Anda di halaman 1dari 9

1.

Penggolongan Limbah Pasar Tradisional


Penggolongan limbah berdasarkan wujudnya didasarkan dari fisik limbah tersebut.
a. Berdasarkan Wujud
- Padat
Merupakan jenis limbah yang mempunyai susunan molekul yang mampat
sehingga tidak berongga (atau sedikit berongga) dan bentuknya tidak mengikuti
wadah. Limbah padat biasa dikenal dengan sebutan sampah.
Contoh : bungkus makanan, kantong plastik, sisa makanan, sayuran busuk, botol
-

bekas, dan sebagainya.


Cair
Merupakan jenis limbah yang mempunyai susunan molekul yang agak renggang
sehingga mudah untuk dipisahkan dan bentuknya mengikuti wadah. Limbah cair
bersifat mengalir (fluida).
Contoh : air sabun, air bekas cucian tahu, air kelapa buangan, lindih dan minyak

goreng buangan
Gas
Merupakan jenis limbah yang susunan molekulnya sangat renggang dan memiliki
sifat menempati ruang kosong.
Contoh : Karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) dari kendaraan di pasar,

SO2 dan NO2


b. Berdasarkan Asal
- Organik
Limbah organik merupakan limbah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Limbah ini dengan

mudah dapat diuraikan melalui proses alami.


Contoh : Sisa-sisa makanan, sayuran dan kulit buah-buahan.
Anorganik
Limbah anorganik adalah limbah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati,
baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan
tambang.
Contoh : botol plastik, botol gelas, tas plastik, pembungkus plastik makanan dan

minuman serta plastik kemasan detergen dan kaleng.


2. Pencegahan Limbah Pasar Tradisional
a. Kantong plastik (kresek) adalah pembungkus yang paling banyak digunakan di pasar
yang digunakan sebagai pembungkus barang belanjaan. Hal ini menyebabkan
kuantitas limbah plastik yang sulit terurai semakin meningkat. Untuk mencegah hal
tersebut, sebaiknya para pembeli yang akan berbelanja di pasar membawa sendiri

kantong belanja yang dapat digunakan kembali agar kuantitas limbah plastik dari
pembelian di pasar dapat dikurangi.
b. Disediakan tempat sampah dengan jarak minimal 5 meter per tempat sampah agar
pedagang maupun pembeli tidak membuang sampah sembarangan.
c. Menarik biaya kebersihan dari pedagang (terutama pedagang yang menetap) pada
setiap sampah yang dibuang. Dan juga dikenakan adanya denda kepada pedagang
maupun pembeli yang membuang sampah sembarangan sehungga membuat jera.
d. Mengurangi konsumsi produk yang pasti akan menghasilkan sampah. Pembeli lebih
selektif lagi dalam pembelian barang dagangan yaitu dengan memilih barang-barang
yang memang dibutuhkan, tidak hanya diinginkan. Dengan pengurangan ini maka
produksi sampah dapat ditekan.
e. Mengefisienkan pembelian barang yang akan diperjualbelikan agar mengurangi
kuantitas

barang

dagangan

yang

rusak/busuk

atau

kadaluarsa.

Dengan

memperhatikan konsep penawaran dan permintaan dari masyarakat maka pedagang


dapat lebih selektif dalam pembelian barang dagangan secara grosir.
f. Memperbaharui teknologi pengemasan makanan/minuman/barang dagangan yang
digunakan dengan menggunakan kemasan yang ramah lingkungan. Kemasan yang
ramah lingkungan ini dapat didefinisikan kemasan yang mudah terurai oleh mikroba
sehingga tidak merusak lingkungan terutama tanah,
g. Menyegerakan dalam pengolahan dan tindak lanjut dari tempat pembuangan sampah
(timbunan sampah) sehingga tidak sampai terbentuk lindi dan bau yang tidak sedap.
h. Untuk penggunaan alat-alat bermotor (penggiling kelapa, jagung, dan sebagainya),
sebaiknya memakai bahan bakar yang berkualitas baik sehingga emisi gas yang
dihasilkan tidak terlalu mencemari udara.
i. Adanya kerjasama dengan Dinas Kebersihan Daerah dalam penyusunan dan
penetapan Standart Baku Mutu untuk pasar, sehingga kebersihan, kenyamanan, dan
pengelolaan limbah dari pasar dapat terkontrol dengan baik.
j. Secara administratif, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang
berhubungan dengan permasalahan limbah/lingkungan di sekitar pasar. Dengan
adanya AMDAL sebelum adanya proyek pembangunan pasar.
k. Diadakannya penyuluhan kepada pedagang di pasar bahwa pentingnya pengurangan
dan penanggulangan limbah yang dihasilkan dari pasar sehingga pedagang lebih
sadar akan pentingnya menjaga kebersihan di sekitar pasar.
3. Pengelolaan Limbah Pasar Tradisional

a. Penanganan Pertama (limbah padat, cair dan gas)


Penanganan limbah cair
Metode dan tahapan proses pengolahan berbagai jenis limbah dari pasar
sangat penting untuk dilakukan. Berbagai macam limbah cair, padat, dan gas
dengan kandungan polutan yang berbeda-beda membutuhkan proses pengolahan
yang berbeda pula. Suatu limbah dapat dibuang dengan hanya satu proses
pengolahan saja tetapi juga dapat dikombinasikan dengan metode pengolahan
yang lain. Proses pengolahan tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan
dan kondisi finansial yang ada. Proses pengolahan limbah cair dibagi menjadi
tiga, yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder, dan tersier. Pengolahan
primer adalah jenis pengolahan yang dilakukan secara fisika. Sedangkan proses
pengolahan sekunder adalah jenis pengolahan yang dilakukan secara biologis.
Sedangkan
-

jenis

pengolahan

tersier

adalah

jenis

pengolahan

mengombinasikan antara pengolahan dengan cara fisika dan kimia.


Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Limbah cair yang mengalir melalui saluran pembuangan

yang

disaring

menggunakan jeruji saring. Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
Bahan-bahan yang tersaring dipindahkan untuk mendapatkan proses lebih lanjut.
Limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke dalam kolam penampung
untuk dilakukan proses pengendapan, sehingga pasir dan partikel padat teruspensi
lain yang berukuran relatif besar dapat terpisah. Metode pengendapan adalah
metode pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses
pengolahan primer untuk limbah cair. Enadapn partikel tersebut akan membentuk
lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk
diolah lebih lanjut. Setelah itu air limbah dialirkan kembali untuk mendapatkan
penanganan selanjutnya.
Proses selanjutnya adalah flotasi, atau pengapungan. Metode flotasi
digunakan untuk menghilangkan polutan berupa minyak dan lemak. Proses
pengapungan dilakukan dengan mengalirkan gas dari bagian bawah kolam
pnampung. Proses flotasi ini menggunakan alat yang dapat menghasilkan
gelembung udara berukuran kecil ( 30 120 mikron). Partikel-partikel minyak
yang tercampur dengan air limbah akan terbawa gelembung udara ke permukaan.

Setelah sebagian besar kandungan minyak telah terakumulasi di permukaan,


minyak tersebut dapat dipisahkan dengan air limbah dan dapat dilakukan proses
pengolahan lebih lanjut.
Bila sebagian besar polutan dapat dipisahkan dengan proses pengolahan
primer, maka limbah cair dapat langsung dibuang ke lingkungan. Tetapi apabila
kandungan polutan masih tinggi dan sulit dihilangkan dengan proses pengolahan
secara fisika maka diperlukan pengolahan lebih lanjut dengan pengolahan limbah
-

cair tahap 2, yaitu pengolahan sekunder, atau proses pemisahan secara biologis.
Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis.
Proses prngolahan ini melibatkan mikroorganisme untuk membantu proses
penguraian bahan-bahan organik. Terdapat tiga metode pengolahan secara
biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan
(trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam
perlakuan (treatment ponds / lagoons).
o Metode Trickling Filter
Metode ini menggunakan bakteri aerob yang melekat dan tumbuh pada
media kasar berbentuk suatu lapisan. Media yang biasa digunakan untuk
melakukan metode ini adalah berupa serpihan batu atau plastik dan memiliki
ketebalan 1 3 m. Limbah cair dari proses pemisahan primer disemprotkan
pada permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama meresap dan turun melewati media kasar, limbah organik akan
diuraikan oleh bakteri anaerob. Setelah itu limbah dialirkan kembali pada
kolam penampung dan diendapkan. Limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan diolah dengan
proes lebih lanjut, sedangkan air limbah dapat dibuang ke lingkungan. Tetapi
jika air limbah masih mengandung polutan maka dapat dilakukan proses lebih
lanjut.
o Metode Activated Sludge (lumpur aktif)
Pengolahan lainnya yang dapat dilakukan adalah metode activated sludge.
Limbah cair disalurkan ke dalam sebuah tangki yang didalamnya terdapat
lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam
tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung
udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri

aerob dalam mendegradasi limbah organik. Setelah itu limbah disalurkan ke


dalam tangki pengendapan untuk diendapkan dan lumpur yang mengandung
bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Setelah proses penguraian dengan
metode activated sludge, limbah cair dapat dibuang ke lingkungan atau dapat
dilakukan proses lebih lanjut jika perlu.
o Metode Treatment Ponds / Lagoons

Metode ini adalah metode yang cukup murah, tetapi prosesnya cukup
lama. Limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang
hidup dipermukaan kolam dapat berfotosintesis dan menghasilkan oksigen.
Oksigen yang dihasilkan oleh algae tersebut digunakan oleh bakteri aerob
untuk melakukan proses penguraian bahan organik di dalam limbah. Selama
proses penguraian di dalam kolam, limbah juga akan mengalami proses
pengendapan. Hasil dari metode ini adalah limbah yang telah terurai dan
endapan di dasar kolam. Air limbah dari proses ini dapat dibuang ke
lingkungan atau diolah lebih lanjut.
Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

Proses atau metode pengolahan tersier dilakukan dan disesuaikan dengan


kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair. Biasanya metode pengolahan
tersier ini dilakukan untuk menghilangkan zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat,
fosfat, dan garam.
Pengolahan tersier ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika,
contohnya adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter,
microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan kadar
besi, pengurangan kadar mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan
limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.
Desinfeksi (Desinfection)

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau


mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme
desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu,
atau dengan perlakuan fisik.
Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)
Pada setiap tahap pengolahan air limbah baik itu pengolahan primer,
sekunder, maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur.

Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah
lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah
dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan
ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill),
dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).
PENANGANAN LIMBAH PADAT
o Penimbunan
Ada dua macam cara penimbunan limbah padat, yaitu metode penimbunan
terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill.
1. Penimbunan Terbuka
Pada metode penimbunan terbuka, limbah padat ditampung pada suatu tempat.
Tetapi pada lahan yang ditempati sebagai tempat pembuangan sampah tersebut
akan menyebabkan berbagai hama dan kuman penyebab penyakit. Selain itu
gas metana yang ditimbulkan oleh pembusukan sampah organik dapat
menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain
timbulnya bau yang tidak sedap, gas metana dapat memicu terjadinya
kebakaran, karena gas tersebut mudah terbakar. Pada penimbunan terbuka,
cairan yang tercampur dengan limbah padat dapat merembes ke tanah dan
mencemari air tanah.
2. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, limbah padat ditimbun dalam lubang. Di dalam
lubang tersebut dilapisi lempung dan lembaran plastik untuk mencegah
perembesan limbah ke tanah. Lempung dan lembaran plastik ini juga dapat
diberikan secara berlapis-lapis. Selain itu pada lubang tersebut juga dapat
dipasang pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metana yang
terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas yang dihasilkan dari proses
pembusukan sampah tersebut dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
3. Insinerasi
Insinerator adalah alat yang digunakan untuk melakukan insinerasi. Insinerasi
adalah proses pembakaran sampah/limbah padat. Volume sampah dapat
berkurang hingga mencapai mencapai 90 %. Selain itu, panas yang dihasilkan
dari proses insinerasi ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
4. Pembuatan kompos padat dan cair
Limbah yang dapat diolah menjadi kompos adalah limbah organik seperti
sayur, daun-daunan, dan kotoran hewan. Proses pembuatan kompos ini melalui

proses penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos adalah


salah satu cara yang baik untuk menangani sampah organik. Proses pembuatan
kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kultur mikroorganisme, yakni
menggunakan kompos yang sudah jadi.
5. Daur Ulang
Daur ulang dapat dilakukan untuk menanggulangi limbah padat yang
dihasilkan dari pasar. Daur ulang dilakukan untuk menjadikan bahan sisa
menjadi suatu barang yang berguna. Selain itu daur ulang dapat mengurangi
penggunaan bahan baku yang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi untuk
mengolah sampah padat yang terdiri atas pemilahan, pengumpulan,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk.
PENANGANAN LIMBAH GAS
Penanganan limbah gas dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat
mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara dapat berasal dari limbah gas itu
sendiri maupun partikulat yang terbawa gas tersebut. Gas metana yang dihasilkan
oleh proses penguraian limbah organik dapat ditampung dan dialirkan dengan pipapipa untuk dimanfaatkan sebagai pemanas. Sedangkan partikulat debu dapat di
pisahkan dengan pengendap siklon, pengendap sistim gravitasi, dan pengendap
elektrostatik.

b. Sistem Pembuangan

Timbunan limbah pasar tradisional dipilah menurut asalnya yaitu organik dan
anorganik. Limbah organik meliputi sisa makanan, sayuran dan kulit buah sedangkan
limbah anorganik meliputi botol bekas, pembungkus plastik kemasan detergen mapun
makanan. Setelah dipilah, limbah tersebut dikumpulkan berdasarkan asalnya kembali
dan dikumpulkan mana yang dapat diolah lebih lanjut dan mana yang dapat diangkut
oleh petugas pembuangan sampah. Misalnya sampah organik dapat dimanfaatkan
sebagai kompos maupun biogas, sedangkan botol bekas dapat dijual maupun di daur
ulang menjadi produk baru. Setelah dilakukan pemilahan tersebut, sampah yang tidak
lagi dapat dimanfaatkan dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan
menerapan sstem pembuangan tersebut, maka limbah yang terdapat di pasar
tradisional berangsur-angsur berkurang, sehingga tercipta suatu kondisi pasar
tradisional yang bersih, sehat dan nyaman.
4. Dampak Limbah Pasar Tradisional
Pengelolaan pasar tradisional yang tidak disusun dengan baik, tidak menutup
kemungkinan akan mengakibatkan beberapa dampak pada lingkungan sekitarnya. Di
pasar tradisional terdapat limbah padat , cair dan gas serta sampah yang berdampak
negatif bagi lingkungan, kesehatan dan sosial.
Dampak limbah padat
Dampak limbah padat dari pasar tradisional (Hadi, 2004) :
a. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2S), amonia (NH3), metana
(CH4), CO2, dll. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan membusuk
karena adanya mikroorganisme.
b. Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara pada sampah yang ditumpuk.
c. Penurunan kualitas air karena limbah padat biasanya langsung dibuang pada
perairan atau bersama-sama air limbah.
d. Kerusakan permukaan tanah.
e. Mengganggu kenyamanan masyarakat dalam berbelanja di pasar karena

sampah yang masih berserakan di area pasar.


Dampak limbah cair (Slamet, 2002) :
a. Limbah cair dapat menularkan penyakit, contohnya diare. Biasanya dapat
menularkan akibat sanitasi di pasar yang tidak bersih.
b. Cairan rembesan limbah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga

beberapa spesies akan punah, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem

perairan biologis.
c. Mengakibatkan kualitas air yang tidak bersih.
Dampah limbah gas
Dampak limbah gas pada pasar tradisional adalah (Syafrudin, 2004) :
a. Bau busuk sampah dapat menyebabkan dampak emosional masyarakat
b. Penguraian limbah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam
c. Gas-gas yang biasanya dihasilkan dari kendaraan bermotor yang ada di pasar
atau pembakaran sampah di lingkungan pasar, seperti : CH4 ; CO2 ; H2CO3 ;
NH3 ; NH4NO3 ; H2S ; H2SO4 mempengaruhi terjadinya hujan asam
d. Berpotensi mengganggu pernapasan karena kualitas udara yang tidak bersih

Anda mungkin juga menyukai