Chapter II Saluran Terbuka Hidrolika
Chapter II Saluran Terbuka Hidrolika
TINJAUAN PUSTAKA
jumlahnya dalam
biosfer tidak terpengaruh dan tidak rusak oleh aktivitas dan pemanfaatan oleh
manusia. Agar dapat dimanfaatkan, air harus terdapat pada tempat khusus dam
mempunyai kualitas tertentu dan dianggap sebagai terbaharui, dan sering sebagai
sumber daya yang langka, mempunyai masa daur ulang tergantung pada lokasi
dan penggunaannya.
Dalam mengelola sumber daya air, pemerintah Indonesia mengeluarkan
Undang-Undang No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air yang mengatur
(Sumber: HR. Mulyanto):
1.
2.
3.
Sumber daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi
yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras.
Banjir merupakan permasalahan umum yang terjadi di sebagian wilayah
Oleh karena itu kerugian yang ditimbulkannya besar baik dari segi materi maupun
kerugian jiwa, maka sudah selayaknya permasalahan banjir perlu mendapatkan
perhatian yang serius dan merupakan permasalahan kita semua. Dengan anggapan
bahwa, permasalahan banjir merupakan masalah umum, sudah semestinya dari
berbagai pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan
sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan.
(Sumber : Robert 2002)
Curah Hujan
Indonesia memiliki iklim tropis, dengan begitu Indonesia memiliki dua
musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau terjadi
pada bulan April-September dan musim Penghujan terjadi pada bulan
Oktober-Maret. Dan dengan begitu jika curah hujan melebihi kapasitas
tanggul sungai maka akan terjadi banjir.
2.
Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau Geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik
(bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material
3.
4.
Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan
6.
7.
8.
Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang sungai, dapat merupakan
penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting
terhadap masalah banjir daerah perkotaan.
9.
Sampah
Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan
tidak baik, umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di
kota-kota besar hal ini sangat mudah dijumpai. Pembuangan sampah di alur
sungai dapat meninggikan muka air banjir karena menghalangi aliran.
banjir
rencana
dapat
menyebabkan
keruntuhan
tanggul,
2.
3.
4.
3. Pelurusan tau pemendekan alur sungai pada sungai berbelok atau bermeander.
4. Pengendalian transport sedimen.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemiilihan jenis
bangunan pengendalian banjir adalah sebagai berikut:(Sumber : Robert 2002)
1. Pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi dan hubungannya
dengan biaya pemeliharaan.
2. Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis.
3. Pengaruh bangunan terhadap lingkungan.
4. Perkembangan pembangunan daerah.
5. Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah
hilirnya.
Jenis-jenis bangunan pengendali banjir yang merupakan bagian dari
metode struktur, dapat diuaraikan sebagai berikut:(Sumber : Robert 2002)
1. Bendungan
Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliran
sungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai di sebelah
hilir bendungan. Faktor-faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi
bendungan adalah sebagai berikut: (a) Lokasi mudah dicapai, (b) Topografi
daerah memadai, dengan membentuk tampungan yang besar, (c) Kondisi
geoologi tanah, (d) Ketersediaan bahan bangunan, (e) Tujuan serbaguna, (f)
Pengaruh bendungan terhadap lingkungan, dan (g) Umumnya bendung
terletak disebelah hulu daerah yang diilindungi.
terhadap lingkungan, (h) Elevasi muka air yang lebih tinggi di alur sungai,
dan (i) Lereng tanggul dengan tepi sungai yang relatif stabil.
4. Saluran by pass
Saluran by pass adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian
atau seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada
daerah yang dilindungi. Faktor-faktor yang penting sebagai pertimbangan
dalam desain saluran by pass adalah sebagai berikut: (a) Biaya pelaksanaan
yang relative mahal, (b) Kondisi topografi dari rute alur baru, (c) Bangunan
terjunan mungkin diperlukan di saluran by pass untuk mengontrol kecepatan
air dan erosi, (d) Kendala-kendala geologi timbul sepanjang alur by pass
(contoh membuat saluran sampai batuan dasar), (e) Penyediaan air dengan
program pengembangan daerah sekitar sungai, (f) Kebutuhan air harus
tercukupi sepanjang aliran sungai asli di bagian hilir dari lokasi percabangan,
(g) Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai dari
lokasi percabangan by pass.
5. Sistim pengerukan/normalisasi alur sungai
Sistem pengerukan atau normalisasi saluran adalah bertujuan memperbesar
kapasitas tampung sungai dan mmemperlancar aliran. Analisis yang harus
diperhitungkan adalah analisis hidrologi, hidraulika, dan analisis sedimentasi.
Anaalisis perhitungan perlu dilakukan dengan cermat mengingat kemungkinan
kembalinya sungai ke bentuk semula sangat besar. Normalisasi diantaranya
kegiatan-kegiatan melebarkan sungai, mengarahkan alur sungai
dan
aspek ekonomi
(ganti rugi) dan aspek social bagi terutama bagi masyarakat atau stakeholders
lainnys yang merasa dirugikan akibat lahannya berkurang.
6. Sistim drainase khusus
Sistem drainase khusus sering diperlukan untuk memindahkan air dari daerah
rawan banjir karena drainase yang buruk secara alami tau karena ulah
manusia. System khusus tipe gravitasi dapat terdiri dari saluran-saluran alami.
Alternatif dengan pemompaan mungkin diperlukan untuk daerah buangan
dengan elevasi air di bagian hilir terlalu tinggi. Sistem drainase khusus
biasanya digunakan untuk situasi berikut: (a) Daerah perkotaan dimana
drainase alami tidak memadai, (b) Digunakan untuk melindungi daerah pantai
dari pengaruh gelombang, (c) Daerah genangan/bantaran banjir dengan
bangunan flood wall/dinding penahan banjir.
Desain dari sistem drainase khusus berdasarkan pertimbangan berikut: (a)
Topografi, karakteristik infiltrasi dan luas daerah yang akan dilindungi, (b)
Kecepatan dan waktu hujan serta aliran permukaan, (c) Volume dari air yang
ditahan, dan (d) Periode banjir.
Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan bangunan adalah: (a)
Apabila elevasi air buangan lebih rendah dari elevasi daerah yang dilindungi,
dapat diguunakan outlet sederhana, (b) Apabila fluktuasi perubahan elevasi air
berubah-ubah diperlukan pintu-pintu otomatis, dan (c) Stasiun pompa
diperlukan apabila elevasi air buangan lebih tinggi dari daerah yang
dilindungi.
II.3.2 Metode Non Struktur
Analisis pengendalian banjir dengan tidak menggunakan bangunan
pengendali akan memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim sungai. Contoh
aktifitas penanganan tanpa bangunan adalah sebagai berikut: (Sumber : Robert 2002)
1.
2.
3.
Konstruksi gedung atau bangunan yang dibuat tahan banjir dan tahan air.
4.
5.
6.
7.
8.
Partisipasi masyarakat.
9.
Law-Enforcement.
2.
b)
c)
d)
e)
f)
II.4.1.2Klasifikasi
saluran
terbuka
berdasarkan
konsistensi
bentuk
2.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2)
3)
Kedalaman aliran (h) : jarak vertical titik terendah dasar saluran hingga
permukaan air.
2)
3)
4)
Luas basah (A) : luas penampang melintang yang tegak lurus aliran.
5)
6)
....(2.3a)
(2.3b)
y
x
Untuk penampang berbentuk segi empat maupun segi tiga, maka unsur
geometrisnya adalah identik. Hanya saja yang berbeda adalah harga B dan y.
untuk penampang segi empat harga y=0, untuk penampang segi tiga harga B=0.
Cara menghitung geometris penampang saluran berbentuk segi empat:
Penampang basah
: m=0
.(2.4a)
....(2.4b)
Dimana: A= Luas penampang basah
B= Lebar penampang
h= kedalaman luas basah maksimum
Keliling basah P:
......(2.5)
Jari-jari Hidrolik(R):
.....(2.6a)
....(2.6b)
Dimana: R= Jari-jari hidrolik
A=Luas penampang basah
B= lebar penampang
h= kedalaman luas penampang maksimum
P= keliling basah
:
...(2.7a)
...(2.7b)
tahun
1889
seorang
insinyur
Irlandia,
Robert
Manning
dan
memahami
sifat
beberapa
saluran
yang
koefisien
Kekasaran permukaan
Kekasaran permukaan ditandai dengan ukuran dan bentuk butiran bahan
yang membentuk luas basah dan menimbulkan efek hambatan terhadap
aliran. Hal ini sering dianggap sebagai satu-satunya faktor dalam memilih
koefisien kekasaran, tetapi sebenarnya hanyalah satu dari beberapa faktor
utama lainnya. Secara umum dikatakan bahwa butiran halus mengakibatkan
nilai n yang relative rendah dan butiran kasar memiliki nilai n yang tinggi.
2)
Tetumbuhan
Tetumbuhan dapat digolongkan dalam jenis kekasaran permukaan, tetapi hal
ini juga memperkecil kapasitas saluran dan menghambat aliran. Efeknya
terutama tergantung pada tinggi, kerapatan, distribusi dan jenis tetumbuhan,
dan hal ini sangat penting dalam perancangan saluran pembuangan yang
kecil.
3)
Ketidakteraturan saluran
Mencakup pola
4)
Trase saluran
Kelengkungan yang landai dengan garis tengah yang besar akan
mengakibatkan nilai n yang relative rendah, sedangkan kelengkungan yang
tajam dengan belokan-belokan yang patah akan memperbesar nilai n.
5)
6)
Hambatan
Adanya balok sekat, pilar jembatan dan sejenisnya cenderung memperbesar
n. besarnya kenaikan ini tergantung pada sifat alamiah hambatan, ukuran,
bentuk, banyaknya dan penyebarannya.
7)
8)
9)
Perubahan Musiman
Akibat pertumbuhan musiman dari tanaman-tanaman air, rumput, willow
dan semak-semak di saluran atau di tebing, nilai n dapat bertambah pada
musim semi dan berkurang pada musim dingin. Perubahan musiman ini
dapat menimbulkan perubahan faktor-faktor lainnya.
..(2.11)
........(2.12)
Dengan E energy Spesifik, atau anggap:
.....(2.13a)
.......(2.13b)
......(2.13c)
Dimana: y=Kedalaman aliran
V=Kecepatan aliran
=Koefisien energy
S0=Kemiringan dasar
Sf=Kemiringan gesek
Kolom 2,(A) :
Kolom 3,(R) :
Kolom 8,(
pada
Untuk menjelaskan cara ini dianggap bahwa permukaan air terletak pada
suatu ketinggian dari bidang mendatar. Dalam gambar 2.3, tinggi muka air di atas
bidang datar pada kedua ujung penampang dapat dijelaskan dengan persamaan
sebagai berikut:
...(2.14)
......(2.15)
Kehilangan tekanan akibat gesekan adalah:
......(2.16)
Dengan kemiringan gesekan Sf diambil sebagai kemiringan rata-rata pada
kedua ujung penampang atau S f .
Masukkan besaran di atas, maka dapt ditulis sebagai berikut:
Z1
v1
1
2g
Z2
v2
2g
hf
he ............................................................(2.17)
yang lambat laun melebar atau menyempit, berturut-turut k = 0 sampai 0,1 dan
0,2. Untuk pelebaran atau penyempitan tiba-tiba, nilai k sekitar 0,5. Untuk saluran
prismatik yang umum kehilangan tekanan akibat pusaran praktis tidak ada, atau k
= 0. Untuk mempermudah perhitungan kadang-kadang he dianggap sebagai
bagian dari kehilangan tekanan akibat gesekan dan nilai n Manning akan
meningkat pula dalam menghitung hf. Lalu dalam perhitungan he diambil nol.
Maka,
H2 = H1 + hf + he....................................................................................................................... (2.18)
Inilah persamaan dasar yang merupakan dasar urutan metode tahapan standar.
Metode tahapan standar akan memberikan hasil yang terbaik bila dipakai
menghitung saluran alam.
Dimana: Z1 = Tinggi muka air dari dasar saluran pada penampang pertama (m)
Z2 = Tinggi muka air dari dasar saluran pada penampang kedua (m)
V1 = Kecepatan aliran pada penampang pertama (m/s)
V2 = Kecepatan aliran pada penampang kedua (m/s)
hf =Kehilangan energy akibat gesekan dasar saluran
Kolom 5 ( )
Kolom 6 ( )
Kolom 7 ( )
: Kecepatan aliran
Kolom9 ( )
kolom 8 atau
.
Kolom10 (P)
Kolom 11 (R)
, dimana A
Kolom 13 (
Kolom 14 ( )
: Rata-rata
Kolom 16 (
Kolom 17 (he)
Kolom 18 (
, dimana
diambil dari
pad
II.8.1 Erosi
Erosi adalah pemindahan dan transportasi material permukaan bumi yang
kebanyakan berupa tanah dan debris batuan (regolith), bahan-bahan yang tererosi
secara alami.(Sumber: HR. Mulyanto)
Proses dari erosi yaitu tanah dapat tererosi yakni terlepas dari lokasinya,
oleh aksi angin, air, gaya gravitasi (tanah longsor), dan aktivitas manusia. Erosi
oleh air dapat dianggap dimulai oleh pelepasan partikel-partikel tanah oleh
hempasan percikan air hujan. Proses-proses percikan dan aliran permukaan itulah
yang menyebabkan erosi lapisan (sheet erosion), yakni degradasi permukaan
tanah yang relatif merata (Sumber : Ray K. Linsley, JR 1982).
Jenis-jenis erosi yang disebabkan oleh air dapat berupa (Sumber : CD.
Soemarto1995):
a.
b.
c.
Longsoran massa tanah yang terletak di atas batuan keras atau lapisan
tanah liat, longsoran ini terjadi setelah adanya curah hujan yang panjang
yang lapisan tanahnya menjadi jenuh oleh air tanah.
d.
Erosi tebing tanah, terutama yang terjadi pada saat banjir, yaitu tebing
tersebut mengalami penggerusan air yang dapat menyebabkan longsornya
tebing-tebing pada belokan-belokan sungai.
1.
Curah hujan
Hempasan tetesan air hujan sangat mempengaruhi terjadinya erosi, dengan
begitu semakin besar curah hujan yang terjadi maka intensitas terjadinya
erosi sangat besar pula.
2.
3.
Jenis tanah
Tanah kohesif lebih tahan terhadap erosi percikan daripada tanah berbutir
lepas, umumnya erosi percikan meningkat dengan bertambahnya fraksi
pasir dalam tanah akibat hilangnya kohesi.
4.
Kemiringan tanah
Laju erosi lebih besar pada lereng yang curam dibanding pada lereng yang
datar. Semakin curam kemiringannya, semakin efektif kemampuan erosi
percikan dalam menggerakkan tanah ke hilir lereng. Kecepatan aliran
permukaan juga lebih besar pada lereng yang curam, dan gerakan tanah
lebih mungkin terjadi pada daerah yang curam.
..2.19
Dimana :
E : Kehilangan tanah ( Erosi total) (ton/ha/tahun)
R : faktor erosivitas curah hujan
K : faktor eridibilitas lahan
LS: faktor panjang-kemiringan lereng
C : faktor tanaman penutup lahan atau pengelolaan tanaman
P : faktor tindakan konservasi lahan
II.8.2 Sedimentasi
Sedimentasi
didefenisikan
sebagai
penganngkutan,
melayangnya
2.
3.
Tetumbuhan penutup.
4.
5.
Topografi DAS.
6.
Erosi lahan tinggi, kemiringan lereng lahan, berat jenis dan trase alur
patusan alam, bentuk dsn luas DAS.
7.
Besar hasil perkiraan hasil sedimen dapat dihitung berdasarkan hasil dari
persamaan sebagai berikut:
.2.20
Dimana:
Y = hasil sedimen per luas
E = Erosi jumlah
Ws = Luas daerah aliran sungai
SDR =Sediment Delivery Ratio (Nisbah pelepasan Ratio)
Besarnya nilai SDR dalam perhitungan hasil sedimen suatu daerah aliran
sungai umumnya ditentukan dengan menggunakan tabel antara luas DAS dan
besarnya SDR (Tabel 2.2)
Tabel 2.2. Hubungan Luas DAS dan sediment Delivery Ratio (SDR)
Luas
SDR
2
Km
Ha
0.1
10
0.520
0.5
50
0.390
1.0
100
0.350
5.0
500
0.250
10.0
1000
0.220
50.0
5000
0.153
100
10000
0.127
500
50000
0.079