Hindarilah berganti pasangan. Kemudian bersikap setia terhadap
pasangan juga merupakan tindakan yang baik untuk pencegahan penyakit ini. 6

Serta berikan edukasi mengenai penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat
berpengaruh pada keberhasilan pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular
kembali dan dapat terjadi komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas. Tidak ada cara
pencegahan terbaik kecuali menghindari kontak seksual dengan pasangan yang beresiko.
Penggunaan kondom masih dianggap yang terbaik. Pendidikan moral, agama dan seks perlu
diperhatikan.6

Prognosis
Sebagian besar infeksi gonore memberikan respons yang cepat terhadap pengobatan
dengan antibiotik. Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap.7

Diagnosis banding
Urethritis diartikan sebagai inflamasi yang diinduksi oleh infeksi pada urethra.
Meskipun berbagai kondisi klinis dapat mengakibatkan iritasi terhadap urethra, penggunaan
istilah urethritis khususnya dipergunakan untuk inflamasi urethra yang disebabkan oleh
Penyakit Menular Seksual (PMS). Urethritis secara umum dikelompokkan kepada dua bentuk
berdasarkan penyebabnya: urethritis gonokokal (GO) dan urethritis non-gonokokal (GNO).2
12

Uretritis nongonokok atau nongonococcal urethritis (N.G.U) adalah peradangan di


uretra yang disebabkan oleh kuman lain selain gonokok. NGU dapat dibedakan lagi menjadi
uretritis spesifik dan uretritis non spesifik. Yang dimaksud kuman spesifik adalah kuman
yang dengan fasilitas laboratorium biasa/ sederhana dapat ditemukan seketika, yaitu Candida
albicans, Trichomonas vaginalis, dan Escherichia coli. Kurang lebih 75% telah diselidiki
penyebab infeksi genital non spesifik adalah Chlamydia trachomatis (serotype D K),
Ureaplasma urealiticum dan Mycoplasma hominis. 2
Non-Spesifik Urethritis (NSU)
Adalah infeksi pada genital yang bukan karena kuman spesifik (kuman yang dapat dideteksi
dengan pemeriksaan laboratorium sederhana/biasa yaitu gonokokus, candida albicans,
trichomonas vaginalis, dan escherichia coli). Kuman-kuman penyebab utama NSU adalah
Chlamydia trachomatis (serotype D-K), Ureaplasma urealiticum, Mycoplasma hominis, dan
virus HSV.2
1. Chlamydia trachomatis, merupakan parasit obligat intraseluler, yang menyerupai bakteri
negatif-Gram dan penyebab NSU yang termasuk subgroup A dan mempunyai

tipe

serotype D-K. Dalam pengembangannya Chlamydia trachomatis mengalami 2 fase :


Fase 1 : disebut fase noninfeksiosa, terjadi keadaan laten yang dapat ditemukan pada
genitalia maupun konjungtiva. Pada saat ini kuma sifatnya intraselular dan berada di
dalam vakuol yang letaknya melekat pada inti sel hospes yang disebut badan inklusi atau
retikuler
Fase 2 : fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk badan elementer
yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes baru.

Gejala klinis :
Dysuria + secret mucopurulent pada urethra. Pada pria dapat menjadi epididymitis,
prostatitis, proctitis (homoseksual), dan mungkin timbul reiters syndrome. Sedangkan
pada wanita dapat timbul cervicitis, salphingitis, endometritis, dan pelvic inflammatory
disease, tetapi juga dapat asymptomatic.
2. Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis

13

Ureaplasma urealyticum merupakan 25% penyebab NSU dan sering bersamaan dengan
Chlamydia trachomatis. Mycoplasma hominis juga sering bersama-sama dengan
Ureaplasma urealyticum. Mycoplasma hominis bersifat komensal yang dapat menjadi
pathogen

hanya

saat-saat

tertentu

saja.

Ureaplasma

urealyticum

merupakan

mikrorganisme paling kecil, negative-Gram, dan sangat pleomorfik karena tidak


mempunyai dinding sel yang kaku.
Gejala klinis:
Pada pria gejala baru timbul setelah 1-3 minggu kontak seksual dan biasanya tidak
seberat gonore. Gejalanya berupa dysuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering
kencing, dan keluarnya cairan seropurulen. Dibandingkan dengan gonore perjalanan
penyakit lebih lama dan cenderung residif. Komplikasinya dapat berupa prostatitis,
vesikulitis, dan epididimitis. Sedangkan pada wanita lebih sering pada serviks
dibandingkan dengan vagina. Seperti pada gonore biasanya asymptomatic. Sebagian
keluhan berupa disuria ringan, sering kencing, nyeri di daerah pelvis, dan disparenia.
Pada pemeriksaan serviks dapat dilihat tanda-tanda servisitis yang disertai adanya folikelfolikel kecil yang mudah berdarah.
3. Trikomoniasis
Merupakan infeksi saluran urogenital pada bagian bawah wanita maupun pria, dapat
bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh trichomonas vaginalis dan penularannya
biasanya melalui hubungan seksual.
Gejala klinis :
Pada pria yang diserang terutama uretra, ke kelenjar prostat, dan kadang-kadang
preuputiumm vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran mirip gonore
seperti disuria, poliuria, dan sekeret mukopurulen. Sedangkan pada wanita, yang diserang
terutama adalah dinding vagina, yang akan terlihat secret seropurulen berwarna
kekuningan, kuning kehijauan, dan berbau tidak enak serta berbusa.

14

BAB III
KESIMPULAN

Dengan anamnesis yang didapatkan gejala klinis yang ada serta berbagai
pemeriksaan, pasien menderita uretritis gonorrheae. Penyakit gonore merupakan salah satu
penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae.
Neisseria Gonorrhoaea yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum (usus
bagian bawah), tenggorokan maupun bagian putih mata (Gonorhoaea Conjugtiva). Gonore
bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh lainnya terutama kulit dan persendian.
Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul
sehingga menimbulkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Gonore biasanya diobati
dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian
antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Di
15

Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS (penyakit
menular seksual). Karena gonorrhea ini sangat menular namun seringkali tidak
menampakkan gejala-gejala khusus. Seseorang yang pernah melakukan hubungan seks
dengan lebih dari satu pasangan sebaiknya memeriksakan dirinya dengan teratur.

Daftar pustaka
1. Davey P. At a glance medicine. 1st ed. Jakarta: Erlangga; 2002; 39-40.
2. Djuanda A, Hamzah M, Alsah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 5; jilid 1.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 366-85
3. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan. 1st ed. Jakarta: EGC; 2009; 212-3.
4. Timmreck T. Epidemiologi suatu pengantar. 1st ed. Jakarta: EGC; 2005; 147-8.
5. Tambayong J. Patofisiologi. 1st ed. Jakarta: EGC; 2000; 195-7.
6. Ganiswarna SG, dkk. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2005. Hal 622-50.
7. Hayes PC, Mackay TW. Diagnosis dan terapi. 1st ed. Jakarta: EGC; 2000; 357-9.

16

17

Anda mungkin juga menyukai