goreng buangan
Gas
Merupakan jenis limbah yang susunan molekulnya sangat renggang dan memiliki
sifat menempati ruang kosong.
Contoh : Karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) dari kendaraan di pasar,
kantong belanja yang dapat digunakan kembali agar kuantitas limbah plastik dari
pembelian di pasar dapat dikurangi.
b. Disediakan tempat sampah dengan jarak minimal 5 meter per tempat sampah agar
pedagang maupun pembeli tidak membuang sampah sembarangan.
c. Menarik biaya kebersihan dari pedagang (terutama pedagang yang menetap) pada
setiap sampah yang dibuang. Dan juga dikenakan adanya denda kepada pedagang
maupun pembeli yang membuang sampah sembarangan sehungga membuat jera.
d. Mengurangi konsumsi produk yang pasti akan menghasilkan sampah. Pembeli lebih
selektif lagi dalam pembelian barang dagangan yaitu dengan memilih barang-barang
yang memang dibutuhkan, tidak hanya diinginkan. Dengan pengurangan ini maka
produksi sampah dapat ditekan.
e. Mengefisienkan pembelian barang yang akan diperjualbelikan agar mengurangi
kuantitas
barang
dagangan
yang
rusak/busuk
atau
kadaluarsa.
Dengan
jenis
pengolahan
tersier
adalah
jenis
pengolahan
yang
disaring
menggunakan jeruji saring. Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
Bahan-bahan yang tersaring dipindahkan untuk mendapatkan proses lebih lanjut.
Limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke dalam kolam penampung
untuk dilakukan proses pengendapan, sehingga pasir dan partikel padat teruspensi
lain yang berukuran relatif besar dapat terpisah. Metode pengendapan adalah
metode pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses
pengolahan primer untuk limbah cair. Enadapn partikel tersebut akan membentuk
lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk
diolah lebih lanjut. Setelah itu air limbah dialirkan kembali untuk mendapatkan
penanganan selanjutnya.
Proses selanjutnya adalah flotasi, atau pengapungan. Metode flotasi
digunakan untuk menghilangkan polutan berupa minyak dan lemak. Proses
pengapungan dilakukan dengan mengalirkan gas dari bagian bawah kolam
pnampung. Proses flotasi ini menggunakan alat yang dapat menghasilkan
gelembung udara berukuran kecil ( 30 120 mikron). Partikel-partikel minyak
yang tercampur dengan air limbah akan terbawa gelembung udara ke permukaan.
cair tahap 2, yaitu pengolahan sekunder, atau proses pemisahan secara biologis.
Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis.
Proses prngolahan ini melibatkan mikroorganisme untuk membantu proses
penguraian bahan-bahan organik. Terdapat tiga metode pengolahan secara
biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan
(trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam
perlakuan (treatment ponds / lagoons).
o Metode Trickling Filter
Metode ini menggunakan bakteri aerob yang melekat dan tumbuh pada
media kasar berbentuk suatu lapisan. Media yang biasa digunakan untuk
melakukan metode ini adalah berupa serpihan batu atau plastik dan memiliki
ketebalan 1 3 m. Limbah cair dari proses pemisahan primer disemprotkan
pada permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama meresap dan turun melewati media kasar, limbah organik akan
diuraikan oleh bakteri anaerob. Setelah itu limbah dialirkan kembali pada
kolam penampung dan diendapkan. Limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan diolah dengan
proes lebih lanjut, sedangkan air limbah dapat dibuang ke lingkungan. Tetapi
jika air limbah masih mengandung polutan maka dapat dilakukan proses lebih
lanjut.
o Metode Activated Sludge (lumpur aktif)
Pengolahan lainnya yang dapat dilakukan adalah metode activated sludge.
Limbah cair disalurkan ke dalam sebuah tangki yang didalamnya terdapat
lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam
tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung
udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri
Metode ini adalah metode yang cukup murah, tetapi prosesnya cukup
lama. Limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang
hidup dipermukaan kolam dapat berfotosintesis dan menghasilkan oksigen.
Oksigen yang dihasilkan oleh algae tersebut digunakan oleh bakteri aerob
untuk melakukan proses penguraian bahan organik di dalam limbah. Selama
proses penguraian di dalam kolam, limbah juga akan mengalami proses
pengendapan. Hasil dari metode ini adalah limbah yang telah terurai dan
endapan di dasar kolam. Air limbah dari proses ini dapat dibuang ke
lingkungan atau diolah lebih lanjut.
Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah
lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah
dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan
ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill),
dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).
PENANGANAN LIMBAH PADAT
o Penimbunan
Ada dua macam cara penimbunan limbah padat, yaitu metode penimbunan
terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill.
1. Penimbunan Terbuka
Pada metode penimbunan terbuka, limbah padat ditampung pada suatu tempat.
Tetapi pada lahan yang ditempati sebagai tempat pembuangan sampah tersebut
akan menyebabkan berbagai hama dan kuman penyebab penyakit. Selain itu
gas metana yang ditimbulkan oleh pembusukan sampah organik dapat
menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain
timbulnya bau yang tidak sedap, gas metana dapat memicu terjadinya
kebakaran, karena gas tersebut mudah terbakar. Pada penimbunan terbuka,
cairan yang tercampur dengan limbah padat dapat merembes ke tanah dan
mencemari air tanah.
2. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, limbah padat ditimbun dalam lubang. Di dalam
lubang tersebut dilapisi lempung dan lembaran plastik untuk mencegah
perembesan limbah ke tanah. Lempung dan lembaran plastik ini juga dapat
diberikan secara berlapis-lapis. Selain itu pada lubang tersebut juga dapat
dipasang pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metana yang
terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas yang dihasilkan dari proses
pembusukan sampah tersebut dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
3. Insinerasi
Insinerator adalah alat yang digunakan untuk melakukan insinerasi. Insinerasi
adalah proses pembakaran sampah/limbah padat. Volume sampah dapat
berkurang hingga mencapai mencapai 90 %. Selain itu, panas yang dihasilkan
dari proses insinerasi ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
4. Pembuatan kompos padat dan cair
Limbah yang dapat diolah menjadi kompos adalah limbah organik seperti
sayur, daun-daunan, dan kotoran hewan. Proses pembuatan kompos ini melalui
b. Sistem Pembuangan
Timbunan limbah pasar tradisional dipilah menurut asalnya yaitu organik dan
anorganik. Limbah organik meliputi sisa makanan, sayuran dan kulit buah sedangkan
limbah anorganik meliputi botol bekas, pembungkus plastik kemasan detergen mapun
makanan. Setelah dipilah, limbah tersebut dikumpulkan berdasarkan asalnya kembali
dan dikumpulkan mana yang dapat diolah lebih lanjut dan mana yang dapat diangkut
oleh petugas pembuangan sampah. Misalnya sampah organik dapat dimanfaatkan
sebagai kompos maupun biogas, sedangkan botol bekas dapat dijual maupun di daur
ulang menjadi produk baru. Setelah dilakukan pemilahan tersebut, sampah yang tidak
lagi dapat dimanfaatkan dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan
menerapan sstem pembuangan tersebut, maka limbah yang terdapat di pasar
tradisional berangsur-angsur berkurang, sehingga tercipta suatu kondisi pasar
tradisional yang bersih, sehat dan nyaman.
4. Dampak Limbah Pasar Tradisional
Pengelolaan pasar tradisional yang tidak disusun dengan baik, tidak menutup
kemungkinan akan mengakibatkan beberapa dampak pada lingkungan sekitarnya. Di
pasar tradisional terdapat limbah padat , cair dan gas serta sampah yang berdampak
negatif bagi lingkungan, kesehatan dan sosial.
Dampak limbah padat
Dampak limbah padat dari pasar tradisional (Hadi, 2004) :
a. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2S), amonia (NH3), metana
(CH4), CO2, dll. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan membusuk
karena adanya mikroorganisme.
b. Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara pada sampah yang ditumpuk.
c. Penurunan kualitas air karena limbah padat biasanya langsung dibuang pada
perairan atau bersama-sama air limbah.
d. Kerusakan permukaan tanah.
e. Mengganggu kenyamanan masyarakat dalam berbelanja di pasar karena
perairan biologis.
c. Mengakibatkan kualitas air yang tidak bersih.
Dampah limbah gas
Dampak limbah gas pada pasar tradisional adalah (Syafrudin, 2004) :
a. Bau busuk sampah dapat menyebabkan dampak emosional masyarakat
b. Penguraian limbah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam
c. Gas-gas yang biasanya dihasilkan dari kendaraan bermotor yang ada di pasar
atau pembakaran sampah di lingkungan pasar, seperti : CH4 ; CO2 ; H2CO3 ;
NH3 ; NH4NO3 ; H2S ; H2SO4 mempengaruhi terjadinya hujan asam
d. Berpotensi mengganggu pernapasan karena kualitas udara yang tidak bersih