yang paling lemah dari lempeng epifisis adalah zona transformasi tulang
rawan pada daerah hipertrofi dimana biasanya terjadi garis fraktur
disebabkan oleh meningkatnya aktfifitas metabolik dan berkurangannya
suplai darah 2,5
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 1 (a) Fraktur greenstick pada lengan distal (tanda panah), (b) Fraktur
avulsi kecil pada dasar falang distal, (c) Deposit sekunder pada humerus; fraktur
patologis, (d) Fraktur stres yang telah menyembuh pada metatarsal
ketiga.(dikutip dari kepustakaan 1)
memungkinkan
BAB II INSIDEN
Penyebab fraktur, tidak terkecuali fraktur tulang apapun itu antara
lain karena trauma, non trauma, dan stress. Trauma dapat dibagi menjadi
trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung berarti
benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, sedangkan
trauma tidak langsung bilamana titik tumpuan benturan dengan terjadinya
fraktur
bergantian.
Sementara
fraktur
non-trauma
terjadi
karena
kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non trauma ini
bisa karena kelainan metabolik atau infeksi. Fraktur stress terjadi karena
trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.8
Cedera ataupun penyakit yang mempengaruhi metafisis atau
epifisis pada anak yang sangat muda sering dapat merusak seluruh
elemen lempeng pertumbuhan, menyebar tepat di dari satu zona ke zona
yang lain.8
Mekanisme yang paling umum dari cedera ini adalah jatuh pada
uluran tangan (Gambar). Perpanjangan pergelangan tangan pada saat
cedera menyebabkan fragmen distal akan berpindah ke dorsal (posterior).
Kemudian
dilakukan
dievaluasi
2500
patah
tulang
ke
lempeng
bentuk
kristal
kalsium
fosfat
yang
disebut
hidroksiapatit.
2,5,10
Gambar 4. Anatomi tulang panjang pada anak. (dikutip dari kepustakaan 10)
7
BAB IV EMBRIOLOGI
diputus
kolar
tulang
dan
matriks
terkalsifikasi,
akan
Di
dalam
substansi
dasar
tulang
rawan
terjadi
10,11
10
BAB V KLASIFIKASI
Banyak klasifikasi fraktur lempeng epifisis antara lain menurut
Salter-Harris, Polland, Aitken, Weber, Rang, Ogend. Tapi klasifikasi
menurut Salter-Harris yang paling mudah dan praktis serta memenuhi
syarat untuk terapi dan prognosis. 5,7,8,10,12,13,14
Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang dianut dan
dibagi dalam lima tipe :
1. Tipe 1
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada
tulang, sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis.
Fraktur ini meliputi zona hipertrofi dan zona kalsifikasi. Fraktur ini terjadi
oleh karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi baru lahir
dan pada anak-anak yang lebih muda.
2. Tipe 2
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur
melalui sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan
membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut
dengan tanda Thurston-Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng
epifisis juga masih melekat. Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini
11
3.Tipe 3
Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis
fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian
sepanjang garis lempeng epifisis. Jenis ini bersifat intra-artikuler dan
biasanya ditemukan pada epifisis tibia distal.
12
4. Tipe 4
Fraktur tipe IV juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui sendi
memotong epifisis serta seluruh lapisan lempeng epifisis dan berlanjut
pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur kondilus lateralis
humeri pada anak-anak.
5. Tipe 5
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang
diteruskan. Pada lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi
penopang badan yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosis
sulit karena secara radiologik tidak dapat dilihat.
Gambar 11. Fraktur salter-harris epifisis tipe 5 (dikutip dari kepustakaan 13,14)
13
BAB VI DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis fraktur, dibutuhkan beberapa informasi antara lain :
Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan pasien yang datang dengan keluhan
nyeri dan sendi yang terlokalisir, yang didahului oleh trauma (seperti jatuh,
benturan). Luka pada ekstremitas bawah timbul karena ketidakmampuan
tubuh untuk menahan berat badan pada bagian yang luka. Luka pada
ekstremitas atas timbul karena terjadi kelemahan fungsi dan keterbatasan
untuk bergerak pada sendi yang luka.
15
Pemeriksaan Fisik
Yang sangat penting dalam menilai pasien dengan fraktur adalah
memperhatikan luka pada muskuloskeletal dan ABC (airway, breathing,
circulation) juga harus diperhatikan. Gejala-gejala yang sering pada tubuh
adalah nyeri , deformitas, bengkak, dan kelainan lainnya.
adalah
pergerakan
sendi.
Pada
awalnya
penilaian
Pemeriksaan Radiologi
Dalam pemeriksaan foto X-Ray dapat dilakukan untuk menentukan
tipe
fraktur
berdasarkan
klasifikasi
Salter-Harris
dengan
posisi
14
15
Gambar 13. fraktur epifisis salter-haris tipe 2 pada distal tibia dan (dikutip
sari kepustakaan 14)
Gambar 14. Fraktur distal tibia salter harris tipe 3 (dikutip dari
kepustakaan 10)
16
Gambar 15. Fraktur salter haris tipe 4 distal tibia (dikutip dari kepustakaan
14)
Gambar 16. (a) Fraktur phalanx proksimal jari kelima salter harris tipe 5,
(b) Fraktur metatarsal keempat salter harris tipe 5 (dikutip dari kepustakaan 10)
17
18
utuh melekat pada tibia distal. Jika fisis yang terbuka, ini akan menjadi fraktur
salter harris tipe IV (D). (dikutip dari kepustakaan 15)
Gambar 22. MRI menunjukkan Fraktur salter harris tipe 3 (dikutip dari
kepustakaan 14)
19
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keputusan
pengobatan
salter harris
tipe
jarang
didiagnosis
akut
atau
21
gangguan
dalam
pertumbuhan.
Sisanya
15%
akan
22
BAB IX PENUTUP
Fraktur adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas dari
tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total
ataupun bersifat parsial. Pada pasien fraktur epifisis digunakan klasifikasi
salter-Harris
untuk
penatalaksanaan
membantu
dan
dalam
prognosis
menegakan
pada
diagnosa,
pasien
fraktur.
diperlukan
anamnesis
dan
pemeriksaan
fisik
yang
baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Patel PR. Trauma Skeletal. Safitri A editor. Lecture Notes :
Radiologi. Edisi 2. Jakarta : Erlangga. 2007. p.222.
24
Embrio.
Dany
editor.
Embriologi
Fungsional
25