Anda di halaman 1dari 22

I.

IDENTITAS
Inisial pasien
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Masuk RS

II.

: Ny.N
: Perempuan
: 38 tahun
: Islam
: Swasta
: Bumi mutiara Blk Je 9/16 RT 06/32 Kel.Bojong Kalor
Kec.Gunung Putri
: 25 Oktober 2014

ANAMNESIS
2.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesa dengan suami pasien.
2.2 Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran.
2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita datang dengan keluhan penurunan kesadaran 6 jam
SMRS.Pasien mengalami penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas.Pasien mengalami kecelakaan motor setelah ditabrak oleh motor
lain , lalu terjatuh dari motor kemudian pasien langsung mengalami penurunan
kesadaran yang semakin memburuk setelah beberapa jam dan pada bagian
kepala berdarah.Pasien dibawa ke RS Budi Asih lalu di rujuk ke RS UKI
karena fasilitas yang tidak memadai.
2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal oleh suami pasien.
2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat hipertensi dan diabetes mellitus di keluarga pasien.

III.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 25 Oktober 2014

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran

: Somnolen ( GCS E2 M2 V4)

Pemeriksaan tanda-tanda vital


Suhu Tubuh

: 36,5 oC (per axilla)

Tekanan Darah

: 120 / 80 mmHg

Nadi

: 92 kali/menit

Frekuensi nafas

: 28 kali/menit

PRIMARY SURVEY

Airway (jalan napas)


Pasien dapat bernapas secara spontan, tidak terdapat stridor dan pasien dapat

berbicara spontan.
Breathing (pernafasan)
Pergerakan dinding dada simetris , tidak terdapat segmen thoraks yang

tertinggal, frekuensi nafas 28 kali/menit.


Circulation
Nadi teraba kuat dengan frekuensi 92 kali/menit, sianosis (-),akral hangat,

CRT < 2 detik.


Disability
GCS 8 (E2 M2 V4), pupil bulat anisokor, diameter 2 mm/ 4 mm, refleks cahaya
langsung +/+ , reflex cahaya tidak langsung +/+ .

SECONDARY SURVEY
Kepala

Normosephali, deformitas (-), rambut distribusi baik dan kuat

Mata

Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, pupil bulat anisokor 2 mm /


4 mm

THT
Telinga

Normotia, perdarahan (-)

Hidung

Deviasi septum nasi (-), perdarahan (-), sekret (-)

Tenggorokan
Thoraks
Cor

Sulit dinilai
Inspeksi: Pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi: Iktus kordis tidak teraba
Perkusi: Batas jantung normal (batas jantung atas ICS 2 para sternal
kiri, batas jantung kanan ICS4 parasternal kanan, batas jantung kiri
ICS4 midclavicula kiri)

Pulmo

Auskultasi: BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)


Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris , bagian paru yang
tertinggal (-), bekas luka (-)
Palpasi: nyeri (-), vokal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi: sonor pada kedua lapang paru

Punggung
Abdomen

Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/Deformitas (-), bekas luka (-)
Inspeksi: tampak datar, luka (-), pelebaran vena (-)
Auskultasi: bising usus 4 x/menit, bruit (-)
Palpasi: nyeri tekan (-)
Hepar: pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Limpa: pembesaran (-)

Ekstremitas

Perkusi: timpani pada seluruh region


Akral hangat, edema(-/-), CRT < 2 detik

StatusNeurologis
Kesadaran

Somnolen, GCS E M4 V5

Ransang
Meningeal

Kaku kuduk: Brudzinski I: - / Brudzinski II: - / Laseque: - / Kernig: - / -

Tanda
Kenaikan

Sakit kepala: -

TIK

Muntah proyektil: Papiledema: -

Nervus
Kranialis

Nervus kranialis I XII sulit dinilai

Motorik

Masa otot:
Eutrofi

Eutrofi

Eutrofi

Eutrofi

Tonus:
Normotonus

Normotonus

Normotonus

Normotonus

Kekuatan: tidak bisa dinilai


Gerakan involunter: tidak ada
Sensibilitas

Eksteroseptif: sulit dinilai


Proprioseptif: sulit dinilai

Refleks
Fisiologis

Bisep: + / +
Trisep: + / +
Brachioradialis: + / +
Patella: + / +
Achilles: + / +

Refleks
Patologis

Babinski: + / Chaddock: + / Oppenheim: +/ Gordon: + / Klonus kaki +/-

Fungsi
Otonom

Sulit dinilai

Fungsi
Koordinasi

Sulit dinilai

Fungsi
luhur

Sulit dinilai

Status Lokalis
Regio
Look

Occipital, Thoraks, Pedis


Tampak laserasi pada bagian kepala , hematom pada regio zygoma,

Feel
Move

regio supra orbita sinistra, regio mamae sinistra, region pedis sinistra
Nyeri (+) pada bagian luka
-

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (25 Oktober 2014):
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit

11,0 g /dL
33 %
13.130 / uL
399.000 / uL

12 14 g/dL
37 43 %
5.000 10.000 / uL
150.000 400.000 / uL

CT-Scan
Kesan : perdarahan intraserebral
( Hasil foto belum dapat dilampirkan )
V.

RESUME
Pasien wanita usia 43 tahun datang ke UGD RS UKI dengan cedera kepala sedang
dengan GCS 8 (E2 M2 V4) dan hilang kesadaran selama 6 jam akibat kecelakaan
sepeda motor. Amnesia (-), cephalgia (sulit dinilai), mual (-), dan muntah (-). Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dan primary survey stabil. Pada
status generalis tidak ditemukan rhinorrhea (-), otorrhea (-), dan yang lain dalam
batas normal. Pemeriksaan neurologi didapatkan kesadaran GCS 8, rangsang
meningeal (+), tanda kenaikan TIK (-), serta pemeriksaan nervus kranial, kekuatan
motorik, sensorik, fungsi otonom, fungsi koordinasi, dan fungsi luhur tidak dapat
dilakukan karena pasien tidak bisa menuruti perintah. Pada status lokalis terdapat
hematom pada regio zygoma, regio supra orbita sinistra, regio mamae sinistra,

region pedis sinistra. Pemeriksaan darah rutin ditemukan penurunan jumlah


hemoglobin, hematocrit serta kenaikan jumlah leukosit dan pada hasil CT-scan
kesan perdarahan intracerebral.
VI.

DIAGNOSIS
Diagnosis neurologis
Diagnosis klinis
Diagnosis topis
Diagnosis etiologis

VII.

: cedera kepala sedang


: cerebri kanan dan kiri
: trauma kapitis

TATALAKSANA
Non medikamentosa
Pro Rawat di ICU
Pro diintubasi dengan ventilator jika GCS turun
Observasi di ICU (Monitoring tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,

temperatur, laju nafas) dan juga perkembangan gejala pada pasien.


Pemasangan sungkup O2 8 LPM, Head up 40O
Balance cairan ketat
Konsul Bedah Saraf
CT-Scan ulang
Diet : SV 5 x 200 cc

Medikamentosa
IVFD RL + Neurobion , RL + 3 amp tofedex Dalam 24 jam
Plasminex 3 x 1
Vit.K 1 x 1
Acran 2 x 1
Tertacef 3 x 1
Manitol 300 cc

VIII. FOLLOW UP
Tanggal
16 Nov
2014

Catatan Perkembangan Pasien dan Instruksi Dokter


S: O: Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: apatis
TD: 120/80 mmHg; N: 94 x/menit; RR: 20x/menit; S: 36, 2 C
Kepala

: Normocephali

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil bulat anisokor


5 mm/3 mm

Leher

: luka (-), nyeri (-) , jejas (-)

Thorax

: -C: BJ I & II reguler, murmur (-) gallop (-)


-P: BND vesikuler, wheezing -/- ronchi -/-

Abdomen : BU (+) 3 kali/menit , supel, Nyeri tekan (-)


Ekstremitas: Akral hangat, edema -/STATUS NEUROLOGIS

Kesadaran

Apatis, GCS E4 M5 V3

Ransang
Meningeal

Kaku kuduk: Brudzinski I: Brudzinski II: - / Laseque: - / -

Kernig: - / Refleks
Fisiologis

Bisep: + / +
Trisep: + / +
Brachioradialis: + / +
Patella: + / +
Achilles: + / +

Refleks
Patologis

Babinski: + / +
Chaddock: + / +
Oppenheim: + / +
Gordon: +/ +
Klonus kaki : +/ +

A: Post operasi Burr Hole drainage


Cedera kepala sedang, Intraserebral Hemoragik
P: Diet : SV 5 x 200 cc , Peptisol 1x pada malam hari
IVFD : RL per 24 jam
Oksigen Face mask 6-8 LPM
Terapi lanjut (PP 2 x 1,2 juta , Kemicetin 4 x 1 gr, Metronidazole 3 x 500 mg,
Omeprazole 2 x 40 mg, PCT 3 x 500 mg, Ondanentron KP, KSR 3 x 1,
Ikaphenitoin 3 x 1, Diamox 3 x 500 mg, Laxadin 1 x 1, Iselgan 2 mg KP, Topedex
3 x 1, Sangobion 2 x 1 )

17 Nov
2014

S: O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang


Kesadaran: Apatis (E4 M5 V3)
TD: 130/90 mmHg; N: 102 x/menit; RR: 22 x/menit; S: 36,8C
Kepala

: Normocephali

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil bulat anisokor


5 mm/3 mm

Leher

: luka (-), nyeri (-) , jejas (-)

Thorax

: -C: BJ I & II reguler, murmur (-) gallop (-)


-P: BND vesikuler, wheezing -/- ronchi -/-

Abdomen : BU (+) 3 kali/menit , supel, nyeri tekan (-)


Ekstremitas: Akral hangat, edema -/STATUS NEUROLOGIS

Kesadaran

Apatis , GCS E4 M5 V3

Ransang Meningeal

Kaku kuduk: Brudzinski I: Brudzinski II: - / Laseque: - / Kernig: - / -

Tanda Kenaikan TIK

Sakit kepala: Muntah proyektil: Papiledema: -

Refleks Fisiologis

Bisep: + / +
Trisep: + / +
Brachioradialis: + / +
Patella: + / +
Achilles: + / +

Refleks Patologis

Babinski: + / +
Chaddock: + / +
Oppenheim: + / +
Gordon: + / +
Klonus kaki : + / +

Fungsi Otonom

BAB: belum BAB


BAK: terpasang kateter
Keringat: normal

A: Post op Burr Hole drainage


Cedera kepala sedang, Intraserebral Hemoragik

P : Rencana pindah ruang dari ICU ke ruang perawatan biasa


Terapi lanjut (PP 2 x 1,2 juta , Kemicetin 4 x 1 gr, Metronidazole 3 x 500 mg,
Omeprazole 2 x 40 mg, PCT 3 x 500 mg, Ondanentron KP, KSR 3 x 1,
Ikaphenitoin 3 x 1, Diamox 3 x 500 mg, Laxadin 1 x 1, Iselgan 2 mg KP, Topedex
3 x 1, Sangobion 2 x 1 )
\

S: O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang


Kesadaran: Apatis (E4 M5 V3)
18 Nov
2014

TD: 130/80 mmHg; N: 90x/menit; RR: 20x/menit; S: 37C


Kepala

: Normocephali

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil bulat anisokor


5 mm/3 mm

Leher

: luka (-), nyeri (-)

Thorax

: -C: BJ S1S2 reguler, murmur (-) gallop (-)


-P: SN vesikuler, wheezing -/- ronchi -/-

Abdomen : BU (+) 5 kali / menit, supel, nyeri tekan (-)


Ekstremitas: akral hangat, edema -/STATUS NEUROLOGIS

Kesadaran

Apatis, GCS E4 M5 V3

Ransang Meningeal

Kaku kuduk: Brudzinski I: Brudzinski II: - / Laseque: - / Kernig: - / -

Tanda Kenaikan TIK

Sakit kepala: Muntah proyektil: Papiledema: -

Refleks Fisiologis

Bisep: + / +

Trisep: + / +
Brachioradialis: + / +
Patella: + / +
Achilles: + / +
Refleks Patologis

Babinski: + / +
Chaddock: + / +
Oppenheim: + / +
Gordon: + / +
Klonus kaki : + / +

Fungsi Otonom

BAB: belum BAB


BAK: terpasang kateter
Keringat: normal

A: Post operasi Burr Hole drainage


Cedera kepala sedang
Intracerebral Hemoragik
P : IVFD RL
O2 6 LMP
Rencana pindah ruang dari ICU ke ruang perawatan biasa jika hasil AGD
membaik.
Terapi lanjut (PP 2 x 1,2 juta , Kemicetin 4 x 1 gr, Metronidazole 3 x 500 mg,
Omeprazole 2 x 40 mg, PCT 3 x 500 mg, Ondanentron KP, KSR 3 x 1,
Ikaphenitoin 3 x 1, Diamox 3 x 500 mg, Laxadin 1 x 1, Iselgan 2 mg KP, Topedex
3 x 1, Sangobion 2 x 1 )

A: Cedera kepala sedang, Intraserebral edema


Post operasi reposisi palpebral OD

P: -IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gram
- Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
- Inj. Transamin 3 x 500 mg
- Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
- Mannitol 3 x 125 cc
- Betahistin 3 x 1 tab
- Foligran salf mata 3 x 1
- Cendocitrol 6 x 1 tetes

IX.

PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fuctionam
Ad sanationam

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam

Tinjauan Pustaka

I.

DEFINISI
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu trauma yang menimpa struktur
kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan
fungsional jaringan otak1. Menurut Brain Injury Association of America, cedera
kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang
dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik2.

II.

Klasifikasi Cedera Kepala


Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma
kapitis, gangguan kesadaran dinilai secara kwantitatif pada setiap tingkat
kesadaran. Bagian-bagian yang dinilai adalah;
1. Proses membuka mata (Eye Opening)
2. Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response)
3. Reaksi bicara (Best Verbal Response)

Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas;
1. Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 13 15
2. Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 12
3. Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 8

Trauma Kepala Ringan


Dengan Skala Koma Glasgow 13-15 Trauma kepala ringan atau cedera kepala ringan
adalah hilangnya fungsi neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan
kerusakan lainnya. Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 13-15
tidak kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi
dan abrasi. Cedera kepala ringan adalah cedara otak karena tekanan atau terkena
benda tumpul. 8,9

Trauma Kepala Sedang


Dengan Skala Koma Glasgow 9 - 12, Pasien mungkin bingung atau somnolen namun
tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana (SKG 9-12).

Trauma Kepala Berat


Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam. Hampir 100% cedera kepala berat dan 66%
cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada cedera kepala berat
terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder apabila proses
patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan9.

III. Gejala Klinis


Menurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut:
a) Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os
b)
c)
d)
e)

a.
b.
c.
d.
e.
f.

mastoid)
Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga)
Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)
Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung)
Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan:


Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh.
Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.
Mual atau dan muntah.
Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.
Perubahan keperibadian diri.
Letargik.

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat;


a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun
atau meningkat.
b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).
d. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal
ekstrimitas.
Tatalaksana :
Pasien Keadaan Sadar (GCS=15).
Simple head injury.
1. Tanpa defisit neurologi perawatan luka
2. Pemeriksaan radiologi hanya atas indikasi
3. Pasien dipulangkan & keluarga diminta observasi kesadaran bila

curiga kesadaran

menurun , segera kembali ke RS


Kesadaran terganggu sesaat.
1. Pasien mengalami penurunan kesadaran sesaat setelah cedera kepala sadar kembali
saat diperiksa.
2. Dibuat foto kepala.
3. Rawat luka

4. Pasien pulang observasi bila curiga kesadaran menurun

segera kembali ke

RS
Pasien dengan Kesadaran Menurun
Cedera kepala ringan (GCS=13-15)
1. Perubahan orientasi (kesadaran disorientasi) tanpa deficit fokal serebri
2. Dilakukan pemeriksaan fisik, rawat luka, foto kepala
3. Istrahat baring mobilisasi bertahap terapi simptomatik
4. Observasi (tanda vital, penurunan kesadaran, respon pupil, gejala fokal otak) minimal
24 jam di RS bila curiga hematoma intrakrania CT scan otak

Indikasi rawat RS :

1. Amnesia posttraumatika jelas (lebih dari 1 jam)


2. Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit)
3. Penurunan tingkat kesadaran
4. Nyeri kepala sedang hingga berat
5. Intoksikasi alkohol atau obat
6. Fraktura tengkorak
7. Kebocoran CSS, otorrhea atau rhinorrhea
8. Cedera penyerta yang jelas
9. Tidak punya orang serumah yang dapat dipertanggung- jawabkan
10. Hasil CT scan abnormal
Cedera kepala sedang (GCS=9-12)

Pasien dalam kategori ini dapat mengalami gangguan kardiopulmoner, maka urutan
tindakannya sebagai berikut :

1. Periksa dan atasi gangguan Airway, Breathing, Circulation.


2. Riwayat jenis dan saat kecelakaan, kehilangan kesadaran, amnesia, nyeri kepala
3. Pemeriksaan umum menyingkirkan cedera sistemik
4. Pemeriksaan neurologis
5. Rontgen tengkorak
6. Rontgen tulang belakang leher dan lain-lain bila ada indikasi
7. Contoh darah untuk penentuan golongan darah
8. Tes darah dasar dan EKG
9. CT scan kepala

10. Rawat untuk pengamatan bahkan bila CT scan normal


11. Observasi fungsi vital, kesadaran, respon pupil, defisit fokal serebri
Cedera kepala berat (GCS=3-8)
Penderita ini umumnya disertai cedera yang multipel, oleh karena itu disamping kelainan
serebral juga disertai kelainan sistemik. Urutan tindakan menurut prioritas adalah sebagai
berikut :
1. Resusitasi jantung paru (ABC). Pasien dengan cedera kepala berat ini sering terjadi
hipoksia, hipotensi, dan hiperkapnia akibat gangguan kardiopulmoner. Oleh karena itu
tindakan pertama adalah :

Jalan nafas (airway).


Jalan nafas dibebaskan dari lidah yang turun ke belakang dengan posisi kepala
ekstensi, kalau perlu dipasang pipa orofaring atau pipa endotrakeal, bersihkan sisa
muntahan, darah, lendir, atau gigi palsu. Isi lambung dikosongkan melalui pipa
nasogastrik untuk menghindarkan aspirasi.

Pernafasan (breathing)
Gangguan pernafasan dapat disebabkan kelainan sentral atau perifer. Kelainan sentral
adalah depresi pernafasan pada lesi medula oblongata, pernafasan cheyne stokes,
ataksik, central neurogenik hiperventilasi. Penyebab perifer adalah aspirasi, trauma
dada, edema paru, emboli paru, infeksi. Akibat dari gangguan pernafasan dapat terjadi
hipoksia dan hiperkapnia. Pemberian oksigen dan mencari serta mengatasi faktor
penyebab.

Sirkulasi (Circulation)
Hipotensi menimbulkan iskemik yang dapat menyebabkan kerusakan sekunder.
Jarang hipotensi disebabkan oleh kelainan intrakranial, kebanyakan oleh faktor
ekstrakranial yaitu berupa hipovolemi akibat perdarahan luar atau ruptur alat dalam,
trauma dada disertai temponade jantung atau pneumotoraks dan syok septik.
Tindakannnya adalah menghentikan sumber perdarahan, perbaikan fungsi jantung dan
mengganti darah yang hilang dengan plasma atau darah.

Pemeriksaan fisik meliputi kesadaran, respon pupil, defisit fokal serebri dan cedera
ekstra kranial. Lakukan observasi dan nilai apakah terjadi perburukan dari
pemeriksaan awal.

Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)

Peningkatan TIK terjadi akibat edema serebri, vasodilatasi, hematoma intrakranial,


atau hidrosefalus. Untuk mengukur turun naiknya TIK sebaiknya dipasang monitor
TIK. TIK normal adalah berkisar 0-15 mmhg, diatas 20mmHg harus segera
diturunkan dengan langkah berikut ini :

Hiperventilasi
Lakukan ventilasi terkontrol dengan sasaran tekanan CO2 (pCO2) 27-30
mmHg dimana terjadi vasokonstriksi yang diikuti berkurangnya aliran
darah

serebral.

Hiperventilasi

dengan

pCO2

sekitar

30

mmHg

dipertahankan selama 48-72 jam, lalu dicoba dilepas dengan mengurangi


hiperventilasi, bila TIK naik lagi hiperventilasi dilanjutkan lagi selama 2448 jam. Bila TIK tidak menurun, maka periksa analisa gas darah dan
lakukan CT scan ulang untuk menyingkirkan hematom.

Drainase
Tindakan ini dilakukan bila hiperventilasi tidak berhasil. Untuk jangka
pendek dilakukan drainase ventrikular, sedangkan untuk jangka panjang
dipasang ventrikulo peritoneal shunt (VP-shunt), misalnya terjadi
hidrosefalus
Terapi diuretik

Diuretik osmotik (manitol 20%)


Cairan hiperosmolar ini menurunkan TIK dengan cara menarik air
(perbedaan gradien osmalaritas) dari jaringan otak melalui sawar otak
yang masih utuh ke dalam ruang intravaskular. Memberikan efek
optimalisasi dengan menurunkan hematokrit, menurunkan viskositas
darah, meningkatkan aliran darah serebral, meningkatkan mikrosirkulasi
dan tekanan perfusi serebral yang akan meningkatkan penghantaran
oksigen dengan efek samping reboun peningkatan tekanan intracranial
pada disfungsi sawar darah otak terjadi skuestrasi serebral, overload
cairan, hiponatremi dilusi, takipilaksis dan gagal ginjal (bila osmolalitas
>320 ml osmol/L). Manitol diberikan pada pasien koma, pupil reaktif
kemudian menjadi dilatasi dengan atau tanpa gangguan motorik, pasien
dengan pupil dilatasi bilateral non reaktif dengan hemodinamik normal
dosis bolus 1 g/kgBB selama 30 menit, dilanjutkan dengan rumatan 0,25-

1g/kgBB.

Usahakan

pertahankan

volume

intravaskuler

dengan

mempertahankan osmolalitas serum < 320 ml osmol/L.

Loop diuretik (furosemid)


Furosemid

dapat

menurunkan

TIK

melalui

efek

menghambat

pembentukan cairan serebrospinalis dan menarik cairan interstitial pada


edem serebri. Pemberiannya bersamaan dengan manitol 20% mempunyai
efek sinergi dan memperpanjang efek osmotik serum oleh manitol.

Steroid
Berguna untuk engurangi edema serebri pada tumor otak. Akan tetapi
manfaatnya pada kasus cedera kepala tidak terbukti, oleh karenanya tidak
digunakan untuk cedera kepala.

Posisi tidur
Penderita cedera kepala berat dimana TIK tinggi posisi tidurnya
ditinggikan kepala sekitar 30o (semifowler), dengan kepala dan dada pada
satu bidang. Hindari posisi fleksi atau laterofleksi supaya pembuluh vena
leher tidak terjepit sehingga drainase vena otak menjadi lancar.

Keseimbangan cairan elektrolit


Pada

saat

awal

pemasukan

cairan

dikurangi

untuk

mencegah

bertambahnya edema serebri dengan jumlah cairan 1500-2000 ml/hari


diberikan parenteral, sebaiknya dengan cairan koloid seperti hydroxyethyl
starch, pada awalnya dapat dipakai cairan kristaloid NaCl 0,9% atau RL,
jangan diberikan cairan yang mengandung Glukosa karena dapat terjadi
keadaan hiperglikemi sehingga menambah edem serebri. Keseimbangan
cairan tercapai bila tekanan darah stabil normal dan volume urin normal >
30 ml/jam. Setelah 3-4 hari dapat dimulai makanan peroral melalui pipa
nasogastrik.

Nutrisi
Pada cedera kepala berat terjadi hipermetabolisme sebanyak 2-2,5 kali
normal dan akan mengakibatkan katabolisme protein. Dalam 2 minggu
pertama pasien mengalami hipermetabolik, kehilangan kurang lebih 15%

berat badan tubuh per minggu. Penurunan berat badan melebihi 30% akan
meningkatkan mortalitas. Diberikan kebutuhan metabolisme istirahat (per
NGT) dengan 140% kalori/ hari dengan formula berisi protein > 15%
diberikan selama 7 hari. Pilihan enteral feeding dapat mencegah kejadian
hiperglikemi, infeksi.
Kebutuhan Nutrisi:

Kalori 25 30 Kcal/KgBB/Hr
Protein 1,5 2 gr/KgBB/Hr
Karbohidrat 75 100 gr/Hr (7,2 gr/KgBB/Hr)
Lipid 10 40 % kebutuhan kalori / hari

Kebutuhan energi rata-rata pada cedera kranio serebral berat


meningkat rata-rata 40%.
Komplikasi

Kejang Pasca Trauma


Merupakan salah satu komplikasi serius. Insidensinya 10%, terjadi di awal cedera 425% (dalam 7 hari cedera), terjadi terlambat 9-42% (setelah 7 hari trauma). Faktor
risikonya adalah trauma penetrasi, hematom (subdural, epidural, parenkim), fraktur
depresi kranium, kontusio serebri, GCS <10.

Demam dan Mengigil


Demam dan mengigil akan meningkatkan kebutuhan metabolisme dan memperburuk
outcome. Sering terjadi akibat kekurangan cairan, infeksi, efek sentral.
Penatalaksanaan dengan asetaminofen, neuro muscular paralisis. Penanganan lain
dengan cairan hipertonik, barbiturat, asetazolamid.

Hidrosefalus
Berdasarkan lokasi penyebab obstruksi dibagi menjadi komunikan dan nonkomunikan. Hidrosefaluskomunikan lebih sering terjadi pada cedera kepala dengan
obstruksi, hidrosefalus non-komunikan terjadi sekunder akibat penyumbatan di sistem
ventrikel. Gejala klinis hidrosefalus ditandai dengan muntah, nyeri kepala, papil
udema, dimensia, ataksia, gangguan miksi

Spastisitas
Spastisitas adalah fungsi tonus yang meningkat tergantung pada kecepatan gerakan.
Merupakan gambaran lesi pada UMN. Membentuk ekstrimitas pada posisi ekstensi.
Beberapa penanganan ditujukan pada ; pembatasan fungsi gerak, nyeri, pencegahan

kontraktur, bantuan dalam posisioning.Terapi primer dengan koreksi posisi dan


latihan ROM, terapi sekunder dengan splinting, casting, farmakologi ; dantrolen,
baklofen, tizanidin, botulinum,benzodiasepin

Agitasi
Agitasi pasca cedera kepala terjadi > 1/3 pasien pada stadium awal dalam bentuk
delirium, agresi, akatisia, disinhibisi, dan emosi labil. Agitasi juga sering terjadi akibat
nyeri dan penggunaan obat-obat yang berpotensi sentral. Penanganan farmakologi
antara lain dengan menggunakan antikonvulsan, antihipertensi, antipsikotik, buspiron,
stimulant, benzodisepin dan terapi modifikasi lingkungan.

Mood, tingkah laku dan kognitif


Gangguan kognitif dan tingkah laku lebih menonjol dibanding gangguan fisik setelah
cedera kepala dalam jangka lama. Penelitian Pons Ford, menunjukkan 2 tahun setelah
cedera kepala masih terdapat gangguan kognitif, tingkah laku atau emosi termasuk
problem daya ingat pada 74 %, gangguan mudah lelah (fatigue) 72%, gangguan
kecepatan berpikir 67%, sensitif dan Iritabel 64%, gangguan konsentrasi 62%.
Cicerone (2002) meneliti rehabilitasi kognitif berperan penting untuk perbaikan
gangguan kognitif. Methyl phenidate sering digunakan pada pasien dengan problem
gangguan perhatian, inisiasi dan hipoarousal (Whyte). Dopamine, amantadinae
dilaporkan dapat memperbaiki fungsi perhatian dan fungsi luhur. Donepezil dapat
memperbaiki daya ingat dantingkah laku dalam 12 minggu. Depresi mayor dan minor
ditemukan 40-50%. Faktor resiko depresi pasca cedera kepala adalah wanita, beratnya
cedera kepala, premorbid dan gangguan tingkah laku dapat membaik dengan
antidepresan.

Sindroma post kontusio


Merupakan kompleks gejala yang berhubungan dengan cedera kepala 80% pada 1
bulan pertama, 30% pada 3 bulan pertama dan 15% pada tahun pertama. Somatik ;
nyeri kepala, gangguan tidur, vertigo/dizzines, mual, mudah lelah, sensitif terhadap
suara dan cahaya, Kognitif ; perhatian, konsentrasi, memori. Afektif ; iritabel, cemas,
depresi, emosi labil.

Daftar Pustaka
1. NICE Head injury Triage, assessment, investigation and early management of
head

injury

in

children,

young

people

and

adults.

Diunduh

dari

http://www.nice.org.uk/guidance/cg176/resources/guidance-head-injury-pdf [ 18
November 2014].
2. American College of Surgeon Committe on Trauma. Cedera kepala.
Dalam: AdvancedTrauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah
Indonesia, penerjemah. Edisi 7.Komisi trauma IKABI, 2004; 168-193.
3. Granacher RP (2007). Traumatic Brain Injury: Methods for Clinical & Forensic
Neuropsychiatric Assessment, Second Edition. Boca Raton: CRC. p. 26.
4. Silver M.Jonathan et all. Textbook of Traumatic Brain Injury, Second
Edition.American Psychiatric. 2011.
5. Zasler D.Nathan et all.Brain Injury Medicine, Second Edition: Principles and
Practice . Demos Medical Publishing.2012.
6. Garg, Krishna. Chaurasias Human Anatomy, Volume 3; Head, Neck & Brain,
Fourth edition. CBS Publishers (2004); 34-38.
7. Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranioserebral.

Diunduh

dari

http://www.kalbemed.com/Portals/6/05_193Penatalaksanaan%20Kedaruratan.pdf
[ 18 November 2014].

Anda mungkin juga menyukai