6.balanced Scorecard Ms.
6.balanced Scorecard Ms.
Gambar
Kerangka Balanced Scorecard untuk Menterjemahkan Strategi kedalam
Kerangka Operasi
Financial Perspective:
Untuk berhasil secara financial,
apa yang harus kita perlihatkan
pada pemegang saham.
Customer Perspective:
Untuk mewujudkan visi,
apa yang harus kita
perlihatkan kepada
pelanggan kita.
Visi &
Strategi
Internal business
process:
Untuk menyenangkan
pemegang saham dan
pelanggan kita, proses
bisnis apa yang harus
kita kuasai dengan baik
Pengukuran dari tiap scorecard tidak hanya untuk menilai eksekusi kegiatankegiatan yang menjadi tanggung jawab manajer pada bidang tertentu, tetapi juga
terkait dengan bidang-bidang lain yang mendukung tujuan strategic perusahaan .
1. Perspektif Keuangan ,
Perspektif ini mengukur kinerja organisasi dalam pencapaian keuangan
yang optimal dan nilai pasar. Keuangan yang optimal dalam organisasi akan
sangat mendukung perspektif strategi lainnya, yaitu pelanggan (customer),
proses bisnis intern, pembelajaran dan pertumbuhan serta nilai dan manfaat.
Scorecard pada perspektif ini memuat langkah-langkah yang dapat menjawab
pertanyaan Untuk dapat berhasil secara financial, bagaimana yang seharusnya
dilakukan dihadapan para pemegang saham ?. Tiga sasaran (objective) utama
pada perspective ini adalah : pertumbuhan pendapatan (revenue growth),
manajemen biaya (cost management) dan utilisasi asset (assets utilization)
2. Perspektif pelanggan.
Dalam perspektif ini kinerja organisasi diukur dari bagaimana memuaskan
customer. Hal tersebut sejalan dengan kecenderungan banyak pendekatan yang
mementingkan customer focus dan customer satisfaction dalam kegiatan
bisnisnya : Perspektif ini menjelaskan pula betapa fatal akibatnya bagi organisasi
apabila pelanggan tidak puas. Oleh karena itu strategi manajemen diarahkan
pada upaya menghasilkan value yang terbaik bagi pelanggan. Scorecard pada
perspektif ini memuat langkah-langkah yang dapat menjawab pertanyaan :
untuk mencapai visi organisasi, bagaimana sebaiknya tampil di hadapan
pelanggan ? Terkait dengan hal tersebut, dalam value based strategy, rencana
yang akan datang. Berkaitan dengan upaya menghasilkan produk dan jasa yang
memiliki value bagi customer, Organisasi memerlukan SDM yang produktif dan
memiliki komitmen. Produktivitas SDM ditentukan oleh kompetensi SDM dan
keterkaitan prasarana yang diperlukan untuk menjalankan proses bisnis.
Cara pandang tersebut menekankan pentingnya pelatihan dan pengembangan
karyawan serta budaya perusahaan (corporate culture) yang terkait erat pada
proses pengembangan individu maupun organisasi. Pada sebuah organisasi
belajar (Learning organization), manusia adalah satu-satunya pemilik
pengetahuan, sekaligus sebagai sumber daya penting organisasi. Dalam kondisi
yang selalu berubah, Menjadi sangat penting bagi segenap organisasi untuk
terus-menerus pada kondisi belajar.
Scorecard pada perspektif ini memuat langkah-langkah yang dapat menjawab
pertanyaan Untuk mencapai visi organisasi , bagaimana mempertahankan
kemampuan SDM untuk berubah dan mengembangkan diri . Tolok ukur dalam
perspektif ini adalah kapabilitas karyawan (employee capability), teknologi
informasi (information technology) serta motivasi dan penyelarasan (motivation
and alignment).
Selain telah dibahas banyak kelebihan dari pendekatan balanced scorecard,
namun pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan (Anthony and
Govindarajan, 1998), meliputi :
1. Hubungan antara pengukuran dan hasil non-finansial yang relatif sedikit.
Atau dapat dikatakan tidak ada jaminan bahwa tingkat keuntungan dimasa
yang akan datang dapat dicapai dengan mengikuti target yang ada dalam
area non-finansial.
2. Pada akhirnya tetap menekankan pada aspek keuangan walaupun aspek
lain dipetimbangkan dalam proses pengukuran, tetapi seringkali aspek
keuangan menjadi tolok ukur utama.
3. Tidak adanya mekanisme untuk melakukan perbaikan. Dalam balanced
scorecard tidak dilakukan pembahasan bagaimana mekanisme untuk
melakukan perbaikan; sekedar memberikan indikator yang diukur.
4. Pengukuran tidak up-to-dated. Pengukuran balanced scorecard seperti
umumnya pengukuran berbasis data historis yang relatif fleksibel terhadap
perubahan.
5. Terlalu banyak kriteria pengukuran. Kadangkala dengan banyaknya
kriteria pengukuran dalam balanced scorecard, Pengukuran menjadi
semakin kompleks.
6. Kesulitan dalam menetapkan trade-off antara pengukuran financial dan
non financial. Dalam praktik sering terjadi hal tersebut sehingga
manajemen dalam melakukan penyusunan harus melakukan berbagai
pertimbangan dan adjustment.
10